ANALISIS PENENTUAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS LOKASI PASAR SENTRAL DI KOTA BULUKUMBA PROPINSI SULAWESI SELATAN. Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
PRINSIP PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK UNTUK MENENTUKAN JENIS PEMANFAATAN LAHAN PASAR

PENENTUAN ALTERNATIF ALIH FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DAN BANGUNAN BEKAS TERMINAL DHAKSINARGA WONOSARI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISA PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN PASAR TUNJUNGAN DI SURABAYA

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

PENINGKATAN NILAI PENGGUNAAN LAHAN PASAR KEPUTRAN DI KOTA SURABAYA

ANALISA ALIH FUNGSI PEMANFAATAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN DI JALAN LOWANU KOTA YOGYAKARTA

PENINGKATAN NILAI FUNGSI PENGGUNAAN LAHAN TERMINAL JOYOBOYO DI KOTA SURABAYA

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN X UNTUK PROPERTI KOMERSIAL

ANALISIS PEMANFAATAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN KOSONG DI JALAN MAYJEN SUNGKONO, KOTA SURABAYA

Analisis Highest and Best Use (HBU) Pada Lahan Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya

ANALISA PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN EKS TERMINAL GADANG DI KOTA MALANG

Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA

Analisis high and best value use (HBU)

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

Pendekatan Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013: KPUP 3.4), tanah

Analisis Highest and Best Use pada Lahan di Jalan Tenggilis Timur 7 Surabaya

Analisis Produktivitas Maksimum Penggunaan Lahan di Jalan Raya Meruyung Kota Depok

Analisis Highest and Best Use (HBU) pada Lahan Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (BPK RI) merupakan salah satu target setiap daerah di

Analisa Investasi Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial

Analisa Kelayakan Teknis dan Finansial pada Proyek Apartemen Dian Regency Surabaya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) D-73

PADA LAHAN EKS TERMINAL GADANG. Oleh : KARTIKA PUSPA NEGARA RETNO INDRYANI, Ir., M.S. RIANTO B.ADIHARDJO, Ir.,M.Sc.,Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

Jenis penggunaan lahan apakah yang dapat memberikan nilai lahan tertinggi dan terbaik di Koridor Jalan Basuki Rahmat Surabaya?

Analisa Investasi Apartemen de Papilio Surabaya

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

Adipandang Yudono 2011

ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas

Analisa Kelayakan Investasi Perumahan Green Semanggi Mangrove Surabaya

PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH

Analisa Investasi Perumahan Green Semanggi Mangrove Surabaya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Tanah merupakan properti yang mempunyai karakteristik yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Indonesia, menurut Undang-Undang Dasar Tahun

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 32. Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, memberikan

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Bab I PENDAHULUAN. Sumber : ALAM RAYA GROUP tahun 2011

Analisa Investasi The Akavia Indekost Residences Ngaliyan - Semarang

ANALISA NILAI PASAR SPBU PT. SUMBER KURNIA MANDIRI JALAN BALAS KLUMPRIK SURABAYA

ANALISA NILAI PASAR PABRIK TEPUNG TERIGU PT. PAKINDO JAYA PERKASA SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan publik pada suatu wilayah kota. Dengan demikian, pertimbangan aspek

ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN CIPUTRA WORLD SURABAYA. Oleh : Rachma Prima Aurora ( )

D194. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. Balikpapan juga merupakan pusat perdagangan dan jasa yang perekonomiannya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting bagi kelangsungan kehidupan manusia, dalam hal ini setiap individu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam tujuan penggunaannya akan

BAB I PENGANTAR. Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan

ANALISIS NILAI AGUNAN RUMAH TINGGAL JL. SEMOLOWARU SELATAN XII SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

BAB I PENDAHULUAN. kurang merata. Dari sejumlah jiwa penduduk pada tahun 2013, sebaran

BAB I PENDAHULUAN. adalah investasi. Akan tetapi, banyak investasi pada real estate lebih banyak

Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Haryo Sulistyarso

Analisa Nilai Agunan Rumah Tinggal Jl. Gebang Lor No.62 Surabaya

Pengertian Umum Penilaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman

ANALISA HIGHEST AND BEST USE PADA LAHAN DI JALAN TENGGILIS TIMUR 7 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan

KAJIAN RENCANA PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PENGARUH TINGKAT HUNIAN PADA KEPUTUSAN INVESTASI PROYEK HOTEL SANTIKA GUBENG SURABAYA

Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 25

Analisa Pembeayaan Investasi Proyek Apartemen Puncak Kertajaya

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

Analisis Investasi pada Proyek Pembangunan Apartemen Bale Hinggil Surabaya

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN PROPERTI

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB V ANALISA DATA. Tabel 5.1. Hasil Survei Harga Jual Ruko sekitar Kedoya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang adalah sebanyak orang, tahun 2012 adalah sebanyak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Pendahuluan. kecamatan di kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang pertumbuhan ekonominya

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang

TEKNIK DAN METODE SURVEI PROPERTI

ANALISA PRODUKTIVITAS MAKSIMUM PENGGUNAAN LAHAN DI JALAN RAYA MERUYUNG KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun mengamanatkan diselenggarakannya otonomi seluas-luasnya dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Timor, tepatnya LS dan BT; Luas

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

Analisis Pasar Properti. Diklat Penilaian Properti Dasar 2011

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

PENINGKATAN MANFAAT GEDUNG DITINJAU DARI HARGA SEWA TERHADAP GEDUNG EKS KANTOR DEPSOS PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

Analisa Luasan Area Parkir

Transkripsi:

ANALISIS PENENTUAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS LOKASI PASAR SENTRAL DI KOTA BULUKUMBA PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Agus Wijaya 1) Putu Rudi Setiawan ) ABSTRAK Pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba memiliki aset berupa lahan kosong seluas ± 11.44 m. Lahan itu merupakan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba yang sejak 9 tahun yang lalu telah direlokasi. Sejak saat itu lahan tersebut terbengkalai tanpa adanya penggunaan yang signifikan bagi peningkatan pendapatan Asli Daerah (PAD) ataupun bagi sosial kemasyarakatan di Kabupaten Bulukumba. Studi ini bertujuan untuk menentukan jenis pemanfaatan terbaik untuk lahan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba tersebut. Analisis dilakukan dalam Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use) dengan menggunakan 4 kriteria yang berfungsi sebagai alat uji kelayakan pada masing-masing alternatif pemanfaatan yang memungkinkan. Kriteria tersebut adalah Kelayakan Hukum (legally permissible), Kelayakan Fisik (physically possible), Kelayakan Finansial (financially feasible) dan Produktifitas Maksimum (maximally productive). Untuk menentukan pemanfaatan yang terbaik, indikator yang digunakan adalah nilai pasar lahan dengan asumsi bahwa nilai pasar lahan yang tertinggi dari seluruh penggunaan yang dianalisis, akan menunjukkan pemanfaatan terbaik dari lahan tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 3 alternatif pemanfaatan yang dipilih secara mayoritas oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bulukumba yaitu : membangun pusat perbelanjaan, membangun gedung serbaguna dan membangun hotel. Dari seluruh alternatif yang memungkinkan tersebut kemudian terpilih alternatif membangun pusat perbelanjaan sebagai pemanfaatan yang terbaik pada lahan bekas lokasi pasar sentral di Kota Bulukumba dengan nilai pasar lahan sebesar Rp...,- / m. Kata Kunci : Highest and Best Use, Pemanfaatan Lahan, Kabupaten Bulukumba PENDAHULUAN Peranan Kabupaten Bulukumba yang cukup signifikan dalam menunjang pertumbuhan Sulawesi Selatan, telah mendorong peningkatan aktifitas tukarmenukar barang dan jasa di daerah itu. Hal tersebut berimplikasi pada peningkatan kebutuhan akan lokasi transaksi yang mampu mengakomodir aktifitas masyarakat di bidang perdagangan. Oleh karena itu, maka pada tahun 1998 Pemda Kabupaten Bulukumba memutuskan untuk memindahkan Pasar Sentral Bulukumba ke lokasi yang baru. Re-lokasi ini menyisakan sebidang lahan kosong sebagai aset milik Pemda dengan lokasi yang strategis. Dengan posisi yang strategis tersebut, maka berbagai alternatif pemanfaatan pada lahan bekas lokasi pasar sentral di Kota Bulukumba yang akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kemasyarakatan bisa dilaksanakan. Alternatif tersebut diantaranya adalah membangun gedung serbaguna, pusat pertokoan, pasar moderen, pusat perkantoran dan taman kota. Namun, hingga kini lahan tersebut belum dimanfaatkan. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan semangat otonomi daerah yang mendorong optimalisasi aset untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meskipun demikian, pemanfaatan lahan tersebut perlu dikaji secara cermat. Sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif pemanfaatan, pemerintah Kabupaten Bulukumba tentu membutuhkan analisis yang mendalam dengan metode yang tepat serta mengedepankan partisipasi seluruh elemen yang berperan sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) yang akan bersentuhan langsung dengan fasilitas yang akan dibangun pada lokasi tersebut. Berdasarkan pada paparan di atas, maka dipandang perlu untuk memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam menentukan pemanfaatan yang terbaik untuk mengoptimalkan manfaat lahan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba tersebut.

BATASAN STUDI 1. Daerah studi adalah wilayah Ibukota Kabupaten Bulukumba.. Objek studi adalah lahan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba seluas 11.44 m, yang dibatasi oleh Jl. A. Mappijalan, Jl. H.A. Sultan, Jl. S. Parman, dan Jl. Moh. Noor. 3. Penentuan kemungkinan pemanfaatan lahan didasarkan pada persepsi konsumen. 4. Penentuan jenis pemanfaatan yang terbaik didasarkan pada besarnya Nilai Pasar Lahan yang dianalisis dalam Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use Principle) menggunakan kriteria kelayakan hukum, kelayakan fisik, kelayakan finansial dan memaksimalkan produktifitas. STUDI LITERATUR Menurut Jayadinata (1999), yang dimaksud dengan tata guna tanah (land use) adalah pengaturan penggunaan tanah. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat penggunaan tanah terkait erat dengan sistem aktivitas antara manusia sampai dengan kelembagaan (institusi) yang mempunyai kepentingan berbeda. Untuk itu, jenis pemanfaatan yang dominan pada suatu bentang tanah sejatinya didasarkan pada dominasi fungsinya. (Chapin dalam Istiqomah, 3). Konsep tersebut digambarkan dalam piramida pada Gambar 1. Industri Perdagangan&perkantoran Perumahan&fasilitas sosial Wisata Pertanian Kawasan Lindung Gambar 1: Piramida Dominasi Fungsi Pemanfaatan Tanah Penggunaan tanah tersebut pada dasarnya bermuara pada satu tujuan yakni menentukan pilihan penggunaan yang terbaik. Oleh karena itu, studi ini didasarkan pada prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik pada sebidang tanah yang masih kosong. Terdapat banyak definisi penggunaan tertinggi dan terbaik, menurut Grissom (1983) yang mengutip dari The Society of Residential (SSA), definisinya adalah satu konsep penilaian yang dapat diaplikasikan ke tanah atau bangunan yang biasanya diartikan sebagai penggunaan tanah yang akan memaksimalkan kekayaan pemilik melalui penggunaan tanah yang paling menguntungkan. The Appraisal Institute (1999;1), mendefinisikan penggunaan tertinggi dan terbaik sebagai kemungkinan penggunaan yang logis dan legal dari sebuah tanah kosong atau properti yang telah ditingkatkan, yang memungkinkan secara fisik, wajar, dan memungkinkan secara keuangan sehingga memberikan nilai yang paling tinggi. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam menentukan penggunaan tertinggi dan terbaik dari sebidang tanah kosong, harus dilakukan tahapan pengujian yang melibatkan 4 kriteria yaitu (The Appraisal Institute,1999;1): 1. Secara hukum diizinkan. Secara fisik Memungkinkan 3. Secara Finansial Layak 4. Berproduksi secara maksimal Proses seleksi berdasarkan kriteria tersebut, sering dilakukan secara berurutan. Hal ini karena mungkin saja penggunaan dari aspek keuangan memungkinkan tapi dari aspek hukum dan aspek fisik tidak mungkin dilakukan. Uji Kelayakan Hukum Uji ini merupakan tahap seleksi terhadap semua alternatif penggunaan dengan fokus pengujian pada beberapa sub kriteria berikut ini: 1. Pembatasan pribadi. Penetapan wilayah 3. Peraturan bangunan 4. Peraturan lingkungan Uji Kelayakan Fisik Merupakan proses seleksi terhadap alternatif penggunaan tanah dengan melibatkan analisis pada sub kriteria yang terkait dengan kondisi fisik tanah, antara lain : 1. Ukuran dan bentuk. Kelapangan/Tingkat kedataran 3. Akses ke lokasi 4. Ketersediaan dan kapasitas fasilitas umum Uji Kelayakan Keuangan Proses pengujian pada kriteria ini melibatkan beberapa analisis yang harus dilalui oleh sebuah alternatif yaitu : 1. Analisis permintaan dan penawaran (Supply and Demand), dan

. Analisis tingkat pengembalian atas modal (rate of return) Analisis permintaan dan penawaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar properti rencana sedangkan analisis tingkat pengembalian digunakan untuk mengetahui kemampuan properti rencana dalam mengembalikan biaya investasinya. Pada analisis ini, terdapat beberapa perhitungan yang harus dilakukan yaitu : 1. Menghitung pendapatan kotor masingmasing alternatif dari persewaan dan penjualan serta pendapatan dari sumber lainnya.. Menghitung biaya operasional, yang meliputi biaya variabel, beban tetap dan beban cadangan untuk penggantian. 3. Menghitung pendapatan bersih yang diperoleh dari pengurangan pendapatan kotor dikurangi biaya operasional. 4. Menghitung tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return / IRR) dengan persamaan sbb (Pujawan, 4) : NPW PW R PW = atau N c = E N R ( P / F, i%, t) d d d e t t= t= * E ( P / F, i %, t) = t dimana PW R = jumlah nilai sekarang pemasukan PW E = jumlah nilai sekarang pengeluaran R t = penerimaan netto pada periode ket E t = pengeluaran netto pada periode ke-t 5. Menghitung tingkat pengembalian modal yang disyaratkan (MARR) dengan menambahkan prosentase tertentu pada cost of capital. COC ini dihitung dengan persamaan (Utomo, 5) : dimana i c = cost of capital, r d = rasio antara hutang i = r i + dengan ( 1 r ) i modal, i d = tingkat pengembalian modal pinjaman, dan i e = tingkat pengembalian modal sendiri Uji Produktifitas Maksimum Dari penggunaan yang layak secara finansial, penggunaan yang menghasilkan nilai sisa tanah yang tertinggi dan konsisten dengan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan adalah penggunaan tertinggi dan terbaiknya. Untuk menentukan nilai sisa tanah, digunakan Metode Penyisaan Tanah. Metode ini merupakan salah satu metode di antara 4 metode yang terdapat dalam Metode Penilaian Tanah. Metode Penilaian Tanah Dalam penilaian tanah, terdapat 4 macam metode dasar yang dapat digunakan yaitu: 1. Metode Perbandingan Data Pasar. Metode Penyisaan Tanah 3. Metode Ratio Nilai Total Properti terhadap Nilai Tanah. 4. Metode Pengembangan Tanah. Adapun yang digunakan dalam studi ini adalah Metode Perbandingan Data Pasar dan Metode Penyisaan Tanah. Metode Perbandingan Data Pasar Metode ini digunakan untuk menghitung nilai pasar tanah tanpa pengembangan, yaitu dengan membandingkan data jual beli tanah yang sejenis dan melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai. Rumus Umum Metode Perbandingan Data Pasar : (Supriyanto) DPP ± P = NIP dimana: DPP : data pasar tanah yang sejenis/sebanding P : penyesuaian NIP : nilai indikasi tanah yang dinilai Metode Penyisaan Tanah Metode ini biasanya digunakan untuk mencari Nilai Pasar Tanah yang digunakan sebagai bangunan komersial. Nilai Pasar Tanah dicari dengan rumus berikut : PBB = NPB TKB PBT = PBP PBB PBT = NPT TKT dimana: PBB = pendapatan bersih bangunan NPB = nilai pasar bangunan TKB = tingkat kapitalisasi bangunan PBT = pendapatan bersih tanah PBP = pendapatan bersih properti TKT = tingkat kapitalisasi tanah NPT = nilai pasar tanah METODOLOGI Metodologi analisis pada studi ini secara umum menggunakan Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik dengan 4 analisis yaitu: 1) Analisis perkiraan nilai pasar tanpa pengembangan dengan menggunakan Metode Perbandingan Data Pasar. ) Analisis penentuan alternatif jenis pemanfaatan lahan dengan menyebarkan kuesioner. Sampel kuesioner adalah pejabat Eselon II pada Pemda Kabupaten 3

Bulukumba, pelaku usaha dan pedagang di Kabupaten Bulukumba dan tokoh masyarakat di Kecamatan Ujung Bulu. 3) Analisis perkiraan nilai pasar lahan dengan pengembangan yang melibatkan kriteria dalam prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik yaitu secara hukum diizinkan, secara fisik memungkinkan, secara finansial layak dan berproduksi secara maksimal. Dan 4). Analisis penentuan jenis pemanfaatan lahan terbaik dengan membandingkan nilai pasar lahan tanpa pengembangan dan nilai pasar lahan dengan pengembangan yang telah diperoleh. Nilai tertinggi diantara seluruh nilai pasar lahan yang diperoleh merupakan penggunaan tertinggi dan terbaik pada lahan tersebut. ANALISIS DAN HASIL Analisis Perkiraan Nilai Pasar Lahan Tanpa Pengembangan Dengan menggunakan metode Perbandingan data Pasar, diperoleh tiga data lahan sebagai pembanding dengan karakteristik yang sama dengan properti yang dinilai, tetapi dengan waktu transaksi berbeda-beda. Perhitungan nilai pasar lahan dilakukan dengan metode Jumlah Rupiah sebagaimana tampak pada Tabel 1. Tabel 1 : Market Data Grid Properti Subjek dan Properti Pembanding pada Metode Jumlah Rupiah Elemen Perbandingan Properti Pembanding 1 Pembanding Pembanding 3 Subjek 1. Lokasi. Pembayaran 3. Lebar Jalan (m) 4. Elevasi Lahan 5. Pemanfaatan 6. Harga Jual / m 7. Waktu Penjualan Pusat Kota Tunai 7 m Rata Dengan Jalan Kosong --- --- Pusat Kota Tunai 7 m Dibawah Permukaan Jalan Kosong Rp. 99. 6 tahun yang lalu Pusat Kota Tunai 4 m Rata Dengan Jalan Kosong Rp. 14. 5 tahun yang lalu Pusat Kota Tunai 4 m Dibawah Permukaan Jalan Kosong Rp. 11. 5 tahun yang lalu Penyesuaian Waktu + Rp. 59.4 + 7. + 55. Harga Tersesuaikan Rp. 158.4 Rp. 1. Rp. 165. Penyesuaian Lebar jalan + 1. + 16.5 Harga Tersesuaikan Rp. 158.4 Rp. 31. Rp. 181.5 Penyesuaian Elevasi + 1. + 4. Harga Tersesuaikan Rp. 78.4 Rp. 31. Rp. 5.5 Total Penyesuaian + 179.4 + 91. + 95.5 Nilai Indikasi Rp. 78.4 Rp. 31. Rp. 5.5 Pembebanan 3 % 4 % 3 % Nilai Rp. 83.5 Rp. 9.4 Rp. 61.65 Nilai Pasar Rp. 37.57 Sumber : Survey Lapangan dan Hasil Analisis Market Data Grid tersebut menunjukkan bahwa penyesuaian hanya dilakukan pada waktu penjualan, lebar jalan, dan elevasi lahan. Penyesuaian waktu penjualan dilakukan berdasarkan data pada Badan Pertanahan Negara tentang rata-rata kenaikan harga per meter persegi tanah kosong di Kabupaten Bulukumba yaitu sebesar 1 % per tahun. Penyesuaian lebar jalan hanya dilakukan pada data pembanding dan 3 dengan nilai penyesuaian masing-masing diberikan sebesar + 1 %. Nilai ini merupakan besaran perbedaan harga jual antara pembanding 1 dengan 3 sebelum penyesuaian dilakukan mengingat kedua pembanding ini hampir identik kecuali pada lebar jalan. Penyesuaian pada faktor elevasi hanya dilakukan pada data pembanding 1 dan 3. Angka penyesuaian sebesar biaya pengurukan per meter persegi yang dikeluarkan untuk meninggikan elevasi permukaan lahan hingga rata dengan permukaan jalan yaitu sebesar Rp. 1.. Pembebanan kemudian dilakukan pada masing-masing data pembanding dengan besaran pembebanan yang ditentukan berdasarkan besaran nilai penyesuaian. Hasil perhitungan dengan Metode Jumlah Rupiah pada Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa harga pasar wajar lahan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba tersebut setelah dibulatkan adalah Rp.38. /m. 4

Analisis Alternatif Pemanfaatan Berdasarkan Persepsi Konsumen Survey yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober sampai tanggal November 6 dengan melibatkan 17 sampel memberikan hasil berupa 3 alternatif pemanfaatan yang akan dianalisis lebih lanjut secara berurutan yaitu : 1. Membangun Pusat Perbelanjaan. Membangun Gedung Serbaguna 3. Membangun Hotel Analisis Perkiraan Nilai Pasar Lahan dengan Pengembangan Uji Kelayakan Hukum Analisis pada kriteria ini menunjukkan bahwa seluruh alternatif mampu memenuhi persyaratan pada seluruh sub kriteria yang ada sehingga dinyatakan bahwa semua alternatif tersebut layak untuk di analisis pada kriteria berikutnya. Tabel : Hasil Uji Kelayakan Hukum pada Masing-masing Alternatif Uji Kelayakan Hukum Jenis Alternatif Pusat Perbelanjaan Hotel Gedung Serbaguna 1 3 4 Pembatasan secara pribadi Penetapan daerah Aturan tentang bangunan Peraturan Lingkungan Sumber : Hasil Analisis Uji Kelayakan Fisik Berdasarkan hasil analisis pada kriteria Kelayakan Fisik maka kondisi obyek studi pada dasarnya baik dan layak dari segi fisik untuk penggunaan berupa pusat perbelanjaan dan hotel. Sedangkan untuk fasilitas gedung serbaguna, lahan ini tidak layak khususnya pada sub kriteria ukuran lahan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 : Hasil Uji Kelayakan Fisik pada masing-masing alternatif Uji Kelayakan Hukum Jenis Alternatif Pusat Perbelanjaan Hotel Gedung Serbaguna Ukuran Bentuk Kedataran/ kelandaian Ketersediaan fasilitas publik Tidak Lulus Tidak Diuji Tidak Diuji Tidak Diuji Sumber : Hasil Analisis Uji Kelayakan Finansial Analisis Permintaan dan Penawaran Pusat Perbelanjaan Analisis ini dilakukan dengan beberapa pendekatan yakni pertumbuhan penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendapatan per kapita masyarakat, luas area perbelanjaan dan luas kebutuhan area perbelanjaan berdasarkan jumlah penduduk serta tingkat hunian area perbelanjaan yang tersedia pada saat studi dilakukan. Hasil yang diperoleh adalah populasi penduduk di Kabupaten Bulukumba dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang senantiasa meningkat setiap tahunnya merupakan konsumen yang potensial untuk fasilitas pusat perbelanjaan. Hal tersebut tidak sejalan dengan ketersediaan sarana pusat perbelanjaan yang masih minim. Oleh karena itu, maka alternatif untuk membangun fasilitas Pusat Perbelanjaan dinyatakan layak untuk dianalisis secara ekonomi. Analisis Permintaan dan Penawaran Hotel Analisis ini dilakukan dengan beberapa pendekatan yakni tingkat kunjungan wisatawan, tingkat hunian (occupancy rate) hotel serta jumlah kamar dan tempat tidur yang tersedia di Kabupaten Bulukumba pada saat studi dilakukan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa banyaknya jumlah kamar dan tempat tidur yang tersedia tidak sebanding dengan rendahnya tingkat hunian yang ada. Hal ini berarti bahwa pada dasarnya masih terdapat banyak kamar dan tempat tidur yang kosong pada

fasilitas hotel dan penginapan di kota Bulukumba. Oleh karena itu, alternatif untuk membangun fasilitas hotel dinyatakan tidak layak untuk dianalisis secara ekonomi dalam prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik. Analisis Tingkat Pengembalian Modal Pusat Perbelanjaan Untuk menganalisis tingkat pengembalian modal pusat perbelanjaan, dibutuhkan beberapa indikator yang mencerminkan aliran kas properti rencana. Untuk itu dibutuhkan variabel yang memiliki pengaruh pada jumlah pemasukan dan biaya pembangunan fisik alternatif ini. Namun, karena properti tersebut saat ini belum terbangun, maka perlu dilakukan perencanaan bangunan pusat perbelanjaan Perencanaan Bangunan Pusat Perbelanjaan Rencana Komersialisasi Bangunan Dengan menggunakan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebesar 66 % (aturan KDB tidak melebihi 9 %) dan KLB (FAR) sebesar 3,5 (Aturan KLB adalah,8 3,5), maka di atas lahan studi dengan luas 11.44 m, disimulasikan pembangunan pusat perbelanjaan dengan luas lantai dasar 7.55,4 m dengan ketinggian 5 lantai ditambah 1 lantai basemen. Dengan demikian diperoleh lantai kotor bangunan seluas 44.71 m dengan lantai komersil seluas 31.671 m. Dari total luas lantai komersil tersebut, rencana yang akan disewakan adalah sebesar.586 m dan yang akan dijual sebesar 11.84 m. Rencana harga sewa dan harga jual lantai bangunan ditentukan dengan pendekatan metode Perbandingan Data Pasar. Properti pembanding diambil dari kota berbeda yakni Bone Trade Centre (BTC) dan Makassar Trade Centre (MTC). BTC menerapkan harga sewa sebesar Rp.7./m / tahun dan harga jual sebesar Rp. 4../m sedangkan MTC menerapkan harga sewa sebesar Rp.1.5. /m /tahun dan harga jual sebesar Rp. 7../m. Dengan metode ini diperoleh rencana harga tahun ke sebesar 85 %, tahun ke 3 sebesar 9 %, tahun ke 4 sebesar 95 % dan tahun ke 5 sampai akhir tahun rencana (tahun ke 15) sebesar 1 %. c). Dengan tingkat inflasi diasumsikan sebesar 1 % setiap tahun, maka kenaikan tarif sewa lantai bangunan sebesar Rp.674./m per tahun dan rencana harga jual lantai bangunan setelah dibulatkan sebesar Rp. 3.4./m. Biaya Pembangunan Biaya ini dihitung berdasarkan harga riil pelaksanaan konstruksi di Kabupaten Bulukumba pada saat survey dilaksanakan (harga per bulan Desember 6). Dengan mempertimbangkan aspek kelancaran operasional, keselamatan dan kenyamanan konsumen serta strategi pemasaran maka harga fisik bangunan per meter perseginya direncanakan sebesar Rp. 1.3./m. Biaya tersebut ditambah dengan biaya lainnya sehingga jumlah biaya yang diperlukan untuk pembangunan proyek ini adalah sebesar Rp. 79 Milyar, selengkapnya tampak pada Tabel 4. Tabel 4 : Estimasi Besarnya Biaya Pembangunan Pusat Perbelanjaan ( x Rp. 1) Id Komponen Biaya Analisis Harga (Rp.) Kode A Biaya pembangunan fisik bangunan 44.71 m x Rp. 1.3 58.15.6 B Jasa konsultan dan keuntungan kontraktor 1,5 % x A 7.65.7 (+) C Total Biaya pembangunan fisik bangunan A + B 65.391.3 (=) D Biaya Bunga selama masa konstruksi 11 % x,7 C 5.35.13 (+) E Biaya Perijinan (IMB & IOB),5 % x C 1.634.783 (+) F Keuntungan Developer 1 % x C 6.539.13 (+) G Total Biaya Pembangunan 78.639.93 (=) Sumber : Hasil Survey dan Analisis Pendapatan Kotor Potensial (Future Gross Income) Pendapatan kotor diperoleh dari : a) Pendapatan jual dengan asumsi terjual semuanya pada tahun ke 3 setelah operasional, dengan tahapan 4 % terjual pada tahun pertama, 4 % pada tahun kedua, dan sisanya pada tahun ketiga. b). Sewa lantai bangunan dengan harga sewa Rp. 674./m /tahun dan tingkat

penghuniannya direncanakan adalah tahun ke 1 sebesar 8 %, sewa ditetapkan juga sebesar 1 % per tahun. d). Pendapatan kotor potensial lainnya diasumsikan untuk setiap tahunnya tetap sebesar % dari pendapatan kotor potensial persewaan. Dengan asumsi tersebut, diperoleh proyeksi pendapatan kotor potensial sewa dan pendapatan potensial lainnya seperti pada Tabel 5. Tabel 5 : Proyeksi Pendapatan Kotor Potensial, Kerugian Persewaan dan Pendapatan Kotor Efektif (x1) Perhitungan Potensial Sewa Potensial Lainnya Potensial Kerugian Persewaan Efektif 1 3 (4 = 3 x,) (5 = 3 + 4) (6 =,18 x 5) (7 = 5 6) Th 1 3 Tabel 6 : Rencana Biaya Operasional,Pendapatan Bersih dan Perhitungan NPV pada 11% dan 35% (x1) Th Efektif 1 1 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 13 14 15 ---- ---- a:.586 m x,8 x Rp. 674 b: 11.84 m x,4 x Rp. 3.4 a:.586 m x,85 x Rp. 741 b: 11.84 m x,4 x Rp. 3.74 Kerugian 4 a:.586 Persewaan m x,9 x Rp. 816 b: Kerugian 11.84 m x dan, x kekosongan Rp. 4.114 persewaan 9.119.915 dari 1.83.983 properti 1.943.898 ini diasumsikan 1.969.9 sebesar 8.973.997 18 % 5 a:.586 m dari pendapatan x,95 x Rp. 897 17.544.198 3.58.84 1.53.38 3.789.547 17.63.491 kotor potensial, selengkapnya 6 a:.586 m x 1 x Rp. 987.314.335 4.6.867 4.377. 4.387.896 19.989.35 7 a:.586 m x 1 x Rp. 1.85.345.768 4.469.154 6.814.9 4.86.686 1.988.36 8 a:.586 m x 1 x Rp. 1.194 4.58.345 4.916.69 9.496.414 5.39.355 4.187.6 9 a:.586 m x 1 x Rp. 1.313 7.38.38 5.47.676 3.446.56 5.84.9 6.65.766 1 a:.586 m x 1 x Rp. 1.445 9.74.18 5.948.444 35.69.661 6.44.311 9.66.34 11 a:.586 m x 1 x Rp. 1.589 3.716.439 6.543.88 39.59.77 7.66.751 3.19.976 1 a:.586 m x 1 x Rp. 1.748 35.988.83 7.197.617 43.185.7 7.773.46 35.41.74 13 a:.586 m x 1 x Rp. 1.93 39.586.89 7.917.378 47.54.7 8.55.769 38.953.51 14 a:.586 m x 1 x Rp..115 43.545.581 8.79.116 5.54.697 9.45.845 4.848.851 15 a:.586 m x 1 x Rp..37 47.9.139 9.58.8 57.48.167 1.346.43 47.133.737 Ket : a. Sewa dan b. Jual Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan a : 1.9.37 b : 14.833.5 a : 1.765.5 b : 16.316.357 a : 14.868.78 b : 8.973.997 a : 17.63.491 a : 19.989.35 a : 1.988.36 a : 4.187.6 a : 6.65.766 a : 9.66.34 a : 3.19.976 a : 35.41.74 a : 38.953.51 a : 4.848.851 a : 47.133.737 Biaya Operasional ( 3a =,38 x ) ( 3b =,355 x ) 4.15.51 5.65.734 4.85.898 5.79.37 5.649.87 3.185.769 6.56.17 7.595.936 8.355.53 9.191.83 1.11.191 11.11.1 1.33.331 13.456.664 14.8.331 16.8.561 17.91.8 Sumber : Hasil Analisis dan perhitungan 11.99.971 15.74.4 1.973.91 16.581.664 15.19.836 Pend. Bersih Operasional D.f. 15 % NPV 15 % D.f. 16 % NPV 16 % (4 = -3) (5) (6 = 4 x 5) (7) (8 = 4 x 7) 6.771.87 9.567.319 7.914.64 1.54.51 9.18.9 5.788.8 1.73.364 1.393.369 13.63.76 14.995.977 16.495.575 18.145.13 19.959.645 1.955.61 4.151.171 6.566.88 9..917.19.994 3.14.848.594.618 3.316.333 3.1.967 1,8696,7561,6575,5718,497,433,3759,369,843,47,149,1869,165,1413,19 13.319.965. 18.89.88 15.567.71 19.897.997 18.131.83 (79..) 5.1.57 7.34.67 5.3.993 6.919.734 5.7.541 3.39.438 5.31.464 5.357.996 5.15.39 4.9.11 4.689.7 4.485.199 4.9.19 4.13.66 3.95.4 3.754.578 3.591.335.397.594 3.56.36.8.188 3.581.639 3.63.75 1,861,743,647,553,4761,414,3538,35,63,67,1954,1685,145,15,179 1.9.37 14.833.5 1.765.5 16.316.357 14.868.78 (79..) 5.3.63 7.11.76 5.7.564 6.74.314 5.91.135 3.196.787 5.96.11 5.86.76 4.83.654 4.574.155 4.337.561 4.113.4 3.9.45 3.698.74 3.57.39 3.35.975 3.153.94 3.64.466 (1.138.79)

Pendapatan Bersih Operasional Pendapatan Bersih diperoleh dari pengurangan Pendapatan Kotor Efektif Properti dengan Biaya Operasional Properti. Dengan perhitungan tersebut diperoleh besaran Pendapatan Bersih Operasional Properti seperti pada Tabel 6. Internal Rate of Return (IRR) Untuk mengetahui kelayakan alternatif pusat perbelanjaan, dilakukan perhitungan untuk mencari IRR lalu dibandingkan dengan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan (MARR). Jika IRR lebih besar daripada MARR maka alternatif ini dinyatakan lulus dalam uji kelayakan finansial tapi jika IRR lebih kecil daripada MARR maka alternatif ini akan dinyatakan tidak lulus. IRR dihitung dengan cara interpolasi berdasarkan nilai sekarang (NPW) pendapatan bersih pada tingkat bunga yang berbeda yakni 15 % dan 16 %. Perhitungan masing-masing NPW tersebut tampak pada Tabel 6, dan dari nilai NPW itu diperoleh nilai IRR sebesar 15,76 %. Minimum Attractive Rate of Return (MARR) MARR merupakan tingkat pengembalian minimum yang harus dipenuhi oleh sebuah investasi. Dengan bunga atas modal pinjaman sebesar 11 % dan bunga modal sendiri diasumsikan 15,76 % maka MARR dapat dicari dengan menambahkan suatu prosentase tetap pada biaya modal (cost of capital) pusat perbelanjaan. Hasil yang diperoleh adalah sebesar 13 %. Dengan nilai IRR dan MARR yang diperoleh, maka alternatif pusat perbelanjaan dinyatakan lulus uji kelayakan finansial dalam prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik. Uji Produktifitas Maksimum Tingkat Kapitalisasi Dengan asumsi bahwa tingkat kapitalisasi atas modal sendiri merupakan IRR, dan tingkat kapitalisasi atas modal pinjaman dicari dengan menggunakan rumus annuitas pada tingkat bunga sebesar 11 %, maka dengan Band of Investment Method diperoleh tingkat kapitalisasi atas proyek sebesar,1446 atau 14,46 %. Hasil Uji Kelayakan Finansial Pada Uji Kelayakan Finansial, alternatif pusat perbelanjaan dinyatakan lulus uji sedangkan alternatif hotel dinyatakan tidak lulus uji. Selengkapnya tampak pada Tabel 7. Tabel 7 : Hasil Uji Kelayakan Finansial Uji Kelayakan Finansial Jenis Alternatif Pusat Perbelanjaan Hotel Permintaan dan penawaran Tingkat pengembalian modal. Sumber : Hasil Analisis Lulus Lulus Tidak Lulus Tidak Diuji Estimasi Nilai Pasar Lahan Beberapa batasan dan asumsi yang digunakan adalah Nilai Pasar Bangunan dianggap sama dengan biaya pembangunan fisik karena bangunan masih baru, Pendapatan Bersih Properti dihitung pada MARR, Kapitalisasi Bangunan 14,46 % dan kapitalisasi tanah diasumsikan sama dengan MARR. Perhitungan Nilai Pasar lahan dengan pengembangan tampak pada tabel 8. Hasil Uji Produktifitas Maksimum Hasil akhir dari uji kelayakan produktifitas adalah nilai pasar lahan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba jika di atas lahan tersebut dibangun fasilitas pusat perbelanjaan yakni sebesar Rp. 3,551 Milyar atau Rp...,-/m Analisis Penentuan Jenis Pemanfaatan Lahan Terbaik Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh (dua) nilai pasar lahan. Kedua nilai pasar tersebut adalah Rp. 38.,-/ m jika lahan dibiarkan kosong dan Rp...,-/m jika di atasnya dibangun pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, penggunaan tertinggi dan terbaik pada lahan bekas lokasi pasar sentral di Kota Bulukumba adalah membangun fasilitas Pusat Perbelanjaan.

KESIMPULAN Dari hasil studi yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bulukumba memiliki pandangan yang beragam tentang bentuk pemanfaatan pada lahan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba. Namun dari beragam alternatif yang diusulkan, terdapat 3 alternatif yang menduduki peringkat tertinggi dari pilihan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bulukumba yaitu: a. Membangun Pusat Perbelanjaan. b. Membangun Gedung Serbaguna. c. Membangun Hotel.. Analisis dengan Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik yang dilakukan menunjukkan bahwa pemanfaatan yang terbaik pada lahan bekas lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba adalah membangun fasilitas pusat perbelanjaan yang akan memberikan nilai pasar lahan sebesar Rp...,-/m DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Bulukumba, (5), Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 5, BPS, Bulukumba. Grissom, Terry V., (1983), The Semantic Debate : Highest And Best Use vs Most Probable Use, The Appraisal Journal, Vol. 51, No. 1, 45-57. Jayadinata, Johara. T (1999), Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, ITB, Bandung. Pujawan, I Nyoman, (4), Ekonomi Teknik, Edisi Pertama Cetakan Kedua, Guna Widya, Surabaya, Indonesia. Supriyanto, Benny, Rekayasa Penilaian, Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI), Jakarta. Supriyanto, Benny, Rekayasa Penilaian Lanjutan, Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI), Jakarta. The Appraisal Institute, (1999). The Appraisal of Real Estate, Eleven Edition. Chicago, Illinois. The Appraisal Institute, (1). The Appraisal of Real Estate, Twelfth Edition. Chicago, Illinois. Utomo, Christiono dan Indryani, Retno, (5), Modul Ajar Ekonomi Teknik, Bahan Kuliah, ITS, Surabaya. 1) Karyasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS ) Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP ITS