BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Diponegoro Salatiga yang terletak di Jl. Kartini No. 2 kota Salatiga. Subjek penelitian adalah kelas X yang berjumlah 238 siswa yang diambil sampelnya sebanyak 148 siswa secara random. B. Analisis Hasil Penelitian Analisis tahap akhir dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan hasil tes matematika antara kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent. Analisisnya ada 2 yaitu analisis deskriptif dan analisis beda rata-rata. a. Analisis Deskriptif Uji deskriptif data nilai tes matematika antara kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent dengan bantuan SPSS 16.0, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1. Analisis Deskriptif Tes Matematika N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Field_Independent 80 20.00 100.00 72.4000 16.77672 Field_Dependent 68.00 95.00 64.8824 21.01210 Valid N (listwise) 68 Berdasarkan tabel 4.1, jumlah siswa yang memiliki gaya kognitif field independent adalah 80 siswa dengan nilai minimum 20, nilai maksimum 100, nilai rata-rata 72,4 serta standard deviasi 16,78. Pada kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, jumlah siswa adalah 68 dengan nilai minimum 0, nilai maksimum 95, nilai rata- 26
27 rata 64,9 serta standard deviasi adalah 21,01. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika pada kelompok yang memiliki gaya kognitif field independent lebih tinggi dari pada kelompok yang memiliki gaya kognitif field dependent. b. Uji Beda Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent, diuji dengan menggunakan uji banding nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U dikarenakan datanya tidak normal. Terlihat ketika diuji menggunakan parametrik dengan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,009 < 0,05 dengan demikian datanya tidak normal. Pengujian beda rata-rata dengan menggunakan uji Mann-Whitney U, jika nilai probabilitas (p) > 0,05 atau nilai z hitung < z tabel (1,96) maka H0 diterima. Hasil analisis uji Mann-Whitney U dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2. Hasil Uji Beda Rata-Rata Hasil_Belajar Mann-Whitney U 2129.000 Wilcoxon W 4475.000 Z -2.171 Asymp. Sig. (2-tailed).030 Berdasarkan tabel 4.2, analisis uji beda rata-rata dengan menggunakan uji Mann-Whitney U diperoleh nilai z hitung (2,176) > z tabel (1,96) atau nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,03 < 0,05 maka H 0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent. Pada analisis deskriptif diperoleh nilai beda rata-rata sebesar 7,5.
28 C. Pembahasan Hasil Penelitian Instrumen yang telah diuji validitas selanjutnya diujikan pada subjek penelitian yaitu siswa SMK Diponegoro Salatiga dengan tujuan membagi siswa menjadi dua kelompok untuk diuji beda rata-rata hasil belajar matematikanya. Siswa yang memperoleh nilai 0 sampai 10 dikelompokkan memiliki gaya kognitif field dependent sedangkan siswa yang memperoleh nilai 11 sampai 20 memiliki gaya kognitif field independent. Berdasarkan uji analisis dengan menggunakan SPSS, rata-rata hasil tes matematika siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga untuk kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field independent adalah 72,4 sedangkan kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent adalah 64,8. Uji beda rata-rata antara kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent dilakukan dengan menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U dikarenakan data penelitian tidak normal. Hasil uji Mann-Whitney U diperoleh nilai z hitung (2,176) > z tabel (1,96) atau nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,03 < 0,05 maka H 0 ditolak. Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent pada siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga. Pada analisis deskriptif diperoleh nilai beda rata-rata sebesar 7,5. Pengisian instrument gaya kognitif yang dilakukan oleh siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga adalah dengan menemukan gambar bangun sederhana pada gambar komplek dengan cara ditebalkan. Bagi siswa yang memiliki gaya kognitif field independent tidak menjadi masalah, dikarenakan kelebihan siswa yang memiliki gaya kognitif field independent antara lain lebih mudah menguraikan hal-hal yang komplek dan lebih mudah memecahkan masalah, serta lebih mudah mempelajari ilmu pengetahuan alam dan matematika. Berbeda halnya dengan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent yang lebih suka mempelajari ilmu pengetahuan sosial serta kurang suka memecahkan masalah yang komplek. Alasan ini yang memperkuat bahwa siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga yang memiliki
29 gaya kognitif field independent memiliki rata-rata nilai matematika lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memliki gaya kognitif field dependent. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan juga hasil observasi pembelajaran matematika di kelas X SMK Diponegoro Salatiga, diperoleh informasi yaitu: guru dalam melakukan pembelajaran matematika hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan yang kurang melibatkan siswa secara aktif. Alasan guru menggunakan metode ceramah dan penugasan karena tuntutan materi kurikulum yang terlalu banyak, natinya kalau menggunakan metode diskusi atau metode pembelajaran inovatif lainya materi tidak selesai. Selain itu juga dilakukan wawancara terhadap beberapa siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent. Tanggapan siswa field independent terhadap pembelajaran ceramah dan penugasan yang dilakukan oleh guru, sudah menjadi hal biasa pembelajaran yang diterima dari SD sampai duduk di bangku SMK. Siswa field independent menyatakan bahwa dengan pembelajaran inilah yang menjadikan siswa terbiasa untuk belajar secara individu sehingga siswa sudah biasa dalam melakukan pemecahkan masalah yang diberikan oleh guru walaupun sebenarnya juga menginginkan variasi pembelajaran lain biar tidak bosan. Kadangkala mereka juga meminta bantuan teman lain untuk belajar bersama jika belum paham ketika diterangkan oleh guru. Tanggapan beberapa siswa field dependent dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, mereka juga perlu variasi pembelajaran lain seperti dalam kelompok. Pembelajaran berkelompok menjadikan mereka lebih leluasa untuk bertanya dengan teman lain. Selain itu guru jarang memberikan perhatian, pujian dan motivasi saat pembelajaran padahal mereka membutuhkan sekali. Tidak heran ketika dilakukan penelitian dari 148 siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga, 80 siswa memiliki gaya kognitif field independent sedangkan 68 lainnya memiliki gaya kognitif field dependent. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2004) dan Suradi (2007) yang menunjukkan adanya perbedaan yang
30 signifikan antara hasil belajar siswa tipe field independent dan tipe field dependent. Hasil belajar siswa yang memiliki gaya kognitif field independent juga lebih baik dari pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.