Model Pengembangan Rumpon Sebagai Alat Bantu dalam Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Tuna Secara Berkelanjutan

dokumen-dokumen yang mirip
PERFORMA HASIL TANGKAPAN TUNA DENGAN PANCING TONDA DI SEKITAR RUMPON. (Performance Catch of Tuna from Troll Line in Rumpon) Oleh:

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ALBACORE ISSN Volume I, No 2, Juni 2017 Hal PERSEPSI PEMANFAATAN PETA DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN SENDANG BIRU MALANG

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TUNA DENGAN METODE SPWANING POTENTIAL RATIO DI PERAIRAN SENDANGBIRU

3. METODE PENELITIAN

PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Jumlah Produksi YellowfinTuna

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

ANALISIS MUSIM PENANGKAPAN DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN LAYUR (TRICHIURUS SP) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

4 EVALUASI PERIKANAN PANCING YANG MENGGUNAKAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR. Pendahuluan

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

PENDUGAAN POTENSI LESTARI KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA ABSTRACT

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES JOURNAL Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-8 Online di :

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

PERAN LONGLINE DALAM MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN IKAN TUNA MATA BESAR: MUNGKINKAH MEMICU GEJALA OVERFISHING DI LAUT PALABUHAN RATU?

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI LESTARI IKAN LAYANG (Decapterus spp) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

HASILTANGKAPAN IKAN TUNA PADA PERIKANAN PANCING TONDA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU RUMPON DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/KEPMEN-KP/2015 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA, CAKALANG DAN TONGKOL

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH

Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

Fluctuation of catch per unit efforts and catch seasons of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in Prigi waters, East Java Province

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

TINGKAT PEMANFAATAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN IKAN LEMURU DI PERAIRAN SELAT BALI ABSTRAK

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

7 KONSEP PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN TELUK BONE

ABSTRAK. Kata kunci: Suhu Permukaan Laut; Klorofil-a; Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares); Pancing Ulur ABSTRACT

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

Transkripsi:

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2014 Vol. 19 (1): 57 65 ISSN 0853 4217 Model Pengembangan Rumpon Sebagai Alat Bantu dalam Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Tuna Secara Berkelanjutan (Development Model of FADs as a Tool in The Sustainability Utilization of Tuna Fish Resources) Tri Wiji Nurani 1*, Sugeng Hari Wisudo 1, Prihatin Ika Wahyuningrum 1, Risti Endriani Arhatin 2 ABSTRAK Penggunaan rumpon yang semakin marak di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa, dikhawatirkan akan berdampak terhadap kelestarian sumber daya ikan tuna. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi dan membuat model pengembangan rumpon sebagai alat bantu dalam pemanfaatan sumber daya ikan tuna secara berkelanjutan. Penelitian dilakukan di PPP Tamperan dan PPP Pondokdadap. Evaluasi dilakukan terhadap 1) komposisi ukuran panjang, 2) stok sumber daya, 3) peta pemasangan rumpon, 4) aturan kebijakan penggunaan dan pemasangan rumpon. Hasil evaluasi menunjukkan 1) Komposisi ukuran ikan tuna layak tangkap di PPP Tamperan dan PPP Pondokdadap berbeda untuk pengambilan sampel pada bulan berbeda, yaitu pada Juni i 75,14 dan 99,42%, sementara itu pada Agustus tember 43,18 dan 73,43%; 2) Estimasi MSY 2.569 ton per tahun, effort optimum 959 unit, tingkat pemanfaatan 78,81%; 3) Posisi rumpon 8 13 o LS, 111 113 o BT, jumlah cukup banyak dengan jarak kurang dari 10 mil dan tidak beraturan; 4) Peraturan sudah ada, namun tingkat pemahaman stakeholder rendah. Berdasarkan hasil evaluasi, rekomendasi model pengembangan, yaitu 1) pengetatan perijinan, ketentuan ikan tuna yang boleh ditangkap di atas 80 cm; 2) lokasi pemasangan rumpon mengacu pada variabilitas klorofil-a dan suhu permukaan laut serta aturan yang termuat dalam Kepmen KP No.30/2004; 3) peraturan yang lebih teknis perlu dibuat dan disosialisasikan, disertai dengan pengendalian dan pengawasan. Kata Kunci: berkelanjutan, pengembangan, rumpon, Samudera Hindia Selatan Jawa, tuna ABSTRACT The increasing use of fish agregating devices (FADs) in the Indian Ocean South Coast of Java is concerned that will be affect the sustainability of tuna resources. The research aimed to evaluate and make development model of FADs as a tool in the sustainability utilization of tuna fish resources. Research was conducted in PPP Tamperan and PPP Pondokdadap. The evaluation was conducted to 1) the lengths size composition, 2) tuna stok resources, 3) map location of FADs, 4) policy rules of use of FADs. Evaluation results indicated 1) the size composition of decent catch tuna fish in PPP Tamperan and PPP Pondokdadap differed for sampling in different month, i.e. respectively in June y 75,14 and 99,42%, while in August tember 43,18 and 73,43% respectively; 2) estimation of MSY is 2.569 tonnes per year, the optimum effort of 970 units, the level of utilization is 78,81; 3) FADs installed in position 8 13 o LS, 111 113 o BT, the number of FADs quite a lot with the installation distance was less than 10 miles and not in order; 4) regulations already existed, but the level of stakeholder understanding of regulations was still low. Based on evaluation results, recommendations of development model are 1) tightening the permissions, that tuna fish which is allowed to be caught is with lenght size over than 80 cm; 2) FADs installation location refers to the variability of chlorophyll-a, sea surface temperature and the rules that are contained in the Kepmen KP No. 30/2004, 3) more technical regulations need to be made and socialized, accompanied with monitoring and controlling. Keywords: development, FADs, sustainability, The Indian Ocean South Coast of Java, tuna PENDAHULUAN Rumpon banyak digunakan di Perairan Selatan Jawa pada beberapa tahun terakhir. Rumpon mulai digunakan awal tahun 2000, sebagai alat bantu pada perikanan pancing tonda untuk menangkap ikan tuna. Rumpon berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan, sehingga kegiatan operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. 1 Departemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. 2 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. * Penulis korespondensi: E-mail: imyudarw16@yahoo.com Introduksi pancing tonda berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan nelayan, khususnya di PPP Pondokdadap (Nuramin 2005), PPI Puger (Ross 2008) dan PPN Prigi (Ross et al. 2012). Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa ikan tuna hasil tangkapan pancing tonda memiliki ukuran yang belum layak tangkap (baby tuna) (Handriana 2007; Ross 2008; Nurani et al. 2008; Maarif 2011). Banyaknya baby tuna yang tertangkap, dikhawatirkan akan berdampak terhadap kelestarian sumber daya, karena ikan tuna belum sempat menjadi dewasa dan memijah. Fromentin dan Fonteneau (2000) menyatakan bahwa length of maturity yellow fin tuna tercapai pada ukuran panjang sekitar 105 cm, sedangkan big eye pada ukuran panjang 115 cm. Sementara itu, Rohit and Rammohan (2009)

58 ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 menyatakan bahwa ikan tuna pada ukuran panjang 80 cm telah mendekati matang gonad, dan diperkirakan pertama kali matang gonad pada ukuran sekitar 90 95 cm. Kondisi pemanfaatan sumber daya ikan tuna seperti tersebut di atas, perlu untuk segera dilakukan evaluasi, sebelum sumber daya ikan tuna terancam overfishing. Penelitian ini dirasakan sangat penting untuk dapat mengevaluasi dan menata kembali penggunaan rumpon, agar pemanfaatan sumber daya ikan tuna dapat dilakukan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan rumpon dan membuat model pengembangan rumpon sebagai alat bantu dalam pemanfaatan sumber daya ikan tuna secara berkelanjutan. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap, dan PPP Tamperan. Survei lapang dilakukan pada bulan Juni tember 2013. Pengumpulan data dilakukan untuk keperluan evaluasi terhadap penggunaan rumpon untuk pemanfaatan sumber daya ikan tuna yang ada saat ini. Data yang dikumpulkan dijabarkan pada bagian berikut. Pertama, data ukuran panjang ikan tuna, data diperoleh melalui pengukuran terhadap hasil tangkapan ikan tuna dari pancing tonda. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sebanyak 10% dari jumlah kapal yang ada. Kedua berupa data sekunder hasil tangkapan dan upaya penangkapan, untuk menduga stok sumber daya ikan tuna. Ketiga, data primer lokasi pemasangan rumpon yang diperoleh berdasarkan informasi dari nelayan, serta data sekunder dari Dinas Perikanan dan Kelautan setempat, untuk memetakan lokasi pemasangan rumpon. Keempat, peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang terkait dengan penggunaan rumpon. Analisis data dilakukan untuk keperluan evaluasi terhadap penggunaan rumpon untuk pemanfaatan sumber daya ikan tuna yang ada saat ini. Pertama, analisis komposisi hasil tangkapan ikan tuna yang dilakukan melalui pengukuran selang kelas panjang ikan. Kelayakan tangkap ikan tuna mengacu pada Rohit and Rammohan (2009). Kedua, analisis estimasi potensi lestari (MSY) sumber daya ikan tuna. Analisis menggunakan pendekatan metode surplus production dengan model Schaefer. Ketiga, pemetaan lokasi pemasangan rumpon dilakukan melalui analisis data suhu permukaan laut, klorofil-a dan kedalaman perairan (batimetri). Keempat, analisis peraturan dan kebijakan dilakukan melalui analisis isi (content analysis) terhadap peraturan dan kebijakan yang ada. Model pengembangan rumpon sebagai alat bantu dalam pemanfaatan sumber daya ikan tuna secara berkelanjutan disusun berdasarkan hasil dari evaluasi yang telah dilakukan. Desain model mencakup 1) penetapan ukuran ikan tuna layak tangkap, 2) penetapan lokasi pemasangan rumpon, 3) penetapan peraturan dan kebijakan penggunaan rumpon. Tahap kegiatan penelitian secara lengkap seperti terlihat pada Gambar 1. Mulai Evaluasi Kondisi Saat ini Komposisi jenis dan ukuran hasil tangkapan Keberadaan stok sumber daya ikan tuna Peta lokasi rumpon Peraturan dan kebijakan Penyusunan Model Penetapan ukuran ikan tuna layak tangkap Penetapan lokasi penempatan rumpon Penetapan Peraturan dan Kebijakan Selesai Gambar 1 Tahap kegiatan penelitian.

ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 59 HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Penggunaan Rumpon sebagai Alat Bantu dalam Pemanfaatan Sumber daya Ikan Tuna Komposisi Hasil Tangkapan dan Kelayakan Tangkap Ikan Tuna Komposisi ukuran panjang ikan tuna yang didaratkan di PPP Pondokdadap, Kabupaten Malang seperti terlihat pada Gambar 2. Persentase ukuran ikan tuna yang layak tangkap berbeda untuk pengambilan sampel pada bulan yang berbeda. Pada bulan Juni i, ikan tuna berukuran cukup besar, dengan persentase ukuran layak tangkap 99,42%. Pada bulan Agustus tember, ukuran hasil tangkapan mulai mengecil, dengan persentase layak tangkap 73,43%. Komposisi ukuran panjang ikan tuna yang didaratkan di PPP Tamperan, Kabupaten Pacitan seperti terlihat pada Gambar 3. erti halnya di PPP Pondokdadap, persentase ukuran ikan tuna yang layak tangkap di PPP Tamperan juga berbeda untuk pengambilan sampel pada bulan yang berbeda. Pada bulan Juni i berukuran cukup besar, dengan persentase ukuran layak tangkap 75,14%. Sementara itu, pada bulan Agustus tember ukuran hasil tangkapan ikan tuna mulai mengecil, dengan persentase layak tangkap 43,18%. Ukuran ikan tuna yang didaratkan di Pondokdadap lebih besar dari pada ikan tuna yang didaratkan di PPP Tamperan. Hal ini dapat dilihat dari persentase ukuran ikan tuna layak tangkap yang lebih besar (Gambar 2 dan 3). Pendugaan Stok Sumber Daya Ikan Estimasi potensi sumber daya ikan tuna merupakan pendekatan estimasi stok sumber daya ikan tuna di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa Timur. Estimasi dilakukan dengan pendekatan metode surplus production. Jenis ikan tuna yang didaratkan didominasi oleh madidihang (yellowfin tuna) dan tuna mata besar (bigeye tuna). Jenis alat tangkap yang digunakan hanya unit pancing tonda, sehingga tidak diperlukan standarisasi untuk menghitung jumlah upaya penangkapan (effort). Hasil analisis diperoleh estimasi nilai potensi maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield atau MSY) kelompok ikan tuna pelagis di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa Timur sebesar a. Hasil tangkapan pada bulan Juni i b. Hasil tangkapan pada bulan Agustus tember Gambar 2 Komposisi ukuran panjang ikan tuna di PPP Pondokdadap. a. Hasil tangkapan pada bulan Juni i b. Hasil tangkapan pada bulan Agustus tember Gambar 3 Komposisi ukuran panjang ikan tuna di PPP Tamperan.

60 ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 2.568,72 ton per tahun, dengan effort optimum (E opt ) 959 unit penangkapan pancing tonda per tahun. Tingkat pemanfaatan sumber daya tuna di perairan ini sekitar 78,81% (Tabel 4 dan Gambar 4). Rumpon yang digunakan oleh nelayan di lokasi penelitian seperti terlihat pada Gambar 5. Konstruksi rumpon terdiri atas pelampung/ponton (float), atraktor, tali tambat (mooring line) dan pemberat (sinker). Rumpon dipasang di wilayah perairan ZEE Indonesia sekitar 30 200 mil dari pantai, pada kedalaman 3.000 5.000 m. Keberadaan rumpon di Perairan Selatan Jawa Timur cukup banyak. Rumpon merupakan milik juragan kapal, yang digunakan secara berkelompok oleh 4 6 unit pancing tonda. Rumpon banyak dipasang secara ilegal, sebagian besar nelayan merahasiakan posisi pemasangan rumponnya. Berdasarkan hasil wawancara, diperkirakan ada 700 rumpon dipasang di perairan selatan Pacitan. Pemasangan rumpon tidak beraturan dengan jarak pemasangan kurang dari 10 mil (Gambar 6). Peraturan Pemasangan Rumpon Pemasangan rumpon merupakan hal yang diperbolehkan dan dilegalkan oleh pemerintah, sebagai upaya untuk meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan masyarakat (Pasal 2 Bab II Kepmen KP No. 30/2004). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa Kepmen KP No. 30/2004 ini belum dilakukan dengan baik. Faktor penyebab belum berjalannya aturan, yaitu terkait dengan materi aturan dan pelaksanaannya di lapangan. Dalam implementasinya, peraturan ini masih memerlukan aturan yang lebih teknis di tingkat bawah, seperti dalam hal 1) tata cara permohonan ijin Tabel 4 Estimasi potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan tuna di perairan Samudera Hindia Selatan Provinsi Jawa Timur Jenis Sumber daya ikan (SDI) Estimasi potensi SDI (MSY) (ton/tahun) Upaya optimum (E opt) (trip/tahun) Jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) (ton/tahun) Rataan produksi (ton) Tingkat pemanfaatan Ikan tuna 2.568,72 959 2.054,98 1.619,53 78,81 (%) Gambar 4 Estimasi potensi ikan tuna dan upaya penangkapan optimum di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa Timur. Pemetaan posisi rumpon 1 2 3 m Keterangan: 3.000 m 4 2 3 4.000 4.500 m 1. Ponton 2. Atraktor (daun kelapa atau lontar) 3. Main line 4. Pemberat Gambar 5 Rumpon yang digunakan di lokasi penelitian.

ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 61 pemasangan rumpon yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (Dirjen Tangkap), Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan wilayah kewenangannya; 2) Ketentuan teknik pemasangan rumpon yang ditetapkan oleh Dirjen Tangkap; 3) Bentuk dan format tanda pengenal yang ditetapkan oleh Dirjen Tangkap, selanjutnya diberikan kepada pemohon oleh Dirjen Tangkap, Gubernur, Bupati/- Walikota sesuai dengan wilayah kewenangannya. Dalam pelaksanaannya, belum semua pemerintah daerah menindaklanjuti peraturan ini. Materi yang terdapat dalam pasal-pasal dalam peraturan tersebut, sulit untuk dilaksanakan, seperti terkait dengan pelaporan, pengendalian dan pengawasan, dan pejabat yang berwenang untuk melaksanakannya. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa, implementasi peraturan juga sulit dijalankan oleh nelayan atau pengusaha perikanan. Kesulitan tersebut diantaranya, yaitu 1) di laut tidak ada batas administrasi yang jelas antara batas administrasi laut kabupaten, laut provinsi, dan laut nasional; 2) rencana pemasangan rumpon tidak memiliki lokasi koordinat yang pasti; 3) nelayan memasang rumpon bukan karena kesesuaian faktor lingkungan untuk lokasi penangkapan ikan tetapi dipengaruhi oleh insting atau kepercayaan yang turun temurun; 4) nelayan kesulitan untuk menentukan jarak antar rumpon, yaitu 10 mil. Model Pemanfaatan Rumpon Penetapan Ukuran Ikan Tuna Layak Tangkap Kelayakan tangkap ikan tuna mengacu pada Rohit and Rammohan (2009), yang menyatakan bahwa ikan tuna pada ukuran panjang 80 cm telah mendekati matang gonad, dan diperkirakan pertama kali matang gonad pada ukuran 90 95 cm. Komposisi ukuran panjang ikan tuna yang didaratkan di PPP Pondokdadap dan PPP Tamperan, menunjukkan komposisi yang berbeda pada pengambilan sampel di bulan yang berbeda. Pada bulan Juni i, ukuran hasil tangkapan lebih panjang dibandingkan hasil tangkapan pada Agustus tember. Kondisi tersebut di atas menunjukkan adanya pengaruh faktor musiman pada penangkapan ikan tuna. Hal ini diperkuat dari analisis musim yang menghasilkan kisaran Indeks Musim Penangkapan Gambar 6 Lokasi Pemasangan rumpon di lokasi penelitian.

62 ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 (IMP) antara 23,27 168,36%. Berdasarkan analisis musim, diketahui bahwa musim penangkapan ikan tuna di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa Timur terjadi pada bulan tember, dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni (Gambar 7). Berdasarkan kondisi tersebut di atas, diperlukan tindakan manajemen dalam pemasangan dan pemanfaatan rumpon. Nelayan dan pemilik kapal diarahkan untuk hanya menangkap ikan yang layak tangkap, yaitu di atas ukuran panjang 80 cm. Keberadaan baby tuna secara umum memiliki pola musim yang sama dengan ikan tuna dewasa, maka untuk menghindari atau mengurangi tertangkapnya baby tuna, nelayan diarahkan untuk melakukan pemancingan pada perairan yang lebih dalam. Penetapan Lokasi Pemasangan Rumpon Berdasarkan pemahaman terhadap kondisi perairan dan aturan pemasangan rumpon, maka penempatan rumpon yang tepat, yaitu seperti terlihat pada Gambar 8. Lokasi pemasangan rumpon mengacu pada variabilitas klorofil-a dan suhu permukaan laut serta mempertimbangkan aturan yang termuat dalam Kepmen KP No.30/2004. Desain jarak masing-masing rumpon adalah 10 mil laut, dipasang sejajar garis pantai dan tidak zig-zag agar tidak mengganggu alur pelayaran. Penetapan Peraturan dan Kebijakan Model pengelolaan rumpon ini menetapkan pentingnya dilakukan upaya-upaya perbaikan terhadap peraturan yang ada. Beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya, yaitu 1) Perijinan yang tidak searah, perijinan pemasangan rumpon dilakukan di pusat, sementara perijinan usaha pancing tonda di provinsi; 2) Pemerintah sebagai pejabat yang berwenang tidak memiliki data berapa jumlah rumpon saat ini; 3) Nelayan tidak memahami adanya aturan pemasangan dan pemanfaatan rumpon, sehingga banyak rumpon yang dipasang ilegal; 4) Pengawasan dan pengendalian terhadap rumpon belum dilakukan dengan baik; 5) Tindakan tegas terhadap pelanggaran belum dilakukan. Langkah-langkah tindakan dan kebijakan yang perlu dilakukan, diantaranya yaitu: 1) Mensinergikan ijin usaha penangkapan ikan dengan ijin pemasangan rumpon dalam pelayanan satu atap; 2) Pemberian ijin oleh Pejabat pemberi perijinan harus mempertimbangkan Bab III Pasal 9 dari peraturan ini, disertai validasi terhadap persyaratan dalam proses pemberian perijinan pemasangan rumpon; 3) Pencatatan dengan baik, setiap pengajuan permohonan ijin pemasangan rumpon; 4) Sosialisasi ketentuan teknik pemasangan rumpon yang telah dibuat Direktur Jenderal ke daerah; 5) Penegakan hukum perlu dilakukan melalui monitoring dan controlling yang dilakukan secara ketat. Pembahasan Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa merupakan fishing ground bagi sumber daya ikan tuna (Sedana 2004). Kondisi perairan yang berubah Gambar 7 Pola umum musim penangkapan ikan tuna di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa Timur. sesuai dengan perubahan musim yang terjadi di Samudera Hindia, menyebabkan keberadaan ikan tuna tidak tetap sepanjang tahun. Tuna terbiasa untuk melakukan migrasi dari satu perairan ke perairan lain. Ikan tuna di Samudera Hindia Selatan Jawa bermigrasi dari arah timur ke barat. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian, dimana persentase ikan tuna yang layak tangkap lebih besar di PPP Pondokdadap dari pada di PPP Tamperan. Berdasarkan komposisi ukuran hasil tangkapan terlihat bahwa, komposisi ukuran panjang ikan tuna hasil tangkapan pancing tonda yang didaratkan di PPP Pondokdadap dan PPP Tamperan, berbeda untuk pengambilan sampel pada bulan yang berbeda. Pada bulan Juni i, hasil tangkapan ikan tuna berukuran cukup besar, sementara itu pada bulan Agustus tember, ukuran hasil tangkapan mulai mengecil. Kondisi tersebut di atas diperkuat dengan hasil analisis terhadap data yang diolah dari citra modis komposit bulanan selama 5 tahun (2008 2012), yang menunjukkan adanya peningkatan sebaran konsentrasi klorofil-a pada saat musim timur dan menurun pada musim barat (Gambar 9). Pada bulan Juni i diduga terjadi up welling di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa. Peningkatan konsentrasi klorofil-a pada musim timur berkaitan dengan fenomena upwelling di perairan tersebut (Gaol 2003). Hasil analisis dengan pendekatan model Schaefer diperoleh estimasi nilai potensi maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield atau MSY) sebesar 2.568,72 ton/tahun, dengan effort optimum (E opt ) 959 unit. Nilai estimasi ini masih sangat kasar, sehingga akan riskan bila tingkat pemanfaatannya sama dengan nilai MSY. Oleh karena itu, dalam pemanfaatannya perlu pendekatan kehati-hatian (precautionary approach), yaitu dengan membatasi maksimum pemanfaatannya sebesar 80% dari nilai MSY atau yang dikenal istilah jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB). Penggunaan rumpon dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas operasi penangkapan ikan.

konsentrasi klorofil-a (mg/m3) ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 63 Gambar 8 Lokasi yang tepat untuk pemasangan rumpon. 1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 2008 2009 2010 2011 2012 Gambar 9 Rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a selama 5 tahun (2008 2012) di perairan selatan Jawa Timur. Rumpon dilengkapi dengan atraktor yang berfungsi menarik ikan untuk berkumpul di sekitar rumpon, dan membentuk jaringan makanan (foodweb). Kegiatan operasi penangkapan ikan menjadi lebih mudah, karena ikan sudah berkumpul disekitar rumpon (Sondita 2011). Namun Nahib (2008) mengingatkan

64 ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 bahwa peningkatan biomass yang terdapat disekitar rumpon bersifat sementara dan tidak menambah jumlah biomass secara keseluruhan. Hal ini juga sesuai pendapat Jaquemet et al. (2010) yang menyatakan, rumpon merupakan ecological trap untuk yellowfin tuna ukuran kecil sampai mencapai kematangan gonad. Untuk itu pemanfaatan rumpon harus dilakukan secara hati-hati, Pillai and Satheeshkumar (2012) telah menyatakan kondisi yang membahayakan kegiatan perikanan tuna di perairan Samudera Hindia. Pemerintah sudah menerbitkan peraturan tentang pemasangan dan pemanfaatan rumpon. Pada kenyataannya masih banyak rumpon yang dipasang secara illegal, aturan-aturan yang terdapat dalam pasal demi pasal dalam peraturan tersebut belum dilaksanakan dengan baik. Sudah saatnya keberadaan peraturan ini untuk dapat dilaksanakan dan ditegakkan dengan benar. Pemahaman terhadap isi peraturan oleh stakeholder perlu ditingkatkan melalui sosialisasi terhadap peraturan yang ada. KESIMPULAN Hasil evaluasi terhadap penggunaan rumpon, yaitu pertama, komposisi ukuran panjang ikan tuna di PPP Pondokdadap dan PPP Tamperan berbeda untuk pengambilan sampel pada bulan yang berbeda, persentase ukuran layak tangkap pada Juni i masing-masing 99,42 dan 75,14%, sedangkan pada Agustus tember 73,43 dan 43,18%. Kedua, potensi lestari (MSY) sumber daya ikan tuna diperkirakan sebesar 2.568,72 ton per tahun, dengan effort optimum (E opt ) 959 unit, tingkat pemanfaatan 78,81%. Ketiga, rumpon dipasang pada lokasi 8 13 LS, 111 113 o BT, jumlah rumpon cukup banyak dengan jarak pemasangan kurang dari 10 mil dan tidak beraturan. Keempat, peraturan pemasangan dan pemanfaatan rumpon, yaitu Kepmen KP No. 30/2004 memiliki materi aturan telah cukup lengkap, namun masih bersifat umum dan perlu dilengkapi dengan peraturan yang lebih bersifat teknis di tingkat bawah, tingkat pemahaman stakeholder terhadap peraturan masih rendah. Berdasarkan hasil evaluasi, maka rekomendasi model pengembangan rumpon, yaitu pertama, pengetatan dalam pemberian perijinan pemasangan dan pemanfaatan rumpon, nelayan diarahkan untuk menangkap ikan di atas ukuran panjang 80 cm. Kedua, lokasi pemasangan rumpon mengacu pada variabilitas klorofil-a dan suhu permukaan laut serta aturan yang termuat dalam Kepmen KP No.30/2004, rumpon dipasang sejajar dengan garis pantai dan tidak zig-zag dengan jarak 10 mil. Ketiga, peraturan yang ada perlu ditindaklanjuti dengan peraturan yang lebih teknis berupa keputusan Dirjen, Gubernur dan Bupati/Walikota, sosialisasi perlu intensif dilakukan agar stakeholder dapat memahami dengan lebih baik terhadap peraturan yang ada, pengendalian dan pengawasan perlu dilakukan secara reguler dan ditingkatkan. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian, yaitu 1) sosialisasi peraturan kepada stakeholder, terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan dan pemanfaatan rumpon; 2) sosialisasi kepada nelayan terkait dengan metode penangkapan ikan tuna secara berkelanjutan; 3) peninjauan kembali terhadap peraturan yang ada, untuk dapat memudahkan dalam pelaksanaan disertai monitoring dan controlling yang ketat. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi yang telah memberikan skim pendanaan untuk kegiatan penelitian ini, melalui dana Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) tahun 2013. Terima kasih juga disampaikan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Malang dan Pacitan beserta staf, Kepala PPP Pondokdadap dan PPP Tamperan beserta staf, serta semua pihak yang telah membantu penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Fromentin JM, Fonteneau A. 2000. Fishing Effects and Life History Traits: a Case Study Comparing Tropical Versus Temperate Tunas. Fisheries Research Journal. 53: 133 150. Gaol JL. 2003. Kajian Karakteristik Oseanigrafi Samudera Hindia Bagian Timur dari Citra Satelit dan Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus). [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Handriana J. 2007. Pengoperasian Pancing Tonda pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jaquemet S, Potier M, Menard F. 2010. do Drifting and Anchored Fish Aggregating Devices (FADs) Similarly Influence Tuna Feeding Habits? a Case Study from the Western Indian Ocean. Fisheries Research Journal. 107: 283 290. Maarif R. 2011. Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonda di Pacitan terhadap Kelestarian Sumber daya Ikan Tuna. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nahib I. 2008. Analisis Bioekonomi Dampak Keberadaan Rumpon terhadap Kelestarian Sumber daya Perikanan Tuna Kecil (Studi Kasus di Perairan Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

ISSN 0853 4217 JIPI, Vol. 19 (1): 57 65 65 Nuramin M. 2005. Prospek Pengembangan Perikanan Tuna di Sendang Biru, Kabupaten Malang, Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurani TW, Haluan J, Sudirman S, Lubis E. 2008. Rekayasa Sistem Pengembangan Perikanan Tuna di Perairan Selatan Jawa. Forum Pascasarjana. 31 (2): 79 92. Nurani TW. 2010. Model Pengelolaan Perikanan: Suatu Kajian Pendekatan Sistem. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pillai NG, Satheeshkumar P. 2012. Biology, Fishery, Conservation and Management of Indian Ocean Tuna Fisheries. Ocean Sci. J. 47(4): 411 433. Rohit P, Rammohan K. 2009. Fishery and Biological Aspects of Yellowfin Tuna Thunnus albacares along Andhra Coast, India. Asian Fisheries Science. 22: 235 244. Ross A. 2008. Peluang Ekspor Tuna Segar dari PPI Puger (Tinjauan Aspek Kualitas dan Aksesbilitas Pasar). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ross A, Wiyono ES, Nurani TW. 2012. Persepsi Sosial Stakeholder Perikanan Tangkap di PPN Prigi, Trenggalek. Buletin PSP. 20 (3): 229 237. Sedana I. 2004. Musim Penangkapan Ikan di Indonesia. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 116 hal. Sondita MFA. 2011. Sebuah Perspektif: Rumpon sebagai alat Pengelolaan Sumber daya Ikan. Buku II New Paradigm in ine Fisheries. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.