FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

Transkripsi

1 FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK Indri Ika Widyastuti 1, Supriyatno Widagdo 2, Viv Djanat Prasita 2 1 Mahasiswa S1-Oseanografi Fakultas Teknik Universitas Hang Tuah Surabaya 2 Dosen Oseanografi Universitas Hang Tuah Indriiwys@gmail.com Abstrak: Salah satu perairan di Indonesia yang diketahui terjadi upwelling adalah Samudera Hindia. Perairan Trenggalek yang merupakan bagian dari Samudera Hindia memiliki produksi perikanan tangkap tertinggi kedua di Jawa Timur. Penelitian ini akan mengkaji apakah fenomena upwelling yang terjadi di perairan Trenggalek dan pengaruhnya terhadap jumlah tangkapan ikan layang deles (Decapterus Macrosoma). Fenomena upwelling dianalisis berdasarkan parameter angin, arus, suhu, salinitas, dan klorofil-a selama satu tahun. Data angin diolah dalam bentuk windrose, dan data arus diolah dalam bentuk currentrose untuk mendapatkan arah dan kecepatan. Data suhu, salinitas, dan klorofil-a merupakan data citra satelit, pengolahan data menggunakan SEADAS. Data jumlah tangkapan ikan bulanan periode digunakan untuk melihat waktu tangkapan maksimal. Hasil Analisis menunjukkan upwelling di perairan Trenggalek terjadi pada Agustus-Oktober. Hal ini didukung dengan klorofil yang tinggi antara mg/m 3, salinitas yang tinggi antara , dan suhu permukaan yang rendah antara C. Jumlah tangkapan layang deles mengalami peningkatan yang signifikan pada Agustus-November. Hal ini memperkuat bahwa pada Agustus-Oktober perairan Trenggalek terjadi upwelling dan berkaitan dengan jumlah tangkapan ikan yang meningkat pada bulan-bulan tersebut. Kata Kunci: Upwelling, suhu, salinitas, klorofil-a, layang deles, perairan Trenggalek PENDAHULUAN Upwelling adalah istilah yang lazim digunakan untuk menyatakan proses naiknya massa air dari dasar perairan ke permukaan. Nutrisi dari lapisan bawah yang lebih tinggi konsentrasinya akan naik ke lapisan permukaan. Pengangkatan massa air ini akibat dari kekosongan massa air permukaan. Daerah upwelling ditandai dengan massa air dengan suhu yang lebih dingin, dan salinitas yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Secara kimiawi ditandai dengan tingginya kandungan plankton dan klorofil-a. Upwelling yang terjadi di Selatan Jawa hingga Selatan Sumbawa terjadi pada Mei-September (Nontji, 2005). Umumnya nilai suhu permukaan laut turun dan klorofil makin naik. Nilai klorofil yang tinggi berkembang sesuai dengan perkembangan temperatur terendah (Kunarso dkk, 2011). Penelitian lain menyebutkan upwelling di Selatan Jawa terjadi bulan Mei-September ditandai dengan turunnya nilai suhu permukaan mencapai 2 o C dan meningkatnya produktivitas primer (Kemili, 2012). Perairan Trenggalek merupakan perairan yang terletak di Selatan Jawa (Samudera Hindia) sehingga di perairan ini memiliki potensi terjadi upwelling. Daerah Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya D1-45

2 Upwelling merupakan daerah penangkapan ikan karena kaya akan kandungan zat hara sehingga menjadi habitat yang baik bagi ikan-ikan. Aktivitas ekonomi masyarakat di pesisir Kabupaten Trenggalek bergantung pada perikanan tangkap. Kegiatan perikanan tangkap berkembang dengan baik di Kabupaten Trenggalek, karena perairan sekitar (Samudera Hindia) merupakan daerah yang dimungkinkan terjadi upwelling. Kabupaten Trenggalek terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi. Jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Prigi beragam, yaitu jenis ikan pelagis besar, pelagis kecil, serta ikan damersal. Ikan Pelagis kecil merupakan hasil tangkapan dominan. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil terbanyak adalah ikan layang (Laporan Statistika Pelabuhan Perikanan Nusantara, 2013). Penelitian sebelumnya menyatakan musim puncak penangkapan ikan terjadi pada Juli-Oktober (Sulandri, 2011). Penelitian ini akan mengkaji apakah fenomena upwelling yang terjadi di erairan Trenggalek memiliki pengaruh terhadap jumlah tangkapan ikan di Kabupaten Trenggalek. Hasil tangkapan ikan yang dianalisis adalah ikan pelagis utama yang didaratkan di PPN Prigi. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan Desember-April 2016 dengan lokasi penelitian terletak di perairan Trenggalek (Gambar 1). Data diambil dari 4 stasiun yang ada di perairan berdasarkan letak geografis. Gambar 1. Lokasi penelitian di perairan Trenggalek Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data angin, arus, temperatur, salinitas, klorofil-a, dan hasil tangkapan ikan. Data angin dan arus diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Perak II Surabaya. Data yang digunakan adalah data angin dan arus periode Desember November Pengolahan data angin dan arus menggunakan software windrose untuk memperoleh pola sebaran arah dan kecepatan angin dan arus dari delapan penjuru mata angin. Data temperatur, salinitas, dan klorofil berupa tampilan citra satelit yang diperoleh dari Data yang digunakan adalah data temperatur, salinitas, dan klorofil periode Desember 2013-November Pengolahan D1-46 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya

3 data menggunakan SEADAS. Data citra selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai rata-rata temperatur, salinitas, dan klorofil setiap bulannya. Data Hasil Tangkapan Ikan diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi yang merupakan hasil tangkapan nelayan di lokasi penelitian dan sekitarnya. Data yang digunakan adalah data selama tiga tahun dengan periode Desember November Data tangkapan ikan digunakan untuk melihat hasil tangkapan ikan pelagis utama. Selanjutnya, data ikan tersebut dikelompokkan setiap bulannya untuk melihat jumlah produksi setiap bulan dalam tiga tahun. Data klorofil, salinitas, dan dikorelasikan dengan jumlah tangkapan ikan untuk mengetahui pengaruh upwelling dengan hasil tangkapan ikan di perairan Trenggalek. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Klorofil Klorofil merupakan salah satu indikator terjadinya upwelling. Penaikan massa air dalam ke permukaan membawa serta klorofil. Perairan yang mengalami upwelling memiliki konsentrasi klorofil yang lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Perairan tersebut merupakan habitat yang baik ikan. Sebaran klorofil-a selama Desember 2013-November 2014 di perairan Trenggalek dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Distribusi klorofil permukaan pada Desember 2013-November 2014 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya D1-47

4 Rata-rata konsentrasi klorofil pada Desember 2013-November 2014 ditunjukkan pada Gambar 2. Klorofil di perairan Trenggalek berkisar antara mg/m 3. Nilai klorofil di perairan Trenggalek mulai meningkat pada awal Musim Timur dan mencapai puncaknya pada Agustus. Rata-rata klorofil pada Agustus yaitu 0.73 mg/m 3. September dan Oktober nilai klorofil masih tinggi walaupun terjadi penurunan nilai dari bulan sebelumnya. Konsentrasi klorofil pada September 0.64 mg/m 3, dan pada Oktober 0.51 mg/m 3. Nilai klorofil kembali menurun pada November. Konsentrasi klorofil yang tinggi dibandingkan bulan lainnya pada Agustus-Oktober menunjukkan adanya indikasi upwelling di perairan Trenggalek. b. Salinitas Salinitas juga sebagai salah satu indikator upwelling. Ketika terjadi upwelling, salinitas air laut yang ada di bawah akan menuju ke permukaan. Salinitas di permukaan saat terjadi upwelling lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Salinitas di perairan Trenggalek pada Desember 2013-November 2014 (Gambar 3) berkisar antara Hasil analisis perbulan menunjukkan nilai salinitas mulai meningkat pada Juli yaitu 34.3 dan mencapai puncaknya pada Oktober dengan salinitas sebesar Salinitas yang tinggi dibandingkan bulan lainnya pada Juli- Oktober menunjukkan adanya indikasi upwelling di perairan Trenggalek. Gambar 3. Distribusi salinitas permukaan pada Desember 2013-November 2014 D1-48 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya

5 c. Suhu Permukaan Suhu Permukaan perairan Trenggalek Desember 2013-November 2014 (Gambar 4) berkisar antara 25 C-30 C. Suhu permukaan tertinggi terjadi pada Maret dengan rata-rata C. Suhu permukaan terendah terjadi pada September dengan rata-rata C. Suhu Permukaan laut di perairan Trenggalek menurun pada Juni yaitu C. Keadaan ini terus berlanjut sampai nilai minumum pada September sekitar C. Suhu permukaan meningkat kembali pada Oktober, namun nilainya masih relatif rendah. Suhu permukaan yang rendah pada Agustus-Oktober menunjukkan adanya indikasi upwelling di perairan Trenggalek. Gambar 4. Distribusi suhu permukaan pada Desember 2013-November 2014 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya D1-49

6 d. Upwelling Upwelling yang terjadi di perairan Trenggalek terjadi pada Agustus-Oktober. Hasil pengkajian menunjukkan pola angin dan arus menyebabkan terjadi transport Ekman yang membawa massa air menjauhi daratan yang menyebabkan kekosongan massa air. Analisis tersebut diperkuat dengan rata-rata klorofil, dan salinitas yang tinggi, serta suhu permukaan laut yang rendah. Agustus (Gambar 5), angin dominan bertiup dari dari Tenggara dengan kecepatan maksimal knot, arus dominan mengalir ke Barat dengan kecepatan maksimal cm/s. Pola angin yang bertiup dari Timur dan arus yang mengalir ke Barat memiliki kesesuaian. Arus yang mengalir dibelokkan berlawanan arah jarum jam menjauhi daratan, hal ini menyebabkan kekosongan massa air. Sehingga, pada bulan ini berpotensi terjadi upwelling. Pola angin dan arus yang menunjukkan terjadi upwelling pada bulan ini didukung dengan hasil analisis klorofil, salinitas, dan suhu permukaan. Nilai klorofil pada Agustus mengalami peningkatan hingga 0.73 mg/m 3. Salinitas permukaan juga meningkat menjadi dan suhu permukaan lebih dingin yaitu 26.3 C. Hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa di perairan Trenggalek pada Agustus terjadi upwelling. A KL SA S Gambar 5. Mekanisme upwelling pada Agustus 2014 September (Gambar 6), angin yang bertiup di perairan Trenggalek dominan dari Tenggara dengan kecepatan maksimal lebih dari 25 knot. Arus dominan mengalir ke Barat dengan kecepatan maksimal cm/s. Angin yang bertiup menyebabkan transpor massa yang arahnya berlawanan jarum jam sehingga terjadi kekosongan massa air. Massa air dalam naik ke permukaan untuk mengisi kokosongan tersebut. Pendugaan upwelling diperkuat oleh sebaran klorofil, suhu permukaan, dan salinitas. Hasil citra menunjukkan rata-rata klorofil pada September yaitu 0.64 mg/m 3. Salinitas permukaan sekitar 34.58, dan suhu permukaan yaitu 25.7 C. Hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa di perairan Trenggalek pada September terjadi upwelling. D1-50 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya

7 A KL SA S Gambar 6. Mekanisme upwelling pada September 2014 Angin yang bertiup di perairan Trenggalek pada Oktober (Gambar 7) dominan dari Tenggara dengan kecepatan maksimal knot. Arus dominan mengalir ke Barat dengan kecepatan maksimal cm/s. Lokasi pengamatan yang berapa di BBS menyebabkan Arus yang mengalir dibelokkan berlawanan arah jarum jam. Transpor Ekman membawa massa air menjauhi daratan. yang terjadi membawa massa air menjauhi daratan yang menyebabkan terjadinya upwelling. Pendugaan upwelling diperkuat oleh sebaran klorofil, suhu permukaan, dan salinitas. Nilai klorofil pada Oktober yaitu 0.51 mg/m 3. Salinitas permukaan juga yaitu 34.64, dan suhu permukaan yaitu 26.7 C. Hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa di perairan Trenggalek pada Oktober terjadi upwelling. A KL SA S Gambar 7. Mekanisme upwelling pada September 2014 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya D1-51

8 e. Jumlah Tangkapan Ikan Layang Deles Jumlah tangkapan ikan layang (Gambar 8) tahun 2013 sebesar 5,496,542 ton, pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 3,976,261 ton, dan tahun 2015 meningkat kembali hingga 5,993,093 ton. Jumlah tangkapan ikan mengalami peningkatan mulai Agustus-November pada 2013, Agustus-Oktober pada 2014, dan Agustus- November pada Jumlah tangkapan ikan tertinggi terjadi pada September 2013 sebesar 2,831,648 ton. Ada beberapa bulan dimana tidak ada ikan layang deles yang tertangkap yaitu pada Juni-Juli 2014, dan Februari Hal ini disebabkan ikan layang hidup bermigrasi dan hanya muncul pada musim-musim tertentu. Gambar 8. Jumlah tangkapan ikan layang deles ( ) yang didaratkan di PPN Prigi f. Hubungan antara Jumlah Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Perairan Trenggalek dipengaruhi oleh proses upwelling pada Agustus-Oktober, sehingga perairan ini menjadi kaya akan bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh ikan. Ikan layang deles muncul pada saat musim-musim tertentu. Musim Barat, Jumlah tangkapan ikan layang deles sangat rendah. Awal musim timur hasil tangkapan layang deles mulai meningkat dan mencapai puncak penangkapan pada akhir musim timur hingga musim peralihan 2. Jumlah tangkapan ikan layang deles terlihat mengalami peningkatan yang signifikan pada Agustus-November. Ikan layang merupakan ikan yang dapat hidup optimal pada salinitas dan klorofil-a yang tinggi, serta suhu yang rendah. Ikan ini dapat hidup pada salinitas dan suhu antara C. Selama bulan Agustus-Oktober tersebut terjadi upwelling yang ditunjukkan dengan tingginya klorofil-a, dan salinitas, serta rendahnya suhu permukaan laut diikuti dengan meningkatnya jumlah tangkapan ikan layang deles (Gambar 9). Jumlah tangkapan ikan pada November masih tinggi karena nilai klorofil dan salinitas yang tinggi. Hal ini terjadi karena masih ada pengaruh upwelling pada bulan sebelumnya. D1-52 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya

9 a b Gambar 9. Rata-rata klorofil dan jumlah tangkapan ikan (a) Rata-rata salinitas dan jumlah tangkapan ikan (b) Rata-rata suhu dan jumlah tangkapan ikan (c) c KESIMPULAN Fenomena Upwelling di perairan Trenggalek terjadi pada Agustus-Oktober. Penaikan massa air dalam ditandai dengan klorofil, dan salinitas yang lebih tinggi, serta suhu permukaan yang rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Upwelling yang terjadi diikuti dengan meningkatnya jumlah tangkapan layang deles. Hal ini menunjukkan Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya D1-53

10 bahwa Agustus-Oktober perairan Trenggalek terjadi upwelling dan berkaitan dengan jumlah tangkapan ikan yang meningkat pada bulan-bulan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Hasil Tangkapan Ikan. [25 Januari 2016]. Kemili P. dan Putri R.M Pengaruh Durasi dan Intensitas Upwelling berdasarkan Anomali Suhu Permukaan Laut terhadap Variabilitas Produktivitas Primer di Perairan Indonesia. Jurnal Ilmu Kelautan Tropis. Juni Vol.4 (1): Kunarso, Safwan H., Nining S.N. dan Mulyono S.B Variabilitas Suhu dan Klorofila di Daerah Upwelling pada Variasi Kejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor. Jurnal Ilmu Kelautan. September Vol.16 (3): Nontji, A Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Laporan Tahunan Statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Pelabuhan Perikanan Prigi. Trenggalek [5 Januari 2016] Sulandri, A Strategi Peningkatan Produksi Pada Nelayan Pancing Tonda di Perairan Teluk Prigi (Pelabuhan Perikanan Nusantara). Tesis. Depok: Universitas Indonesia. D1-54 Indri Ika W, Supriyatno W, Viv Djanat P: Fenomena Upwelling dan Kaitannya