5 HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yandi Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL Unit penangkapan Pancing rumpon merupakan unit penangkapan yang terdiri dari beberapa alat tangkap pancing yang melakukan pengoperasian dengan alat bantu rumpon. Di PPN Palabuhanratu unit penangkapan ini dikenal dengan nama pancing rumpon. Unit penangkapan pancing rumpon terdiri dari alat tangkap, kapal, nelayan dan alat bantu penangkapan yaitu rumpon Alat tangkap Menurut hasil wawancara dengan nelayan rumpon di Palabuhanratu, alat tangkap yang digunakan oleh nelayan rumpon diantaranya pancing tonda, pancing taber, pancing coping, pancing jerigen, dan pancing layangan. Alat tangkap yang digunakan tersebut memiliki konstruksi, metode penangkapan, dan waktu pengoperasian yang berbeda-beda antara alat tangkap satu dengan alat tangkap lainnya. 1) Pancing tonda Pancing tonda merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan umpan. Pada pengoperasiannya, pancing tonda ditarik oleh kapal yang operasinya dilakukan di buritan kapal. Konstruksi dari alat tangkap ini hanya terdiri dari mata pancing yang memiliki umpan buatan yang terbuat dari benang warna-warni dan tali nilon monofilamen. Mata pancing yang digunakan yaitu nomor 7 (tujuh) atau 8 (delapan) yang terbuat dari besi sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu. 30
2 Keterangan: 1. Mata pancing dan umpan 2. Submarine board 3. Swivel 4. Joran Gambar 7 Ilustrasi pengoperasian pancing tonda 2) Pancing taber Alat tangkap pancing taber merupakan alat tangkap yang digunakan juga pada operasi penangkapan di sekitar rumpon. Konstruksi dari alat tangkap ini terdiri dari tali cabang, kail, swivel, dan pemberat. Pancing taber memiliki 15 tali cabang, panjang tali cabang 30 cm dengan jarak antara tali cabang yaitu sekitar 1 meter, sedangkan jarak antara swivel pertama dengan tali cabang pertama adalah sepanjang 1,5 meter, berbeda dengan panjang tali cabang dengan swivel terakhir berjarak hanya 1 meter. Mata pancing yang digunakan menggunakan ukuran nomor 7 (tujuh) dengan bantuan umpan buatan berupa tali rafia berwarna yang telah disisir seperti rambut. Pada swivel ke dua digantungi pemberat 100 gram. 31
3 32 Keterangan: 1 Penggulung tali 2 Swivel 3 Pemberat 4 Mata pancing dan umpan buatan Gambar 8 Pancing taber 3) Pancing coping Alat tangkap ini digunakan oleh nelayan rumpon untuk menangkap ikan umpan. Konstruksi pancing coping terdiri dari mata pancing dengan ukuran nomor 8 (delapan) yang diikat oleh tali nilon monofilamen sepanjang tujuh meter, tali ini menghubungkan atau mengikat pada swivel, sedangkan pemberat yang digunakan memiliki massa gram. 32
4 33 Keterangan: 1 Penggulung tali 2 Swivel 3 Pemberat 4 Mata pancing dan umpan buatan Gambar 9 Pancing coping 4) Tomba Jerigen Tomba jerigen termasuk ke dalam kategori alat tangkap pancing yang merupakan alat tangkap utama yang digunakan dalam operasi penangkapan rumpon. Menurut hasil wawancara konstruksi tomba jerigen terdiri dari jerigen, tali nilon monofilament, swivel, pemberat terbuat dari timah sekitar 250 g, mata pancing yang digunakan nomor 1 (satu) atau 2 (dua) dan terbuat dari baja, dan umpan hidup. Jerigen ini berfungsi sebagai pelampung tanda berukuran liter, dengan warna cerah sehingga mudah dikenali. 33
5 34 Keterangan: 1 Jerigen 2 Swivel 3 Pemberat 4 Mata pancing Gambar 10 Pancing jerigen 5) Pancing layangan Alat tangkap ini memiliki konstruksi yang terdiri dari layangan plastik, umpan buatan yang berupa cumi-cumi plastik dan berwarna, multiple hook, dan tali. Pada alat tangkap pancing layangan ini multiple hook yang digunakan merupakan rakitan yang dibuat sendiri oleh nelayan dan ukuran mata pancing yang digunakan adalah mata pancing nomor 2 (dua). Rakitan mata pancing dibuat menjadi satu kesatuan yang terdiri dari tiga mata pancing kemudian diikat menggunakan benang nilon monofilamen. Umpan buatan yang berupa cumi-cumi plastik berfungsi juga untuk menyembunyikan mata pancing agar tidak terlihat oleh ikan. Sedangkan layangan terbuat dari bahan plastik yang umumnya berwarna hitam dengan harga Rp 2000,- persatuan layangan. 34
6 35 Keterangan: 1 Penggulung tali 2 Tali pancing 3 Layang-layang plastik 4 Mata pancing dan umpan buatan 5 Swivel Gambar 11 Ilustrasi pengoperasian pancing layangan Kapal Kapal yang digunakan adalah kapal rumpon yang spesifikasinya merupakan jenis perahu inboard engine dengan ukuran panjang (LOA) meter, lebar (B) 3,2 meter, dalam (D) 2,5 meter. Bahan kayu yang digunakan pada perahu ini adalah kayu bungur. Kapal ini biasanya memiliki 3-4 palka yang terbuat dari bahan fiber atau terbuat dari kayu dengan ukuran 1,6x1,7x1 meter. Pada kapal rumpon terdapat dua mesin yaitu mesin utama dan mesin samping atau cadangan, mesin utamanya adalah Yanmar 300 Tf dan mesin samping atau cadangannya adalah Jiandong 300 Tf dengan bahan bakar menggunakan solar (Lampiran 3) Nelayan Nelayan yang beroperasi pada perahu rumpon atau biasa disebut dengan nelayan pancing rumpon berjumlah 3 sampai 6 orang nelayan. Pembagian tugasnya terdiri dari satu orang sebagai juru mudi, satu orang sebagai wakil juru mudi, satu orang juru masak merangkap sebagai pemancing, dan sisanya sebagai pemancing. Dalam operasi penangkapan, juru mudi berperan sangat penting 35
7 36 dalam keberhasilan operasi penangkapan karena semua keputusan berada ditangan juru mudi Rumpon Rumpon adalah suatu alat bantu penangkapan ikan yang merupakan suatu bangunan yang menyerupai pepohonan yang dipasang di suatu tempat yang berada di tengah laut. Rumpon yang berada di lokasi penelitian menggunakan rumpon yang memiliki komponen utama yaitu terdiri dari pelampung yang terbuat dari ponton, tali utama yang terbuat dari tali PP (polypropylene), atraktor alami yang terbuat dari pelepah daun kelapa, sedangkan atraktor permanennya terbuat dari bahan sintetis yang terbuat dari tali plastik rafia dan waring bekas, serta pemberat utama yang terbuat dari semen. Adapun pelengkap yang digunakan pada rumpon yaitu meliputi swivel yang terbuat dari besi, hillban yang terbuat dari ban luar mobil, karung plastik, selang plastik, tali PE, dan pemberat atraktor yang terbuat dari batu bata merah (Lampiran 6) Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama yang tertangkap pada rumpon selama penelitian adalah jenis ikan tuna yang termasuk ke dalam Famili Scrombidae. Menurut Dahuri (2008) vide Ma arif (2011) secara global terdapat 7 spesies ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis penting, yaitu albacore (Thunnus alalunga), bigeye tuna (Thunnus obesus), atlantic bluefin tuna (Thunnus thynnus), pacific bluefin tuna (Thunnus orientalis), southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), yellowfin tuna (Thunnus albacares), dan skipjack tuna(katsuwonus pelamis). Jenis ikan ini hidup dan berkembang di perairan samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia kecuali pasific bluefin dan southern bluefin tuna. Pada penelitian ini, ikan jenis tuna yang tertangkap adalah ikan tuna jenis cakalang, madidihang dan bigeye tuna. Menurut hasil wawancara dengan nelayan pancing rumpon dikatakan bahwa dalam satu kali trip pada musim puncak nelayan bisa mendapatkan 19 ekor sampai 50 ekor dengan berat 50 kg sampai 70 kg pada setiap ekornya. Selain itu, adapun hasil tangkapan sampingan yang tertangkap pada rumpon adalah ikan jabrig, ikan salur, ikan jangilus, dan ikan selayang yang biasanya dipakai untuk ikan umpan. 36
8 Daerah dan musim penangkapan ikan Daerah atau lokasi pemasangan rumpon di teluk Palabuhanratu, umumnya pada lintang 7 0 sampai lintang 9 0 LS. Berikut merupakan lokasi daerah penangkapan pancing dengan alat bantu rumpon di teluk Palabuhanratu. 6 24' 6 42' 7 00' N W E S Kilometers 7 18' 7 36' 7 54' 8 12' LEGENDA # Kilometer Daratan Perairan Posisi rumpon INSERT PETA 8 30' 8 48' 9 6' ' ' ' ' ' ' 106 6' ' ' ' ' ' Skala 1: Gambar 12 Peta lokasi pemasangan rumpon Menurut hasil wawancara daerah pemasangan rumpon di teluk Palabuhanratu berjarak 100 mil dari PPN Palabuhanratu Sukabumi, jarak tersebut ditempuh nelayan selama satu hari satu malam. Melihat lokasi penangkapan yang cukup jauh tentunya sering terjadi kendala yang dialami oleh nelayan pancing rumpon dalam melakukan operasi penangkapan, salah satunya yaitu kendala cuaca yang tidak bisa diprediksikan Musim penangkapan di teluk Palabuhanratu dikenal dengan dua musim yaitu musim barat dan musim timur. Musim timur biasaya terjadi pada bulan Juni-Oktober dimana pada bulan tersebut didapatkan jumlah ikan yang berlimpah, sedangkan musim barat terjadi di bulan November- Mei yang ditandai dengan sedikitnya jumlah hasil tangkapan yang didaratkan. Berikut merupakan data hasil tangkapan pancing dengan alat bantu rumpon yang didapatkan pada tahun 2011, dimana dengan mengetahui jumlah dari hasil tangkapan tersebut, maka bisa dilihat pola musim penangkapan yang 37
9 38 terjadi di teluk Palabuhanratu khususnya untuk unit penangkapan pancing yang terjadi di tahun Grafik 1 Pola musim berdasarkan data hasil tangkapan (Kg) Bulan Madidihang Bigeye Cakalang Sumber: Data primer 2011 Berdasarkan data hasil tangkapan yang diperoleh, maka dapat diketahui pola musim penangkapan alat tangkap pancing yang melakukan operasi penangkapan dengan bantuan rumpon. Grafik diatas menunjukan bahwa musim banyak ikan terjadi pada bulan Juni-Oktober dan musim kurang ikan terjadi pada bulan November-Maret, sedangkan untuk bulan April dan Mei karena dilihat hasil tangkapan masih belum stabil maka disebut dengan musim sedang ikan. Informasi mengenai pola musim penangkapan tersebut dapat membantu nelayan dalam malakukan operasi penangkapan Efektivitas rumpon Efektivitas rumpon dihitung berdasarkan rasio antara ikan yang tertangkap oleh seluruh alat tangkap terhadap total hasil tangkapan pada suatu jenis rumpon. Berikut ini merupakan data produksi hasil tangkapan cakalang, madidihang dan bigeye, yang di daratkan di PPN Palabuhanratu berdasarkan data statistik PPN Palabuhan ratu (PPN Palabuhanratu 2011). 38
10 39 Tabel 6 Data produksi hasil tangkapan cakalang, madidihang dan bigeye tuna berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu 2011 Bulan Produksi Cakalang (kg) Produksi Madidihang (kg) Produksi BigEye (kg) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Total HT Sumber: PPN Palabuhanratu 2012 Tabel diatas merupakan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dalam satu tahun pada tahun Untuk mengetahui berapa efektivitas rumpon terhadap hasil tangkapan tuna, maka dilakukan perbandingan antara hasil tangkapan tuna oleh semua alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu dengan alat tangkap pancing rumpon. Dengan mengetahui nilai produksi dari seluruh kapal dan nilai produksi dari pancing rumpon, maka akan diperoleh tingkat efektivitas. Berikut ini merupakan data produksi hasil tangkapan tuna yang diperoleh dari unit penangkapan pancing rumpon. 39
11 40 Tabel 7 Data produksi madidihang, cakalang dan bigeye tuna yang tertangkap oleh pancing rumpon tahun 2011 Bulan Jumlah kapal Madidihang (Kg) Cakalang (Kg) Bigeye (Kg) Ikan lainnya (Kg) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Total HT Sumber: Data Primer 2012 Dengan mengetahui nilai produksi dari seluruh kapal dan nilai produksi dari pancing rumpon, maka akan diperoleh tingkat efektivitas rumpon. Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa nilai efektivitas pancing rumpon sebesar 24%, apabila dilihat nilai rata-ratanya memperoleh nilai efektivitas sebesar 27% dalam satu tahunnya. Apabila dilihat dari hasil perbulan efektivitas pancing rumpon paling besar terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 58%, hasil tersebut menunjukan bahwa jenis ikan tuna yang didaratkan di PPN Palabuhanratu 58% didapatkan dari hasil tangkapan pancing rumpon Proporsi hasil tangkapan Perhitungan proporsi hasil tangkapan didapatkan dengan cara menghitung jumlah jenis hasil tangkapan ke-i yang tertangkap oleh pancing rumpon dan membandingkan dengan seluruh hasil tangkapan pancing rumpon. Diperoleh hasil dari perhitungan menunjukan bahwa proporsi hasil tangkapan sebagai berikut: 40
12 41 Dengan menggunakan rumus tersebut maka didapatkan proporsi hasil tangkapan sebagai berikut: Tabel 8 Perhitungan proporsi hasil tangkapan Jenis hasil tangkapan Persentase (%) Cakalang Madidihang Bigeye
13 PEMBAHASAN Rumpon adalah suatu alat bantu penangkapan ikan yang merupakan suatu bangunan menyerupai pepohonan dan dipasang di suatu tempat yang berada di tengah laut. Komponen utama rumpon terdiri dari pelampung, tali panjang, atraktor dan pemberat. Di Indonesia nama rumpon dikenal dengan sebutan tendak (Jawa), onjen (Madura), rabo (Sumatera Barat), unjan (Sumatera timur), tuasan (Sumatera utara), dan rampong (Indonesia timur) (Subani dan Barus 1989). Di PPN Palabuhanratu rumpon digunakan sebagai alat bantu penangkapan yang membantu dalam pengoperasian alat tangkap pancing, sehingga dikenal dengan sebutan pancing rumpon. Pengoperasian alat tangkap pancing yang dioperasikan dengan alat bantu rumpon oleh nelayan di Palabuhanratu berlangsung di sekitar lintang LS. Waktu pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon yaitu selama 7 sampai 10 hari. Nelayan pancing rumpon biasanya berangkat ke fishing ground pada sore hari karena perjalanan menuju tempat pengoperasian memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar satu hari satu malam. Nelayan pancing rumpon biasanya sampai di fishing ground pada pagi hari, pada saat itu juga nelayan langsung memasang atau melakukan setting untuk pancing yang akan digunakan. Pancing yang digunakan oleh nelayan pancing rumpon yang berada di PPN Palabuhanratu yaitu pancing tonda, pancing taber, pancing coping, pancing jerigen, dan pancing layangan. Penggunaan alat-alat tersebut berbeda satu sama lainnya termasuk waktu dan cara pengoperasiannya. Kegiatan memancing di sekitar rumpon, dioperasikan dengan lima cara, yaitu: 1) Tomba jerigen. Lama operasi alat tangkap ini dilakukan dari pagi hingga sore selama ikan umpan masih bisa tertangkap. Umpan yang digunakan dalam pengoperasian tomba jerigen adalah umpan hidup, umumnya ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan pancing tonda seperti ikan tongkol yang berukuran kurang dari 2 kg. Cara pengoperasian tomba jerigen yaitu dengan merangkai tali pancing dengan pelampung yang terbuat dari jerigen bekas, swivel, dan mata pancing yang kemudian dioperasikan dengan cara diapungkan disekitar rumpon. Metode penangkapan yang dilakukan pertama kali yaitu dengan memancing ikan umpan dengan menggunakan alat tangkap 42
14 43 pancing tonda. Setelah ikan umpan didapatkan, kemudian ikan umpan tersebut dipasang pada mata pancing tomba jerigen untuk dimasukan kembali kedalam perairan dengan cara mengkaitkan ikan umpan pada bagian antara sirip dorsal dan kepala tetapi tidak mengenai otak sehingga ikan masih dalam kondisi hidup. Setelah ikan dikaitkan, maka jerigen diturunkan satu per satu dengan jarak tertentu sesuai pengamatan nelayan terhadap tanda-tanda keberadaan ikan. Rangkaian jerigen ini terdiri dari 6 sampai 10 buah. Kondisi kapal pada saat dilakukan pengoperasian dalam keadaan mesin mati. Apabila ada ikan yang tertangkap atau terkait pada mata pancing maka rangkaian langsung diangkat ke atas kapal dengan bantuan ganco. 2) Pancing layang-layang. Alat tangkap ini biasanya dioperasikan pada saat istirahat makan siang. Metode operasi pancing layang-layang yaitu dengan cara menggantungkan tali pancing pada layang-layang kemudian layanglayang tersebut diterbangkan sehingga tali pancing akan terhentak. Hentakan ini yang membuat umpan buatan seperti umpan hidup karena umpan tersebut akan bergerak layaknya umpan hidup. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan berupa cumi-cumi. Kondisi kapal pada saat pengoperasian dalam keadaan mesin mati dan dalam pengoperasiannya pancing layang-layang sangat terpengaruh dengan adanya angin. Pada saat umpan disambar oleh ikan, maka layang-layang akan digulung oleh nelayan dengan cepat, tidak jarang layangan ikut masuk kedalam air jika hasil tangkapan terlalu besar atau terjadinya saling tarik antara nelayan dan ikan sehingga layangan menjadi rusak dan harus diganti. Dalam satu kali trip nelayan membawa 10 sampai 20 layang-layang. 3) Pancing tonda. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap ikan umpan dengan rangkaian tali pancing, umpan buatan yang terbuat dari benang warnawarni dan pemberat. Dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal dengan kecepatan 4-5 knot pada saat ikan target sudah terkait maka ikan diangkat dari perairan ke atas kapal. Rangkaian pancing tonda yang ditarik dalam satu kali trip mendapatkan 2 sampai 4 ekor ikan. Pengoperasian dilakukan pada pagi hari. Jarak antara rumpon dengan lokasi menonda yaitu meter, dengan panjang tali pancing yang ditonda sekitar 20 meter. 43
15 44 4) Pancing taber. Alat tangkap pancing taber menggunakan umpan buatan berupa tali rafia berwarna, dalam pengoperasiannya sama dengan pancing tonda yaitu ditarik dengan menggunakan kapal. 5) Pancing coping. Metode pengoperasian alat tangkap pancing coping yaitu dengan cara kail dilempar ke perairan kemudian diikuti dengan pemberat. Kail akan bergerak karena tertarik oleh pemberat yang dibiarkan bebas tenggelam hingga kedalaman tertentu tanpa ditahan, dan penarikan pancing coping ini dilakukan dengan cepat. Umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing coping yaitu umpan buatan yang terbuat dari tali rafia berwarna. Pada pengoperasian pancing rumpon, ke lima alat tangkap pancing tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mendapatkan hasil tangkapan. Dalam penelitian ini salah satu kendalanya yaitu kurangnya informasi yang pasti bahwa setiap pancing menangkap ikan dengan jenis dan ukuran tertentu. Adapun hasil dari penelitian ini didapatkan data pancing rumpon dalam menangkap hasil tangkapan jenis tuna yaitu cakalang, madidihang dan bigeye. Pengoperasian pancing yang diopersikan dengan alat bantu rumpon dimulai dari pagi hingga sore hari tergantung situasi dan kondisi alam yaitu sekitar pukul WIB, hal ini diduga karena pada saat itu ikan cakalang dan tuna sedang bermigrasi untuk mencari makan. Adapun pustaka yang membahas tentang tingkah laku ikan cakalang, madidihang dan bigeye tuna menyatakan bahwa ketiga jenis ikan tersebut merupakan jenis ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) dengan mata sebagai indera utama dan bersifat karnivor (Gunarso 1985 vide Inizianti 2010). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus efektivitas rumpon, nilai efektivitas yang didapatkan dalam penelitian ini sebesar 24%, apabila dilihat nilai rata-ratanya memperoleh nilai efektivitas sebesar 27% dalam satu tahunnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pancing rumpon telah memberikan kontribusi penangkapan tuna yang cukup tinggi terhadap hasil tangkapan yang di daratkan di PPN Palabuhanratu. Apabila dilihat dari hasil perbulan efektivitas pancing rumpon paling besar terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 58%, hasil tersebut menunjukan bahwa jenis ikan tuna yang di daratkan di PPN Palabuhanratu sebesar 58% didapatkan dari hasil tangkapan pancing rumpon. 44
16 45 Berdasarkan perhitungan proporsi hasil tangkapan, diperoleh proporsi ikan jenis tuna yang di daratkan di PPN Palabuhanratu yang tertangkap oleh alat tangkap pancing rumpon adalah cakalang sebesar 40,6%, madidihang 37,6% dan bigeye sebesar 21,6%. Dari hasil perhitungan proporsi tersebut, maka dapat diketahui seberapa besar proporsi jenis tuna yang tertangkap oleh alat tangkap pancing rumpon yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Menurut data yang diperoleh proporsi hasil tangkapan banyak menangkap ikan cakalang dan madidihang dibandingkan bigeye. Menurut Nugroho (1992), jenis ikan cakalang dan madidihang tertarik untuk bergerombol pada benda yang terapung di laut dengan adanya rumpon dengan konstruksi mengapung di laut maka ikan cakalang dan madidihang banyak berkumpul disekitar rumpon. Selain itu, adanya ikan disekitar benda terapung termasuk rumpon berkaitan dengan pola rantai makanan. Tertangkapnya sekelompok yellowfin tuna atau madidihang bersamaan dengan sekelompok bigeye, juga ditemukan pada pengoperasian longline yang beroperasi di Samudera Hindia bagian tengah (Lu et al 2008). Hal ini diduga bahwa keberadaan kelompok bigeye yang tertangkap di Palabuhanratu bersamaan dengan kelompok madidihang. Dari hasil perhitungan efektivitas dan proporsi hasil tangkapan tuna pada penelitian ini, hasil tersebut menunjukkan bahwa unit penangkapan pancing yang dioperasikan dengan alat bantu rumpon telah memberikan kontribusi penangkapan tuna yang cukup tinggi terhadap hasil tangkapan tuna yang di daratkan di PPN Palabuhanratu. Adapun hasil tangkapan tuna merupakan hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banayak digemari di pasar lokal, regional maupun pasar internasional. Mengingat pentingnya hasil tangkapan tuna, maka diperlukan metode pengoperasian dan cara penanganan hasil tangkapan yang baik sehingga tuna tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Metode pengoperasian alat tangkap pancing dikatakan baik karena hasil tangkapannya masih dalam keadaan segar dan dalam keadaan hidup. Selain metode penangkapan yang harus diperhatikan, penanganan tuna di atas kapal juga merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan, karena apabila dilihat lama waktu operasional unit penangkapan pancing rumpon yaitu selama satu minggu. Adapun cara penanganan tuna diatas kapal menurut Nurani dan Wisudo (2007) 45
17 46 adalah sebagai berikut, pada waktu menangani ikan suhu harus tetap terjaga dengan cara ikan terus dibersihkan dengan air yang disemprotkan. Ikan dibunuh dengan cara memasukkan batang besi pada otak ikan dilakukan dengan cara sangat hati-hati agar tidak merusak tekstur daging ikan dan usahakan segera mengeluarkan darah dari badan ikan, kemudian dilakukan pemotongan insang yang bertujuan agar ikan terhindar dari akumulasi bakteri tahap selanjutnya yaitu pembuangan isi perut, semua isi perut harus dikeluarkan. Terakhir dilakukan pencucian, darah harus dibersihkan sampai bersih karena apabila masih ada darah yang tertinggal akan menyebabkan proses pembekuan tidak merata dan tidak berjalan dengan baik. Faktor yang menentukan nilai jual ikan yaitu penanganan ikan setelah penangkapan dan dilihat dari tingkat kesegarannya. Proses penanganan ikan diatas kapal merupakan tahap awal penanganan terhadap hasil tangkapan yang akan menentukan kualitas ikan dari hasil tangkapan yang diperoleh yang selanjutkan dipakai untuk menentukan nilai jual ikan tersebut. Semakin baik teknik penanganannya maka semakin bagus kualitas ikan dan semakin tinggi nilai jual dari ikan tersebut. Adapun penanganan ikan diatas kapal pasca penangkapan ini, kurang begitu diperhatikan dengan baik oleh nelayan. Hal ini disebabkan karena area kerja nelayan di kapal kurang begitu mendukung melihat dari kondisi kapal yang sempit dengan jumlah nelayan yang sedikit. Kualitas hasil tangkapan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena hal ini terkait dengan hasil tangkapan yang tujuan utamanya adalah pasar ekspor. 46
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang
Lebih terperinci2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP
6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak
Lebih terperinciBEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)
Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING
Lebih terperinciTEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO
Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO
Lebih terperinciPERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)
Perikanan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu (Rahmat, E. & A. Patadjangi) PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Enjah Rahmat 1) dan Asri Patadjangi 1) 1) Teknisi Litkayasa pada Balai
Lebih terperinciLampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu
LAMPIRAN 84 Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu 85 86 Lampiran 2 Daerah penangkapan madidihang kapal long line berbasis di PPN Palabuhanratu U PPN Palabuhanratu B T S Sumber: Hasil wawancara setelah diolah
Lebih terperinciPENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN
PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi
Lebih terperinciPenangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)
Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN
Lebih terperinciPERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR
ABSTRAK PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR Erfind Nurdin Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 September 2007;
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan 5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat
Lebih terperinciAlat Tangkap Longline
Alat Tangkap Longline Longline merupakan suatu alat tangkap yang efektif digunakan untuk menangkap ikan tuna. Selain itu alat tangkap ini selektif terhadap hasil tangkapannya dan pengoperasiannya bersifat
Lebih terperinci5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU
5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis
Lebih terperinciMETODE PENANGKAPAN IKAN
METODE PENANGKAPAN IKAN ASEP HAMZAH FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PERIKANAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA TEXT BOOKS Today s Outline Class objectives Hook and line (handline, longlines, trolline, pole
Lebih terperinci5 PERIKANAN PANCING RUMPON DAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUTNYA DI PPN PALABUHANRATU
58 5 PERIKANAN PANCING RUMPON DAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUTNYA DI PPN PALABUHANRATU 5.1 Perikanan Pancing Rumpon 5.1.1 Unit penangkapan pancing rumpon Perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu semakin
Lebih terperinciSAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel ikan tuna mata besar dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Oktober 2008 di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Kota Cirebon Kota Cirebon merupakan kota yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon secara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cangkol Kampung Cangkol Kelurahan Lemah Wungkuk Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon Jawa Barat. Pengambilan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI
V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares)
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Umum Madidihang (Thunnus albacares) 2.1.1 Klasifikasi dan deskripsi Ikan tuna sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares) merupakan ikan pengembara samudera,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 direvisi Undang-Undang 45 tahun 2009, Pengertian perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU
PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU Productivity of Hand Line for Fishing of Mackerel (Scomberomorus commerson)
Lebih terperinci3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar
21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung
Lebih terperinciKONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 November2014: 117-129 ISSN 2087-4871 KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT CONSTRUCTION AND PRODUCTIVITY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati adalah seluruh keragaman bentuk kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati terjadi pada semua lingkungan mahluk hidup, baik di udara, darat, maupun
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)
Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa
Lebih terperinci6 HASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang
STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT Oleh : Sabar Jaya Telaumbanua ) Suardi ML dan Bukhari 2) ) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
32 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Batas-batas Administrasi Kecamatan Cisolok Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok berada di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok. Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Pengambilan data primer dilakukan selama tiga bulan dari tanggal
Lebih terperinciSAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi
Lebih terperinciPENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MELALUI PENDEKATAN KONVENSIONAL
PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MELALUI PENDEKATAN KONVENSIONAL P. Ika Wahyuningrum prieha@yahoo.com p_ika_w Ika Wahyuningrum Kompleksitas perikanan tangkap di Indonesia 1. Komposisi UPI 2. Common property
Lebih terperinciLampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng
LAMPIRAN 86 65 88 Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2007 89 66 Lampiran 3 Peta informasi lokasi penempatan rumpon laut dalam Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2009
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi
Lebih terperinciPENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA
Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR
Pengaruh Penggunaan Mata Pancing.. terhadap Hasil Tangkapan Layur (Anggawangsa, R.F., et al.) PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCNG GANDA PADA RAWA TEGAK TERHADAP HASL TANGKAPAN LAYUR ABSTRAK Regi Fiji Anggawangsa
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
32 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Produksi madidihang di PPN Palabuhanratu Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu memiliki kuantitas yang tergolong cukup banyak dalam hal
Lebih terperinciPENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI
Pengoperasian Alat Tangkap Pancing Toda di Laut Banda yang Berbasis di Kendari (Rahmat, E & H. Illhamdi) PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI Enjah Rahmat dan
Lebih terperinciPERIKANAN PANCING ULUR TUNA DI KEDONGANAN, BALI
Perikanan Pancing Ulur Tuna di Kedonganan, Bali (Sulistyaningsih. R. K., et al.) PERIKANAN PANCING ULUR TUNA DI KEDONGANAN, BALI Ririk Kartika Sulistyaningsih, Abram Barata, Kiroan Siregar Peneliti pada
Lebih terperinciHASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA
HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA *) Budi Nugraha *) dan Karsono Wagiyo *) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta ABSTRAK Tuna long line merupakan
Lebih terperinciUsaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
10 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Maspari Journal, 2012, 4(1), 10-22 http://masparijournal.blogspot.com Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN PALABUHANRATU DINNARI EKA HALLYZEPTA
ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN PALABUHANRATU DINNARI EKA HALLYZEPTA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA
Lebih terperinciKAPAL IKAN PURSE SEINE
KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus
Lebih terperinciLampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital
Lebih terperinci: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..
173 Lampiran 34 Daftar Kuisioner Jenis Pertanyaan : Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator.. I Identitas Responden Nama
Lebih terperinciTEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE
Teknologi Alat Penangkapan Ikan... Berbasis di Kabupaten Kepulauan Sangihe (Rahmat, E & A. Salim) TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN
Lebih terperinci5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU
71 5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU Penanganan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan memegang peran yang sangat penting, hal ini dikarenakan hasil tangkapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
52 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi dan Topografi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng terletak di wilayah Gunungkidul. Berjarak sekitar 40 km dari ibukota Gunungkidul, Wonosari.
Lebih terperinciPERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonda di Pacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna adalah karya saya
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut
Lebih terperinciPERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA
PERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA ABSTRAK Agustinus Anung Widodo 1) dan Budi Nugraha 2) 1) Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, AncolJakarta 2) Peneliti pada Balai Riset
Lebih terperinciPerbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): 221-226, Desember 2014 ISSN 2337-4306 Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku Catch comparison
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna mata besar (Thunnus obesus) atau lebih dikenal dengan bigeye tuna adalah salah satu anggota Famili Scombridae dan merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan tuna
Lebih terperinciTuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku
Standar Nasional Indonesia Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Perikanan Indonesia terletak di titik puncak ragam jenis ikan laut dari perairan tropis Indo-Pasifik yang merupakan sistem ekologi bumi terbesar yang terbentang dari pantai
Lebih terperinciWARNA UMPAN TIRUAN PADA HUHATE
WARNA UMPAN TIRUAN PADA HUHATE Imitation Bait Colour of Skipjack Pole and Line Gondo Puspito 1 1 Staf Pengajar pada Bagian Teknologi Alat Penangkapan Ikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian
Lebih terperinciTEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA
TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima
Lebih terperinciPENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI
PENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA
Lebih terperinciMetode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi
Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI HAJIRA TILOHE Telah memenuhi syarat untuk diterima oleh komisi pembimbing:
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL JURNAL EFEKTIVITAS HAND LINE RUMPON TUNA DI TELUK TOMINI OLEH NELAYAN DESA TONGO KECAMATAN BONE PANTAI KABUPATEN BONE BOLANGO SKRIPSI HAJIRA TILOHE 633 408 014 Telah memenuhi
Lebih terperinciKONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE TUNA DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 5. No. 2 November 2014:117-127 ISSN 2087-4871 KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE TUNA DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT (CONSTRUCTION AND PRODUCTIVITY
Lebih terperinciGambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pancing Ulur Pancing Ulur (Gambar 2) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur termasuk
Lebih terperinci4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.
31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39
Lebih terperinciOPERASI PENANGKAPAN IKAN PADA USAHA PERIKANAN POLE AND LINE DI PT. PERIKANAN PERKEN UTAMA KENDARI SULAWESI TENGGARA
OPERASI PENANGKAPAN IKAN PADA USAHA PERIKANAN POLE AND LINE DI PT. PERIKANAN PERKEN UTAMA KENDARI SULAWESI TENGGARA LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG Oleh : H. SUHARTONO N. PRORAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA
Lebih terperinciAlat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian
Hand line: Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun
Lebih terperinciJumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100
34 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 91.881 jiwa. Luas wilayahnya adalah 26,25 km 2 dengan kepadatan penduduknya adalah 3.500,23 jiwa per km 2. PPS Belawan memiliki fasilitas pokok dermaga,
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
BAHAN VALIDASI BIDANG LOMBA NAUTIKA PERIKANAN LAUT TEMA LOMBA PENGELOLAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL LONG LINE NASKAH SOAL TEORI DI B A N D U N G DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA
Beberapa Jenis Bawal... di Samudera Hindia dan Aspek Penangkapan (Barata, A., Prisantoso, B.I.) BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA
Lebih terperinciAgriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1
CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar
RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik
Lebih terperinciMONITORING HASIL PERIKANAN DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROPINSI JAWA TIMUR
MONITORING HASIL PERIKANAN DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROPINSI JAWA TIMUR MONITORING OF FISHERY WITH FISHING GEAR TROLING LINE IN THE
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli
Lebih terperinciTEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI
TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI Enjah Rahmat dan M. Fadli Yahya Teknisi Litkayasa Balai Penelitian Perikanan Laut Teregistrasi I tanggal: 29
Lebih terperinci3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
10 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Puger Secara geografis Kampung Nelayan Puger yang berada di Kota Puger terletak pada koordinat 113 06' 40" Bujur Timur dan 8 08'17" Lintang Selatan dengan
Lebih terperinciMuhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract
THE EFFECT OF HOOK TYPE (TYPE J, KIRBY AND CYRCLE) ON LONGLINE CATCHES (MINI LONG LINE) IN THE TELUK PAMBANG, SUBDISTRICT BANTAN, DISTRICT BENGKALIS, PROVINCE OF RIAU By Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2),
Lebih terperinci4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap
4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine (1) Alat tangkap Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi
Lebih terperinciPERFORMA HASIL TANGKAPAN TUNA DENGAN PANCING TONDA DI SEKITAR RUMPON. (Performance Catch of Tuna from Troll Line in Rumpon) Oleh:
Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No.1, Mei 2012 Hal: 1-6 PERFORMA HASIL TANGKAPAN TUNA DENGAN PANCING TONDA DI SEKITAR RUMPON (Performance Catch of Tuna from Troll Line in Rumpon) Oleh: Tri W. Nurani
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Deskripsi Unit Penangkapan Bagan Apung 1. Alat Tangkap Bagan Apung Alat tangkap bagan apung atau yang lebih dikenal dalam bahasa daerah setempat adalah bagang, merupakan salah
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA
Pengaruh Perbedaan Umpan dan Waktu... Tangkapan Tuna di Samudera Hindia. (Bram. A,. et,. al) ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih
TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`
Lebih terperinciSEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN
Sebaran Laju Pancing Rawai Tuna di Samudera Hindia (Bahtiar A, et al) ABSTRAK SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN Andi
Lebih terperinci4 EVALUASI PERIKANAN PANCING YANG MENGGUNAKAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR. Pendahuluan
29 memilih untuk menjual hasil tangkapan kepada pengambek dibanding pedagang besar/perusahaan. Kemampuan pengambek untuk membayar lunas harga hasil tangkapan para nelayan dibandingkan pedagang besar menjadi
Lebih terperinciANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL UNIT USAHA PANCING LAYANGAN DI PERAIRAN BANGGAE KABUPATEN MAJENE
ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL UNIT USAHA PANCING LAYANGAN DI PERAIRAN BANGGAE KABUPATEN MAJENE S K R I P S I H. SUHARTONO N. PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN
81 BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN 7.1 Pola Produksi Nelayan 7.1.1 Armada dan Peralatan Tangkap Armada yang digunakan oleh masyarakat Kampung Saporkren untuk kegiatan penangkapan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG PENGGUNAAN PUKAT IKAN (FISH NET) DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong,
Lebih terperinci