BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. pembahasan mengenai perbandingan dan perhitungan PPh pasal 21 Metode

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III OBJEK PENELITIAN. penjualan maka berdasarkan peraturan perpajakan PT SCE yang telah

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

DEWAN KOMISARIS DIREKTUR UTAMA MANAJER UMUM MANAJER PERSONALIA MANAJER KEUANGAN MANAJER MANAJER MANAJER PENJUALAN MANAJER PEMASARAN PEMBELIAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat ini akan dijelaskan mengenai sejarah

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. design penelitian menyatakan, baik struktural masalah penelitian maupun. mengenai hubungan hubungan dalam masalah.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Lastari Maryani Sutiono NRP :

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Agustus 1996, di Jakarta. Lokasi pabrik dan kantor perusahaan ini terletak di jalan

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua pihak baik

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 6 Januari 2002 PT Prima Auto Mandiri didirikan di Tebet dengan

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Hasil Wawancara dengan CV. AGH. Tanggal Wawancara : 22 Oktober 2013

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

B A B IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. sehingga didapat gambaran yang jelas mengenai deskripsi penelitian. Dilakukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. dengan 8 orang karyawan dengan kapasitas produksi yang dihasilkan hanya tidak

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN A

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dilakukan proses pengumpulan data, penulis baru bisa menyajikan data hasil

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Suatu organisasi merupakan satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Objek yang digunakan sebagai penelitian dalam skripsi adalah PT. Dipta

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi

STRUKTUR ORGANISASI SEDERHANA DAN DESKRIPSI TUGASNYA

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Mitra Makmurjaya Mandiri adalah sebuah perusahaan yang bergerak di

TUGAS MATAKULIAH : MANAJEMEN PERUSAHAAN INDUSTRI TEKNIK INFORMATIKA. Dosen : Ai Rosita, S.T., M.T.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE. Untuk melakukan analisis dan perancangan pada data warehouse terdapat dua

PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pukul WIB kecuali pada hari minggu akan buka pada pukul 11.00

perusahaan. Di samping itu juga kualitas produk yang tinggi serta

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. (17/10/2008) Nomor 30, yang dibuat dihadapan Hj. YULFITA RAHIM Sarjana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosedur Pencatatan Piutang Pada PT. Tresna Sukses Mandiri. Nama : Yulina Merrys Pradipta Npm :

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

Dewan Komisaris merupakan kedudukan tertinggi dalam perusahaan dan. merupakan pemegang saham perusahaan, serta berwenang untuk menetapkan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT PMJ (dahulu PD DH) berdiri pada bulan Oktober 2001 dibuat dihadapan

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dibidang jasa industri vulkanisir ban, yang bahan bakunya

BAB IV HASIL PENELITIAN. Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur. pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul:

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II KAJIAN TEORI. mengolah atau mengorganisir dokumen dokumen yang ada tujuannnya untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan pengamatan dan evaluasi penelusuran atas fungsi penjualan

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan :

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB III GAMBARAN UMUM PT MULTIFARMA SATWA MAJU. III.1. Sejarah dan Perkembangan PT.Multifarma Satwa Maju

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BUKTI PENERIMAAN KAS BUKTI SETORAN KAS

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pokok yang sangat mendasar bagi setiap individu. Kebutuhan pokok ini tidak. cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. perdagangan lebih tepatnya sebagai distributor triplek/plywood dan pipa

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. sebuah perusahaan yang begerak pada bidang penjualan peralatan olahraga, yang

Transkripsi:

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha distribusi consumer goods, khususnya coklat dengan jaringan distribusi seluruh wilayah Jawa Timur. Adapun jenis coklat yang diperdagangkan meliputi seluruh jenis makanan berbahan coklat merek L agie yang diproduksi oleh pabrikan PT. Fajar Mataram Sedayu. PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya berlokasi di jalan Raya Bibis Tandes No.2 Surabaya. Perusahaan tersebut didirikan Oleh Bapak Halim Karema pada tanggal 30 April 1990 dengan akta notaris nomor 441, yang dibuat oleh Notaris Susanti,SH di Surabaya. PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya sebagai sebuah perusahaan atau dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 disebut dengan badan telah mendaftarkan perusahaannya dan telah mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan nomor : 01.497.533.8-631.000. 64

65 Perusahaan tersebut dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan dua orang Direktur Operasi, yaitu : Direktur Operasi I dan Direktur Operasi II di bawah pengawasan Komisaris Utama. 4.1.2. Lokasi Perusahaan Keputusan mengenai lokasi pada suatu tempat tertentu, merupakan pertimbangan yang penting bagi sukses dan gagalnya suatu perusahaan. PT.Fajar Lestari Abadi memilih lokasi di Jalan Raya Bibis Tandes no.2, Surabaya merupakan pemilihan yang tepat dan faktor penting dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan lain dan menekan biaya operasional semaksimal mungkin. Adapun alasan pemilihan lokasi perusahaan tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Faktor Pengangkutan Dalam segi pengangkutan, PT.Fajar Lestari Abadi tidak mengalami kesulitan karena letaknya yang berada dekat Jalan Tol Tandes yang memudahkan aset keluar masuk. 2. Faktor Fasilitas Karena berada di pusat kota maka tersedianya berbagai fasilitas yang dapat menunjang kemajuan dan perkembangan jalannya perusahaan.

66 3. Faktor Pemasaran Dari segi pemasaran, di setiap Kabupaten di Jawa Timur terdapat gudang penyimpanan coklat yang akan memudahkan untuk setiap kegiatan pengiriman barang ke pelanggan. 4. Tersedianya Tenaga Kerja Banyak tersedianya tenaga kerja, mengingat lokasi perusahaan ini terletak di kota padat penduduk, sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja. 4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan Visi dari PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah Menjadi perusahaan distributor Consumer Goods terbesar di Jawa Timur. Misi dari PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah Akan terus melakukan ekspansi, baik diversifikasi produk maupun ekstensifikasi wilayah. 4.1.4. Tujuan Perusahaan Adapun tujuan perusahaan ini dibagi menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang. 1. Tujuan Jangka Pendek a. Menjaga kontinuitas perusahaan Perusahaan ini selalu berusaha agar kontinuitas perusahaannya terjaga, terus menerus beroperasi untuk jangka panjang,

67 Perusahaan akan selalu berusaha agar produk yang dihasilkan selalu berorientasi pada keinginan pasar dan sesuai dengan standar industri yang berlaku, sehingga produk yang dipasarkan selalu memuaskan setiap pelanggan dengan memberikan pelayanan yang terbaik. b. Meningkatkan Volume Penjualan Meningkatkan volume penjualan perusahaan merupakan keinginan dari pimpinan perusahaan ini. Dengan meningkatkan volume penjualan diharapkan laba yang diperoleh meningkat pula. Dengan demikian dapat menjamin kontinuitas perusahaan. 2. Tujuan Jangka Panjang a. Memperluas Jaringan Pemasaran Memperluas daerah pemasaran produk, berarti penjualan produk memasuki daerah pemasaran baru, ini berarti volume penjualan akan meningkat pula dan diharapkan dalam jangka panjang posisi perusahaan semakin kuat di pasaran. b. Menjaga Reputasi Perusahaan Nama baik (reputasi) perusahaan merupakan keuntungan yang tidak kecil nilainya bagi perusahaan itu sendiri. Karena dengan reputasi yang baik, berarti perusahaan telah mendapatkan kepercayaan dari pelanggan atau masyarakat. Nama baik suatu perusahaan tidak muncul dengan sendirinya tetapi harus melalui perjuangan dengan melalui sarana promosi yang dilakukan,

68 perusahaan harus berusaha meyakinkan para konsumen terhadap merek barang dan kualitas produk yang dipasarkannya. 4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan Menurut Prof.Dr.Mr Pradjudi Armosudiro (2008) mengatakan organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Struktur Organisasi merupakan syarat yang penting bagi terciptanya pengendalian intern yang baik, karena dapat menjamin pelaksanaan tujuan perusahaan secara efektif dan ekonomis. Sehingga dapat menciptakan kerja sama yang baik dan saling pengertian. Hal ini telah menjelaskan tentang wewenang dan tanggung jawab serta pemisahan fungsi pada PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya. Dengan adanya struktur organisasi yang baik akan memperoleh pengontrolan yang mudah terhadap pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan kemajuan perusahaan. Berikut adalah bagan struktur organisasi dari PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya :

69 Gambar 4.1 STRUKTUR ORGANISASI PT. FAJAR LESTARI ABADI SURABAYA Dewan Komisaris Direktur Utama Direktur Operasi I & II Kabag Pembelian Kabag Penjualan Kabag Umum & Personalia Kabag Keuangan & Akuntansi Order & Administrasi Pembelian Order & Administrasi Penjualan Personalia Kasir Umum Penagihan Penerimaan Barang Distribusi Pengiriman Administrasi Keuangan Gudang Marketing Akuntansi Sumber : PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya

70 Adapun tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Dewan Komisaris a. Tugasnya Bersama sama Direktur Utama dan Direktur Operasi I dan Direktur Operasi II menentukan tujuan dan kebijaksanaan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Mengawasi dan memberikan pengarahan kepada eksekutif perusahaan (Direktur Utama, Direktur Operasi dan Kepala bagian-kepala bagian) dalam menjalankan kebijaksanaan perusahaan. Secara berkala mengevaluasi kinerja (Perkembangan perusahaan). b. Wewenang Mengangkat dan memberhentikan Direksi Perusahaan Meminta pertanggung jawaban Direksi atas kinerja perusahaan Meminta diadakan rapat secara berkala atau pada saat-saat yang dibutuhkan, untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. c. Tanggung Jawab Bersama dengan Direksi bertanggung jawab kepada pemegang saham atas keadaan perusahaan yang disebabkan oleh kebijaksanaan yang telah diputuskan.

71 2. Direktur Utama a. Hubungan Organisasi Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris Mengkoordinir dan mengawasi direksi dan staf perusahaan b. Tugas Bersama-sama dengan direktur operasi menentukan tujuan dan kebijaksanaan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang atas persetujuan Dewan Komisaris. Memberikan pengarahan dan mengkoordinasi Direktur Operasi serta Staf Perusahaan lainnya agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Memeriksa dan menyetujui semua pengeluaran dana yang sifatnya materiil. Melakukan penerimaan, pengangkatan, penunjukan dan pemberhentian pegawai. Memimpin rapat berkala untuk mengevaluasi kinerja dan membahas strategi / kebijaksanaan sehubungan dengan aktivitas operasional perusahaan. c. Wewenang Memimpin jalannya operasional perusahaan, menerima pertanggung jawaban dari Direktur Operasi dan Staf lainnya

72 dan mengevaluasi secara berkala atas laporan-laporan kemajuan aktivitas perusahaan. Melakukan pengambilan keputusan baik rutin maupun isidentil yang akan diterapkan dalam perusahaan sehubungan tujuan yang telah ditetapkan. d. Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan sehubungan dengan strategi, perencanaan dan kebijaksanaan yang diterapkan perusahaan. Bertanggung jawab atas setiap pengambilan keputusan yang diambil. 3. Direktur Operasi I dan II a. Hubungan organisasi Bertanggung jawab kepada Direktur Utama Mengkoordinir dan mengawasi Kepala Bagian Pembelian, Penjualan, Umum dan Personalia, dan Keuangan / Akuntansi. b. Tugas Mengkoordinir kegiatan perusahaan dan mengatur pendelegasian wewenang dari tiap-tiap bagian perusahaan. Menentukan dan mengambil keputusan yang menyangkut perusahaan khususnya yang bersifat teknis dan strategis dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut (Untuk masalahmasalah yang cukup penting, Direktur Operasi harus

73 mengkonsultasikan dulu dengan Direktur Utama dan Dewan Komisaris). Mengadakan rapat dan meminta laporan pertanggung jawaban dari Kepala Bagian dan Staf secara berkala kemudian mengevaluasi hasil kerja dan menentukan strategi perusahaan yang akan datang. Kesimpulan hasil rapat harus dilaporkan kepada Direktur Utama. Mewakili perusahaan untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga, atas penunjukan dari Direktur Utama. c. Wewenang Memimpin jalannya operasional perusahaan, menerima pertanggung jawaban dari Kepala Bagian dan Staf lainnya serta Mengevaluasi secara berkala atas laporan-laporan kemajuan aktivitas perusahaan. Mengambil keputusan yang akan diterapkan dalam perusahaan sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan. d. Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan sehubungan dengan strategi, perencanaan dan kebijaksanaan yang diterapkan dalam perusahaan. Bertanggung jawab atas setiap pengambilan keputusan yang telah diambil.

74 Bertanggung jawab atas informasi dan pekerjaan yang dilakukannya. 4. Kepala Bagian Pembelian a. Hubungan Organisasi Bertanggung jawab kepada Direktur Operasi Mengkoordinir dan mengawasi aktivitas perusahaan pada bagian pembelian. b. Tugas Merencanakan kegiatan-kegiatan pada bidang pembelian dan mengkonsultasikan dengan bagian-bagian lain yang ada dalam perusahaan. Melaksanakan prosedur pembelian sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan, sehingga transaksi pembelian dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi kwantitas, kwalitas maupun harga barang. Mengikuti dan selalu mengadakan komunikasi dengan supplier dan bagian lain yang membutuhkan untuk mengetahui apakah barang yang dipesan sudah diterima dan sesuai dengan yang dikehendaki. Mengadakan dan mengawasi pencatatan administrasi pembelian dan selalu memonitor pesanan pembelian yang belum diterima.

75 Melaporkan dan bertanggung jawabkan hasil kerja kepada Direktur Operasi secara periodik / berkala. c. Wewenang Menjalankan sistem dan prosedur kerja pada bagian pembelian seefektif mungkin. Menginformasikan hal-hal penting yang ada kaitannya dengan bidang pembelian pada Direktur Operasi. Menyarankan mutasi, pengangkatan dan pemberhentian karyawan dibagiannya kepada Direktur Operasi. d. Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas kelancaran, kebenaran jumlah, mutu dan ketepatan waktu pengadaan barang. Bertanggung jawab atas informasi dan pekerjaan yang dilakukan. 5. Kepala Bagian Penjualan a. Hubungan Organisasi Bertanggung jawab kepada Direktur Operasi Mengkoordinir dan mengawasi aktivitas perusahaan pada bagian penjualan. b. Tugas Memberikan gambaran kepada Direksi perusahaan mengenai prospek produk dan peluang pasar yang ada.

76 Merencanakan kegiatan-kegiatan yang ada pada bagian penjualan dan mengkonsultasikannya dengan bidang-bidang yang lain dalam perusahaan. Melaksanakan prosedur penjualan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan mengatur dan memasarkan kegiatan penjualan barang dan menetapkan target penjualan yang akan dicapai. Mengawasi pembuatan surat jalan dan nota penjualan serta mengatur kegiatan pengiriman penjualan barang langganan dan menyelenggarakan administrasi penjualan. Melakukan hubungan yang baik dengan langganan, guna memperlancar dan meningkatkan target pemasaran serta selalu memantau keadaan pasar. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada Direktur Operasi secara periodik / berkala. c. Wewenang Menjalankan sistem dan prosedur kerja pada bagian penjualan seefektif mungkin. Menginformasikan hal-hal penting yang ada kaitannya dengan bidang penjualan kepada Direktur Operasi. Menyarankan mutasi, pengangkatan dan pemberhentian karyawan dibagiannya kepada Direktur Operasi.

77 d. Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas kelancaran, kebenaran jumlah, mutu dan ketepatan waktu pengadaan barang. Bertanggung jawab atas informasi dan pekerjaan yang dilakukan 6. Kepala Bagian Umum dan Personalia a. Hubungan Organisasi Bertanggung jawab Direktur Operasi Mengkoordinir dan mengawasi aktifitas perusahaan pada bagian umum dan personalia. b. Tugas Menerima dan memeriksa pembelian barang sesuai yang dipesan oleh bagian pembelian. Mengadakan dan mengawasi administrasi persediaan gudang dan secara berkala mengadakan opname barang. Bertanggung jawab atas pengeluaran barang sesuai dengan permintaan barang yang dijual ke langganan. Merekrut dan menyeleksi calon karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan mutasi, promosi dan demosi terhadap staf dan karyawan dan masalah keselamatan kerja perusahaan.

78 Menyelenggarakan absensi karyawan dan bertanggung jawab terhadap kebenaran perhitungan dan pembayaran gaji dan upah. Mengurusi masalah yang bersifat umum Memelihara komunikasi yang baik dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan, baik yang bersifat vertikal maupun horisontal. c. Wewenang Menjalankan sistem dan prosedur kerja pada bagian gudang seefektif mungkin. Menginformasikan hal-hal penting yang ada kaitannya dengan bidang umum dan personalia pada Direktur Utama dan Direktur Operasi. Mengatur administrasi perekrut, pemberdayaan dan pemutusan kerja SDM perusahaan. d. Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas kondisi barang di gudang Bertanggung jawab atas informasi dan pekerjaan yang dilakukannya. 7. Kepala Bagian Keuangan dan Akuntansi a. Hubungan Organisasi Bertanggung jawab kepada Direktur Operasi

79 Mengkoordinir dan mengawasi aktivitas perusahaan pada bagian akuntansi dan keuangan. b. Tugas Merencanakan kebijakan keuangan perusahaan, mempersiapkan dan membuat budget dan cash flow sesudah mendapatkan informasi / laporan dari bagian lain (Pembelian, Penjualan dan bagian umum). Mengatur dan melaksanakan prosedur penerimaan dan pengeluaran uang sesuai dengan yang telah ditentukan dan bertanggung jawab atas pembukuan / pencatatan transaksitransaksi keuangan. Mengkoordinir dan mengawasi pekerjaan di bagian keuangan, kasir, penagihan dan akuntansi. Bertanggung jawab atas pelaksanaan sistem dan prosedur pencatatan akuntansi yang baik guna melakukan pengawasan akuntansi terhadap harta, hutang, modal pendapatan dan biaya-biaya. Mengadakan opname secara periodik terhadap kas, giro mundur langganan, piutang dagang, dan lain-lainnya. Menyusun laporan keuangan secara periodik untuk disajikan kepada pimpinan sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

80 Bertanggung jawab terhadap pembukuan fiskal dan menyusun laporan keuangan serta laporan bulanan yang diwajibkan oleh fiskal. Melakukan evaluasi dan menetapkan sistem informasi manajemen yang diterapkan dalam perusahaan. c. Wewenang Mengatur dan menentukan cara kerja di bidang keuangan dan akuntansi seefektif mungkin agar dapat menjamin kelancaran proses pengelolaan keuangan / akuntansi. Menginformasikan hal-hal penting yang ada kaitannya dengan bidang keuangan dan akuntansi pada Direktur Operasi. Menyarankan mutasi, pengangkatan dan pemberhentian karyawan bawahannya kepada Direktur Operasi. d. Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas kelancaran informasi dan laporan keuangan perusahaan. Bertanggung jawab atas informasi dan pekerjaan yang dilakukannya. 4.1.6. Dasar Pengenaan Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang digunakan PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya dalam melakukan penghitungan terhadap Pajak Pertambahan Nilai-nya adalah dengan mengunakan Harga Jual.

81 Menurut Pasal 1 angka 18 Undang-undang PPN nomor 42 Tahun 2009, Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tetapi tidak termasuk PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. 4.1.7. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan adalah 10% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk semua jenis Barang Kena Pajak (BKP). 4.1.8. Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam melakukan penghitungan besarnya PPN yang harus disetor serta PPN yang harus dipungut perusahaan berdasarkan rumus sebagai berikut : PPN = DPP x Tarif Pajak (10%) a ) Pajak Masukan Pajak Masukan meliputi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Masukan. Pajak masukan dikenakan pada saat perusahaan melakukan pembelian terhadap barang kena pajak (BKP), atas pembelian tersebut perusahaan dikenakan pajak masukan sebesar 10% dari harga beli barang tersebut.

82 PT. Fajar Lestari Abadi, membeli barang dagangan dari PT. Fajar Mataram Sedayu pada Tahun 2012 senilai Rp. 373.779.765.183 dan pada Tahun 2013 senilai Rp. 471.049.824.861 nilai tersebut merupakan include PPN. Atas pembelian tersebut maka PT. Fajar Lestari Abadi dipungut PPN Masukan sebesar : PPN Masukan Tahun 2012 Pembelian include PPN = Rp. 373.779.765.183 DPP (100/110 x Rp. 373.779.765.183) = Rp. 339.799.786.530 _ PPN Masukan (Rp. 339.799.786.530 x 10%) = Rp. 33.979.978.653 PPN Masukan Tahun 2013 Pembelian include PPN = Rp. 471.049.824.861 DPP (100/110 x Rp. 471.049.824.861) = Rp. 428.227.113.510 _ PPN Masukan (Rp. 428.227.113.510 x 10%) = Rp. 42.822.711.351 b ) Pajak Keluaran Pajak Keluaran meliputi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Keluaran. Pajak keluaran dikenakan pada saat perusahaan melakukan penjualan terhadap barang kena pajak (BKP), atas penjualan tersebut perusahaan melakukan pemungutan pajak keluaran sebesar 10% dari harga jual barang tersebut.

83 PT. Fajar Lestari Abadi melakukan penjualan pada Tahun 2012 senilai Rp. 383.650.666.855 dan pada Tahun 2013 senilai Rp. 483.486.884.064 nilai tersebut merupakan include PPN. Atas penjualan tersebut maka PT. Fajar Lestari Abadi memungut PPN Keluaran sebesar : PPN Keluaran Tahun 2012 Penjualan include PPN = Rp. 383.650.666.855 DPP (100/110 x Rp. 383.650.666.855) = Rp. 348.773.333.505 _ PPN Keluaran (Rp. 348.773.333.505 x 10%) = Rp. 34.877.333.350 PPN Keluaran Tahun 2013 Penjualan include PPN = Rp. 483.486.884.064 DPP (100/110 x Rp. 483.486.884.064) = Rp. 439.533.530.967 _ PPN Keluaran (Rp. 439.533.530.967 x 10%) = Rp. 43.953.353.097 c ) HPP (Harga Pokok Penjualan) dan Persediaan akhir Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Sedangkan Persediaan akhir adalah jumlah barang yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir tahun fiskal. Berdasarkan pada Laporan Laba Rugi PT. Fajar Lestari Abadi yang ada pada tabel 4.1 dan 4.3

84 dapat diketahui bahwa nilai HPP dan Persediaan akhir-nya adalah sebagai berikut : HPP dan Persediaan akhir tahun 2012 Persediaan Awal Tahun 2012 = Rp. 76.880.728.857 Pembelian Tahun 2012 = Rp. 339.799.786.530 + Barang Tersedia untuk dijual = Rp. 416.680.515.387 Persediaan Akhir Tahun 2012 = Rp. 83.658.039.100 Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp. 333.022.476.287 Jadi HPP senilai Rp. 333.022.476.287 ini merupakan nilai pemakaian barang selama Tahun 2012, dan Persediaan Akhir senilai Rp. 83.658.039.100 ini adalah nilai yang siap dijual untuk periode Tahun 2013. HPP dan Persediaan akhir tahun 2013 Persediaan Awal Tahun 2013 = Rp. 83.658.039.100 Pembelian Tahun 2013 = Rp. 428.227.113.510 + Barang Tersedia untuk dijual = Rp. 511.885.152.610 Persediaan Akhir Tahun 2013 = Rp. 92.186.805.861 Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp. 419.698.346.749 Jadi HPP senilai Rp. 419.698.346.749 ini merupakan nilai pemakaian barang selama Tahun 2013, dan Persediaan Akhir senilai Rp. 92.186.805.861 ini adalah nilai yang siap dijual untuk periode Tahun 2014.

85 4.1.9. Mekanisme Pengkreditan Pajak SPT Masa PPN PPN Masukan dapat dikreditkan apabila dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana perusahaan terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP). Apabila perusahaan tidak melaporkannya, maka PPN Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan dan biaya atas PPN tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya dalam rangka penghitungan Pajak Penghasilan (PPH). Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pegawai PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya, bahwa semua PPN Masukan yang ada pada perusahaan dapat dikreditkan. Dalam hal pelaporan SPT Masa PPN, faktur pajak untuk pajak masukan yang digunakan sebagai dasar pengkreditan pajak masukan adalah surat setoran pajak, sedangkan untuk pajak keluaran bukti yang digunakan dalam mengcross check terhadap pajak masukan adalah Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak Standar dikeluarkan perusahaan apabila pelanggan memiliki NPWP. PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang mempunyai kewajiban perpajakan yaitu Pajak Penghasilan (PPH) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada khususnya. Sehubungan dengan usaha yang dilakukan, maka setiap bulannya perusahaan melaporkan PPN yang disetor dan yang telah mereka pungut dari pelanggan. Pelaporan PPN dalam Masa SPT, PPN

86 dilakukan paling lambat satu bulan setelah terjadi transaksi. Perusahaan ini melaporkan SPT Masa-nya setiap tanggal 30 atau akhir bulan. Keterangan : Contoh SPT Masa PPN PT. Fajar Lestari Abadi terdapat di lampiran 2 4.2. Analisis Data 1. Sebab dan Akibat Masalah Prosedur pembukuan yang dilakukan PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya berkaitan dengan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pembelian barang dan penjualan lokal. Masalah yang timbul dalam pencatatan pajak masukan adalah berbedanya saat penyerahaan barang kena pajak dan saat pembuatan faktur pajak. Seperti biasanya, faktur pajak dapat dibuat pada akhir bulan setelah penyerahan barang kena pajak. Dalam pencatatan pajak keluaran, masalah yang terjadi juga tidak jauh berbeda dengan pajak masukan yaitu berbedanya saat penyerahan barang kena pajak dengan saat pembuatan faktur pajak. Pada saat penjualan, dimana barang diserahkan terlebih dahulu kepada pelanggan sedangkan faktur pajaknya dibuat setelah barang diserahkan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pencatatan dua kali di dalam pembukuannya, yaitu pada saat penyerahan barang dan pada saat

87 dikeluarkannya faktur pajak. Berdasarkan transaksi sebelumnya, ayat jurnal yang dibuat yaitu : Berdasarkan saat Penyerahan Barang (Penjualan) tahun 2012: Uraian Debet (D) Kredit (K) Piutang dagang Rp. 383.650.666.855 Hasil Penjualan Rp. 348.773.333.505 PPN Keluaran Rp. 34.877.333.350 Pada saat dibuat faktur pajak : Uraian Debet (D) Kredit (K) Pajak Keluaran yang belum difakturkan Rp. 34.877.333.350 Pajak Keluaran Rp. 34.877.333.350 Berdasarkan saat Penyerahan Barang (Penjualan) tahun 2013: Uraian Debet (D) Kredit (K) Piutang dagang Rp. 483.486.884.064 Hasil Penjualan Rp. 439.533.530.967 PPN Keluaran Rp. 43.953.353.097 Pada saat dibuat faktur pajak : Uraian Debet (D) Kredit (K) Pajak Keluaran yang belum difakturkan Rp. 43.953.353.097 Pajak Keluaran Rp. 43.953.353.097 Dengan ayat jurnal diatas, maka perkiraan Pajak Keluaran yang belum difakturkan akan bersaldo nol. Pada akhir bulan, pajak keluaran akan dikurangi dengan pajak masukan yang dapat dikreditkan. Selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus disetor.

88 Pembelian tahun 2012: Uraian Debet (D) Kredit (K) Pembelian Rp. 339.799.786.530 Pajak Masukan Rp. 33.979.978.653 Kas Rp. 373.779.765.183 Pembelian tahun 2013: Uraian Debet (D) Kredit (K) Pembelian Rp. 428.227.113.510 Pajak Masukan Rp. 42.822.711.351 Kas Rp. 471.049.824.861 Berbedanya saat penyerahan barang dengan saat dibuatnya faktur pajak, maka mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai belum terutang menurut pajak, karena belum nyata terjadi. Sedangkan dalam prinsip akuntansi, ada dua saat pengakuan baik pendapatan maupun beban yaitu prinsip kas dan prinsip akrual. Hal ini di dalam akuntansi merupakan akrual, dimana akuntansi berprinsip bahwa saat penyerahan barang tersebut merupakan saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai walaupun hal ini belum secara nyata terjadi di dalam perusahaan, sehingga mengakibatkan terjadinya dua kali pencatatan di dalam akuntansi. Sedangkan menurut pajak, pencatatan harus dilakukan satu kali saja untuk setiap transaksi yaitu pada saat diterbitkannya faktur pajak karena tanggal faktur pajak yang tercantum pada faktur pajak tersebut menentukan masa pajaknya. Dalam penyajian PPN, perusahaan menyajikan dengan metode gabungan, yaitu PPN Masukan dan PPN

89 Keluaran dibukukan secara terpisah dan pada akhir tahun dibukukan pada satu perkiraan saja yaitu PPN. 2. Evaluasi dan Pemecahan Masalah Berdasarkan data yang dilakukan oleh peneliti bahwa perusahaan ini melakukan pencatatan dua kali, seharusnya kalau kita melihat peraturan pajak dalam Undang-undang pencatatan dilakukan satu kali untuk setiap transaksi yaitu pada saat diterbitkannya faktur pajak karena tanggal faktur pajak yang tercantum pada faktur pajak tersebut menentukan masa pajaknya. Jadi jurnal yan seharusnya dibuat oleh PT.Fajar Lestari Abadi adalah sebagai berikut : Berdasarkan saat Penyerahan Barang (Penjualan) tahun 2012: Uraian Debet (D) Kredit (K) HPP Rp. 348.773.333.505 Rp. 348.773.333.505 Persediaan Pada saat dibuat faktur pajak : Uraian Debet (D) Kredit (K) Piutang dagang Rp. 383.650.666.855 Hasil Penjualan Rp. 348.773.333.505 PPN Keluaran Rp. 34.877.333.350 Berdasarkan saat Penyerahan Barang (Penjualan) tahun 2013: Uraian Debet (D) Kredit (K) HPP Rp. 439.533.530.967 Rp. 439.533.530.967 Persediaan

90 Pada saat dibuat faktur pajak : Uraian Debet (D) Kredit (K) Piutang dagang Rp. 483.486.884.064 Hasil Penjualan Rp. 439.533.530.967 PPN Keluaran Rp. 43.953.353.097 Saat penyerahan Barang maka yang timbul adalah di persediaan dimana saat perusahaan menjual barang maka persediaan yang ada digudang akan menjadi berkurang jadi posisi persediaan dijurnal dikredit. Saat perusahaan menerbitkan faktur pajak, maka piutang usaha yang timbul akibat dari DPP ditambah dengan PPN Keluaran. Pada saat Pengkreditan Pajak Masukan : Tahun 2012 Tahun 2013 PPN Keluaran = Rp. 34.877.333.350 PPN Masukan = Rp. 33.979.978.653 - PPN Keluaran = Rp. 43.953.353.097 PPN Masukan = Rp. 42.822.711.351- Kurang Bayar = Rp. 897.354.697 Kurang Bayar = Rp. 1.130.641.746 Keterangan : Perhitungan untuk PPN PT. Fajar Lestari Abadi Tahun 2013 dan Tahun 2012 terdapat di lampiran 1 4.2.1. Koreksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Semua PPN Masukan yang ada pada PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya dikategorikan ke dalam PPN yang dapat dikreditkan karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan, sehingga PPN Masukan-nya dapat dikreditkan dengan PPN Keluaran yang telah mereka pungut dari konsumen. Dalam hal koreksi yang berhubungan

91 dengan Pajak Pertambahan Nilai tersebut, tidak ada koreksi yang dilakukan pihak perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa koreksi itu hanya berkaitan dengan PPN Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan tanpa memperhatikan perbedaan pengakuan beban dan hutang baik menurut akuntansi maupun menurut pajak, seperti koreksi fiskal PPH pasal 25.

92 4.2.2. Laporan Keuangan PT.Fajar Lestari Abadi TABEL 4.1 Laporan Laba Rugi Periode Tahun 2012 Sumber : PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya

93 TABEL 4.2 Neraca Per Desember 2012 Sumber : PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya

94 TABEL 4.3 Laporan Laba Rugi Periode Tahun 2013 Sumber : PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya

95 TABEL 4.4 Neraca Per Desember 2013 Sumber : PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya

96 4.2.3. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Berdasarkan data yang penulis peroleh dari perusahaan serta tinjauan pustaka yang penulis paparkan pada bab II, dasar pengenaan pajak yang dijadikan dasar dalam penghitungan pajak pertambahan nilai terhadap barang kena pajak, sudah sesuai dengan dasar pengenaan pajak yang ada. Dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah harga jual, yaitu nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. 4.2.4. Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Penghitungan PPN Masukan dan PPN Keluaran yang perusahaan lakukan dan telah disetorkan ke Kas Negara sudah sesuai dengan rumus dan aturan-aturan yang berlaku. Negara tidak mungkin dirugikan dalam hal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap Barang Kena Pajak (BKP) yang perusahaan jual dalam rangka kegiatan usahanya. Penghitungan yang dilakukan pihak perusahaan adalah dengan mengalikan DPP dengan tarif sebesar 10%. Pihak perusahaan melakukan perhitungan dengan cermat karena mengingat jumlah yang

97 menjadi DPP cukup besar, walaupun bila dilihat cara perhitungannya sangat mudah yaitu : DPP x Tarif Pajak 10% 4.2.5. Mekanisme Pengkreditan Pajak serta Pelaporan SPT Masa PPN Menurut peraturan perpajakan, pengkreditan pajak dapat dilakukan apabila PPN Masukan dikategorikan sebagai PPN yang dapat dikreditkan dan bukan PPN yang tidak dikreditkan. PPN yang tidak dapat dikreditkan diantaranya dikarenakan faktur pajaknya merupakan faktur pajak sederhana, tidak berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan, faktur pajak fiktif, dan lain sebagainya. Semua PPN Masukan yang telah perusahaan setor ke Kas Negara merupakan PPN Masukan yang dapat dikreditkan. Langkah yang telah diambil oleh perusahaan sudah benar yaitu dengan cara melaporkan pada masa pajak berikutnya setelah terjadinya transaksi agar PPN Masukan tersebut dapat mereka kreditkan dengan PPN Keluarannya. Mekanisme atau cara pengkreditan Pajak Masukan yang dilakukan perusahaan yaitu berpedoman pada tanggal faktur pajak. Langkah yang dilakukan sudah tepat, agar pencatatan tidak terlalu overstated atau understated pada bulan yang bersangkutan, walaupun batas pengkreditan pajak yaitu 3 bulan atau juga sepanjang perusahaan belum dilakukan pemeriksaan.

98 Dalam hal pelaporan SPT Masa PPN PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya telah melaporkan tepat waktu yaitu setiap tanggal 30. Menurut penulis, hal ini sudah baik karena perusahaan sudah termasuk dalam Wajib Pajak (WP) yang taat pajak dan tidak terkena sanksi apabila terlambat melapor. 4.2.6. Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Berdasarkan SAK mengenai perbandingan antara pendapatan dan biaya, dimana pembebanan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan. Untuk mendapatkan kelayakan ekonomis dan membandingkan pajak masukan dengan pajak keluaran. Pajak masukan harus dimanfaatkan untuk menghasilkan pajak keluaran. Pajak masukan ini akan dibebankan dalam periode yang bersangkutan. Salah satu cara yang biasa dibebankan dalam satu periode yaitu dengan membagi pajak masukan sesuai dengan pajak keluaran yang terjadi pada periode yang bersangkutan juga. Setelah dilakukan analisis berdasarkan data yang tersedia, bahwa seluruh pajak masukan yang dikurangkan dengan pajak keluaran. Pada Tahun 2012 Pembelian BKP sebesar Rp. 339.799.786.530, penjualan BKP sebesar Rp. 348.773.333.505. Seluruh pajak masukan yang dikreditkan atau dikurangkan pada penjualan tertera pada pajak keluarannya. Nilai PPN masukan sebesar Rp. 33.979.978.653 dan nilai PPN keluarannya sebesar Rp. 34.877.333.350 jadi Nilai PPN

99 keluarannya lebih besar daripada PPN masukannya selisihnya sebesar Rp. 897.354.697 yang merupakan kurang bayar yang harus disetorkan ke kas negara. Sedangkan untuk Tahun 2013 Pembelian BKP sebesar Rp. 428.227.113.510, penjualan BKP sebesar Rp. 439.533.530.967. Seluruh pajak masukan yang dikreditkan atau dikurangkan pada penjualan tertera pada pajak keluarannya. Nilai PPN masukan sebesar Rp. 42.822.711.351 dan nilai PPN keluarannya sebesar Rp. 43.953.353.097 jadi Nilai PPN keluarannya lebih besar daripada PPN masukannya selisihnya sebesar Rp. 1.130.641.746 yang merupakan kurang bayar yang harus disetorkan ke kas negara. Perusahaan tidak melakukan pisah batas pengkreditan pajak masukan karena perusahaan melakukan pembelian BKP sesuai dengan jumlah pesanan yang diminta, maka tidak ada sisa persediaan BKP. Jadi dipastikan bahwa seluruh pajak masukan yang dikreditkan atau dikurangkan pada penjualan tertera pada pajak keluarannya. 4.2.7. Interpretasi Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Proses Penerapan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang ada di PT. Fajar Lestari Abadi yaitu sebagai berikut : 1. Adanya Permasalahan didalam prosedur pembukuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dilakukan PT. Fajar Lestari Abadi, dalam pencatatan pajak masukan maupun pajak keluaran yaitu

100 berbedanya saat penyerahan barang kena pajak (BKP) dan saat pembuatan faktur pajak. 2. Dari permasalahan diatas maka mengakibatkan terjadinya pencatatan PPN sebanyak dua kali didalam pembukuannya, yaitu pada saat penyerahan barang dan pada saat dikeluarkannya Faktur Pajak. PT. Fajar Lestari Abadi saat proses penyerahan barang sudah mengakui adanya Piutang dagang Rp.483.486.884.064 (Kredit) atas hasil penjualan Rp.439.533.530.967 (Debet) dan PPN Keluaran Rp. 43.953.353.097 (Debet), padahal Faktur Pajak belum diterbitkan. Dan pada saat dibuat Faktur Pajak PT.Fajar Lestari Abadi mencatat kembali PPN-nya dengan Pajak Keluaran yang belum difakturkan Rp. 439.533.530.967 (Debet) dan PPN Keluaran Rp. 43.953.353.097 (Kredit). Dengan pencatatan diatas maka mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai belum terutang menurut pajak, karena belum nyata terjadi. Tetapi menurut prinsip akuntansi bahwa saat penyerahan barang tersebut merupakan saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai walaupun hal ini belum secara nyata terjadi di dalam perusahaan, sehingga mengakibatkan terjadinya dua kali pencatatan di dalam akuntansi. 3. Sedangkan menurut pajak, pencatatan harus dilakukan satu kali saja untuk setiap transaksi yaitu pada saat diterbitkannya faktur pajak karena tanggal faktur pajak yang tercantum pada faktur pajak tersebut menentukan masa pajaknya. Jadi Menurut penulis untuk

101 permasalahan diatas seharusnya dalam pencatatan PPN-nya Saat penyerahan Barang yang timbul adalah HPP Rp.439.533.530.967 (Debet) Persediaan Rp.439.533.530.967 (Kredit), pada saat dibuat faktur pajak Piutang dagang Rp.483.486.884.064 (Debet) atas Hasil Penjualan Rp.439.533.530.967 (Kredit) dan PPN Keluaran Rp. 43.953.353.097 (Debet). Dengan pencatatan seperti ini maka tidak terjadi pencatatan PPN sebanyak dua kali. 4. Besaran nominal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. Fajar Lestari Abadi pada Tahun 2012 terjadi kurang bayar sebesar Rp. 897.354.697, sedangkan pada Tahun 2013 terjadi kurang bayar sebesar Rp. 1.130.641.746.