4 Hasil dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
3 Metodologi Penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

Metodologi Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

Laporan Kimia Analitik KI-3121

4 Hasil dan Pembahasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

Penentuan Ion Logam Aluminium dalam Sediaan Deodoran dengan Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektrofotometri Serapan Atom

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Sifat-Sifat Merkuri. Hg(OH)Cl + H + (aq) + Cl - (aq) HgCl 2 + H 2 O (l)

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

INTEGRATED GAS-LIQUID SEPARATOR-REACTOR FOR DETERMINATION Sn(II) AT TRACE LEVELS IN SOLUTION

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium

3 Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

3 Metodologi Penelitian

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

PENGUJIAN KANDUNGAN MERKURI DALAM SEDIAAN KOSMETIK DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk penentuan merkuri dengan konsentrasi yang sangat renik. Analisis kuantitatif pada metode ini didasarkan atas besarnya intensitas sinar yang diserap oleh atom merkuri yang terbentuk melalui reaksi berikut ini. Hg 2+ Hg (g) (reduksi) Sn 2+ Sn 4+ (oksidasi) + Hg 2+ + Sn 2+ Hg (g) + Sn 4+ Beberapa faktor yang sangat berpengaruh pada penentuan ion logam dengan metode yang dikembangkan ini adalah laju alir pompa, ukuran reaktor-separator terintegrasi, pencampuran reagen, jenis asam, konsentrasi asam, dan konsentrasi reduktor (SnCl 2 ). Parameter-parameter tersebut sangat mempengaruhi sensitifitas dan ketepatan dari pengukuran. Setelah diperoleh kondisi pengukuran yang optimal, selanjutnya dipelajari pula kinerja analitik dan penggunaannya untuk analisis merkuri dalam sampel krim pemutih. 4.1 Optimasi Laju Alir Pompa Penentuan laju alir pada kedua pompa peristaltik dilakukan dengan menggunakan pompa 1 untuk larutan standar merkuri dan larutan asam, sedangkan pompa 2 untuk reduktan SnCl 2. Profil sinyal yang diperoleh pada berbagai laju alir seperti terlihat pada Gambar 4.1 sedangkan kondisi pengukurannya dapat dilihat pada Lampiran A.

.17.14.11.8.77.91.91.97.131.5 1 (3,); 2 (3,) 1 (2,5); 2 (3,) 1 (2,5); 2 (2,5) 1 (3,); 2 (2,5) Jenis Pompa dan Laju Alir (ml/menit) 1 (3,2); 2 (2,8) Gambar 4.1 Pengaruh laju alir pompa Dari Gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa laju alir larutan standar merkuri dan asam (pada pompa1) harus lebih besar dari pada laju alir reduktan SnCl 2 (pada pompa 2). Dengan semakin besarnya laju alir larutan standar merkuri dan asam maka akan semakin banyak uap logam merkuri yang terbentuk sehingga akan semakin banyak merkuri yang teranalisis dalam detektor CV-AAS sehingga absorbansi yang didapat akan optimum. Laju alir yang lebih besar tidak terlalu disukai karena akan menyulitkan proses pemisahan uap atom merkuri dengan sisa hasil reaksi didalam separator. 4.2 Modifikasi Ukuran Reaktor-Separator Terintegrasi Reaktor-separator terintegrasi atau terpadu merupakan sebuah alat yang mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai tempat terjadinya reaksi kimia sekaligus memisahkan uap merkuri dari campuran reaksi, sebelum dialirkan ke CV-AAS. Reaktor-separator terintegrasi yang dipelajari terdiri dari tiga jenis dengan geometri ukuran yang berbeda, yaitu berukuran kecil (panjang tabung 6 cm dengan diameter 2 cm), sedang (panjang tabung 7,5 cm dengan diameter 2,5 cm), dan berukuran besar (panjang tabung 9 cm dengan diameter 3 cm). Diameter dalam tabung tempat pemasukan sampel (Hg), asam dan reduktan (SnCl 2 ) dibuat berukuran sama yaitu sebesar,5 mm. 24

.14.1.8.6.4.2.5.7 Kecil Sedang Besar Jenis Reaktor-Separator Gambar 4.2 Pengaruh ukuran reaktor-separator Dari Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa dengan semakin besar ukuran reaktor-separatornya maka akan semakin luas permukaan yang digunakan sebagai tempat terjadinya reaksi kimia sekaligus memisahkannya, sehingga akan semakin optimum puncak yang didapat. Ukuran reaktor-separator yang besar juga memungkinkan membesarnya waktu kontak antar reaktan sehingga mengoptimalkan reaksi pembentukan uap merkuri. 4.3 Pengaruh Pencampuran Reagen Pengaruh pencampuran antara larutan standar merkuri yang sudah terasamkan dengan reduktan SnCl 2, dilakukan dengan teknik pencampuran di dalam dan di luar reaktorseparator. Pencampuran didalam dilakukan dengan menggunakan reaktor-separator yang telah dioptimasi sedangkan pencampuran diluar dengan menggunakan koil reaksi pendek (,5 m) dan panjang (3 m)..15.9.6.3.7 Pencamp. di luar Pencamp. di dalam Jenis Pencampuran Gambar 4.3 Pengaruh pencampuran reagen 25

Dari Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa pencampuran didalam reaktor-separator memberikan absorbansi yang cukup besar, sedangkan pencampuran diluar yang menggunakan koil panjang (3 m) tidak memberikan peningkatan absorbansi. Hal ini dapat terjadi karena semakin panjangnya koil maka uap logam merkuri akan terencerkan kembali dan berdifusi kembali kedalam campuran reaksi sehingga akan semakin sulit untuk memisahkannya. 4.4 Optimasi Larutan Asam Larutan asam diperlukan sebagai pemberi suasana agar reaksi reduksi pada merkuri dapat terjadi. Dalam hal ini, pertama kali dilakukan pengukuran dengan memvariasikan jenis asam pada konsentrasi tetap. Profil sinyal hasil pengukuran pada berbagai jenis asam (H 2 SO 4, HNO 3, HCl) dengan konsentrasi 3 %, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.4 berikut ini. Dari data absorbansi, dapat dilihat bahwa jenis asam yang memberikan hasil yang baik adalah asam klorida (HCl), yang selanjutnya digunakan untuk penelitian ini. Gambar 4.4 Pengaruh jenis asam Dari data optimasi jenis asam, maka larutan asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah HCl. Agar nilai absorban yang diperoleh optimum, maka selanjutnya dilakukan pengukuran dengan memvariasikan konsentrasi HCl untuk mengetahui pada konsentrasi berapa diperoleh absorbansi yang paling besar. Dari pengukuran absorbansi larutan standar dengan parameter jenis reduktan dan tekanan gas pembawa tetap (Lampiran D), diperoleh aluran antara absorbansi terhadap konsentrasi asam seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.5 berikut ini. 26

.13.11.1 2 4 6 8 1 12 [HCl],(%) Gambar 4.5 Pengaruh konsentrasi asam Dari Gambar 4.5, dapat terlihat bahwa antara konsentrasi 2 hingga 12 % tidak menghasilkan perbedaan absorbansi yang berarti. Akan tetapi untuk alasan kemudahan dan penghematan pereaksi, maka digunakan konsentrasi sebesar 5 % yang sudah menghasilkan nilai absorbansi yang cukup memadai. Meskipun konsentrasi HCl tersebut tidak menghasilkan perbedaan yang berarti, namun seharusnya tetap ada perubahan yang menunjukkan semakin besar konsentrasi HCl, semakin besar juga absorbansinya. Asam dalam penelitian ini diperlukan dalam proses reaksi reduksi-oksidasi, artinya suasana asam sebagai syarat agar reaksi tersebut berlangsung dengan lancar. Dalam hal ini, HCl dapat dikatakan sebagai salah satu pereaksi. Apabila konsentrasi pereaksi semakin besar, maka reaksi akan cenderung berjalan kearah yang konsentrasinya lebih kecil, yaitu hasil reaksi. Dengan kata lain, reaksi cenderung berjalan kearah kanan. Oleh karena itu, absorbansi yang dihasilkan juga akan semakin besar dengan konsentrasi HCl yang semakin besar. Namun jika konsentrasi asam terlalu besar, ada kemungkinan akan terjadi pengenceran hasil reaksi yang terlalu besar, karena reaksi akan terus berjalan kearah produk. Pengenceran produk ini dapat menyebabkan kualitas analisis yang semakin berkurang. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan konsentrasi asam 5 % sudah cukup signifikan untuk reaksi tersebut berlangsung. 4.5 Optimasi Konsentrasi SnCl 2 Pada penelitian ini dilakukan optimasi terhadap SnCl 2 yang bertindak sebagai reduktan. Reduktan dalam penelitian ini berfungsi untuk merubah bilangan oksidasi Hg dari +2 menjadi. Reaksi reduksi ini terjadi dalam suasana asam saat larutan standar merkuri yang telah terasamkan bercampur dengan reduktan pada alat reaktor-separator terintegrasi. Hasil dari reaksi ini berupa uap logam merkuri yang kemudian didorong oleh gas inert (gas N 2 ) 27

menuju sel absorpsi. Untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi SnCl 2, pada proses reduksi merkuri, dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi SnCl 2 antara,1 hingga 3 %..14.13.11.1.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 [SnCl2], (%) Gambar 4.6 Pengaruh konsentrasi reduktan, SnCl 2 Dari Gambar 4.6 dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi SnCl 2,5 % telah dapat diperoleh nilai absorbansi yang maksimum. Nilai absorbansi yang besar ini diharapkan dapat memberikan sensitifitas yang lebih baik sehingga tidak diperlukan lagi skala ekspansi yang besar untuk pengukuran. Untuk pengerjaan selanjutnya digunakan larutan SnCl 2 dengan konsentrasi,5 % sebagai agen pereduksi. 4.6 Kinerja Analitik Kondisi peralatan AAS pada saat pengukuran seperti terlihat pada Tabel 4.1 sedangkan hasil optimasi yang telah dipelajari dapat dirangkum dalam Tabel 4.2 berikut ini selanjutnya diuji kinerja analitiknya. Gambaran mengenai kinerja analitik dari metode yang dikembangkan dievaluasi dengan mempelajari presisi, kelinieran pengukuran, limit deteksi, akurasi, metode penambahan standar, dan peningkatan sinyal. Tabel 4.1 Kondisi instrumen CV-AAS saat pengukuran Kondisi instrumen CV-AAS Panjang gelombang (nm) 253,7 SBW (nm),7 Sens check 2 28

Tabel 4.2 Hasil optimasi pengukuran Parameter Hasil Optimasi Laju alir Pompa 1: 3,2 ml.menit -1 Pompa 2: 2,8 ml.menit -1 Ukuran reaktorseparator terintegrasi Besar (9x3cm) Pencampuran reagen Pencampuran di dalam Jenis asam HCl Konsentrasi asam 5 % Konsentrasi reduktan,,5 % dalam 5 % SnCl 2 HCl 4.6.1 Presisi Tingkat presisi (kebolehulangan) pengkuran dalam suatu metode analitik menunjukan tingkat ketelitian metode tersebut. Kebolehulangan merupakan perbedaan hasil percobaan dari analisis yang sama di laboratorium yang sama yang dilakukan secara berulang-ulang guna menunjukkan ketelitian dari pengukuran. Kebolehulangan dapat dilihat dari standar deviasi relatif absorbansi suatu larutan standar pada konsentrasi tertentu yang diukur berulang-ulang. Semakin kecil standar deviasi relatifnya, maka akan semakin bagus kebolehulangan dari pengukuran tersebut. Pada penelitian kali ini diperiksa kebolehulangan pengukuran larutan standar merkuri pada konsentrasi 1 µg.l -1 dan 5 µg.l -1, seperti terlihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. 29

.4.32.32.32.38.35.35.32.35.38.35.3.2.1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pengukuran Ke- Gambar 4.7 Kebolehulangan pengukuran merkuri 1 µg.l -1.1.92.92.87.87.87.82.87.87.92.92.75.5.25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Perulangan ke- Gambar 4.8 Kebolehulangan pengukuran merkuri 5 µg.l -1 Standar batas maksimum nilai koefisien varian dari konsentrasi analit yang digunakan adalah 7,29 % untuk konsentrasi 1 µg.l -1 dan 3,59 % untuk konsentrasi 5 µg.l -1 (Lampiran F), dengan standar deviasi sebesar 2,47.1-4 untuk konsentrasi 1 µg.l -1 dan 3,21.1-4 untuk konsentrasi 5 µg.l -1. Nilai % KV yang relatif kecil tersebut mengindikasikan bahwa metode pengukuran ini memiliki presisi yang tinggi. 4.6.2 Kelinieran Pengukuran Kurva kalibrasi merupakan metode yang banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi analit dalam suatu cuplikan. Metode kurva kalibrasi ini cocok untuk penentuan sampel yang mempunyai pengaruh matriks yang sangat kecil atau pengaruh matriks-nya dapat diabaikan. Kurva kalibrasi pada pengukuran secara spektrofotometri merupakan pengaluran antara 3

absorban atau dalam penelitian ini tinggi puncak terhadap beberapa konsentrasi standar. Kurva kalibrasi ini juga dapat menunjukkan kelinieran pengukuran, yaitu dari persamaan regresi kurva. Ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (R 2 ) dari persamaan regresi kurva yang mendekati nilai 1. Intersep yang dihasilkan pada persaamaan regresi menunjukkan akurasi dari metode pengukuran yang digunakan. Jika persamaan regresi linier menghasilkan intersep dengan nilai mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa metode pengukuran yang digunakan cukup akurat. 22 Pada penelitian ini kurva kaibrasi diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar merkuri terhadap variasi konsentrasi antara 1 µg.l -1 hingga 1 µg.l -1..16.14.1.8.6.4.2 y =.1x +.18 R 2 =.9968 2 4 6 8 1 12 Konsentrasi Hg (ppb) Gambar 4.9 Kurva kalibrasi larutan standar merkuri Hasil yang diperoleh (Gambar 4.9) menunjukkan bahwa metode ini cukup akurat dalam penentuan Hg 2+ dalam suatu larutan, ditunjukan oleh rentang dinamik sebesar 1 2 dengan koefisien korelasinya sebesar,9968. 4.6.3 Limit Deteksi Limit deteksi pengukuran ditentukan melalui pengukuran harga absorbansi terkecil yang masih dapat dibedakan dengan sinyal blanko hasil dari beberapa kali pengukuran. Limit deteksi ini menunjukan jumlah konsentrasi terkecil dari analit yang masih dapat dideteksi (menghasilkan sinyal). Limit deteksi dinyatakan sebagai perbandingan sinyal standar (S) terhadap sinyal blanko (N) yang memenuhi ketentuan S/N=3. Limit deteksi pengukuran yang diperoleh melalui metode yang dikembangkan ini adalah sebesar 3,5 µg.l -1 (Lampiran H). Nilai limit deteksi ini menunjukan kelayakan dari metode yang dikembangkan untuk digunakan dalam analisis merkuri pada tingkat konsentrasi renik. 31

4.6.4 Akurasi Akurasi pengukuran menunjukan kedekatan hasil dengan nilai yang sebenarnya atau dengan nilai yang dianggap benar. Akurasi pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, pada penelitian kali ini ditentukan dengan menentukan % rekoveri dari suatu larutan standar, yaitu menggunakan metode spike. Metode spike ini pada teknisnya adalah mengukur larutan standar dengan menggunakan sampel sebagai pelarut. Kemudian hasil yang diperoleh dikoreksi terhadap hasil pengukuran sampel secara langsung. Sampel yang diuji merupakan sampel krim pemutih yang ada di Bandung. Pada penelitian ini digunakan dua jenis sampel dengan penambahan 4 µg.l -1 larutan standar merkuri. Dari hasil pengamatan diperoleh tinggi puncak untuk pengukuran sampel secara langsung yaitu 14 µg.l -1 untuk sampel 8 dan sampel 9 yang kebetulan bernilai sama. Kemudian dari hasi analisis dengan metode spike untuk standar 4 µg.l -1 pada sampel 8 dan sampel 9 memberikan nilai konsentrasi sebesar 53 µg.l -1 dan 52 µg.l -1, sehingga dapat diperoleh persen rekoveri untuk sampel 8 sebesar 98,15 % dan untuk sampel 9 diperoleh rekoveri sebesar 96,3 % (Lampiran I). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persen rekoveri yang diperoleh cukup memadai yaitu > 95 %. 4.6.5 Penambahan Standar Metode penambahan standar ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh matrik dari sampel krim pemutih yang mengganggu pengukuran. Mengganggu atau tidaknya matrik dari sampel krim pemutih dapat dilihat dari slope kurva metode penambahan standar dan slope pada kurva kalibrasi. Jika terdapat gangguan matriks maka nilai slope kedua kurva yang diperoleh akan memberikan nilai yang berbeda. Selain itu, juga bisa dilihat dari hasil persen merkuri dalam sampel seharusnya tidak berbeda, baik pada metode penambahan standar maupun pada saat analisis sampel dengan metode kurva kalibrasi. Pada penelitian ini digunakan sampel 7 dan larutan standar merkuri dengan perbandingan volume yang sama antar keduanya. 32

.1.8.6.4.2 y =.1x +.27 R 2 =.9847 1 2 3 4 5 Standar yang ditambahkan (ppb) Gambar 4.1 Kurva metode penambahan standar Dari Gambar 4.1, terlihat bahwa slope untuk kurva metode penambahan standar sama dengan slope pada kurva kalibrasi, yaitu sebesar,1. Selain itu, dari hasil pengolahan data (Lampiran J) diperoleh persen merkuri dalam sampel sebesar 1,35.1-4 %, hasil ini sama dengan hasil analisis sampel (1,3.1-4 %) secara kurva kalibrasi. 4.6.6 Peningkatan Sinyal Uji peningkatan sinyal ini dilakukan dengan membandingkan absorbansi yang dihasilkan oleh reaktor-separator terintegrasi dengan separator komersial yang ada, pada konsentrasi standar merkuri 5 dan 1 µg.l -1. Hasil pengukuran seperti terlihat pada Gambar 4.11. Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa reaktor-separator terintegrasi memberikan peningkatan sinyal sebesar 2,12 kali untuk 5 µg.l -1 dan 3,38 kali untuk 1 µg.l -1 (Lampiran K). Terjadinya peningkatan sinyal yang cukup berarti ini antara lain disebabkan oleh efektifnya fungsi reaktor-separator yang terintegrasi..18.16.14 Reaktor-Separator Terintergasi Separator Komersial.161.1.8.6.4.87.41.48.2 5 1 Konsentrasi (ppb) Gambar 4.11 Perbandingan reaktor-separator terintegrasi dan separator komersial 33

4.7 Analisis Sampel Krim Pemutih Sampel krim pemutih yang dianalisis merupakan sampel komersial yang dipasarkan di kota Bandung. Setelah melalui tahapan penyiapan sampel dari pengukuran diperoleh hasil-hasil analisis merkuri seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Kadar merkuri dalam sampel krim pemutih [Hg], [Hg], %Hg dalam Sampel (µg L -1 ) (mg/kg) Sampel 1 18 5,39 5,39x1-4 2 13 5,14 5,14x1-4 3 13 51366,5 5,13665 4 27 135 1,35x1-1 5 72 35,9 3,59x1-3 6 67 33,5 3,35x1-3 7 26 1,3 1,3x1-4 8 14,697 6,97x1-5 9 14,699 6,99x1-5 1 98 4,88 4,88x1-4 11 15,748 7,48x1-5 Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri dalam sampel krim pemutih (Tabel 4.3), berada pada rentang,697 hingga 51366.5 mg.kg -1 atau sekitar 6,97.1-5 -5,137 % (Lampiran I). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kadar merkuri pada sampel krim pemutih, masih ada satu yang terdapat di atas ambang batas yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/ MENKES/ PER/V/1998 Tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada Kosmetik dan Keputusan Kepala Badan POM No. HK..5.4.1745 Tentang Kosmetik, yaitu sebesar 2%. 15 Oleh sebab itu, pengawasan terhadap penggunaan merkuri dalam krim pemutih maupun kosmetik perlu dilakukan sehingga efek samping penggunaannya dapat diminimalisasi. 34