2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Sifat-Sifat Merkuri. Hg(OH)Cl + H + (aq) + Cl - (aq) HgCl 2 + H 2 O (l)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Sifat-Sifat Merkuri. Hg(OH)Cl + H + (aq) + Cl - (aq) HgCl 2 + H 2 O (l)"

Transkripsi

1 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Sifat-Sifat Merkuri Merkuri termasuk kedalam kelompok logam berat karena mempunyai densitas yang tinggi, yaitu 13,5 g.cm -3. Merkuri (Hg) merupakan unsur berbentuk cairan keperakan pada suhu kamar dan merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu ruang. Hal ini dikarenakan ikatan logamnya yang sangat lemah. Uap merkuri bersifat monoatomik dengan tekanan uap yang tinggi yaitu 1, mm pada 20 C dan mempunyai titik leleh 39 C serta baru akan menguap bila dipanaskan sampai suhu 357,0 C. 3 Tingkat oksidasi merkuri ada 3 yaitu 0, +1, dan +2. Merkuri di lingkungan kebanyakan berada pada tingkat oksidasi 0 dan +2. Hal ini dikarenakan potensial pembentukan spesi merkuri pada tingkat oksidasi tersebut cukup tinggi. 4 Berikut diperlihatkan beberapa reaksi reduksi dari beberapa spesi merkuri: 2+ Hg 2 + 2e - = 2 Hg E = + 0,789 V 2Hg e - = Hg 2 2+ E = + 0,920 V Hg e - = Hg E = + 0,854 V Hg 2+ 2 = Hg + Hg 2+ E = - 0,131 V Sifat merkuri yang mudah tereduksi oleh reduktor dalam kadar kecil dan kemampuan untuk melakukan reaksi disproporsionasi maka tidak heran jika merkuri mudah hilang dari larutan garamnya. Senyawa merkuri yang telah banyak dikenal adalah garam halida, yaitu garam fluorida dan garam kloridanya. Garam merkuri (I) klorida tidak larut dalam air, kecuali merkuri (I) fluorida. Sedangkan garam merkuri (II) klorida larut dalam air dan berada sebagai molekul HgCl 2. Meskipun demikian ada kemungkinan terjadi reaksi hidrolisis sebagai berikut: HgCl 2 + H 2 O (l) Hg(OH)Cl + H + (aq) + Cl - (aq)

2 Senyawa merkuri (II) klorida memiliki karakter ionik sedangkan merkuri (II) fluorida memiliki karakter kovalen. Diantara garam-garam merkuri (II) yang memiliki karakter ionik adalah garam nitrat, sulfat, dan perklorat. Garam ini terdisosiasi sangat baik dalam air. Oleh karena sifat merkuri (II) hidroksida sebagai basa yang sangat lemah, larutan garam-garam tersebut mudah mengalami hidrolisis sehingga harus diasamkan agar stabil. Larutan merkuri (II) nitrat dalam air mengandung spesi Hg(NO 3 ) 2, HgNO + 3, dan Hg Pada konsentrasi NO 3 yang tinggi mungkin terbentuk anion kompleks [Hg(NO 3 ) 3 ] - dan [Hg(NO 3 ) 4 ] 2-. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik (alkil dan aril). Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri melalui reduksi. Merkuri anorganik dapat berubah menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobik tertentu dan senyawa ini secara lambat berdegradasi menjadi merkuri anorganik. 5 Merkuri juga dapat bereaksi dengan beberapa logam lain membentuk paduan (alloy) yang dikenal sebagai amalgam. Pembentukan amalgam ini bervariasi sesuai dengan komposisi masing-masing logam. 6 Amalgam natrium dan amalgam seng digunakan sebgai agen pereduksi. Namun demikian beberapa logam transisi tidak dapat membentuk amalgam dengan merkuri. Karena sifatnya yang unik, merkuri banyak diaplikasikan dalam bermacam-macam industri. 2.2 Merkuri di Alam dan Bahayanya Merkuri memiliki beberapa tingkat bahaya tergantung bentuk ikatan unsur dan senyawanya serta perlakuan manusia terhadap logam beracun ini. Di alam merkuri biasanya dijumpai dalam bentuk logam merkuri dan ion-ion merkuri. Mineral utama merkuri di alam berada dalam bentuk senyawa dengan sulfida yaitu HgS atau cinnabar. Mineral merkuri ini ditemukan dalam berbagai jenis batuan diantaranya batu kapur, batuan pasir, serpentin, basalt, rhyolit, dan andesit. Selain dalam batuan merkuri juga terkandung dalam bahan bakar fosil, yaitu dalam batubara dan minyak bumi. 7 Keberadaan merkuri di lingkungan berasal dari sumber alami diantaranya letusan gunung berapi, dan sumber air panas. Selain dari sumber alami keberadaan merkuri di lingkungan juga berasal dari kegiatan manusia/antropogenik. Pada pertengahan 1970, sumber terbesar antropogenik adalah dari banyaknya proses elektrolisis garam yang menggunakan sel merkuri sebagai katoda (chloro-alkali plants), sedangkan sekarang ini sumber antropogenik terbesar merkuri adalah dari pembakaran batubara, pembakaran sampah kota, serta peleburan dan pemurnian logam. Berdasarkan riset yang dilakukan diketahui bahwa emisi merkuri di atmosfer yang paling banyak adalah hasil dari aktivitas manusia (antropogenik), 5

3 yaitu duapertiga dari jumlah total (4000 ton/tahun), sedangkan dari sumber alami sepertiganya (2000 ton/tahun). 8 Sebagai pencemar merkuri dapat berupa logam, senyawa organik, dan anorganik. Logam merkuri bagi lingkungan tidak terlalu berbahaya, ancamannya baru muncul bila terurai atau bersenyawa dengan unsur lain. Merkuri anorganik dalam sedimen di dasar laut dan sungai akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa organik metil merkuri. Senyawa metil merkuri tergolong mudah larut dalam air, sedangkan yang berbentuk metil merkuri klorida juga memiliki sifat mudah bereaksi dengan gugus SH dan OH yang terdapat dalam protein. Sifat logam beracun ini sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi seluruh aktivitas metabolisme makhluk hidup. 9 Merkuri dalam bentuk metil merkuri ini, mudah masuk ke tubuh lewat pernapasan dan makanan. Metilmerkuri merupakan senyawa organik dari merkuri yang sangat toksik, karena dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Pencemaran metil merkuri yang berlangsung tahun akan terakumulasi rata-rata 20 tahun dan daya meracuni lingkungan bisa mencapai lebih dari 150 tahun. Toksisitas dari merkuri terhadap manusia dipengaruhi juga oleh beberapa faktor seperti banyaknya merkuri yang terisap, lamanya proses pemaparan, usia, jenis kelamin, kesehatan tubuh, sejarah kesehatan keluarga, dan pola hidup. 9 Logam merkuri bila menguap akan mengumpul di udara. Di udara gas merkuri akan turun ke Bumi lewat air hujan dan kembali ke tanah dan perairan di muka Bumi ini dari danau, sungai hingga laut. Sebagian besar merkuri akan menempel pada sedimen. Merkuri yang sudah berubah jadi senyawa metil merkuri tetap akan larut di air. Di perairan metil merkuri masuk ke tubuh ikan lalu terakumulasi pada pemangsa alaminya hingga meracuni manusia. Daya serap metil merkuri di tubuh mencapai 95 persen. 9 Merkuri baik dalam bentuk logam, maupun senyawa organik dan anorganik dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan berbahaya. Hal ini dikarenakan sifatnya yang akumulatif dan cukup stabil di lingkungan dan biota. Kontaminasi merkuri pada manusia dapat melalui makanan, minuman dan hirupan napas, serta kontak kulit. Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu. Jalan utama absorbsi adalah melalui saluran pernafasan, sekitar 80 % diabsorbsi. Kemungkinan kurang dari 0,01 % diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Garam merkuri (Hg 2+ ) larut dan golongan aril merkuri diabsorbsi melalui inhalasi dan dalam jumlah terbatas secara ingesti. Golongan alkyl merkuri diabsorbsi melalui semua jalan yaitu inhalasi, ingesti atau kontak kulit. 9 Dalam bentuk logam, merkuri diperkirakan hanya 15 persen yang terserap tubuh manusia. Logam merkuri akan menumpuk sebagian besar dalam ginjal, ditemukan dalam otak, hati, 6

4 dan janin. Dalam organ tersebut logam ini akan berubah menjadi senyawa anorganik. Kemudian merkuri akan dibuang dalam kotoran, urine, dan pernapasan. 9 Bahaya yang besar bagi manusia muncul bila yang masuk ke dalam tubuh adalah bentuk metil merkuri. Senyawa yang larut dalam air dan lemak ini akan masuk ke dalam tubuh lewat air, ikan, susu, sayuran, dan buah-buahan yang terkontaminasi. Senyawa metil merkuri akan tertimbun dalam ginjal, otak janin, otot, dan hati. Namun, sebagian besar metil merkuri akan berakumulasi di otak. Karena tingkat penyerapannya tinggi ke dalam tubuh, maka senyawa beracun ini bisa menyebabkan berbagai penyakit. Pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (Ataxia) yang menyebabkan orang takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan otak kecil (cerebellum). 10 Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntahmuntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Gangguan merkuri terhadap manusia dalam jangka panjang diantaranya menyebabkan kanker, gangguan sistem reproduktif pada laki-laki maupun perempuan. Semua gejala yang ditimbulkan oleh merkuri ini terjadi karena kemampuan merkuri untuk terikat kuat pada protein dalam organisme. 10 Masuknya merkuri dalam tubuh memang akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bila melampaui ambang batas. Menurut pedoman Baku Mutu Lingkungan, kadar merkuri pada makanan yang dikonsumsi langsung atau tanpa diolah dulu maksimum 0,001 mg.l -1. Kadar merkuri yang aman dalam darah maksimal 0,04 mg.l -1. Kadar merkuri 0,1-1 mg.l -1 dalam jaringan sudah dapat menyebabkan munculnya gangguan fungsi tubuh Merkuri Dalam Krim Pemutih Sebagai Bahan Depigmentasi Krim pemutih dapat digolongkan sebagai kosmetik maupun obat tergantung dari jenis dan kadar zat yang ada didalamnya. Kosmetik pemutih dapat dijual bebas sedangkan obat pemutih harus dengan resep dan dibawah pengawasan dokter. Perbedaannya hanya terletak pada tingkat keamanan penggunaan zat yang berhasiatnya. Penggunaan merkuri lebih besar dari 2%, Hidroquinon > 2 %, zat warna Rhodamin B dan Merah K.3 dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/ MENKES/ PER/V/1998 Tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada Kosmetik dan Keputusan Kepala Badan POM No. HK Tentang Kosmetik. 11 Krim pemutih merupakan sediaan kosmetik yang merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang berkhasiat untuk memperbaiki corak kulit, yaitu bisa memperbaiki kulit 7

5 yang gelap atau belang. Selain itu, merkuri dalam krim pemutih juga dapat berfungsi sebagai antiseptik dan mengurangi bakteri yang merugikan. Tujuan penggunaannya dalam jangka waktu lama agar dapat menghilangkan atau mengurangi hiperpigmentasi pada kulit. akan tetapi jika penggunaan dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen. 12 Begitu juga dengan pemutih instan, umumnya bisa menimbulkan efek rebound yaitu memberikan respons berlawanan saat pemakaian dihentikan. Mulanya memang menggiurkan, hanya dalam hitungan minggu tampak terlihat perubahan seperti kulit menjadi kenyal, mulus, kerutan hilang, dan lebih putih. Tetapi begitu dihentikan, kulit menjadi hitam atau flek-flek bahkan merah seperti udang rebus. Pemakaian hidroquinon yang berlebihan akan menimbulkan iritasi kulit langsung, dan jika dihentikan kulit akan kembali seperti semula bahkan lebih buruk. 13 Senyawa merkuri yang biasa digunakan dalam krim pemutih adalah senyawa merkuri anorganik, yaitu jenis merkuri oksida (senyawa ini tidak larut dalam air dan alkohol serta terdekomposisi menjadi merkuri dan oksigen apabila terkena cahaya), amonium merkuri (senyawa ini tidak larut pada alkohol dan air serta senyawa ini paling sering digunakan dalam krim pemutih), dimerkuri klorida (senyawa ini dapat terdekomposisi menjadi merkuri klorida dan logam merkuri jika terkena sinar matahari), merkuri klorida (kelarutan senyawa ini dalam air dan alkohol sangat tinggi sehingga umumnya digunakan dalam krim pemutih berbentuk lotion). 14 Absorpsi senyawa merkuri anorganik sekitar 10 % nya akan diabsorpsi oleh tubuh. Merkuri anorganik ini dapat diabsorpsi melewati kulit dan mempunyai kemampuan memblok produksi melanin sebagai pigmen kulit. 15 Pigmen kulit ditentukan oleh jumlah dan distribusi unit-unit sel melanin yang disebut melanosom. Melanosom dibentuk dan disekresi oleh melanosit. Melanosom mengandung enzim bergugus tirosin serta Cu yang mengkatalis oksidasi tirosin menjadi indol-5,6-kuinon yang selanjutnya berpolimerisasi menjadi substansi yang sangat tidak larut serta terikat pada protein dengan kuat melalui ikatan sulfhidril. Substansi inilah yang disebut melanoprotein. 16 Didalam tubuh manusia, merkuri dapat mengganggu kerja enzim. Merkuri bereaksi dengan gugus tio (-SH) dalam protein enzim sehingga menghentikan reaksi kimia yang penting. Merkuri anorganik ini cenderung terakumulasi di hati dan ginjal. Selain itu juga terdapat suatu perkiraan bahwa senyawa merkuri anorganik ini dapat berinteraksi dan merusak DNA. Data in vitro mengindikasikan bahwa senyawa merkuri anorganik dapat menginduksi efek klastogenik dalam sel somatik. Tetapi hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulan bahwa senyawa merkuri anorganik adalah sebuah mutagen. 15 8

6 2.4 Metode Penentuan Merkuri Analisis merkuri di lingkungan termasuk ke dalam analisis renik. Analisis renik merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk menentukan kadar suatu spesi yang jumlahnya berada pada skala sangat kecil (trace) dalam sampel tertentu. Kendala utama dari proses analisis sampel yang mengandung merkuri adalah tingkat kerenikan analit pada sampel dan matriks pada sampel yang mungkin mengganggu proses analisis, selain itu juga sifat merkuri yang mudah menguap. Metode penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menentukan merkuri adalah spektrofotometri serapan atom (AAS). Ada beberapa metode AAS untuk analisis merkuri diantaranya AAS tungku grafit, AAS nyala, dan AAS uap dingin. Dari ketiga metode tersebut AAS uap dingin merupakan metode yang biasa digunakan untuk analisis merkuri karena sifat dari merkuri yang mudah menguap. Metode tungku grafit tidak direkomendasikan karena sifat merkuri yang mudah menguap pada suhu ruang. Analisis dengan menggunakan metode AAS dengan nyala sebagai sumber pengatoman juga terdapat gangguan dari logam-logam yang mudah terionisasi dalam jumlah yang cukup signifikan, yaitu logam-logam yang termasuk dalam golongan alkali. Adanya senyawa refrakter juga dapat mengganggu pengukuran pada metode AAS nyala ini dan sensitifitasnya terbatas pada skala mg.l -1 (ppm) saja. Metode AAS uap dingin cukup sederhana, memiliki sensitifitas tinggi sampai skala µg.l -1 (ppb) dan relatif terbebas dari interferensi maka metode ini lebih disukai untuk digunakan dalam analisis merkuri dibandingkan dengan metode lain. 17 Selain itu, analisis merkuri juga banyak dikembangkan dengan teknik tandem (hyphenated). 2.5 Analisis dengan Teknik Tandem Teknik yang banyak dikembangkan untuk meningkatkan selektifitas, sensitifitas dan limit deteksi dalam analisis suatu sampel dalam jumlah renik dan dalam matriks yang kompleks adalah teknik tandem. Teknik tandem merupakan suatu metode yang menggabungkan dua atau lebih instrumen analisis. Teknik tandem ini biasanya digunakan untuk spesiasi karena teknik ini pada prinsipnya salah satu instrumen berfungsi sebagai preparasi sampel seperti pemisahan atau spesiasi dan yang lain sebagai pendeteksi. Teknik tandem untuk analisis merkuri dalam jumlah renik telah banyak dikembangkan misalnya GC atau HPLC dengan melibatkan AAS, Inductively Coupled Plasma - Mass Spetcromey (ICP-MS), Inductively Coupled Plasma - Atomic Emission Spectrometry (ICP- AES), Microwave Induced Plasma-Atomic Emission Spectrometry (MIP-AES), dan Flow Injection Analysis - Cold Vapour Atomic Absorbtion Spectrometry (FIA-CVAAS). 18 9

7 2.6 Spektrofotometri Serapan Atom Uap Dingin (CV-AAS) Metode analisis senyawa merkuri yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah spektrofotometri serapan atom uap dingin, CV-AAS (Cold Vapour - Atomic Absorption Spectrophotometry). Kadar merkuri dapat diukur langsung dan pada metode ini tidak membedakan bentuk spesi merkuri sehingga yang terukur adalah jumlah total merkuri yang terdapat dalam contoh. Analisis merkuri dengan teknik ini cukup sederhana, karena dapat dilakukan dalam campurannya tanpa harus dilakukan pemisahan terlebih dahulu. Metode sektrofotometri serapan atom uap dingin pertama kali dilakukan pada tahun 1968 oleh Hatch dan Ott. Pada analisis merkuri dengan CV-AAS ini, ion Hg 2+ dalam sampel direduksi menggunakan larutan SnCl 2 atau NaBH 4 menghasilkan Hg 0 yang berwujud gas. Uap merkuri yang terbentuk dipisahkan dari larutan kemudian didorong oleh gas inert, biasanya digunakan gas argon (Ar) atau gas nitrogen (N 2 ), didorong menuju sel absorpsi. 19 Cahaya yang diabsorpsi oleh atom analit kemudian diukur menggunakan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 253,7 nm. 2.7 Metode Analisis Injeksi Alir (FIA) FIA (Flow Injection Analysis) atau yang biasa dikenal dengan nama analisis injeksi alir merupakan suatu metode analitik yang berdasarkan pada proses penginjeksian sejumlah volume tertentu larutan sampel ke dalam suatu aliran yang tidak bersegmen. Aliran kemudian akan diteruskan ke suatu detektor atau sensor untuk direkam sebagai sinyal analitik yang kontinyu. 20 Metode FIA ini telah banyak digunakan dan perkembangannya cukup pesat. Hal ini disebabkan prinsip dasar yang mudah dimengerti dan mudah digunakan, instrumennya mudah dirakit dari komponen yang sederhana dan murah, serta memberikan kemudahan prosedur analtik karena mudah diotomatisasi. Konstruksi sederhana dari FIA dapat dilihat pada Gambar

8 Gambar 2.1 Konstruksi sederhana analisis injeksi alir (FIA) Dalam penggunaan metode FIA, sampel larutan dengan volume rendah diinjeksikan kedalam cairan pembawa yang mengalir melalui kolom sempit. Zona sampel tersebut akan terdispersikan kedalam cairan pembawa yang diawali dengan proses konveksi, kemudian dilanjutkan dengan difusi aksial dan radial. Pada saat mengalami transportasi disepanjang kolom sempit, kondisi alirannya laminar. Pereaksi dapat ditambahkan pada berbagai titik aliran dan akan bercampur dengan zona sampel menghasilkan spesi reaktif. Spesi inilah yang akan dideteksi oleh detektor dan selanjutnya direkam dalam bentuk parameter seperti absorbansi, potensial elektroda atau parameter fisik lainnya. Otomatisasi pada sistem FIA ini umumnya sangat mudah dilakukan. 21 Dengan demikian, ada tiga prinsip dasar FIA yaitu kombinasi antara injeksi sampel, kontrol dispersi, tetapan waktu. Hal yang membuat teknik analisis injeksi alir ini diterima dengan cepat adalah: prinsip dasarnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, instrumentasinya dapat dibuat dari komponen yang sederhana dan murah, menyediakan prosedur analisis kimia yang automatisasi. Instrumen umum yang digunakan dalam system FIA antara lain pompa peristaltik, katup putar sistem multi jalur, pipa penyalur, detektor, dan rekorder Pompa Peristaltik Pompa peristaltik merupakan alat dalam FIA yang digunakan untuk mendorong cairan (sampel, reagen maupun carrier) melalui pipa penyalur menuju pipa pencampur, dengan kecepatan alir yang stabil, selain itu juga merupakan pompa yang tahan terhadap pelarut organik dan konsentrasi asam yang tinggi. Kecepatan alir dari pompa dapat diatur dan divariasikan. 11

9 2.7.2 Katup Putar Sistem Multi Jalur Sistem katup ini digunakan untuk memasukkan sampel maupun eluen dengan volume tertentu sesuai yang dibutuhkan secara periodik ke dalam aliran carrier. Sistem katup ini digunakan untuk menjaga adanya faktor pengganggu dalam sistem zona sampel seperti pulsa udara yang kadang-kadang dapat memberikan sinyal pada rekorder Pipa Penyalur Pipa penyalur merupakan komponen integral dalam sistem FIA. Fungsi pipa penyalur ini adalah untuk menghubungkan antara komponen yang berbeda dalam sistem aliran. Dalam FIA, tube poly tetra fluoro etilen (PTFE) dengan diameter 0,35 sampai 1,0 mm paling sering digunakan. Dinding pipa diharapkan tidak lebih tipis dari 0,5 mm untuk memastikan kecukupan dalam kekuatan mekaniknya Detektor Detektor mengartikan spesi kimia yang dianalisis sebagai puncak transien. Tinggi dan luas puncak sebanding dengan konsentrasi, dan digunakan untuk menghitung konsentrasi senyawa yang ditentukan, dengan membandingkannya dengan kurva kalibrasi. Detektor yang digunakan merupakan detektor seperti yang lazim di dalam pengukuran, seperti spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer serapan atom, dan detektor elektrokimia Rekorder Rekorder terhubung langsung, sehingga tiap sinyal yang dihasilkan dalam FIA selalu terekam. Input yang masuk ke dalam rekorder dapat juga dihubungkan dengan Analog Digital Converter, selanjutnya diolah oleh Power Chrom terutama dalam penentuan tinggi sinyal. Profil isyarat yang diperoleh adalah berupa sinyal dari detektor yang ditunjukkan dengan tinggi atau luas puncak yang sebanding dengan konsentrasi spesi yang terukur, sehingga dapat digunakan sebagai analisis kuantitatif sampel terukur terhadap konsentrasi standar yang diketahui. 2.8 Validasi Metode Validasi metode merupakan proses yang dilakukan untuk menegaskan bahwa prosedur analitik yang digunakan terhadap tes spesifik, penggunaannya sudah cocok dan sesuai yang 12

10 diharapkan. Suatu metode membutuhkan validasi, sebelum pengenalan metode itu dipakai untuk tujuan yang rutin, dan kapanpun kondisi berubah untuk setiap metode tidak menjadi masalah karena telah divalidasi. Beberapa parameter standar yang harus dipenuhi dalam penilaian kelayakan suatu metode untuk digunakan dalam analisis antara lain adalah presisi, linieritas, limit deteksi, dan akurasi. Parameter diatas termasuk parameter standar yang diakui umum oleh berbagai kelompok penelitian dan komite internasional Presisi Secara umum, presisi dapat dilakukan dengan pengulangan pengukuran. Presisi menggambarkan kebolehulangan pengukuran, yaitu kedekatan antara nilai suatu data dengan data lainnya pada kondisi pengukuran yang sama dengan analit yang sama pula. Presisi dinyatakan dalam bentuk standar deviasi dan koefisien variansi. Kontrol presisi terhadap suatu metode berbeda-beda tergantung pada spesifikasi yang disepakati Linearitas Linearitas pada suatu metode analitik menggambarkan kemampuan untuk memperoleh transformasi matematik dengan baik dan proporsional antara konsentrasi analit dalam sampel dengan rentang daerah yang diberikan. Linearitas ditentukan melalui plot beberapa standar yang rentangnya antara 80 sampai 120% dari daerah konsentrasi sampel yang diperkirakan Limit Deteksi Limit deteksi menunjukan konsentrasi terkecil yang masih dapat dideteksi oleh alat secara kuantitatif. Semakin kecil limit deteksi maka semakin baik sensitifitas alat. Limit deteksi ditentukan melalui pengukuran harga absorbansi terkecil yang masih dapat dibedakan dengan sinyal blanko hasil dari beberapa kali pengukuran. Limit deteksi dinyatakan sebagai perbandingan sinyal standar (S) terhadap sinyal blanko (N) yang memenuhi ketentuan S/N= Akurasi Akurasi (% rekoveri) dari suatu metode adalah besaran yang menunjukkan perbandingan hasil analisis suatu metode dengan nilai yang sebenarnya. Ada beberapa cara untuk menentukan % rekoveri yaitu, membandingkan hasil pengukuran metode yang dipakai dengan hasil metode referensi dan cara spike. 13

11 Jika material standar bersertifikat tidak tersedia, dapat dilakukan penambahan standar (konsentrasi telah diketahui) dalam jumlah tertentu, terhadap matriks sampel yang ingin dianalisis. Setelah diukur, perolehan kembali (% rekoveri) dari analit dapat diketahui dengan membandingkan sinyal yang dihasilkan sampel dan sinyal yang dihasilkan standar dalam pelarut murni. Cara ini dikenal dengan nama metode spike. 14

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Nitrogen Amonia Nitrogen merupakan nutrien dasar untuk semua bentuk kehidupan, bahkan perubahan yang sangat kecil dari kadar nitrogen yang tersedia di alam dapat mempengaruhi tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut telah membawa manusia ke era baru

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN ANALISIS MERKURI DALAM SEDIAAN KOSMETIK BODY LOTION MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Agung Dimas Jatmiko, Tjiptasurasa, Wiranti Sri Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter

I. PENDAHULUAN. sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ion renik (trace) adalah ion yang terdapat di perairan dalam jumlah yang sangat sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter (Haslam, 1995).

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK KIMIA ANALITIK Cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia. ANALISIS KIMIA Organik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

Mempunyai titik leleh yang rendah K ( o C, o F)

Mempunyai titik leleh yang rendah K ( o C, o F) MERKURI Pendahuluan Merkuri merupakan salah satu dari unsur kimia yang mempunyai nama Hydragyrum yang berarti perak cair. Nomor atom raksa ialah 80 dengan bobot atom (BA 200,59) dan simbolnya dalam sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak aktivitas manusia. Logam Pb

I. PENDAHULUAN. badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak aktivitas manusia. Logam Pb I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembaga (Cu), timbal (Pb), kadmium (Cd) dan seng (Zn) dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak aktivitas manusia. Logam Pb dan Cd merupakan

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Elektroda di Larutan Elektrolit Pendukung Elektroda pasta karbon yang dimodifikasi dengan silika dan lapis tipis raksa dikarakterisasi di larutan elektrolit

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak dikonversi lahan pantainya menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetika muncul di pasaran.

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Timbal

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Timbal 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Timbal Timbal adalah logam berat yang pada tabel periodik ditulis dengan simbol Pb (bahasa latin: Plumbum). Timbal merupakan suatu unsur yang memiliki nomor atom 82 yang pada sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Validasi merupakan proses konfirmasi karakteristik dari suatu metode analisis. Validasi dilakukan untuk menguji metode yang baru dikembangkan; atau untuk metode yang

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga merupakan salah satu jenis bahan pencemar yang dapat membahayakan kesehatan manusia, ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Elektroda di Larutan Elektrolit Pendukung Elektroda pasta karbon lapis tipis bismut yang dimodifikasi dengan silika dikarakterisasi di larutan elektrolit pendukung

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Gambar II. 1 Lapis Rangkap Listrik

Tinjauan Pustaka. Gambar II. 1 Lapis Rangkap Listrik Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Voltametri Voltametri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada arus yang mengalir pada elektroda kerja selama proses selusur potensial. Arus ini merupakan fungsi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH :

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH : ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH : NI KADEK SUCAHYANINGSIH MADE RINA RASTUTI BENNY TRESNANDA I KADEK MARDANA P07134013006 P07134013016 P07134013027 P07134013044 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda sedangkan tempat

Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda sedangkan tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elektrolisis Apabila dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka terjadi peristiwa elektrolisis yaitu gejala dekomposisi elektrolit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri digunakan untuk menganalisis analit berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hubungan antara arus terhadap potensial divisualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Karakterisasi Elektroda Berdasarkan penelitian sebelumnya, komposisi optimum untuk elektroda pasta karbon yaitu grafit:parafin adalah 7:3 dan komposisi ini juga yang digunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran air Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrokuinon merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu dapat menginaktivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB KADAR ABU & MINERAL 1 PENDAHULUAN Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 03 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kulit Telur Kulit telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003). Pembentukan kulit telur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga merupakan atmosfir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na.

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na. 20 Soal + pembahasan. 1. Unsur-unsur golongan alkali disusun dengan meningkatnya nomor atom, yaitu : Li, Na, K, Rb dan Cs. Sifat-sifat golongan alkali yang betul adalah. A. sifat reduktor Na lebih kuat

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri adalah salah satu teknik analisis yang sering digunakan di bidang kimia analitik. Pada teknik ini, arus dari elektroda kerja diukur sebagai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

VOLTAMETRI. Disampaikan pada Kuliah Metode Pemisahan dan Analisis Kimia Pertemuan Ke 7.

VOLTAMETRI. Disampaikan pada Kuliah Metode Pemisahan dan Analisis Kimia Pertemuan Ke 7. VOLTAMETRI Disampaikan pada Kuliah Metode Pemisahan dan Analisis Kimia Pertemuan Ke 7 siti_marwati@uny.ac.id Definisi Pengembangan metode Polarografi Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran arus sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan

Lebih terperinci

AHMAD SULISTYONO ( ) MEGA BUNGA P. ( ) CHAYUN PIDA RENNI ( ) SINTA HERAWATI ( ) ISPONI UMAYAH ( ) YUNAN

AHMAD SULISTYONO ( ) MEGA BUNGA P. ( ) CHAYUN PIDA RENNI ( ) SINTA HERAWATI ( ) ISPONI UMAYAH ( ) YUNAN OKSIGEN (O2) AHMAD SULISTYONO (4311413082) MEGA BUNGA P. (4311413065) CHAYUN PIDA RENNI (4311413069) SINTA HERAWATI (4311413076) ISPONI UMAYAH (4311413066) YUNAN GUMARA Y. (4311413057) OKSIGEN?? Oksigen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama pada permukaan air yang dekat

kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama pada permukaan air yang dekat kimia (garam-garam terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsurunsur kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup, semuanya bergantung pada air untuk atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari hari, oleh karena itu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat berbahaya, baik bagi tubuh maupun bagi lingkungan. Pencemaran logam berat merupakan isu yang sudah lama tersebar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

MAKALAH AGEN PENYAKIT NITROGEN DIOKSIDA. Oleh : Tutut Adi Dwi Cahyani Gresi Amarita Rahma

MAKALAH AGEN PENYAKIT NITROGEN DIOKSIDA. Oleh : Tutut Adi Dwi Cahyani Gresi Amarita Rahma MAKALAH AGEN PENYAKIT NITROGEN DIOKSIDA Oleh : Tutut Adi Dwi Cahyani 25010113140382 Gresi Amarita Rahma 25010113140400 Indana Aziza Putri 25010113130406 Aprilia Putri Kartikaningsih 25010113130415 FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku Ag2SO4 Warna dan bentuk: serbuk putih BM: 311.8 Titik leleh (derajat C) : tidak ada Titik didih: 1085 C Tekanan uap: tidak berlaku Specific gravity: 5.45 Kelarutan dalam air: 0.57g/100 cc (0 C) Bahaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kusharisupeni (2010) menyatakan bahwa pola makan vegetarian telah banyak diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari jumlah vegetarian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat indonesia. Kebutuhan akan minyak goreng setiap tahun mengalami peningkatan karena makanan

Lebih terperinci