BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
|
|
- Utami Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pada penelitian ini diawali dengan penentuan kadar vitamin C untuk mengetahui kemurnian vitamin C yang digunakan sebagai larutan baku. Iodium 0,1N digunakan sebagai peniter yang sebelumnya telah dibakukan dahulu menggunakan diarsentrioksida, sedangkan kanji digunakan sebagai indikator. Hasil pengujian menunjukkan kadar vitamin C baku adalah 99,916%. Hal ini sesuai dengan kadar dari monografi vitamin C yang tercantum dalam Farmakope Indonesia IV bahwa kadar vitamin C tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100.5%. Panjang gelombang eksitasi dan emisi maksimum dari metilen biru ditentukan untuk mengetahui kondisi pengukuran yang maksimum. Dari hasil percobaan didapatkan hasil panjang gelombang eksitasi maksimum adalah 664nm dan emisi maksimum 670nm. Panjang gelombang eksitasi pada spektrofluorometri sama dengan panjang gelombang eksitasi pada spektrofotometri. Hasil spektrum dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, nm Gambar 4.1 Spektrum UV-Visibel metilen biru 670nm 664nm 20
2 Gambar 4.2 Kurva Spektrum Emisi Gambar 4.3 Kurva Spektrum Eksitasi Hasil intensitas fluoresensi metilen biru baik spektrum emisi dan eksitasi dapat dilihat pada Gambar 4.4. Intensitas Fluoresensi Metilen Biru Kurva Emisi Metilen Biru 8 Kurva Eksitasi Metilen Biru Panjang gelombang (nm) Gambar 4.4 Kurva spektrum λ eksitasi dan λ emisi maksimum metilen biru Pengaruh ph larutan vitamin C dan waktu reaksi dengan metilen biru menghasilkan penurunan intensitas fluoresensi metilen biru yang bervariasi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada ph 3,88 menggunakan dapar fosfat penurunan intensitas fluoresensi metilen biru maksimum. Untuk menentukan ph maksimum digunakan metode polinomial. Intensitas fluoresensi metilen biru stabil setelah waktu reaksi antara vitamin C dan metilen biru lebih dari 3menit. Pengaruh ph larutan dan waktu reaksi terhadap penurunan intensitas fluoresensi dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.1 kurva perubahan waktu terhadap intensitas fluoresensi perubahan intensitas fluoresensi ph2.5 ph3 ph3.5 ph4 ph4.5 ph6 waktu(detik) Gambar 4.5 Kurva pengaruh waktu dan ph terhadap perubahan intensitas fluoresensi 21
3 Tabel 4.1 Pengaruh ph dan waktu Perubahan Intensitas Fluoresensi Metilen Biru Waktu (detik) ph 2,5 ph 3 ph 3,5 ph 4 ph 4,5 ph 6 0 2,9 2,8 3,8 4,4 1,7 0,5 15 3,1 2,9 3,7 4,4 1,8 0,5 30 3,1 2,7 3,5 4,6 1,9 0,6 45 3,2 2,8 3,7 4,9 1,9 0,6 60 3,3 2,9 3,5 4,9 2 0,9 75 3,3 3 3,8 4,9 2 0,8 90 3,2 3,3 3,8 5,1 2, ,2 3,5 3,9 5,2 2, ,3 3,5 4,2 5,4 2, ,3 3,3 4,1 5,4 2,2 1, ,3 3,3 4,3 5,4 2,1 1, ,3 3,5 4,2 5, ,3 3,5 4,2 5,3 2 1, ,3 3,3 4,3 5,4 2 1, ,2 3,4 4 5,4 2,1 1, ,1 3,5 4,2 5,4 2,2 1, ,3 3,5 4,2 5,4 1,8 1, ,3 3,5 4,1 5,3 2 1, ,5 4 5,3 2,3 1, ,2 3,5 4,3 5,4 2, ,3 3,4 4,2 5,3 2,2 1,1 Waktu reaksi optimum menunjukkan bahwa setelah 3 menit vitamin C teroksidasi, dan konsentrasi vitamin C yang ditambahkan sebanding dengan penurunan intensitas fluoresensi metilen biru. Penentuan pengaruh matriks yang terdapat dalam buah-buahan dapat mengganggu pengukuran antara lain penentuan glukosa, tembaga, dan besi yang dapat mereduksi metilen biru dan menghasilkan penurunan intensitas fluoresensi metilen biru. Itensitas fluoresensi metilen biru diukur setiap 15 detik selama 300 detik pada penentuan pengaruh glukosa. Untuk mengatasi gangguan yang berasal dari ion logam digunakan antikelat etilen diamin tetra asetat(edta). Pengaruh glukosa, logam tembaga, logam besi dan EDTA dapat dilihat pada Tabel 4.2, 4.3, 4.4, dan
4 Waktu (detik) Tabel 4.2 Pengaruh glukosa dan waktu Intensitas Fluoresensi Metilen Biru Glukosa Glukosa Glukosa Glukosa Glukosa 0 M 10-6 M M M M 0 10,6 10,3 10,2 9,9 10,0 10, ,8 10,4 10,3 10,2 10,3 10, ,0 10,5 10,4 10,3 10,3 10, ,1 10,5 10,7 10,5 10,5 10, ,2 10,9 10,9 10,5 10,7 10, ,4 11,1 11,2 10,7 11,0 10, ,3 10,8 10,9 10,5 10,7 10, ,4 10,9 11,0 10,5 10,7 10, ,4 10,8 11,0 10,6 10,5 10, ,4 11,0 11,1 10,8 10,6 10, ,5 11,3 11,2 11,1 10,8 10, ,4 10,9 10,9 10,9 10,6 10, ,3 10,8 10,8 10,8 10,4 10, ,6 11,0 11,0 10,9 10,6 10, ,5 11,0 10,8 10,6 10,5 10, ,4 11,1 11,0 10,9 10,6 10, ,4 11,0 10,9 10,7 10,7 10, ,4 11,1 11,1 10,9 10,7 10, ,4 11,0 11,0 10,9 10,6 10, ,4 11,2 11,0 10,9 10,8 10, ,5 11,1 10,9 10,9 10,7 10,0 Glukosa M Tabel 4.3 Pengaruh Logam Tembaga Konsentrasi logam tembaga dalam larutan vitamin C Intensitas fluoresensi Metilen Biru % Intensitas Fluoresensi 0 µg/ml 11,43±0,06 93,72±0,47 2 µg/ml 11,42±0,14 93,15±1,17 4 µg/ml 9,26±1,31 75,51±4,33 6 µg/ml 7,99±0,10 65,17±2,03 8 µg/ml 7,16±0,06 58,38±1,17 10 µg/ml 6,76±0,06 55,29±1,17 Tabel 4.4 Pengaruh Logam Besi Konsentrasi logam besi Intensitas fluoresensi % Intensitas dalam larutan vitamin C Metilen Biru Fluoresensi 0 µg/ml 11,43±0,06 93,72±0,47 2 µg/ml 9,83±0,57 80,37±4,69 4 µg/ml 9,36±0,66 76,58±5,37 6 µg/ml 7,93±0,29 64,84±2,34 8 µg/ml 7,10±0,89 58,03±2,95 10 µg/ml 5,69±0,14 46,57±1,17 23
5 Tabel 4.5 Pengaruh EDTA mmol EDTA dalam larutan vitamin C yang mengandung logam tembaga dan besi Intensitas fluoresensi Metilen Biru % Intensitas Fluoresensi 0 9,33±0,14 76,50±1,17 6, ,33±0,38 84,69±3,11 1, ,37±0,14 93,16±1,17 2, ,40±0,25 93,44±2,04 2, ,43±0,14 93,71±1,17 Validasi metode analisis adalah proses pembuktian ilmiah dalam suatu percobaan laboratorium untuk menilai parameter analitik untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat untuk tujuan penggunaan tertentu. Parameter validasi metode analisis meliputi kelinieran, kepekaan (nilai batas deteksi dan batas kuantisasi), kecermatan dan keseksamaan (ICH,1996). Kelinieran suatu metode diuji untuk membuktikan adanya hubungan linier antara konsentrasi analit dengan respon instrumen.(ibrahim,2005). Penentuan linieritas dilakukan dengan pembuatan kurva kalibrasi antara intensitas fluoresensi metilen biru terhadap konsentrasi vitamin C. Dari percobaan didapatkan hasil bahwa persamaan garis linier pada rentang konsentrasi vitamin C mol/l sampai dengan mol/l. Persamaan kurva kalibrasi adalah y = 0,7081x + 0,0108, dengan koefisien korelasi,r = 0,9996. Nilai simpangan baku regresi (S y/x ) sebesar 0,122 dan nilai koefisien variasi fungsi regresi (V xo ) adalah 4,90%. Nilai t hitung adalah 70,68 sedangkan nilai t tabel pada aras α =0,05 sebesar 2,776, dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel yang menunjukkan adanya korelasi antara konsentrasi vitamin C dengan respon intensitas fluoresensi metilen biru. Gambar kurva kalibrasi dapat dilihat pada gambar Penurunan intensitas fluoresensi konsentrasi Vitamin C (10-7M) y = x r = Gambar 4.6 Kurva kalibrasi penurunan intensitas fluoresensi metilen biru terhadap konsentrasi vitamin C 24
6 Penentuan kepekaan analisis ditentukan dengan parameter batas deteksi dan batas kuantisasi. Batas deteksi adalah konsentrasi analit terkecil yang memberi sinyal instrumen yang berbeda nyata dari sinyal blanko dan sinyal latar belakang. Batas kuantisasi adalah konsentrasi analit terkecil yang dapat dikuantisasi secara cermat dan seksama (Ibrahim,2004). Dari hasil perhitungan (menggunakan metode Miller dan Miller) nilai batas deteksi adalah 5, mol/l dan batas deteksi adalah 1, mol/l. Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara sekelompok hasil pengujian secara individual dimana metode analisis digunakan berulang pada beberapa sampel. Keseksamaan dilakukan terhadap larutan baku vitamin C dengan berbagai konsentrasi dan sampel jus buah-buahan. Data keseksamaan beberapa konsentrasi vitamin C baku diukur sebanyak tiga kali selama tiga hari dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Data Keseksamaan Pengukuran Intensitas Fluoresensi Metilen Biru pada berbagai Konsentrasi Vitamin C Konsentrasi (mol/l) Intensitas Fluoresensi Metilen Biru Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1,2,3 KV (%) 2 (1-0,5logC) F hitung ,43±0,28 11,36±0,14 11,23±0,29 11,34±0,09 1,09 14,69 3, ,93±0,14 10,83±0,14 10,76±0,14 10,84±0,07 0,85 13,24 6, ,33±0,52 9,43±0,14 9,27±0,29 9,34±0,11 1,52 11,93 1, ,90±0,43 8,03±0,14 7,93±0,52 7,97 ±0,12 2,01 11,22 0, ,70±0,25 6,83±0,38 6,83±0,79 6,79 ±0,15 2,83 10,75 0,13 Dari hasil percobaan menggunakan analisis variansi pada hari pertama, kedua, dan ketiga menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti, terbukti nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel pada batas kepercayaan 90%. Nilai koefisien variasi kurang dari 2 (1-0,5 logc) (dengan C adalah konsentrasi analit dalam fraksi desimal). Sehingga keseksamaan metode ini memenuhi syarat. Penentuan keseksamaan dilakukan juga terhadap sampel jus buah. Pengukuran dilakukan berulang sebanyak 10 kali dari salah satu sampel jus buah. Intensitas fluoresensi metilen biru menunjukan keseksamaan hasil pengukuran dengan koefisien variasi 1,52%. 25
7 Hasil penentuan keseksamaan intensitas fluoresensi metilen biru pada salah satu sampel jus buah dapat dilihat pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Data Keseksamaan Pengukuran Intensitas Fluoresensi pada Sampel Pengukuran Intensitas Fluoresensi Metilen Biru % Intensitas Fluoresensi Metilen Biru 1 9,7 79,51 2 9,8 80, ,1 83, ,97 5 9,6 78,69 6 9,9 81,15 7 9,9 81,15 8 9,8 80,33 9 9,8 80, ,7 79,50 X 9,83 80,57 Sb 0,149 1,224 KV 1,52 1,52 Keterangan: C = konsentrasi, KV (%) = persen koefisien variasi Kecermatan adalah ukuran kedekatan hasil analisis dengan nilai yang sebenarnya dan dinyatakan dalam persen perolehan kembali (Ibrahim,2001). Kecermatan penentuan vitamin C dalam jus buah-buahan diperoleh dari persen perolehan kembali menggunakan metode simulasi dari larutan vitamin C. Sampel diukur masing-masing sebanyak tiga kali. Pemilihan metode ini karena untuk melihat persen perolehan kembali akibat adanya pengaruh glukosa pada pengukuran secara spektrofluorometri. Hasil perhitungan persen perolehan kembali dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9. Tabel 4.8 Penentuan Kecermatan dengan Perolehan Kembali (Metode Iodimetri) Perolehan kembali(%) Perolehan kembali(%) Perolehan kembali(%) Penambahan 1 Penambahan 2 Penambahan mol/l mol/l mol/l Vitamin C + air 98,69± 2,47 97,05±2,17 98,49±0.36 Vitamin C +sukrosa 99,51±1,42 97,87±0,82 99,10±1,28 Vitamin C + sukrosa +glukosa 100,33±3,77 98,96±0,47 98,69±0,62 X 99,51±2,47 97,96±1,45 98,76±0,78 KV 2,48 1,48 0,79 Galat relatif 0,48 2,04 1,24 26
8 Tabel 4.9 Penentuan Kecermatan dengan Perolehan Kembali (Metode spektrofluorometri) Perolehan kembali(%) Perolehan kembali(%) Perolehan kembali(%) Penambahan 1 Penambahan 2 Penambahan mol/l mol/l mol/l Vitamin C + air 94,03±4,06 99,25±1,35 100,78±2,68 Vitamin C +sukrosa 100,01±4,08 98,26±3,62 100,95±1,78 Vitamin C + sukrosa +glukosa 116,87±4,33 103,95± ,71±1,08 X 103,73±10,81 100,49±3,34 99,48±2,68 KV 10,42 3,33 2,69 Galat relatif 3,73 0,49 0,52 Keterangan : untuk nilai simpangan baku digunakan n=3 Persen perolehan kembali dari larutan simulasi vitamin C dalam air dan dalam larutan yang mengandung sukrosa dengan menggunakan metode iodimetri menunjukkan kemiripan dengan persen perolehan kembali dari metode fluorometri. Hal ini membuktikan bahwa sukrosa tidak berpengaruh terhadap intensitas fluoresensi metilen biru. Sedangkan dalam larutan vitamin C yang mengandung glukosa didapatkan hasil perolehan kembali yang lebih besar dengan menggunakan metode fluorometri dibandingkan dengan iodimetri. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh glukosa yang dapat mereduksi metilen biru menghasilkan leuko metilen biru. Secara keseluruhan baik metode spektrofluorometri maupun iodimetri memiliki rentang persen perolehan kembali yang memenuhi persyaratan untuk makanan yaitu %. Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan metode fluorometri dan iodimetri terhadap jus buah belimbing, lemon dan jeruk nipis. Perhitungan kadar vitamin C pada jus buah-buahan telah dikonversi terhadap berat sampel awal. Dari hasil penentuan kadar vitamin C menggunakan metode iodimetri hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan metode fluorometri, hal ini disebabkan karena pada penentuan secara fluorometri terdapat gangguan glukosa pada pengukuran. Perbandingan kedua metode menggunakan uji t berpasangan pada buah belimbing, lemon dan jeruk nipis menunjukkan nilai t hitung yang lebih besar dibandingkan t tabel pada aras keberartian 0,05 (kedua metode tersebut berbeda secara nyata). Tabel 4.10 menunjukkan kadar vitamin C dalam sampel jus buah-buahan, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing sampel. 27
9 Tabel 4.10 Penentuan kadar vitamin C dalam Jus Buah-buahan Metode iodimetri Metode spektrofluorometri Berat sampel ( No Sampel (*) gram) % kadar vitamin C ( b/b) % kadar vitamin C ( b/b) 1 Belimbing 158,95 0,019±0,002 0,028±0,004 2 Lemon 118,75 0,041±0,006 0,047±0,005 3 Jeruk Nipis 121,41 0,024±0,003 0,031±0,008 * Keterangan : Sampel dalam keadaan basah. 28
BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.
BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),
Lebih terperinciNATALIA SUMANTRI
NATALIA SUMANTRI 10703048 PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM BEBERAPA JUS BUAH- BUAHAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFLUOROMETRI DIBANDINGKAN DENGAN METODE IODIMETRI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..
DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv vi vii viii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Rumusan Masalah.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian studi voltametri siklik asam urat dengan menggunakan elektroda nikel sebagai elektroda kerja ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pengaruh dari parameter yang ada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap yang pertama adalah pembuatan elektroda dan karakterisasi elektroda. Karakterisasi elektroda ini meliputi penentuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Rizki Tanggal Percobaan : 25 Oktober 2013 Tanggal Pengumpulan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk
Lebih terperinciSIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia
44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan
Lebih terperinciFerry Riyanto Harisman Powerpoint Templates Page 1
Ferry Riyanto Harisman 1410 100 026 Dosen Pembimbing : Drs. R. Djarot Sugiarso K. S., MS Page 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Page 2 Latar Belakang Zat Besi Bahanbaku dalamproses
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat
Lebih terperincimassa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 =
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi 1. 500 ml Natrium Fosfat 28 mm M massa 1 x Mr V(liter) 0,028 massa 1 x 164 0, 5 massa 2,296 gram 2. 500 ml Amonium Molibdat 4 mm M massa 1 x Mr V(liter) massa
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Karakterisasi Elektroda Berdasarkan penelitian sebelumnya, komposisi optimum untuk elektroda pasta karbon yaitu grafit:parafin adalah 7:3 dan komposisi ini juga yang digunakan
Lebih terperinciUNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH
UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
24 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Perangkat lunak validasi metode analisis ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak pemograman yang biasa dipakai yaitu Microsoft Visual Basic 6.0, dimana perangkat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di
34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciTUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012
TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014
33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii
v DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar
Lebih terperinciAnalisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008
4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit secara KCKT menggunakan kolom C 18 dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MRETODE ANALISIS GLUKOSA PRODUK MAKANAN RENDAH GULA. Dra. Lilis Tuslinah, M.Si.,Apt.
PENGEMBANGAN MRETODE ANALISIS GLUKOSA PRODUK MAKANAN RENDAH GULA Dra. Lilis Tuslinah, M.Si.,Apt. Program Studi S1Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Telah dilakukan pengembangan metode
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan
Lebih terperinciGambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).
Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan dari penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu karakterisasi elektroda, tahap pengukuran, dan uji keakuratan analisis. Karakterisasi elektroda terdiri dari
Lebih terperinciBAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN Nyamuk merupakan serangga yang dapat mengancam kesehatan manusia, karena dapat menjadi vektor berbagai penyakit, antara lain malaria dan demam berdarah. Saat ini, wilayah penyebaran nyamuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015
BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan
Lebih terperinciVALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI
VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI
PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAFTAR ISI Pendahuluan Metodologi Hasil dan Pembahasan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September
33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Linieritas Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara absorbansi pada sumbu y dan konsentrasi
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan
Lebih terperinciPerbandingan fase gerak metanol-air (50:50)
Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Kloramfenikol Baku untuk Menentukan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum Perbandingan fase gerak metanol-air (40:60) Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Perbandingan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Sampel Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang hidup di tumpukan sampah basah, diambil di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan analisis semakin dikenal secara luas, bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode sistematis. Hal ini didukung pula oleh perkembangan yang pesat dari
Lebih terperinciVALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Wiranti Sri Rahayu, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Fauziah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciLampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H
Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Gambar 1 Krim merek Klorfeson Gambar 2 Krim merek Chloramfecort-H 48 Lampiran 2. Komposisi krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Daftar Spesifikasi krim 1. Klorfeson
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan metoda analisis menggunaan elektroda pasta karbon untuk penentuan p-nitofenol Secara umum penelitian ini dibagi menjadi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metoda analisis dengan menggunakan elektroda yang telah dimodifikasi dengan buah pisang dan buah alpukat untuk menentukan kadar parasetamol.
Lebih terperinciLampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet
Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet 50 Lampiran 2. Komposisi Tablet Pulna Forte Daftar Spesifikasi Sampel 1. Pulna Forte No. Reg : DKL 0319609209A1 ExpireDate :Agustus 2017 Komposisi : Ethambutol HCL...
Lebih terperinciVALIDASI METODE ANALISIS UNSUR TANAH JARANG (Ce, Eu, Tb) DENGAN ALAT ICP-AES PLASMA 40
VALIDASI METODE ANALISIS UNSUR TANAH JARANG (Ce, Eu, Tb) DENGAN ALAT ICP-AES PLASMA 40 Erlina Noerpitasari, Arif Nugroho Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 20 Serpong Tangerang
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm
Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm No Menit ke- Absorbansi 1 4 0,430 5 0,431 3 6 0,433 4 7 0,434 5 8 0,435 6 9 0,436 7 10 0,437 8 11 0,438 9 1 0,439
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Elektroda di Larutan Elektrolit Pendukung Elektroda pasta karbon lapis tipis bismut yang dimodifikasi dengan silika dikarakterisasi di larutan elektrolit pendukung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan
Lebih terperinciGambar 2. Sampel B Sirup Kering
Lampiran 1. Gambar Sampel A dan B Sirup Kering 1. Sampel A 2. Sampel B Gambar 1. Sampel A Sirup Kering Gambar 2. Sampel B Sirup Kering 53 Lampiran 2. Komposisi Sirup Kering Claneksi dan Clavamox DaftarSpesifikasiSampel
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metformin Hidroklorida Tablet Metformin Hidroklorida sistem lepas lambat mengandung NLT 90% dan NMT 110% dari jumlah Metformin Hidroklorida berlabel (The United States Pharmacopeial
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.
Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) 1. 1000 5,1. 1003 5,14 3. 101 5, Normalitas NaOH Berat Kalium Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) Berat Ekivalen
Lebih terperinciTabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI
UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMATIC ABSORPTION SPECTROMETER (F-AAS) AIR SUPPLY PADA PRA AKREDITASI UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVISI BANTEN UPT Labortaorium Lingkungan
Lebih terperinciSpektrofotometri uv & vis
LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR
Lebih terperinciUnjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10
UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMATIC ABSORPTION SPECTROMETER (F-AAS) AIR LIMBAH PADA PRA AKREDITASI UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVISI BANTEN UPT Labortaorium Lingkungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol
Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Gambar 1. Gambar krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol 48 Lampiran 2. Komposisi krim merek X Contoh
Lebih terperinciLaporan Kimia Analitik KI-3121
Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten
Lebih terperinciVALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL
VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL Wiranti Sri Rahayu*, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Devi Ratnawati Fakultas Farmasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi
BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam klorida pekat 37% (Merck KG aa), akuadestilata, sampel hand body lotion, standar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang mengarah pada pengembangan metode dengan tujuan mengembangkan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar
Lebih terperinciValidasi metode merupakan proses yang dilakukan
TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Omeprazole Rumus struktur : Nama Kimia : 5-metoksi-{[(4-metoksi-3,5-dimetil-2- piridinil)metil]sulfinil]}1h-benzimidazol Rumus Molekul
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas yang umum digunakan dalam analisis. Selain itu digunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciLaporan Kimia Analitik KI-3121
Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 28 September 2012 Tanggal Laporan : 5 Oktober 2012 Asisten
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan
Lebih terperinciANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinci