Teorema Newman Pearson

dokumen-dokumen yang mirip
Teorema Limit Pusat dan Limit Distribusi

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika

Pengantar Statistika Matematika II

Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan

Penentuan Daerah Kritis Terbaik dengan Teorema Neyman- Pearson

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp

Pengantar Statistika Matematika II

MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

Pengantar Statistika Matematika II

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT

statistika untuk penelitian

Learning Outcomes Sebaran Kontinu Nilai Harapan dan Ragam Beberapa Sebaran Kontinu. Peubah Acak Kontinu. Julio Adisantoso.

KONSISTENSI ESTIMATOR

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data

BAB II LANDASAN TEORI

ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap mendekati normal dengan mean μ = μ dan variansi

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

STMIK KAPUTAMA - BINJAI

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 5 Uji Hipotesis

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA

Pengantar Statistika Matematika II

INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT. Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E SKRIPSI

Statistika Farmasi

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI KELUARGA TRANSFORMASI KHI-KUADRAT. Oleh : Entit Puspita. Dosen Jurusan pendidikan Matematika

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

BIOSTATISTIK HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA ( ) NURTASMIA ( ) SOBRI ( )

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA

BAB II LANDASAN TEORI

Konsep Dasar Statistik dan Probabilitas

PERBANDINGAN KUASA WILCOXON RANK SUM TEST DAN PERMUTATION TEST DALAM BERBAGAI DISTRIBUSI TIDAK NORMAL

DISTRIBUSI NORMAL. Pertemuan 3. Distribusi Normal_M. Jainuri, M.Pd 1

Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Nilai Mahasiswa dengan Uji Permutasi

Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Bayes

STATISTIKA MATEMATIKA

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

II. TINJAUAN PUSTAKA

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

KULIAH ANALISIS STATISTIK DATA SIMULASI Tipe-tipe simulasi berdasarkan analisis output:

DISTRIBUSI SAMPLING besar

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Pengantar Statistika Matematika II

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika

DISTRIBUSI ERLANG DAN PENERAPANNYA. Rini Kurniasih 1, Getut Pramesti 2 Mahasiswi Pendidikan Matematika FKIP UNS, Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNS

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

BAB 2 LANDASAN TEORI

Distribusi Probabilitas : Gamma & Eksponensial

Pengantar Statistika Matematik(a)

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam statistika, sebuah penaksir adalah sebuah fungsi dari sample data

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

Pengantar Proses Stokastik

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2. Distribusi Hipergeometrik

Pengantar Statistika Matematik(a)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

Variansi dan Kovariansi. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko

Uji Hipotesa Dua Sampel (Lanjutan)

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided

Pengantar Proses Stokastik

Pengujian Hipotesis. Oleh : Dewi Rachmatin

4.1.1 Distribusi Binomial

UJI STATISTIK NON PARAMETRIK. Widha Kusumaningdyah, ST., MT

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll.

Uji Permutasi untuk Masalah Dua Sampel Saling Bebas: Studi Kasus di LAFI-DITKES AD Bandung Jawa Barat

MA2181 Analisis Data - U. Mukhaiyar 1

STATISTIKA -deskripsi data-

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1. Adam Hendra Brata

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS

DISTRIBUSI KONTINU. Utriweni Mukhaiyar

Transkripsi:

pengujian terbaik Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika October 6, 2014

Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back

Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back

Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back

Sasaran pembelajaran: Mampu memahami teorema Neyman Pearson dan konsep pengujian hipotesis 1 Kemampuan melakukan pengujian hipotesis dua sisi 2 Kemampuan menjelaskan daerah kritis terbaik Metode: Kuliah dan Diskusi Text book: Hogg dan Craig, Introduction to Mathematical Statistics; Casella dan Berger, Statistical Inference

opening If your experiment needs a statistician, you need a better experiment. Ernest Rutherford

Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = 30.000 terhadap H 1 : µ > 30.000, dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = 5.000. Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = 30.000 terhadap H 1 : µ > 30.000, dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = 5.000. Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = 30.000 terhadap H 1 : µ > 30.000, dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = 5.000. Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = 30.000 terhadap H 1 : µ > 30.000, dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = 5.000. Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

Karena kekonsistenan dari S 2 ke σ 2, maka dibawah pengaruh H 0 diperoleh ( X µ 0 ) S/ n D N(0, 1). Maka bentuk itu akan memutuskan apakah H 0 ditolak atau tidak. H 0 ditolak (atau menerima H 1 ) jika ( X µ 0 ) S/ n z α/2. Aproksimasi fungsi kuasanya dinyatakan dalam bentuk ( K(µ) = P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( + P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( ) ( ) n(µ0 µ) n(µ0 µ) = Φ z σ α/2 + 1 Φ + z σ α/2

Karena kekonsistenan dari S 2 ke σ 2, maka dibawah pengaruh H 0 diperoleh ( X µ 0 ) S/ n D N(0, 1). Maka bentuk itu akan memutuskan apakah H 0 ditolak atau tidak. H 0 ditolak (atau menerima H 1 ) jika ( X µ 0 ) S/ n z α/2. Aproksimasi fungsi kuasanya dinyatakan dalam bentuk ( K(µ) = P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( + P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( ) ( ) n(µ0 µ) n(µ0 µ) = Φ z σ α/2 + 1 Φ + z σ α/2

Karena kekonsistenan dari S 2 ke σ 2, maka dibawah pengaruh H 0 diperoleh ( X µ 0 ) S/ n D N(0, 1). Maka bentuk itu akan memutuskan apakah H 0 ditolak atau tidak. H 0 ditolak (atau menerima H 1 ) jika ( X µ 0 ) S/ n z α/2. Aproksimasi fungsi kuasanya dinyatakan dalam bentuk ( K(µ) = P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( + P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( ) ( ) n(µ0 µ) n(µ0 µ) = Φ z σ α/2 + 1 Φ + z σ α/2

contoh 1 Misalkan X adalah lama pemakaian ban dalam 1000 mil berdistribusi normal dengan mean θ dan standar deviasi σ = 5. Pabrikan ban kemudian mengklaim bahwa produk ban milik mereka telah diproduksi menggunakan proses yang baru. Ujilah hipotesis H 0 : µ = 30 terhadap H 1 : µ 30 jika sampel ban yang diambil n = 20 dan taraf keberartiannya α = 0, 05. Tentukan aproksimasi fungsi kuasanya. Bandingkan jika taraf keberartiannya α = 0, 01. Aturan penolakan untuk kasus ini untuk α = 0, 05 adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 1, 96. Nilai 1, 96 adalah nilai z 0,05/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 )

contoh 1 Misalkan X adalah lama pemakaian ban dalam 1000 mil berdistribusi normal dengan mean θ dan standar deviasi σ = 5. Pabrikan ban kemudian mengklaim bahwa produk ban milik mereka telah diproduksi menggunakan proses yang baru. Ujilah hipotesis H 0 : µ = 30 terhadap H 1 : µ 30 jika sampel ban yang diambil n = 20 dan taraf keberartiannya α = 0, 05. Tentukan aproksimasi fungsi kuasanya. Bandingkan jika taraf keberartiannya α = 0, 01. Aturan penolakan untuk kasus ini untuk α = 0, 05 adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 1, 96. Nilai 1, 96 adalah nilai z 0,05/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 )

contoh 1 Misalkan X adalah lama pemakaian ban dalam 1000 mil berdistribusi normal dengan mean θ dan standar deviasi σ = 5. Pabrikan ban kemudian mengklaim bahwa produk ban milik mereka telah diproduksi menggunakan proses yang baru. Ujilah hipotesis H 0 : µ = 30 terhadap H 1 : µ 30 jika sampel ban yang diambil n = 20 dan taraf keberartiannya α = 0, 05. Tentukan aproksimasi fungsi kuasanya. Bandingkan jika taraf keberartiannya α = 0, 01. Aturan penolakan untuk kasus ini untuk α = 0, 05 adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 1, 96. Nilai 1, 96 adalah nilai z 0,05/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 )

Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, 96 +1 Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, 575 +1 Φ + 2, 575. 1, 118 1, 118

Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, 96 +1 Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, 575 +1 Φ + 2, 575. 1, 118 1, 118

Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, 96 +1 Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, 575 +1 Φ + 2, 575. 1, 118 1, 118

Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, 96 +1 Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, 575 +1 Φ + 2, 575. 1, 118 1, 118

Perhatikan bahwa kurva fungsi kuasa di atas didasarkan pada distribusi Normal dengan variansi yang diberikan (σ = 5). Fungsi kuasa (aproksimasi) berdasar pada aturan penolakan H 0 adalah tolak H 0 jika ( X µ 0 ) S/ 20 z α/2.

Sejatinya, jika X berdistribusi normal, maka aturan penolakan H 0 : µ = µ 0 terhadap H 1 : µ µ 0 adalah tolak H 0 jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 1. Maka fungsi kuasa untuk kasus di atas harusnya didasarkan pada distribusi T. Untuk α = 0, 05 tolak H 0 jika ( X 30) 5/ 20 t 0,025,19 jika ( X 30) S/ 20 2, 093.

Sejatinya, jika X berdistribusi normal, maka aturan penolakan H 0 : µ = µ 0 terhadap H 1 : µ µ 0 adalah tolak H 0 jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 1. Maka fungsi kuasa untuk kasus di atas harusnya didasarkan pada distribusi T. Untuk α = 0, 05 tolak H 0 jika ( X 30) 5/ 20 t 0,025,19 jika ( X 30) S/ 20 2, 093.

Misalkan sampel acak diambil dari distribusi N(µ 1, σ 2 ) dan N(µ 2, σ 2 ). Jika ukuran sampel dari kedua distribusi adalah n 1 dan n 2. Mean dan variansi sampel pertama adalah X 1 dan S 2 1. Mean dan variansi sampel kedua adalah X 2 dan S 2 2. Perhatikan bahwa n = n 1 + n 2 adalah kombinasi ukuran sampel dan S 2 p = (n 1 1)S 2 1 + (n 2 1)S 2 2 n 1 + n 2 2 adalah bobot rata-rata variansi sampel S1 2 dengan S 2 2, yang merupakan penaksir tak bias untuk σ 2 Aturan penolakan H 0 : µ 1 = µ 2 terhadap H 1 : µ 1 µ 2 untuk taraf keberartian α, jika dan hanya jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 2.

Misalkan sampel acak diambil dari distribusi N(µ 1, σ 2 ) dan N(µ 2, σ 2 ). Jika ukuran sampel dari kedua distribusi adalah n 1 dan n 2. Mean dan variansi sampel pertama adalah X 1 dan S 2 1. Mean dan variansi sampel kedua adalah X 2 dan S 2 2. Perhatikan bahwa n = n 1 + n 2 adalah kombinasi ukuran sampel dan S 2 p = (n 1 1)S 2 1 + (n 2 1)S 2 2 n 1 + n 2 2 adalah bobot rata-rata variansi sampel S1 2 dengan S 2 2, yang merupakan penaksir tak bias untuk σ 2 Aturan penolakan H 0 : µ 1 = µ 2 terhadap H 1 : µ 1 µ 2 untuk taraf keberartian α, jika dan hanya jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 2.

Misalkan sampel acak diambil dari distribusi N(µ 1, σ 2 ) dan N(µ 2, σ 2 ). Jika ukuran sampel dari kedua distribusi adalah n 1 dan n 2. Mean dan variansi sampel pertama adalah X 1 dan S 2 1. Mean dan variansi sampel kedua adalah X 2 dan S 2 2. Perhatikan bahwa n = n 1 + n 2 adalah kombinasi ukuran sampel dan S 2 p = (n 1 1)S 2 1 + (n 2 1)S 2 2 n 1 + n 2 2 adalah bobot rata-rata variansi sampel S1 2 dengan S 2 2, yang merupakan penaksir tak bias untuk σ 2 Aturan penolakan H 0 : µ 1 = µ 2 terhadap H 1 : µ 1 µ 2 untuk taraf keberartian α, jika dan hanya jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 2.

Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

Peluang terjadinya kesalahan tipe 1 adalah ukuran atau taraf keberartian untuk uji, α = max θ ω 0 P θ ((X 1,, X n ) C). Peluang ini menyatakan bahwa peluang bahwa (X 1,, X n ) C ketika θ ω 0 adalah parameter yang sebenarnya untuk distribusi. Peluang terjadinya kesalahan tipe 2 adalah peluang maksimum bahwa H 1 ditolak ketika θ C, K C (θ) = P θ ((X 1,, X n ) C), θ ω 1.

Peluang terjadinya kesalahan tipe 1 adalah ukuran atau taraf keberartian untuk uji, α = max θ ω 0 P θ ((X 1,, X n ) C). Peluang ini menyatakan bahwa peluang bahwa (X 1,, X n ) C ketika θ ω 0 adalah parameter yang sebenarnya untuk distribusi. Peluang terjadinya kesalahan tipe 2 adalah peluang maksimum bahwa H 1 ditolak ketika θ C, K C (θ) = P θ ((X 1,, X n ) C), θ ω 1.

contoh 1 Misalkan X adalah peubah acak distribusi binomial dengan n = 5 dan p = θ. Jika hipotesis untuk nilai θ adalah H 0 : θ = 1 2 dan H 1 : θ = 3 4. Tentukan daerah kritis untuk α = 1/32. Untuk menjawab ini, pertama akan ditampilan tabel nilai f ( x; 1 ( ) ( ) ( 2), f x; 3 4 dan rasio f x; 1 2 /f x; 3 4) untuk semua nilai x yang mungkin dari distribusi. x 0 1 2 3 4 5 f ( x; 1 ) 1 5 10 10 5 2 32 32 32 32 32 f ( x; 3 ) 1 15 90 270 405 4 1024 1024 1024 1024 1024 1 32 243 1024 f (x; 1 2) f (x; 3 4) 32 32 3 32 9 32 27 32 81 32 243

contoh 1 Misalkan X adalah peubah acak distribusi binomial dengan n = 5 dan p = θ. Jika hipotesis untuk nilai θ adalah H 0 : θ = 1 2 dan H 1 : θ = 3 4. Tentukan daerah kritis untuk α = 1/32. Untuk menjawab ini, pertama akan ditampilan tabel nilai f ( x; 1 ( ) ( ) ( 2), f x; 3 4 dan rasio f x; 1 2 /f x; 3 4) untuk semua nilai x yang mungkin dari distribusi. x 0 1 2 3 4 5 f ( x; 1 ) 1 5 10 10 5 2 32 32 32 32 32 f ( x; 3 ) 1 15 90 270 405 4 1024 1024 1024 1024 1024 1 32 243 1024 f (x; 1 2) f (x; 3 4) 32 32 3 32 9 32 27 32 81 32 243

Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = 1 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = 243 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = 1 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = 243 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = 1 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = 243 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = 1 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = 243 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = 1 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = 243 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = 1 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = 243 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = 1 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = 243 1024. Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya 6 32. Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = 648 1024. Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya 6 32. Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = 648 1024. Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya 6 32. Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = 648 1024. Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya 6 32. Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = 648 1024. Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya 6 32. Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = 648 1024. Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

Definisi 1 Misalkan C adalah himpunan bagian dari ruang sampel A. C adalah daerah kritis terbaik dari ukuran α untuk uji hipotesis sederhana, H 0 : θ = θ 0 terhadap hipotesis alternatif (sederhana), H 1 : θ = θ 1, jika berlaku P θ0 ((X 1, X 2,, X n ) C) = α A A berlaku P θ0 ((X 1, X 2,, X n ) A) = α maka P θ1 ((X 1, X 2,, X n ) C) P θ1 ((X 1, X 2,, X n ) A). Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak berukuran n Z + dari distribusi peluang yang fkp-nya f (x; θ). Fungsi likelihood untuk X 1, X 2,, X n adalah L(θ; x 1,, x n ) = n f (x i ; θ) i=1

teorema Neyman-Pearson Teorema 1 Jika Ω = {θ 0, θ 1 }, k bilangan positif, dan C himpunan bagian dari ruang sampel sehingga L(θ 0 ;x 1,,x n) L(θ 1 ;x 1,,x n) k, (x 1,, x n ) C L(θ 0 ;x 1,,x n) L(θ 1 ;x 1,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Maka C adalah daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α dari uji hipotesis sederhana H 0 : θ = θ 0 dan H 1 : θ = θ 1.

contoh 3 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari distribusi N(θ, 1). Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah H 0 : θ = 0 vs H 1 : θ = 1. Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α. Karena distribusinya normal dengan mean θ dan variansi σ 2 = 1, maka fkp-nya adalah f (x; θ) = 1 2π exp ( ) (x θ)2, < x <. 2 Bentuk fungsi likelihoodnya adalah ( ) 1 n ( L(θ; x 1, x 2,, x n ) = exp 2π untuk < x i <, i = 1, 2,, n. n i=1 (x i θ) 2 2 ),

contoh 3 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari distribusi N(θ, 1). Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah H 0 : θ = 0 vs H 1 : θ = 1. Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α. Karena distribusinya normal dengan mean θ dan variansi σ 2 = 1, maka fkp-nya adalah f (x; θ) = 1 2π exp ( ) (x θ)2, < x <. 2 Bentuk fungsi likelihoodnya adalah ( ) 1 n ( L(θ; x 1, x 2,, x n ) = exp 2π untuk < x i <, i = 1, 2,, n. n i=1 (x i θ) 2 2 ),

contoh 3 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari distribusi N(θ, 1). Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah H 0 : θ = 0 vs H 1 : θ = 1. Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α. Karena distribusinya normal dengan mean θ dan variansi σ 2 = 1, maka fkp-nya adalah f (x; θ) = 1 2π exp ( ) (x θ)2, < x <. 2 Bentuk fungsi likelihoodnya adalah ( ) 1 n ( L(θ; x 1, x 2,, x n ) = exp 2π untuk < x i <, i = 1, 2,, n. n i=1 (x i θ) 2 2 ),

Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

Peluang/nilai kuasa-nya dinyatakan P( X c; H 1 ) = c ) 1 n( x 1)2 exp ( d x. 2π/n 2 Sebagai contoh, jika n = 25 dan α = 0.05, maka diperoleh nilai c = z 0,05 1/25 = 1, 645/5 = 0, 329. Sehingga nilai kuasa untuk H 1 benar adalah ) 1 25( x 1)2 P( X 0, 329; H 1 ) = exp ( d x 0,329 2π/25 2 ( ) 0, 329 1 = 1 Φ 1/5 = 1 0, 000397 = 0, 999603.

Peluang/nilai kuasa-nya dinyatakan P( X c; H 1 ) = c ) 1 n( x 1)2 exp ( d x. 2π/n 2 Sebagai contoh, jika n = 25 dan α = 0.05, maka diperoleh nilai c = z 0,05 1/25 = 1, 645/5 = 0, 329. Sehingga nilai kuasa untuk H 1 benar adalah ) 1 25( x 1)2 P( X 0, 329; H 1 ) = exp ( d x 0,329 2π/25 2 ( ) 0, 329 1 = 1 Φ 1/5 = 1 0, 000397 = 0, 999603.

Peluang/nilai kuasa-nya dinyatakan P( X c; H 1 ) = c ) 1 n( x 1)2 exp ( d x. 2π/n 2 Sebagai contoh, jika n = 25 dan α = 0.05, maka diperoleh nilai c = z 0,05 1/25 = 1, 645/5 = 0, 329. Sehingga nilai kuasa untuk H 1 benar adalah ) 1 25( x 1)2 P( X 0, 329; H 1 ) = exp ( d x 0,329 2π/25 2 ( ) 0, 329 1 = 1 Φ 1/5 = 1 0, 000397 = 0, 999603.

Teorema Neyman-Pearson ini juga dapat diterapkan pada pengujian bentuk distribusi. Jika H 0 adalah hipotesis sederhana bahwa fkp bersama adalah g(x 1, x 2,, x n ) dan H 1 adalah fkp bersama h(x 1, x 2,, x n ), maka daerah kritis terbaik C untuk taraf keberartian α pada uji hipotesis H 0 dengan H 1 memenuhi syarat: g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Berikut adalah sebuah contoh.

Teorema Neyman-Pearson ini juga dapat diterapkan pada pengujian bentuk distribusi. Jika H 0 adalah hipotesis sederhana bahwa fkp bersama adalah g(x 1, x 2,, x n ) dan H 1 adalah fkp bersama h(x 1, x 2,, x n ), maka daerah kritis terbaik C untuk taraf keberartian α pada uji hipotesis H 0 dengan H 1 memenuhi syarat: g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Berikut adalah sebuah contoh.

Teorema Neyman-Pearson ini juga dapat diterapkan pada pengujian bentuk distribusi. Jika H 0 adalah hipotesis sederhana bahwa fkp bersama adalah g(x 1, x 2,, x n ) dan H 1 adalah fkp bersama h(x 1, x 2,, x n ), maka daerah kritis terbaik C untuk taraf keberartian α pada uji hipotesis H 0 dengan H 1 memenuhi syarat: g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Berikut adalah sebuah contoh.

contoh 4 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari sebuah fkp f(x) yang positif untuk nilai-nilai x adalah bilangan bulat tak negatif. Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah melawan hipotesis sederhana H 0 : f (x) = e 1, x = 0, 1, 2,, x! H 1 : f (x) = ( ) 1 x+1, x = 0, 1, 2,. 2 Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α.

contoh 4 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari sebuah fkp f(x) yang positif untuk nilai-nilai x adalah bilangan bulat tak negatif. Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah melawan hipotesis sederhana H 0 : f (x) = e 1, x = 0, 1, 2,, x! H 1 : f (x) = ( ) 1 x+1, x = 0, 1, 2,. 2 Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α.

Misalkan kondisi H 0 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah g(x 1,, x n ) = e n x 1!x 2! x n!, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n Misalkan kondisi H 1 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah ( ) 1 n+ xi h(x 1,, x n ) =, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n. 2 Maka rasio fkp bersama dari dua kondisi adalah ( g 2e 1 ) n 2 xi h = x 1!x 2! x n! untuk x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n.

Misalkan kondisi H 0 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah g(x 1,, x n ) = e n x 1!x 2! x n!, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n Misalkan kondisi H 1 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah ( ) 1 n+ xi h(x 1,, x n ) =, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n. 2 Maka rasio fkp bersama dari dua kondisi adalah ( g 2e 1 ) n 2 xi h = x 1!x 2! x n! untuk x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n.

Misalkan kondisi H 0 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah g(x 1,, x n ) = e n x 1!x 2! x n!, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n Misalkan kondisi H 1 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah ( ) 1 n+ xi h(x 1,, x n ) =, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n. 2 Maka rasio fkp bersama dari dua kondisi adalah ( g 2e 1 ) n 2 xi h = x 1!x 2! x n! untuk x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n.

Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, 368 + 0, 184) = 0, 448

Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, 368 + 0, 184) = 0, 448

Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, 368 + 0, 184) = 0, 448

Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, 368 + 0, 184) = 0, 448

Kuasa untuk uji ketika H 1 benar adalah P(X C : H 1 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 1 ) = 1 ( 1 4 + 1 8) = 0, 625

Closing If your experiment needs a statistician, you need a better experiment. Ernest Rutherford