LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
21 Universitas Indonesia


LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011

Kualitas dan sistem pengawasan APBN ditingkatkan untuk menjamin pelaksanaan APBN yang transparan dan akuntabel

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAGAN ORGANISASI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEUANGAN I. VISI. Uraian Misi II.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

PENGANTAR. LAKIP sebagai pertanggung jawaban instansi Departemen Keuangan. Peran LAKIP secara internal dan eksternal

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.09/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 MENTERI KEUANGAN,

BAB IV DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN. Bagian Pertama. Tugas dan Fungsi. Pasal 182

FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN


MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Independensi Integritas Profesionalisme

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

2.1 Rencana Strategis

Independensi Integritas Profesionalisme

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2011

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) INSPEKTORAT KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH


I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

Ikhtisar Eksekutif. vii

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Pengawasan. Intern.

NAMA JABATAN : Direktur Jenderal Anggaran

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur sebagai pendorong

Transkripsi:

Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA i

PENGANTAR PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Departemen Keuangan merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Departemen Keuangan pada Tahun Anggaran 2009. LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009 merupakan LAKIP tahun terakhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009. Penyusunan LAKIP Departemen Keuangan mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Rencana Strategis Departemen Keuangan Tahun 2005-2009 sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 157/PMK.01/2008. LAKIP mempunyai beberapa fungsi, antara lain merupakan alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen Keuangan menuju terwujudnya good governance, dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat, di satu sisi, dan di sisi lain, LAKIP merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Departemen Keuangan. Selanjutnya sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, Departemen Keuangan telah menerapkan sistem Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat manajemen kinerja. Performance Departemen Keuangan diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran strategis (SS/DK) sebagaimana telah ditetapkan pada tahun 2009 sebagai kontrak kinerja Departemen Keuangan Tahun 2009. Departemen Keuangan sebagai unsur pelaksana pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006 mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan dibidang keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Departemen Keuangan menetapkan visi: Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 i

PENGANTAR Selanjutnya dalam rangka mencapai visi di atas, Departemen Keuangan menetapkan 5 (lima) misi yaitu misi di bidang fiskal, bidang ekonomi, bidang politik, bidang sosial budaya, dan bidang kelembagaan. Pelaksanaan dari kelima misi tersebut berpedoman pada RPJMN Tahun 2004-2009 dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun Anggaran 2009 yang didalamnya memuat Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009. Misi tersebut selanjutnya dirinci dalam Rencana Strategik (Renstra) Departemen Keuangan yang digunakan sebagai landasan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). RKT berfungsi sebagai rencana kerja operasional secara kuantitatif, yang pada intinya merupakan implementasi pelaksanaan tugas yang sangat strategis dalam bidang pengelolaan keuangan negara, mulai dari penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), melaksanakan APBN dengan menghimpun penerimaan dan menyalurkan dana APBN, dan akhirnya mempertanggungjawabkan melalui Perhitungan Anggaran Negara (PAN). Dalam situasi dan kondisi perekonomian yang sangat fluktuatif, serta tuntutan masyarakat yang sangat dinamis, tugas pengelolaan keuangan negara dirasakan semakin berat dan penuh tantangan. Walaupun demikian, dengan dimotivasi oleh visi dan misi yang telah ditetapkan aparatur Departemen Keuangan telah berhasil mengatasinya, sehingga tugas yang diemban dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Penyusunan LAKIP Tahun 2009 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan transparan serta sekaligus sebagai pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi yang diamanatkan kepada Departemen Keuangan. MENTERI KEUANGAN SRI MULYANI INDRAWATI LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 ii

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF A. TUJUAN DAN SASARAN SRATEGIS Tujuan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Departemen Keuangan adalah penyampaian pertanggungjawaban atas pencapaian rencana strategis Departemen Keuangan tahun 2005-2009, yang disusun berdasarkan Ketetapan MPR No.XI/MPR 1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi dan Nepotisme dan Undang-undang No 28 Tahun 1999 tentang hal yang sama yang dijabarkan lebih lanjut dalam RPJM Nasional Tahun 2004-2009, serta Inpres No 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen Keuangan mempunyai fungsi: (1) merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan tehnis di bidang keuangan dan kekayaan negara; (2) melaksanakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara; (3) mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; (4) melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kekayaan negara; dan (5) menyampaikan laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada Presiden. Dalam era globalisasi ini Departemen Keuangan senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas agar lebih profesional dan mampu mencapai kesetaraan di pasar global. Untuk itu setiap pegawai Departemen Keuangan dituntut untuk terus meningkatkan integritas dan kredibilitas, sehingga dipercaya dan dibanggakan serta bekerja secara profesional dan efisien untuk mendukung tercapainya masyarakat adil dan makmur. Terkait dengan hal tersebut, Departemen Keuangan mempunyai Visi Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi. Untuk mewujudkan visi tersebut dilaksanakan melalui 5 (lima) misi, yaitu: (1) misi bidang fiskal; (2) misi bidang ekonomi; (3) misi bidang sosial budaya; (4) misi bidang politik; dan (5) misi bidang kelembagaan. Seiring dengan berjalannya Program Reformasi Birokrasi di Departemen Keuangan dengan mengacu pada visi dan misi tersebut dirumuskan Balance Scorecard (BSC) sebagai tool manajemen kinerja. Pengukuran kinerja dalam BSC merupakan hasil suatu penilaian yang didasarkan pada indikator utama (IKU) yang telah diidentifikasikan untuk tercapainya sasaran strategis dan tujuan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 iii

RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Departemen Keuangan. Dalam Peta strategi telah ditetapkan 20 sasaran strategis yang merupakan kontrak kerja Departemen Keuangan tahun 2009. Sasaran strategis tersebut dikelompokkan dalam tema: (1) Pendapatan Negara; (2) Belanja Negara; (3) Pembiayaan Negara; (4) Kekayaan Negara; (5) Pasar Modal dan Lembaga Keuangan non Bank; (6) Sistem Pengelolaan Keuangan Negara; (7) Reformasi Birokrasi; (8) Kerjasama Internasional; (9) Kesekretariatan, Pendididikan, dan SDM; dan (10) Pengawasan dan Pengendalian Intern. Sasaran strategis Departemen Keuangan dalam Tahun 2009 sebagai berikut: (1) Tingkat pendapatan yang optimal dengan beberapa IKU antara lain jumlah pendapatan negara dibidang pajak, penerimaan negara di bidang PNBP, penerimaan bea dan cukai; (2) Alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu dan efisien dengan IKU persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu, kesesuaian SAPSK sesuai standar biaya, penyaluran dana transfer ke daerah, dan penyaluran dana transfer ke daerah tepat waktu; (3) Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan IKU pemenuhan target pembiayaan melalui utang; (4) Pengelolaan kekayaan negara yang optimal dengan IKU jumlah satker yang selesai diinventarisasi dan dinilai wajar; (5) Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat, dengan beberapa IKU diantaranya adalah persentase pertumbuhan nilai transaksi dan frekuensi saham harian, pertumbuhan dana yang dikelola lembaga penjamin, dan lainnya; (6) Kepastian hukum dan transparansi dengan IKU indeks kepuasan wajib pajak (WP) atas administrasi perpajakan pada KPP WP Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama; (7) Transparasi dan mekanisme yang sederhana dengan IKU antara lain indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat di bidang anggaran, perbendaharaan, transfer ke daerah, dan risiko fiskal; (8) Fiscal balance dengan IKU indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah; (9) Transparansi dan kredibilitas dengan IKU ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang dan pemabayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran ; (10) Penyelesaian tepat waktu permohonan pengelolaan kekayaan negara dengan IKU indeks kepuasan pelayanan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu ; (11) Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank (LKNB) yang professional dengan IKU indeks kepuasan stakeholderss Bapepam-LK; (12) Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum dengan IKU tingkat akurasi kebijakan fiskal, rata-rata persentase deviasi asumsi makro, target defisit, proyeksi pendapatan negara, dan persentase efektivitas kebijakan pendapatan negara; (13) Pelayanan prima yang mencakup IKU pelayanan prima pada DJA, DJP, DJBC, DJPb, DJKN, DJPK, dan Bapepam LK; (14) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 iv

RINGKASAN EKSEKUTIF kekayaan negara dengan IKU antara lain persentase akurasi perencanaan kas dan rasio beban utang terhadap total utang; (15) Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan dengan IKU persentase jumlah sosialisasi/penyuluhan terhadap rencana sosialisasi/penyuluhan, tingkat coverage (pendidikan dan komunikasi) pemahaman K/L terhadap fungsi pengelolaan perbendaharaan Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara, piutang negara, dan lelang Sosialisasi dan diseminasi peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan, peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang, jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional,dan internasional, dan kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK; (16) Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum dengan IKU: persentase jumlah penambahan WP OP terhadap jumlah WP OP terdaftar awal tahun (base year 2008), persentase berkas penyidikan yang diserahkan ke kejaksaan, persentase realisasi pemeriksaan terhadap rencana Persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak, persentase jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke kejaksaan, persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti, persentase kepatuhan pelaporan aset oleh K/L, dan persentase kepatuhan dan penegakan ketentuan/peraturan; (17) Merekrut dan mengembangkan SDM yang terintegritas dan berkompetensi tinggi dengan IKU tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik, jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerja sama teknik luar negeri, dan rasio jam pelatihan terhadap jam kerja; (18) Mengembangkan organisasi yang handal dan modern dengan IKU persentase penyelesaian SOP dan persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan; (19) Mewujudkan good governance dengan IKU Indeks kualitas laporan keuangan K/L (BA 15, 61,62, 70,71, 96,97,98,99); dan (20) Membangun sistem informasi yang terintegrasi dengan IKU Service Level Agreement (SLA) index. B. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS Dalam mengemban tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara ditengah krisis global yang menyebabkan sebagian besar perekonomian negara-negara maju dan negara-negara berkembang terpuruk, Departemen Keuangan telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Melalui kebijakan stimulus fiskal berupa pemotongan pajak (penurunan dan penyederhanaan pajak, kenaikan PTKP, dan penurunan PPh Badan); subsidi PPN minyak goreng, PPN Bahan Bakar Nabati (BBN), PPN eksplorasi migas, PPh geothermal, PPh 21, dan BM ditanggung pemerintah, dan subsidi bukan pajak (pemotongan tarif listrik industri, stimulus paket belanja), perekonomian nasional mampu tumbuh positif sebesar 4,5 persen, sementara negara-negara lainnya kecuali Cina dan LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 v

RINGKASAN EKSEKUTIF India mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Selain itu, melalui alokasi pemberian subsidi benih, pupuk, pasar murah, dan pembangunan irigasi, Departemen Keuangan bersama instansi terkait telah mampu mengendalikan inflasi pada tingkat yang rendah yaitu 2,78 persen, dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Selanjutnya untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejateraan masyarakat, Pemerintah terus melanjutkan pembangunan infrastruktur seperti pembangkit listrik 10.000 mega watt, jalan, jembatan dan pelabuhan, program pemberian bantuan langsung ke masyarakat berupa Raskin, BLT, Jamkesnas, BOS, KUR, PNPM, dan kebijakan lainnya. Melalui berbagai program ini diharapkan investasi dan daya beli masyarakat meningkat kembali, sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat ditekan. Hasil dari berbagai kebijakan tersebut juga tercermin pada realisasi penerimaan negara dan hibah yang dalam tahun 2009 mencapai Rp 868,95 triliun dengan realisasi belanja negara sebesar Rp 956,38 triliun, sehingga defisit APBN dapat ditekan menjadi sebesar Rp 87,43 triliun atau 1,6 persen terhadap PDB. Defisit tersebut dibiayai dari sumber dalam dan luar negeri yang mencapai Rp 125,78 triliun. Dengan demikian pada tahun 2009, telah terjadi surplus sebesar Rp 38,35 triliun. Surplus ini rencananya akan dialokasikan antara lain untuk belanja insfrastrukur pada APBN 2010. Membaiknya pertumbuhan ekonomi, rendahnya tingkat inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, serta terjaganya kesinambungan APBN 2009, telah mendorong meningkatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari 1.355,40 pada akhir tahun 2008 menjadi 2.518,99 pada akhir tahun 2009. Secara umum sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2009 telah sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan beberapa diantaranya nilainya di atas 100 persen. Namun, beberapa IKU masih belum sesuai dengan yang ditargetkan. Ke depan hal ini diharapkan tidak akan terjadi. Secara rinci pencapaian sasaran strategis dalam tahun 2009 dapat dijelaskan sebagai berikut. Pencapaian seluruh indikator kinerja sasaran pendapatan negara yang optimal pada umumnya telah melampaui 100 persen, kecuali penerimaan pajak yang nilai capaiaannya masih sedikit dibawah 100 persen. Dalam tahun 2009, nilai capaian indikator kinerja jumlah pendapatan negara PNBP sebesar 103,86%; jumlah penerimaan bea dan cukai sebesar 104,6%; jumlah penerimaan remunerasi penyimpanan, penempatan, dan investasi jangka pendek sebesar 100%; dan jumlah penerimaan negara dari biaya administrasi lelang sebesar 131,37%. Sedangkan nilai capaian penerimaan pajak sebesar 98 persen dari yang ditargetkan dalam APBN-P. Tidak tercapainya IKU ini terutama LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 vi

RINGKASAN EKSEKUTIF dikarenakan menurunnya penerimaan PPN impor dan PPn BM terkait dengan menurunnya impor sebagai dampak krisis global. Sasaran strategis alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu, nilai capaian seluruh IKU nya telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Dari 5 (lima) IKU, 4 (empat) IKU yaitu persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu, persentase kesesuaian SAPSK dengan standar biaya, persentase penyaluran dana transfer ke daerah, dan persentase penyaluran dana tepat waktu, nilai capaiannya sesuai target yang ditetapkan, yaitu 100 persen. Sementara 1 (satu) IKU yaitu persentase ketepatan penyediaan dana nilai capainya sebesar 109,5 persen, atau di atas target yang ditetapkan. Nilai capaian sasaran strategis pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan IKU pemenuhan target pembiayaan utang mencapai 99,5 persen, relatif sama dengan yang ditargetkan dalam tahun 2009. Sasaran strategis kekayaan negara yang optimal, yang didukung oleh IKU jumlah satuan kerja yang selesai diinventarisasi dan dinilai wajar, nilai capaiannya sudah sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan sedikit di atas yang ditargetkan yaitu 100,5 persen. Sasaran strategis selanjutnya adalah terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, LKNB yang tumbuh sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat, yang didukung oleh 6 (enam) IKU, hampir semua IKU melampaui target, kecuali sasaran persentase pertumbuhan dana yang dikelola lembaga pembiayaan dan penjaminan yang nilai capainya masih sangat rendah yaitu 6,3 persen. 5 (lima) IKU yang realisasinya di atas 100 persen, yaitu IKU persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian dan persentase pertumbuhan frekuensi transaksi saham harian, masingmasing mencapai 387,08 persen dan 136,67 persen, indikator sasaran jumlah emiten baru sesuai target nilai capaiannya 180 persen, dan nilai capaian indikator sasaran persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri perasuransian mencapai 219 persen dan dana pensiun mencapai lebih dari 500 persen. Sasaran strategis keenam yaitu kepastian hukum dan transparansi yang didukung oleh IKU kepuasan wajib pajak atas administrasi perpajakan KPP wajib pajak besar, KPP Madya, dan KPP Pratama serta IKU indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai. Dari hasil survey yang dilakukan, indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai nilai capaiannya mencapai 102,5 persen, atau lebih tinggi dari sasaran yang ditetapkan. Sedangkan hasil survey yang dilakukan di KPP WP besar dan Madya nilai capaiannya masing-masing sebesar 93 persen dan 97 persen. Sasaran strategis transparansi dan mekanisme yang sederhana, yang didukung oleh 4 (empat) IKU, sebanyak 2 (dua) IKU yaitu indeks kepuasan K/L terhadap LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 vii

RINGKASAN EKSEKUTIF pengelolaan belanja pusat di bidang anggaran dan indeks kepuasan Pemda nilai capaian IKU nya telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Sedangkan IKU indeks kepuasan K/L di bidang perbendaharan dan persentase penggunaan anggaran risiko fiskal nilai capaiannya sedikit dibawah target yang ditetapkan, yaitu masing-masing sebesar 93,4 persen dan 98,9 persen. Pencapaian sasaran strategis fiscal balance dengan IKU indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Dalam tahun 2009 nilai capaiannya sebesar 109,1 persen. Demikian pula pencapaian sasaran strategis transparansi dan kredibilitas dan sasaran strategis pelaksanaan, pengaturan, dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang profesional juga telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Sasaran strategis kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum. Sasaran ini didukung oleh 5 (lima) IKU yaitu tingkat akurasi kebijakan fiskal, rata-rata persentase deviasi asumsi makro, deviasi target defisit, deviasi proyeksi pendapatan negara, dan efektifitas kebijakan pendapatan. Nilai capaian IKU-IKU tersebut masing-masing sebesar 105,43 persen, 162,00 persen, 146,00 persen, 166,00 persen, dan 103,27 persen. Sasaran strategis pelayanan prima yang didukung oleh 11 indikator sasaran, 10 (sepuluh) IKU diantaranya nilai capaian kinerjanya telah melebihi 100 persen. Sedangkan 1 (satu) indikator penyelesaian PMK/KMK baru mencapai 94,7 persen, atau masih dibawah target yang ditetapkan. Belum tercapainya sasaran ini antara lain disebabkan belum lengkapnya persyaratan yang diperlukan untuk penetapan PMK/KMK. Sasaran strategis meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara, sasaran strategis pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan, sasaran strategis mewujudkan good governance, dan sasaran strategis membangun sistem informasi yang terintegrasi, pada umumnya realisasi IKU nya telah sesuai dengan target yang ditetapkan, bahkan beberapa sasaran nilai capainya diatas 100 persen. Namun, satu IKU yaitu persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti nilai capaiannya masih dibawah target. Hal ini dikarenakan masih terdapat 2 (dua) temuan yang belum ditindaklanjuti. Sementara itu sasaran strategis merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi, 1 (satu) IKU yaitu rasio jam pelatihan terhadap jam kerja, nilai capaiannya telah sesuai dengan target. Namun, 2 (dua) IKU yaitu tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik dan IKU jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerjasama teknik luar negeri, nilai capaiannya belum sesuai LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 viii

RINGKASAN EKSEKUTIF dengan yang diharapkan. Belum tercapainya indikator sasaran tersebut antara lain dikarenakan adanya hambatan pada saat pelaksanaan. Sementara itu apabila dilihat dari pelaksanaan RPJMN selama lima tahun terakhir, Departemen Keuangan telah menjalankan tugasnya dengan baik. Selama pelaksanaan RPJMN 2004-2009, penerimaan pajak yang berhasil dihimpun meningkat 84,8 persen, yaitu dari Rp 347,0 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 641.4 triliun pada tahun 2009. Demikian pula penerimaan negara bukan pajak juga meningkat 54,1 persen, yaitu dari Rp 146,9 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 226,4 triliun pada tahun 2009. Selanjutnya dalam mengalokasikan belanja negara, prosentase belanja modal dan infrastruktur semakin meningkat, yang antara lain dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara itu dalam rangka memeratakan pembanguan di daerah, belanja/transfer ke daerah semakin meningkat yaitu dari Rp 150.5 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 308.6 triliun pada tahun 2009, atau meningkat 105,05 persen. Perkembangan APBN secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. PERKEMBANGAN APBN 2005-2009 (dalam Triliun Rp) 2005 2006 2007 2008 2009 A Pendapatan Negara dan Hibah 495.2 638.0 707.8 981.6 868.9 1 Penerimaan Dalam Negeri 493.9 636.2 706.1 979.3 867.8 a Penerimaan Perpajakan 347.0 409.2 491.0 658.7 641.4 b Penerimaan Negara Bukan Pajak 146.9 227.0 215.1 320.6 226.4 2 Hibah 1.3 1.8 1.7 2.3 1.1 3 Surplus BI 0.0 0.0 13.7 0.0 0.0 B Belanja Negara 509.6 667.1 757.6 985.7 956.4 1 Belanja Pemerintah Pusat 361.2 440.0 504.6 693.4 647.8 2 Transfer Ke Daerah 150.5 226.2 253.3 292.4 308.6 Suspen -2.0 0.9 0.24-0.1 0.0 C Surplus/Defisit Anggaran -14.4-29.1-49.8-4.1-87.4 % terhadap PDB -0.5-0.9-1.3-0.1-1.6 D Pembiayaan 14.7 29.4 42.5 84.1 125.8 1 Pembiayaan Dalam Negeri 24.9 56.0 66.3 97.3 142.6 2 Pembiayaan Luar Negeri (neto) -10.3-26.6-23.9-13.2-16.8 Kelebihan /kekurangan 0 0-7.4 79.9 38.3 C. TANTANGAN DAN LANGKAH-LANGKAH ANTISIPATIF Dalam mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan, terdapat berbagai kendala yang harus dihadapi baik dari faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal faktor-faktor yang menghambat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan antara lain belum pulihnya krisis global yang terjadi sejak 2008 yang berdampak pada menurunnya perekonomian negara-negara maju yang merupakan mitra dagang Indonesia dan semakin terbatasnya LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 ix

RINGKASAN EKSEKUTIF likuiditas global. Memburuknya perekonomian dunia tersebut berimbas pada perekonomian Indonesia khususnya sektor manufaktur/industri pengolahan dan sektor perdagangan. Ekspor mengalami penurunan sebagai akibat dari menurunnya permintaan dari negara mitra dagang. Sementara impor menurun sejalan dengan menurunnya kegiatan dunia usaha dan industri pengolahan, dan pada gilirannya berdampak pada menurunnya penerimaan pajak khususnya PPN dan PPnBM impor dan PPh impor, sehingga target penerimaan pajak tersebut tidak dapat tercapai. Tantangan lainnya adalah terbatasnya likuiditas di pasar global yang menyebabkan kompetisi untuk mendapatkan modal murah dari luar negeri (pinjaman dan Surat Berharga Negara/SBN valas) menjadi semakin tinggi. Hal ini menyebabkan yield surat berharga negara (SBN) dengan dominasi valas serta bunga pinjaman luar negeri menjadi tinggi. Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak menentu, dapat meningkatkan resiko penerbitan SBN dengan dominasi valas. Sementara tantangan dari dalam negeri, potensi pasar SBN domestik dan pasar keuangan domestik masih relatif terbatas, kualitas SDM, sarana, dan TIK Departemen Keuangan belum memadai, dan koordinasi dengan instansi terkait belum semuanya berjalan seperti dengan yang diharapkan. Ke depan, untuk lebih meningkatkan hasil capaian IKU, ditengah era globalisasi ini berbagai kebijakan yang ada perlu terus dilanjutkan dan disempurnakan. Beberapa kebijakan yang kiranya perlu dilanjutkan dan disempurnakan antara lain: (1) meningkatkan pengembangan model ekonomi makro untuk meningkatkan akurasi asumsi makro dasar APBN; (2) meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi dengan instansi terkait; (3) mengembangkan Economic Executive Dashboard, (4) melakukan kajian dibidang perpajakan, kepabeaan, cukai, ekonomi, keuangan dan kekayaan negara; (5) menerapkan standar internasional untuk pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan termasuk Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) dan mengembangkan early warning system di sektor keuangan; (6) meningkatkan kualitas manajemen dan operasional lembaga keuangan; (7) melakukan penguatan perlindungan bagi investor lembaga keuangan termasuk pemantapan koordinasi penegakan hukum di bidang pasar modal dan LK; (8) mengembangkan pasar SBN domestik, memperluas basis investor SBN domestik dan instrumen SBN; (9) merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi; dan (10) meningkatkan kualitas pelaporan contingent liability. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 x

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Halaman Pengantar... Ringkasan Eksekutif... Daftar Isi..... Daftar Tabel... Daftar Grafik... BAB I Pendahuluan.. A. Latar Belakang... B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi. C. Mandat dan Peran Strategis. D. Sistematika Laporan. BAB II Rencana Strategis dan Rencana Kinerja.. A. Alur Pikir B. Rencana Strategis... Visi. Misi Tujuan... Sasaran Program C. Rencana Kinerja berdasarkan Rencana Strategis (versi RKT).. D. Balance Score Card (BSC) E. Rencana Kinerja versi Balance Score Card (BSC) BAB III Pengukuran, Evaluasi, dan Analisis... A. Pengukuran Sasaran. A.1. Tema Pendapatan Negara A.2. Tema Belanja Negara. A.3. Tema Pembiayaan Negara A.4. Tema Kekayaan Negara.. A.5. Tema Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank A.6. Tema Sistem Pengelolaan Keuangan Negara i iii xi xiii xv 1 1 2 5 6 8 8 9 9 10 11 16 22 23 23 25 37 37 37 58 61 64 67 76 LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 xi

DAFTAR ISI A.7. Tema Reformasi Birokrasi 100 A.8. Tema Kerjasama Internasional.. 128 A.9. Tema Kesekretariatan, Pendidikan, dan SDM. 130 A.10. Tema Pengawasan dan Pengendalian Intern B. Akuntabilitas Keuangan.... 135 146 BAB IV Penutup 149 Lampiran-lampiran A. Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) B. Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 xii

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 3 Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Golongan... 3-4 Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Jabatan... 4 Tabel 4. Keterkaitan Tema dan BSC... 26 Tabel 5. Penetapan Sasaran dan IKU Departemen Keuangan... 31 Tabel 6. Penerimaan Negara Bukan Pajak tahun Anggaran 2009... 38 Tabel 7. Pencapaian Target PNBP tahun 2005-2009... 39 Tabel 8. Evaluasi Penerimaan Pajak Per Jenis Pajak Neto Tahun 2009... 40 Tabel 9. Kinerja Penerimaan Pajak 2005 2009... 44 Tabel 10. Perbandingan Target Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009... 45 Tabel 11. Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2009 46 Tabel 12. Perbandingan Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009... 47 Tabel 13. Data Indikator Bea Masuk Tahun 2008 dan 2009.. 48 Tabel 14. Data Indikator Cukai Tahun 2008 dan 2009 50 Tabel 15. Penerimaan Remunerasi Tahun 2009.. 52 Tabel 16. Realisasi Biad PPN Tahun 2005-2009. 53 Tabel 17. Realisasi PNDS Tahun 2005-2009 53 Tabel 18. Data Realisasi Frekuensi, Hasil Bersih Lelang dan Bea Lelang Tahun 2005 s.d. 2009 54 Tabel 19. Perkembangan Jumlah Daerah dan Besaran Transfer Tahun 2004 s/d 2009 60 Tabel 20. Perpres Alokasi DAU dan Permenkeu Dana Penyeimbang Yang Diterbitkan Tahun Anggaran 2005 2010. 61 Tabel 21. Realisasi Pemenuhan Pembiayaan Melalui Utang Tahun 2005-2008.. 63 Tabel 22. Jumlah Satker Yang Telah Diinventarisasi dan Dinilai Wajar s.d Tahun 2009 66 Tabel 23. Indeks Penutupan Bursa Efek 2008-2009 68 Tabel 24. Rata-Rata Indeks Kepuasan Insititusi Publik 78 LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 xiii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 25. Hasil survey pada 5 (lima) KPPBC 79 Tabel 26. Data Pemberian Fasilitas Pembebasan dan/atau Keringanan BM Tahun 2008 dan 2009.. 81 Tabel 27. Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009.. 82 Tabel 28. Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009.. 82 Tabel 29. Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009.. 83 Tabel 30. Realisasi Penyaluran Transfer ke Daerah tahun 2008 88 Tabel 31. Realisasi Pembayaran Utang 2005-2008. 92 Tabel 32. Penetapan status penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan BMN. 94 Tabel 33. Indeks Kepuasaan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.. 95 Tabel 34. Deviasi Asumsi Makro. 96 Tabel 35. Proyeksi dan Realisasi Defisit Kuartal 1-4 Tahun 2009. 97 Tabel 36. Proyeksi dan Realisasi Pendapatan Negara Tahun 2009. 98 Tabel 37. Perda yang dievaluasi tahun 2007 2009.. 109 Tabel 38. Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang Tahun 2005-2009. 115 Tabel 39. Jumlah Satker yang Mendapatkan Sosialisasi Tahun 2009.. 118 Tabel 40. Indeks Opini Laporan Keuangan Departemen Keuangan. 126 Tabel 41. Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009.. 142 Tabel 42. Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009.. 142 Tabel 43. Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009. 143 Tabel 44. Data Realisasi Kegiatan di Bidang Audit Tahun 2008 dan 2009. 145 Tabel 45. Realisasi Anggaran Departemen Keuangan Tahun 2009.. 146 LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 xiv

DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Peta Strategi Departemen Keuangan Tahun 2009... 25 Grafik 2. Perbandingan Target Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009... 45 Grafik 3. Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2009... 46 Grafik 4. Realisasi Penerimaan PDRI dan PPN Hasil Tembakau Tahun 2008 dan 2009... 48 Grafik 5. Penerimaan pembiayaan APBN selama 3 tahun terakhir... 56 Grafik 6. Siklus Penyusunan APBN... 59 Grafik 7. Perkembangan IHSG dan Transaksi Asing (Jan 2008 4 Nov 2009)... 70 Grafik 8. Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa untuk setiap Unsur Layanan 2009... 85 Grafik 9. Perkembangan Jumlah Peserta Diklat BPPK Tahun 2004 2009... 132 Grafik 10. Sebaran Peserta Professional Human Resource Development (PHRD) Tahap III Untuk Program Gelar Berdasarkan Unit Asal Periode 2004-2009... 132 Grafik 11. Realisasi LHP dan LHAI Itjen.. 137 Grafik 12. Pencapaian LHP dan LHAI Itjen. 138 Grafik 13. Perkembangan Penyelesaian Perda APBD Tahun 2006 s/d 2009.. 145 LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 xv

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam setiap aspek kehidupan, apalagi kehidupan bernegara yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat (RPJMN 2004-2009) diperlukan berbagai sumber daya. Salah satu sumber daya yang menjadi darah setiap organisasi adalah sumber daya keuangan (dana). Namun disadari bahwa sumber daya keuangan ini, sebagaimana sumber daya yang lain yang bersifat ekonomis, ketersediannya sangat terbatas. Oleh karena itu, sumber daya yang terbatas ini perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar baik perolehan maupun penggunaannya dapat dilakukan dengan cara yang baik dan dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Departemen Keuangan, berdasarkan Perpres Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009, mempunyai tugas yang sangat strategis, yaitu melaksanakan tugas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan keuangan negara tersebut, Departemen Keuangan dituntut untuk melaksanakannya dengan prudent, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien. Dalam rangka melaksanakan tugas yang sangat strategis dan dengan cara-cara yang baik tersebut, Departemen Keuangan menetapkan visi: Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi. Kemudian, untuk mencapai visi di atas, telah ditetapkan misi, rencana strategis, tujuan, dan sasaran serta rencana kerja yang terukur dan dilaksanakan setiap tahun. Selanjutnya, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pelaksanaan rencana kerja tersebut harus dipertanggungjawabkan setiap tahun dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP ini disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Departemen Keuangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2009, dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi tersebut. Di samping itu, LAKIP ini juga dimaksudkan sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen Keuangan menuju terwujudnya good LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 1

BAB I PENDAHULUAN governance, wujud transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat, dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Departemen Keuangan, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Departemen Keuangan. B. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI Dalam melaksanakan peran strategis seperti diuraikan diatas, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 143.1/PMK.01/2009, Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen Keuangan mempunyai fungsi: (a) merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang keuangan dan kekayaan negara; (b) melaksanakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara; (c) mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; (d) melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kekayaan negara; serta (e) menyampaikan laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada Presiden. Dalam menjalankan tugas dan fungsi Departemen Keuangan, Menteri Keuangan dibantu oleh unit unit eselon I dan staf ahli sebagai berikut: 1. Sekretariat Jenderal; 2. Direktorat Jenderal Anggaran; 3. Direktorat Jenderal Pajak; 4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 5. Direktorat Jenderal Perbendaharaan; 6. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 7. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan; 8. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang; 9. Inspektorat Jenderal; 10. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; 11. Badan Kebijakan Fiskal; 12. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan; 13. Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional; 14. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara; 15. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara; 16. Staf Ahli Bidang Pengembangan Pasar Modal; dan 17. Staf Ahli Bidang Pembinaan Umum Pengelolaan Kekayaan Negara. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 2

BAB I PENDAHULUAN Selain itu, untuk mendukung tugas dan fungsi Departemen Keuangan telah dibentuk Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan, Pusat Pembinaan Akuntansi dan Jasa Penilai, Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan, Pusat Investasi Pemerintah, Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik, dan Sekretariat Pengadilan Pajak. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen Keuangan didukung oleh 61.215 orang pegawai dari berbagai bidang keahlian seperti ekonomi, keuangan, bisnis, hukum, tehnik, administrasi, dan lainnya. Komposisi pegawai Departemen Keuangan dapat dilihat dari tingkat pendidikan, golongan dan jabatan sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai 1. S-3 55 orang 2. S-2 4.190 orang 3. Sarjana (S-1) 17.751 orang 4. Diploma 3 11.054 orang 5. Diploma 1 dan SLTA 26.263 orang 6. SLTP 1.318 orang 7. Sekolah Dasar 584 orang Jumlah 61.215 orang Tabel 2. Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Golongan No. Golongan Jumlah Pegawai 1. Golongan I/a 79 orang 2. Golongan I/b 163 orang 3. Golongan I/c 78 orang 4. Golongan I/d 109 orang 5. Golongan II/a 4.783 orang 6. Golongan II/b 5.273 orang LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 3

BAB I PENDAHULUAN No. Golongan Jumlah Pegawai 7. Golongan II/c 8.218 orang 8. Golongan II/d 6.921 orang 9. Golongan III/a 10.815 orang 10. Golongan III/b 11.752 orang 11. Golongan III/c 6.556 orang 12. Golongan III/d 4.724 orang 13. Golongan IV/a 977 orang 14. Golongan IV/b 574 orang 15. Golongan IV/c 99 orang 16. Golongan IV/d 86 orang 17. Golongan IV/e 8 orang Jumlah 61.215 orang Tabel 3. Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Jabatan No. Jabatan Jumlah Pegawai 1. Eselon I 15 orang *) 2. Eselon II 215 orang 3. Eselon III 1.295 orang 4. Eselon IV 7.280 orang 5. Eselon V 694 orang 6. Pegawai fungsional 11.278 orang 7. Pelaksana 40.438 orang Jumlah 61.215 orang *) Keterangan: 2 (dua) jabatan eselon I dirangkap LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 4

BAB I PENDAHULUAN C. MANDAT DAN PERAN STRATEGIS Departemen Keuangan mempunyai peran yang strategis yaitu pengelola keuangan dan kekayaan negara. Sebagaimana diamatkan dalam UU nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden sebagai pemegang kekuasaan pegelolaan keuangan negara memberi kuasa kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam rangka melaksanakan kekuasaan sebagai pengelola fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: (1) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; (2) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN; (3) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; (4) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan; (5) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang; (6) melaksanakan fungsi bendahara umum negara; (7) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban APBN; dan (8) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan Undang-Undang. Sebagaimana diketahui bahwa APBN yang terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun melalui Undang-Undang. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara, yang berpedoman pada rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Dalam hal anggaran diperkirakan mengalami defisit, ditetapkanlah sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Sebaliknya, apabila anggaran diperkirakan surplus maka Menteri Keuangan mengajukan rencana penggunaan surplus kepada DPR. Dalam mengemban tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara ditengah krisis global yang menyebabkan sebagian besar perekonomian negara-negara maju dan negara-negara berkembang terpuruk, Departemen Keuangan telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik melalui kebijakan stimulus fiskal berupa pemotongan pajak, pemberian subsidi, dan stimulus paket belanja, serta peningkatan belanja infrastruktur dalam APBN 2009, sehingga perekonomian nasional mampu tumbuh positif sebesar 4,5 persen, sementara negara-negara lainnya kecuali Cina dan India mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Selain itu, melalui alokasi pemberian subsidi benih, pupuk, pasar murah, dan pembangunan infrastruktur, Departemen Keuangan bersama instansi terkait telah mampu mengendalikan inflasi pada tingkat yang rendah yaitu 2,78 persen, dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan membaiknya indikator-indikator ekonomi tersebut, realisasi pendapatan negara mencapai Rp868,95 triliun yang meliputi penerimaan dalam negeri sebesar Rp868,83 trliun, serta belanja negara sebesar LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 5

BAB I PENDAHULUAN Rp956,38 triliun, sehingga defisit APBN dapat ditekan menjadi 1,6 persen terhadap PDB. Pendapatan negara dan hibah sebesar Rp868,95 tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp 641,38 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp226,45 triliun, dan hibah sebesar Rp1,12 triliun. Sementara belanja negara terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp647,81 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp308,57 triliun. Selanjutnya untuk menutup defisit APBN 2009 sebesar Rp87,43 triliun, diupayakan melalui pembiayaan dalam negeri sebesar Rp142,61 triliun dan pembiayaan luar negeri neto sebesar minus Rp16,83 triliun. Dengan demikian dalam APBN 2009 terjadi surplus sebesar Rp38,35 triliun. Membaiknya indikator ekonomi Indonesia dan kinerja APBN tahun 2009 telah mendorong meningkatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari 1.355,4 pada akhir tahun 2008 menjadi 2.518,99 pada akhir tahun 2009. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara, serta APBN tersebut didukung oleh pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis yang telah ditetapkan. Visi Departemen Keuangan adalah Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi. Untuk mewujudkan visi tersebut dilaksanakan melalui 5 (lima) misi, yaitu: (1) misi bidang fiskal; (2) misi bidang ekonomi; (3) misi bidang kelembagaan; (4) misi bidang sosial budaya; dan (5) misi bidang politik. D. SISTEMATIKA LAPORAN Sistematika penyajian LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009 adalah sebagai berikut: Ikhtisar Eksekutif, yang menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya. Bab I. Pendahuluan, yang menguraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, mandat dan peran srategis instansi Departemen Keuangan, serta sistematika laporan. Bab II. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja tahun 2009, yang menguraikan tentang rencana strategis, rencana kinerja, dan penetapan strategi Departemen Keuangan Tahun 2009. Bab III. Pengukuran, Evaluasi, dan Analisis, menguraikan tentang pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian sasaran strategis Departemen Keuangan tahun 2009. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 6

BAB I PENDAHULUAN Bab IV. Penutup, yang menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahaannya untuk tahun mendatang. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 7

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS BAB II RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA A. ALUR PIKIR LANDASAN Undang-undang No 25 Tahun 2004 Paket Undang-undang Bidang Keuangan Negara (UU No.17, UU No.1 dan UU No.15 Tahun 2004) RPJM NAS 2004-2009 APBN Tahun Anggaran 2009 Tugas Departemen Keuangan Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara V I S I Faktor Kunci Penentu Keberhasilan M I S I T U J U A N S A S A R A N INDIKATOR SASARAN K E B I J A K A N PROGRAM Umpan Balik L A K I P Umpan Balik LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 8

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS B. RENCANA STRATEGIS Perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan yang bersifat mendasar dan dibuat secara integral, efisien dan koordinatif serta disusun mengikuti alur pikir sebagaimana bagan di atas. Departemen Keuangan bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dengan demikian Departemen Keuangan menjadi pengelola keuangan negara dan sekaligus pengelola kekayaan negara. Dalam era globalisasi saat ini Departemen Keuangan dituntut berpandangan jauh ke depan, serta berupaya meningkatkan kualitas agar lebih profesional dan mampu mencapai tingkat kesetaraan di pasar global. Berkaitan dengan itu, setiap aparatur Departemen Keuangan didorong untuk lebih meningkatkan integritas dan kredibilitasnya sehingga dipercaya dan dibanggakan masyarakat serta bekerja secara profesional dan efisien untuk mendukung tercapainya masyarakat adil dan makmur. VISI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Departemen Keuangan mempunyai visi sebagai berikut : Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi Pengertian pengelola keuangan dan kekayaan negara dalam visi tersebut bermakna bahwa Departemen Keuangan adalah lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara serta memelihara barang milik/kekayaan negara. Bertaraf internasional artinya setara atau tidak berbeda dengan lembaga/institusi yang ada di negara maju sebagai refleksi cita-cita dalam mencapai tingkat standar dunia atau standar internasional baik kualitas aparaturnya maupun kualitas kinerja serta hasil-hasilnya. Dipercaya dan dibanggakan masyarakat adalah semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui mekanisme APBN. Instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi, artinya Departemen Keuangan memegang peran sangat penting dalam menuju masyarakat adil dan makmur sebagaimana dicita-citakan dalam pembukaan UUD 1945 dengan tetap berpegang teguh pada nilai budaya dan kepribadian bangsa Indonesia. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 9

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS MISI yaitu: Dalam rangka pencapaian visi, Departemen Keuangan menetapkan 5 (lima) misi, 1. di Bidang Fiskal Misi bidang fiskal adalah mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati-hati (prudent), bertanggung jawab dan transparan. Dalam misi ini, kebijakan fiskal diarahkan untuk menyehatkan APBN dengan meningkatkan pendapatan negara, penghematan belanja negara, pengurangan subsidi serta pinjaman luar negeri secara bertahap serta peningkatan disiplin anggaran. Strategi yang dilakukan dalam penyehatan APBN adalah: (1) menurunkan defisit secara bertahap menuju seimbang atau surplus melalui peningkatan penerimaan pajak dan Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) serta pengendalian dan penajaman prioritas alokasi belanja negara; dan (2) menurunkan secara bertahap rasio utang terhadap PDB melalui pemilihan alternatif kebijakan pembiayaan yang tepat. Sementara kebijakan pengelolaan kekayaan negara diarahkan untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan barang/kekayaan negara melalui penertiban pengelolaan barang milik/kekayaan negara. 2. di Bidang Ekonomi Misi Bidang Ekonomi yaitu mengatasi masalah ekonomi bangsa serta secara proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa, yang mampu menghantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan. Pada dasarnya misi ini diarahkan untuk menjaga kestabilan ekonomi makro. Dalam pada itu, Departemen Keuangan selalu proaktif melaksakan reformasi di bidang ekonomi antara lain mewujudkan lembaga keuangan bukan bank yang sehat dan handal dan memantapkan pelaksanaan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Di lain pihak Departemen Keuangan secara proaktif juga diharapkan untuk dapat melaksanakan agenda reformasi di bidang ekonomi guna mewujudkan lembaga keuangan non bank yang sehat dan handal, menciptakan pasar modal yang maju, mengelola Surat Utang Negara (SUN) dengan meminimalkan biaya bunga dalam jangka panjang pada tingkat risiko yang dapat dikendalikan, dan meningkatkan efisiensi dan akurasi sasaran dalam pengelolaan belanja negara baik belanja pusat maupun transfer ke daerah. 3. di Bidang Politik Misi di bidang politik adalah mendorong proses demokratisasi fiskal dan LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 10

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS ekonomi. Dengan misi ini Departemen Keuangan melakukan penyiapan peraturan dan perundang-undangan di bidang keuangan maupun kekayaan negara untuk mendukung proses demokratisasi fiskal dan ekonomi. Selain itu, Departemen Keuangan juga dapat berperan dalam memantapkan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. 4. di Bidang Sosial Budaya Misi di bidang sosial budaya adalah mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern. Misi ini dilakukan dengan melaksanakan sosialisasi APBN, kebijakan perpajakan, penganggaran, dan kebijakan keuangan daerah lainnya, sehingga Departemen Keuangan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang keuangan dan kekayaan negara. 5. di Bidang Kelembagaan Misi di bidang kelembagaan adalah senantiasa memperbarui diri sesuai aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan dan administrasi publik, serta pembenahan dan pembangunan kelembagaan di bidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksanaan yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai intregitas yang tinggi. Implementasi dari misi ini antara lain dilaksanakan melalui peningkatan pembinaan dan pengembangan SDM, mewujudkan e- government, layanan publik baik antar pemerintah, pemerintah dengan pelaku bisnis, dan pemerintah dengan masyarakat serta terwujudnya hubungan kelembagaan yang efektif dengan lembaga legislatif, yudikatif, eksekutif, dan lembaga-lembaga non pemerintah. Untuk itu, organisasi dan tatalaksana Departemen Keuangan harus selalu dapat disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. TUJUAN Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan menggambarkan arah strategik organisasi, perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan Departemen Keuangan untuk periode 2004-2009 adalah sebagai berikut: LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 11