Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

dokumen-dokumen yang mirip
Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

2 Mekanika Rekayasa 1

Gambar solusi 28

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

Bab 1 -Pendahuluan Hitung Vektor.

Mekanika Rekayasa/Teknik I

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

STATIKA. Dan lain-lain. Ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan dengan GAYA dan GERAK

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran:

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

B a b 2. Vektor. Sumber:

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB III PENGURAIAN GAYA

Hukum Coulomb. Penyelesaian: Kedua muatan dan gambar gaya yang bekerja seperti berikut. (a) F = k = = 2, N. (b) q = Ne N = = 3,

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Statika & Mekanika Bahan Kode : CIV 102. Sistem Gaya. Pertemuan - 1

MODUL PERTEMUAN KE 2. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor.

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

PanGKas HaBis FISIKA. Vektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar

BAB I GAYA PADA BIDANG DATAR

Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

BESARAN VEKTOR B A B B A B

BAB II BESARAN VEKTOR

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1

Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP) KURIKULUM /2017

MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK)

Tanah Homogen Isotropis

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

BAB I VEKTOR GAYA DAN RESULTAN SISTEM GAYA

PRINCIPLES OF STATIC

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

14/12/2012. Metoda penyelesaian :

Geometri pada Bidang, Vektor

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

1. Besaran-besaran di bawah ini yang bukan termasuk besaran vektor adalah...

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

GAYA. Gaya adalah interaksi antara benda-benda yang berpengaruh terhadap bentuk atau gerak atau keduanya pada benda yang terlibat.

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika,

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring. katrol licin. T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring. N mg cos =0, (13) lantai kasar

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

Pengantar KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK MATERI I ANALISIS VEKTOR DAN SISTEM KOORDINAT

VEKTOR YUSRON SUGIARTO

VEKTOR YUSRON SUGIARTO

BAB II V E K T O R. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 52

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB 2 PENJUMLAHAN VEKTOR

MEKANIKA REKAYASA. llmu Rekayasa Klasik Sebagai Sarana Menguasai Program Aplikasi Rekayasa

fungsi Dan Grafik fungsi

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB 6 PERCEPATAN RELATIF

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN

1. Himpunan penyelesaian adalah {(x, y, z)}. Nilai dari y + z adalah... D. -4 E. -5

BAB V ZAT CAIR DALAM KESATIMBANGAN RELATIF

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

8. Nilai x yang memenuhi 2 log 2 (4x -

MENGHITUNG MOMEN GAYA DALAM STATIKA BANGUNAN

Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3

BAB I BESARAN DAN SATUAN

PERSAMAAN GARIS BAHAN BELAJAR MANDIRI 4

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

Referensi : Hirose, A Introduction to Wave Phenomena. John Wiley and Sons

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

PERSAMAAN GARIS LURUS

VEKTOR. Makalah ini ditujukkan untuk Memenuhi Tugas. Disusun Oleh : PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

BAB II PELENGKUNG TIGA SENDI

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

SUDUT DAN JARAK ANTARA DUA BIDANG RATA

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

MEDAN LISTRIK. Oleh Muatan Kontinu. (Kawat Lurus, Cincin, Pelat)

Matematika EBTANAS Tahun 1986

Pembahasan Matematika IPA SIMAK UI 2012 Kode 521. Oleh Tutur Widodo. 1. Misalkan x dan y bilangan bulat yang memenuhi sistem persamaan berikut :

PENGGUNAAN TURUNAN IKA ARFIANI, S.T.

III. FUNGSI POLINOMIAL

C 7 D. Pelat Buhul. A, B, C, D, E = Titik Buhul A 1 2 B E. Gambar 1

Matematika Proyek Perintis I Tahun 1979

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

Transkripsi:

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

Pada bagian kedua dari kuliah Statika kita sudah berkenalan dengan Gaya yang secara grafis digambarkan sebagai tanda panah. Definisi : Gaya merupakan besaran vektor yang dinyatakan dengan Besar (magnitude) dan Arah. Tempat kerja gaya juga dikenal sebagai garis kerja gaya

Besar gaya 3 tonf dengan arah horizontal (kemiringan arah gaya = 0 o ) Besar gaya 3 kn dengan arah 11.3 o terhadap horizontal Catatan : karena gaya digambarkan sebagai Anak Panah (Vektor), maka penggambaran gaya secara grafis harus selalu disertai dengan skala penggambaran.

Pada bagian kedua dari kuliah Statika kita sudah melihat bagaimana dua gaya jika bekerja pada satu benda yang sama, maka seolah-olah benda tersebut mengalami gaya pengganti yang besarnya merupakan SUPERPOSISI dari kedua gaya tersebut. Arah Superposisi dari kedua gaya juga dapat ditentuikan dengan cara grafis atau analistis. FR merupakan superposisi dari gaya F1 dan F2. α arctan FY FX Dalam ilmu gaya superposisi dari dua atau lebih gaya diberi nama RESULTANTE Gaya. Arah kemiringan dari kedua gaya FX dan FY (a) dapat ditentukan dari a = arctan (FY/FX)

α arctan FY FX Dengan adanya FR maka seolaholah gaya-gaya FX dan FY sudah tidak ada. Jadi FR seolah-olah merupakan gaya lain yang dapat menggantikan fungsi dari FX dan FY. Jadi gaya RESULTANTE merupakan gaya pengganti yang menggantikan fungsi dari dua atau lebih gaya yang bekerja pada satu benda. Gaya Resultante merupakan gaya FIKTIF atau tidak nyata. GAYA YANG BEKERJA PADA BENDA TETAP GAYA FX DAN FY.

Besar gaya resultante FR dapat dihitung secara ANALITIS dan GRAFIS Cara Analitis FR FX 2 FY 2 Cara Grafis α arctan FY FX

Contoh lain : SK S1 2 S2 2 4 2 4 2 5.657kN SK = 113.15 / 20 x 1 kn = 5.658 kn SK = 113.40 / 20 x 1 kn = 5.67 kn

Contoh lain : Cara Grafis Cara Analitis V = S1 + S2 cos 31 o = 2 + 2 cos 31 o = 3.7143 kn H = S2 sin 31 o = 2 sin 31 o = 1.0301 kn S3 3.7143 2 1.0301 2 3.855kN α arctan 1.0301 3.7143 o 15.5 S3 = 155 / 40 x 1 kn = 3.875 kn

Superposisi gaya dapat dilakukan pada beberapa gaya yang 1. Garis kerjanya sama / berimpit 2. Garis kerjanya tidak sama tetapi mempunyai titik tangkap sama 3. Garis kerjanya tidak sama dan titik tangkap gayanya tidak sama 4. Garis kerjanya sejajar.

1. Superposisi beberapa gaya dengan garis kerja berimpit

Penjumlahan secara grafis : R = P1 + P2 = 5 cm + 3.5 cm = 8.5 cm (menggunakan penggaris) Skala 1cm = 2 kn R = 17 kn Penjumlahan secara analitis : R = P1 + P2 = 10 kn + 7 kn = 17 kn

Penjumlahan secara grafis : Arah vektor (+) ke kanan Arah vektor (-) ke kiri R = P1 + P2 = 5 cm + (- 6 cm) = - 1 cm Skala 1cm = 2 kn R = -2 kn (tanda negatif menunjukkan arah R ke kiri) Penjumlahan secara analitis : R = P1 + P2 = 10 kn + (- 12 kn) = - 2 kn

Penjumlahan secara grafis : R = P1 + P2 = 5 cm + 3.5 cm = 8.5 cm (menggunakan penggaris) Skala 1cm = 2 kn R = 17 kn Penjumlahan secara analitis : R = P1 + P2 = 10 kn + 7 kn = 17 kn

Garis kerja dua gaya P1 dan P2 membentuk sudut kemiringan 50.2 o. P1 = 16.8 kn P2 = 24.2 kn Penjumlahan secara grafis : Arah vektor (+) ke atas Arah vektor (-) ke bawah R = P1 + P2 = 8.4 cm + ( 12.1 cm) = - 3.7 cm Skala 1cm = 2 kn R = -7.4 kn (tanda negatif menunjukkan arah R ke bawah) Penjumlahan secara analitis : R = P1 + P2 = 16.8 kn + ( 24.2 kn) = - 7.4 kn

R = 38/40 * 8 kn = 7.6 kn

Cara Analitis : P1 diuarikan menjadi dua gaya P1X dan P2Y P1X = P1 cos 50.2 o = 10.7538 kn P1Y = P1 sin 50.2 o = 12.9072 kn P2 diuarikan menjadi dua gaya P2X dan P2Y P2X = P2 cos 50.2 o = 15.4907 kn P2Y = P2 sin 50.2 o = 18.5925 kn Semua gaya-gaya pada sumbu X disuperposisikan menjadi RX RX = P1X + P2X = 10.7538 kn + (- 15.4907 kn) = -4.7369 kn (ke kiri) ( ) Semua gaya-gaya pada sumbu Y disuperposisikan menjadi RY RY= P1Y + P2Y = 12.9072 kn + (- 18.5925 kn) = -5.6853 kn (ke bawah) ( )

Cara Analitis : Semua gaya-gaya pada sumbu X disuperposisikan menjadi RX RX = P1X + P2X = 10.7538 kn + (- 15.4907 kn) = -4.7369 kn (ke kiri) ( ) Semua gaya-gaya pada sumbu Y disuperposisikan menjadi RY RY= P1Y + P2Y = 12.9072 kn + (- 18.5925 kn) = -5.6853 kn (ke bawah) ( ) R 4.7369 2 5.6853 2 7.4kN α arctan 5.6853 4.7369 o 50.2

R = 0.95 cm = 9.5 kn

Cara Analitis

Cara Analitis

2. Superposisi beberapa gaya dengan garis kerja tidak berimpit tetapi mempunyai titik tangkap gaya yang sama Pada bagian awal dari kuliah ketiga telah dibahas perhitungan superposisi dua gaya yang arahnya saling tegak lurus. Bagian lain juga diperlihatkan superposisi dari dua gaya yang tidak saling tegaklurus

Sebagai contoh akan dicari superposisi dari 5 gaya P1, P2, P3, P4 dan P5 drengan data-data seperti terlihat pada gambar di samping. Sudut kemiringan setiap beban ditentukan dari arah sumbu X positif

P1X = P1 cos 15.6 o = 5.779 kn P1Y = P1 sin 15.6 o = 1.613 kn P2X = P2 cos 71.6 o = 1.957 kn P2Y = P2 sin 71.6 o = 5.883 kn P3X = P3 cos 135 o = -3.394 kn P3Y = P3 sin 135 o = 3.394 kn P4X = P4 cos 202.9 o = -3.961 kn P4Y = P4 sin 202.9 o = -1.673 kn P5X = P5 cos 321.8 o = 1.729 kn P5Y = P5 sin 321.8 o = -1.360 kn

P1X = P1 cos 15.6 o = 5.779 kn P1Y = P1 sin 15.6 o = 1.613 kn P2X = P2 cos 71.6 o = 1.957 kn P2Y = P2 sin 71.6 o = 5.883 kn P3X = P3 cos 135 o = -3.394 kn P3Y = P3 sin 135 o = 3.394 kn P4X = P4 cos 202.9 o = -3.961 kn P4Y = P4 sin 202.9 o = -1.673 kn P5X = P5 cos 321.8 o = 1.729 kn P5Y = P5 sin 321.8 o = -1.360 kn

P1X = P1 cos 15.6 o = 5.779 kn P1Y = P1 sin 15.6 o = 1.613 kn P2X = P2 cos 71.6 o = 1.957 kn P2Y = P2 sin 71.6 o = 5.883 kn P3X = P3 cos 135 o = -3.394 kn P3Y = P3 sin 135 o = 3.394 kn P4X = P4 cos 202.9 o = -3.961 kn P4Y = P4 sin 202.9 o = -1.673 kn RX = P1X + P2X + P3X + P4X + P5X = 5.779 + 1.957 + (-3.394) + (-3.961) + 1.729 = 2.11 kn ( ) RY = P1Y + P2Y + P3Y + P4Y + P5Y = 1.613 + 5.883 + 3.394 + (-1.673) + (-1.36) = 7.857 kn ( ) P5X = P5 cos 321.8 o = 1.729 kn P5Y = P5 sin 321.8 o = -1.360 kn R 2.11 2 7.857 2 8.135kN α arctan 7.857 2.11 o 74.97

3. Superposisi beberapa gaya dengan garis kerja tidak berimpit dan titik tangkap gaya tidak berimpit.

P1X = P1 cos 0 o = 2 kn P1Y = P1 sin 0 o = 0 kn P2X = P2 cos 90 o = 0 kn P2Y = P2 sin 90 o = 3 kn P3X = P3 cos 45 o = 1.481 kn P3Y = P3 sin 45 o = 1.481 kn P4X = P42 cos 90 o = 0 kn P4Y = P4 sin 90 o = 1.5 kn RX = P1X + P2X + P3X + P4X = - 2 + 0 + 1.481 + 0= 0.519 kn ( ) RY = P1Y + P2Y + P3Y + P4Y = 0-3 + 1.481 + (-1.5) = -3.019 kn ( )

RX = P1X + P2X + P3X + P4X = - 2 + 0 + 1.481 + 0= 0.519 kn ( ) RY = P1Y + P2Y + P3Y + P4Y = 0-3 + 1.481 + (-1.5) = -3.019 kn ( ) R 0.519 2 3.019 2 3.0635kN α arctan 3.019 0.519 o 80.24