STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X

dokumen-dokumen yang mirip
PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado

practicum apk industrial engineering 2012

BAB II KERANGKA TEORITIS

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA PETA-PETA KERJA (WORK CHARTS)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

BAB II LANDASAN TEORI

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam Usaha Kecil Menegah (UKM) mikro yang bergerak di bidang industri jasa

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA. Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

ANALISIS LAY OUT USAHA HANDYCRAFT BERBAHAN BESI

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

BAB III METODE PENELITIAN

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

Perbaikan Sistem Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas di Warung Sadikin. Farhan Mutaqin. Institut Teknologi Bandung

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN MAN AND MACHINE CHART

Lampiran 1. N= jumlah data tiap subgroup * jumlah subgroup = 6 * 6 = 36 data

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X I Wayan Sukania 1), Oktaviangel 2), Julita 3) Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 1) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Komputer Universitas Kristen Krida Wacana 2,3) Jl. Letjen S Parman No. 1 Jakarta 1) Tanjung Duren Raya No. 4 Jakarta 2,3) Phone: 021 67248 1), 021 64726 2,3) E-mail: iwayansukania@tarumanagara.ac.id, iwayansukania@yahoo.com 1) ABSTRAK Teralis jendela merupakan salah satu alat pengaman rumah yang sangat penting untuk mengamankan bukaan rumah atau jendela dari orang luar atau binatang yang ingin masuk kedalam tanpa seijin pemilik rumah. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa proses pembuatan teralis jendela relative mudah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya bengkel jasa pembuatan tralis. Namun untuk mencapai produktifitas yang optimal diperlukan metode yang tepat dan stasiun kerja yang efektif. Untuk itu dilakukan investigasi di PT X pada tgl 22 Oktober 2011. Melalui peta proses operasi, peta aliran proses dan diagram aliran proses diketahui bahwa kegiatan yang dominan adalah operasi (mengelas dan mengukur) selama 283 menit dan menunggu proses lebih lanjut selama 13 menit. Hal ini disebabkan karena untuk 1 produk dikerjakan oleh seorang operator, pengukuran dan pemotongan bahan dilakukan sebagian demi sebagian. Usulan yang diberikan adalah pembuatan produk melalui kelompok kerja. Kata kunci: operasi, metode, waktu, makalah, seminar nasional, teknik mesin 7. 1. Pendahuluan Dalam setiap kegiatan yang dilakukan manusia, baik kegiatan harian maupun kegiatan berproduksi pasti memerlukan metode, waktu dan tempat. Agar kegiatan mencapai tujuan yang terbaik maka diperlukan metode terbaik, tempat terbaik dan waktu terbaik [1]. Analisa waktu diperlukan untuk menentukan lamanya waktu menyelesaikan tugas kerja agar bisa ditentukan waktu yang sebaik-baiknya. Analisa waktu juga untuk menentukan waktu kelonggaran yang diperlukan oleh para pekerja sehingga operator dapat bekerja dengan kondisi yang wajar. Penelitian waktu sebaiknya diikuti pula dengan penelitian gerakan pekerja dalam melakukan suatu kegiatan karena membantu menemukan gerakan- gerakan yang efisien dan gerakan yang tidak perlu dilakukan. Penelitian gerakan dapat dilakukan secara langsung mengamati pekerja maupun dengan merekam ke dalam kamera video kemudian menganalisanya dengan memutar dalam kecepatan lambat. Faktor ketiga yang harus dipertimbangkan adalah kondisi kerja yang meliputi tempat atau stasiun kerja dan lingkungan kerja. Faktor ketiga sangat menentukan karena waktu menyelesaikan pekerjaan tentunya lebih lama apabila tempat kerja tidak memadai dan lingkungan kerja tidak mendukung. Untuk mengetahui apakah suatu proses kerja telah bejalan dengan optimal maka diperlukan peta kerja. Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Melalui peta-peta ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Maka pemahaman seksama terhadap suatu peta kerja akan memudahkan memperbaiki metoda kerja dari suatu proses produksi. Demikian pula produk teralis untuk melengkapi rumah. Rumah adalah kebutuhan utama setiap orang, pada umumnya ketika membeli rumah tidak langsung dilengkapi dengan pagar, teralis jendela maupun canopy, karena semua itu adalah aksesoris tambahan diluar spesifikasi yang diberikan oleh developer. Menempati rumah baru yang masih kosong tanpa pagar dan teralis jendela rasanya kurang nyaman dan tidak aman. Pagar besi rumah, teralis jendela ataupun canopy sebagai aksesoris rumah juga berguna untuk memberikan rasa aman. Dengan adanya pagar, rumah memiliki batas dengan lingkungan sehingga aman dari gangguan luar. Peluang ini yang menyebabkan tumbuh suburnya jasa bangkel las yang melayani pembuatan teralis. Perdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa tingkat kesulitan untuk membuat teralis jendela sangat tergantung pada kerumitan desainnya. Untuk tipe teralis sederhana terrgolong tidak sulit membuatnya, mengingat bahan, jumlah komponen serta peralatan kerja cukup sederhana. Fakta lainnya adalah para pekerja tidak perlu kursus banyak agar mampu membuat teralis. Namun bagaimana metode produksi teralis yang tepat, bagaimana urutan pekerjaannya dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat teralis sederhana adalah data yang sangat diperlukan oleh instansi atau

pabrik yang ingin menggeluti bisnis teralis. Oleh karena itu penelitian ini akan mendeskripsikan aktifitas pembuatan teralis dengan menggunakan kamera video, peta proses operasi, peta aliran proses serta diagram aliran. 2. Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas [2]. Lewat peta-peta ini, dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Pemahaman yang seksama terhadap suatu peta kerja akan memudahkan memperbaiki metoda kerja dari suatu proses produksi. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu pekerjaan sehingga mempermudah perencanaan perbaikan kerja. Peta-peta kerja dibagi kedalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu pertama peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan. Yang termasuk peta kerja keseluruhan adalah: Peta Proses Operasi (OPC), Peta Aliran Proses (FPC), Peta Proses Kelompok Kerja (GPC), Diagram Alir (FD) dan Assembly Chart (AC). Sedangkan yang termasuk peta kerja setempat adalah: Peta Pekerja dan Mesin, Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri Peta kerja keseluruhan melibatkan sebagian besar atau semua sistem kerja yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan peta kerja setempat menggambarkan kegiatan kerja setempat, menyangkut hanya satu sistem kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Kedua peta kerja akan terlihat saling berhubungan erat apabila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan, misalnya suatu perusahaan perakitan memiliki beberapa mesin produksi atau stasiun kerja. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja. Maka untuk memperbaiki proses secara keseluruhan pertama-tama harus memperbaiki atau menyempurnakan setiap sistem kerja yang ada sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu urutan kerja yang paling baik. Dan untuk menjaga agar pekerjaan tetap berada dalam wilayah kerja yang normal maka tidak cukup dengan mengoptimasi lay out saja, namun perlu tambahan pertimbangan anatomi [3]. 3. Lambang Peta Kerja Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilberth. Pada saat itu untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada tahun berikutnya jumlah lambang tersebut disederhanakan sehingga hanya tinggal 4 macam saja. Namun pada tahun 1947 American Society of Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang yang terdiri atas macam lambang yang merupakan modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth. Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Operasi Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi. Mengambil informasi maupun menberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu mesin atau sistem kerja. Contohnya pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut, pekerjaan mengeraskan logam, pekerjaan merakit. Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan aktivitas administrasi. Pemeriksaan Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau membandingkan objek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan kearah menjadi suatu barang jadi. Contohnya mengukur dimensi benda, memeriksa warna benda, membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap. Transportasi Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Contohnya benda kerja diangkut dari mesin bubut ke mesin skrap untuk mengalami operasi berikutnya, suatu objek dipindahkan dari lantai atas lewat elevator. Menunggu Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Contohnya objek menunggu untuk diproses atau diperiksa, peti menunggu untuk dibongkar, bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain. Penyimpanan Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja di simpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu. Contohnya dokumen-dokumen atau catatan-catatan disimpan dalam brankas, bahan baku disimpan dalam gudang. Aktivitas gabungan

Selain kelima lambang standar diatas, dapat digunakan lambang lain apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang memang terjadi selama proses berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi yaitu aktifitas gabungan. Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan pada suatu tempat kerja. 4. Metodologi Penelitian Penelitian untuk mengetahui proses pembuatan teralis jendela dilakukan di sebuah bengkel di Jakarta Barat. Pengambilan data lapangan dilakukan dengan melakukan pengukuran area kerja, membuat denah tempat kerja dan merekam aktifitas responden pekerja dengan kamera video. Melalui pemutaran ulang video diperoleh berbagai proses yang dilakukan untuk membuat teralis. Elemen gerakan yang terjadi dan waktu setiap elemen gerakan tersebut dengan mudah diukur. Beberapa gerakan kombinasi yang berlangsung sangat cepat diidentifikasi sebagai sebuah gerakan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2011. Gambar 1. Pembuatan Teralis Sederhana. Data dan Pembahasan Peninjauan ke lapangan dilakukan untuk mendapatkan ukuran dan denah area kerja, mencatat seluruh peralatan dan bahan yang dipakai serta proses dan lamanya waktu setiap proses yang dilakukan dalam pembuatan teralis. Seluruh kegiatan disajikan kedalam peta proses operasi (Gambar 2), peta aliran proses (Tabel 13) dan diagram aliran (Gambar 4) Secara umum pembuatan teralis memerlukan beberapa tahapan dan peralatan kerja, mulai dari pengukuran dimensi batang besi sesuai dengan desain pesanan menggunakan meteran, pemotongan bahan dengan gergaji atau, pembentukan dengan cara diketok menggunakan palu, merakit komponen dengan cara dilas menggunakan mesin las listrik, merapikan permukaan bagian yang dilas dengan tangan, memeriksa secara visual hasil pengelasan, mengoleskan dempul pada bagian sambungan las, mengampelas seluruh permukaan, melapisi permukaan teralis dengan cat dan menunggu teralis sampai kering. Kegiatan operasi dan pemeriksaan ada yang berdiri sendiri tapi ada juga kegiatan yang merupakan gabungan antara operasi dan pemeriksaan. Dilihat dari waktu maka proses pengeringan menghabiskan waktu terbanyak diikuti dengan menghaluskan dempul, meratakan permukaan dan merakit dengan las. Terlihat masih ada aktivitas menunggu yang memakan waktu cukup lama. Kegiatan menunggu adalah kegiatan tidak produktif dan seharusnya diminimalkan. Sedangkan stasiun kerja terdiri dari beberapa ruang yaitu ruang penyimpanan bahan baku, ruang meja kerja untuk proses pembentukan dengan menggunakan palu, area tempat pengelasan, ruang potong, ruang tangan, ruang pengecatan dan ruang pengeringan akhir. Berdasarkan pengamatan lapangan diketahui beberapa kelemahan proses pembuatan teralis yaitu: a. Proses pemotongan batang besi dilakukan sebagian demi sebagian terbatas pada yang diperlukan saat itu saja. Perbaikan proses dapat dilakukan dengan jalan yaitu proses pemotongan batang besi ini dilakukan sekaligus atau semua proses pemotongan digabungkan menjadi satu proses. Hal ini membutuhkan tambahan berupa gambar teknik dari teralis yang akan dibuat, sementara gambar teknik yang memadai biasanya tidak disiapkan oleh operator. Jadi semua batang besi yang akan dipotong dikumpulkan semua dan dipotong terlebih dahulu sesuai ukuran dan jumlah yang dibutuhkan. Setelah pemotongan barulah dilakukan perakitan. Hal ini akan lebih menghemat waktu operasi dan pekerjaan juga menjadi lebih sederhana. b. Karena proses pemotongan batang besi dilakukan sedikit-sedikit, maka pengetokan besi juga menjadi terpotong-potong pengerjaannya. Untuk itu, sebaiknya proses pengetokan juga dilakukan sekaligus supaya lebih cepat dan pekerjaan lebih sederhana. c. Pembuatan teralis dari persiapan sampai selesai hanya dilakukan oleh satu orang. Supaya dapat mempersingkat waktu, sebaiknya pengerjaan teralis ini dilakukan oleh sekelompok operator, misalnya dua orang. Pembagian kerja misalnya pekerja pertama bertugas memotong batang besi dan pekerja lainnya merakit teralis dengan mesin las. Dengan demikian pekerjaan menjadi lebih cepat.

0.2 O-16 0.2 O-12 0. O-8 0. O-4 Lempeng besi 1.2 O-1 Diukur (meteran) 4.0 O-17 4.7 O-13 2.6 O-9 1.0 O- 1.4 O-2 I-1 3.7 O-3 Dilas 2.0 O-14 I-8 1.9 O-10 I-6 0.7 O-6 I-3 I-2 ukurannya 3.2 O-7 I-4 dan dirakit I- ukurannya 3.0 O-11 I-7 dan dirakit 16. O-1 I-9 dan dirakit RINGKASAN KEGIATAN JUMLAH WAKTU (MENIT) Operasi 1 218,9 Pemeriksaan 2 1,3 Operasi dan pemeriksaan 10 6,1 Total 27 28,3 dempul ampelas cat 6.9 O-18 I-10 2.8 O-19 1.1 O-20 1 O-21 60 O-22 30 12 0 O-23 I-11 O-24 dan dirakit (mesin Dilas bagian yg belum dilas (mesin las) Dilas bagian belakang Diratakan permukaann ya () Dihaluska n (dempu) dan Dicat (cat & kuas) Dikeringkan Gambar 2. Peta Proses Operasi Pembuatan Teralis

Jarak (m) Jumlah Waktu (mnt) Seminar Nasional Teknik Mesin 7 Tabel 1. Peta Aliran Proses Pembuatan Teralis URAIAN KEGIATAN LAMBANG Lempeng besi diambil dari gudang 3 4 0.6 Lempeng besi diukur sesuai kebutuhan - 4 1.2 Lempeng diketok dengan palu - 4 1.4 Dipindahkan ke bagian pengelasan 2 4 0.4 Lempeng dilas membentuk kerangka - - 3.7 Hasil kerangka diperiksa ukurannya - - 1 Menunggu komponen lain (besi kecil) dipotong - - 2. Perakitan & pengelasan batang besi pd rangka - 4 3.2 Hasil kerangka diperiksa ukuran jarak besi - - 0.3 Menunggu komponen lain (besi kecil) dipotong - - Perakitan & pengelasan batang besi pd rangka - 4 3 Menunggu komponen lain (besi kecil) dipotong - - 6.9 Perakitan & pengelasan batang besi pd rangka - 4 16. Menunggu komponen lain (besi kecil) dipotong - - 4.1 Perakitan & pengelasan batang besi pd rangka - 4 6.9 Pengelasan bagian atas rangka yg belum dilas - - 2.8 Pengelasan bagian bwh rangka yg belum dilas - - 1.1 Dipindahkan ke ruang 6 4 0.3 Menunggu diratakan dengan - - 1 Diratakan permukaannya dengan - - 1 Dihaluskan dgn ampelas - - 60 Dipindahkan ke ruang pengecatan 2 4 0.2 Menunggu giliran dicat - - 120 Rangka dicat - - 30 Dibawa ke tempat pendinginan 6 4 0.3 Dikeringkan - - 120

1 1 2 2 3 1 1 4 2 2 Gudang lempeng besi Pengetokan Besi Mesin Las Pemeriksaa n Mesin Las Pemerik-s aan 3 6 4 Pengelasan 7 Gudang batang besi 8 9 3 Gerinda Potong Gerinda 10 11 Pendinginan Pengecatan 4 13 12 6 6. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa proses pembuatan teralis melibatkan beberapa sarana kerja seperti meteran,, palu mesin las. Sedangkan bahan baku berupa batang besi, kawat las, dempul dan cat. Berdasarkan waktu diketahui bahwa proses paling panjang adalah proses pengeringan menghabiskan waktu terbanyak (120 menit) diikuti dengan menghaluskan dempul (60 menit), meratakan permukaan dengan (1 menit) dan menghaluskan permukaan dengan ampelas (60 menit). Kegiatan menunggu adalah kegiatan tidak produktif dan kegiatan ini masih terlihat pada proses pembuatan teralis yang disebabkan pekerja harus menyelesaikan komponen sebelumnya untuk dirakit. Untuk mempercepat proses pembuatan teralis maka salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk kelompok kerja, artinya untuk menyelesaikan satu unit teralis ditangani secara bersama-sama oleh beberapa pekerja. Gambar 3. Diagram Aliran Pembuatan Teralis 6. Daftar Pustaka 1. I Wayan Sukania., Perbaikan Metode Perakitan Steker Melalui Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan, Prosiding TINDT 2012 FT Untar 2. Sutalaksana, Iftikar Z. ; Ruhana Anggawisastra dan John H. Tjakraatmadja. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung. Bandung. 3. Nurmianto.(1998), Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Guna Widya, Jakarta.