ANALISIS POSISI STRATEGIS USAHA KECIL MENENGAH (UKM) PERLOGAMAN DI KOTA TEGAL

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Ekonomi Lokal Batik Tegalan: Pendekatan Swot Analisis Dan General Electrics

Analisis Posisi Strategis Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Shuttlecock

STUDI SOSIAL EKONOMI USAHA BUDIDAYA TERNAKITIKDI DESA PESURUGAN KECAMATAN MARGADANAKOTA TEGAL

ANALISIS STRATEGI DAN KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PAVILIUN PADA RUMAH SAKIT UMUM (RSUD) BANYUMAS

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari munculnya pesaing pesaing baru maupun pesaing. pesaing yang sudah mapan dalam suatu bidang usaha.

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

market penetration, product development, dan diversification. Perseroan

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI ROTI (STUDI KASUS DI CV MANDIRI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS SWOT PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DI CV. GLOBAL WARNA SIDOARJO

IV. METODE PENELITIAN

EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG)

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Advertising Project Management

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

III. METODE PENELITIAN

Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi. pemasaran pada mierip kafe di. bekasi

RUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT. PINDAD (PERSERO) UNTUK BISNIS E-CLIP DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB II LANDASAN TEORI

VII. FORMULASI STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Nama : Sakinah Adik Alfeta NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Neltje F Katuuk S.H, M.M

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA. David, Fred R Manajemen Stratejik. Jakarta: Gramedia. Kuncoro, Mudrajad Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi.

RINGKASAN EKSEKUTIF

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI Studi Kasus Pada PT. Hero Supermarket - Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, perdagangan, pengangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING

ANALISIS LINGKUNGAN SEBAGAI DASAR DALAM PENENTUAN STRATEGI PENGADAAN BAHAN BAKU PADA PT. GLOBAL TROPICAL SEAFOOD KAPEDI SUMENEP ( ENDANG WIDYASTUTI )

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

: Bachtiar Rifai NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Komsi Koranti, MM.

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

Transkripsi:

ANALISIS POSISI STRATEGIS USAHA KECIL MENENGAH (UKM) PERLOGAMAN DI KOTA TEGAL Oleh: Ary Yunanto 1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto E-mail: aryyunanto_gk@yahoo.co.id Abstract This study aimed to formulate strategies to develop economy potency of Kota Tegal specialy perlogaman. The data was collected using the interview method and quesioners. The analysis tools are qualitative analysis, SWOT and General Electrics (GE) analysis. Berdasarkan analisis SWOT ditemukan bahwa: kekuatan Industri Kecil Menengah (UKM) perlogaman adalah: Penggunaan kapasitas produksi sudah di atas 60%, memiliki variasi produk yang banyak, telah menggunakan kualitas bahan baku yang sesuai standar, hasil produk yang bagus/tidak cacat, telah melakukan perencanaan dan pengendalian produksi, bahan baku yang terbuang sedikit, telah melakukan penelitian dan pengembangan usaha, telah berorientasi pada pelanggan, rata-rata SDM mempunyai ketrampilan yang sedang dan tinggi, upah tenaga kerja yang telah sesuai atau diatas standar UMR, sering melakukan pelatihan tenaga kerja, struktur modal dengan proporsi modal sendiri lebih besar dibanding hutang, memiliki kemampuan dalam hal solvabilitas, memiliki kemampuan dalam hal likuiditas, kualitas produk yang dihasilkan baik, harga jual produk yang relatif sama dengan pesaing, jangkauan pemasaran yang luas. Kelemahan: penggunaan teknologi masih sederhana, modal kerja yang masih sedikit, keuntungan dari omzet yang masih relatif kecil, jarang/kadang-kadang saja melakukan aktivitas promosi. peluang: bahan baku yang dipakai mudah untuk didapatkan, barang pengganti (subtitusi) dari produk yang dihasilkan sedikit, pasar yang cukup sulit untuk dimasuki, dukungan dari peraturan daerah yang cukup baik, pelayanan aparatur pemerintah cukup baik, kondisi politik yang berpengaruh baik, inovasi teknologi yang tidak mendukung usaha, dukungan teknologi yang baru terhadap produksi berpengaruh baik, penggunaan teknologi baru mempengaruhi kenaikan jumlah keuntungan/ pendapatan, kondisi keamanan yang cukup kondusif, kondisi sosial masyarakat yang baik, dukungan masyarakat terhadap kegiatan usaha, budaya masyarakat yang cukup baik. Ancaman: Harga bahan baku yang cukup mahal, persaingan bisnis yang cukup ketat, kekuatan tawar menawar pembeli yang cukup kuat, kondisi ekonomi yang berpengaruh buruk, pendapatan masyarakat yang berpengaruh buruk, daya beli masyarakat yang rendah, upah tenaga kerja yang berpengaruh buruk, tingkat suku bunga tinggi, nilai tukar rupiah berfluktuasi. Berdasarkan analisis General Electrics (GE) diperoleh informasi bahwa posisi strategis Industri Perlogaman adalah memiliki daya tarik menengah dan kekuatan persaingan yang relatif rendah, sehingga strategi pengembangan yang cocok bagi industri Perlogaman adalah melakukan identifikasi segmen pertumbuhan, melakukan spesialisasi dan melakukan investasi secara selektif. 1 Dosen Jurusan Manajemen Fak. Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

. Keywords: Perlogaman, SWOT analysis. General Electrics (GE) Analysis PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, termasuk di dalamnya adalah perekonomian Kota Tegal. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dibandingkan dengan total perusahaan pada tahun 2010 adalah sebanyak sebesar 99 persen, sedangkan sisanya adalah perusahaan besar. Pada tahun yang sama jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini mencapai sebesar 97 persen dari total angkatan kerja yang bekerja. Sumbangan pada Produk Domestik Bruto (PDB) pada perekonomian Indonesia mencapai 56 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB), dengan nilai penciptaan devisa lebih dari 20 persen. Seperti halnya kontribusi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) secara nasional, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Tegal juga memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Kota Tegal, namun demikian perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Tegal juga masih menghadapi berbagai permasalahan. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Tegal harus menjadi perhatian utama dalam pengembangan perekonomian. Salah satu jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang relatif menonjol di Kota Tegal adalah industri perlogaman. Namun perkembangan industri perlogaman di Kota Tegal tidak seperti yang diharapkan, sudah mulai tertinggal dengan kabupaten tetangga seperti Kabupaten Tegal, bahkan sudah mulai tertinggal dengan industri perlogaman di Kabupaten Klaten yang sebelumnya banyak belajar dari usaha perlogaman di Kota Tegal. Kondisi semacam itu menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal sekarang ini sedang mengalami permasalahan yang cukup serius. Apabila permasalah-permasalahan yang ada di Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman tidak segera di deteksi dan dicarikan jalan keluarnya dikhawatirkan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal akan mati. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menentukan posisi persaingan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota TegalUsaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, termasuk di dalamnya adalah perekonomian Kota Tegal. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dibandingkan dengan total perusahaan pada tahun 2010 adalah sebanyak sebesar 99 persen, sedangkan sisanya adalah perusahaan besar. Pada tahun yang sama jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini mencapai sebesar 97 persen dari total angkatan kerja yang bekerja. Sumbangan pada Produk Domestik Bruto (PDB) pada perekonomian Indonesia mencapai 56 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB), dengan nilai penciptaan devisa lebih dari 20 persen. Seperti halnya kontribusi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) secara nasional, Usaha Kecil dan Menengah 2

(UKM) di Kota Tegal juga memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Kota Tegal, namun demikian perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Tegal juga masih menghadapi berbagai permasalahan. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Tegal harus menjadi perhatian utama dalam pengembangan perekonomian. Salah satu jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang relatif menonjol di Kota Tegal adalah industri perlogaman. Namun perkembangan industri perlogaman di Kota Tegal tidak seperti yang diharapkan, sudah mulai tertinggal dengan kabupaten tetangga seperti Kabupaten Tegal, bahkan sudah mulai tertinggal dengan industri perlogaman di Kabupaten Klaten yang sebelumnya banyak belajar dari usaha perlogaman di Kota Tegal. Kondisi semacam itu menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal sekarang ini sedang mengalami permasalahan yang cukup serius. Apabila permasalah-permasalahan yang ada di Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman tidak segera di deteksi dan dicarikan jalan keluarnya dikhawatirkan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal akan mati. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menentukan posisi persaingan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal. METODE ANALISIS Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (Sekaran, 1992). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini digali dari wawancara dengan pengusaha batik dan pihak pemerintah daerah Untuk mengevaluasi kesempatan dan ancaman dilingkungan bisnis maupun pada lingkungan internal (kekutan dan kelemahan) menurut Kuncoro, (2006:51) digunakan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) sedangkan untuk menentukan besarnya bobot setiap pada faktor ekternal digunakan matriks Evaluasi Faktor Eksternal (David, 2003:161) dan untuk menentukan besarnya bobot setiap pada faktor internal digunakan matriks Evaluasi Faktor Internal (David, 2003:217) sedangkan untuk menentukan posisi strategis Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman menurut Rangkuty, (1997:42) analisis GE (General Electrics). HASIL ANALISIS Pembahasan dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal, diteruskan dengan analisis SWOT dan analisis general electrics (GE) untuk menentukan strategi pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman. 3.1 Lingkungan Internal 3.1.2 Produksi Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal produksi pada bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal: (1) Kapasitas produksi beragam namun sebagian besar memakai kapasitas 61%; (2) Teknologi yang digunakan dalam memproduksi barang sebagian besar menggunakan teknologi sederhana; (3) Kualitas bahan baku yang digunakan oleh para produsen semua menggunakan kualitas bahan baku yang sesuai standar; (4) Jenis dan variasi produk dalam memproduksi produk yang dihasilkan sebagian besar memproduksi jenis produk lebih dari satu; (5) Kualitas produk, sebagian besar kualitas produk 3

yang dihasilkan berkualitas baik; (6) Perencanaan operasional dalam memproduksi produknya sering direncanakan; (7) Perencanaan dan pengendalian bahan baku sebagian besar sudah tidak terbuang; (8) Penelitian dan pengembangan, dalam memproduksi produknya para pelaku sebagian besar selalu mengacu pada hasil penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan bidang usaha yang dijalani dan (9) Barangbarang yang dihasilkan sebagian besar selalu mengacu pada kebutuhan dan keinginan pelanggan. 3.1.2 Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal sumberdaya manusia dapat dideskripsikan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal: (1) Keterampilan tenaga yang dimiliki pemilik usaha sebagian besar ratarata berketrampilan sedang; (2) Rata-rata tingkat upah sebagian besar sesuai dengan UMR namun demikian 26,7% sudah diatas UMR; (3) Pelatihan tenaga kerja sebagian besar sering diprogramkan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. 3.1.3 Keuangan Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal keuangan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman dapat dideskripsikan bahwa: (1) Modal kerja yang digunakan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman di Kota Tegal sebagian besar dibawah Rp 200.000.000,-; (2) Struktur modal beragam, namun sebagian besar menggunakan modal sendiri yang lebih besar dibandingkan dengan pinjaman (hutang); (3) Solvabilitas (kewajiban pemenuhan hutang jangka panjang), sebagian besar menyatakan mampu dalam mengembalikan kewajiaban hutangnya; (4) Likuiditas (kewajiban pemenuhan hutang jangka pendek), sebagian besar mampu dalam menutup hutangnya dan (5) Profitabilitas (kemampuan untuk mendapatkan laba), sebagian besar masih dibawah 20%. 3.1.4 Pemasaran Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal pemasaran Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman dapat dideskripsikan bahwa industri kecil menengah perlogaman di Kota Tegal: (1) Kualitas produk yang dihasilkan sebagian besar sama dengan pesaing namun 26,7% menyatakan lebih baik dari para pesaing; (2) Penetapan harga, pada umumnya menetapkan harga relatif sama dengan para pesaingnya namun 13,3% lebih mahal dari pesaing; (3) Area pemasaran beragam namun sebagian besar dalam wilayah nasional/ekspor yaitu sebesar 46,7%; (4) Aktivitas promosi beragam, namun sebagian besar para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman hanya kadang-kadang saja mempromosikan produknya. 3.2 Lingkungan Eksternal 3.2.1 Persaingan Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan eksternal persaingan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal bahwa : (1) Ketersediaan bahan baku sebagian besar menyatakan bahwa dalam mendapatkan bahan baku mereka menyatakan mudah; (2) Harga bahan baku sebagian besar menyatakan cukup mahal; (3) Kekuatan barang subtitusi, sebagian besar menyatakan sedikit barang subtitusi yang digunakan sebagai pengganti; (4) Jumlah pesaing bervariasi, umumnya para pelaku Usaha menyatakan ketat dalam memproduksi barang-barang yang sejenis; 4

(5) Skala investasi untuk masuk ke dalam Usaha yang sama beragam, sebagian besar menyatakan cukup mudah namun 20% menyatakan sulit; (6) kekuatan tawar pembeli, sebagian besar menyatakan kuat. 3.2.2 Kondisi Ekonomi Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan eksternal kondisi ekonomi Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman di Kota Tegal bahwa: (1) Trend ekonomi regional sebagian besar kondisi ekonomi saat ini berpengaruh buruk pada omzet penjualan; (2) Tingkat pendapatan masyarakat umumnya bepengaruh buruk pada omzet penjualan; (3) Daya beli konsumen sebagian besar berpengaruh buruk terhadap penjualan hasil produksi; (4) Tingkat upah (UMR) sebagian besar tidak mempengaruhi namun 26,7% cenderung berpengaruh buruk terhadap omzet penjualan; (5) Tingkat suku bunga pinjam, berpengaruh buruk terhadap omzet penjualan; (6) Nilai tukar rupiah, juga cenderung berpengaruh buruk pada omzet penjualan. 3.2.3 Kebijakan Pemerintah & Kondisi Politik Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan eksternal kebijakan pemerintah dan kondisi politik Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman bahwa : (1) Peraturan Daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Tegal, sebagian besar pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman Kota Tegal menyatakan bahwa peraturan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Tegal mendukung Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman ; (2) Birokrasi Pemerintah Kota Tegal pada umumnya dinilai baik dan mendukung dalam upaya pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman; (3) Suasana politik di Kota Tegal pada umumnya menyatakan berpengaruh baik pada perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman di Kota Tegal. 3.2.4 Teknologi Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan eksternal teknologi Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman bahwa : (1) Temuan ilmu pengetahuan, sebagian besar pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman menyatakan bahwa selama ini temuan ilmu pengetahuan berpengaruh baik dalam mendukung usaha; (2) Pengembangan teknologi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman, sebagian besar para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman menyatakan berpengaruh baik terhadap produksi; (3) Pengembangan teknologi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman terhadap keuntungan, para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman sebagian besar menyatakan berpengaruh baik. 3.2.5 Sosial Budaya Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan eksternal sosial budaya Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman: (1) Dukungan keamanan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman di Kota Tegal, para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman sebagian besar menyatakan tidak mempengaruhi namun 13,3% menyatakan keamanan sangat aman dan baik sehingga mendukung perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman ; (2) Kondisi sosial masyarakat selama ini dinilai baik dan mendukung perkembangan Usaha Kecil 5

dan Menengah (UKM) Perlogaman ; (3) Keterbukaan masyarakat dinilai baik dalam mendukung perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman; (4) Budaya masyarakat selama ini dinilai baik dan mendukung perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman. Berdasarkan analisis SWOT maka kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman adalah sebagai berikut: Tabel: 2 Analisis SWOT Industri Perlogaman di Kota Tegal Kekuatan Kelemahan 1. Penggunaan kapasitas produksi diatas 60%. 2. Variasi produk. 3. Menggunakan kualitas bahan baku yang sesuai standar. 4. Hasil produk yang bagus/tidak cacat. 5. Melakukan perencanaan dan pengendalian produksi. 6. Bahan baku yang terbuang sedikit. 7. Melakukan penelitian dan pengembangan usaha. 8. Berorientasi pada pelanggan. 9. Rata-rata SDM mempunyai ketrampilan yang sedang dan tinggi. 10. Upah tenaga kerja yang sesuai dan diatas standar UMR. 11. Sering melakukan pelatihan tenaga kerja. 12. Struktur modal dengan proporsi modal sendiri lebih besar dibanding hutang. 13. Kemampuan dalam hal solvabilitas. 14. Kemampuan dalam hal likuiditas. 15. Kualitas produk yang dihasilkan baik 16. Harga jual produk yang relatif sama dengan pesaing. 17. Jangkauan pemasaran yang luas. 1. Penggunaan teknologi masih sederhana. 2. Modal kerja yang masih sedikit. 3. Keuntungan dari omzet yang masih relatif kecil. 4. Jarang/kadang-kadang saja melakukan aktivitas promosi. 6

Peluang 1. Bahan baku yang dipakai mudah untuk didapatkan. 2. Barang pengganti (subtitusi) dari produk yang dihasilkan sedikit. 3. Pasar yang cukup sulit untuk dimasuki. 4. Dukungan dari peraturan daerah yang cukup baik. 5. Pelayanan aparatur pemerintah cukup baik. 6. Kondisi politik yang berpengaruh baik. 7. Inovasi teknologi yang tidak mendukung usaha. 8. Dukungan teknologi yang baru terhadap produksi berpengaruh baik. 9. Penggunaan teknologi baru mempengaruhi kenaikan jumlah keuntungan/ pendapatan. 10. Kondisi keamanan yang cukup kondusif. 11. Kondisi sosial masyarakat yang baik. 12. Dukungan masyarakat terhadap kegiatan usaha. 13. Budaya masyarakat yang cukup baik. Ancaman 1. Harga bahan baku yang cukup mahal. 2. Persaingan bisnis yang cukup ketat. 3. Kekuatan tawar menawar pembeli yang cukup kuat. 4. Kondisi ekonomi yang berpengaruh buruk. 5. Pendapatan masyarakat yang berpengaruh buruk. 6. Daya beli masyarakat yang rendah 7. Upah tenaga kerja yang berpengaruh buruk. 8. Tingkat suku bunga tinggi. 9. Nilai tukar rupiah berfluktuasi. Posisi strategis Usaha Kecil Menengah (UKM) perlogaman Kota Tegal menggunakan analisis matrik kekuatan bisnis, yaitu melakukan analisis daya tarik industri dan daya saing sektor industri dengan memanfaatkan hasil analisis SWOT, kemudian disusun diagram SWOT. 7

Tabel: 2 Analisis Faktor Strategis Internal dan Eksternal Industri Perlogaman di Kota Tegal Faktor strategis internal Bobot Rating Skor Kekuatan Produksi Penggunaan kapasitas produksi diatas 60% 0,02 3 0,06 Menggunakan bahan baku yang sesuai standar 0,02 3 0,06 Variasi produk 0,02 3 0,06 Hasil produk yang bagus/tidak cacat 0,02 4 0,08 Melakukan perencanaan dan pengendalian produksi 0,02 4 0,08 Bahan baku yang terbuang sedikit 0,02 3 0,06 Melakukan riset dan pegembangan usaha 0,02 3 0,06 Berorientasi pada pelanggan 0,02 4 0,08 Sumber Daya Manusia Rata-rata SDM berketrampilan sedang dan tinggi 0,06 3 0,18 Upah tenaga kerja yang sesuai dan diatas standar UMR 0,06 3 0,18 Melakukan pelatihan tenaga kerja 0,06 3 0,18 Keuangan Struktur modal dengan proporsi modal sendiri lebih besar dibanding hutang 0,09 3 0,27 Kemampuan dalam hal solvabilitas 0,09 3 0,27 Kemampuan dalam hal likuiditas 0,09 3 0,27 Pemasaran Kualitas produk yang dihasilkan cukup baik 0,0475 3 0,1425 Harga jual produk yang relatif sama dengan pesaing 0,0475 3 0,1425 Jangkauan pemasaran yang luas (nasional dan ekspor) 0,0475 4 0,19 Kelemahan Produksi Penggunaan teknologi masih sederhana 0,02 2 0,04 Keuangan Modal kerja yang masih sedikit 0,09 1 0,09 Keuntungan dari omzet relatif masih kecil 0,09 2 0,18 Pemasaran Jarang melakukan aktivitas promosi 0,0475 2 0,095 Jumlah 1,0000 2,77 8

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Persaingan Bahan baku yang dipakai mudah untuk didapatkan 0,05 3 0,15 Barang pengganti (subtitusi) dari produk yang dihasilkan sedikit 0,05 4 0,2 Pasar yang cukup sulit untuk dimasuki 0,05 3 0,15 Kebijakan Pemerintah & Kondisi Politik Dukungan dari peraturan daerah yang cukup baik 0,07 3 0,21 Pelayanan aparatur pemerintah cukup baik 0,065 3 0,195 Kondisi politik yang berpengaruh baik 0,065 3 0,195 Teknologi Inovasi teknologi yang mendukung usaha 0,03 3 0,09 Dukungan teknologi yang baru terhadap produksi 0,04 3 0,12 Penggunaan teknologi baru yang mempengaruhi kenaikan jumlah keuntungan/ pendapatan 0,03 3 0,09 Sosial Budaya Kondisi keamanan yang cukup kondusif 0,04 3 0,12 Kondisi sosial masyarakat yang baik 0,04 3 0,12 Dukungan masyarakat terhadap kegiatan usaha 0,035 3 0,105 Budaya masyarakat yang cukup baik 0,035 3 0,105 Ancaman Persaingan Harga bahan baku yang cukup mahal 0,05 2 0,1 Persaingan bisnis yang cukup ketat 0,05 2 0,1 Kekuatan tawar menawar pembeli yang cukup kuat 0,05 2 0,1 Ekonomi Kondisi ekonomi yang berpengaruh buruk 0,045 2 0,09 Pendapatan masyarakat yang berpengaruh buruk 0,04 2 0,08 Daya beli masyarakat yang rendah 0,045 2 0,09 Upah tenaga kerja yang berpengaruh buruk 0,04 2 0,08 Tingkat suku bunga yang berpengaruh buruk 0,04 2 0,08 Nilai tukar rupiah yang berpengaruh buruk 0,04 2 0,08 Jumlah 1,000 2,65 Hasil analisis SWOT pada Tabel 4.64 diatas, menunjukkan bahwa faktor internal Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman mempunyai kekuatan 9

dengan diperoleh skor total sebesar 2,77; sedangkan faktor eksternal mempunyai kekuatan dan kelemahan dengan diperoleh skor total sebesar 2,65 Tabel: 3 Posisi Strategis Industri Perlogaman Daya Tarik Usaha [4] Tinggi [3] Menengah [2] Rendah [1] Kekuatan Persaingan yang Relatif [3] Tinggi [2] Rata-Rata Pertumbuhan Mencari dominasi Maksimisasi keuntungan Mengevaluasi potensi untuk mendukung kepemimpinan melalui segmentasi Mengidentifikasi kelemahan Membangun kekuatan Identifikasi segmen pertumbuhan Investasi besar-besaran Mempertahankan posisi dimana saja Identifikasi segmen pertumbuhan Spesialisasi Berinvestasi secara selektif Mempertahankan seluruh posisi Mencari arus kas Investasi pada tahap pemeliharaan Memangkas jalur Meminimalkan investasi Posisi untuk melepas [1] Lemah Spesialisasi Mencari ceruk Mempertimbangan akuisisi Spesialisasi Mencari ceruk Mempertimbangkan keluar Waktu keluar dan divestasi Tabel 2 menunjukkan bahwa (UKM) perlogaman di Kota Tegal berada pada daya tarik menengah dan persaingan menengah. Kondisi ini menunjukkan pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman dengan mencari dominasi market share. Pertumbuhan yang berada pada pertumbuhan menengah seringkali juga berarti mengidentifikasi segmen pertumbuhan, karena tidak semua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah terdapat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perlogaman sehingga harus berspesialisasi. Pada saat yang sama, karena berada pada pertumbuhan pasar yang menengah dan persaingan yang menengah maka perlu untuk melakukan investasi secara selektif. Langkah yang perlu diambil yaitu mengembangkan produk dan pasar serta meningkatkan aktivitas bisnis kemudian membuat spesialisasi produk dan mempertimbangkan pelanggan. 10

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan studi yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Berdasarkan analisis SWOT ditemukan bahwa: kekuatan Industri Kecil Menengah (UKM) perlogaman adalah: Penggunaan kapasitas produksi sudah di atas 60%, memiliki variasi produk yang banyak, telah menggunakan kualitas bahan baku yang sesuai standar, hasil produk yang bagus/tidak cacat, telah melakukan perencanaan dan pengendalian produksi, bahan baku yang terbuang sedikit, telah melakukan penelitian dan pengembangan usaha, telah berorientasi pada pelanggan, ratarata SDM mempunyai ketrampilan yang sedang dan tinggi, upah tenaga kerja yang telah sesuai atau diatas standar UMR, sering melakukan pelatihan tenaga kerja, struktur modal dengan proporsi modal sendiri lebih besar dibanding hutang, memiliki kemampuan dalam hal solvabilitas, memiliki kemampuan dalam hal likuiditas, kualitas produk yang dihasilkan baik, harga jual produk yang relatif sama dengan pesaing, jangkauan pemasaran yang luas. Kelemahan: penggunaan teknologi masih sederhana, modal kerja yang masih sedikit, keuntungan dari omzet yang masih relatif kecil, jarang/kadang-kadang saja melakukan aktivitas promosi. peluang: bahan baku yang dipakai mudah untuk didapatkan, barang pengganti (subtitusi) dari produk yang dihasilkan sedikit, pasar yang cukup sulit untuk dimasuki, dukungan dari peraturan daerah yang cukup baik, pelayanan aparatur pemerintah cukup baik, kondisi politik yang berpengaruh baik, inovasi teknologi yang tidak mendukung usaha, dukungan teknologi yang baru terhadap produksi berpengaruh baik, penggunaan teknologi baru mempengaruhi kenaikan jumlah keuntungan/ pendapatan, kondisi keamanan yang cukup kondusif, kondisi sosial masyarakat yang baik, dukungan masyarakat terhadap kegiatan usaha, budaya masyarakat yang cukup baik. Ancaman: Harga bahan baku yang cukup mahal, persaingan bisnis yang cukup ketat, kekuatan tawar menawar pembeli yang cukup kuat, kondisi ekonomi yang berpengaruh buruk, pendapatan masyarakat yang berpengaruh buruk, daya beli masyarakat yang rendah, upah tenaga kerja yang berpengaruh buruk, tingkat suku bunga tinggi, nilai tukar rupiah berfluktuasi.. 2. Berdasarkan analisis General Electrics (GE) diperoleh informasi bahwa posisi strategis Industri perlogaman adalah memiliki daya tarik menengah dan kekuatan persaingan yang relatif rendah, sehingga strategi pengembangan yang cocok bagi industri perlogaman adalah melakukan identifikasi segmen pertumbuhan, melakukan spesialisasi dan melakukan investasi secara selektif. Rekomendasi Dalam rangka untuk meningkatkan kinerja usaha industri kecil menengah di Kota Tegal perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut bagi: a. Bagi pemerintah daerah, perlu mempersiapkan iklim investasi yang kondusif berupa (1) kerjasama (kemitraan) Pemerintah Kota Tegal dengan pelaku industri kecil dengan memberi dan menjamin kepastian 11

pemilikan usaha, kepastian hukum yang tidak diskriminatif, keamanan berusaha; (2) memfasilitasi sentra lokasi industri kecil yang sudah ada dengan meningkatkan infrastruktur jalan utama (provinsi dan kota), listrik, air bersih dan telekomunikasi (3) mengusulkan subsidi kepada pemerintah pusat untuk industri kecil di lokasi sentra industri sehingga dapat menekan biaya produksi (low cost) untuk dapat menciptakan keunggulan bersaing dan berkelanjutan. Melanjutkan sebagai investor dan mediator untuk mendapatkan pinjaman modal kerja dan modal investasi dengan bunga lunak bersifat bergulir dalam rangka peningkatan modal usaha, pengadaan sarana kerja dan modernisasi peralatan dan permesinan dengan cara kerjasama dengan lembaga perbankan, leasing, pegadaian dan perusahaan besar yang mempunyai kaitan produksi. b. Bagi pengrajin industri perlogaman, perlu adanya penambahan modal kerja untuk dapat meningkatkan kapasitas hasil produksi, perlu peningkatan pembinaan kepada pengusaha perlogaman agar mempunyai jiwa wirausahawan yang profesional, memperkuat jaringan kelompok usaha yang bisa meningkatkan nilai tawar produk perlogaman. DAFTAR PUSTAKA David, Fred R., 2003. Manajemen Strategis Konsep. terjemahan. PT Prenhallindo. Jakarta. Kuncoro, Mudrajat 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Bersaing. Erlangga. Jakarta. 2006. Rangkuty, Freddy, 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kedua, Penerbit PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997 Sekaran, Uma, Research Method for Business. John Wiley and Sons, Inc. New York. 1992. Wright, Peter. Kroll, Mark J, and Parnell John A (1996) Strategic Management Concept and Cases. Prentice Hall International. New Jersey. 1996. 12