VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

BESARAN VEKTOR B A B B A B

B a b 2. Vektor. Sumber:

BAB II BESARAN VEKTOR

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

MAKALAH VEKTOR. Di Susun Oleh : Kelas : X MIPA III Kelompok : V Adisti Amelia J.M.L

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Mekanika Rekayasa/Teknik I

BAB II V E K T O R. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 52

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

Rudi Susanto, M.Si VEKTOR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti (KI) KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Diferensial Vektor. (Pertemuan II) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

Geometri pada Bidang, Vektor

VEKTOR 2 SMA SANTA ANGELA. A. Pengertian Vektor Vektor adalah besaran yang memiliki besar dan arah. Dilambangkan dengan :

VEKTOR. Notasi Vektor. Panjang Vektor. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor (,, ) (,, ) di atas dapat dinyatakan dengan: Matriks = Maka = =

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

2 Mekanika Rekayasa 1

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1

PanGKas HaBis FISIKA. Vektor

ujung vektor A bertemu dengan pangkal vektor B

BAB I BESARAN DAN SATUAN

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat

Bab 1 : Skalar dan Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Perkalian Titik dan Silang

Hukum Newton dan Penerapannya 1

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P (x 1,y 1,z 1 ) dan R (x 2,y 2,z 2 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar. Z P Q R

fi5080-by-khbasar BAB 1 Analisa Vektor 1.1 Notasi dan Deskripsi

MODUL PERTEMUAN KE 2. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor.

BAB 2 ANALISIS VEKTOR

DIKTAT MATEMATIKA II

GESERAN atau TRANSLASI

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya

BESARAN SKALAR DAN VEKTOR. Besaran Skalar. Besaran Vektor. Sifat besaran fisis : Skalar Vektor

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

Kata. Kunci. E ureka Jika kalian mempunyai rekaman terjadinya tsunami, tontonlah bersama teman-teman kalian. Kemudian, jawablah pertanyaanpertanyaan

BAB 2 PENJUMLAHAN VEKTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

MATEMATIKA. Sesi VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR. a. Unsur-Unsur Vektor. b. Notasi Vektor

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

Vektor-Vektor. Ruang Berdimensi-2. Ruang Berdimensi-3

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

G A Y A dan P E R C E P A T A N FISIKA KELAS VIII

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

a11 a12 x1 b1 Definisi Vektor di R 2 dan R 3

BAB XIV V E K T O R Pengertian Vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri sebuah vektor dilukiskan sebagai panah.

VEKTOR YUSRON SUGIARTO

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

VII III II VIII HAND OUT PERKULIAHAN GEOMETRI ANALITIK

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

VEKTOR Matematika Industri I

Analisis Vektor. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

PERSAMAAN BIDANG RATA

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS OLEH

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

VEKTOR YUSRON SUGIARTO

VEKTOR. Makalah ini ditujukkan untuk Memenuhi Tugas. Disusun Oleh : PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Geometri pada Bidang, Vektor

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara

Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan

Vektor Ruang 2D dan 3D

MENJUMLAH VEKTOR. No Besaran Skalar Besaran Vektor

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : Besaran dan Pengukuran

2.2 kinematika Translasi

Vektor di Bidang dan di Ruang

Transkripsi:

Amran Shidik MATERI FISIKA KELAS X 11/13/2016

VEKTOR A. Vektor Vektor adalah jenis besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran yang termasuk besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan, percepatan, dan lain lain. Besaran ini selain dipengaruhi nilainya juga akan dipengaruhi oleh arahnya. Sebuah vektor digambarkan sebagai sebuah ruas garis berarah yang mempunyai titik tangkap (titik pangkal) sebagai tempat permulaan vektor itu bekerja. Panjang garis menunjukkan nilai vektor dan arah panah menunjukkan arah vektor itu bekerja. Garis yang melalui vektor tersebut dinamakan garis kerja. Penulisan sebuah simbol besaran vektor dengan menggunakan huruf tegak dicetak tebal, misalnya vektor AB ditulis AB. Selain itu, dapat pula dinyatakan dengan huruf miring dengan tanda panah di atasnya, misalnya vektor AB ditulis AB. Besar (nilai) sebuah vektor dinyatakan dengan huruf miring AB. Selain itu dapat pula dituliskan dalam garis mutlak, yaitu dua garis tegak sejajar, pada kedua sisi notasi vektor, misalnya besar vektor AB = AB = AB. B. Penjumlahan Vektor Penjumlahan dua buah vektor ialah mencari sebuah vektor yang komponenkomponennya adalah jumlah darikedua komponen-komponen vektor pembentuknya. Dengan kata lain untuk menjumlahkan dua buah vektor adalah mencari resultan. Untuk vektorvektor segaris, misalnya vektor A dan B dalam posisi segaris dengan arah yang sama seperti tampak pada Gambar 1. (a), maka resultan (jumlah) vektor dituliskan: R = A + B Pada kasus penjumlahan vektor yang lain, seperti yang ditunjukkan Gambar 1. (b) terdapat dua vektor yang tidak segaris yang mempunyai titik pangkal sama tetapi dengan arah yang berbeda, sehingga membentuk sudut tertentu.

Gambar 1 : (a) Lukisan jumlah vektor segaris (b) lukisan jumlah vektor tidak segaris yang membentuk sudut Untuk vektor-vektor yang membentuk sudut α, maka jumlah vektor dapat dilukiskan dengan menggunakan metode tertentu. Cara ini disebut dengan metode jajaran genjang. Cara melukiskan jumlah dua buah vektor dengan metode jajaran genjang sebagai berikut: a. Titik tangkap A dan B dibuat berimpit dengan memindahkan titik tangkap A ke titik tangkap B, atau sebaliknya; b. Buat jajaran genjang dengan A dan B sebagai sisi-sisinya; c. Tarik diagonal dari titik tangkap sekutu, maka A + B = R adalah diagonal jajaran genjang. Gambar 2 menunjukkan penjumlahan dua vektor A dan B. Dengan menggunakan persamaan tertentu, dapat diketahui besar dan arah resultan kedua vektor tersebut. Gambar 2 : Metode jajar genjang untuk jumlah vektor A + B Persamaan tersebut diperoleh dengan menerapkan aturan cosinus pada segitiga OPR, sehingga dihasilkan: (OR)2 = (OP) 2 + (PR) 2 2 (OP)(PR) cos (180 o - α ) = (OP) 2 + (PR) 2 2 (OP)(PR)( cos α ) (OR)2 = (OP) 2 + (PR) 2 + 2 (OP)(PR)cos α Diketahui bahwa OP = A, PR = OQ = B, OR = R, sehingga: R 2 = A 2 +B 2 +2ABcos α atau R= R adalah diagonal panjang jajaran genjang, jika α lancip. Sementara itu, α adalah sudut terkecil yang dibentuk oleh A dan B. Sebuah vektor mempunyai besar dan arah. Jadi setelah mengetahui besarnya, kita perlu menentukan arah dan resultan vektor tersebut. Arah R dapat ditentukan oleh sudut antara R dan A atau R dan B. Misalnya sudut θ merupakan sudut yang dibentuk R dan A, maka dengan menggunakan aturan sinus pada segitiga OPR akan diperoleh: θ

α θ sin θ = Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka besar sudut θ dapat diketahui. Metode segitiga merupakan cara lain untuk menjumlahkan dua vektor, selain metode jajaran genjang. Dua buah vektor A dan B, yang pergerakannya ditunjukkan Gambar 3.(a), akan mempunyai resultan yang persamaannya dituliskan: R = A + B Resultan dua vektor akan diperoleh dengan menempatkan pangkal vektor yang kedua pada ujung vektor pertama. Resultan vektor tersebut diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal vektor pertama dengan ujung vektor kedua. Pada Gambar 3.(b), pergerakan dimulai dengan vektor B dilanjutkan dengan A, sehingga diperoleh persamaan: R = B + A Jadi, A + B = B + A Gambar 3 : Metode segitiga untuk penjumlahan vektor Hasil yang diperoleh ternyata tidak berubah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan vektor bersifat komutatif. Tahapan-tahapan penjumlahan vektor dengan metode segitiga adalah sebagai berikut: a. Pindahkan titik tangkap salah satu vektor ke ujung berikutnya, b. Hubungkan titik tangkap vektor pertama ke ujung vektor kedua yang menunjukkan resultan kedua vektor tersebut, c. Besar dan arah R dicari dengan aturan cosinus dan sinus. Jika penjumlahan lebih dari dua buah vektor, maka dijumlahkan dulu dua buah vektor, resultannya dijumlahkan dengan vektor ke-3 dan seterusnya. Misalnya, penjumlahan

tiga buah vektor A, B, dan C yang ditunjukkan pada Gambar 4. Pertama-tama kita jumlahkan vektor A dan B yang akan menghasilkan vektor V. Selanjutnya, vektor V tersebut dijumlahkan dengan vektor C sehingga dihasilkan resultan R, yang dituliskan: R = (A + B) + C = V + C Cara lain yaitu dengan menjumlahkan vektor B dan C untuk menghasilkan W, yang kemudian dijumlahkan dengan vektor A, sehingga diperoleh resultan R, yaitu: R = A + (B + C) = A + W Gambar 4 : Cara penjumlahan lebih dari dua vektor Jika banyak vektor, maka penjumlahan vektor dilakukan dengan menggunakan metode poligon (segi banyak). Gambar 5: Metode poligon untuk penjumlahan vektor C. Pengurangan Vektor Pengurangan vektor pada prinsipnya sama dengan penjumlahan, tetapi dalam hal ini salah satu vektor mempunyai arah yang berlawanan. Misalnya, vektor A dan B, jika dikurangkan maka: A B = A + (-B) Di mana, -B adalah vektor yang sama dengan B, tetapi berlawanan arah.

Gambar 6 : Selisih vektor A B D. Metode Analisis vektor Untuk keperluan penghitungan tertentu, kadang kadang sebuah vektor yang terletak dalam bidang koordinat sumbu x dan sumbu y harus diuraikan menjadi komponen-komponen yang saling tegak lurus (sumbu x dan sumbu y). Komponen ini merupakan nilai efektif dalam suatu arah yang diberikan. Cara menguraikan vektor seperti ini disebut analisis. Misalnya, vektor A membentuk sudut α terhadap sumbu x positif, maka komponen vektornya adalah: A x = A cos α A y = A sin α Besar (nilai) vektor A dapat diketahui dari persamaan: Sementara itu, arah vektor ditentukan dengan persamaan: E. Vektor Posisi Vektor posisi adalah sebuah vektor yang pangkalnya terletak di pusat koordinat, sedangkan ujungnya terletak di suatu titik pada bidang koordinat. Vektor posisi dapat diuraikan dalam bentuk komponen sumbu horizontal (komponen x) dan komponen sumbu vertikal (komponen y), perhatikan gambar 8 berikut : Gambar 8 : Vektor Posisi dalam sistem koordinat

Vektor posisi dalam sistem koordinat dapat diuraikan menjadi komponen horizontal (komponen x) dan komponen vertikalnya (komponen y). Komponen -x suatu vektor adalah proyeksi vektor itu pada sumbu x, sedangkan komponen y vektor itu adalah proyeksinya terhadap sumbu y Vektor posisi dapat dinyatakan dengan penjumlahan antara komponen horizontalnya dan komponen vertikalnya. Berdasarkan gambar 8 berlaku P = P x + P y dan F = F x +F y. Perhatikan bahwa penjumlahan vektor ini menggunakan metode jajargenjang. Panjang vektor posisi dapat ditentukan berdasarkan panjang komponen horizontal dan komponen vertikalnya menggunakan rumus Pythagoras. Panjang vektor posisi P dan F di atas berturut-turut dapat dinyatakan dengan: ǀPǀ = atau dan ǀFǀ = atau Jika panjang vektor posisi dan sudut antara vektor itu dan sumbu x diketahui, panjang komponen-komponennya dapat dihitung menggunakan hubungan trigonometri dengan fungsi sinus dan cosinus. F. Vektor satuan Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya satu satuan dengan arah tertentu. Dalam sistem koordinat kartesius 2 dimensi (koordinat bidang) dikenal dua vektor satuan, yaitu vektor satuan searah sumbu x dan vektor satuan searah sumbu y. Vektor satuan searah sumbu x disimbolkan dengan i sedangkan vektor satuan searah sumbu y disimbolkan dengan j. Secara umum, suatu vektor posisi P dapat dinyatakan sebagai kombinasi vektor satuan dan komponen-komponennya dalam bentuk: P = P x i + P y j Dengan P adalah komponen vektor P yang searah sumbu x dan dalam P x adalah panjang komponen vektor P yang searah sumbu y. Perhatikan gambar 9 berikut ini : Gambar 9 : Komponen vektor dapat dinyatakan dalam bentuk vektor satuan

Perhatikan gambar 9. Dalam bentuk vektor satuan, komponen-komponen vektor F dapat dinyatakan dengan F x = F x i = 2 i dan F y = F y j = 3 j Dengan demikian vektor F dapat dinyatakan sebagai F = F x + F y = F x i + F y j = 2i + 3 j Jika diketahui ujung vektor posisi terletak di titik (x,y) maka vektor posisi tersebut dapat dinyatakan sebagai xi + yj G. Perpindahan Vektor Perpindahan merupakan pergeseran suatu benda dari suatu titik (tempat) ke titik lain. Pergeseran merupakan besaran vektor karena memiliki nilai dan arah. Perhatikan ilustrasi berikut: suatu benda mula-mula berada pada posisi P(x p,y p ) bergeser melalui lintasan berikut ke posisi Q(x q,y q ). Perhatikan gambar berikut ini: Gambar 7: perpindahan vektor Dari gambar, walau lintasannya berliku, perpindahan benda adalah dari titik P ke Q yang di tandai oleh anak panah biru. Untuk mencari besar dan arah perpindahan r pertama yang harus di lakukan adalah menuliskan vektor posisi p dan q dalam vektor satuan sebagai berikut: Vektor posisi p adalah : P = x p i +y p j Dan vektor posisi q adalah: Q = x q i + y q j Dari kedua vektor posisi ini dapat di cari vektor perpindahan r menggunakan kaidah penjumlahan vektor sebagai berikut. Berdasarkan gambar di atas p + r = q dengan demikian vektor perpindahan menjadi:

r = q p r = (x q i + y q j) (x p i + y p j) r = (x q x p )i + (y q y p )j nilai vektor perpindahan menjadi: Arah vektor perpindahan r ditunjukkan oleh sudut θ yang di bentuk oleh vektor perpindahan r dengan garis horizontal seperti pada gambar 7 nilai θ dapat dicari dengan persamaan trigonometri yaitu: H. Kecepatan Vektor Bila suatu partikel mengalami perubahan kedudukan dalam suatu selang waktu tertentu maka besar perubahan kedudukan dalam selang waktu tersebut disebut kecepatan. Vektor kecepatan juga dapat diuraikan pada sumbu x dan sumbu y a. Menentukan kecepatan rata-rata Kecepatan rata-rata dapat dinyatakan sebagai hasil bagi perpindahan terhadap selang waktu dari perpindahan itu. Dapat dirumuskan dengan: b. Menentukan kecepatan sesaat Kecepatan sesaat dapat dinyatakan sebagai kecepatan dapat dinyatakan sebagai kecepatan rata-rata untuk selang waktu t yang mendekati nol, atau mudahnya adalah turunan pertama dari vektor posisi pada saat waktu tertentu. Kecepatan sesaat dinyatakan dalam persamaan limit dirumuskan: I. Percepatan Vektor Percepatan vektor merupakan hasil bagi kecepatan vektor pada selang waktu tertentu. Vektor percepatan juga dapat diuraikan pada sumbu x dan sumbu y. a. Menentukan percepatan rata-rata Percepatan rata-rata dapat dinyatakan sebagai hasil bagi perubahan kecepatan terhadap selang waktu dari. Dirumuskan dengan: a

b. Menentukan percepatan sesaat Percepatan sesaat di definisikan sebagai kecepatan rata-rata untuk selang waktu t yang mendekati nol, mudahnya percepatan sesaat adalah turunan dari vektor posisi. Percepatan sessat dinyatakan dalam persamaan limit yang di rumuskan: J. Gaya sebagai Vektor Gaya merupakan besaran vektor karena gaya memiliki nilai dan arah. Gaya adalah sesuatu yang berupa tarikan atau dorongan sehingga mengakibatkan perubahan posisi atau bentuk benda. Nilai suatu gaya dapat diukur dengan alat ukur berupa dinamometer atau neraca pegas dan dapat dihitung dengan dari hasil yang diakibatkan oleh gaya tersebut. Gaya dapat digambarkan dengan diagram vektor berupa anak panah sebagai berikut p q besaran gaya selain ditentukan oleh besar kecilnya kuantitas juga arah gaya. Dimana anak panah menunjukkan arah gaya dan panjang anak panah menunjukkan besar gaya. Dalam fisika, gaya adalah aksi atau agen yang menyebabkan benda bermassa bergerak dipercepat. Hal ini mungkin dialami sebagai angkatan, dorongan atau tarikan. Percepatan benda sebanding dengan penjumlahan vektor seluruh gaya yang beraksi padanya (dikenal sebagai gaya netto atau gaya resultan). Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah newton (simbol N), yang mana adalah ekivalen dengan kg.m/s 2. Satuan CGS lebih awal adalah dyne. Persamaan yang digunakan untuk gaya yaitu F = m. A Dimana: m adalah massa dan A adalah percepatan Gaya, demikian pula percepatan adalah besaran vektor, sehingga jika beberapa buah gaya bekerja pada benda itu merupakan jumlah vektor dari gaya-gaya tersebut yang biasa disebut dengan resultan gaya (R atau FR). Bila gaya-gaya bekerja pada benda maka akan mempunyai arah yang sama (berarti masing-masing gaya saling membentuk sudut θ) maka resultan gaya dapat ditentukan dengan menjumlahkan gaya-gaya tersebut secara aljabar. Persamaan resultan yang dimaksud dapat dituliskan R = F1 + F2. Bila gaya-gaya bekerja pada benda berlawanan arah (berarti masing-masing gaya saling membentuk sudut 180 o ) maka resultan gaya dapat ditentukan dengan mengurangkan gaya-gaya tersebut secara aljabar. Persamaan resultan yang dimaksud dapat dituliskan R = F1 F2.

Daftar Pustaka Handayani, Sri dan Damari, Ari. 2009. BSE Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Raharjo, Bagus dkk. 2013 Panduan belajar Fisika 1 A untuk SMA kelas X. Jakarta: Yudhistira Sumarsono, Joko. 2009. BSE Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional https://anam46.wordpress.com/artikel/fisika/fisika-1 diakses 17 oktober 2016 pukul 10.00 Wita http://nsurata-belajarfisika.blogspot.com/2014/07/informasi-tujuan-pembelajaran-materivektor diakses 17 oktober 2016 pukul 11.30 Wita http://www.instafisika.com/2015/03/kelasx-materi-gerak-2-dimensi-vektor-perpindahankecepatan-percepatan diakses 17 oktober 2016 pukul 01.00 Wita