5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

SISTEM BILANGAN REAL

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

MA3231 Analisis Real

Sistem Bilangan Real

1 SISTEM BILANGAN REAL

TUGAS ANALISIS REAL OLEH KELOMPOK V KELAS VI A MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP MATARAM

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

SISTEM BILANGAN REAL

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 1. SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN REAL

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret

MA3231 Analisis Real

MA5032 ANALISIS REAL

EKSISTENSI SUPREMUM DAN INFIMUM DENGAN TEOREMA CANTOR DEDEKIND. Nursiya Bito. Staf Dosen Jurusan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

Matematika Diskrit 1

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat

Oleh: Naning Sutriningsih

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

INF-104 Matematika Diskrit

RELASI BINER. 1. Hasil Kali Cartes

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA3231 Analisis Real

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB 5 POSET dan LATTICE

Pengantar : Induksi Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

INF-104 Matematika Diskrit

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

STRUKTUR SEMILATTICE PADA PRA A -ALJABAR

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

PENGANTAR ANALISIS REAL

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1).

INTEGRAL DARBOUX. Keterbatasan fungsi f dapat menjamin eksistensi dua bilangan ܯ dan tersebut. Selanjutnya untuk ͳǡʹǡǥ ǡ didefinisikan:

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

Aljabar Linier. Kuliah 3. 5/9/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3,

Matematika Diskrit 1

Coba amati apakah sifat ini mempunyai signifikansi dalam sistem bilangan real.

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

Sudaryatno Sudirham. Aritmatika Interval

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

Sifat-sifat Fungsi Keanggotaan, Fuzzifikasi, Defuzzifikasi. Logika Fuzzy

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

Keterbagian Pada Bilangan Bulat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya;

INF-104 Matematika Diskrit

1 Preliminaries The Algebra of Sets... 3

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

MAT PENGANTAR ANALISIS

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

INF-104 Matematika Diskrit

Makalah Himpunan dan Logika Matematika Poset dan Lattice

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

BAB 5 POSET dan LATTICE

BARISAN BILANGAN REAL

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

SUATU KAJIAN TENTANG HIMPUNAN FUZZY INTUISIONISTIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

Transkripsi:

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real Sifat aljabar dan sifat urutan bilangan real telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, akan dijelaskan sifat kelengkapan bilangan real. Bilangan rasional ℚ juga memenuhi sifat aljabar dan terurut. Sebelum membahas tentang sifat kelengkapan bilangan real, terlebih dahulu diberikan pengantar tentang himpunan terbatas. Definisi 19. Misalkan S himpunan bagian dari ℝ, dan S tak kosong. a. Himpunan S disebut terbatas di atas apabila terdapat suatu bilangan u dengan u ℝ sedemikian sehingga s u untuk semua s S. Seluruh bilangan real u tersebut selanjutnya disebut dengan batas atas dari himpunan S. b. Himpunan S disebut terbatas di bawah apabila terdapat suatu bilangan w dengan w ℝ sedemikian sehingga w s untuk semua s S. Seluruh bilangan real w tersebut selanjutnya disebut dengan batas bawah dari himpunan S. c. Suatu himpunan, misalkan himpunan S, dikatakan terbatas apabila S terbatas di atas dan terbatas di bawah. Suatu himpunan S dikatakan tidak terbatas apabila S tidak terbatas di atas atau tidak terbatas di bawah. Contoh 12 a. Himpunan S = {x < 2 x ℝ} terbatas di atas karena terdapat 2, 3, dan bilangan real lainnya yang lebih besar dari 2 yang merupakan batas atas dari himpunan S. Namun demikian jelas S tidak terbatas di bawah. Karena S terbatas di atas tetapi tidak terbatas di bawah, maka S adalah suatu himpunan yang tidak terbatas. b. Himpunan A = {1, 2, 3} merupakan himpunan terbatas. Karena A terbatas di atas dan terbatas di bawah. A terbatas di atas karena terdapat 4, 5, dan bilangan real lainnya yang merupakan batas atas dari himpunan A. 24 Analisis Real 1

Demikian pula A terbatas di bawah karena terdapat 0, -1, dan bilangan real lainnya yang merupakan batas bawah dari himpunan A. Apabila suatu himpunan memiliki satu batas atas maka himpunan tersebut memiliki tak berhingga batas atas. Misalkan u adalah batas atas dari S maka bilangan u + 1, u + 2,..., juga merupakan batas atas dari S. Sama halnya dengan batas bawah. Gambar 2 Definisi 20. Misalkan S himpunan bagian dari ℝ, dan S tak kosong. a. Jika S terbatas di atas maka suatu batas atas u dari S disebut supremum (batas atas terkecil) dari S, jika ia memenuhi kondisi berikut: 1. u adalah suatu batas atas dari S, dan 2. jika v sebarang batas atas dari S, maka u v. b. Jika S terbatas di bawah maka suatu batas bawah w dari S disebut infimum (batas bawah terbesar) dari S, jika ia memenuhi kondisi berikut: 1. w adalah suatu batas bawah dari S, dan 2. jika t sebarang batas bawah dari S, maka t w. Berdasarkan Definisi 20, secara sederhana dapat dikatakan bahwa u adalah supremum (batas atas terkecil) dari S apabila u lebih kecil dari setiap batas atas yang lain dari S. Demikian pula, w infimum (batas bawah terbesar) dari S apabila w lebih besar dari setiap batas bawah yang lain dari S. 25 Analisis Real 1

Apabila suatu subhimpunan dari ℝ memiliki supremum, maka supremumnya tunggal. Misalkan u1 dan u2 adalah supremum dari S. Jika u1 < u2 maka hipotesis yang menyatakan bahwa u2 adalah supremum mengakibatkan u1 tidak mungkin merupakan batas atas dari S. Dengan cara yang sama dapat dilihat juga bahwa kondisi u2 < u1 juga tidak mungkin. Dengan demikian haruslah u1 = u2. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan pula bahwa infimum dari S juga adalah tunggal. Apabila supremum atau infimum dari himpunan S ada, maka supremum dari S ditulis dengan sup S dan infimum dari S ditulis inf S. Selanjutnya, apabila u adalah sebarang batas atas dari S, maka sup S u. Hal ini karena sup S merupakan batas atas terkecil dari S. Tidak semua himpunan bagian dari ℝ memiliki supremum, demikian pula tidak semua himpunan bagian dari ℝ memiliki infimum. Secara umum, ada empat kemungkinan yang dapat dikatakan dari suatu himpunan S, dengan S adalah himpunan bagian dari ℝ, yaitu 1. S mempunyai supremum dan infimum 2. S mempunyai supremum tetapi tidak mempunyai infimum 3. S mempunyai infimum tetapi tidak mempunyai supremum 4. S tidak mempunyai supremum maupun infimum. Lemma 1. Suatu bilangan u adalah supremum dari suatu himpunan bagian tak kosong S dari ℝ jika dan hanya jika u memenuhi kondisi berikut: 1. s u, untuk setiap s S 2. jika v < u, maka terdapat s s S sedemikian sehingga v < s Lemma 2. Suatu batas atas u dari himpunan bagian tak kosong S di ℝ adalah supremum dari S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0, terdapat sε S sedemikian sehingga u ε < sε. 26 Analisis Real 1

Jika u adalah batas atas dari S yang memenuhi kondisi yang diberikan dan jika v < u, maka dapat diambil ε = u v. Untuk ε > 0 maka terdapat sε S sedemikian sehingga v = u ε < sε. Akibatnya, v bukanlah batas atas dari S. Sehingga dapat disimpulkan bahwa u = sup S. Sebaliknya, misalkan u = sup S dan ε > 0. Karena u ε < u maka u ε bukanlah batas atas dari S. Oleh karena itu, beberapa elemen sε dari S haruslah lebih besar dari u ε, dalam hal ini u ε < sε. Perhatikan Gambar 3 berikut: Gambar 3. u = Sup S Penting untuk diperhatikan bahwa supremum dari suatu himpunan bisa saja merupakan elemen dari himpunan tersebut atau bisa saja bukan merupakan elemen dari himpunan yang dimaksud. Perhatikan Contoh 13 berikut: Contoh 13. a. Jika himpunan tak kosong S1 mempunyai elemen hingga, maka dapat ditunjukkan bahwa S1 memiliki suatu elemen terbesar u dan elemen terkecil w. Maka u = sup S1 dan w = inf S1, dan keduanya merupakan elemen dari S1. b. Himpunan S2 = {x 0 x 1+, jelas mempunyai 1 sebagai batas atas. Akan dibuktikan bahwa 1 adalah supremum. Jika v < 1 maka terdapat s S2 sedemikian sehingga v < s. Selanjutnya, karena v bukan batas atas dari S2 dan karena v adalah sebarang bilangan dengan v < 1, maka dapat disimpulkan bahwa sup S2 = 1. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa inf S2 = 0. Perhatikan bahwa sup S2 dan inf S2, keduanya adalah elemen dari S2. c. Himpunan S3 = {x 0 < x < 1}, jelas memiliki 1 sebagai batas atasnya. Dengan menggunakan argumentasi yang sama seperti bagian (b), dapat 27 Analisis Real 1

ditunjukkan bahwa sup S3 = 1. Dalam kasus ini, sup S3 bukanlah merupakan elemen dari S3. Dengan cara yang sama, inf S3 = 0 juga tidak termuat dalam S3. Definisi 21 (Sifat kelengkapan bilangan real ℝ) Setiap himpunan bagian tak kosong dari bilangan real ℝ yang terbatas di atas juga akan memiliki sebuah supremum di ℝ. Setiap himpunan bagian tak kosong dari bilangan real ℝ yang terbatas di bawah juga akan memiliki sebuah infimum di ℝ. Dengan sifat kelengkapan sebagaimana yang terlihat dalam Definisi 21, himpunan bilangan real ℝ dapat dinyatakan sebagai sebuah garis yang selanjutnya dikenal dengan garis bilangan real. Sifat kelengkapan menjamin bahwa setiap titik pada garis bilangan yang dimaksud menyatakan sebuah bilangan real. Demikian pula sebaliknya, setiap bilangan real menempati sebuah titik pada garis yang dimaksud. Perhatikan bahwa meskipun bilangan rasional ℚ memenuhi sifat aljabar dan sifat terurut, akan tetapi himpunan bilangan rasional ℚ secara umum tidak memenuhi sifat kelengkapan. Dalam hal ini, himpunan bilangan rasional ℚ tidak dapat dinyatakan dalam sebuah garis. Apabila dipaksakan, garis yang dimaksud akan terputus-putus dibeberapa bagian. Pada Teorema 5 telah ditunjukkan bahwa bilangan r diantara 1 dan 2 yang memenuhi r2 = 2 bukanlah merupakan bilangan rasional, sehingga garis yang dimaksud akan terputus diantara 1 dan 2. 6. Interval Telah dijelaskan sebelumnya bahwa supremum dan infimum dari suatu himpunan tidak mesti merupakan elemen dari himpunan yang dimaksud. Misalkan S1 mempunyai supremum, sup S1 = u, dengan u S1, maka u merupakan elemen terbesar dari S1 dan selanjutnya u disebut maksimum dari S1, ditulis u = maks S1. Dengan cara yang sama dapat dikatakan bahwa jika S1 28 Analisis Real 1

mempunyai infimum, inf S1 = w, dengan w S1, maka w merupakan elemen terkecil dari S1 dan selanjutnya w disebut minimum dari S1, ditulis w = min S1. Contoh 14 a. Misalkan A = {1, 2, 3}. sup A = 3 dan 3 A, sehingga 3 = maks A. inf A = 1 dan 1 A, sehingga 1 = min A. b. Misalkan B = { x ℝ 0 x < 1} sup B = 1 tetapi 1 B sehingga 1 bukan maksimum dari B. inf b = 0 dan 0 B, sehingga 0 = min B. c. Misalkan C = { x ℝ x > 0} Jelas C tidak memiliki maksimum maupun minimum. inf C = 0 tetapi 0 C sehingga 0 bukan minimum dari C. Misalkan I adalah suatu interval di ℝ. Jika dua bilangan x dan y terdapat di I dengan x < y, maka suatu bilangan t yang terletak diantara x dan y, dalam hal ini x < t < y juga terdapat di I. Dengan kata lain, jika x dan y adalah suatu interval dengan x dan y elemen I, maka interval [x, y] juga berada di I. Sebuah interval ada yang terbatas dan ada pula yang tidak terbatas. Notasi untuk interval di ℝ yang terbatas adalah: 1. (a, b) = {x a < x < b} interval terbuka 2.,a, b- = *x a x b+ interval tertutup (himpunan kompak di ℝ) 3.,a, b) = *x a x < b+ interval setengah terbuka 4. (a, b- = *x a < x b+ interval setengah terbuka Sedangkan notasi untuk interval di ℝ yang tidak terbatas (selain ℝ itu sendiri) adalah: 1. (a, ) = *x x > a+ interval terbuka 2.,a, ) = *x x a+ interval tertutup 3. (-, b) = *x x < b+ interval terbuka 4. (-, b- = *x x b+ interval tertutup 29 Analisis Real 1