e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 48-53

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Seimbang dan Pola Makan Anak Autis di SDNLB Lubuk Pakam Tahun 2012

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang

Lampiran 1. Karakteristik Responden (Ibu) 1. Nama 2. Tempat, Tanggal lahir..., Usia... tahun 4. Alamat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah anak autis baik di dunia maupun di Indonesia

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN JAJANAN DENGAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH DI SDN KETINTANG I SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

KUESIONER PENELITIAN

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

KUESIONER PENELITIAN

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR SUNGAI RAMBUTAN KABUPATEN OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1.Pengenalan MP ASI

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pola Makan Anak Penderita Autis di Yayasan Tali Kasih

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

DESKRIPSI POLA MAKAN PENDERITA MAAG PADA MAHASISWA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG RIRIN FITRI

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN DIET GFCF PADA ANAK AUTIS

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU AUTISTIK ANAK AUTIS USIA 5-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KLEDOKAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menentukan maju

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2017, Hal 28-33

PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH OLEH : JULIANA SARI MOELYONO NRP

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

BAB II DATA DAN ANALISA

PEMBERIAN MAKANAN SEHAT PENUNJANG PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ISLAM MUTIARA BUNDA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DALAM PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI DI PUSKESMAS BABAKAN SARI KELURAHAN SUKAPURA BANDUNG 2011

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

: saya ingin mendapatkan data antropometri BB dan TB ibu.

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium eriode September 2016, Hal 48-53 OLA KONSUMSI MAKANAN, STATUS GIZI DAN ERILAKU ANAK AUTIS (STUDI KASUS DI SDN KETINTANG 2 SURABAYA) Ninuk Andayani rogram Studi S1 endidikan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya ninukandayani20@gmail.com Siti Sulandjari Dosen endidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya ari.marsni@yahoo.com Abstrak Autis merupakan gangguan sebagian perkembangan fungsi otak yang ditandai dengan ketidakmampuan: komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku adaptif. erilaku autistik akan menjadi lebih meningkat jika anak autis mengkonsumsi makanan dengan pola konsumsi yang salah. Oleh sebab itu perlu seleksi jenis bahan makanan yang akan diberikan kepada anak autis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) pola konsumsi makanan anak autis, 2) status gizi anak autis, 3) kecenderungan perilaku autistik setelah mengkonsumsi jenis bahan makanan tertentu. enelitian ini mendeskripsikan kebiasaan pola konsumsi makanan, status gizi dan kecenderungan perubahan perilaku autistik 8 anak autis di SDN Ketintang 2 Surabaya. Data dikumpulkan melalui 1) teknik wawancara dengan orang tua untuk mengetahui pola konsumsi makanan, wawancara dengan guru untuk mengetahui perubahan perilaku autistik di sekolah, 2) teknik observasi untuk mengetahui perilaku anak autis di sekolah, dan 3) teknik kuisioner dengan menggunakan food recall 3x24 jam untuk mengetahui pola konsumsi makanan anak autis. Hasil penelitian pola konsumsi makanan pada anak autis adalah 1 anak memiliki pola konsumsi kategori sedang dan 7 anak kategori kurang. ola konsumsi makanan menggunakan indikator jenis makanan, frekuensi makan, tingkat konsumsi energi, dan tingkat konsumsi protein. Jenis makanan menunjukkan bahwa 8 anak cenderung mengkonsumsi makanan pokok, lauk hewani dan sayuran. Frekuensi makan anak autis tergolong kategori baik (8 anak). Tingkat konsumsi energi digolongkan kategori kurang (5 anak), sangat kurang (2 anak), dan sedang (1 anak). Tingkat konsumsi protein kategori sangat kurang ( 7 anak) dan kurang (1 anak). erhitungan status gizi menggunakan indeks BB/U didapatkan hasil bahwa 8 anak memiliki status gizi yang baik dengan Z-score = -0,42 Z skor 1,15. Hasil observasi perilaku menunjukkan bahwa 5 anak mengalami perubahan perilaku autistik setelah mengkonsumsi makanan berbahan dasar tepung terigu dan susu, 2 anak tidak mengalami perubahan perilaku karena tidak mengkonsumsi makanan berbahan dasar tepung terigu dan susu, dan 1 anak tidak menunjukkan perubahan perilaku autistik walaupun selalu mengkonsumsi makanan berbahan dasar tepung terigu dan susu. Kata kunci : pola konsumsi makanan, status gizi, perilaku, autis Abstract Autism is a developmental disorder of brain function in part characterized by the inability of: communication, social interaction, and adaptive behavior. Autistic behavior would be further increased if an autistic child consume foods with the wrong patterns of consumption. Therefore, it needs the selection of food items that will be given to a child with autism. The purpose of this study to determine: 1) food consumption patterns of children with autism, 2) the nutritional status of children with autism, 3) the tendency of autistic behavior after consuming certain types of foods. This study describes the habits of food consumption patterns, nutritional status and changing trends of autistic behavior in children with autism 8 SDN Ketintang 2 Surabaya. Data collected by 1) interview with the parents to determine food consumption patterns, interviews with teachers to determine changes in the behavior of autistic school, observation techniques to study the behavior of children with autism in schools, and technical questionnaire using a food recall 3x24 hours to determine the pattern of consumption food children with autism. The results of the study of food consumption patterns in children with autism is one child has a pattern of consumption of medium category and seven children less category. Food consumption patterns used indicator of the type of food, meal frequency, energy consumption, and the level of protein consumption. The type of food indicates that 8 children tend to consume staple foods, animal and vegetable dishes. Frequency of eating children with autism are classified as either category (8 children). The level of energy consumption is classified in category poor (5 children), very less (2 kids), and medium (1 child). The level of protein intake is very less category (7 kids) and less (1 child). Calculations of nutritional status using an index BB / U showed that eight children had good nutritional status with the 48

e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium eriode September 2016, Hal 48-53 Z-score = -0.42 Z score 1.15. The results of behavioral observation showed that (5 children) experienced changes in autistic behavior after consuming food made from flour and milk, (2) children do not experience changes in behavior because they do not consume foods made from flour and milk, and (1 child) showed no change autistic behavior although always consume foods made from flour and milk. Keywords: food consumption patterns, nutritional status, behavior, autism ENDAHULUAN Kasus autisme pada anak (autism infantile) semakin banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran dikalangan masyarakat terutama orangtua. rediksi penderita autis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Di Indonesia tahun 2015 diperkirakan satu per 250 anak mengalami gangguan spektrum autis. Tahun 2015 di Indonesia diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 autism dan 134.000 penyandang spektrum autis (Judarwanto, 2015). Kata autisme berasal dari bahasa yunani autos yang berarti sendiri, jadi penyandang autisme pada dasarnya seseorang yang cenderung menikmati kegiatan dengan dirinya. Autisme merupakan kelainan yang terjadi pada anak yang tidak mengalami perkembangan normal, khususnya dalam hubungan dengan orang lain (Winarno, 2013 : 1). enyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. enyandang autisme memiliki gejala yang bisa diamati ketika berinteraksi dengan orang lain. erkembangan intelektual sekilas tampak normal, khususnya pada beberapa bagian, tetapi pada bagian lain ternyata abnormal. Beberapa diantaranya adalah gejala mengulang ulang gerakan tubuh, seperti terus menerus mengguncang tubuhnya sendiri (Winarno, 2013 : 7). Gejala autis meliputi gangguan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Gejala autis bisa terlihat ketika anak memasuki usia 1 3 tahun. Gejala ini berdampak pada keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan terutama pada bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Autis cenderung mengulang kata kata dan mengalami kesulitan untuk memulai pembicaraan sehingga lebih memilih diam dan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Anak autis mengalami kerusakan hubungan sosial, terkadang menarik diri dari lingkungannya. Terdapat beberapa hal yang dapat memicu timbulnya autism termasuk pengaruh makanan atau alergi makanan (Judarwanto, 2005). Alergi pangan dapat memperburuk kondisi pasien autis terutama dua alergen utama, yaitu: gluten (protein gandum) dan kasein (protein susu) (Winarno, 2008 : 4). engaturan pola konsumsi makanan bisa mengurangi perilaku pada anak autis sehingga anak autis tidak mengalami alergi makanan. ola konsumsi makanan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. enentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan (Supariasa, 2013). ola konsumsi makanan anak autis berbeda dengan anak yang memiliki kondisi normal. ola konsumsi makanan harus memperhatikan makanan yang dianjurkan dan makanan yang harus dihindarkan. emilihan bahan makanan yang baik dapat mengurangi gejala autis. Jenis bahan makanan yang di anjurkan adalah bahan makanan yang tidak mengandung gluten, casein, gula, soda, garam, kedelai, khamir/ candida, dan pangan organik misalnya: beras,umbi-umbian, kacang-kacangan jagung, daging ayam, daging sapi, ikan, telur, buahbuahan dan sayur yang rendah karbohidrat misalnya: wortel, brokoli, kol, bayam dan sebagainya (Soenardi, 2009). Salah satu alternatif bahan makanan yang boleh dikonsumsi adalah jenis tepung GFCF (Gluten Free dan Casein Free). Tepung GFCF sudah banyak dijual dipasaran dan dapat langsung digunakan sebagai bahan baku makanan, dibuat biskuit atau makanan lainnya. Selain itu berbagai produk bebas gluten dan kasein telah banyak dijual baik berupa produk yang sudah jadi, antara lain berupa roti atau tepung yang beraneka ragam jenisnya. ola konsumsi makanan yang baik akan mempengaruhi status gizi anak autis sehingga sangat penting bagi orang tua untuk memperhatikan pola konsumsi makanan anak autis. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2013 : 18). Status gizi baik terjadi apabila makanan yang dikonsumsi sudah memenuhi kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila pengkonsumsian zat gizi yang dibutuhkan tubuh mengalami kekurangan, sehingga tubuh akan terlihat kurus dan kurang bertenaga. Status gizi lebih menunjukkan kondisi kelebihan pengkonsumsian makanan sumber zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kelebihan konsumsi ini akan disimpan di jaringan 49

e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium eriode September 2016, Hal 48-53 dalam bentuk lemak sehingga menyebabkan seseorang mengalami kegemukan. enanggulangan status gizi lebih dan kurang bisa dilakukan dengan cara melakukan pengaturan pola makanan yang dikonsumsi oleh anak autis. engaturan pola konsumsi makanan ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Beberapa penelitian tentang pengaruh makanan terhadap gangguan perilaku anak juga telah dilakukan, dan memberikan hasil bahwa beberapa jenis makanan dengan mekanisme tertentu ternyata sangat mempengaruhi gangguan fungsi otak dan perilaku anak. Hasil penelitian Judarwanto (2006) berjudul Behaviour Biomedis Clinic atau klinik Biomedis Gangguan erilaku terhadap 95 anak menyatakan, bahwa setelah dilakukan penghindaran terhadap makanan tertentu ternyata gangguan saluran cerna dan gangguan perilaku seperti gangguan emosi, perilaku agresif, keterlambatan bicara, gangguan tidur dan beberapa gejala yang ada dalam penderita autism terdapat perbaikan secara drastis. Sekolah Dasar Negeri Ketintang 2 Surabaya adalah sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima siswa didik yang memiliki kebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak normal. Di SDN Ketintang 2 Surabaya ditemui sejumlah 8 siswa penyandang autis. Hasil pengamatan terhadap kondisi sekolah dan murid, serta hasil wawancara dengan guru dan orang tua menunjukkan, bahwa di kantin sekolah dan sekitar sekolah masih dijual makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein seperti: mie instan, ayam goreng tepung, minuman sachet kemasan yang mengandung susu, snack yang mengandung msg, biskuit yang mengandung kasein dan tepung terigu. enjaja makanan dan minuman di kantin dan di sekitar sekolah tidak melarang anak autis membeli makanan yang mengandung gluten dan casein. Guru dan orang tua juga tidak bisa memantau kebiasaan anak ketika membeli makanan dan minuman sehingga menyebabkan anak autis mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein. Hal ini menyebabkan anak tidak terkontrol pola konsumsinya, sering terjadi perubahan perilaku setelah anak mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein misalnya: agresif (memukul, berteriak, dan marah), mengalami gangguan konsentrasi (cepat merasa bosan belajar, bermain dan sulit menyelesaikan tugas dan ujian saat pembelajaran di kelas) dan ada anak autis yang mengalami gangguan sensoris yaitu sensitive terhadap suara. Berdasar uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang ola Konsumsi Makanan, Status Gizi dan erilaku Anak Autis (Studi Kasus di SDN Ketintang 2 Surabaya). METODE ENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini tidak memberikan perlakuan. ada penelitian ini tidak mengubah, menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian.. enelitian ini dilakukan di SDN Ketintang 2 Surabaya. enelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah anak autis di SDN Ketintang 2 Surabaya. Jumlah anak autis yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 8 anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner, wawancara, dan observasi. Instrumen lembar kuisioner berupa food recall 3x24 jam yang dilakukan dengan mencatat jenis bahan makanan, frekuensi makan dan jumlah konsumsi makanan. Instrumen timbangan injak yaitu detecto dengan tingkat ketelitian 0,1 kg untuk mengetahui berat badan anak autis. Instrumen lembar observasi untuk mengetahui status gizi anak autis menggunakan Z-Score (indeks BB/U) dengan pedoman sebagai berikut: Tabel 1 Tabel Indeks BB/U Kriteria Gizi Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Z- Score - 3 SD - 3 SD s/d - 2 SD - 2 SD s/d +2 SD > + 2 SD Instrumen kuisioner berisikan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh guru untuk mengetahui perilaku anak autis selama berada di sekolah dan dijawab orang tua ketika anak berada di rumah. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan data hasil food recall 3x24 jam, status gizi hasil antropometri (indeks BB/U), dan perilaku autis hasil observasi dan wawancara pada orang tua dan guru. HASIL DAN EMBAHASAN Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. ola Konsumsi Makanan ola konsumsi responden dilihat dari jumlah makanan, frekuensi makan dan jenis makanan. a. Jumlah Makanan Jumlah makanan dilihat berdasarkan perhitungan tingkat konsumsi energi dan protein anak autis. 1) Tingkat Konsumsi Energi Tingkat Konsumsi energi anak autis dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu baik, sedang, kurang dan sangat kurang.. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut: 50

e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium eriode September 2016, Hal 48-53 c. Jenis Makanan Jenis makanan anak autis didapatkan berdasarkan food recall 3x24 jam. Hasil data selengkapnya dapat dilihat di bawah ini: Gambar Diagram Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi dalam kategori kurang sejumlah 6 anak (75%) dan kategori sangat kurang sejumlah 2 anak (25%). 2) Tingkat Konsumsi rotein Tingkat Konsumsi energi anak autis dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu baik, sedang, kurang dan sangat kurang. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut: Gambar Diagram Tingkat Konsumsi rotein Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi protein dalam kategori baik sejumlah 5 anak (62,5%), kategori kurang sejumlah 3 anak (37,5%). b. Frekuensi Makan Frekuensi makanan dihitung berdasarkan hasil food recall 3x24 jam. Hasil data disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2 Jenis Makanan No Nama Makanan okok Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran Buah- Buahan 1 Alif 4 4 2 4 3 2 Tegar 4 4 2 4 3 3 Tria 4 3 4 4 2 4 Farhan 4 4 4 4 1 5 Raihan 4 4 1 4 1 6 Heikal 4 4 2 4 1 7 Ilham 4 4 2 4 1 8 Dhani 4 4 2 4 4 Berdasarkan data jenis makanan di atas diketahui bahwa jenis makanan responden terdiri dari jenis makanan pokok dengan kategori baik sejumlah 8 anak, jenis makanan lauk hewani dengan kategori baik sejumlah 7 anak dan kategori sedang sejumlah 1 anak, jenis makanan lauk nabati dengan kategori baik sejumlah 2 anak, kategori kurang sejumlahk 5 anak dan kategori kurang sekali sebanyak 1 anak, jenis makanan sayuran dengan kategori baik sejumlah 8 anak dan jenis makanan buah-buahan kategori baik sejumlah 1 anak, kategori sedang 2 anak, kategori kurang sejumlah 1 anak dan kategori sangat kurang sejumlah 4 anak. Tabel 3 ola Konsumsi Makanan Anak Autis N Nama ola Konsumsi Makanan Tot Has Ket o Jenis Makanan Frekuensi Makan Jumlah Makan al il A B C D E AKE AK 1 Alif 4 4 2 4 3 3 2 1 23 2 Kurang 2 Tegar 4 4 2 4 3 3 2 1 23 2 Kurang 3 Tria 4 3 4 4 2 3 2 1 23 2 Kurang 4 Farhan 4 4 4 4 1 3 1 1 22 2 Kurang 5 Raihan 4 4 1 4 1 3 2 2 21 2 Kurang 6 Heikal 4 4 2 4 1 3 2 1 21 2 Kurang 7 Ilham 4 4 2 4 1 3 2 1 21 2 Kurang 8 Dhani 4 4 2 4 4 3 3 1 25 3 Sedang Gambar Diagram Frekuensi Makanan Berdasarkan gambar diagram frekuensi makan di atas diketahui bahwa frekuensi makan responden dengan kategori baik sejumlah 8 anak (100%), kategori sedang kategori buruk sejumlah 0 anak (0%). Gambar Diagram ola Konsumsi Makanan Berdasarkan tabel dan gambar diagram di atas dapat terlihat bahwa pola konsumsi responden dalam kategori sedang sejumlah 1 anak (12,5%) dan kategori kurang sejumlah 7 anak (87,5%). Hasil 51

e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium eriode September 2016, Hal 48-53 tersebut menunjukkan paling banyak anak autis di SDN Ketintang 2 Surabaya memiliki pola konsumsi makanan kategori kurang. 2. Status Gizi Berdasarkan perhitungan status gizi menggunakan indeks BB/U didapatkan hasil data sebagai berikut: Tabel 4 erhitungan Z-Skore Status Gizi Autis Nama L/ Umur (th) M. Alif L 9 tahun 8 W.S bulan M. Tegar S. L 9 tahun 7 bulan Tria 10 tahun Ningrum 8 bulan M. Farhan L 12 tahun A. 1 bulan Randi L 11 tahun Imanda 1 bulan Varel L 13 tahun Heikal 7 bulan Ilham L 13 tahun Ridho A. 4 bulan Surya L 13 tahun Ramdhani 3 bulan BB (Kg) Z- Score BB/U Stat us Gizi 23-1,659 Baik 35 0,75 Baik 32-0,42 Baik 42-0,82 Baik 30-1 Baik 40-1,078 Baik 60 1,15 Baik 40-0,853 Baik Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden yang berjumlah 8 orang (100%) memiliki status gizi dengan Z-score = - 0,42 Z skor 1,15. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua anak autis di SDN Ketintang 2 Surabaya memiliki status gizi baik. 3. erilaku Autis Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di dapatkan hasil perilaku autis ketika di kelas, saat istirahat dan ketika berada di rumah. 1 Tabel 5 Hasil engukuran erilaku Autis Saat di kelas saat istirahat Saat di rumah 2 3 4 5 1 2 Alif 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 Keterangan Ya = Skor 1 Tidak = Skor 0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa anak autis cenderung diam, kurang berinteraksi sosial dan berkomunikasi dengan siswa atau guru ketika berada di sekolah. Ketika berada di rumah anak autis 3 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 Tria 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 Randi 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 Farhan 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 Heikal 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 Ilham 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 Dhani 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 4 5 1 2 3 4 5 mau diajak berinterksi sosial dan berkomunikasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua anak autis kurang berinterksi dan berkomuniksi dengan baik dengan orang tua, guru, dan teman sekolah. ENUTU Simpulan 1. ola konsumsi makanan anak autis adalah sedang 1 anak dan kurang 7 anak dengan indikator jenis makanan, menunjukkan bahwa 8 anak cenderung mengkonsumsi makanan pokok, lauk hewani dan sayuran. Frekuensi makan anak autis tergolong kategori baik (8 anak). Tingkat konsumsi energi digolongkan kategori kurang (5 anak), sangat kurang (2 anak), dan sedang (1 anak). Tingkat konsumsi protein kategori sangat kurang ( 7 anak) dan kurang (1 anak). 2. Status gizi 8 orang (100%) memiliki status gizi yang baik dengan Z-score = -0,42 Z skor 1,15. 3. Hasil observasi perilaku menunjukkan bahwa 5 anak mengalami perubahan perilaku autistik setelah mengkonsumsi makanan berbahan dasar tepung terigu dan susu, 2 anak tidak mengalami perubahan perilaku karena tidak mengkonsumsi makanan berbahan dasar tepung terigu dan susu, dan 1 anak tidak menunjukkan perubahan perilaku autistik walaupun selalu mengkonsumsi makanan berbahan dasar tepung terigu dan susu. Saran 1. Hasil penelitian ini masih kurang sempurna, diharapkan ada penelitian-penelitian selanjutnya yang membahas lebih mendalam tentang hubungan pola konsumsi, status gizi dan perilaku anak autis. 2. Diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Diharapkan orang tua lebih bijak dalam mengatur pola konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan gizi anak autis. 4. Diharapkan ada edukasi untuk orang tua dan anak autis tentang pemilihan makanan yang baik, pendidikan dan terapi yang cocok digunakan untuk perawatan dan penanganan anak autis. 5. Orang tua sebaiknya berusaha untuk mencari alternatif makanan pengganti yang tidak mengandung gluten, casein, gula, soda dan msg agar perilaku autis anak tidak semakin parah. 6. ihak sekolah terutama penjaga kantin dan Guru sebaiknya memantau makanan anak autis supaya anak autis tidak memakanan makanan dan minuman yang mengandung gluten dan casein. DAFTAR USTAKA Judarwanto, 2005. Alergi Makanan, Diet dan Autisme. (Jurnal Online) http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/alergi-autisme.pdf. Diakses tanggal 10 Desember 2015 52

e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium eriode September 2016, Hal 48-53 Judarwanto, Widodo. 2006. encegahan Autisme pada Anak. (online) http://www.puterakembara.org. Diakses tanggal 10 Desember 2015 Soenardi dan Soetardjo. (2009). Terapi Makanan Anak dengan Gangguan Autisme. (Online) http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/index2.ph p?option=com_content&do_pdf=1&id=52. Diakses 13 April 2015. Supariasa,dkk. 2013. enilaian Status Gizi. Jakarta: enerbit Buku Kedokteran EGC. 53