BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Lanny Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan kompleks bahkan dibilang sangat berat yang ditandai dengan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, prilaku, komunikasi, serta interaksi sosial (Menurut Joko Yuwono, 2012:26). Sejak tahun 1990 hingga saat ini penyandang autis mengalami peningkatan. Berdasarakan data Anak Center For Disease Control And Prevention yang mengatakan bahwa Autis di Indonesia baik di Dunia mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Menurut Ida Ayu Kusuma Wulandari dkk (2012) Indonesia sendiri jumlah penyandang Autis Pada Tahun 2010 terdapat jiwa anak penyandang autis. Jumlah penyandang autis banyak terdapat di daerah dengan rasio kepadatan penduduk paling tinggi. Data dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat tahun 2015 terdapat jiwa anak penyandang autis di Jawa Barat. Sedangkan jumlah tertinggi di Jawa barat terdapat di Kota Bandung dengan jumlah jiwa anak penyandang autis. Gejala autis mulai tampak di usia anak 1,5 3 tahun, autisme sendiri terlihat dari fisik luar maupun secara mental, kebanyakan penyandang autis akan mengalami degradasi dalam berbagai aspek yang sangat terlihat signifikan jika dibandingkan dengan non autisme. Secara fisik luar autisme menunjukan perbedaan dalam penuturan bahasa, perilaku yang menunjukan seolah-olah mempunyai dunia yang berbeda, serta kesulitan komunikasi secara verbal. Oleh sebab itu menimbulkan kekhawatiran karena diperkirakan 75-80% berpotensi mengalami retardasi mental, Menurut Kusumayati (2011), dalam jurnal Pentingnya Peraturan Makanan Untuk Anak Autis (2011), hal ini disebabkan karena ketidak pedulian orang tua dari anak autis mengenai dampak buruk dari pengaturan makanan bagi anak autis khusunya yang mengandung gluten dan Kasein yang berdampak pada prilaku dan tumbuh kembang anak autis. Menurut Sofia Destiani dkk (2011) menyatakan bahwa 85% orang tua di kota bandung tidak disiplin terhadap larangan tersebut. 1
2 Salah satu tidakan atau usaha yang dilakukan yaitu dengan mengatur makanan untuk anak autis. Makanan untuk anak autis pada umumnya sama seperti makanan anak normal lainnya yang memiki jumlah gizi yang baik dan seimbang dengan energi yang dipakai serta tetap memperhatikan aspek pemilihan makanan. Sebab pada kenyataannya penyandang autis memiliki kehiperaktifan yang cukup tinggi, yang dapat disebabkan oleh makanan. Dengan mengikuti pedoman peraturan makanan untuk anak autis salah satunya adalah memberikan karbohidrat pilihan yang bebas dari gluten dan kasein. Seringkali orang tua tidak mematuhi hal itu serta kurang pengetahuab dan informasi tersebut. Menurut Winarno (2013) Gluten adalah protein yang terkandung dalam biji gandum, tepung gandum, oats, barley, gandum hitam, roti, pasta, jenis kue yang mengandung tepung terigu, sedangkan Kasein adalah protein yang terkandung dalam susu, yoghurt, mentega, keju semua jenis makanan yang tidak berlemak dan mengandung susu. Menurut Kusumayati (2011), Jika terus dikonsumsi maka dapat mempengaruhi prilaku, kehiperaktifan yang super aktif, keautisannya semakin menonjol, tantrum (ledakan emosi yang paling tinggi, menangis secara tiba tiba, tertawa tawa sendiri) dan akan menyakiti diri sendiri, serta yang dikhawatikan adalah dapat mengalami retardasi mental. Keterlibatan anggota keluarga dalam melaksanakan penerapan makanan yang tidak mengandung gluten dan kasein tidak dapat di berikan secara langsung, sebab hal tersebut dibutuhkannya penyesuaian terhadap anak autis. Melakukannya kerjasama dengan keluarga akan mempermudah dalam menerapkan peraturan makanan pada anak autis. Selain itu kesulitan orang tua khususnya ibu dalam menyiapkan makanan yang tidak mengandung gluten dan kasein, salah satunya karena ketidak tahuan ibu dalam menemukan sumber pengganti makanan yang tidak mengandung gluten. Banyak sekali sumber pengganti gluten dan kasein yang memang harganya cukup terjangkau namun karena kurangnya informasi mengenai bahayanya gluten dan kasein jika terus dikonsumsi oleh anak autis, sehingga informasi tidak tersampaikan kepada ibu yang memiliki anak autis. Namun sebagian ibu mengetahui penerapan makanan tidak mengandung gluten dan kasein tapi sulit untuk di terapkan karena tindakan serta sikap disiplin pada anaknya. Menurut Nining Honijah, S.Pd.I selaku pendiri yayasan autis Bunda Bening Selaksahati mengatakan kurangnya kesadaran diri dari orang tua anak penyandang 2
3 autis karena ketidak tahuan orang tua untuk mengatasi anak autis sendiri. Orang tua merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dalam penerapan makanan untuk anak autis. Menurut Koka (2011) dalam Sofia Destiani dkk (2011), yang menyebutkan bahwa 68,8% pengetahuan, 59,4% sikaf serta 43,8% tindakan orang tua khususnya ibu dalam pemberian makanan pada anak autism berada dalam kategori yang cukup. Sedangkan faktor lainnya adalah masalah ekonomi, namun disisi lain tingkat ekonomi terbilang cukup juga memaksa untuk memberikan anak autis makanan yang sama rata dengan anggota keluarganya, namun banyak sekali makanan yang tidak mengandung gluten yang dapat di konsumsi oleh keluarga serta anak autis namun karena ketidak tahuan ibu terhadap penerapan makanan, sehingga menyambung ke aspek lainnya, bahkan tingkat pengetahuan tentang gluten sendiri ibu masih terbilang cukup mengetahui namun dari tingkatan pengetahuan tersebut tidak adanya tindakan serta sikap disiplin dalam memberikan makanan yang tidak mengadung gluten. Melihat betapa pentingnya melakukan pembebasan makanan gluten untuk anak autis sendiri, maka perlunya kampanye sosial yang dapat meningkatkan kesadaran orang tua terhadap makanan yang mengandung gluten khususnya ibu. Dengan meningkatkan kedisiplinan dari pengetahuan yang telah dimikili serta dapat menginformasikan kepada ibu untuk melakukan tndak pencegahan terhadap peran dalam memilih makanan yang mengandung gluten. Semakin banyak penyandang autisme khususnya di kota Bandung maka akan semakin banyak pula ketidak tahuan ibu terhadap tingkat kedisplinan pemberian makanan pada anaknya. Sehingga penulis membuat kampanye sosial ini untuk mengajak ibu mengenali makanan yang tidak mengandung gluten dan mengajak untuk melakukan prilaku disiplin terhadap kesadaran ibu dalam memeberikan makanan pada anak autis. Dengan harapan ibu lebih peduli terhadap gizi anak sehingga prilaku serta perkembangan anak autis dapat kembali normal jumlahnya tinggi. 3
4 1.2 Identifikasi Masalah Adapun Identifikasi masalah dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai Berikut: 1. Adanya peningkatan semakin bayak penyandang autis dari tahun ke tahun. 2. Kurangnya kepedulian orang tua terhadap dampak buruk peran makanan pada anak autis. 3. Kurangnya kesadaran disiplin dari orang tua anak penderita autisme terkait bahaya makanan yang mengandung gluten untuk perkembangan perilaku anak autisme. 4. Tidak ada informasi mengenai bahaya gluten dan kasein. 5. Belum adanya kampanye social yang menjelaskan tentang peraturan makanan bebas gluten dan kasein untuk anak autis. 1.3 Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalah dalam Penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perancangan kampanye sosial yang tepat untuk meningkatkan kesadaran Orangtua terhadap makanan bebas gluten dan kasein untuk anak autis? 2. Bagaimanakah perancangan media visual kampanye sosial yang dilakukan terkait makanan bebas gluten dan kasein untuk anak autis? 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Dalam Melakukan penelitian ini agar pembahasan lebih terarah maka peneliti menuliskan ruang lingkup dengan menggunakan metode 5W + 1H antara lain: 1. Apa? Yang di teliti menyangkut Makanan Bebas gluten untuk anak autis, anak autis di Indonesia mengalami peningkatan, Jawabarat sendiri merupakan Provisi dengan jumlah penyandang autis tertinggi, yang terdapat di Kota Bandung, penyandang autis banyak ditemukan di daerah dengan rasio kepadatan penduduk paling tinggi, karena tinggi tingkat penderita autism maka semakin banyak orang tua khususnya ibu tidak mengerti akan bahaya makanan makanan yang dikonsumsi oleh anak autis, seperti makan makanan yang mengandung 4
5 gluten. Sehingga akibatnya jika terus di konsumsi akan lebih hiperaktif, dan menyakiti diri sendiri serta tingkat keautisannya semakin menonjol. 2. Siapa? Sasaran yang menjadi penelitian adalah anak autis sebagai target audience primer sedangkan target sekundernya adalah Ibu yang memilki anak autis, rentan umurnya sekitar tahun berdasarkan hasil data penelitian ternyata ibu merupakan salah satu orang yang memiliki peranan penting dalam memeberikan gizi terhadap anaknya, namun karena kekurangan kesadaran serta pendidikan yang kuat maka ibu yang memiliki anak autis masih memberikan makanan yang mengandung gluten dan kasein sehingga anak akan lebih hiperaktif, Tingkat keautisannya semakin menonjol, salah satu faktor penyebab lainnya yaitu karena kurang disiplinnya ibu memberikan makanan kepada anak autis, sebenarnya gizi yang di berikan kepada anak autis yaitu sesuai dengan gizi anak normal lainnya yang harus memenuhi gizi yang baik dan energi yang cukup. 3. Dimana Penelitian ini dilakukan di Bandung, Bandung merupakan kota dengan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Jawabarat mengatakan bahwa anak autis di Bandung terdapapat jiwa. 4. Kapan? Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 hingga Juni Mengapa? Penelitaian kampanye ini diteliti karena banyak sekali ibu yang tidak mengetahui makanan bebas gluten karena kurang pendidikan tentang kesadaran bahaya gluten serta kedidiplinan untuk memberikan pola makanan yang baik untuk anak autis, jika di diamkan akan menimbulkan efek yang tinggi terhadap anak autis, bahkan tingkat kembali untuk menjadi orang normal pun lama, sedangkan jika anak autis sudah menginjak 19 tahun itu dikatan tidak dapat dismbukan kembali jika terus didiamkan dalam kasus ini, karena makanan merupakan salah satu pokok kehidupan untuk bertahan hidup, maka dari itu perlunya peran orang tua ibu untuk mengetahui makanan mengandung gluten untuk anak autis. 5
6 6. Bagaimana? Solusi yang didapat dari pencegahan gluten ini dengan cara mengkonsumsi makanan yang memang tidak mengandung gluten, berdasarkan hasil wawancara dari narasumber yaitu ibu Herlina yang telah berhasil melaksanakan makanan bebas gluten dan kasein dengan cara merotasi makanan tersebut, peneliti menemukan bahwa dengan cara merotasi makanan selama 4 minggu secara terus menerus akan memberikan efek yang baik dengan metode menngurangi, mengenalkan dan mengganti maknaan yang memang tidak mengandung gluten. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari perancangan penelitian ini: 1. Untuk merancang kampanye sosial yang tepat dan efektif sehingga mampu meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya ibu mengenai bahaya gluten pada anak autis sehingga dapat mengurangi, mengenalkan makanan baru dan mengganti makanan baru yang tidak mengadung gluten. 2. Untuk merancang media kampanye sosial yang tepat sehingga mampu mengedukasi serta mengajak masyarakat khususnya ibu terkait dengan kesaradan akan bahaya gluten bagi anak autis. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari perancangan penelitian ini sebagai berikut : Manfaat Bagi Akademis Dengan adanya penelitian ini dapat menerapkan ilmu para akademisi desain komunikasi visual dengan ruang lingkup ilmu kesehatan serta sosial sehingga dapat berdampak positif terhadap hubungan kedua keilmuan tersebut Manfaat Bagi Orang Tua 1. Orang tua dapat mengetahui informasi secara langsung mengenai bahaya gluten jika terus dikonsumsi anak autis dengan cara kampanye sosial. 2. Memberikan solusi yang tepat tentang bahaya gluten jika dikonsumi terus menerus oleh anak autis. 6
7 3. Dengan adanya kampanye sosial ini dapat mengubah pola pikir orang tua khususnya memberikan makanan yang tepat untuk anak autis dan dapat menerapkan pengetahuan dari penelitian ini Manfaat Bagi Penulis 2. Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan serta tentang ruang lingkup ilmu kesehatan dan ilmu sosial 3. Mendapat pengalaman tersendiri yang didapatkan 1.7 Metode Penelitian Dalam Perancangan Kampanye sosial ini metode penelitian yang digunakan yaitu Metode Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang naturalistic sebab penelitian ini dilakukan secara alamiah dilakukan berdasarkan gejala sosial atau fenomena yang terjadi dengan menggunakan data pasti data yang sebenarnya terjadi dan terlihat (Sugiyono 2015:1) Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan : 1. Observasi Teknik pengamatan dilakukan di Yayasan serta sekola luar biasa lalu dengan melakukan pengamatan kepada Ibu ber usia tahun yang memilki anak autis yang dengan kelas sosial (SES AB) yang kurang memiliki pengetahuan tentang gluten. 2. Wawancara Wawancara ini dilakukan kebeberapa narasumber yaitu Ahli Gizi, Yayasan Autis, Sekolah luar biasa Autis, Ibu yang memilki anak autis, baik secara langsung dan tidak langsung dengan menggunakan sosial media. 3. Kuesioner Kuesioner merupakan bagian dari survey dari topik yang akan diangkat. Pertanyaan kuesioner ini dilakukan kebeberapa ibu anak autis, tempat melakukan pengisian kuesioner di berbagai Yayasan autis dan SLB 4. Studi Pustaka Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengkaji teori teori yang berhubungan dengan penelitian yaitu teori Kampanye, Teori Autis, teori 7
8 tentang gluten dan kasein, teori periklanan, teori desain komunikasi visual. Dalam melakukan pengumpulan data peneliti mengumpulkan data dari jurnal, artikel serta hasil penelitian yang bersumber dari internet Metode Analisis Data Penulis mengamati berdasarkan kampanye serupa yang telah dilakukan, penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis Matriks, analisis atriks sendiri Matriks terdiri atas kolom dan baris yang dimana masing masing kolom dan baris tersebut mewakili dua dimensi yang berbeda beda, dapat berupa sebuah informasi serta konsep. Juxtaposition atau membandingkan sebuah prinsip dari matriks yang dilakukan dengan cara menjajarkan. Sehingga menjadi sebuah tolak ukur dalam penganalisisan (Widiatmoko Didit, 2013). Menurut Rohidi, 2011 :247 dalam buku Widiatmoko Didit, matriks merupakan salah satu metode analisis yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk menyampaikan informaso dalam bentuk ruang yang padat. Salah satu alat untuk menganalisis yang baik digunakan dalam pengelolahan informasi maupun menganalisis. 8
9 1.8 Kerangka Perancangan Latar belakang Banyak orang tua dari penyandang autis yang belum mengetahui tentang bahaya makanan yang mengandung gluten untuk perkembangan anak autis sehingga tidak dapat menerapkan pada anaknya untuk mengurangi makanan yang mengandung gluten. Karena kurangnya pengetahuan terhadap kesadaran dan kedisiplinan orang tua akan bahaya makanan yang mengandung gluten dan casein Fenomena Kurang kepedulian orang tua dari anak autis mengenai dampak buruk dari makanan yang mengandung gluten yang berdampak pada prilaku dan tumbuh kembang anak autis Inti Masalah Kurangnya tingkat pengetahuan orang tua khususnya ibu, terhadap kedisiplinan dan tingkat kesadaran dalam memberikan makanan kepada anak, karena faktor ekonomi ketidak mampuan membeli makanan yang yang tidak mengandung gluten dan casein Ruang Lingkup Masalah Pendidikan Kurangnya pngetahuan ibu terhadap bahaya gluten, sehingga tidak dapat menerapkan makanan yang tidak mengandung gluten untuk anak autis. Psikologi Rendahnya pengetahuan ibu dari anak autis terkait pemenuhan gizi atau kebutuhan khusus sehingga menyebabkan kurangnya kedisiplinan serta kesadaran dalam pemberian makanan atau gizi yang baik untuk anak autis Ekonomi Tingkat ekonomi yang rendah sehingga orang tua khususnya ibu penyandang autis tidak mempunyai banyak pilihan untuk memenuhi gizi / kebutuhan aak autis tersebut Teori Pengumpulan data 5. Teori Kampanye 6. Teori Periklanan 7. Teori DKV 8. Teori Autis 9. Teori Gluten dan Casein 1. Observasi 2. Wawancara 3. Kuesioner 4. Studi literatur Analisis Matriks Massage Strategi Strategi Kreatif Strategi Media Desain Pelaksanaan kampanye Solusi Orang tua disosialisasikan pengetahuan terhadap kesadaran mengenai pola makan yang tepat untuk anak agar tingkat keautisan serta tantrum yang rendah, melalui solusi makanan bebas gluten dan kasein untuk anak autis Bagan 1. 1 Kerangka Penelitian 9
10 1.9 Pembabakan Pengantar tugas akhir ini terdiri dari empat bab, dalam perincian masing masing bab sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan Di bab ini menjelaksan tentang latar belakang, dari satu gejala sosial atau fenomena, yang akan dikembangkan dengan masalah perancangan yang meliputi identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian kerangka perancangan serta pembabakan, sehingga dapat menemukan titik dari masalah yang diangkat. 2. Bab II Landasan Teori Bab ini berisikan tentang dasar pemikiran dari teori teori yang relevan dan dikaitkan dengan masalah atau fenomena yang diangkat sehingga menemukan sumber yang kuat, teori yang dipakai yaitu teori kampnye sosial, Teori autis, teori gluten, teori periklanan, teori desain komunikasi visual 3. Bab III Data dan Analisis Masalah Bab ini menjelaksan tentang data data yang berisikan tentang masalah atau penelitian yang dilakukan, data yang bersumber dari target sasaran, berisikan tentang data data hasil wawancara dengan narasumber terkait masalah yang diteliti yaitu tentang makanan bebas gluten untuk anak autis. Serta dapat menganalisis terhadap masalah yang diteliti dengan menggunakan analisis SWOT dan Facet Model Of Effect 4. Bab IV Konsep Dan Perancangan Bab ini menjelaksan tentang konsep atau ide besar serta ide kreatif yang di gunakan serta menjelaskan tentang media media apa saja yang akan dipakai untuk perancangan kampanye sosial ini, Yang telah dibuat dari mulai perancangan hingga akhir perancangan dalam bentuk visual. 5. Bab V Penutupan Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran. 10
PERANCANGAN KAMPANYE MAKANAN BEBAS GLUTEN DAN KASEIN UNTUK ANAK AUTIS DI KOTA BANDUNG
Andharupa, Vol.03 No.02 Tahun 2017 PERANCANGAN KAMPANYE MAKANAN BEBAS GLUTEN DAN KASEIN UNTUK ANAK AUTIS DI KOTA BANDUNG Ismi Endang Sri utami 1, Yelly Adriani Barlian 2 1,2 Fakultas Industri Kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi anak-anak sangat penting untuk mereka menjalani pola makan yang sehat guna mendapatkan gizi yang seimbang bagi tubuhnya. Melalui pola makan yang sehat, gizi seimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak sebelum anak berusia 3 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan adalah sebuah aktivitas dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu kosong ataupun luang dan berolahraga ringan yang bertujuan untuk meningkatkan beberapa
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik Responden (Ibu) 1. Nama 2. Tempat, Tanggal lahir..., Usia... tahun 4. Alamat
Lampiran 1 Karakteristik Responden (Ibu) 1. Nama 2. Tempat, Tanggal lahir...,... 3. Usia... tahun 4. Alamat 5. No. Telepon 6. Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma 5. PT 7. Pekerjaan 1. Ibu Rumah Tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi serta kemajuan teknologi yang berkembang pesat ternyata mempengaruhi gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia. Terutama kota Jakarta yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kepadatan penduduk di Jawa Barat mencapai sekitar 46 juta jiwa pada tahun 2011 yang tersebar di 26 kabupaten dan kota. Untuk kota Bandung jumlah penduduknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah negara dapat dikatakan negara yang maju, mandiri dan sejahtera jika memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. SDM sangatlah penting untuk negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah anak autis baik di dunia maupun di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah anak autis baik di dunia maupun di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dalam penanganannya. Autis dapat sembuh bila dilakukan intervensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecerdasan serta kesehatan anak bisa diperoleh salah satunya adalah dengan mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisinya. Pemenuhan zat gizi dan juga nutrisi sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan aktivitas dan pendapatan penduduk, semakin mendorong permintaan makanan dan minuman yang praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya namun tetap bergizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan sehingga pada gilirannya ia menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan tugas, kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas bukan merupakan penyakit namun keberadaannya bisa menimbulkan banyak penyakit. Orang yang mengalami obesitas mempunyai timbunan lemak lebih banyak dari berat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya lautnya, salah satunya adalah ikan. Meskipun begitu, produksi ikan yang melimpah tersebut belum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku melecehkan, menghina, mengintimidasi, memfitnah, mengucilkan, berselisih, dan bahkan menipu. Pada mulanya bullying hanya terjadi melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering digambarkan sebagai anak yang hidup dalam dunianya sendiri. Banyak dijumpai anak autis menunjukkan perilaku
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan demi kelangsungan hidup kita sebagai manusia. Namun dewasa ini masih banyak penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pengembangan kepribadian anak terbentuk dari berbagai jenis pembelajaran yang diperoleh. Pengalaman yang didapatkan berasal dari berbagai kejadian sekitarnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang teknologi sudah bukan sesuatu yang asing bagi manusia. teknologi semakin maju dan berevolusi seiring dengan berkembangnya zaman. Dengan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menerapkan pola hidup sehat merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Hidup dengan cara sehat sangat baik untuk kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu awal kehidupan baru pada pertumbuhan janin. Bila kehamilan dipersiapkan dengan baik akan menjadikan ibu dan janin yang sehat. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang Kaki Lima dahulu dikenal dengan pedagang emperan jalan dan kemudian disebut pedagang kaki lima. Saat ini, istilah pedagang kaki lima digunakan untuk menyebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kali adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Kali merupakan salah satu bagian dari siklus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang, hal itu dapat terlihat dari pertumbuhan didunia teknologi, ekonomi, yang begitu pesat khususnya didaerah perkotaan seperti Jakarta.
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Seimbang dan Pola Makan Anak Autis di SDNLB Lubuk Pakam Tahun 2012
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Seimbang dan Pola Makan Anak Autis di SDNLB 107708 Lubuk Pakam Tahun 2012 Karakteristik Ibu 1. Nama Ibu : 2. Umur : 3. Alamat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar orang. Hal tersebut menyebabkan kurangnya perhatian dari. karena kurangnya perhatian orang tua adalah karies gigi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mensana In Corporesano, merupakan pepatah yang berbahasa Yunani, memiliki arti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat merupakan pepatah yang tepat di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyadari bahwa kebiasaan makan bangsa Indonesia adalah makan nasi, maka perlu diadakan suatu kegiatan yang dapat merubah pola konsumsi masyarakat Indonesia. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan yang mana manusia tidak bisa terhindar dari proses komunikasi. Pentingnya proses komunikasi
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dan tubuh adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. air adalah unsur penting dalam pembentukan sel bagi setiap makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, dan manusia. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman mulai banyak keluarga yang melahirkan anak-anak dengan berkebutuhan khusus karena mereka terlahir dengan gangguan fisik atau psikis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah di jalanan atau tempat tempat umum lainnya (Dinamika Sosial 2012:64). Masalah anak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan praktis, termasuk dalam pemilihan makanan. Junk food atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini indikator kesehatan jiwa di bagi menjadi tiga bagian, yaitu gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional (afektif) juga melalui cakupan pengobatannya, menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pengaruh globalisasi, banyak nilai-nilai yang tidak sejalan dengan adat ketimuran masuk ke Indonesia. Nilai-nilai tersebut masuk ke Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan kebutuhan akan tenaga listrik juga semakin meningkat. Berdasarkan data statistik Perusahaan Listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paud Jateng Pengertian Bermain dan Permainan Anak by Para Ahli dalam (Diunduh 26 Maret 2016)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah tahap perkembangan mulai dari umur 1 atau 2 tahun sampai dengan 10-12 tahun, tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu anak kecil yang berumur 1-6 tahun dan anak
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi bayi dan perkembangannya di kemudian hari. ASI dipercaya dapat menguatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menyusui adalah sebuah proses pemberian ASI (Air Susu Ibu) oleh para ibu kepada bayinya setelah melewati proses kelahiran. Proses menyusui bersifat alami dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini jumlah pekerja yang sudah berkeluarga semakin bertambah, khususnya di DKI Jakarta. Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wulandari (2009) mengatakan bahwa penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) disebabkan oleh karena banyak hal, salah satunya adalah dari faktor gizi bayi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi saat ini telah berkembang dengan pesat. Tentu saja masyarakat harus bisa menyesuaikan diri agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Membeli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah 735.400 m² dengan jumlah penduduk 249,9 juta jiwa, dan kendaraan bermotor menjadi alat transportasi favorite
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Makan merupakan kegiatan mengkonsumsi makanan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut dan menelannya, sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Jajanan anak semakin variatif, dan menarik di pasaran., para produsen jajanan rumahan dengan kreatif menawarkan jajanan yang terlihat enak, murah, dan mengenyangkan
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang sehat, kuat, rapi, dan putih adalah impian setiap orang. Demikian pentingnya peran gigi dari segi estetika maupun kesehatan. Tetapi banyak hal bisa menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan dan menjadi seorang ibu merupakan sebuah peristiwa yang dinantikan oleh banyak kaum wanita. Namun dalam kenyataannya, seringkali timbul masalahmasalah
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seseorang, tetapi juga menjadi
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak dari setiap insan. Ini merupakan hal yang terpenting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertidak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini, tentunya seseorang pasti pernah mengalami beberapa masalah. Sesuatu dirasakan atau dinilai sebagai suatu masalah ketika kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orang tua pasti mengharapkan memiliki anak yang sehat baik fisik maupun mental dan menjadi anak yang baik dan menjadi kebanggaan keluarga. Namun pada kenyataannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bagian promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung, diketahui bahwa perilaku hidup tidak sehat seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia kedokteran memiliki peran besar terhadap kehidupan masyarakat terutama untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Sebagai segmen kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal namanya penyakit yang berbahaya bagi kesehatan kita. Salah satu contoh adalah penyakit jantung. Penyakit jantung adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, ada kecenderungan anak-anak memilih untuk bermain video game dan menjelajahi dunia maya untuk mengisi waktu luang daripada kegiatan konvensional lainnya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti merupakan produk pangan hasil fermentasi tepung dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang untuk mematangkannya Mudjajanto dan Yulianti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran sudah semestinya manusia menjaga kesehatan. Kesehatan adalah suatu kondisi yang stabil dalam sistem badan dan jiwa raga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arsip (record) atau yang biasa disebut sebagai warkat, merupakan catatan tertulis baik dalam bentuk gambar maupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Statistik Negara Pengguna Rokok Terbesar di Dunia
Jumlah Pengguna (Juta) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dilansir oleh Tjiptadinata Effendi di Kompasiana, World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Over populasi hewan domestik atau yang bisa disebut dengan hewan peliharaan yang ada di Indonesia sudah sangat tinggi. JAAN menyebut sepasang anjing yang tidak di sterilisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang berada di provinsi Jawa Barat. Terkenal sebagai kawasan industri dengan berbagai pabrik besar dan kecil terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalulintas yang sangat
Lebih terperinciBAB I. self atau diri sendiri. Penyandang Autisme pada dasarnya seseorang yang. melakukan auto-imagination, auto-activity, auto-interested, dan lain
BAB I PENDAHULUAN ` A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan secara bertahap. Orang tua senantiasa menginginkan anaknya berkembang sempurna. Karena seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki jenis kuliner tradisional yang sangat beragam. Kuliner tradisional Indonesia banyak menggunakan berbagai bumbu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terus tumbuh dan berkembang. Proses pertumbuhan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh manusia terus tumbuh dan berkembang. Proses pertumbuhan tersebut ditandai dengan bertambahnya ukuran tubuh seperti lingkar kepala, tinggi badan, dan berat badan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini jenis pangan jajanan kian beragam dan berkembang pesat di Kota Bandung. Pengertian jajan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah membeli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menghambat perkembangan perilaku. Autisme bisa dideteksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus gangguan perkembangan pada anak-anak seperti autisme bukanlah hal yang baru. Diana, M.Psi, seorang psikolog, menjelaskan bahwa anak-anak yang menderita autisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah Tuhan yang dititipkan kepada kedua orangtuanya. Mereka diberikan amanah dan tanggung jawab untuk merawat, mendidik, melindungi, hingga dewasa
Lebih terperinciInsomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kedalam kebutuhan dasar yang harus dipenuhi layaknya makan, minum bernafas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat dan bebas dari segala macam penyakit adalah dambaan bagi setiap orang. Hidup semacam itu bisa diperoleh dengan mematuhi aturan atau gaya dan pola hidup
Lebih terperinci( Eldyana Aprila) ( )
Lampiran Lembar Persetujuan Menjadi Responden Pengetahuan Orang tua Tentang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Autisme di Yayasan Tali Kasih dan Kidz Smile Medan Oleh Eldyana Aprila Saya adalah mahasiswi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo terletak di daerah Jawa Tengah, berdekatan dengan kota Wonogiri. Wonogiri juga merupakan daerah wisata yang cukup menarik berbentuk seperti bukit dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung termasuk salah satu kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kota Bandung merupakan salah satu kota besar dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, pasar pangan di Indonesia semakin diminati oleh pemain global. Pangan impor terus menerus berkembang disebabkan karena peminat di Indonesia semakin
Lebih terperinciBanyak faktor yang membuat kegiatan ASI eksklusif ini tidak berjalan dengan baik, padahal menurut standar kesehatan dunia WHO, bayi harus diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup sehingga gizi dan vitamin dari makanan di serap oleh tubuh manusia dan di proses untuk kebutuhan berkembang dan tumbuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan sebagai pemersatu identitas bangsa, dimana hal ini menjadi awal mula dikenalnya bahasa nasional (national language). Bahasa daerah adalah bahasa ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Masa kanak-kanak membutuhkan banyak nutrisi dan serat untuk mencapai tumbuh kembang dan optimal. Menurut
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Tabel 1.1 Situasi dan Analisis Lanjut Usia di Dunia (Dalam satuan milyar) jumlah penduduk dunia
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan sebuah negara berkembang, peningkatan usia harapan hidup merupakan suatu tolak ukur keberhasilan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata ke berbagai destinasi wisata unggulan di dalam negeri semakin banyak diminati oleh masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir. Menikmati pesona alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kampanye sosial merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan dengan kelompok masyarakat melalui pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai kota metropolitan, menjadikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan kaum urban untuk bermukim. Richard L Forstall (dalam Ismawan 2008) menempatkan Jakarta di urutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dini sudah meningkat di Indonesia, mencapai 6,6 juta orang atau tiga persen dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. Menurutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kekerasan terhadap anak semakin marak di Indonesia, bahkan kekerasan terhadap anak semakin menjadi trend dan semakin meningkat. Tingkat kekerasan terhadap anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang, hal itu dapat terlihat dari pertumbuhan didunia teknologi, ekonomi, yang begitu pesat khususnya di daerah perkotaan. Tidak terkecuali
Lebih terperinciTernyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1
Ternyata Dimas Autis Berawal dari Kontak Mata 1 Kenali Autisme Menghadapi kenyaataan Dimas autis, saya banyak belajar tentang autisme. Tak kenal maka tak sayang, demikian kata pepatah. Tak kenal maka ta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan bagian kebutuhan primer bagi manusia. Tanpa makanan manusia tidak dapat melakukan berbagai macam aktivitas karena dari makananlah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung lemak tinggi seperti hamburger, ayam goreng,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan bahasa. Indonesia memiliki banyak bahasa Ibu yang disebut juga sebagai bahasa daerah
Lebih terperinciBerdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 237.641.326 jiwa total penduduk Indonesia, 10% diantaranya yaitu sebesar + 22.960.000 berusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pendataan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat tahun 2014, terdapat 15.096 orang penyandang tunarungu/wicara. Data ini tersebar di seluruh kabupaten
Lebih terperinci