BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

JURNAL LIAN FITRIAN ABDULLAH

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat kesejahteraan dapat didefinisikan seabagai kondisi agregat dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

REKONSTRUKSI UU SISTEM BAGI HASIL PERIKANAN PRO NELAYAN KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

ANALYZE THE INCOME AND WALFARE FISHERMAN SOCIETY AT PINANG SEBATANG TIMUR VILLAGE TUALANG DISTRICT SIAK REGENCY RIAU PROVINCE

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

III KERANGKA PEMIKIRAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1964 TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu kita harus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

KARYA ILMIAH TERTULIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

Berikut ini adalah gambar secara skematis karangka pemikiran penelitian :

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

TINJAUAN PUSTAKA. motor, dan alat tangkap atau sebagai manajer. ikan. Status nelayan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

NOMOR 16 TAHUN 1964 TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. pertiga penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar masih

Transkripsi:

A. Definisi Keluarga Nelayan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Nelayan dapat didefinisikan sebagai orang atau komunitas orang yang secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dari kegiatan menangkap ikan. Beberapa kelompok nelayan memiliki perbedaan dalam karakteristik sosial dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kelompok umur, pendidikan status sosial, dan kepercayaan. Dalam satu kelompok nelayan juga sering ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam pengertian hubungan diantara sesama nelayan maupun di dalam hubungan bermasyarakat. (Widodo dan Suadi, 2006 : 29). Keluarga nelayan adalah suatu keluarga dengan kepala keluarga atau anggota keluarga terlibat dalam proses produksi atau pengolahan hasil perikanan sebagai sumber pendapatan dan penghidupannya (Rafni, 2008:26). Menurut Departemen Pertanian Direktorat Jendral Perikanan (1995:6), nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya termasuk tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkat alat-alat perlengkapan kedalam kapal dan mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan, tetapi ahli mesin, juru masak di sebuah kapal penangkap ikan dimasukkan kedalam nelayan. Balai Informasi Pertanian dalam Prasetyo A.M (2004:6), nelayan adalah pemilik atau buruh uang sebagian atau seluruh pendapatannya diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut atau perairan umum, baik pria maupun wanita. Charles (2001) dalam Widodo dan Suadi (2006:29 ) membagi empat kelompok nelayan dalam empat kelompok yaitu: 1. Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. 2. Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers), yaitu nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama,

namun memiliki hak juga untuk melakukan aktifitas secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil. 3. Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penagkapan hanya sekedar kesenangan atau berolahraga, dan 4. Nelayan komersil (commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Menurut Sajogyo (1982) dalam Doli (1996:25) nelayan adalah suatu jenis pekerjaan yang umum dikelompokkan dalam kumpulan jenis pekerjaan petani sedangkan perikanan (termasuk perikanan laut) menunjuk pada lapangan usaha dan termasuk kelompok pertanian. Dalam masyarakat nelayan, rumah tangga perikanan laut dibedakan antara pengusaha dan buruh perikanan. Bagi pengusaha, pendapatan rumah tangga berasal dari tiga sumber yaitu dari usaha perikanan, upah buruh perikanan (oleh anggota keluarga) dan dari sumber lain diluar itu seperti pertanian, usaha dagang dan usaha lain atau usaha sambilan. Bagi rumah tangga buruh adalah sama tapi tidak ada pos khusus dari usaha perikanan. Dengan demikian dapat dikatakan pendapatan nelayan sebenarnya berasal dari dua sumber yaitu penangkapan ikan dan dari luar penangkapan ikan. Sumber penangkapan ikan merupakan sumber utama pendapatan pada rumah tangga nelayan sedangkan sumber pendapatan dari usaha di luar penangkapan ikan relatif lebih rendah. Masyarakat desa nelayan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kaya dan kaya sekali serta kelompok ekonomi sedang, miskin sekali yang memiliki ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal ditepi pantai atau dapat juga disebut sebagai bagian dari masyarakat yang membentuk suatu perkampungan yang sering dikenal dengan perkampungan nelayan, yang menjadikan usaha perikanan sebagai mata pencaharian terpenting (Mubyarto (1984) dalam Prasetyo A.M (2004:6). Hermanto (1986), secara umum berdasarkan besarnya bagian yang diterima dalam usaha penangkapan ikan, maka nelayan dapat dibagi atas lima kelompok, yakni:

1. Juragan darat, yaitu orang memiliki perahu dan alat tangkap ikan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan ikan di laut. Juragan darat hanya menerima bagi hasil penangkapannya yang diusahakan oleh orang lain. Pada umumnya juragan darat menanggung seluruh biaya operasi penangkapannya. 2. Juragan laut, yaitu orang yang tidak memiliki perahu, alat penangkapan tetapi dia bertanggung jawab dalam operasi penangkapan di laut. 3. Juragan darat-laut, yaitu orang yang memiliki perahu dan alat tangkap dan dia ikut dalam operasi penangkapan, dia juga menerima bagi hasil sebagai nelayan dan bagi hasil sebagai pemilik unit penangkapan. 4. Buruh atau pandega, yaitu orang yang tidak memiliki unit penangkapan dan hanya berfungsi sebagai anak buah kapal. Buruh atau pandega umumnya menerima bagi hasil dari hasil penangkapan, dan jarang yang diberi upah harian. Buruh atau pandega memperoleh uang makan jika mereka berhasil menangkap ikan. 5. Anggota kelompok, yaitu orang yang berusaha pada suatu unit penangkapan secara berkelompok. Ini merupakan suatu system kelembagaan baru dalam usaha penangkapan. Perahu yang diusahakan adalah perahu hasil pembelian dari modal yang dikumpulkan oleh tiap-tiap anggota kelompok. Pemimpin kelompok umumnya berfungsi sebagai juragan laut, sedangkan anggota kelompok berfungsi sebagai anak buah kapal. Perkampungan nelayan itu terdiri dari beberapa keluarga nelayan yang hidup bersama dan menjadikan usaha perikanan sebagai mata pencaharian terpenting. Definisi keluarga nelayan itu sendiri adalah dua atau lebih individu yang mempunyai hubungan darah atau perkawinan yang memiliki ikatan, perasaan. Selain itu sumber lain juga menyebutkan bahwa keluarga nealayan memiliki arti sebagai sekumpulan manusia yang adal hubungan antara satu sama lain akibat perkawinan, pertalian darah ataupun satu susuan. Keluarga-keluarga nelayan itu ada yang terdiri dari keluarga inti maupun keluarga luas berdasarkan strukturnya, ( Rahardjo (2002).

B. Analisis Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan Menurut UU No. 16 tahun 1974 pokok kesejahteraan sosial, kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan sosial material maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 (Alfiah, 2002:23). Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat diukur dengan bermacammacam alat pengukur, misalnya dengan patokan konsumsi beras, konsumsi sembilan bahan pokok, kadar gizi dalam makanan atau dengan pendapatan perkapita. Sajogyo (1986), menyatakan bahwa untuk melihat pengeluaran rumah tangga perikanan diperinci menurut tujuh pos yang lazim dipakai oleh Biro Pusat Statistik (BPS) yaitu makanan, perumahan, barang dan jasa, pakaian, barang tahan lama, pajak/asuransi, pesta/upacara dan lain-lain, dalam hal ini terdapat 2 pilihan waktu yakni setahun lalu atau sebulan lalu. Klasifikasi tingkat kemiskinan Sayogyo (Sayogyo, (1997), didasarkan pada besarnya pengeluaran per kapita per tahun yang diukur dengan nilai beras setempat adalah: 1) Miskin, apabila pengeluaran/kapita/tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota. 2) Miskin sekali, apabila pengeluaran/kapita/tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan dan 360 kg beras untuk daerah kota. 3) Paling miskin, apabila/kapita/tahun lebih rendah dari nilai tukar 180 g beras untuk daerah pedesaan dan 270 kg beras untuk daerah kota. 4) Tidak Miskin, apabila/kapita/tahun lebih tinggi dari nilai tukar beras 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota. Kesejahteraan para nelayan Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan para petani padi, yang tingkat kesejahteraannya relatif masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh dua hal. Pertama, para nelayan berbeda dengan para petani padi. Nelayan harus menghadapi musim yang tidak menentu, pada musim barat ketika angin dan ombak tidak keras, mereka dapat melaut dan menangkap

ikan. Namun ketika musim timur yang ditandai dengan ombak dan angin yang ganas tiba, para nelayan sama sekali tidak mampu melaut, dan harus hidup dengan cara berhutang pada para pelepas uang atau para pemilik perahu. Hutang tersebut dibayar dengan hasil tangkapan mereka pada musim berikutnya. Kedua, kebanyakan dari para nelayan masih menggunakan alat tangkap yang sangat sederhana, padahal mereka harus menghadapi pemilik modal besar dan bahkan nelayan asing yang menggunakan alat alat yang canggih. Kehadiran pemilik modal dan nelayan asing tersebut menyebabkan hasil tangkapan nelayan tradisional sangat berkurang, yang berarti juga berkurangnya pendapat, (Soetrisno, 1999:14). Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga sangat diperlukan untuk mengurangi angka kemiskinan, dengan demikian pemahaman mengenai penyebab kemiskinan penting untuk merumuskan strategi pengentasan kemiskinan. Penelitian tentang kesejahteraan kluarga umumnya dilakukan secara parsial dengan menggunakan berbagai indikator hingga saat ini telah banyak indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga seperti indikator Bank Dunia, Sajogyo, BPS, BKKBN dan indikator kesejahteraan lainnya. (Elmanora dkk, 2012:2). Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Keterkaitan antara konsep kesejahteraan dan konsep kebutuhan adalah dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka seseorang sudah dinilai sejahtera karena tingkat kebutuhan tersebut secara tidak langsung sejalan dengan indikator kesejahteraan (Pratama. D.S, 2012:3). C. Analisis Keuangan Keluarga Nelayan Manajemen merupakan salah satu turunan dari ilmu ekonomi. Uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus merupakan suatu alat pengukur dari sumberdaya. Besarnya uang yang dimiliki oleh seseorang atau keluarga

menunjukkan berapa banyak sumberdaya uang yang dimilikinya (Guharaja dkk. 1992). Keuangan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan, oleh sebab itu para nelayan saat ini berusaha bagaimana cara untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka, sebab peningkatan kesejahteraan akan dilihat dari pendapatan yang diperoleh melalui hasil tangkapan. Sistem keuangan mengatur sirkulasi modal seluruh kegiatan usaha, mulai dari investasi dasar sebagai awal mula usaha hingga dana untuk modal operasi. Dana untuk modal investasi biasanya digunakan untuk pembelian atau penyewahan lahan, pembuatan kolam atau tambak, pembelian benih atau pakan, pendirian bangunan, pembelian alat angkutan, dan lain-lain, (Wibowo, 2008: 69). Pengelolaan keuangan sebaiknya dilakukan secara ketat, rincim dan disiplin memiliki pembukuan yang teratur. Pembukuan tersebut harus memuat catatan harian, mingguan, dan bulanan. Hal-hal penting yang perlu ditekankan dalam pencatatan, di antaranya jumlah hasil produksi, jumlah pembelian, pembayaran tunai, utang, catatan gaji, stok, peralatan, jumlah penjualan, penerimaan tunai, dan asuransi, (Wibowo, 2008:70) Catatan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam sistem pengelolaan, oleh karena itu, maka pengelolaannya haruslah dengan penuh disiplin. Dengan demikian, keadaan keluarga atau kelompok nelayan dapat dilihat, apakah, keuntungan, kerugian, atau hanya kembali modal yang di dapatkan. Dari catatan tersebut dapat juga diambil suatu kebijaksanaan baru. Misalnya, adanya keuntungan yang berlebihan yang biasanya diinvestasikan ke bidang lain atau bila terjadi kerugian maka perlu pembenahan di sebagian/semua sektor, (Wibowo, 2008:70). Pengolahan dan pemasaran kadang kadang merupakan komponen yang sangat penting. Dengan menyadari bahwa nelayan merupakan pusat perhatian dari hampir semua perikanan dan bahwa pendapatan nelayan merupakan ukuran kunci dari keberhasilan pengelolaan, maka seorang pengelola tidak dapat begitu saja mengabaikan peranan pengolahan dan pemasaran. Sebagai contoh, untuk beberapa model biologi dapat dibuktikan bahwa rata rata produksi atau hasil

tangkapan biologi akan dapat dimaksimumkan dengan cara menjaga stok ikan pada suatu tingkat ukuran yang konstan. Usaha ini biasanya akan menghasilkan variasi hasil tangkapan yang agak tinggi dari tahun ke tahun, kadang kadang dengan sama sekali tidak ada hasil tangkapan dalam bebeapa tahun, sehingga kondisi demikian akan merusak infrarastruktur dan maintenance pasar, (Widodo dan Suadi, 2006:88). D. Fungsi Manajemen Keluarga Nelayan Secara umum, manajemen merupakan cara mengatur satu atau beberapa factor yang menunjang jalannya usaha untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam kehidupan sehari-hari, manajemen sangat diharapkan dan diperlukan agar tidak terjadi benturan antara masing masing faktor yang menyebabkan tujuan tidak tercapai, (Wibowo, 2008:10). Dalam bisnis perikanan, manajemen juga sangat diperlukan supaya dapat berjalan lancar dan mendapat hasil yang sesuai harapan. Pada manajemen sendiri terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen. Semua fungsi fungsi manajemen terdapat dalam setiap kegiatan usaha. Dalam bisnis perikanan, fungsi fungsi itu mempunyai wujud yang berbeda, tergantung dari factor-faktor yang mempengaruhi dan jenis komoditas yang diusahakan, Wibowo (2008:10). Adapun fungsi fungsi manajemen yang terdapat dalam sebuah usaha perikanan, antara lain sebagai berikut. 1. Perencanaan ` Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Di dalam perencanaan dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan, dan melihat kedepan dengan dilandasi oleh tujuan tujuan tertentu. Proses perencanaan dalam kegiatan menejemen keuangan senantiasa berkaitan dengan tujuan masa depan mengingat masa depan penuh dengan ketidakpastian dan senantiasa berubah dengan cepat maka suatu perencanaan harus disusun secara cermat dan matang (Yuliawan, 2002: 32).

2. Pengorganisasian Fungsi ini merupakan tindakan untuk mengatur dan membagi bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada. Setelah terbentuk kelompok yang diperlukan, fungsi pengorganisasian akan menetapkan dan memperinci hubunganhubungan yang diperlukan. 3. Penggerakan Penggerakan merupakan tindakan untuk merangsang anggota anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang yang telah dibebankan dengan baik dan antusias. 4. Pengawasan Fungsi ini merupakan tindakan untuk mengawasi aktivitas aktivitas yang terkait agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Agar manajemen dapat mencapai tujuan dengan sebaik baiknya, diperlukan sarana sarana pendukung. Sarana sarana tersebut terdiri dari men (tenaga kerja manusia), money (uang yang dipelukan dalam usaha), methods (cara untuk mencapai tujuan), materials (bahan yang diperlukan), machine (alat yang diperlukan), dan market (pasar untuk menjual hasil peroduksi), tanpa adanya sarana sarana tersebut, manajemen tidak akan mencapai tujuan ataupun fungsinya. (Wibowo, 2008:11). E. Analisis Pendapatan Usaha Menurut Gittinger (1986), analisis pendapatan usaha pertanian pada umumnya digunakan untuk mengevalusi kegiatan suatu usaha pertanian. Tujuannya adalah untuk membantu perbaikan pengelolaan usaha pertanian. Analisis pendapatan usaha memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan sedangkan pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input dan lain-lain (Tjakrawiralaksana dalam Alfiah 2002:19).

Menurut Evans dan Berman (1982) dalam Prasetyo A.M (2004:10) Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluaraga atau rumah tangga ekonomi. Pendapatan ini terdiri dari: 1. Pendapatan dari gaji/upah yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh, sebagai imbalan bagi pekerjaan yang dilakukan untuk suatu perusahaan /majikan/instansi tersebut baik uang maupun barang dan jasa. 2. Pendapatan dari seluruh anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor, yaitu selisih nilai jual barang dan jasa yang diproduksi dengan biaya produksinya. 3. Pendapatan lainnya adalah pendapatan di luar upah/gaji yang menyangkut usaha lain. Berg (1986), pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang di konsumsi seseorang, semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin besar pula persentase pertambahan pembelanjaannya termasuk untuk pangan dari golongan sayur dan buah-buahan serta berbagai jenis pangan lainnya, tetapi pertambahan kuantitas ini tidak selalu memperbaiki susunan menu makanan yang dikonsumsinya. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari satu sumber pendapatan. Sumber pendapatan yang berragam tersebut dapat terjadi karena anggota rumah tangga yang bekerja, melakukan lebih dari satu jenis kegiatan dan masing-masing anggota rumah tangga mempunyai kegiatan yang berbeda satu sama lainnya. Faktor lain yang berpengaruh terhadap keragaman sumber pendapatan adalah penguasaan faktor produksi. Pendapatan itu sendiri dapat diperoleh sebagai hasil bekerja atau jasa aset dan sumbangan dari pihak lain. Kumpulan pendapatan dari berbagai sumber pendapatan tersebut merupakan total pendapatan rumah tangga (Nurmanaf dalam Doli, 1996:26). Menurut Simandjuntak (1992), menyatakan bahwa perbedaan tingkat pendapatan tidak saja disebabkan oleh tingkat pendidikan akan tetapi juga oleh beberapa faktor lain seperti pengalaman kerja, keahlian, sektor usaha, jenis usaha, lokasi dan lain-lain. Pendapatan rumah tangga pada umumnya masyarakat pedesaan diperoleh dari berbagai sumber yang sangat berragam. Pada rumah

tangga nelayan, nampak bahwa pekerjaan penangkapan ikan hampir merupakan satu-satunya sumber pendapatan rumah tangga yang diandalkan. Dalam penelitian Sujana (1992), dikemukakakn bahwa jumlah pendapatan dari usaha penangkapan ikan sekitar 71,58% dari total pendapatan rumah tangga. Pendapatan dari pekerjaan pada sub sektor pertanian relatif kecil 7,61%. Begitu pula dari sektor industri, jasa, perdagangan hanya sekitar 0,55%. Jumlah-jumlah tersebut paling kecil dibanding persentase dari sumber sejenis pada rumah tangga lainnya. (Sujana, 1992). Usaha Penangkapan ikan di Indonesia memiliki ciri armada tangkap yang sederhana. Kesederhanaan ini dapat dilihat dari ukuran perahu atau kapal, ukuran motor, maupun alat tangkap yang digunakan. Kondisi demikian mengakibatkan sangat sulit untuk memperoleh hasil tangkapan yang memadai untuk menopang kehidupan sehari-hari bagi nelayan, dengan demikian bayangan bahwa nelayan merupakan kelompok yang memiliki pendapatan yang paling rendah dibandingkan kelompok lain masih belum dapat dihapus dari sebagian besar masyarakat. Taryoto, dkk (1993). Besarnya pembagian pendapatan antara nelayan pemilik dengan nelayan penggarap (juragan laut, jurumudi, motoris, pandega dan penguras) tergantung pada system bagi hasil yang dilakukan, jenis unit alat tangkap yang digunakan, besarnya biaya yang ditanggung bersama, banyaknya jumlah nelayan yang terlibat dalam usaha penangkapan. Pola bagi hasil dalam usaha penangkapan dapat dikatakan telah melembaga di masyarakat perikanan (Hermanto, 1986 dalam Doli, 1996:9). Usaha perikanan laut atas dasar perjanjian bersama dari nelayan pemilik dan nelayan penggarap, hingga mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan jasa yang diberikannya. Menurut Undang-undang Bagi Hasil Perikanan (UUBHP) Nomor 16 tahun 1964, hasil bersih bagi perikanan laut adalah hasil ikan yang diperoleh dari penangkapan, yang setelah diambil sebagian untuk lawuhan para nelayan penggarap menurut kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban-beban yang menjadi tanggungan bersama dari nelayan pemilik dan para nelayan penggarap. Jika suatu usaha perikanan

diselenggarakan atas dasar perjanjian bagi hasil maka dari hasil usaha itu kepada pihak nelayan penggarap paling sedikit harus diberikan bagian sebagai berikut: 1) Jika dipergunakan perahu layar minimum 75% dari hasil bersih 2) Jika dipergunakan kapal motor minimum 40% dari hasil bersih Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa pada usahatani, yang dimaksud dengan pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu (umumnya setahun) baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Dalam menaksil pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada pasar. Selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total disebut pendapatan bersih usahatani. F. Penelitian Terdahulu Penelitian yang terkait dengan analisis tingkat kesejahteraan Nelayan diantaranya adalah penelitian Doli (1996) mengenai Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan metode survei, dengan analisis pendapatan dan pengeluaran. Hasil penelitian yang diperoleh melalui pendapatan dan pengeluaran rumah tangga nelayan rata rata positif dengan nilai yang cukup besar yaitu pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 6.596.212,00/tahun yang terdiri dari kegiatan penangkapan ikan rata rata sebesar Rp. 5.223.812,00/tahun dan kegiatan non penangkapan ikan rata rata sebesar Rp. 2.018.235,00/tahun, serta pengeluaran rumah tangga nelayan yang diperoleh rata - rata sebesar Rp. 4.577.096,00/tahun yang dipisahkan untuk pengeluaran pangan sebesar Rp. 2.786.400,00/tahun (60,88%) dan pengeluaran untuk kebutuhan non pangan sebesar Rp. 1.790.696,00/tahun (39,12%). Penelitian selanjutnya oleh Karunia (2009) mengenai Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan menggunakan metode analisis location quotient, di mana metode ini digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan regional dan hasil ini menunjukan bahwa subsektor perikanan sebenarnya merupakan sektor

unggulan dan mempunyai daya saing yang tinggi, di buktikan dengan nilai location quotient positif dan juga differential shift positif. Omar (2007) mengenai Analisis Kesejahteraan Hidup Nelayan Pesisir di daerah Kuala Terengganu dengan menggunakan metode analisis regresi dan korelasi dan hasil ini menunjukkan bahwa responden yang dipilih secara rawak tidak berstruktur ini semuanya terdiri dari pada lelaki. Hal ini di karenakan para nelayan khususnya di Kuala Terengganu boleh dikatakan kesemuanya atau sebilangan besar adalah lelaki, manakala responden yang paling muda berumur 19 tahun dan paling tua adalah 84 tahun, serta Tahap kesejahteraan hidup nelayan pesisir di daerah Kuala Terengganu itu sendiri, khususnya berada ditahap rendah, misalnya tahap kesejahteraan hidup nelayan mengikut faktor penentu didapati min skor sembilan dari pada lima belas faktor berada di bawah nilai 12, kesejahteraan hidup bagi atribut nelayan juga berada ditahap yang rendah yaitu min skornya 99.39 berbanding dengan nilai median 10 Kesejahteraan hidup bagi dimensi peranan kerajaan sedikit lebih tinggi daripada nilai median yaitu 72.25 berbanding dengan median72. Tetapi secara keseluruhannya min skor adalah lebih rendah daripada nilai median yaitu 171.63 berbanding dengan 180. Penelitian Hendrik (2011), mengenai analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi Riau dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan pengeluaran, di mana pendapatan yang akan di ukur adalah penerimaan atau penghasilan dalam bentuk uang yang berasal dari usaha perikanan maupun di luar usaha perikanan dalam kurun waktu 1 bulan, sedangkan pengeluaran itu sendiri yang akan di ukur berdasarkan proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pokok seperti beras, lauk pauk, minyak goreng, garam, gula, kopi/teh, dan lain-lain, serta pengeluaran diluar kebutuhan pokok seperti pendidikan, kesehatan, sosial dan lain-lain yang di ukur dalam 1 bulan pengeluaran. Dan hasil ini menunjukkan Berdasarkan kriteria UMR didapatkan seluruh nelayan mempunyai pendapatan di atas UMR, berdasarkan Bappenas sebanyak 4 rumah tangga nelayan tidak sejahtera dan menurut BPS sebanyak 6 rumah tangga responden termasuk ke dalam rumah tangga tidak sejahtera.

G. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka di susun kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: Usaha Perikanan Budidaya Perikanan Perikanan Tangkap Pengolahan hasil Perikanan Nelayan Pendapatan RT Nelayan (Pendapatan nelayan + pendapatan non nelayan) Pengeluaran RT Nelayan (Kebutuhan pangan + kebutuhan non pangan) Kesejahteraan Nelayan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan Gambar 1. di atas, dapat di jelaskan bahwa usaha perikanan meliputi budidaya perikanan, perikanan tangkap, dan pengolahan hasil perikanan. Perikanan tangkap di jalankan atau di lakukan oleh seorang nelayan. Nelayan

pada umumnya hanya memfokuskan dirinya untuk menangkap ikan. Namun di samping melaut, nelayan itu juga melakukan pekerjaan sampingan (budidaya tanaman, perahu taksi, dan lain-lain). Sehingga melalui usaha yang berbeda tersebut akan memperoleh pendapatan yang disebut pendapatan rumah tangga nelayan. Pendapatan yang diperoleh rumah tangga nelayan di pergunakan atau di alokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan (beras, lauk pauk, minyak goreng, garam, dan lain-lain) dan kebutuhan non pangan (pendidikan, kesehatan, dan lainlain), di mana kedua kebutuhan itu disebut pengeluaran rumah tangga nelayan. Selanjutnya dari pengeluaran rumah tangga nelayan tersebut dapat di ukur tingkat kesejahteraan nelayan. H. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa 1. Pendapatan Rumah Tangga nelayan rata-rata diperoleh dari hasil melaut, wiraswasta, sopir taxi perahu dan buruh tani. 2. Pendapatan rumah tangga nelayan rata-rata adalah untuk kebutuhan pangan dan non pangan. 3. Rata-rata nelayan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara berada pada tingkat keluarga sejahtera I atau miskin.