VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub
|
|
- Veronika Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan adalah pendapatan dari usaha penangkapan ikan yang umumnya diperoleh oleh nelayan atau suami. Hal ini dikarenakan di dalam sub sektor perikanan terutama menangkap ikan adalah pekerjaan utama bagi nelayan. Pendapatan nelayan dalam sub sektor perikanan adalah yaitu selisih penerimaan dikurangi total biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari seluruh hasil tangkapan dikalikan dengan harga jual, sedangkan biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan yakni biaya sarana produksi dan biaya penyusutan perahu dan alat tangkap (jaring) yang digunakan. Pendapatan di luar sub sektor perikanan adalah pendapatan yang diperoleh istri nelayan di luar sub sektor perikanan. Tabel 21. Kontribusi Pendapatan Suami Di Dalam Sub Sektor Perikanan dan Di Luar Sub Sektor Perikanan. Komponen Pendapatan Kegiatan Di Dalam Sub Sektor Perikanan Kegiatan Di Luar Sub Sektor Perikanan Musim Penangkapan Ikan Musim Panen Musim Paceklik Rupiah/bulan % Rupiah/bulan % Total
2 101 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada saat musim panen, kontribusi pendapatan nelayan di dalam sub sektor perikanan memegang peranan penting dalam pendapatan nelayan yakni 100 %. Sedangkan pada saat musim paceklik, kontrubisi pendapatan nelayan di dalam sub sektor perikanan menjadi lebih berkurang dibanding musim panen yakni sebesar % sehingga kontribusi pendapatan nelayan yang diperoleh dari sub sektor perikanan sangat membantu dalam peningkatan pendapatan nelayan yang berkurang tersebut. Namun, persentase tersebut masih lebih besar dibandingkan kontribusi pendapatan nelayan di luar sub sektor perikanan yakni sebesar %. Adanya pendapatan suami di dalam sub sektor perikanan yang menurun pada saat musim paceklik maka hal ini akan mempengaruhi pendapatan rumahtangga pada saat musim paceklik dan musim panen. Rata-rata kontribusi pendapatan rumahtangga responden pada musim paceklik dan musim panen dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 22. Rata-rata Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Nelayan Tradisional pada Musim Panen dan Musim Paceklik Pendapatan rumahtangga Pendapatan Di Dalam Sub Sektor Perikanan (Rupiah/bulan) Pendapatan Di Luar Sub Sektor Perikanan (Rupiah/bulan) Pendapatan Total Rumahtangga (Rupiah/bulan) Rata-rata Persentase Musim Musim Musim Musim Panen Paceklik Panen Paceklik
3 102 Tabel 22 menunjukkan bahwa pendapatan rumahtangga pada saat musim paceklik jauh menurun dibandingkan pada musim panen. Pendapatan di dalam sub sektor perikanan yang dihasilkan oleh nelayan sebagai kepala rumahtangga pada saat musim paceklik sebesar 45.70%. Persentase ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pendapatan suami di dalam sub sektor perikanan pada saat musim panen ebesar % terhadap pendapatan rumahtangga. Dengan adanya perbedaan pendapatan rumahtangga pada musim paceklik dan musim panen maka setiap rumahtangga memiliki pola tertentu dalam menggunakan sumber pendapatannya untuk membelanjakan kebutuhannya seharihari pada dua musim yang berbeda. Pengeluaran dalam rumahtangga terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Tabel 23. Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga Nelayan Tradisional pada Musim Panen dan Musim Paceklik Komponen Pengeluaran Musim Penangkapan Ikan Musim Panen Musim Paceklik Rupiah/bulan % Rupiah/bulan % Konsumsi Pangan Konsumsi Non Pangan Total Dilihat dari pola pengeluaran rumahtangga pada tabel 23 bahwa alokasi pengeluaran terbesar adalah pada konsumsi pangan yaitu sebesar pada musim panen dan pada saat musim paceklik. Konsumsi pangan meliputi kebutuhan beras, sayur-sayuran, daging, telur dan ikan, gula, the/kopi, rokok dan kue-kue. Persentase konsumsi non pangan sebesar pada saat musim panen dan persen pada saat musim paceklik. Konsumsi non pangan meliputi
4 103 pembayaran iuran air, listrik, kebutuhan sekolah anak, pengobatan dan pembelian alat elektronik dan baju serta pembayaran pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, bahwa pada saat musim paceklik terjadi produksi yang rendah sehingga pendapatan nelayan di dalam sub sektor perikanan cenderung rendah dan masih rendahnya peluang kerja istri sehingga istri tidak dapat memberikan kontribusi pendapatan terhadap pendapatan rumahtangga serta kondisi sumberdaya rumahtangga yang belum dioptimalkan sehingga kegiatan ekonomi rumahtangga belum mampu untuk memperoleh kepuasan bagi anggota rumahtangganya. Hal ini mendorong terjadinya peluang kemiskinan pada rumahtangga nelayan. Peluang kemiskinan rumahtangga nelayan yang dianalisis dipengaruhi oleh faktor musim dan kegiatan ekonomi rumahtangga serta sumberdaya rumahtangga. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan yang diolah dengan model logit dapat dilihat pada tabel 24. Tabel 24. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional Variabel Koefisien Odds Ratio Taraf nyata Intersep Pengeluaran Total Rumahtangga (PGT) Banyak Anggota Rumahtangga (BAR) a Lama Pendidikan Suami (EDS) Dummy Musim (D 1 ) a Keterangan : a berbeda nyata pada taraf uji α = 5 % b berbeda nyata pada taraf uji α = 10 % c berbeda nyata pada taraf uji α = 15 %
5 104 d berbeda nyata pada taraf uji α = 20 % Tabel 24 menunjukkan bahwa seluruh variabel eksogen dugaan berpengaruh nyata terhadap peluang suatu rumahtangga berada dalam kemiskinan rumahtangga nelayan kecuali lama pendidikan kepala rumahtangga dan banyaknya anggota rumahtangga. Variabel eksogen dugaan pengeluaran total memiliki tanda positif artinya semakin besar total pengeluaran rumahtangga maka semakin besar peluang rumahtangga nelayan berada dalam kemiskinan. Uji statistik menunjukkan bahwa peubah pengeluaran rumahtangga berpengaruh nyata negatif pada = 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan sangat ditentukan oleh besar kecilnya pengeluaran rumahtangga. Nilai odds ratio variabel eksogen dugaan pengeluaran rumahtangga sebesar Artinya peluang rumahtangga dengan pengeluaran rumahtangga untuk hidup miskin kali lebih besar daripada rumahtangga dengan pengeluaran rumahtangga yang lebih rendah. Pengeluaran rumahtangga merupakan faktor utama dalam menentukan apakah rumahtangga tersebut miskin atau tidak. Pengeluaran yang dilakukan oleh rumahtangga baik untuk konsumsi pangan maupun konsumsi non pangan merupakan gambaran apakah kebutuhan rumahtangga tersebut telah terpenuhi. Apabila pengeluaran rumahtangga semakin besar maka pengeluaran tersebut mendorong terjadinya pemborosan yang tidak mesti dilakukan oleh suatu rumahtangga dalam rumahtangga nelayan tradisional. Variabel eksogen dugaan banyak anggota rumahtangga memiliki tanda negatif artinya semakin besar anggota rumahtangga maka semakin kecil peluang rumahtangga nelayan berada dalam kemiskinan. Nilai odds ratio variabel banyaknya anggota rumahtangga sebesar Artinya peluang rumahtangga
6 105 dengan banyak anggota rumahtangga yang besar untuk hidup sejahtera kali lebih besar daripada rumahtangga dengan banyak anggota rumahtangga yang lebih kecil. Uji statistik menunjukkan bahwa variabel eksogen dugaan banyaknya anggota rumahtangga tidak berpengaruh nyata terhadap peluang kemiskinan rumahtangga nelayan. Variabel eksogen dugaan dummy musim memiliki tanda positif artinya pada saat musim paceklik, maka semakin besar peluang rumahtangga nelayan berada dalam kemiskinan. Uji statistik menunjukkan bahwa peubah dummy musim berpengaruh nyata positif pada = 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan sangat ditentukan oleh perbedaan musim. Nilai odds ratio variabel dummy musim sebesar Artinya peluang rumahtangga pada musim paceklik untuk hidup miskin kali lebih besar daripada musim panen. Pada musim paceklik, pendapatan nelayan cenderung rendah sehingga pendapatan rumahtangga juga rendah sehingga pendapatan tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adanya faktor ketidakstabilan pendapatan karena musim merupakan kemiskinan sementara.
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL Pendapatan rumahtangga nelayan tradisional terdiri dari pendapatan di dalam sektor perikanan dan pendapatan di luar
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya
Lebih terperinciGambar 2 Metode Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan
28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. adalah orang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri
Lebih terperinciIV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA
31 IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 4.1. Pengeluaran dan Konsumsi Rumahtangga Kemiskinan tidak terlepas dari masalah tingkat pendapatan yang masih rendah dan hal ini umumnya terjadi di wilayah pedesaan Distribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan
Lebih terperincimenggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.
29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu survey rumah tangga petani yang mendapat BLP Organik dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal
Lebih terperinciVI. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA RESPONDEN Alokasi Curahan Kerja Pada Kegiatan Pertanian
91 VI. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA RESPONDEN 6.1. Alokasi Curahan Kerja 6.1.1. Alokasi Curahan Kerja Pada Kegiatan Pertanian Rumahtangga responden umumnya mengusahakan tanaman pangan, tanaman jangka panjang
Lebih terperinciPEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH
Boks.2 PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH Pengendalian inflasi merupakan faktor kunci dalam menstimulasi kegiatan ekonomi riil yang berkembang sekaligus
Lebih terperinci6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN
40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Luasnya lahan pertanian di Indonesian pada kenyataannya belum mampu
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
30 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di Kota Bogor Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 18/03/72/Th. XVIII, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Selama Februari 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 97,75 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Februari
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM
BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam
55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Setiabudi 8
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta
Lebih terperinciVIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI 8.1. Model Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 37/07/73/Th. XI, 3 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN JUNI SEBESAR 100,54 NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan Juni sebesar 100,54;
Lebih terperinciVI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA
VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA 6.1. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Dalam penelitian ini, alokasi waktu kerja didefinisikan sebagai jumlah jam kerja riil yang
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012
No. 13/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan
Lebih terperinciVIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR
VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 8.1 Pendapatan Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 35/06/72/Th.XVIII, 01 Juni 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Selama Mei 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 96,70 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Mei 2015 sebesar
Lebih terperinciVII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG Oleh : THESISIANA MAHARANI A14302058 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN SAYURAN DATARAN TINGGI OLEH RUMAHTANGGA DI KOTA MATARAM
GaneÇ Swara Vol. 6 No. September 1 ANALISIS PERMINTAAN SAYURAN DATARAN TINGGI OLEH RUMAHTANGGA DI KOTA MATARAM M. YUSUF 1 dan MUJI RAHAYU Fakultas Pertanian UNRAM 1 dan BPTP NTB ABSTRAKSI Penelitian ini
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36
No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2015, NTP Daerah
Lebih terperinciKata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Teknologi PTT, Tingkat penerapan PTT, Produksi.
Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Rakitan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Usahatani Kedelai Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Irmita Rahma 2 Sumberdana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 702 Ha, ketinggian diatas
Lebih terperinciVI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017
No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Perkembangan penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2013 2017 meskipun secara absolut terlihat meningkat,
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun
Tabel 2.1 DAFTAR TABEL Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten Kota Tahun 14... Halaman 6 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2. Banyaknya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya terkandung kekayaan hayati sumberdaya ikan, yang apabila potensi tersebut dikelola dengan baik,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena atas perkenan dan dan ridhonya telah diselesaikan penyusunan Output Panel K
DATA DAN INFORMASI PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) Karakteristik Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian
Lebih terperinciVI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR KRL
VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR 6.1. Persepsi Rumahtangga terhadap Tata Lingkungan di Dekat Jalur Penataan lingkungan yang dimaksud
Lebih terperinciAnalisis Penyebab Kenaikan Harga Beras
Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel
37 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciSumber: Serang Dalam Angka (data diolah)
2.6. PROYEKSI POTENSI EKONOMI Berdasarkan Uraian tentang PDRB di atas, kita dapat memprediksikan besaran PDRB atas dasar harga berlaku atau atas dasar harga konstan dengan menggunakan regresi linier. Meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2011
No. 33/07/63/Th.IV, 1 Juli 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2011 Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan Bulan Juni 2011 TURUN 0,38 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 39/07/72/Th. XVIII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Selama Juni 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 97,62 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Juni 2015 sebesar
Lebih terperinciBAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA
105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep usahatani Soekartawi (1995) menyatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN
BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan
Lebih terperinciV. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG
45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014
No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
Lebih terperinciKONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VIII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2012 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinciStatistik Deskriptif. Perumahan. Seminar Hasil Tugas Akhir
Statistik Deskriptif Perumahan Sebagian besar status penguasaan bangunan tempat tinggal rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Malang tahun 2009 adalah milik sendiri dengan persentase jauh lebih
Lebih terperinciVII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA
161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016
No. 49/07/33/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 4,507JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan pembelian produk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan pembelian oleh pembeli tersebut
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
49 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Usaha Nelayan Rajungan Kegiatan usaha penangkapan dimulai dari operasi penangkapan, pemasaran hasil tangkapan, rumah tangga nelayan dan lingkungan ekonomi
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 125/07/21/Th. III, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup
Lebih terperinciANALISIS WILLINGNESS TO PAY
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PETANI TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN IRIGASI Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah Oleh : FAHMA MINHA A14303054 PROGRAM
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 44/08/72/Th.XVIII, 03 Agustus 2015 Selama Juli 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 98,21 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Juli 2015
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 05/01/32/Th. XIX, 3 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada September
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2015)
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.05/01/16 Th. XVIII, 04 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN ) RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 53 /09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 Selama Agustus 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 97,71 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Agustus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja Migrasi kerja merupakan reaksi atas tekanan interaksi faktor-faktor positif, negatif dan netral (Hugo 1981). Suryana (1979) menyatakan tekanan itu berupa tekanan
Lebih terperinci1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pada umumnya mereka adalah kelompok masyarakat tertinggal yang berada pada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Satriyan kecamatan Tersono kabupaten Batang. Langkah-langkah yang dilakukan
64 BAB IV AALISIS HASIL PEELITIA Pembahasan tentang analisis data ini mengarah pada penyelesaian permasalahan yang telah diajukan pada Bab I yakni: Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian
Lebih terperinciVI. METODE PENELITIAN
VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
o. 04/04/62/Th. I, 2 Mei 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/10/62/Th.VIII, 1 Oktober 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada September 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat
Lebih terperinciVI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap
VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Selama September 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 102,26 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama September
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
199 IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan data Susenas tahun 2008, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)
o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Selama Agustus, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 97,20 Persen No. 03/09/62/Th.X, 1 September Nilai Tukar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 09/02/72/Th.XIX, 01 Februari 2016 Selama Januari 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 99,09 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Januari
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANGKA BELITUNG KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kondisi tanah dan keterbatasan lahan Kota Pangkal Pinang kurang memungkinkan daerah ini mengembangkan kegiatan pertanian. Dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk
6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 33/06/73/Th. XI, 2 Juni PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MEI SEBESAR 100,41 NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan Mei sebesar 100,41, terjadi
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
o. 04/04/62/Th. I, 2 Mei 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/12/62/Th.VIII, 1 Desember 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada November 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat
Lebih terperinci