BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Palabuhanratu terkenal sebagai penghasil utama perikanan laut di Kabupaten Sukabumi. Daerah ini merupakan derah yang memiliki pantai karena berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Keadaan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia membuat daerah tersebut merupakan daerah penangkapan yang luas. Sebagian besar daerah pantai di Kabupaten Sukabumi membentuk teluk yang menyebabkan daerah tersebut terlindungi dari gelombang laut Samudera Indonesia yang cukup besar sehingga keberadaan PPN palabuhanratu sebagai sentral kegiatan perikanan tangkap pada saat ini sudah sangat sesuai dengan kondisi geografi pantai berupa teluk... Keadaan Iklim dan Musim Terdapat dua musim utama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu yaitu musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai bulan Februari, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juli sampai Bulan September. Kedua musim tersebut terdapat musim peralihan dari musim barat ke timur dan juga sebaliknya. Musim peralihan ini terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni dan bulan Oktober sampai dengan Bulan November. Perbedaan musim sangat mempengaruhi hasil dan operasi penangkapan ikan. Pada musim barat (DesemberFebruari) angin sangat kencang, ombak sangat besar dan juga naiknya volume air laut menyebabkan sebagian nelayan enggan melaut karena hasil tangkapannnya juga biasanya sedikit atau sering disebut musim paceklik namun, akan terjadi sebaliknya jika musim timur (JuliSeptember). 7

2 8. Keadaan Umum Perikanan Tangkap Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu tahun 0 sebanyak kg dengan nilai produksi sebesar Rp ,. Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 0 mencapai kg dengan nilai sebesar Rp , (PPNP 0).. Karakteristik Responden.. Umur Nelayan Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 6 sampai 6 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 6 tahun (Kusumowidho 000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang lebih tua.komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada Gambar. Kelompok Umur Nelayan ,%,%,7%,6 66 6,9% Gambar.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon dipalabuhanratu.

3 9 Gambar memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh usia produktif. Responden berusia 6 tahun merupakan kelompok umur terbanyak dari keseluruhan dengan jumlah 6,9% dan kelompok umur yang paling sedikit berusia 6 dan 66 tahun yang masingmasing memiliki presentasi sebanyak,%. Hal ini sebabkan nelayan dengan usia diatas tahun sudah kurang mampu melaut karena faktor fisik, diantaranya kesehatan yang sudah mulai menurun, tidak kuatnya melaut, mudah sakit kepala apabila terkena angin malam... Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel menunjukan bahwa nelayan pengguna alat tangkap rumpon mayoritas berpendidikan SD sebanyak 69 orang (7%) sedangkan yang paling sedikit adalah SMA (Lampiran ). Hal ini disebabkan pada masa usia sekolah, nelayan lebih memilih untuk berlayar dari pada melanjutkan pendidikan karena pada masa itu di Teluk Palabuhanratu sangat besar potensi ikannya.tingkat pendidikan nelayan sangat berpengaruh terhadap pola hidup, daya pikir, kecerdasan dan pengambilan keputusan seseorang. Berdasarkan Tabel, dapat diketahui bahwa responden nelayan rumpon mayoritas berpendidikan terakhir SD 7%, sedangkan minoritas berpendidikan terakhir SMP %. Hal ini disebabkan pada usia produktif sekolah, responden lebih memilih berlayar karena memiliki prospek menjanjikan. Tabel. Tingkat Pendidikan Buruh Nelayan Rumpon, 0.. No Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SMA Nelayan 69 Persentase 7 00 Analisis Bagi Hasil Nelayan Rumpon Kegiatan analisis bagi hasil nelayan rumpon di PPN Palabuhanratu menggunakan sistem bagi hasil yaitu dengan cara menghitung nilai produksi

4 0 dikurangi biaya operasi, perbekalan, ongkos lelang, dan lainlain. Sistem bagi hasil yang dibagi rata setelah dikurangi biaya operasional dari nilai penangkapan dalam satu kali trip antara nelayan buruh dengan pemilik merupakan hubungan kerja sama yang paling tepat yang dilakukan oleh nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu. Menurut data hasil penjualan ikan (Lampiran ) ratarata pendapatan nelayan rumpon per trip Rp...69, sedangkan biaya operasional yang mencakup BBM, makanan, umpan, dan es dalam satu kali trip sebesar Rp Sehingga nilai tangkapan bersih per trip sebesar Rp...69 Rp = Rp ,. nelayan buruh dalam satu perahu tersebut ada orang, maka nilai hasil tangkapan bersih dibagi 6 (Ditambah pemilik orang), sehingga Rp : 6 = Rp..8.66,. Dalam satu bulan nelayan biasa melaut sebanyak kali, jadi masingmasing nelayan buruh akan mendapatkan hasil sebesar Rp dalam satu bulan.. Nilai Tukar Nelayan Nilai Tukar Nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu bernilai 0,, nilai ini didapat dari hasil bagi ratarata pendapatan dan pengeluaran rumah tangga buruh nelayan rumpon (Lampiran 6). Konsep nilai tukar nelayan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Nilai Tukar Nelayan (NTN), yang pada dasarnya merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. Berdasarkan standar Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang dikeluarkan oleh KKP pada tahun 0, nelayan dikatakan sejahtera apabila nilai tukar nelayan mencapai 0. Berdasarkan data yang telah dihitung nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memiliki nilai sebesar 0,, hal ini menandakan bahwa nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu bisa dikatakan sejahtera karena nilai tukar nelayan nya sesuai dengan standar KKP..6 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu Tingkat kesejahteraan bersifat subyektif dan luas sehingga data yang mampu mengukur semua segi kesejahteraan tidak dapat disajikan. Tingkat kesejahteraan dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan aspekaspek

5 yang dapat diukur saja, yaitu kesejahteraan fisik. Konsep yang digunakan dalam pengukuran adalah kriteria BPS dalam SUSENAS tahun 00 yang dimodifikasi, yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pertama mengenai pendapatan rumah tangga buruh nelayan, sedangkan indikator lainnya tetap sesuai dengan kriteria kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS tahun Analisis Pendapatan Keluarga Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir seluruh Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon memperoleh pendapatan dari hasil kegiatan penangkapan ikan, namun ada beberapa pendapatan nelayan yang diperoleh dari kegiatan yang dibantu oleh istri dan anak, khususnya pada kegiatan berdagang. Hanya saja hal ini termasuk minoritas, dari responden hanya 8 responden yang menyatakan bahwa istri dan anak membantu dalam usaha tersebut (Lampiran 7). Tingkat pendapatan rumah tangga diukur menggunakan konsep kemiskinan menurut Sajogyo (9), yang menggunakan beras sebagai dasar penggolongan tingkat kemiskinan. Pengukuran tingkat kemiskinan yang digunakan adalah dengan menyertakan nilai sejumlah beras per tahun dengan pendapatan perkapita pertahun dari rumah tangga nelayan. ) Tidak miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita pertahun lebih tinggi dari nilai tukar 0 kg beras ( > Rp ) ) Miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai tukar 0 kg 0 kg beras (Rp Rp ) ) Miskin sekali, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai tukar 0 kg 80 kg (Rp Rp ) ) Paling miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun lebih kecil dari nilai tukar 80 kg beras (Rp.0.000) Berdasarkan Tabel, responden dari rumah tangga nelayan rumpon di Palabuhanratu tergolong kelompok tidak miskin yaitu sebesar 00% artinya pendapatan rumah tangga nelayan rumpon melebihi kriteria kemiskinan Sajogyo (9).

6 Tabel. Indikator Pendapatan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon Menurut Kriteria Sajogyo, 9. Kriteria Tidak Miskin: >0 kg Miskin: 0 kg 0 kg Miskin Sekali : 0 kg 80 kg Paling Miskin: <80kg Nelayan 00 Persentase 00%.6. Analisis Pengeluaran Keluarga Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan (Sembako) dan pengeluaran non pangan (Pakaian, Rekreasi, Pendidikan, dan Kesehatan). Berdasarkan hasil analisis, ratarata pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan pangan adalah Rp per tahun dan pengeluaran non pangan sebesar Rp..7.6 per tahun. Tabel. Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon Jenis Pengeluaran Pangan Non Pangan Ratarata Pengeluaran (Rp) Per Bulan Pertahun Persentase 8% 6% 00% Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar 8% dari total pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk pengeluaran non pangan yaitu sebesar 6%. Ratarata pengeluaran rumah tangga nelayan rumpon untuk pangan menghabiskan Rp..00 per bulan. tersebut dibagi kedalam beberapa kebutuhan pokok pangan seperti beras, minyak, gula, lauk pauk, sayuran, dan lainlain. Sedangkan pengeluaran rumah tangga nelayan rumpon untuk non pangan menghabiskan Rp 8.79 per bulan. tersebut dibagi ke dalam beberapa kebutuhan non pangan seperti pakaian, rekreasi,

7 pendidikan, dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terus meningkatnya harga barangbarang pokok, sehingga pendapatan yang ada sebagian besar dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan kebutuhan non pangan menjadi kurang terpenuhi. Ratarata selisih pendapatan dan pengeluaran rumah tangga buruh nelayan rumpon dalam setahun sebesar Rp.77.6 (Lampiran 8)..6. Keadaan Tempat Tinggal Tempat tinggal biasanya berwujud bangunan rumah, tempat berteduh atau struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal. Mengukur kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera berdasarkan keadaan tempat tinggal secara garis besar yaitu. Keluarga pra sejahtera memiliki lantai rumah bersemen lebih dari 80 % dan keluarga sejahtera memiliki ratarata luas lantai rumah 8 meter persegi per anggota keluarga (BKKBN 009). Keadaan tempat tinggal responden merupakan salah satu indikator untuk menunjukan keadaan sosial rumah tangga dalam masyarakat. Semakin baik kondisi dan fasilitas tempat tinggal, maka semakin baik keadaan sosial rumah tangga. Penilaian tempat tinggal dilihat dan kondisi atap rumah, bilik, satu kepemilikan, lantai dan luas lantai. Indikator keadaan tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan Tabel 7, kriteria tempat tinggal yang dimiliki nelayan sudah tergolong tempat tinggal permanen sebesar 87,6%, sedangkan yang tergolong semi permanen sebesar,7%. Hal ini digambarkan oleh seluruh tempat tinggal nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memenuhi kriteria sejahtera berdasarkan BPS tahun 00.

8 Tabel 6. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu, 0. No Keadaan Tempat Tinggal Atap a. Genting b. Asbes c. Seng d. Sirap e. Daun Bilik a. Tembok b. Setengah Tembok c. Kayu d. Bambu Kayu e. Bambu Status a. Milik Sendiri b. Sewa c. Menumpang a. Porselin b. Ubin c. Plester d. Papan e. Tanah Luas lantai a. 00m b m c. <0m Nelayan Persentase , 9, ,86,68,6 00 6,6 6,80 8,6 00 0, 6,08, ,8 0, 00 Tabel 7. Kriteria Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu No Kriteria Nelayan (orang) Permanen (skor ) 8 Semi Permanen (skor 0 ) Non Permanen (skor 9) Persentase 87,6,7 00

9 .6. Fasilitas Tempat Tinggal Fasilitas tempat tinggal menjadi salah satu indikator keadaan sosial rumah tangga buruh nelayan rumpon di masyarakat. Kriteria penilaian fasilitas tempat tinggal antara lain luas pekarangan, sarana hiburan dan alat pendingin, penerangan, bahan bakar, sumber air, dan ketersediaan MCK. Berdasarkan Tabel 8, menunjukan fasilitas tempat tinggal nelayan yang memiliki pekarangan dengan luas > 00 meter persegi sebanyak,06% dan 7,8% memiliki luas pekarangan 0 00 meter persegi sedangkan yang memiliki luas pekarangan < 0 meter persegi sebanyak 70,0%. Fasilitas hiburan merupakan salah satu kriteria yang mendukung dalam penilaian kesejahteraan. Hiburan sangat diperlukan oleh anggota keluarga dengan tujuan dapat menghilangkan kejenuhan setelah beraktifitas seharian atau dapat mempererat hubungan keluarga. Fasilitas hiburan yang ratarata dimiliki nelayan buruh rumpon adalah televisi(tv) sebanyak 7,6%, tape recorder,%, radio,0%, dan fasilitas hiburan berupa Video,68%. Pendingin merupakan fasilitas pendukung pada suatu keluarga. Namun, dalam kondisi sekarang pendingin menjadi salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan. Adapun pendingin yang mayoritas dimiliki nelayan adalah lemari es sebanyak,96%, kipas angin sebanyak,67%, dan yang alami sebanyak,7%. Sumber penerangan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi keluarga. Pada zaman sekarang segala kegiatan yang dilakukan masyarakat hampir menggunakan tenaga listrik sehingga sebanyak 00% rumah tangga buruh nelayan rumpon menggunakan listrik sebagai penerangan. Bahan bakar merupakan fasilitas penunjang dalam kegiatan memasak, dll. Rumah tangga buruh nelayan rumpon sebanyak 86,60% menggunakan gas sebagai bahan bakar dan sisanya menggunakan minyak tanah sebanyak,0%. Gas merupakan salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah bagi masyarakat. Selain itu, sumber air juga merupakan kriteria yang penting dalam kegiatan rumah tangga dan dapat menunjukan keadaan sosial suatu keluarga. Sumber air yang

10 6 berasal dari PAM merupakan yang paling banyak dimiliki oleh nelayan 6,9% sedangkan yang menggunakan sumur 9,9% dan sumur bor sebanyak,0%. MCK merupakan kriteria yang termasuk dalam salah satu indikator fasilitas tempat tinggal. Seluruh responden memiliki fasilitas MCK sendiri seperti tampilan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 9, kriteria fasilitas tempat tinggal yang dimiliki responden sebanyak 60 orang atau 6,86% telah tergolong lengkap sedangkan sebanyak 7 orang atau 8,% tergolong memiliki fasilitas cukup lengkap.

11 7 Tabel 8. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal, 0. No. Fasilitas Tempat Tinggal Pekarangan a. Luas (> 00m ) b. Cukup ( 000 m ) c. Sempit (< 0 m) Hiburan a. Video b. Tv c. Tape Recorder d. Radio Pendingin a. AC b. Lemari Es c. Kipas Angin d. Alami Sumber Penerangan a. Listrik b. Petromak c. Lampu Tempel Bahan Bakar a. Gas b. Minyak Tanah c. Kayu (Arang) Sumber Air a. PAM b. Sumur Bor c. Sumur d. Mata Air e. Air Hujan f. Sungai MCK a. Kamar Mandi Sendiri b. Kamar Mandi Umum c. Sungai d. Kebun 6 7 Nelayan Persentase 7 68,06 7,8 70,0 70,68 7,6,,0,96,67, ,60, ,9 9,9,0 6 6,9,0

12 8 Tabel 9. Kriteria Fasilitas Tempat Tinggal, 0. No Kriteria Lengkap (skor 7) Cukup (skor 0) Kurang (skor 7) Nelayan 60 7 Persentase 6,86 8, Kesehatan Rumah Tangga Kesehatan rumah tangga adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut BPS (00), kriteria kesehatan rumah tangga yaitu banyaknya anggota keluarga yang sering mengalami sakit dalam satu bulan. Kesehatan anggota keluarga nelayan buruh rumpon dilihat dari berbagai kriteria seperti, baik jika seluruh anggota rumah tangga dalam satu bulan kurang dari % sering sakit (skor ), cukup baik apabila anggota rumah tangga dalam satu bukan antara 0% sering mengalami sakit (skor ), dan kurang baik jika seluruh anggota keluarga dalam satu bulan lebih dari 0% sering mengalami sakit (skor ). Indikator kesehatan rumah tangga buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 0. Tabel 0. Indikator Kesehatan Rumah Tangga, 0. Kesehatan Anggota Rumah Tangga Baik (<% sering sakit) Cukup (0% sering sakit) Kurang (>0% sering sakit) Nelayan 66 7 Persentase 68,0 7,8, 00 Pada Tabel 0 dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota rumah tangga nelayan buruh rumpon tergolong baik (<% sering sakit) yaitu sebesar 68,0%. Penyakit yang dialami hanya penyakit ringan seperti batuk, flu,pusing dan sakit perut. 7,8% anggota rumah tangga pedagang tergolong cukup (0% sering sakit) biasanya sakit yang dialami yang harus dilakukan perawatan internsif.,% anggota rumah tangga buruh nelayan rumpon tergolong kurang (>0%

13 9 sering sakit) biasanya sakit yang dialami sudah akut hingga menyebabkan kematian..6.6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kriteriakriteria yang mendukung dalam indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi jarak kerumah sakit terdekat, jarak ke poliklinik/ puskesmas/ posyandu, biaya berobat, penanganan berobat, alat kontrasepsi, konsultasi KB, dan harga obatobatan. Tabel menjelaskan indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan pada rumah tangga buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu Sukabumi. Berdasarkan Tabel terdapat,% rumah tangga buruh nelayan rumpon yang memiliki jarak terdekat antara 0,0 km dengan rumah sakit, sedangkan 8,76% rumah tangga buruh nelayan rumpon memiliki jarak terdekat dengan rumah sakit. Buruh nelayan rumpon yang memiliki jarak terdekat antara tempat tinggal dengan poloklinik/ puskesmas/ posyandu yaitu 0,0 km sebanyak,7%, dan yang memiliki jarak terdekat sebanyak 7,6%. Hal ini ditunjang dengan fasilitas yang diberikan pemerintah dalam melayani kesehatan bagi masyarakat. Selain itu, biaya berobat yang ditetapkan oleh suatu lembaga bagi % responden terjangkau, 8,% responden yang merasa cukup terjangkau dan kurang terjangkau 0,6%. Sebanyak 6,9% responden mengatakan bahwa penanganan tenaga medis sudah baik, namun,6% responden lainnya mengatakan cukup baik. Mengenai alat kontrasepsi responden yang menyatakan mudah didapat terdapat sebanyak 6,8% responden dan 0,% responden lainnya menyatakan cukup mudah didapat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan respon nelayan tentang konsultasi KB sebanyak,7% responden menyatakan mudah, 8,% responden cukup mudah dan,6% responden menyatakan sulit dalam melakukan konsultasi KB kepada tim medis. Harga obatobatan yang harus dikeluarkan oleh responden apabila mengalami sakit terbilang terjangkau bagi 9,8% responden dan 60,8% responden menyatakan cukup terjangkau.

14 0 Tabel. Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan, 0. Kemudahan Pelayanan No. Kesehatan Jarak Rumah Sakit Terdekat a. 0 Km b. 0,0 Km c. > Km d. Tidak Terdapat Jarak Poliklinik a. 0 Km b. 0,0 Km c. > Km d. Tidak Terdapat Biaya Berobat a. Terjangkau b. Cukup Terjangkau c. Kurang Penanganan Berobat a. Baik b. Cukup c. Jelek Alat Kontrasepsi a. Mudah Didapat b. Cukup Mudah c. Sulit Didapat Konsultasi KB a. Mudah 6 b. Cukup c. Sulit Harga Obatobatan a. Terjangkau 7 b. Cukup Terjangkau c. Sulit Terjangkau Berdasarkan penilaian akan Nelayan Persentase 7 0 8,76, 7 7,6, , 0,6 6,9, ,8 0, 6 7,7 8,, ,8 60,8 kemudahan mendapatkan kemudahan pelayanan kesehatan seperti yang ditujukan pada Tabel, 77,% responden menyatakan mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan,68% responden lain mengatakan cukup mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.

15 Tabel. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu 0. No Kriteria Mudah (skor 89) Cukup (skor 67) Sulit (skor ) Nelayan 7 Persentase 77,, Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu perhatian pemerintah dengan adanya kebijakan wajib sekolah 9 tahun. Selain itu pemerintah memberikan keringanan dengan sekolah gratis dan buku gratis yang dipinjamkan untuk mendukung kegiatan pendidikan, mengingat kualitas sumber daya manusia juga ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Pada Tabel terdapat respon dari buruh nelayan rumpon sebagai orang tua dalam kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan yang dilihat dari tiga segi yaitu, biaya sekolah, jarak ke sekolah dari masingmasing tempat tinggal, dan prosedur penerimaan. Tabel.Indikator Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan, 0. No. Kemudahan Pendidikan Biaya Sekolah a. Terjangkau b. Cukup Terjangkau c. Sulit Terjangkau Jarak Kesekolah a. 0 Km b. 0,0 Km c. > Km Prosedur Penerimaan a. Mudah b. Cukup Mudah c. Sulit Nelayan Persentase 9 9, 8,,78 79, 0, , 6,7 6,87

16 Berdasarkan Tabel sebanyak 9,% dari 67 responden menyatakan bahwa biaya sekolah terjangkau karena sebagian sekolah dibebaskan dari biaya administrasi, 8,% menyatakan cukup terjangkau dan,78% menyatakan sulit terjangkau karena menurut responden biaya buku yang harus ditanggung cukup mahal. Pada indikator ini tidak seluruh responden sudah memiliki anak yang berusia sekolah, oleh sebab itu hanya 67 responden yang memberikan respon sudah sekolah, sedangkan 0 responden lainnya tidak memberikan respon. Kebanyakan responden buruh nelayan rumpon sebesar 79,% mengatakan jarak sekolah dari tempat tinggal antara 0,0 Km dan 0,9% mengatakan jarak sekolah dengan tempat tinggal lebih dari Km. Berkaitan dengan prosedur penerimaan sekolah, sebanyak 6,% responden mengatakan mudah, 6,7% mengatakan cukup mudah, dan 6,87 responden mengatakan sulit. Tabel. Kriteria Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan, 0. No Kriteria Mudah (skor 89) Nelayan Cukup (skor 67) 9 8, Sulit (skor ) 9, Persentase 0,90 Berdasarkan Tabel, terlihat bahwa sebanyak 0,90% responden menyatakan bahwa memasukan anak kejenjang pendidikan mudah, 8,% menyatakan cukup, dan 9,0% menyatakan sulit..6.8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Fasilitas transportasi adalah sarana dan prasarana angkutan baik darat, laut maupun udara untuk mempermudah suatu kegiatan manusia. Kriteria kemiskinan yang dipergunakan yaitu ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, dan kepemilikan (BPS 00).

17 Ketersedian sarana transportasi sangatlah penting dalam menunjang kehidupan seharihari buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu. Oleh karena itu, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi menjadi salah satu indikator dalam menganalisis tingkat kesejahteraan para buruh nelayan rumpon. Adapun indikator kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi pada buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu terdiri dari ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, serta status kepemilikan (Tabel ). Jenis alat transportasi yang sering digunakan di Palabuhanratu adalah angkot dan motor. Tabel. Indikator kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 0. Kemudahan Fasilitas Transportasi Ongkos dan Biaya a. Terjangkau b. Cukup Terjangkau c. Sulit Terjangkau Fasilitas Kendaraan a. Tersedia b. Cukup Tersedia c. Sulit Tersedia Kepemilikan a. Milik Sendiri b. Sewa c. Ongkos No. Nelayan Persentase 8 7 9,8, 7, 6,9,6 0 7, 8,76 Tabel 6. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 0. No Kriteria Mudah (skor 79) Cukup (skor 6) Sulit (skor ) Nelayan 0 Persentase,6,, 00 Berdasarkan Tabel 6 mayoritas buruh nelayan rumpon menyatakan ongkos dan biaya terjangkau sebanyak,6%, menyatakan cukup terjangkau,%, dan yang menyatakan sulit sebanyak,%. Biaya ongkos yang biasa dikeluarkan nelayan setiap harinya sebesar Rp.000 sampai dengan Rp 0.000, dan jenis angkutan umum yang biasa digunakan adalah jenis angkot dan ojek.

18 .6.9 Kehidupan Beragama Indikator kehidupan beragamadapat dilihat dari sudut toleransi antar umat beragama, toleransi tinggi (skor ), toleransi sedang (skor ) dan toleransi rendah (skor ). Seluruh responden menyatakan bahwa toleransi kehidupan beragama sangat tinggi dan tidak pernah terjadi bentrokan antar umat beragama, walaupun mereka memeluk agama yang berbeda (Tabel 7). Tabel 7. Indikator Kehidupan Beragama, 0. No Kehidupan Beragama Toleransi Tinggi Toleransi Cukup Toleransi Rendah Nelayan Persentase Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan Ketentraman dan ketertiban adalah hal yang sangat perlu diperhatikan, karena dengan terciptanya keamanan dan ketertiban. Indikator rasa aman dari kejahatan dilihat dari sering tidaknya lingkungan tempat tinggal responden mengalami tindak kejahatan selama satu bulan. Penilaian indikator rasa aman dari gangguan kejahatan yang di alami di wilayah tempat tinggal buruh nelayan rumpon meliputi tiga kriteria yaitu aman (tidak pernah mengalami tindak kejahatan), cukup aman (pernah mengalami tindak kejahatan), dan kurang aman (sering mengalami tindak kejahatan). Tabel 8. Indikator Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan, 0. No Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan Aman Cukup Aman Tidak Aman Nelayan Persentase 00 00

19 Tabel 8, menunjukan bahwa seluruh responden buruh nelayan rumpon menyatakan bahwa mereka telah merasa aman dari gangguan kejahatan. Hal ini disebabkan adanya kegiatan ronda yang rutin dilakukan oleh masyarakat yang tinggal diwilayah masingmasing responden..6. Kemudahan dalam Melakukan Olah Raga Menurut BPS (00), kriteria kemiskinan yang dipergunakan yaitu mudah, cukup mudah, dan sulit dalam melakukan olahraga dalam satu minggu. Kemudahan melakukan olahraga dilihat dari segi sering atau tidaknya responden melakukanya dalam satu minggu, yaitu mudah (apabila sering melakukan olahraga), cukup (apabila cukup sering melakukan olahraga), dan sulit (apabila tidak pernah melakukan olahraga) (Tabel 9). Tabel 9. Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga, 0. No Kemudahan Berolahraga Nelayan Persentase Mudah Cukup Mudah Sulit Berdasarkan Tabel 9, % responden tergolong cukup mudah dalam melakukan olahraga, dan 67% responden tergolong sulit melakukan olahraga, disebabkan faktor umur yang sudah tidak kuat apabila mengalami kelelahan dan tempat untuk melakukan olah raga sulit. Berdasarkan hasil wawancara adapun olahraga yang sering dilakukan adalah jenis olahraga lari, sepakbola, dan renang..7 Rekapitulasi Indikator Kesejahteraan Tabel 0 menunjukan bahwa seluruh buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu termasuk dalam golongan kesejahteraan tinggi. Hasil ini didapat berdasarkan jumlah hasil hitungan dari indikator tingkat kesejateraan menurut BPS (Lampiran 0), dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga merupakan nilai

20 6 yang tertinggi dengan bobot %, karena merupakan salah satu faktor penting dalam suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Pengeluaran keluarga memiliki nilai tertinggi kedua dengan bobot 6%. Hal ini dikarenakan pengeluaran merupakan salah satu penunjang yang dianggap cukup besar dalam suatu rumah tangga. Keadaan tempat tinggal memiliki bobot % karena dianggap salah satu sarana yang penting, dengan adanya tempat tinggal yang memadai dapat memberikan kenyamanan bagi anggota rumah tangga. Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan salah satu indikator yang cukup penting dengan bobot %, karena pendidikan anggota rumah tangga khususnya anak sangat penting, sehingga kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan dapat perhatian lebih. Kesehatan rumah tangga sangat diperhatikan, karena apabila anggota rumah tangga sering mengalami sakit maka dapat memperbesar biaya pengeluaran serta jika kepala keluarga yang mengalami sakit maka tidak akan adanya pendapatan keluarga. Pada fasilitas tempat tinggal, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragana, rasa aman dari gangguan kejahatan dan kemudahan melakukan olahraga dianggap sebagai pelengkap dalam rumah tangga, karena sifatnya tidak terlalu penting dipenuhi secara keseluruhan namun tetap menjadi perhatian oleh anggota rumah tangga dengan bobot % (Tabel 0).

21 7 Tabel 0. Rekapitulasi Indikator, 0 No Indikator Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga Keadaan Tempat Tinggal Fasilitas Tempat Tinggal Kesehatan Rumah Tangga Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Kehidupan Beragama Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan Kemudahan Melakukan Olahraga Bobot Tabel. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu Sukabumi. No Indikator Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga 0,6 Keadaan Tempat Tinggal 0,9 Fasilitas Tempat Tinggal 0,08 Kesehatan Rumah Tangga 0,0 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis 0,08 Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan 0, Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 0,08 Kehidupan Beragama 0, Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan 0, Kemudahan Melakukan Olahraga 0,,87 Tingkat Kesejahteraan,87 x = Berdasarkan Tabel, menunjukan bahwa nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu Sukabumi memiliki skor tingkat kesejahteraan tinggi () pada seluruh kriteria BPS dikarenakan pada kriteria kemudahan memasukan anak kejenjang pendidikan para nelayan lebih memilih memasukan anak dengan jarak

22 8 jauh namun memiliki kualitas yang baik, serta pada kriteria kemudahan melakukan olahraga dianggap sulit karena tidak memiliki waktu luang untuk berolahraga dan fasilitas tempat olahraga yang sangat terbatas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 0.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian 61 62 Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian Pantai Patra Sambolo 63 64 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN I. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG Bangbang Prayuda*,Atikah Nurhayati** dan Walim Lili** *) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan berlangsung pada Maret 0. Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Peta lokasi penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora ISSN 4-0903 : eissn: 2443-2660 POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Vol. 20, No., Maret 208: 39-44

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN

4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN.1 Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Pendapatan dan konsumsi rumah tangga merupakan indikator kesejahteraan penting yang dikeluarkan oleh BPS (1991) dalam mengukur tingkat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 29 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan tingkat kemiskinan pada rumah tangga

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung PADUAN WAWANCARA PENELITIAN Judul Skripsi Lokasi Penelitian : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Tempat Tanggal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003: 3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 1, Januari 2011 Hal 253-264 ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK A. Gambaran Status Baik Balita di Desa Pecuk Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu LAMPIRAN 155 Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu Keterangan gambar: 1. Rumah Dinas 2. Kantor 3. Aula 4. PT. Fan Marine Shipyard 5. Tangki Solar 6. Bengkel 7. Bak Air 8. Pabrik Es 9. Sumur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu berada di Kabupaten Sukabumi yang memiliki delapan Desa atau Kelurahan diantaranya Desa Palabuhanratu, Citarik, Citepus,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 29 4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Pulau Sebesi Pulau Sebesi merupakan salah satu pulau yang terletak di teluk Lampung berdekatan dengan Krakatau tepatnya pada posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Pulau Pisang terdiri atas 6 pekon yakni Pekon Pasar, Labuhan, Sukadana, Pekon Lok,Bandar Dalam dan Sukamarga. Pulau Pisang merupakan kecamatan yang

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian, ini dilaksanakan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara, dengan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap RAHASIA SPDT14-IT Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN 2014 Subsektor Perikanan - Tangkap PERHATIAN 1. Jumlah anggota rumah tangga

Lebih terperinci

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN KATALOG BPS1101002.1103031 BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1101002.1103031

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. adalah orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015 RAHASIA SPDT15-IKT Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015 Subsektor Perikanan - Tangkap PERHATIAN 1. Jumlah anggota rumah

Lebih terperinci

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN 40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

KUESIONER PERAN IBU. Lampiran:

KUESIONER PERAN IBU. Lampiran: Lampiran: KUESIONER PERAN IBU Petunjuk Pengisian 1. Untuk pertanyaan A, B, C, D diharapkan mengisi jawaban sesuai kolom yang tersedia dan memilih satu jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Secara umum usaha perikanan tangkap dapat dibedakan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, antara lain gill net, payang, dogol, pancing tonda, dll,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN

BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN Keluarga yang dijadikan keluarga dampingan selama pelaksanaan KKN PPM XIII Universitas Udayana Tahun 2016 ini bertempat tinggal di Desa Abuan, Kintamani, Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER ANALISIS FUNGSI KELEMBAGAAN NON-PASAR (NON- MARKET INSTITUTIONS) DALAM EFISIENSI ALOKASI SUMBERDAYA PERIKANAN (Studi Kasus: Pelabuhanratu, Kab. Sukabumi) RIAKANTRI

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai 32 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI 2.1. Kabupaten Kampar 2.1.1. Desa Kasikan A. Kondisi Geografis Desa Kasikan merupakan salah satu desa di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Desa ini juga terletak di

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DESA BENUA BARU ILIR BERDASARKAN INDIKATOR BADAN PUSAT STATISTIK

TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DESA BENUA BARU ILIR BERDASARKAN INDIKATOR BADAN PUSAT STATISTIK EPP.Vol.4.No..007:-6 TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DESA BENUA BARU ILIR BERDASARKAN INDIKATOR BADAN PUSAT STATISTIK (The Welfare Level of Fisherman Society of Benua Baru Ilir Village Based on

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI NURUL UTAMI RAHARJO

PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI NURUL UTAMI RAHARJO PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI NURUL UTAMI RAHARJO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu,- Geo yang berarti

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

'8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P> TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

'8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P> TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN '8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P>. 2 744-2007 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Mount Prosperity of Bagan Motor Fisherman of Say Banten, Serang Regency,.."'::"'-..

Lebih terperinci

Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa

Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Arief Budiman * PADA akhirnya, harga BBM dinaikkan juga pada tanggal 12 Januari 1984. banyak orang kemudian berkomentar, bahwa kenaikan ini

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) R AH A S I A BLOK I. KETERANGAN IDENTITAS 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Data

Lebih terperinci