BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

PENENTUAN JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT SALIM IVOMAS PRATAMA TBK

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

berhati-hati dalam melakukan perencanaan agar tidak terjadi kekosongan stok akan bahan baku dan produk jadi. Salah satu kesalahan perencanaan yang dil

BAB V ANALISIS. Tabel 5.1. Kesalahan Estimasi Peramalan Metode Linear Regression

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perencanaan Agregat. Perencanaa & Pengendalian Produksi_TI-UG

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

PENYUSUNAN JADWAL INDUK PRODUKSI PADA CV. MONACO WIRAINVESTMANT. Nama : Henri Pratama NPM : Jurusan : Teknik Industri

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

BAB II LANDASAN TEORI

METODA AGREGAT PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

3 BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KEBUTUHAN KAPASITAS UNTUK MEMENUHI PENYELESAIAN ORDER DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 ANALISA PERHITUNGAN LEVEL, CHASE DAN MIXED STRATEGY

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT. Titien S. Sukamto

BAB 2 Landasan Teori

PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN KONSUMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP) DIDIK KHUSNA AJI

Perencanaan Produksi Kotak Karton Tipe PB/GL pada PT.Guru Indonesia Ciracas, Jakarta Timur dengan Metode Transportasi.

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Perhitungan Level, Chase dan Mixed Strategy

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

USULAN RENCANA PRODUKSI AGREGAT PADA PT JAYA ABADI MANUFAKTUR - TANGERANG

PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI GAS CIRCUIT BREAKER

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

MODUL 5 PERENCANAAN PRODUKSI[AGREGAT DAN KAPASITAS]

BAB II LANDASAN TEORI

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT PRODUK TEMBAKAU RAJANG P01 DAN P02 DI PT X AGGREGATE PRODUCTION PLANNING FOR TOBACCO PRODUCTS P01 AND P02 IN PT X

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PETI ALUMUNIUM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PERMINTAAN MELALUI OPTIMALISASI JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT.

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGGREGATE PLANNING (AP)

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI SIGNIFIKANSI METODE OPTIMASI DALAM MEMINIMUMKAN BIAYA PERENCANAAN PRODUKSI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Bina Nusantara

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya)

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

PERSOALAN TRANSPORTASI

Perbaikan Rencana Produksi untuk Meminimasi Ongkos Overtime pada Proses Perakitan (Studi Kasus : PT. X)

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X

PERENCANAAN AGREGAT. Strategi dalam Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Agregat. Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc.

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta

Transkripsi:

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Jadwal Induk Produksi (JIP) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu (Gaspersz, 2004). Jadwal Induk Produksi (JIP) atau Master Production Schedule (MPS) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu) (Jurnal Alden Siregar, 2012). Beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan data yaitu, metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah, metode mix strategy, dan metode transportasi. Berikut merupakan teori pendukung yang menjelaskan metodemetode tersebut (Penulisan Ilmiah Rio Dwi Hariono, 2012). a. Metode tenaga kerja tetap adalah metode perencanaan produksi agregat, dimana jumlah tenaga kerja tidak mengalami perubahan (tetap). metode tenaga kerja tetap memiliki kecepatan produksi yang konstan. b. Metode tenaga kerja berubah adalah metode perencanaan produksi agregat, dimana jumlah tenaga kerja mengalami perubahan. IV-1

IV-2 c. Metode mix strategy adalah metode perencanaan produksi agregat yang menggabungkan metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah. Metode mix strategy hanya menggabungkan hasil atau biaya yang didapat pada metode tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja berubah. d. Metode transportasi merupakan metode perencanaan produksi agregat yang berfungsi untuk menentukan rencana pengiriman barang dengan biaya minimal. Masalah transportasi membahas pendistribusian suatu komoditas dari sejumlah sumber (supply) ke sejumlah tujuan (demand) dengan tujuan untuk meminimumkan biaya yang terjadi dari kegiatan tersebut, karena ide dasar dari masalah transportasi adalah meminimasi biaya total transportasi. Berdasarkan pengertian dari metode transportasi di atas, dimana memiliki ciri-ciri yang dikatakan metode transportasi. Berikut adalah ciri-ciri persoalan transportasi yang secara khusus (Universitas Sumatra Utara, 2012). 1. Terdapat sejumlah sumber sebagai pusat distribusi dan sejumlah tujuan tertentu. 2. Jumlah komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan besarnya tertentu. 3. Produk yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. Kapasitas sumber harus sama dengan kapasitas tujuan. Apabila kapasitas sumber dengan tujuan tidak sama maka harus disamakan dengan jalan menambah dummy pada kapasitas sumber atau tujuan (Purnomo, 2004).

IV-3 4.2. Pembahasan Jadwal Induk Produksi Pembahasan Jadwal induk produksi, yaitu menjelaskan tentang ongkos tenaga kerja yang dibuat selama pembuatan lemari tas. Jadwal induk produksi menjelaskan empat metode pembahasan, yaitu metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah, metode mix strategy, dan metode transportasi. Penyusunan Jadwal Induk Produksi (JIP) berdasarkan metodemetode yang digunakan dibutuhkan beberapa data penunjang. Data penunjang ini berupa hasil dari perhitungan yang sudah dilakukan sebelumnya, data penunjang diantaranya data dari hasil peramalan regresi linier dan rencana kebutuhan agregat. Data regresi linier dapat dilihat pada tabel 4.1 dan data perhitungan rencana kebutuhan produksi agregat dapat dilihat pada tabel 4.2. Berikut data penunjang yang dibutuhkan dalam perhitungan Jadwal Induk Produksi (JIP). Inventory awal : 50 unit Waktu baku : 0,47 jam Jam kerja/hari : 8 jam Maksimum lembur : 25 % Regular Time Cost (RTC) : Rp 2500,- per unit Over Time Cost (OTC) : Rp 4500,- per unit Sub Contract Cost : Rp 5500,- per unit Lay off Cost : Rp 1.050.000,- Hiring Cost : Rp 1.050.000,- Under Time Cost : Rp 5000,- per jam orang Holding atau Inventory Cost : Rp 250,- Kapasitas sub kontrak : Diasumsikan 25 % dari kapasitas Perusahaan

IV-4 Tabel 4.1 Data Peramalan dengan Metode Regresi Linier Bulan Permintaan (Forecast) 1 540 2 540 3 540 4 540 5 540 6 540 7 540 8 540 9 540 10 540 11 540 12 540 Total 6480 Tabel 4.2 Rencana Kebutuhan Produksi Agregat Bulan (1) Inventory Awal (Unit) (2) Permintaan (Forecast) (Unit) (3) Safety Stock (Unit) (4) Kebutuhan Produksi (Unit) (5) Inventory Akhir (Unit) (6) 1 50 540 135 625 135 2 135 540 135 540 135 3 135 540 135 540 135 4 135 540 135 540 135 5 135 540 135 540 135 6 135 540 135 540 135 7 135 540 135 540 135 8 135 540 135 540 135 9 135 540 135 540 135 10 135 540 135 540 135 11 135 540 135 540 135 12 135 540 135 540 135 Total 1535 6480 1620 6565 1620

IV-5 Contoh perhitungan rencana kebutuhan produksi agregat: Safety stock = 540 + 135 50 = 625 Unit Inventory Akhir = 135 + 625 540 = 135 Unit 4.2.1 Metode Tenaga Kerja Tetap Berdasarkan data penunjang di atas maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode tenaga kerja tetap untuk pembuatan lemari tas akan tetapi metode tersebut berdasarkan biaya produksi yang paling kecil dari tenaga kerja yang dihitung. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan dengan menggunakan metode tenaga kerja tetap. Wb ( Demand - Inventory Awal) TK = ( HK JK) 0,47 (6565-50) = (298 8) = 3062,05 2384 = 1,28 a = 1 (TK pembulatan ke bawah) b = 2 (TK pembulatan ke atas) Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa untuk tenaga kerja (TK) a adalah 1 (dibulatkan ke bawah) dan untuk TK b adalah 2 (dibulatkan ke atas). Berikut ini adalah perhitungan dengan masing-masing jumlah tenaga kerja. Perhitungan dengan TK a: Total Produksi RT = (a x JK x HK) / Wb = (1 x 8 x 298) / 0,47 = 5072,34 5073 unit

IV-6 Kekurangan Produksi Ongkos RT Ongkos OT Total Ongkos = ( Demand Inventory Awal) Total Produksi RT = (6565 50) 5073 = 1442 unit = Total Produksi RT Ongkos RT/unit = 5073 Rp 2500 = Rp 12.682.500,- = Kekurangan Produksi Ongkos OT/unit = 1442 Rp 4500 = Rp 6.489.000,- = Ongkos OT + Ongkos RT = Rp 6.489.000 + Rp 12.682.500 = Rp 19.171.500,- Perhitungan dengan TK b: Total Produksi RT = (b x JK x HK) / Wb = (2 x 8 x 298) / 0,47 = 10144,68 10145 unit Inventory = Total Produksi RT - ( Demand Inventory Awal) = 10145 (6565 50) = 10145 6515 = 3630 unit Ongkos RT = ( Demand Inventory Awal) Ongkos RT/unit = (6565 50) Rp 2500 = 6515 Rp 2500 = Rp 16.287.500,-

IV-7 Ongkos Inventory = Inventory Ongkos Inventory/unit = 3630 Rp 250 = Rp 907.500,- Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos Inventory = Rp 16.287.500 + Rp 907.500 = Rp 17.195.000,- Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, ongkos produksi yang paling kecil adalah dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Perhitungan Tenaga Kerja Tetap Over Unit Sub Inventory Periode Demand HK RMH UPRT Man Produced Kontrak Akhir (Bulan) (Unit) (Hari) (Jam) (Unit) Hour OT (Unit) (Unit) (1) (2) (3) (4) (5) (Unit) (Unit) (8) (9) (6) (7) 1 625 23 368 782 92 0 0 207 2 540 25 400 852 100 0 0 519 3 540 26 416 885 104 0 0 864 4 540 23 368 782 92 0 0 1106 5 540 26 416 885 104 0 0 1451 6 540 26 416 885 104 0 0 1796 7 540 24 384 817 96 0 0 2073 8 540 25 400 851 100 0 0 2384 9 540 25 400 851 100 0 0 2695 10 540 26 416 885 104 0 0 3040 11 540 25 400 851 100 0 0 3351 12 540 24 384 817 96 0 0 3628 Total 6565 298 4768 10138 1192 0 0 23105 Contoh perhitungan periode 1: RMH = TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 jam

IV-8 UPRT OMH = RMH Wb = 368 0.47 = 782 Unit = Kapasitas Lembur (25%) x RMH = 25% x 368 = 92 jam Inventory Akhir = 782 + 50 625 = 207 unit Perhitungan Ongkos RT, OT, Ongkos Inventory dan Total Ongkos Ongkos RT = UPRT Ongkos RT = 10138 Rp 2500 = Rp 25.345.000,- Ongkos OT = Unit Produced OT Ongkos OT = 0 Rp 4500 = Rp 0,- Ongkos Inventory = Inventory Akhir Ongkos Inventory = 23105 Rp 250 = Rp 5.776.250,- Total Ongkos Produksi = Ongkos RT + Ongkos OT + Ongkos Inventory = Rp 25.345.000 + Rp 0 + Rp 5.776.250 = Rp 31.121.250,- 4.2.2 Metode Tenaga Kerja Berubah Metode berikut adalah metode tenaga kerja berubah. Metode tenaga kerja berubah merupakan rencana produksi yang dibuat sesuai kebutuhan (demand) dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.4 dan

IV-9 Hasil perhitungan untuk ongkos produksi dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.4 Perhitungan Metode Tenaga Kerja Berubah Lay Under Periode Demand HK TK UPRT RMHP RMH Hiring Off Time (Bulan) (Unit) (Hari) (Org) (Unit) (Jam) (Jam) (Org) (Org) (Jam) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 625 23 2 575 271 368 0 0 97 2 540 25 2 540 254 400 0 0 146 3 540 26 2 540 254 416 0 0 162 4 540 23 2 540 254 368 0 0 114 5 540 26 2 540 254 416 0 0 162 6 540 26 2 540 254 416 0 0 162 7 540 24 2 540 254 384 0 0 130 8 540 25 2 540 254 400 0 0 146 9 540 25 2 540 254 400 0 0 146 10 540 26 2 540 254 416 0 0 162 11 540 25 2 540 254 400 0 0 146 12 540 24 2 540 254 384 0 0 130 Total 6565 298 24 6515 3065 4768 0 0 1703 Tabel 4.5 Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja Berubah Ongkos Ongkos Under Periode Ongkos RT Ongkos Lay Off Hiring Time (Bulan) 1 1.437.500 0 0 485.000 2 1.350.000 0 0 730.000 3 1.350.000 0 0 810.000 4 1.350.000 0 0 570.000 5 1.350.000 0 0 810.000 6 1.350.000 0 0 810.000 7 1.350.000 0 0 650.000 8 1.350.000 0 0 730.000 9 1.350.000 0 0 730.000 10 1.350.000 0 0 810.000

IV-10 Tabel 4.5 Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja Berubah (Lanjutan) Ongkos Ongkos Under Periode Ongkos RT Ongkos Lay Off Hiring Time (Bulan) 11 1.350.000 0 0 730.000 12 1.350.000 0 0 650.000 Total 16.287.500 0 0 8.515.000 Contoh perhitungan untuk periode 1: TK (Demand x Wb) = (HK x JK) (625 x 0,47) = (23 x 8) = 1,28 2 Orang UPRT = 625 50 = 575 Unit RMHP = UPRT x Wb = 575 x 0,47 = 271 Jam RMH = TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 Jam Under Time = RMH RMHP = 368 271 = 97 Jam Ongkos RT = UPRT x Regular Time Cost = 575 x Rp 2500 = Rp 1.437.500 Ongkos Under Time = Under Time x Under Time Cost = 97 x Rp 5000 = Rp 485.000

IV-11 Perhitungan Total biaya untuk metode tenaga kerja berubah: Production Cost = Cost RT + Cost Hiring + Cost Lay Off + Cost Under Time = Rp 16.287.500 + Rp 0 + Rp 0 + Rp 8.515.000 = Rp 24.802.500,- 4.2.3 Metode Mix Strategy Metode berikut adalah mix strategy yang menggabungkan metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah. Hasil perhitungan metode mix strategy dapat dilihat pada tabel 4.6, tabel 4.7 dan tabel 4.8. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (1) Periode Demand HK TK UPRT RMH RMHP (Bulan) (Unit) (Hari) (Org) (Unit) (5) (6) (1) (2) (3) (4) (7) 1 625 23 2 368 368 782 2 540 25 2 400 401 852 3 540 26 2 416 416 885 4 540 23 2 368 368 782 5 540 26 2 416 416 885 6 540 26 2 416 416 885 7 540 24 2 384 254 540 8 540 25 2 400 254 540 9 540 25 2 400 254 540 10 540 26 2 416 254 540 11 540 25 2 400 254 540 12 540 24 2 384 254 540 Total 6565 298 24 4768 3065 8306

IV-12 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (2) Under Inventory Periode Hiring Lay Off OMH UPOT SC Time Akhir (Bulan) (Org) (Org) (8) (9) (10) (Unit) (Unit) (1) (11) (12) (13) (14) 1 92 0 0 0 0 0 207 2 100 0 0 0 0 0 519 3 104 0 0 0 0 0 864 4 92 0 0 0 0 0 1106 5 104 0 0 0 0 0 1451 6 104 0 0 0 0 0 1796 7 96 0 0 0 0 130 0 8 100 0 0 0 0 146 0 9 100 0 0 0 0 146 0 10 104 0 0 0 0 162 0 11 100 0 0 0 0 146 0 12 96 0 0 0 0 130 0 Total 1184 0 0 0 0 847 5945 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (3) Ongkos Ongkos Ongkos Ongkos Ongkos Ongkos Periode Ongkos RT Under OT SC Inventory Hiring Lay Off (Bulan) Time (1) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 1 1.955.000 0 0 0 0 0 0 2 2.130.000 0 0 0 0 0 0 3 2.212.500 0 0 0 0 0 0 4 1.957.500 0 0 0 0 0 0 5 2.212.500 0 0 0 0 0 0 6 2.212.500 0 0 0 0 0 0 7 1.350.000 0 0 0 0 0 650000 8 1.350.000 0 0 0 0 0 730000 9 1.350.000 0 0 0 0 0 730000 10 1.350.000 0 0 0 0 0 810000

IV-13 Periode (Bulan) (1) Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (3) (Lanjutan) Ongkos RT (15) Ongkos OT (16) Ongkos SC (17) Ongkos Inventory (18) Ongkos Hiring (19) Ongkos Lay Off (20) Ongkos Under Time 11 1.350.000 0 0 0 0 0 730000 12 1.350.000 0 0 0 0 0 650000 Total 20.782.485 0 0 0 0 0 4.299.979 Total Ongkos Produksi = Rp 20.782.485,- Contoh perhitungan metode mix strategy untuk periode 1: RMH UPRT RMHP OMH Under Time Inventory Akhir = TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 Jam = RMH Wb = 368 0,47 = 782 Unit = UPRT x Wb = 782 x 0,47 = 368 Unit = Kapasitas Lembur (25%) x RMH = 25% x 368 = 92 Jam = RMH RMHP = 368 368 = 0 Jam = UPRT + Inventory Awal Demand = 782 + 50 625 = 207 Unit (21)

IV-14 Ongkos RT Ongkos Under Time = UPRT x Ongkos RT = 782 x Rp 2500 = Rp 1.955.000 = Under Time x Under Time Cost = 92 x Rp 5000 = Rp 460.000 Berdasarkan tabel di atas dimana dapat lihat keterangan. Keterangan tersebut merupakan penjelasan dari tabel perhitungan metode mix strategy yang dijelaskan pada tabel 4.6, tabel 4.7 dan tabel 4.8 adalah sebagai berikut. Kolom 1 : Periode 1 12 (Bulan Januari sampai Februari) Kolom 2 : Demand (kebutuhan produksi) Kolom 3 : Hari kerja sesuai ketentuan Kolom 4 : Tenaga kerja, 6 dari tenaga kerja tetap dan 6 dari tenaga kerja berubah Kolom 5 : RMH (Regular Man Hour) RMH = TK x HK x JK Kolom 6 : RMHP (Regular Man Hour Product) RMHP = UPRT x Wb Kolom 7 : UPRT (Unit Produced Regular Time) UPRT = Demand atau permintaan (dari hasil peramalan), UPRT periode ke-1 dikurangi inventory awal Kolom 8 : OMH (Over Man Hour) = kapasitas lembur (25%) x RMH Kolom 9 : Demand UPRT Inventory awal Kolom 10 : (25% x UPRT) Demand UPRT Kolom 11 : Hiring = penambahan tenaga kerja Kolom 12 : Lay off = pengurangan tenaga kerja Kolom 13 : Under Time = RMH RMHP

IV-15 Kolom 14 : Inventory akhir = UPRT + Inventory awal Demand Kolom 15 : Ongkos RT = UPRT x Ongkos RT Kolom 16 : Ongkos OT = UPOT x Ongkos OT Kolom 17 : Ongkos SC = SC x Ongkos SC Kolom 18 : Ongkos Inventory = Inventory x Ongkos Inventory Kolom 19 : Ongkos Hiring = Hiring x Hiring Cost Kolom 20 : Ongkos Lay Off = Lay Off x Lay Off Cost Kolom 21 : Ongkos Under Time = Under Time x Under Time Cost Total Ongkos Produksi = total ongkos RT + total ongkos OT + total ongkos SC + total ongkos inventory + total ongkos hiring + total ongkos lay off 4.2.4 Metode Transportasi Metode berikut adalah transportasi, merupakan metode yang digunakan untuk menentukan rencana pengalokasian produksi dengan biaya minimal. Berikut ini adalah perhitungan jumlah tenaga kerja pada metode transportasi. TK = Wb ( D - Inventory ) ( HK JK) 0,47 (6565-50) = (298 8) = 3062,05 2384 = 1,28 a = 1 (TK pembulatan ke bawah) b = 2 (TK pembulatan ke atas)

IV-16 Perhitungan dengan TK a: Total Produksi RT = (a x JK x HK) / Wb = (1 x 8 x 298) / 0,47 = 5073 unit Kekurangan produksi = ( Demand Inventory Awal Total Produksi RT) = 6565 50 5073 = 1442 unit Ongkos RT = Total Produksi RT x Biaya RT / unit = 5073 x Rp 2500 = Rp 12.682.500,- Ongkos OT = Kekurangan produksi x Biaya OT / unit = 1442 x Rp 4500 = Rp 6.489.000,- Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos OT = Rp 12.682.500 + Rp 6.489.000 = Rp 19.171.500,- Perhitungan dengan TK b: Total Produksi RT = (b x JK x HK) / Wb = (2 x 8 x 298) / 0,47 = 10145 unit Inventory = Total Produksi RT ( Demand Inventory Awal) = 10145 (6565 50) = 3630 unit Ongkos RT = ( Demand Inventory) x Biaya RT / unit = (6565 50) x Rp 2500 = Rp 16.287.500,-

IV-17 Ongkos Inventory Total Ongkos = Inventory x Biaya Inventory / unit = 3630 x Rp 250 = Rp 907.500,- = Ongkos RT + Ongkos Inventory = Rp 16.287.500 + Rp 907.500 = Rp 17.195.000,- Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa tenaga kerja (TK) yang digunakan, yaitu 2 orang tenaga kerja (pembulatan ke atas) dengan total ongkos yang terkecil. Tahap perhitungan selanjutnya adalah menghitung besarnya Kapasitas Tersedia (KT) untuk masing-masing periode. Hasil perhitungan untuk metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Kapasitas Tersedia Setiap Periode Periode KT RT KT OT KT SC 1 783 196 245 2 852 213 266 3 886 222 277 4 783 196 244 5 886 222 277 6 886 222 277 7 818 205 255 8 852 213 266 9 852 213 266 10 886 222 277 11 852 213 266 12 818 205 255 Contoh perhitungan untuk kapasitas tersedia: KT RT = ( TK x HK x JK) / Wb = (2 x 23 x 8) / 0,47 = 783 unit

IV-18 KT OT = 25% x KT RT = 25% x 783 = 196 unit KT SC = 25% x (KT RT + KT OT) = 25% x (783 + 196) = 245 unit Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan maka kembali melakukan perhitungan dengan menggunakan metode transportasi. Metode transpotasi ini dimana bertujuan untuk meminimumkan biaya dari sumber tenaga kerja. Metode transportasi ini dapat mengetahui lebih detail untuk perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan proses produksi. Metode transportasi pun menjelaskan biaya lebih detail, baik biaya regular time, over time dan subkontrak. Biaya regular time itu biaya yang dikelurkan dalam waktu normal. Biaya over time ini biaya yang dikeluarkan lebih dari waktu normal, jika waktu normal tersebut belum mencapai target produksi maka biaya over time akan dikelurkan sedangkan biaya subkontrak, jika perusahaan tidak mampu memproduksi lemari tas sesuai target yang ditentukan maka pihak perusahaan memesan barang atau lemari tas dari perusahaan lain hal ini demi tercapainya target lemari tas yang telah ditentukan. Hasil perhitungan untuk metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.10 dan ongkos biaya yang dikeluarkan dari metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.10 Perhitungan Transportasi IV-19

IV-20 Tabel 4.11 Ongkos Produksi Lemari Tas dengan Metode Transportasi Ongkos Ongkos Periode Ongkos RT Ongkos SC KTT OT KTT (Bulan) 1 1.437.500 - - 208 52.000 2 1.350.000 - - 312 78.000 3 1.350.000 - - 346 86.500 4 1.350.000 - - 243 60.750 5 1.350.000 - - 346 86.500 6 1.350.000 - - 346 86.500 7 1.350.000 - - 278 69.500 8 1.350.000 - - 312 78.000 9 1.350.000 - - 312 78.000 10 1.350.000 - - 346 86.500 11 1.350.000 - - 312 78.000 12 1.350.000 - - 278 69.500 Total 15.377.750 - - - 909.750 Total Ongkos Produksi = 15.377.750 Berdasarkan hasil perhitungan total ongkos produksi di setiap metode, didapatkan masing-masing total ongkos produksi tersebut. Hasil total ongkos produksi di setiap metode tersebut kemudian dibandingkan dan dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Perbandingan Total Ongkos Produksi Lemari Tas Metode Total Ongkos Produksi Tenaga Kerja Tetap Rp 31.180.250,- Tenaga Kerja Berubah Rp 24.802.500,- Mix Strategy Rp 20.782.485,- Transportasi Rp 15.377.750,- Berdasarkan hasil perhitungan dari keempat metode tersebut, diketahui bahwa metode transportasi memberikan total ongkos produksi yang terkecil. Hasil perhitungan biaya pada metode transportasi selanjutnya digunakan untuk membuat jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi lemari tas yang

IV-21 dibuat berdasarkan metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Jadwal Induk Produksi Lemari Tas Periode Data Peramalan Perencanaan Agregat (P) 1 540 575 2 540 540 3 540 540 4 540 540 5 540 540 6 540 540 7 540 540 8 540 540 9 540 540 10 540 540 11 540 540 12 540 540 4.3 Analisis Jadwal Induk Produksi Berdasarkan hasil perhitungan dari keempat metode di atas menjelaskan untuk hasil dari metode jumlah tenaga kerja tetap pada tabel 4.3 untuk hasil yang diproduksi sebanyak 782 unit di periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah melebihi dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan waktu over time atau pun subkontrak dan seterusnya sampai dengan periode 12 (bulan). Hasil dari jumlah produksi pun telah melebihi dari total permintaan, yaitu 10138 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja tetap dari segi biaya yang dikeluarkan pun cukup besar dengan jumlah Rp 31.121.250,-.

IV-22 Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode tenaga kerja berubah untuk hasil yang diproduksi berjumlah 575 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah mencapai dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan penambahan tenaga kerja dan pengurangan tenaga kerja, akan tetapi untuk waktu sisa dalam menyelesaikan produk lemari tas (under time) selama 23 hari ialah 97 jam dikarenakan tenaga kerja bekerja selama 271 jam dalam menyelesaikan waktu produksi pembuatan lemari tas. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan, yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja berubah dari segi biaya yang dikeluarkan pun cukup minimum dari metode tenaga kerja berubah dengan jumlah Rp 24.802.500,- Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode mix strategy ini dimana mengabungkan kedua metode seperti metode tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja berubah. Segi hasil yang diproduksi pun berjumlah 625 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah mencapai dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan penambahan tenaga kerja dan pengurangan tenaga kerja, akan tetapi untuk waktu sisa dalam menyelesaikan produk lemari tas (under time) selama 23 hari ialah 97 jam dikarenakan tenaga kerja bekerja

IV-23 selama 271 jam dalam menyelesaikan waktu produksi pembuatan lemari tas. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode mix strategy dari segi biaya yang dikeluarkan pun lebih minimum dari metode sebelumnya dengan jumlah Rp 20.782.485,- Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode transportasi ini dimana hasil yang diproduksi pun berjumlah 575 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas untuk waktu regular time. Hasil dari perhitungan tersebut tidak ada penambahan untuk waktu over time ataupun subkontrak dikarenakan jumlah produksi tersebut telah sesuai dengan permintaan sebesar 625 unit untuk periode pertama sampai dengan periode 12 (bulan) tidak ada untuk penambahan waktu over time atau subkontrak. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja berubah dari segi biaya yang dikeluarkan pun minimum dari metode tenaga kerja tetap dengan jumlah Rp 15.377.750,-. Berdasarkan perhitungan dari keempat metode tersebut dapat dikatakan bahwa biaya yang lebih minimum adalah metode transportasi. Metode transportasi ini akan lebih baik diterapkan dalam sistem produksi pembuatan lemari tas karena biaya yang dikeluarkan minimum, yaitu Rp 15.377.750,-.