BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian produksi Data Permintaan Bahan Baku Data yang diperoleh merupakan data permintaan bahan baku yang terjadi dari periode Juli Juni 2007, bahan baku tersebut merupakan bahan baku utama PT. Palko Sari Eka yaitu berupa CCO (Crude Coconut Oil) yang nantinya akan disuling untuk menjadi produk RBD Coconut Oil. Tabel 4.1 Data Permintaan Bahan Baku CCO Year Month Demand (mt) Juli Agustus September Oktober November Desember

2 63 Year Month Demand (mt) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total Sumber : PT. Palko Sari Eka Keterangan : 1 mt = 1 metric ton (satuan SI untuk ton) = 1000 kg

3 64 Lead time pengiriman bahan baku CCO yang didatangkan dari luar pulau yaitu berkisar antara 1 minggu. Keterlambatan mungkin saja terjadi akibat pengaruh kondisi cuaca yang buruk yang menyebabkan terhambatnya proses pengiriman bahan baku tersebut. Tetapi biasanya lead time cukup konstan dan jarang terjadi keterlambatan. Harga bahan baku CCO dari pemasok pada bulan Juni 2007 adalah Rp 5.850,- per kilogramnya. PT. Palko Sari Eka memesan bahan baku CCO dengan jumlah tetap pada 300mT. Sedangkan harga jual RBD Coconut Oil Rp 6.750,- per kilogramnya Data Biaya Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan (holding cost) didapat dari perhitungan opportunity cost (biaya kesempatan) jika seandainya uang yang tertanam dipersediaan ditabung di bank dikalikan dengan harga beli bahan baku per kg. Bunga bank di Indonesia saat ini = 9% per tahun. P = Rp 5.850,- per kg = Rp ,- per mt F = 9% x 3th = 27% per 3 tahun Cc = P.F = Rp ,- x 27% = Rp ,- per mt per 3 tahun

4 65 Biaya Pemesanan Biaya pemesanan (order cost) didapat dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses pemesanan yang tercakup didalamnya biaya PPN, biaya telepon, biaya fax, biaya ekspedisi, biaya bahan bakar, biaya pengepakan, dan biaya pemeriksaan. Co = Rp ,- per sekali pesan. (ada beberapa data-data biaya yang dianggap sangat privacy sehingga tidak mencantumkan data yang detail dan hanya hasil dari interview sebagai gambaran untuk melakukan perhitungan). Memang biaya pemesanan tersebut cukuplah besar, mengingat barang yang dipesan yaitu berupa minyak yang ditempatkan dalam sebuah storage tank yang didatangkan dari luar pulau yaitu dengan menggunakan kapal laut dengan skala besar. 4.2 Pengolahan Data Data-data yang sudah ada selanjutnya diolah sesuai dengan metode yang ditetapkan. Karena perusahaan tidak melakukan back order (pemesanan dipenuhi kemudian hari) dan tidak ada diskon pada pemesanan bahan baku dengan jumlah tertentu, maka metode pengendalian persediaan yang paling tepat adalah metode EOQ, metode EOI, dan metode Min-Max untuk mendapatkan total biaya tahunan yang paling minimum atau menguntungkan, setelah itu dilakukan simulasi untuk meramalkan jumlah yang harus di order dan kapan harus dilakukan peng-orderan kembali.

5 Perhitungan Fixed Order Quantity Systems (EOQ) Merupakan metode persediaan yang menggunakan re-order point (titik pemesanan kembali) untuk pemesanannya dimana pemesanan dilakukan bila persediaan telah mencapai re-order point. Besar kuantitas pemesanan adalah sama. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan EOQ : a. Demand CCO Juli Juni 2007 D = 69517,827 mt b. Harga bahan P = Rp ,- per mt (1000kg) c. Biaya pemesanan Co = Rp ,- per sekali pesan d. Biaya penyimpanan Cc = Rp ,- per mt per 3 tahun e. Lead Time L = 7 hari = 7/30 = 0,23 bulan f. Service Level (tingkat pelayanan) yang diinginkan perusahaan = 95% Maka dari tabel kurva normal didapat, Z = 1,65

6 67 Karena data demand merupakan data rekapitulasi selama 3 tahun ( ). Maka diperlukan data kebutuhan CCO per bulannya sehingga didapat : D d = n 69517,827 d = 36 d = 1931,05 mt Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan barulah economic order quantity dapat dicari, sebagai berikut : Q* = 2CoD Cc Q* = ,827 27% Q* = 2767,342mT Sedikit pembulatan untuk kemudahan melakukan pesanan dan transportasinya, sehingga EOQ menjadi = 2770 mt.

7 68 Meski jumlah pesanan ekonomis telah didapat, tetapi pada kenyataannya jumlah demand bersifat tidak pasti, dan selalu berubah-ubah. Selain itu banyak kemungkinan lain bisa terjadi sehingga kemungkinan kehabisan persediaan dapat terjadi. Karena service level yang diinginkan oleh PT. Palko Sari Eka adalah 95%, berarti kemungkinan untuk kehabisan persediaan hanya 5% saja. Oleh karena itu, untuk menghindari kehabisan persediaan ini, diperlukan adanya persediaan dalam jumlah tertentu sebagai stok cadangan (safety stock) agar tidak terjadi resiko kehabisan atau kekurangan pesanan tersebut. Dalam penentuan safety stock, diperlukan terlebih dahulu data standar deviasi dari permintaan CCO selama 3 tahun terakhir yang didapat dengan rumus : s = ( Di d) n 1 2 Barulah setelah itu safety stock dapat dicari dengan rumus : SS = Zs L Berikut adalah tabel perhitungan untuk mencari standar deviasi dari demand CCO selama 3 tahun :

8 69 Tabel 4.2 Perhitungan Standar Deviasi Demand CCO Year Month Demand (mt) Average Demand Di d 2 Di d Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total

9 70 Standar Deviasi kebutuhan CCO per bulan s = ( Di d) n 1 s = 92927, s = 51,527 mt 2 Persediaan Pengaman (Safety Stock) SS = Zs L SS = 1, 65 51,527 0, 23 SS = 40,774 mt 41 mt Kemudian dapat dicari berapa banyak pesanan bahan baku CCO yang dilakukan selama 3 tahun, m, dan berapa hari interval antar pesanannya, T, dapat ditentukan : D CcD m = = Q * 2 Co = 69517, = 25,10 25 kali pesanan selama 3 tahun

10 71 1 Q* T = W W m = D, dimana W = Jumlah hari dalam 3 tahun 2770 = 3x ,827 = 43,63 hari Kemudian titik pemesanan kembali (reorder point) juga dapat ditentukan. Lead time pemesanan CCO dalam hitungan bulan, maka perhitungan reorder point-nya adalah sebagai berikut : R = SS + dl R = 41 + (1931, 05 0, 23) R = 485,142 mt 486 mt Sedangkan rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) dan Turn Over Ratio (TOR) bisa didapat pula dengan : I = SS + ( xq*) 1 2 I = 41 + ( 2770) 1 2 I = 1426mT D TOR = I TOR = 1426 TOR = 48,75

11 72 Berdasarkan tujuan awalnya yaitu dapat meminimasi total biaya persediaan, maka total biaya persediaan untuk 3 tahun dapat dicari yaitu : Total Biaya Persediaan Dalam 36 Bulan D TC( Q*) =. ( 1 Co + SS + 2. Q*) Cc Q* ,827 = ( ) x = Rp baku, yaitu : Untuk total biaya tahunan tinggal ditambah biaya pembelian bahan D TC( Q*) = PD + Co ( SS Q*) Cc Q* = ( x ,827 ) = Rp

12 Perhitungan Fixed Order Interval Systems (EOI) Merupakan metode persediaan dengan pemesanan bahan baku memiliki interval pemesanan yang sama dengan besar kuantitas pemesanan berubah-ubah sesuai dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan EOI : a. Demand CCO Juli Juni 2007 D = 69517,827 mt b. Harga bahan P = Rp ,- per mt (1000kg) c. Biaya pemesanan Co = Rp ,- per sekali pesan d. Biaya penyimpanan Cc = Rp ,- per mt per 3 tahun e. Lead Time L = 7 hari = 7/30 = 0,23 bulan f. Service Level (tingkat pelayanan) yang diinginkan perusahaan = 95% Maka dari tabel kurva normal didapat, Z = 1,65 g. Demand CCO per bulan d = 1931,05 mt h. Standar deviasi kebutuhan CCO per bulan s = mt

13 74 Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan barulah economic order interval dapat dicari, sebagai berikut : T* = 2Co CcD T* = ,827 T* = 0, 0398 Karena data historis diambil selama jangka waktu 36 bulan maka diperlukan penyesuaian perhitungan untuk kemudahan melakukan inspeksi secara periodik dalam jangka bulanan, sehingga EOI menjadi : T* = 0,0398 x 36 bulan = 1,4328 bulan 1,5 bulan atau T* = 0,0398 x 3 tahun x 365 hari = 43,581 hari 45 hari Untuk menghindari kehabisan persediaan, diperlukan adanya persediaan dalam jumlah tertentu sebagai stok cadangan (safety stock) agar tidak terjadi resiko kehabisan atau kekurangan pesanan tersebut. SS = Zs ( T * + L) SS = 1, 65 51,527 (1, , 23) SS = 109, 632 mt 110 mt

14 75 Pada perhitungan EOI kali ini agak berbeda dengan EOQ dimana terdapat Maximum Inventory Level yaitu tingkat maksimum persediaan yang cukup besar dalam memenuhi demand selama waktu interval pesanan T* dan tentunya waktu tenggang L. Dimana perhitungannya adalah : E = SS+ d( T* + L) E = ,05(1, ,23) E = 3.320,95 mt mt Sedangkan rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) dan Turn Over Ratio (TOR) bisa didapat dengan : I = SS+ 1 2 ( dt*) I = (1.931, 05 1, 4328) I = 1.493, 404 mt D TOR = I ,827 TOR = 1.493, 404 TOR = 46,55

15 76 Kuantitas pesanan untuk periode pesanan dimana tingkat pelayanan PT. Palko Sari Eka adalah 95% dapat dicari sebagai berikut : Q= E I Q = , 404 Q= 1.827,596 mt mt Berdasarkan tujuan awalnya yaitu dapat meminimasi total biaya persediaan, maka total biaya persediaan untuk 3 tahun dapat dicari yaitu : Total Biaya Persediaan Dalam 36 Bulan Co TC( T*) = + ( SS dt*) Cc T * = ( ,05 0,0398) x x 0, 0398 = Rp Untuk total biaya tahunan tinggal ditambah biaya pembelian bahan baku, yaitu : Co TC( T*) = PD + + ( SS dt*) Cc T * = ( x ,827 ) = Rp

16 Perhitungan Maximum - Minimum Systems (Min-Max) Cara kerja Min-Max System ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas-batas minimum dan mendekati batas safety stock maka reorder harus dilakukan. Jadi batas minimum stock merupakan batas re-order level. Batas maksimum adalah batas kesediaan perusahaan atau manajemen untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan maximum untuk dapat menentukan order quantity. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan Min-Max : a. Demand CCO Juli Juni 2007 D = 69517,827 mt b. Harga bahan P = Rp ,- per mt (1000kg) c. Biaya pemesanan Co = Rp ,- per sekali pesan d. Biaya penyimpanan Cc = Rp ,- per mt per 3 tahun e. Lead Time L = 7 hari = 7/30 = 0,23 bulan f. Service Level (tingkat pelayanan) yang diinginkan perusahaan = 95%

17 78 Pada metode ini terdapat sedikit perbedaan didalam menentukan safety stock, yaitu tidak memerlukan adanya nilai standar deviasi dan nilai Z dalam perhitungannya. Nilai safety stock didapat dari nilai kebutuhan bahan baku CCO per bulannya yaitu : D SS = n 69517,827 SS = 36 SS = 1931, 05 mt 1930 mt Kemudian dalam metode ini juga ada 2 variabel baru yaitu minimum stock dan maximum stock. Dimana minimum stock adalah titik pemesanan kembali, sedangkan maximum stock adalah titik dimana tingkat persediaan paling tinggi diijinkan, dengan perhitungan sebagai berikut : Min Stock = ( DL) + SS Min Stock = (69.517,827 0, 23) Min Stock = ,83 mt mt Max Stock = 2( DL) + SS Max Stock = 2(69.517,827 0, 23) Max Stock = , mt mt

18 79 Dalam penentuan jumlah pesanannya pun agak berbeda, yaitu dengan cara mencari selisih antara maximum stock dengan minimum stock. Q = Max Stock Min Stock Q = Q = mt Seperti halnya dalam perhitungan EOQ, dapat dicari berapa banyak pesanan bahan baku CCO yang dilakukan selama 3 tahun, m, dan berapa hari interval antar pesanannya, T, dapat ditentukan : D m = Q = , = 4,29 4 kali pesanan selama 3 tahun 1 Q T = W W m = D, dimana W = Jumlah hari dalam 3 tahun = 3x ,827 = 255,49 hari 255 hari

19 80 Sedangkan rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) dan Turn Over Ratio (TOR) bisa didapat pula dengan : I = SS + (. Q) 1 2 I = (.16220) 1 2 I = mt D TOR = I TOR = TOR = 6,92 Untuk perhitungan yang terakhir yaitu total biaya persediaan untuk 3 tahun dapat dicari sebagai berikut : D TC( Min Max) = Co + CcD Q ,827 = x , = Rp Untuk perhitungan total biaya tahunan : D TC( Min Max) = PD + Co + CcD Q = ( x69.517,827) = Rp

20 Simulasi persediaan dengan menggunakan metode Monte Carlo Dengan menggunakan simulasi Monte Carlo, diharapkan dapat mengetahui probabilitas yang akan terjadi dalam 36 bulan ke depan dan dapat mengantisipasi permintaan yang melonjak dan probabilitas diambil berdasarkan data historis yang pernah terjadi. Simulasi dilakukan dengan tiga metode sebagai pembanding, yaitu metode EOQ dengan Perpetual Inventory Simulation, metode EOI dengan Periodic Inventory Simulation, dan metode Min-Max dengan Min-Max Inventory Simulation yang mempunyai kelebihan dan kekurangan sesuai dengan situasi permintaan yang akan terjadi. Sebelumnya perlu dibuat terlebih dahulu distribusi probabilitas yang didapat dari data historis dari bulan Juli 2004 Juni 2007, seperti yang terlihat pada tabel 4.3, dimana jumlah selang kelasnya adalah sebanyak 20. Untuk data demand diambil dari limit atas selang kelas, lalu dilakukan penghitungan frekuensi dari setiap demand yang pernah terjadi, kemudian dibuat probabilitasnya. Untuk membuat range probability diperlukan membuat komulatif probabilitasnya terlebih dahulu. Ternyata terdapat beberapa kali frekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu pada nomor urut 7, 15, 18, 19 yang ditandai dengan warna pada baris tersebut. Untuk kasus ini range probability diambil dari demand yang sebelumnya.

21 82 Tabel 4.3 Distribusi Probabilitas Bahan Baku CCO No Demand Frequency Probability Cumulative Probability Range Probability Total Perpetual Inventory Simulation Simulasi dilakukan selama 36 bulan untuk memudahkan perbandingan metode mana yang paling baik, yang dapat dilihat pada tabel 4.4. Data demand didapat dengan men-generate random number dari program excel dengan menggunakan formula =RAND() kemudian random number tersebut dicocokkan masuk ke range probability yang mana, sehingga memberikan data simulasi untuk data demand.

22 83 Untuk data on hand inisialisasi didapat dari penjumlahan jumlah pesanan optimal (Q*) dan safety stock (SS), dimana setiap kali melakukan pesanan jumlahnya tetap yaitu 2770 mt. Kemudian dari simulasi tersebut dihitung Total Inventory Cost-nya. Tabel 4.4 Simulasi Kebutuhan Bahan Baku CCO dengan Metode EOQ Simulated Random Numbers Simulated Activity Simulated Cost Month Demand Demand Order Unit Balance Holding Cost Order Cost Inventory Cost Rp19,326,938 Rp0 Rp19,326, Rp37,096,313 Rp87,000,000 Rp124,096, Rp53,549,438 Rp87,000,000 Rp140,549, Rp11,210,063 Rp0 Rp11,210, Rp30,734,438 Rp87,000,000 Rp117,734, Rp47,845,688 Rp87,000,000 Rp134,845, Rp64,956,938 Rp87,000,000 Rp151,956, Rp23,714,438 Rp0 Rp23,714, Rp41,264,438 Rp87,000,000 Rp128,264, Rp58,375,688 Rp87,000,000 Rp145,375, Rp17,352,563 Rp0 Rp17,352, Rp34,463,813 Rp87,000,000 Rp121,463, Rp53,549,438 Rp87,000,000 Rp140,549, Rp12,526,313 Rp0 Rp12,526, Rp32,489,438 Rp87,000,000 Rp119,489, Rp49,600,688 Rp87,000,000 Rp136,600, Rp68,905,688 Rp87,000,000 Rp155,905, Rp27,882,563 Rp0 Rp27,882, Rp46,090,688 Rp87,000,000 Rp133,090, Rp65,395,688 Rp87,000,000 Rp152,395, Rp21,959,438 Rp0 Rp21,959, Rp41,045,063 Rp87,000,000 Rp128,045, Rp59,472,563 Rp87,000,000 Rp146,472, Rp15,158,813 Rp0 Rp15,158, Rp33,586,313 Rp87,000,000 Rp120,586, Rp53,330,063 Rp87,000,000 Rp140,330, Rp10,990,688 Rp0 Rp10,990, Rp30,295,688 Rp87,000,000 Rp117,295, Rp48,503,813 Rp87,000,000 Rp135,503, Rp65,615,063 Rp87,000,000 Rp152,615, Rp21,959,438 Rp0 Rp21,959, Rp39,509,438 Rp87,000,000 Rp126,509, Rp59,253,188 Rp87,000,000 Rp146,253, Rp16,694,438 Rp0 Rp16,694, Rp35,780,063 Rp87,000,000 Rp122,780, Rp54,207,563 Rp87,000,000 Rp141,207,563 Total Rp1,403,692,875 Rp2,175,000,000 Rp3,578,692,875

23 Periodic Inventory Simulation Untuk data on hand inisialisasi didapat dari tingkat persediaan maksimum (E), dimana setiap kali melakukan pesanan jumlahnya berubah-ubah disesuaikan dengan kebutuhan seperti yang terlihat pada tabel 4.5. Pesanan dilakukan secara periodik dengan selang waktu 45 hari. Tabel 4.5 Simulasi Kebutuhan Bahan Baku CCO dengan Metode EOI Simulated Random Numbers Simulated Activity Simulated Cost Month Demand Demand Order Size Unit Balance Holding Cost Order Cost Inventory Cost Rp30,515,063 Rp0 Rp30,515, Rp51,355,688 Rp87,000,000 Rp138,355, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp30,515,063 Rp0 Rp30,515, Rp52,233,188 Rp87,000,000 Rp139,233, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp29,198,813 Rp0 Rp29,198, Rp52,233,188 Rp87,000,000 Rp139,233, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp29,198,813 Rp0 Rp29,198, Rp52,342,875 Rp87,000,000 Rp139,342, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp31,173,188 Rp0 Rp31,173, Rp52,342,875 Rp87,000,000 Rp139,342, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp29,198,813 Rp0 Rp29,198, Rp52,123,500 Rp87,000,000 Rp139,123, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp30,295,688 Rp0 Rp30,295, Rp52,123,500 Rp87,000,000 Rp139,123, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp31,173,188 Rp0 Rp31,173, Rp51,684,750 Rp87,000,000 Rp138,684, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp30,515,063 Rp0 Rp30,515, Rp52,342,875 Rp87,000,000 Rp139,342, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp31,392,563 Rp0 Rp31,392, Rp51,575,063 Rp87,000,000 Rp138,575, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp29,198,813 Rp0 Rp29,198, Rp51,246,000 Rp87,000,000 Rp138,246, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854, Rp30,295,688 Rp0 Rp30,295, Rp52,013,813 Rp87,000,000 Rp139,013, Rp72,854,438 Rp87,000,000 Rp159,854,438 Total Rp1,860,541,313 Rp2,088,000,000 Rp3,948,541,313

24 Min-Max Inventory Simulation Untuk data on hand inisialisasi didapat dari maximum stock (max stock), dimana setiap kali melakukan pesanan jumlahnya tetap yaitu mt. Pesanan akan dilakukan begitu persediaan mencapai minimum stock. Min-Max Inventory Simulation dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Simulasi Kebutuhan Bahan Baku CCO dengan Metode Min-Max Simulated Random Numbers Simulated Activity Simulated Cost Month Demand Demand Order Unit Balance Holding Cost Order Cost Inventory Cost Rp711,652,500 Rp0 Rp711,652, Rp668,655,000 Rp0 Rp668,655, Rp624,341,250 Rp0 Rp624,341, Rp582,001,875 Rp0 Rp582,001, Rp540,759,375 Rp0 Rp540,759, Rp497,103,750 Rp0 Rp497,103, Rp453,448,125 Rp0 Rp453,448, Rp412,205,625 Rp0 Rp412,205, Rp724,815,000 Rp87,000,000 Rp811,815, Rp681,159,375 Rp0 Rp681,159, Rp640,136,250 Rp0 Rp640,136, Rp596,480,625 Rp0 Rp596,480, Rp554,799,375 Rp0 Rp554,799, Rp513,776,250 Rp0 Rp513,776, Rp472,972,500 Rp0 Rp472,972, Rp429,316,875 Rp0 Rp429,316, Rp743,681,250 Rp87,000,000 Rp830,681, Rp702,658,125 Rp0 Rp702,658, Rp660,099,375 Rp0 Rp660,099, Rp618,637,500 Rp0 Rp618,637, Rp575,201,250 Rp0 Rp575,201, Rp533,520,000 Rp0 Rp533,520, Rp491,180,625 Rp0 Rp491,180, Rp446,866,875 Rp0 Rp446,866, Rp404,527,500 Rp0 Rp404,527, Rp719,330,625 Rp87,000,000 Rp806,330, Rp676,991,250 Rp0 Rp676,991, Rp635,529,375 Rp0 Rp635,529, Rp592,970,625 Rp0 Rp592,970, Rp549,315,000 Rp0 Rp549,315, Rp505,659,375 Rp0 Rp505,659, Rp462,442,500 Rp0 Rp462,442, Rp421,419,375 Rp0 Rp421,419, Rp734,686,875 Rp87,000,000 Rp821,686, Rp693,005,625 Rp0 Rp693,005, Rp650,666,250 Rp0 Rp650,666,250 Total Rp20,922,013,125 Rp348,000,000 Rp21,270,013,125

25 Analisa Data Analisis Metode Pengendalian Persediaan Dari hasil perhitungan ketiga metode pengendalian persediaan, baik sistem persediaan secara kontinu (EOQ), sistem persediaan secara periodik (EOI), dan sistem persediaan Min-Max mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hasil perbandingan metode EOQ, metode EOI, dan metode Min-Max terhadap bahan baku CCO yang terdapat pada PT. Palko Sari Eka dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Perbandingan Metode EOQ, Metode EOI, dan Metode Min-Max No. Bahan Baku CCO EOQ EOI Min-Max 1 Order Quantity 2770 mt 1830 mt mt 2 Safety Stock 41 mt 110 mt 1930 mt 3 Inventory Level mt 1426 mt mt 4 Turn Over Ratio Total Inventory Cost Rp4,371,019,395 Rp4,544,761,614 Rp110,176,283,884 Perbandingan setiap metode pengendalian persediaan akan dilakukan berdasarkan 5 kriteria pada tabel 4.7 diatas yaitu jumlah pesanannya (order quantity), persediaan pengaman (safety stock), tingkat persediaan rata-rata (inventory level), rasio pengembalian aset (turn over ratio), dan yang terakhir yang menjadi tujuan penelitian ini adalah total biaya persediaannya.

26 87 Perbandingan pertama dapat kita lihat dari jumlah pesanan yang dilakukan, bila metode EOQ menghitung jumlah pesanan yang paling optimal yaitu 2770 mt setiap pesan, lain halnya dengan metode EOI yang melakukan pesanan berdasarkan kebutuhan, dalam hal ini perhitungan didapat dari pesanan rata-rata yaitu 1830 mt. Hasil yang cukup mengejutkan didapat dari metode Min-Max yang mempunyai jumlah pesanan yang sangat tinggi yaitu mt, hal ini dapat dimaklumi karena rumus pada metode Min-Max menggunakan variabel demand selama 3 tahun yang jumlahnya sudah cukup besar, sehingga otomatis perhitungannya pun menjadi lebih besar. Untuk safety stock dapat terlihat metode EOI membutuhkan safety stock lebih besar yaitu 110 mt jika dibandingkan EOQ yang hanya menyediakan safety stock sebanyak 41 mt, hal ini jelas terjadi karena EOI harus mempunyai sediaan lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan pesanan sampai waktu yang ditentukan, baru setelah itu dapat melakukan pesanan lagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya stockout selama periode T* dan lead time (L). Tetapi walau begitu tetaplah metode Min-Max yang mempunyai sediaan pengaman paling besar yaitu 1930 mt karena safety stock dihitung berdasarkan kebutuhan bahan baku CCO per bulannya. Pada perbandingan untuk nilai tingkat persediaan, lagi-lagi metode Min-Max terlihat mempunyai nilai yang paling besar karena metode ini mempunyai nilai safety stock dan order quantity yang cukup besar. Tidak sebanding dengan nilai yang ada pada kedua metode lainnya.

27 88 Sesuai dengan pengertiannya Turn Over Ratio, yaitu rasio pengembalian aset atau tolak ukur keberhasilan inventory, maka metode yang mempunyai Turn Over Ratio yang lebih besar berarti lebih baik, maka metode EOQ terlihat lebih baik dengan nilai rasio sebesar Sedangkan nilai rasio paling kecil terdapat pada metode Min-Max yaitu 6,92 karena metode ini memiliki tingkat persediaan rata-rata yang sangat besar jika dibandingkan dengan kedua metode lainnya.. Perbandingan terakhir tentunya dapat kita lihat dari besarnya biaya persediaan selama 3 tahun. Ternyata dari ketiga metode pengendalian persediaan, metode EOQ menghasilkan biaya persediaan yang paling minimum. Sedangkan metode Min-Max mempunyai biaya persediaan yang paling besar akibat biaya penyimpanan yang sangat besar karena terlalu banyak persediaan bahan baku yang menumpuk.. Jika dilihat dari variabel pembanding hasil perhitungan rumus, diambil kesimpulan kalau metode pengendalian persediaan yang paling baik diantara ketiga metode adalah metode EOQ (Economic Order Quantity) dengan jumlah pesanan sebesar 2770 mt dan total biaya persediaan sebesar Rp ,-. Tetapi hasil ini belum tentu benar adanya, karena demand diasumsikan selalu konstan, padahal kenyataannya seringkali demand bersifat tidak pasti, oleh karena itu perlu dianalisa lebih lagi melalui simulasi yang dilakukan terhadap ketiga metode tersebut.

28 Analisis Hasil Simulasi Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi mengenai metode pengendalian persediaan yang paling baik, dapat ditelusuri lebih lanjut lagi dari hasil perbandingan simulasi. Jika pada perpetual inventory simulation menggunakan reorder point dalam penentuan melakukan pesanan dan min-max inventory simulation yang menggunakan minimum stock dalam penentuan melakukan pesanan, berbeda dengan periodic inventory simulation yang menggunakan interval secara periodik dalam penentuan melakukan pesanan. Dapat dilihat terdapat perbedaan berapa kali dilakukan pesanan selama 3 tahun, jika perpetual inventory simulation melakukan pesanan sebanyak 25 kali, pada periodic inventory simulation melakukan pesanan sebanyak 24 kali, dan min-max inventory simulation melakukan pesanan yang paling sedikit yaitu 4 kali. Karena perpetual inventory simulation melakukan pesanan paling banyak, otomatis total order cost-nya menjadi yang paling besar yaitu Rp ,-. Sedangkan total order cost yang paling kecil tentunya pada min-max inventory simulation yaitu Rp ,- saja karena melakukan pesanan yang paling sedikit. Untuk total holding cost yang paling besar terdapat pada Min-Max Inventory Simulation, karena metode ini menggunakan kisaran angka yang besar dalam perhitungannya, maka jumlah persediaan bahan baku yang menumpuk pun makin besar yang berimbas pada besarnya holding cost yang

29 90 harus dikeluarkan yaitu mencapai Rp ,- jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua metode lainnya. Meski mempunyai total order cost yang paling besar, perpetual inventory simulation ternyata mempunyai biaya total persediaan yang paling minimum dibandingkan metode lainnya yaitu Rp ,-. Berkebalikan dengan perpetual inventory simulation, min-max Inventory Simulation yang mempunyai total order cost paling kecil, ternyata mempunyai total biaya persediaan yang paling besar yaitu mencapai Rp ,- hal ini dapat dimengerti karena metode ini ternyata menghasilkan total holding cost yang sangat besar. Kemudian kita akan melihat perbandingan total biaya persediaan antara hasil perhitungan rumus dan hasil perhitungan simulasi yang terdapat pada tabel 4.8. Total biaya antara rumus dengan simulasi tidak sama persis karena perhitungan holding cost pada simulasi berubah-ubah sesuai jumlah persediaan yang masih tersisa pada bulan itu, sedangkan pada rumus diasumsikan selalu tetap. Ternyata perbandingan hasil ketiga metode tersebut tetaplah sama, dengan metode EOQ yang memberikan total biaya yang paling rendah dan kemudian diikuti oleh metode EOI dan metode Min-Max. Tabel 4.8 Perbandingan Total Biaya Persediaan Rumus dan Simulasi EOQ EOI Min-Max Rumus Rp4,371,019,395 Rp4,544,761,614 Rp110,176,283,884 Simulasi Rp3,578,692,875 Rp3,948,541,313 Rp21,270,013,125

30 91 Setelah melihat hasil dari ketiga simulasi yang telah dilakukan, memanglah benar adanya kalau metode EOQ lebih baik daripada metode EOI dan metode Min-Max. Selain mempunyai total biaya pesan yang paling kecil, metode ini juga mempunyai total biaya persediaan yang paling kecil baik dari hasil rumus maupun setelah dilakukan simulasi Analisis Usulan Dengan Sistem Berjalan Setelah mengetahui metode pengendalian persediaan yang paling baik dari hasil rumus dan hasil simulasi, apakah usulan yang menggunakan metode EOQ lebih optimal daripada jumlah pesanan yang biasa dilakukan oleh PT. Palko Sari Eka? Jawabannya dapat diketahui dengan membandingkan total biayanya masing-masing. Total biaya persediaan 3 tahunan jika menggunakan jumlah pesanan yang biasa dilakukan PT. Palko Sari Eka yaitu 300 mt setiap memesan dan safety stock sebesar 400 mt adalah : D TC( Q) =. Co ( SS Q) Cc Q ,827 = ( ) = Rp ,-

31 92 Ternyata setelah dibandingkan dengan total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ, didapat selisih total biaya persediaan sebesar Rp ,-. Jadi ternyata memanglah benar jika EOQ lebih unggul daripada jumlah pesanan yang biasa dilakukan di PT. Palko Sari Eka, oleh karena itu metode ini cocok digunakan pada PT. Palko Sari Eka untuk meminimasi biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya. Suatu cara coba-coba dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara rencana pemesanan (kuantitas) dengan total biaya. Tabel 4.9 menunjukkan hasil perhitungan total biaya simpan, total biaya pesan, dan total biaya persediaan selama 3 tahun bila kuantitas pesanan berubah-ubah. Tabel 4.9 Biaya Persediaan untuk Kuantitas Pesanan Bervariasi Jumlah Pesanan Total Holding Cost Total Order Cost Total Inventory Cost (mt) (Rp) (Rp) (Rp) ,925,000 20,160,169,830 20,397,094, ,875,000 12,096,101,898 12,490,976,898 1, ,750,000 6,048,050,949 6,837,800,949 2,000 1,579,500,000 3,024,025,475 4,603,525,475 3,000 2,369,250,000 2,016,016,983 4,385,266,983 4,000 3,159,000,000 1,512,012,737 4,671,012,737 5,000 3,948,750,000 1,209,610,190 5,158,360,190 Ternyata semakin kecil kuantitas item yang dipesan, total biaya akan semakin besar. Sedangkan sebaliknya, semakin besar kuantitas item yang dipesan akan semakin kecil biaya total, namun pada suatu titik tertentu, maka total biaya ini akan membesar lagi. Pada titik inilah total biaya minimal terjadi.

METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL YANG OPTIMAL PADA PT. PSE

METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL YANG OPTIMAL PADA PT. PSE METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL YANG OPTIMAL PADA PT. PSE Siti Nur Fadlillah 1 ; Andreas 2 ; Zahedi 3 1, 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA Siti Nur Fadlillah A. 1 ABSTRACT Inventory system is one of the essential managerial functions because most of companies

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA Eriani Lestari Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK PT. Delijaya Global Perkasa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL YANG OPTIMAL PADA PT. PALKO SARI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Perusahaan PT. Delijaya Global Perkasa merupakan perusahaan bisnis keluarga yang bergerak dibidang industry sarung tangan. Perusahaan ini menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PPIC Perencanaan dan pengendalian produksi / PPIC (Production Planning and Inventory Control) adalah merupakan suatu perencanaan dan pengendalian arus masuk bahan baku

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied Reseach atau penelitian terapan yang mempunyai alasan praktis, keinginan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Penerapan system metode Economic Order Quantity ( EOQ) Menghitung nilai rata-rata persediaan meliputi, yaitu:

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Penerapan system metode Economic Order Quantity ( EOQ) Menghitung nilai rata-rata persediaan meliputi, yaitu: BAB V ANALISA HASIL 5.1 Penerapan system metode Economic Order Quantity ( EOQ) Menghitung nilai rata-rata persediaan meliputi, yaitu: a. Menghitung safety stock dengan service level yaitu 95% sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Pilar Jaya yang berlokasi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTE PERSEDIAAN GUDANG ENGGUNAKAN ECONOIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC ODEL Indri Hapsari, Yenny Sari, Lianny P. Rajimin Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Theodore S.K. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

Manajemen Operasi. Manajemen Persediaan.

Manajemen Operasi. Manajemen Persediaan. Manajemen Operasi Manajemen Persediaan budi.harsanto@gmail.com PENTINGnya Persediaan Melibatkan dana/modal yg sangat besar Berpengaruh pd MO, MP, MK Darah The Material Flow Cycle Tujuan Menyediakan persediaan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi terdapat perubahan kebutuhan harga Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen MENENTUKAN

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. L JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,

Lebih terperinci

ORDER QUAANTITY (EOQ).

ORDER QUAANTITY (EOQ). JIMT Vol. 13 No. 2 Desember 2016 (Hal 25-34) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X ANALISIS DAN OPTIMALISASI PERSEDIAAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK PADA PT. KUTILANG PAKSI MAS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Manajemen Persediaan Tujuan perencanaan dan pengendaliaan persediaan:

Prinsip-Prinsip Manajemen Persediaan Tujuan perencanaan dan pengendaliaan persediaan: Prinsip-Prinsip Manajemen Persediaan Penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan haruslah sedemikian rupa sehingga produksi dan operasi perusahaan tidak terganggu, tetapi dilain pihak sekaligus harus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Manajemen Operasional. Metode EOQ

Manajemen Operasional. Metode EOQ Manajemen Operasional Metode EOQ ECONOMIC ORDER QUANTITY METODE EOQ Pendekatan yang umum digunakan untuk manajemen persediaan dalam menganalisis inventory adalah dengan model EOQ (Economic Order Quantity).

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kain Tas 600D dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Guna Meminimumkan Biaya di CV. Kane 197 The Controlling Analysis

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah persediaan merupakan salah satu masalah penting yang harus diselesaikan oleh perusahaan. Salah satu upaya dalam mengantisipasi masalah persediaan ini adalah

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Ikan Higienis Pejompongan Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 hingga Mei 2013. 3.2

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO

MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO Persediaan : PENGERTIAN - Segala sesuatu/sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT PENGENDALIAN PERSEDIAAN Oleh : 1 Introduction Definisi Persediaan Aliran dan Stock dari Persediaan 2 Proses Aliran Material Proses Produksi Work in process Work in process Work in process Work in process

Lebih terperinci

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN 1 MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN 2 PENDAHULUAN Pengendalian persediaan (inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Bentuk

Lebih terperinci

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu Saintia Matematika Vol. 1, No. 2 (2013), pp. 151 160. ANALISIS PERSEDIAAN DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK X Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di Jl.wolter monginsidi no.70-72 Jakarta selatan. Penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR

ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR Bayum Pacsi Pataddungi, Andi Pawennari, Nurul Chairany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning)

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam menentukan jumlah optimasi. Data yang dikumpulkan berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA BIAYA BAHAN Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA Permasalahan Bahan Keterlambatan bahan akan mempengaruhi kelancaran produksi, sedangkan persediaan bahan yang berlebihan berarti pemborosan modal kerja

Lebih terperinci

INVENTORY. Bambang Shofari

INVENTORY. Bambang Shofari INVENTORY Bambang Shofari 1 Inventory atau persediaan istilah yang menunjukkan sumberdaya sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan sumber daya internal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis Persediaan Pengaman (Safety Stock) Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Akomodasi Ketidakpastian Asumsi Model

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Barang Dagangan Pada UD.Amino 2 Malang Oleh: Taslim Fadlin. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Djumilah Zain., SE.

Pengendalian Persediaan Barang Dagangan Pada UD.Amino 2 Malang Oleh: Taslim Fadlin. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Djumilah Zain., SE. 1 Pengendalian Persediaan Barang Dagangan Pada UD.Amino 2 Malang Oleh: Taslim Fadlin Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Djumilah Zain., SE. ABSTRAKSI Bagi perusahaan dagang, persediaan merupakan salah satu aset

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Arti Penting Persediaan 1. Pengertian Persediaan persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Maulida Nurfajrianti 1, Yusuf Widharto 2 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 1 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 2 yudidito@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini MM Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN DETERMINISTIK Ongkos Inventori 1. Holding costs

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Materials : Controlling, Costing, and Planning Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Definisi Bahan Baku adalah Bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan PT. Surya Wahana Fortuna.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan PT. Surya Wahana Fortuna. 47 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan PT. Surya Wahana Fortuna. Penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research). Penelitian terapan adalah

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA Oleh: DWI PRASTYO 13.1.01.04.0080 Dibimbing oleh : 1. Dr. M.Anas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis,

Lebih terperinci

Bab 8 Manajemen Persediaan

Bab 8 Manajemen Persediaan Dasar Manajemen Keuangan 110 Bab 8 Manajemen Persediaan Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian dan jenis persediaan, cara menghitung tingkat perputaran persediaan, jenis

Lebih terperinci

Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat

Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat Prayonne Adi Program Studi Teknik Industri Universtitas Pelita Harapan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data aktual konsumsi bahan bakar minyak solar oleh alat-alat berat dan produksi yang dipergunakan PT. Pamapersada Nusantara adalah data konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci