BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Rombel Jumlah siswa Persentase 1 Kelas IVa 33 50% 2 Kelas IVb 33 50% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

ABSTRAK. Kata kunci : media visual, pembelajaran ips, peta, hasil belajar

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Pelaksanaan Intervensi Konseling (Data Pelaksanaan Penelitian)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SD N 1 Tlogopucang yang beralamat di desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu Sekolah Dasar di Gugus Mina

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subyek dalam penelitian ada 347 orang siswa kelas XI yang terdiri dari

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bagian ini akan dibahas atau diuraikan hasil-hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan.

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Semarang. Sekolah ini beralamat di Jalan Sentro Jambu. Jumlah kelas keseluruhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KREATIVITAS DAN INOVASI TERHADAP KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI KREATIF DI KOTA MEDAN. : Laki-Laki Perempuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Doplang, yang beralamat di jalan Bangklean

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan populasi di SLB A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi, kelas VII yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dr.Kayadoe. RSUD Dr. M. Haulussy Ambon adalah rumah sakit negeri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Angket Keaktifan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Non Akademik dan Kebutuhan Berprestasi PETUNJUK PENGISIAN 1. Angket ini terdiri dari dua bagian yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

KUESIONER. Saya adalah mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian terhadap 120

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Karakter Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Singorojo Kabupaten Kendal. Sekolah ini merupakan satu-satunya SMA di Kecamatan Singorojo yang memiliki 11 kelas, dimana kelas X terdiri dari 4 kelas, kelas XI ada 4 kelas terdiri dari 2 kelas XI IPA dan 2 kelas XI IPS. Kelas XII terdiri dari 3 kelas yaitu satu kelas XII IPA dan 2 kelas XII IPS. Ditinjau dari tingkat perekonomian orang tua siswa tergolong ekonomi lemah dengan pekerjaan sebagian besar sebagai buruh tani. Motivasi belajar siswa diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 94 siswa kelas XI SMA N 1 Singorojo. Dari hasil penyebaran kuesioner pada siswa maka didapatlah siswa yang mengalami motivasi belajar rendah sebanyak 8 orang siswa. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin F % 1 Laki-Laki 6 75 2 Perempuan 2 25 Jumlah 8 100 Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa sebagian besar peserta didik yang memiliki motivasi rendah adalah laki-laki yaitu 75%. 1

Tabel 4.2 Struktur Anak dalam Keluarga No Struktur Anak f % 1 Sulung 4 50 2 Tengah 1 12.5 3 Bungsu 3 37.5 Dilihat dari status anak dalam keluarga adalah anak sulung yaitu 50%. Tabel 4.3 Usia Responden No Usia f % 1 17 tahun 3 37.5 2 18 tahun 3 37.5 3 19 tahun 2 25 Usia responden sebagian besar pada kisaran 17 dan 18 tahun yaitu masing-masing 37,5%. Tabel 4.4 Pekerjaan Orang Tua Responden No Pekerjaan f % 1 Buruh 6 75 2 PNS 2 25 Dilihat dari latar belakang keluarganya sebagian besar sebagai buruh yaitu 75%. 2

Tabel 4.5 Jarak Rumah Ke Sekolah Responden No Jarak f % 1 0-5 km 3 37.5 2 6-10 km 2 25 3 11-15 km 3 37.5 Dilihat dari jarak rumah ke sekolah, sebagian besar di atas 5 km yaitu 62,5%. 4.2 Prosedur Penelitian Penelitian eksperimen ini dilaksanakan dengan tiga tahapan yaitu pre test, treatment dan post test. Pre test digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Pre test diberikan pada 94 siswa dari kelas XI IPA dan XI IPS. Dari 94 siswa tersebut dapat diketahui siswa yang memiliki motivasi rendah dan diambil 8 siswa untuk mengikuti treatment berupa layanan konseling kelompok Behavioral. Untuk melakukan treatment layanan konseling kelompok Behavioral, peneliti membuat satuan layanan sebanyak 5 kali. Setelah dilakukan treatment maka dilakukan post test untuk mengetahui motivasi belajar setelah kegiatan layanan konseling kelompok Behavioral. 4.3 Analisis Deskriptif Gambaran motivasi belajar pada peserta didik dapat dilihat dari dua kondisi yaitu sebelum dan sesudah treatment layanan konseling kelompok Behavioral. 3

1. Data Kondisi Awal 4 Data motivasi belajar siswa diperoleh dari pengisian kuesioner dengan skor terendah 1 dan tertinggi 4. Data yang diperoleh dari 44 item pernyataan. Selanjutnya setiap data ditransformasi ke dalam bentuk persentase dengan cara skor yang diperoleh dibagi skor maksimal (44 4) dan dikalikan dengan 100. Untuk mengetahui tingkatan motivasi belajar ini diperoleh dengan kriteria yang ditentukan sebagai berikut. Persentase maksimum = 100% Persentase minimum = 25% Rentang = 100% - 25% = 75% Panjang kelas interval = 75% : 4 = 18,75% Berdasarkan panjang kelas interval 18,75% maka dapat dibuat kriteria sebagai berikut. Tabel 4.6 Kriteria Motivasi Belajar No Interval Kriteria 1 25,00 43,75 Sangat rendah 2 43,76 62,50 Rendah 3 62,51 81,25 Tinggi 4 81,26 100,00 Sangat tinggi Berdasarkan data pre test terhadap 94 peserta didik terdapat 8 peserta didik yang memiliki motivasi belajar dengan persentase skor pada interval 43,76 62,50 dalam kategori rendah. Peserta didik yang memiliki motivasi rendah ini selanjutnya dijadikan sebagai subjek layanan konseling kelompok Behavioral. Berikut gambaran motivasi belajar siswa sebelum

dilakukan treatment dari masing-masing subjek penelitian seperti terlihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Data Pree tes Motivasi Belajar No Responden Kode Kelas Skor awal Kriteria 1 R-1 AIP IIS2-01 58.33 Rendah 2 R-2 BHJ IIS2-07 58.33 Rendah 3 R-3 DE IIS2-10 58.33 Rendah 4 R-4 HSP IIS2-14 58.33 Rendah 5 R-5 SH IIS1-21 58.33 Rendah 6 R-6 AY MIA2-02 62.18 Rendah 7 R-7 AR IIS2-02 62.18 Rendah 8 R-8 KDP IIS2-17 62.18 Rendah Sumber: data penelitian, 2015 Langkah selanjutnya dari ke 8 siswa yang diidentifikasi memiliki motivasi belajar rendah tersebut, dilakukan observasi secara langsung dan diberikan treatment secara berkelompok. Sebelum peneliti melakukan treatment, peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran di kelas XI MIA dan Sosial. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan data yang akurat tentang motivasi belajar siswa yang dijadikan sebagai responden tersebut. Dari hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran dikelas Nampak hal-hal sebagai berikut: 1. Perilaku siswa yang nampak dalam mengikuti pelajaran yaitu tidak percaya diri ketika ditunjuk guru untuk tampil di depan teman-temannya 2. Minat belajar rendah 5

3. Adanya rasa takut dan malu yang mengakibatkan 6 motivasi belajarnya kurang 4. Semangat belajar yang kurang 5. Tidak konsentrasi pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas 6. Tidak ada gairah mengikuti pelajaran dan 7. Sering mengantuk ketika mengikuti pelajaran. 2. Data Kondisi Akhir Penilaian terhadap hasil konseling/treatment, dilakukan oleh peneliti melalui penyebaran kuesioner motivasi belajar. Sedangkan perubahan perilaku dilakukan melalui hasil observasi oleh peneliti saat proses pelajaran berlangsung di kelas. Berikut ini disajikan hasil peningkatan motivasi belajar siswa setelah dilakukan layanan konseling dan sebelum konseling. Tabel 4.8 Data Post Test Motivasi Belajar No Res Kode Skor akhir Kriteria 1 R-1 AIP 80.13 Tinggi 2 R-2 BHJ 78.21 Tinggi 3 R-3 DE 80.13 Tinggi 4 R-4 HSP 75.64 Tinggi 5 R-5 SH 80.13 Tinggi 6 R-6 AY 80.77 Tinggi 7 R-7 AR 83.33 Sangat Tinggi 8 R-8 KDP 76.28 Tinggi Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa dari 8 peserta didik yang mengikuti layanan konseling kelompok Behavioral selama 5 kali pertemuan, terdapat 1 peserta

didik (12,5%) memiliki motivasi belajar sangat tinggi, selebihnya 87,5% memiliki motivasi belajar tinggi. 4.4 Analisis Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa layanan konseling kelompok Behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo Kendal dapat dilihat dari hasil uji paired sample t-test. Tabel 4.9 Data Perubahan Motivasi Belajar Sebelum dilakukan treatment layanan konseling kelompok diperoleh rata-rata motivasi belajar sebesar 59,77 dalam kategori rendah, sedangkan setelah treatment diperoleh rata-rata 79,32 dalam kategori tinggi. 1. Uji Normalitas Data Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Pre test Post test N 8 8 Normal Parameters a Mean 59.7738 79.3275 Std. Deviation 1.99256 2.51187 Most Extreme Differences Absolute.391.250 Positive.391.158 Negative -.261 -.250 Kolmogorov-Smirnov Z 1.105.708 Asymp. Sig. (2-tailed).174.698 7

Hasil analisis normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai signifikansi untuk pre test sebesar 0,174 dan untuk post test sebesar 0,698. Kedua nilai signifikansi > 0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. 8

2. Uji t Tabel 4.11 Hasil Uji t Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa melalui layanan konseling kelompok mampu meningkatkan motivasi belajar dari rata-rata awal 59,77 menjadi 79,32. Hasil uji t diperoleh nilai t = 20,006 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa sebelum dan setelah mengikuti layanan konseling kelompok. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan Behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo Kendal diterima. 4.5 Pembahasan Penelitian ini meggunakan layanan konseling kelompok untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas pada kelas XI melalui penerapan konseling kelompok Behavioral. Dari hasil penyebaran kuesioner awal didapatkan subjek penelitian sebanyak 8 orang. Kedelapan orang inilah yang nantinya mendapatkan treatment dalam pemberian layanan 9

konseling kelompok. Pada tahap awal peneliti melakukan observasi guna mengetahui penyebab kurangnya motivasi belajar siswa. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang memiliki motivasi belajar rendah memperlihatkan gejala seperti: tidak percaya diri ketika ditunjuk guru untuk tampil di depan teman-temannya, minat belajar rendah, rasa takut dan malu yang mengakibatkan motivasi belajarnya kurang, semangat belajar yang kurang, tidak konsentrasi pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas, tidak ada gairah mengikuti pelajaran dan sering mengantuk ketika mengikuti pelajaran. Selanjutnya peneliti juga melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam studi dokumentasi data tentang catatan pelanggaran siswa telah dibuat. Berdasarkan hasil data dokumentasi, peneliti memperoleh data secara umum seperti : siswa mengakui bahwa mereka tidak menyukai beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas sehingga sering kali merasa tidak antusias mengikuti pembelajaran, tidak merasa tampil percaya diri, merasa takut dan malu ketika ditunjuk oleh guru, mengantuk ketika proses pelajaran berlangsung dan merasa cuek terhadap pelajaran yang kurang dimengerti oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti mendapat kan data-data pendukung untuk ditindaklanjuti dalam treatment. Treatment diberikan sebanyak 5 kali. Setelah treatment, peneliti kembali melakukan observasi sebagai bentuk tindak lanjut dari treatment yang telah 10

diberikan. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa siswa menunjukkan peningkatan motivasi belajar dengan gejala sebagai berikut. Tampak perubahan perilaku siswa dimana sebelumnya siswa masih memiliki minat belajar yang rendah seperti bercanda dengan teman, dan sering melihat ke luar kelas, tidak percaya diri ketika ditunjuk guru untuk tampil didepan teman-temannya, kurang mem perhatikan penjelasan guru, merasa takut dan malu yang mengakibatkan motivasi belajarnya kurang, semangat belajar yang kurang, tidak konsentrasi pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas, tidak ada gairah mengikuti pelajaran dan sering mengantuk ketika mengikuti pelajaran di kelas. Namun sekarang siswa bisa merubah perilakunya yaitu lebih minat dalam belajar seperti tidak bercanda dengan temannya dan tidak lagi main-main atau melihat keluar ketika pelajaran berlangsung. Siswa mampu tampil percaya diri di depan teman-temannya ketika ditunjuk oleh gurunya, mampu memperhatikan penjelasan guru dengan baik, siswa tidak merasa takut dan malu ketika menjawab pertanyaan dari guru, dan bisa berkonsentrasi pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas. Serta siswa lebih bergairah mengikuti pelajaran dan tidak mengantuk ketika mengikuti pelajaran di kelas. Dari hasil obsrvasi dalam kegiatan pembelajaran dikelas Nampak hal-hal sebagai berikut: 1) perilaku siswa yang nampak dalam mengikuti pelajaran yaitu tidak percaya diri ketika ditunjuk guru untuk tampil di depan teman-temannya. 2) Minat belajar rendah. 3) 11

Adanya rasa takut dan malu yang mengakibatkan motivasi belajarnya kurang. 4) Semangat belajar yang kurang. 5) Tidak konsentrasi pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas. 6) Tidak ada gairah mengikuti pelajaran dan 7) Sering mengantuk ketika mengikuti pelajaran. Tahap dalam pelayanan konseling kelompok melalui 6 tahap, adapun tahap-tahap tersebut antara lain identifikasi, diagnosa, prognosa, konseling/ treatment, evaluasi dan refleksi. Dalam tahap identifikasi, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengidentifikasi siswa-siswa yang memiliki motivasi belajar rendah sehingga perlu diberikan layanan konseling kelompok dengan menerapkan konseling Behavioral, dengan cara observasi, dan melihat hasil penyebaran kuesioner motivasi belajar. Dalam tahap diagnose, peneliti menggali faktor penyebab permasalahan yang dialami oleh siswa pada motivasi belajarnya yang rendah. Dalam tahap prognosa peneliti menentukan solusi atau pemecahan masalah apa yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diberikan kepada siswa. Tahap konseling/ treatment bertujuan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajarnya. Di akhir kegiatan treatmen, dilakukan tahap evaluasi yaitu suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui hasil tindakan yang dilakukan. Dalam penelitian ini, tahap evaluasi yang dilakukan ialah berupa kuesioner untuk mengukur peningkatan motivasi belajar siswa. Tahap paling akhir adalah 12

refleksi yaitu merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dicapai dan belum dicapai, apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi demikian dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya, serta mempertimbangkan bagaimana dampak tindakan terhadap pelaksanaan konseling individu melalui penerapan konseling Behavioral untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang telah diberikan. Dalam pelaksanaan konseling kelompok tahap pertama/treatment ke 1 ini, langkah yang dilakukan, mempersiapkan subjek untuk melaksanakan proses konseling individu dengan pelaksanaan konseling kelompok Behavioral. Kedelapan siswa yang memiliki motivasi yang rendah kemudian dikumpulkan menjadi satu. Sebelum dilakukan konseling, terlebih dahulu siswa diberikan informasi tentang pelaksanaan konseling termasuk tujuan mereka mendapat konseling Behavioral. Hal ini dilakukan agar siswa merasa siap dan tahu maksud pemberian konseling tersebut. Menurut Corey (2008: 345), tahap awal dalam konseling kelompok Behavioral adalah menyampaikan tujuannya agar klien mengetahui tentang program yang akan dilaksanakan. Kegiatan konseling yang dilakukan pada pertemuan pertama ini dilakukan dengan penuh keterbukaan, agar faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan klien dapat terungkap. Corey (2008: 345) mengungkapkan bahwa pemimpinpaa awanya harus berusaha membuat kelompok yang menarik bagi para anggotanya. Berdasarkan hasil layanan konseling kelompok Behavioral paa pertemuan pertama ini dapat terungkap bahwa yang mempengaruhi motivasi belajar 13

siswa selain dari diri sendiri juga dari faktor lingkungan. Dari fakta yang ada siswa SMA khususnya masih ada yang suka begadang sehingga ketika proses belajar di sekolah mereka merasa mengantuk di kelas. Selain itu juga, kurangnya metode pembelajaran yang dilakukan guru sehingga siswa merasa kurang tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan. Faktor lain yang juga mempengaruhi motivasi belajar siswa ini adalah perhatian dari orang tua siswa yang masih kurang terhadap anak-anaknya. Dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan mendukung dan memfasilitasi segala kebutuhan siswa berkaitan dengan belajarnya. Pada tahap konseling kelompok kedua atau treatment kedua ini dilakukan dengan memberikan berbagai solusi masalah siswa. Dalam hal ini peneliti memberikan suatu masalah yaitu berkaitan dampakdampak apa saja yang dapat kita peroleh dengan rendahnya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa. Dalam kegiatan ini peneliti meminta kepada responden untuk memikirkan hal-hal yang bisa dialami ketika kita memiliki motivasi yang rendah. Permasalahan yang diberikan peneliti sebagai pemimpin layanan konseling kelompo ini dipandang penting bagi klien, karena titik awal permasalahan yang menyebabkan motivasi belajar rendah perlu diatasi dan dikurangi. Rose dalam Corey (2008: 36) menyatakan bahwa masalah yang dipilih yaguk pengobatan harus cukup penting bagi klien agar membuat komitmen mereka untuk bekerja sehari-hari. Pada treatment ketiga ini atas kesepakatan bersama dilakukan konseling kelompok dengan topik 14

masalah yang berkaitan dengan Hakikat Belajar. Pemberian topik tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami arti belajar sehingga siswa lebih semangat belajar. Selama kegiatan berlangsung siswa masih malu dan merasa canggung dalam memberikan pendapat. Hal tersebut terlihat dari kurang aktifnya siswa dalam berpendapat dan hanya memberikan jawaban singkat saat diberikan pertanyaan. Dalam tahap pengakhiran guru bersama siswa menyimpulkan hasil dari tahap kegiatan yang telah dilakukan dan menginformasikan pelaksanaan kegiatan konseling kelompok lanjutan yang akan segera diaksanakan. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa dinamika kelompok mulai nampak namun masih belum secara utuh karena ada beberapa anggota kelompok yang terlihat bingung dan malumalu untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaanya. Pemahaman anggota tentang topik yang dibahas dapat dikatakan sudah cukup baik, tapi masih ada beberapa anggota yang mengaku bingung dengan topik yang dibahas tersebut. Secara keseluruhan anggota kelompok merasa sedikit memperoleh pemahaman baru mengenai konseling kelompok pada umumnya dan mengenai cara mengatasi masalah pada khususnya. Anggota kelompok merasa sangat tertarik untuk melakukan kegiatan konseling kelompok lanjutan yang akan dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan lebih menekankan pada sisi penguatan yang merupakan kunci prosedur intervensi dalam perilaku kelompok. Penguatan 15

dilakukan oleh pemimpin kelompok dan anggota lain, karena dalam setiap kegiatan layanan konseling kelompok, setiap klien mengungkapkan permasalahan sedangkan klien lain juga mengungkap ide-ide solusinya. Kegiatan tersebut merupakan dari bentuk dukungan dan perhatian dari anggota kelompok. Peserta kelompok juga diajarkan bagaimana memperkuat diri untuk kemajuannya (Corey, 2008: 347). Pada konseling kelompok Behavioral tahap ke empat/treatment yang keempat ini masih melanjutkan pembahasan yang berkaitan dengan semangat belajar, pemimpin kelompok masih menyinggung keterkaitan antara bahasan sebelumya, namun topik bahasan ditambah yang sifatnya dapat mendorong siswa untuk meningkatkan meotivasi diri dalam belajar. Dengan maksud agar anggota kelompok semakin paham mengenai kegiatan konseling kelompok yang dibahas. Dalam tahap peralihan anggota kelompok meminta pemimpin kelompok untuk segera masuk dalam tahap kegiatan, anggota kelompok sangat antusias untuk segera masuk dalam tahap kegiatan. Pada tahap kegiatan kali ini topik yang dibahas adalah tentang Cara mengatur waktu. Tujuan dari pemberian topik tersebut adalah agar anggota kelompok mampu mengembangkan wawasan terhadap cara mengelola waktu dalam berbagai bidang, terutama belajar yang tepat dengan dirinya. Dengan manajemen belajar yang realistis, anggota kelompok dapat lebih mudah dalam memilih waktu belajar yang sesuai dengan dirinya dan lebih mudah 16

dalam membuat rencana belajar ke depannya. Dengan motivasi belajar yang cukup tentunya anggota diharapkan mampu bersaing dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam rangka mencapai tujuan dalam hidup mereka. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembinaan perilaku dengan memberikan solus-solusi yang tepat. Salah satuya bagaimana memberikan masukan kepada klien tentang manajemen waktu yang realistis. Hal ini sesuai dengan pendapat Corey (2008: 348) bahwa pembinaan perilaku untuk mempersiapkan anggota melakukan perilaku yang diinginkan di luar kelompok. Lebih lanjut menurut Cormier dalam Corey (2008: 349), praktek perilaku aktual yang diinginkan harus mengambil tempat di bawah kondisi yang serupa mungkin dala situasi lingkungan klien. Proses diskusi yang berlangsung mengarah pada kondisi riil klien, karena setiap klien mengungkapkan permasalahan yang dialami seara nyata. Pada tahap treatmen ke lima kegiatan ini, topik yang dibahas yaitu Kegagalan Awal dari Kesuksesan. Topik ini bertujuan agar anggota kelompok lebih mampu menyikapi dan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan optimal dan menyadari makna kegagalan. Anggota kelompok terlihat sangat aktif dengan adanya pendapat dan tanggapan yang muncul dari anggota kelompok. Pada pelaksanaan layanan konseling kelompok yang ke 5 ini dinamika kelompok sangat baik. Semua anggota kelompok sudah mengeluarkan pendapatnya masing-masing tanpa harus diberikan dorongan dari 17

pemimpin kelompok. Pemahaman anggota kelompok tentang topik yang dibahas juga sudah baik karena anggota kelompok juga sudah mampu mengeluarkan pendapat dan idenya dengan baik pula. Pelaksanaan proses konseling/treatment ke 5 sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, para siswa tidak lagi menunjukkan keraguan terhadap peneliti karena sudah terbiasa melaksanakan konseling, siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan penyebab masalah yang dihadapinya, sehingga lebih melancarkan proses konseling. Hal ini juga diketahui dari hasil penilaian konseli (siswa) terhadap proses konseling sangat positif. Siswa senang bekerjasama dengan peneliti dalam mendiskusikan masalah dan merasa puas pada awal dan selama proses konseling berlangsung. Kegiatan layanan konseling kelompok pada treatmen kelima ini lebih menekankan pada restrukturisasi kognitif karena mengidentifikasi dan mengevaluasi serta memahami dampak perilaku negatif dari pemikiran tertentu dan belajar untuk menggantikan kognisi pada pikiran yang lebih realistis dan sesuai (Corey, 2008: 349). Secara umum siswa yang masih memiliki motivasi belajar rendah pada kondisi awal menunjukan peningkatan motivasi belajar dan mencapai kriteria yang ditentukan yaitu 70%. Hal ini terlihat dari perilaku siswa ketika mengikuti pelajaran di kelas. Siswa menunjukkan peningkatan motivasi belajar seperti memperhatikan penjelasan guru dengan baik, lebih minat dalam belajar, bisa berkonsentrasi pada 18

saat guru menjelaskan pelajaran di kelas. Serta siswa lebih bergairah mengikuti pelajaran dan tidak mengantuk ketika mengikuti pelajaran di kelas. Terjadi peningkatan yang signifikan mengenai motivasi belajar siswa setelah diberikan layanan melalui penerapan konseling kelompok Behavioral. Hal ini membuktikan bahwa layanan konseling kelompok Behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah. Jadi berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok Behavioral dapat digunakan untuk meningkat kan motivasi belajar siswa. Layanan konseling kelompok yang diberikan, dapat diketahui bahwa konseling kelompok Behavioral sangat efektif digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa mengakui bahwa layanan yang diberikan sangat membantunya dalam mengentaskan permasalahan yang dialami sehingga terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Hasil ini bisa tercapai karena adanya kesadaran dan niat dari siswa itu sendiri untuk meningkatkan motivasi belajarnya dengan mengikuti kegiatan konseling kelompok dengan serius dan antusias. Selain itu, konseling kelompok Behavioral dapat memberikan pemahaman pada siswa bahwa keyakinan terhadap perubahan tingkah laku siswa itu sendiri sangat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan selanjutnya ketika berada dilingkungan sekolah ataupun di luar sekolah. Layanan konseling kelompok Behavioral yang dilakukan lebih banyak membahas tentang motivasi belajar, memahami pentingnya belajar, mengambang- 19

kan sikap mental positif dalam belajar, cara mengatur waktu, dan kegagalan awal dari keberhasilan. Layanan konseling Behavioral yang dilakukan tidak lepas dari peran konselor yang berperan sebagai terapis tingkah laku yang memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment konseling kelompok (Corey, 2012: 205). Melalui pengetahuan ilmiahnya dengan proses pendekatan yang humanis dengan konseli melakukan proses mencari solusi-solusi yang menghambat motivasi belajar siswa. Dengan tema-tema yang diangkat dalam proses diskusi interaktif antara pembimbing dengan konseli maupun antara konseli melakukan pembahasan-pembahasan sesuai dengan tema dan mengakitkan permasalahan yang dialami oleh masing-masing konseli. Proses layanan konseling kelompok ini mampu mengaplikasikan prinsip mempelajari manusia untuk memberikan fasilitas agar konseli melakukan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif dan menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli secara demokratis (Corey, 2012). Adanya komunikasi, diskusi dua arah menimbulkan keterbukaan diantara konseli dan pembimbing. Tahapan-tahapan dalam layanan konseling kelompok Behavioral menurut Corey (2008) digunakan dalam penelitian ini. Pada tahap awal, pembimbing menyampaikan tujuan layanan konseling kelompok, sehingga para konseli ini mengetahui tentang program yang akan dilakukan selama 5 pertemuan. Hal ini juga membuka kesadaran pada diri konseli, bahwa ada 20

sesuatu yang perlu diperbaiki pada dirinya. Lebih dari itu, pembimbing juga membangun keterpaduan, membuat akrab dan mengidentifikasi masalah yang muncul pada siswa untuk diperbaiki (Corey, 2008). Tahap selanjutnya adalah menuju pelaksanaan konseling kelompok Behavioral dengan memberikan diskusi dengan lima tema yang terdistribusi dalam lima kali pertemuan. Setiap materi yang diskusikan dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi dalam dinamikan kelompok. Satu demi satu konselin menyampaikan permasalahan, pembimbing membuat kesepakatan permasalahan siapa yang akan dibahas untuk mencari solusinya. Setiap konseli diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat solusinya dan pembimbing menyimpulkan dan membuat kesepakatan untuk melakukan kegiatan pada pertemuan berikutnya sampai pertemuan kelima. Layanan konseling kelompok Behavioral ini mampu meningkatkan motivasi belajar konseli, karena dari layanan ini timbul motivasi diri yang mendorong untuk melakukan proses belajar dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Wilantara (2013), Wirnawati (2013), Indayani (2014) menyatakan bahwa penerapan konseling Behavioral meningkatkan motivasi belajar, mutu belajar dan meminimalisasi perilaku membolos. 21

22