TINJAUAN PUSTAKA Program Prima Tani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Program Prima Tani"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Program Prima Tani Badan Litbang Pertanian sebagai lembaga pertanian dengan misi utamanya adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian yang maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik bagi pemakai dan lokasi. Berbagai kendala ditemukan oleh Badan Litbang Pertanian dalam mengkomunikasikan inovasi teknologi pertanian kepada petani. Adanya program Prima Tani, diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut sehingga petani lebih cepat memahami berbagai inovasi yang dapat diaplikasikan dalam usahataninya. Evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian oleh petani cenderung lambat bahkan menurun. Tenggang waktu sampainya informasi dan adopsi kepada petani melalui penyuluh mengalami kemacetan (bottleneck) sehingga dengan sendirinya informasi yang disampaikan kepada petani menjadi terlambat. Hal ini disebabkan karena subsistem penyampai (delivery subsystem) dan subsistem penerima (receiving subsystem) mengalami kemacetan informasi sehingga menyebabkan lambannya penyampaian informasi kepada petani (Suryana, 2005). Dengan alasan di atas, maka Program Prima Tani ini digulirkan sebagai program untuk mengatasi kemacetan penyampaian informasi kepada petani dengan benar dan tepat sasaran. Program Prima Tani merupakan kepanjangan dari Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang dicetuskan oleh Badan Litbang Pertanian yang penerapannya di mulai tahun 2005 sebagai model baru dalam diseminasi teknologi yang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi. Program Prima Tani diharapkan sebagai jembatan penghubung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampai maupun pelaku agribisnis pengguna inovasi di daerah. Di samping itu, Prima Tani digunakan sebagai wahana pengkajian partisipatif yang berarti merupakan implementasi dari paradigma baru penelitian untuk pembangunan dari paradigma lama penelitian dan pengembangan dari Badan Litbang Pertanian (Suryana, 2005).

2 8 Program Prima Tani ini berarti terobosan pembuka, pelopor atau inisiatif, penyampaian dan penerapan inovasi teknologi pertanian kepada dan oleh masyarakat luas. Dalam program Prima Tani terdapat arti bahwa: pertama, Prima Tani haruslah dipandang sebagai langkah inisiatif Badan Litbang Pertanian untuk mengatasi masalah kebuntuan atau kelambanan penerapan inovasi teknologi dan memperpendek waktu dari penciptaan inovasi teknologi ke pengguna. Kedua, Prima Tani hanyalah tindakan pembuka atau pelopor sehingga harus sesegera mungkin dilepaskan kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Dengan demikian, pengembangan Prima Tani dilaksanakan dengan prinsip bangun, operasikan dan serahkan (build, operate and transfer). Adapun tujuan Prima Tani meliputi: 1) mempercepat diseminasi dan adopsi teknologi inovatif, 2) memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik pengguna dan lokasi, 3) mewadahi dan mensinkronkan program lingkup Departemen Pertanian, departemen terkait, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, 4) mempercepat pencapaian kesejahteraan petani, melestarikan sistem pertanian dan lingkungan (Drajat, 2007). Prima Tani yang dimulai pada tahun 2005 di 14 provinsi dengan 22 lokasi, pada tahun 2006 bertambah menjadi 25 provinsi yang meliputi 33 desa. Mulai tahun 2007, Prima Tani akan melaksanakan di 200 desa yang tersebar di 200 kabupaten di seluruh provinsi. Kegiatan akhir Prima Tani diharapkan terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan sinergi antar subsistem yang berbasis agroekosistem dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan (Deptan, 2006). Karakteristik Personal Karakteristik personal menurut Rogers (2003) adalah meliputi status sosialekonomi, ciri kepribadian dan perilaku komunikasi. Secara lebih rinci karakteristik personal tersebut dijabarkan lagi ke dalam umur, pendidikan formal, pendidikan

3 9 nonformal, jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, usaha keluarga, penghasilan keluarga, kekosmopolitan, partisipasi, kelembagaan masyarakat partisipasi dalam kelompok dan kontak media. Profil petani dan kelompoknya menentukan tingkat penerimaan inovasi dan kemampuan adopsinya. Pendidikan nonformal menurut Sudjana (2004) merupakan sistem pendidikan nasional yang terdiri dari subsistem pendidikan nonformal berlangsung di dalam keluarga dan lingkungannya serta subsistem pendidikan nonformal berlangsung secara optimal didapat di mana saja. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar sistem sekolah yang mapan dilakukan secara mandiri atau bagian penting dari kegiatan yang lebih luas sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal mempunyai beragam nama misalnya kursus, pelatihan, penataran, upgrading, bimbingan belajar, tutorial. Dengan pendidikan nonformal maka seseorang akan meningkat pengetahuannya, sikap dan keterampilannya di samping pendidikan formal. Menurut Soekartawi (1988) pengalaman kursus yang dimiliki seseorang akan ikut mempengaruhi kecepatan dalam mengambil keputusan. Dari kursus atau pelatihan pertanian diperoleh penambahan pengetahuan, kecakapan dalam pengelolaan usahatani, keterampilan dalam melaksanakan tugas operasional, kreativitas dan percaya diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap tingkat penerimaan inovasi baik yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Slamet (1987) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat dibedakan dalam beberapa jenjang yang masing-masing mempunyai fase waktu tertentu, yang mudah diamati adalah pendidikan formal. Seseorang yang mempunyai jenjang pendidikan lebih tinggi umumnya lebih cepat mengadopsi teknologi. Prayitnohadi (1987) menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani mempengaruhi kecepatan dalam mengambil keputusan terhadap teknologi pertanian. Abdurachman (1998) mengemukakan bahwa pengalaman mengikuti kursus mempunyai korelasi nyata dengan tingkat adopsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pendidikan nonformal dapat diketahui dengan cara mengukur frekuensi seseorang dalam mengikuti pendidikan nonformal yang berupa kursus, penataran dan pelatihan.

4 10 Hare (1962) mengemukakan ada beberapa hal yang mempengaruhi karakteristik individu yaitu: usia, jenis kelamin, kelas sosial, kesukuan dan kekeluargaan. Soekartawi (1988) mengemukakan bahwa karakteristik individu antara lain umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalistik, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi. Anggota sistem sosial memegang peranan penting dalam proses adopsi inovasi suatu teknologi. Salah satu sifat penting yang berpengaruh pada proses penyebaran inovasi teknologi dalam program Prima Tani adalah profil petani. Jones dalam Soekartawi (1988) menyebutkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap penyebaran dan penyerapan inovasi adalah: (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c) tingkat pengetahuan, (d) tingkat pendapatan dan (e) latar belakang sosialekonominya. Gonzales dalam Jahi (1988) menyatakan individu dengan status sosialekonomi lebih tinggi umumnya berpeluang menduduki posisi atas seperti pemimpin formal dan informal. Status ekonomi biasanya diukur dari jumlah kepemilikan ternak sapi, pendapatan keluarga, jumlah materi serta fasilitas yang dimiliki oleh seseorang. Semakin banyak materi dan fasilitas yang dimiliki oleh seorang calon adopter maka semakin termotivasi untuk mengadopsi suatu inovasi. Prayitnohadi (1987) menyebutkan bahwa tingkat penyerapan teknologi dipengaruhi oleh umur, pendidikan, luas garapan, status penguasaan lahan yang mempengaruhi perilaku komunikasi dan jaringan komunikasi sehari-hari dipengaruhi oleh umur. Inovasi yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari memerlukan ketangguhan fisik. Pengalaman adalah suatu akumulasi ingatan individu dengan mewujudkan pemahamannya dalam bentuk ucapan, tindakan, perilaku dan sikap. Pengalaman bagi seseorang mengandung arti yang mendalam serta mempunyai nilai tersendiri dalam kehidupannya. Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat adopsi teknologi inovasi. Menurut Soekartawi (1988) petani yang berpengalaman lebih cepat menyerap teknologi pertanian dibandingkan dengan petani yang belum atau kurang pengalaman bertaninya. Tamarli (1994) menyimpulkan bahwa pengalaman bertani mempunyai korelasi nyata dengan penerapan program Supra Insus. Abdurachman (1998) mengemukakan bahwa

5 11 pengalaman bertani dapat diketahui dengan cara mengukur berapa lama seseorang pernah melaksanakan usahatani. Lionberger (1968) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi difusi suatu inovasi meliputi: a) faktor sosial, b) faktor status, c) faktor budaya, d) faktor personal dan e) faktor situasional. Sementara Rogers (2003) dan Soekartawi (1988) mengatakan ada empat faktor yang saling berkaitan dalam proses difusi yaitu: a) adanya inovasi, b) adanya komunikasi, c) adanya sistem sosial, d) adanya kesenjangan waktu. Menurut Primawati (1988) bahwa keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi ditentukan oleh: a) proses pengambilan keputusan, b) keinovatifan petani, c) adanya manfaat yang besar, d) efektivitas tinggi, e) resiko yang kecil, f) kemudahan dalam pelaksanaannya. Menurut Soekartawi (1988) ada faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi antara lain adalah umur dan ukuran usahatani. Sedangkan menurut hasil penelitian Prayitnohadi (1987) bahwa umur, pendidikan, luas lahan garapan dan status pemilikan lahan mempengaruhi faktor kecepatan inovasi. Begitu pula dengan Mulyani (1992) mengemukakan bahwa karakteristik individu seperti pendidikan nonformal, penghasilan petani, luas lahan garapannya, banyaknya kredit yang diambil dan curahan kerja ternyata berkorelasi nyata dengan tingkat penerapan teknologi. Dengan demikian dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek umur, jenis kelamin, pendidikan, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman bertani, luas lahan garapan, status lahan garapan dan status dalam kelompok ternyata dapat mempengaruhi tingkat persepsi petani di dalam partisipasinya di bidang usahatani. Aksesibilitas Kelembagaan Tani Lazarsfeld dan Merton (1971) mengajukan gagasan mengenai komunikasi dua tahap (two step flows of communication) dan konsep pemuka pendapat. Seringkali informasi mengalir dari radio dan surat kabar kepada para pemuka pendapat dan dari pemuka pendapat kemudian kepada orang lain yang kurang aktif berkomunikasi dalam masyarakat. Secara garis besar menurut teori media massa tidak bekerja dalam suatu situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan

6 12 hubungan sosial yang sangat kompleks dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan dan kekuasaan lainnya. Letak suatu wilayah juga sangat mempengaruhi aspek komunikasi atau aksesibilitas masyarakatnya. Pada kenyataannya, akses petani pada suatu daerah dengan daerah lainnya tidak selalu sama. Hal ini sangat terkait dengan ketersediaan fasilitas dan sumber informasi serta keragaman informasi yang diperlukan. Myers (2003), Tubbs dan Moss (2000) dan Purwanto (2003) menyatakan bahwa globalisasi yang dipicu oleh kemajuan teknologi komunikasi telah mendorong semua bangsa ke arah komunikasi massa. Pada kondisi seperti itu kerapatan maupun keterbukaan komunikasi menjadi relatif karena dipengaruhi oleh eksistensi fasilitas komunikasi. Fasilitas yang dimaksud adalah stasiun radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, telepon, expert system, internet, fax, komputer, kantor pos, kelompok/ organisasi tani, lembaga penyuluhan, pusat informasi pasar dan kelembagaan lainnya. Fasilitas komunikasi yang dimaksud tidak hanya terbatas pada yang dikelola oleh pemerintah semata, tetapi meliputi yang dikelola oleh swasta, komunitas dan swadaya masyarakat. Pada masyarakat pedesaan, fasilitas komunikasi seringkali berwujud ruang-ruang pertemuan dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang oleh Soekanto (2000) disebut ajang dialog sosial atau ruang semi-otonom dan otonom. Kelembagaan penyuluhan pertanian sebagai sumber informasi tampaknya perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun teknologi komunikasi sudah berkembang pesat, namun eksistensi kelembagaan penyuluhan masih dan akan tetap diperhitungkan sebagai mediator, fasilitator, agen konsultan atau pemberdaya bagi para petani. Hal ini dapat kita saksikan di negara-negara yang pertanian dan teknologi komunikasinya sudah canggih sebut saja Amerika, Jerman, Australia, Inggris, Belanda, Jepang dan negara maju lainnya. Kelembagaan penyuluhan yang dimaksud, tentu bukan hanya tertuju pada kelembagaan penyuluhan pemerintah semata seperti PPL, tapi juga kelembagaan penyuluhan swasta seperti perusahaan agribisnis, koperasi, asosiasi petani (farmers union), perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok tani (Ravera dan Daniel, 1991). Dalam praktek, sering penggunaan metode penyuluhan dilakukan dengan mengkombinasikan satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang

7 13 optimal. Pemilihan penggunaan metode penyuluhan perlu memperhatikan dua hal yaitu: a) isi pesan (umum/ khusus), b) target sasaran (individu, kelompok, umum). Dalam kegiatan Prima Tani, sifat pesan yang akan disampaikan dapat digolongkan khusus karena berupa inovasi (teknologi, kelembagaan, kebijakan) yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu. Sedangkan target sasaran adalah terbatas pada sekelompok masyarakat tani di lokasi Prima Tani. Dengan demikian metode penyuluhan yang paling tepat adalah metode kelompok. Akan tetapi untuk beberapa kasus dapat dikombinasikan dengan metode media massa dan metode individu. Misalnya untuk mengatasi masalah spesifik pada individu petani, maka metode individu dapat diterapkan. Untuk menyebarkan keberhasilan program Prima Tani ke khalayak umum dapat menggunakan media massa (Musyafak dan Ibrahim, 2005). Untuk lebih menjamin keberhasilan dalam diseminasi inovasi ke petani, maka penggunaan metode penyuluhan kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Menggunakan bahasa yang paling mudah dimengerti oleh petani 2. Penyampaian harus praktis, tidak bertele-tele agar mudah dipahami 3. Menggunakan alat bantu yang tepat sehingga diperoleh ilustrasi yang lengkap 4. Harus diperbanyak peragaan/ demonstrasi/ percontohan/ pembuktian teknologi untuk menyakinkan petani. Pemanfaatan Media Komunikasi Media komunikasi sebagai sarana atau alat penyampaian pesan atau informasi sangat diperlukan dalam setiap proses komunikasi. Di dalam pembangunan ternyata berbagai media komunikasi seringkali digunakan di dalam menyampaikan berbagai pesan atau informasi kepada masyarakat luas. Salah satu media yang digunakan adalah media tradisional yang kerapkali dipakai bagi sebagian besar masyarakat desa masih menikmatinya. Di Indonesia sendiri media tradisional masih cukup memikat bagi masyarakat banyak seperti pertunjukan rakyat. Menurut Jahi (1988) bahwa pertunjukkan rakyat biasanya lebih komunikatif sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan khususnya petani. Dalam penyajiannya, pertunjukkan ini biasanya diiringi oleh musik daerah setempat. Pemanfaatan media komunikasi oleh masyarakat pedesaan, selama ini tidak hanya menggunakan media tradisional maupun media modern, juga penggunaan

8 14 media cetak ternyata dapat memberikan kontribusi besar untuk penyebaran informasi kepada petani khususnya masyarakat pedesaan. Media cetak seperti poster, leaflet dan brosur ternyata mempunyai peranan penting di dalam menyebarkan informasi kepada petani. Isi materi poster, leaflet ataupun brosur memuat semua peristiwa atau informasi yang berkenaan dengan kebijakan instansi kepada publik luarnya. Poster adalah selembar kertas atau karton yang diberi suatu ilustrasi dan beberapa kata sederhana. Menurut Maunder dalam Jahi (1988) bahwa poster didesain untuk menarik perhatian orang-orang yang lalu lalang, menimbulkan kesan pada yang bersangkutan akan suatu fakta atau ide dan merangsangnya untuk menyokong suatu ide, mencari lebih banyak informasi atau melakukan semacam tindakan. Sekarang ini poster dipakai pula di bidang pertanian untuk memberikan informasi kepada petani mengenai pesan khusus tentang penemuan, penggunaan bibit unggul, pengolahan lahan, pemberantasan hama dan penyakit atau pengumuman kebijakan pemerintah. Di beberapa daerah telah menggunakan poster untuk memberikan informasi di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Sekarang ini setiap departemen atau dinas di tingkat daerah sudah biasa menggunakan poster sebagai media komunikasi kepada masyarakat desa khususnya petani. Berbagai kebijakan dan teknologi dalam bidang pertanian dan peternakan disampaikan melalui media ini, di samping media cetak lainnya. Untuk lebih efektif digunakan kepada petani maka poster tersebut harus memiliki tujuan yang jelas. Desainnya harus baik, diujicoba pada sasaran yang dituju dan harus dipasang sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi yang baik (Lozare, 1981). Setiap orang melakukan hubungan dengan orang lain (melakukan transaksi) karena mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Beberapa tahap hubungan interpersonal meliputi: (1) pembentukan hubungan, (2) peneguhan hubungan, (3) pemutusan hubungan. Duck dalam Melkote (1991) menyampaikan bahwa perkenalan adalah suatu proses penyampaian informasi dan upaya untuk memperoleh informasi dari petani yang merupakan proses komunikasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1995) perilaku komunikasi dapat menggambarkan tingkatan petani dalam mengadopsi inovasi yang digambarkan oleh peubah perilaku komunikasi meliputi: (1) partisipasi sosial, (2) hubungan dengan orang di luar sistem

9 15 sosial, (3) hubungan dengan agen pembaharu, (4) penguasaan informasi, (5) tingkat kepemimpinan, (6) sistem norma yang dianut dan (7) aksesibilitas media massa. Aksesibilitas media komunikasi merupakan salah satu unsur dari perilaku komunikasi. Perilaku komunikasi diartikan sebagai suatu aktivitas verbal dan nonverbal yang berkaitan dengan penyampaian ide, informasi, sikap atau emosi. Media komunikasi berupa komunikasi personal, interpersonal dan komunikasi massa (Istiana, 1998). Kemudahan petani dalam mendapatkan benih padi varietas unggul tersebut mencerminkan bahwa aksesibilitas petani terhadap teknologi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian semakin baik. Kemudahan petani dalam mendapatkan benih padi yang sesuai kebutuhan dalam varietas, kuantitas, kualitas dan tepat waktu mencerminkan pula bahwa kaitan fungsional antara petani dan lembaga sarana produksi khususnya benih semakin baik. Bentuk media massa dapat dibedakan menjadi media audio, visual, audiovisual dan cetak. Contoh media audio adalah radio, media audio-visual seperti televisi, vcd, cd-interaktif, film sedangkan media cetak seperti surat kabar, buku, folder, poster dan lainnya (Fardiaz, 1996). Masing-masing bentuk media komunikasi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Media massa seperti LIPTAN (Lembar Informasi Pertanian), siaran radio pedesaan, majalah pertanian mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi secara efektif sehingga dapat dikatakan bahwa media massa dapat menjalankan peranannya yaitu memperluas cakrawala, memusatkan perhatian, menumbuhkan aspirasi, menciptakan suasana membangun, mengubah sikap dan sebagai pendidik dimana kontribusinya tergantung kepada perbedaan perilakunya (Jahi, 1988). Media komunikasi cetak mempunyai keuntungan karena dapat disimpan dan dibaca berulang-ulang. Kelemahan media komunikasi cetak adalah dibatasi oleh pendidikan pengguna. Hal ini berarti bahwa untuk dapat memahami isi pesan yang disampaikan maka pengguna harus melek huruf. Perilaku komunikasi petani selalu berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan informasi teknologi usahatani sebagai bahan pengambilan keputusan inovasi. Perilaku komunikasi dapat menggambarkan tingkatan dalam pengadopsian suatu inovasi.

10 16 Mosher (1981) menyatakan kebanyakan petani enggan untuk mencoba suatu input baru atau teknologi pertanian pada waktu barang ini baru pertama kali ditawarkan. Kebanyakan orang dewasa dimana pun sebelum mau mencoba sesuatu yang baru dengan disaksikan oleh lingkungannya, terlebih dahulu ingin yakin benar bahwa barang itu betul-betul akan berhasil baik. Dalam model Prima Tani dilakukan gelar teknologi pertanian, sesuai yang dikatakan Mosher (1981) yaitu uji lokal atau pemeriksaan setempat. Wajar jika seorang petani bersikap skeptis terhadap manfaat teknologi atau metode baru untuk diterapkan di lahannya walaupun dapat dipakai, apakah menguntungkan juga kecuali kalau teknologi atau metode tersebut sudah dicoba di banyak tempat yang kondisinya praktis sama dengan lahannya. Maka inovasi Prima Tani untuk petani menggunakan pendekatan komunikasi secara persuasif atau bujukan, menyentuh aspek visual (Gelar Teknologi). Prima Tani memberikan contoh produknya dan teknik-tekniknya pada lahan percontohan program Prima Tani di Desa Jatiwangi Kabupaten Garut, Desa Citarik Kabupaten Karawang, Jawa Barat dan di Desa Sapanang Kabupaten Pangkep dan Desa Kamanre Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Melakukan peragaan/ demonstrasi/ percontohan/ pembuktian teknologi di lapangan harus diperbanyak agar petani dapat melihat secara langsung. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa indera penglihatan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibanding indera yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1988) bahwa tahapan mengetahui atau melihat lebih besar dilakukan oleh manusia (83%), lalu mendengar (11%), tahapan membau melalui indera hidung (3,5%), tahapan meraba dengan tangan (1,5%) dan merasa dengan indera lidah (1%). Di samping itu penggunaan media modern seperti radio dan televisi banyak digunakan untuk mendukung pembangunan pedesaan. Kedua media ini mempunyai kemampuan besar untuk menghantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat luas yang tersebar di pedesaan dan di perkotaan dengan cepat dan serentak. Tetapi penggunaan radio lebih banyak dijumpai di masyarakat pedesaan dalam mengakses informasi penting dan hiburan. Ternyata pemanfaatan radio di dalam bidang pertanian pun patut dicatat. Keberhasilan sekolah radio pertanian menarik minat sejumlah besar petani. Akibatnya banyak petani mendaftarkan diri untuk mengikuti pelajaran tentang cara

11 17 menanam padi dan gandum, memupuk, beternak sapi perah, beternak ayam, memelihara ikan dan cara-cara bertani lainnya melalui radio. Jahi (1988) menyatakan bahwa di beberapa negara seperti India telah melahirkan beberapa program sekolah melalui radio dan studi korespondensi radio bagi petani. Begitu pula di Taiwan telah berkembang radio pemerintah yang membuka sekolah di udara yang menawarkan berbagai program pendidikan kejuruan lengkap khusus petani di desa. Radio juga dipakai secara luas untuk menyiarkan program penyuluhan pertanian yang bernilai tinggi. Seperti di Nigeria Utara, Malawi dan Ekuador telah serius menggunakan radio sebagai alat penyebar informasi media pertanian (Jenkins, 1982). Untuk keberhasilan suatu program diperlukan agen penyuluhan dalam bidang pembangunan baik bidang pertanian maupun bidang lainnya. Agen penyuluhan diperlukan untuk melakukan sosialisasi dan mengenalkan suatu program kepada masyarakat luas. Keberhasilan suatu program dipengaruhi agen penyuluhan. Dengan demikian agen penyuluhan mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap keberhasilan suatu program. Menurut Mundy (2000) kecepatan adopsi suatu inovasi tergantung pada beberapa hal yaitu sifat inovasi, sifat adopter dan perilaku pengantar perubahan (peneliti atau penyuluh). Setelah inovasi tepat guna diperoleh, metode penyuluhan yang efektif diketahui, selanjutnya adalah memilih agen penyuluhan yang baik. Dengan kata lain, produk/ inovasi yang akan disampaikan ke petani harus bermutu (good innovations), cara menyampaikan produk/ inovasi ke petani harus bermutu (good extension methods) dan orang yang menyampaikan harus bermutu (good extension agent). Akhirnya dengan penerapan total quality management dalam penyuluhan, diharapkan percepatan adopsi dan difusi inovasi akan berhasil. Agen penyuluhan merupakan individu atau institusi yang mempunyai tugas pokok memberikan pendidikan informal kepada petani dan keluarganya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan usahatani bertujuan agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat sekelilingnya. Klinik agribisnis merupakan tempat penyuluh, peneliti dan petugas dinas terkait dalam memberikan pelayanan terpadu kepada pelaku agribisnis. Lembaga tersebut dapat dipandang sebagai elemen lembaga lokal yang memasok teknologi spesifik lokasi dan spesifik pengguna teknologi. Klinik agribisnis terkait secara

12 18 langsung dan tidak langsung dengan lembaga inovasi milik pemerintah yang menghasilkan teknologi dasar (universitas), teknologi terapan (Balit/ Puslit), teknologi matang yang bersifat spesifik lokasi dan pengguna (BPTP) dan produsen teknologi komersial seperti benih varietas unggul, industri pupuk, industri pestisida serta industri rancang bangun alat dan mesin pertanian. Secara langsung klinik agribisnis memberikan pelayanan jasa kepada pelaku agribisnis melalui kegiatan konsultasi, advokasi dan penyampaian informasi teknologi (benih, budidaya dan pascapanen), informasi pasar komoditas dan memberikan informasi permodalan. Dalam prakteknya lembaga tersebut melibatkan empat institusi utama dengan peran masing-masing sebagai berikut: 1. BPTP yang berperan sebagai pemasok materi penyuluhan, menyiapkan teknologi matang dan advokasi kelembagaan. 2. Penyuluh (dari dinas daerah dan BPTP) yang berperan sebagai konsultan inovasi teknologi, manajemen usaha, manajemen finansial dan pengembangan jaringan usaha. 3. Dinas pertanian yang berperan menyiapkan informasi pasar dan permodalan, memperkuat kelembagaan AIP, advokasi dan konsultasi pengembangan jaringan usaha. 4. Asosiasi komoditas yang berperan menyediakan informasi dan konsultasi pengembangan jaringan usaha. Klinik agribisnis merupakan salah satu lembaga pelayanan jasa konsultan, diseminasi dan informasi yang terkait dengan pengembangan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP), sehingga klinik ini dapat menjadi wadah untuk menampung permasalahan dan ketersediaan teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh pelaku usahatani atau pelaku agribisnis. Inovasi teknologi pertanian tersebut berupa teknologi produksi, panen dan pascapanen, sosial ekonomi, kelembagaan sampai pemasaran. Peran klinik agribisnis adalah lebih mendekatkan sumber-sumber teknologi pertanian kepada khalayak pengguna, khususnya petani dan sekaligus menjadi wahana mendapatkan umpan balik untuk penyempurnaan penyelenggaraan penelitian, pengkajian dan diseminasi.

13 19 Pelayanan informasi melalui klinik agribisnis dilakukan dengan tiga kegiatan utama yakni: 1) penyebaran informasi melalui media cetak, 2) pemberian jasa konsultasi usahatani dan 3) pelayanan pemecahan masalah di lapangan usahatani. Hal-hal yang akan dipersiapkan antara lain: materi yang diseminasikan, lokasi klinik, tenaga pengelola, peralatan dan lahan sebagai tempat untuk mendemonstrasikan inovasi teknologi yang akan diterapkan (visitor plot). Materi yang diseminasikan, dirancang dan disusun dengan rinci dan disesuaikan dengan kebutuhan petani. Materi disajikan dengan menggunakan multimedia dan multimetoda. Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada klinik agribisnis, maka klinik agribisnis dilengkapi dengan: 1) tenaga konsultan agribisnis; 2) peragaan inovasi pertanian dalam bentuk leaflet, warta, poster, 3) informasi agribisnis yang mencakup aspek input dan output jenis komoditas, harga, kebutuhan pasar, permodalan, kualitas, 4) informasi inovasi teknologi budidaya, pascapanen, penyuluhan dan pemasaran, 5) informasi tentang manajemen pengelolaan alat dan mesin pertanian. Arah kegiatan klinik agribisnis ditujukan untuk: 1) memecahkan permasalahan yang ada di lapangan, 2) memanfaatkan dan mengembangkan potensi dan peluang yang tersedia, 3) memperbaiki teknologi eksisting dengan inovasi teknologi sesuai kebutuhan lapangan, 4) meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam mengelola usaha pertaniannya (Tim LKDRIB Kabupaten Garut, 2007). Agar peranannya tidak menimbulkan ketimpangan, maka pembentukan klinik agribisnis dilaksanakan secara bersama-sama oleh BPTP, dinas terkait, Pemda, petani dan pelaku agribisnis lainnya. Sesuai dengan perannya untuk meningkatkan pelayanan informasi yang berkaitan dengan agribisnis maka lokasi klinik agribisnis harus memenuhi syarat berikut: 1. Strategis dan mudah diakses oleh masyarakat tani sebagai pelaku agribisnis di wilayah lokasi Prima Tani. 2. Mempunyai ruang yang bisa digunakan untuk menyimpan alat bantu kegiatan usaha dan memamerkan teknologi yang berkaitan dengan usahatani yang banyak dilakukan.

14 20 3. Mempunyai ruangan tempat petani/ pelaku usaha melakukan konsultasi tentang masalah masalah usahataninya. Pada pelaksanaannya, ada tenaga yang khusus mengelola klinik agribisnis agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada khalayak pengguna. Mengingat jauhnya lokasi klinik agribisnis dengan pakar atau peneliti berada, maka dibuat jadwal kunjungan dari pakar atau peneliti yang menangani bidang tertentu dan jadwal disosialisasikan kepada masyarakat luas agar petani dapat memanfaatkan kesempatan berkonsultasi sesuai dengan permasalahan dan waktunya. Persepsi Seiler (1992) menyebutkan bahwa persepsi merupakan jantungnya dalam berkomunikasi. Persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Menurut DeVito (1997) bahwa persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang diserap dan makna yang diberikan kepada komunikan ketika komunikan mencapai kesadaran. Sementara Rakhmat (2005) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman mengenai objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selanjutnya Krech dan Krutchfield dalam Rakhmat (2005) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan ditentukan oleh faktor personal dan situasional yang menghasilkan suatu gambaran unik tentang kenyataan yang berbeda dari fakta adanya. Menurut Kemp et al., (1975) bahwa persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh kesadaran mengenai keadaan sekitar lingkungannya. Pengertian lebih spesifik dikemukakan oleh McMahon (1986) bahwa persepsi adalah proses penyusunan penginderaan terhadap informasi untuk membuat penafsiran dan pengertian. Mendukung pendapat di atas, Sadli (1976) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan suatu proses aktif dimana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga keseluruhan pengalaman, motivasi dan sikap yang relevan terhadap stimulus. Thoha (1999) mengatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah

15 21 terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Menurut Zanden (1984) bahwa persepsi adalah proses pengumpulan dan penafsiran dari informasi. Persepsi merujuk kepada beberapa proses dimana kita menjadi tahu dan berpikir mengenai beberapa hal berupa karakteristik, kualitas dan pernyataan diri. Kita membentuk pandangan mengenai beberapa hal untuk menetapkan dan membuat perkiraan serta mengatur pandangan kita mengenai masyarakat berdasarkan informasi. Sementara itu van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa persepsi adalah proses penerimaan informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Persepsi manusia sangat selektif menerima stimuli dari sekelilingnya dengan melihat objek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya. Dalam hal ini kapasitas memproses informasi terbatas, tidak semua informasi dapat ditangkap dan tergantung pada faktor-faktor fisik serta psikologis seseorang. Lewis dalam Muhammad (2000) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan, pemilihan, pengorganisasian stimulus yang sedang diamati dan membuat interpretasi mengenai pengamatan tersebut. Menurut Litterer dalam Asngari (1984) persepsi adalah the understanding or view people have of the things in the world around them. Selanjutnya persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada sesuatu yang ada di sekitarnya, keadaan, fakta atau tindakan. Ada tiga mekanisme pembentukkan persepsi yaitu selektivitas, pemaknaan dan interpretasi. Pada mulanya individu akan menanggapi secara selektif terhadap stimulus yang ada sebelum berlangsungnya proses pemaknaan. Setelah stimulus tersebut diseleksi dan kemudian disusun sedemikian rupa baru kemudian proses pemberian makna berlangsung, akhirnya terjadilah interpretasi tertentu secara menyeluruh tentang stimulus tersebut. Berlo (1960) dan Endaryanto (1999) mengemukakan bahwa individu dalam memberikan makna pada suatu stimulus seringkali tidak sama antara individu yang satu dengan yang lainnya tergantung pada faktor yang ada pada diri dan di luar individu tersebut yang mempengaruhi persepsi. Akibatnya tidak jarang terjadi ketidaksamaan persepsi antara individu yang satu dengan lainnya tentang objek yang sama sehingga peluang terjadinya kesalahan mempersepsikan selalu ada. Menurut

16 22 Irawan et al., (1997) seseorang dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap objek rangsangan yang sama karena tiga proses yang berkenaan dengan persepsi. Proses tersebut adalah penerimaan rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif dan mengingat sesuatu secara selektif. Menurut Myers (2003) setiap orang berbeda kebutuhan, motivasi, minat dan lainnya. Karena itu persepsinya terhadap sesuatu cenderung menurut kebutuhan, minat dan latar belakang masing-masing. Persepsi dua orang mengenai objek yang sama bisa berbeda, yang satu mungkin memiliki persepsi yang baik sedangkan yang satunya lagi mungkin sebaliknya. Adakalanya persepsi seseorang terhadap suatu objek bisa tepat dan bisa keliru atau mendua. Faktor terpenting untuk mengatasi kekeliruan persepsi adalah kemampuan untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai objek persepsi. Menurut Schiffman dan Kanuk (1983) terkait dengan persepsi yang merupakan bagian dari sikap disebutkan terdapat tiga komponen yang mempengaruhi pandangan seseorang terhadap suatu objek tertentu yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif menekankan kepada pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap objek berdasarkan pengalaman langsung yang dihubungkan dengan sumber informasi. Pengetahuan dan persepsi ini akan menghasilkan kepercayaan terhadap objek tertentu. Komponen afektif menekankan kepada perasaan atau emosi dalam menilai objek tertentu. Komponen konatif menekankan kepada kecenderungan dan merupakan perilaku aktual seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipersepsikan. Selanjutnya Sujanto (1983) menjelaskan bahwa informasi yang sampai kepada seseorang merupakan perangsang (stimuli) yang diteruskan ke otak syaraf sensoris kemudian orang menyadari perangsang itu dan dilanjutkan dengan keputusan tindakan. Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi ialah pandangan dan pengamatan, pengertian dan interpretasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan obyek yang diinformasikan kepada dirinya sehingga orang tersebut dapat memandang, mengerti dan menginterpretasikan informasi itu dengan keadaan dirinya dan lingkungannya dimana ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya.

17 23 Pandangan adalah masa persiapan menuju pengamatan atau perhatian yang mengarahkan persiapan menuju pengamatan atau perhatian yang mengarahkan persiapan diri untuk melakukan pengamatan terhadap suatu obyek ataupun terhadap pelaksanaan suatu perbuatan. Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera (Sujanto, 1983). Menurut Kartono (1984) pengamatan adalah produk dari kesadaran dan pikiran terutama merupakan abstraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran. Selanjutnya dikemukakan bahwa pengamatan adalah kesan-kesan yang diterima sewaktu rangsangan menyentuh indera individu dan rangsangan masih terlihat. Bila kesannya masih tertinggal sedangkan perangsangnya sudah tidak tampak lagi maka peristiwa inilah yang disebut tanggapan. Pengertian adalah penerimaan cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Pengertian mempunyai fungsi penting bagi seseorang untuk menunjukkan benda, orang dan masalah baik mulai dari benda yang konkrit maupun sampai masalah yang diinformasikan kepadanya sehingga komunikasinya berjalan efektif (Kartono, 1984). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Rogers dan Shoemaker (1995) mengungkapkan bahwa sering terjadi jarak pemisah antara agen pembaharu dengan orang atau sistem yang menjadi sasarannya karena mereka berbeda dalam bahasa, status sosial-ekonomi, kemampuan teknis atau nilai dan sikapnya. Hal ini sering mengakibatkan konflik peranan pada diri agen pembaharu dan kesulitan dalam berkomunikasi. Dari hasil penelitian Rogers dan Svening dalam Rogers and Shoemaker (1995) menyatakan bahwa agen pembaharu mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi dari beberapa sumber dan lebih banyak menggunakan saluran alternatif, pesannya akan mudah diterima oleh sasarannya. Kohler dalam Jahi (1988) mengatakan bahwa segmen khalayak yang dapat mempengaruhi khalayak dalam menggunakan media komunikasi yaitu karakteristik, geografis, demografis, perilaku atau psikografis. Tubbs dan Moss (2000) mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki penafsiran sendiri-sendiri terhadap objek yang sama. Cara penafsiran mengungkapkan suatu keinginan dan pengalaman masa lalu. Dari stimuli yang tersedia pengalaman masa lalu berpengaruh kepada cara

18 24 penilaian suatu stimuli. Selanjutnya digambarkan bahwa dalam mengorganisasikan persepsi, generalisasi (allness) yang didasarkan pada pengalaman pribadi yang amat terbatas seringkali tidak cermat dan tidak tepat. Dengan demikian cara kita mempersepsi orang tergantung pada generalisasi yang berasal dari pengalaman bersama sebagai anggota masyarakat. Berlo (1960) menyatakan bahwa seseorang membuat keputusan tentang apa yang akan diterima dan ditolaknya. Ia menyusun persepsi yang mendukung keputusannya itu. Dalam hal ini pengalaman sebelumnya serta nilai yang dianut tidak dapat dipisahkan dan saling mengkait dalam kebutuhan dan persepsinya. Lebih jauh Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa faktor-faktor personal yang secara langsung mempengaruhi kecermatan persepsi adalah: 1) pengalaman yang tidak selalu diperoleh lewat proses belajar formal, 2) motivasi dan 3) kepribadian. Sejalan dengan pendapat di atas, Tubbs dan Moss (2000) mengatakan bahwa perangkat psikologis mempengaruhi persepsi antarpesona. Cara penafsiran mengungkapkan suatu keinginan dan pengalaman masa lalu. Hal ini sejalan dengan pendapat DeVito (1997) yang mengemukakan bahwa karakteristik seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Komunikasi Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya dimana manusia akan selalu terlibat dalam aktivitas komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses dimana komunikator menyampaikan pesan untuk orang lain. Kincaid dan Schramm (1987) mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan bertalian antara pelaku dalam proses komunikasi informasi. DeVito (1997) menyatakan bahwa komunikasi adalah mengacu kepada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirimkan dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Kincaid dan Schramm (1987) menyatakan komunikasi sebagai suatu proses dimana para partisipannya saling membuat dan bertukar informasi dari seseorang kepada orang lain agar didapatkan suasana saling pengertian di antara mereka. Definisi hakekatnya menjelaskan suatu hubungan

19 25 dengan adanya pertukaran informasi (pesan) diharapkan akan menimbulkan perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan suasana saling pengertian di antara orang yang ikut serta dalam proses komunikasi. Menurut Tubbs dan Moss (2000) bahwa berdasarkan hasil penelitian, 83% manusia menggunakan waktunya untuk berkomunikasi. Djuarsa (1993) menyimpulkan bahwa tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan yang bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, berkelompok, keluarga (organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan global) atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal, langsung atau tidak langsung. Book (1980) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu transaksi yaitu proses simbolik yang menghendaki orang mengatur lingkungannya dengan: 1) membangun hubungan antarsesama manusia, 2) melalui pertukaran informasi, 3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta 4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Komunikasi pada hakekatnya bukan saja ilmu pengetahuan tetapi juga seni bergaul. Kincaid dan Schramm (1987) berpendapat bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif seseorang dituntut tidak hanya memahami proses tetapi juga mampu menerapkan pengetahuannya secara kreatif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dimana makna yang distimulasikan oleh komunikan serupa dengan yang dimaksud komunikator. Komunikasi mempunyai multimakna dan memberikan cara pandang yang beragam, sehingga lahirlah berbagai paradigma. Salah satu paradigma komunikasi yang terkenal adalah karya Lasswell (Arifin, 1992). Proses komunikasi yang sering dipakai dalam menganalisa komunikasi politik di Amerika saat itu. Adapun formula Lasswell dari perspektif mekanistis adalah who says what in which channel to whom with what effect. Begitu pula dengan pendapat Berlo (1960) yang terkenal dengan model SMCR-nya mengusulkan bahwa ada lima unsur-unsur di dalam keduanya sumber atau encoder dan penerima yang mempengaruhi ketepatan. Ada paradigma model SMCR dilihat dari aspek sumber dan penerima yaitu agak berbeda dari yang diusulkan oleh model transmisi secara langsung di dalamnya menempatkan penekanan pada komunikasi dyadic, oleh karenanya menekankan aturan hubungan

20 26 antara sumber dan penerima sebagai suatu peubah penting di dalam proses komunikasi. Pada prinsipnya semakin maju keterampilan komunikasi dari sumber dan penerima, maka semakin efektif pesan akan disandikan dan dikodekan. Menurut Berlo (1960) menyatakan bahwa sumber mungkin ditentukan oleh keterampilan yang lebih tinggi yang tidak dimiliki satu penerima, tetapi bersama oleh yang lain. Kita tidak bisa meramalkan sukses sumber dari keterampilannya mengukur sendiri. Menurut Berlo (1960) bahwa komunikasi bisa mencapai efektif apabila terdapat kondisi yang homophili antara sumber (source) dan penerima (receiver). Bila digambarkan maka model komunikasi Berlo sebagai berikut : Sumber Pesan Saluran Penerima Pengaruh feedback emphati Gambar 2. Model Komunikasi Linier (Berlo, 1960) Ahli Komunikasi seperti DeVito (1997) memberikan pendapat bahwa komunikasi tidak terjadi secara linier atau satu arah melainkan secara berkesinambungan. Maksudnya, akan terjadi pergantian peran dan fungsi dari sumber dan penerima. Setelah pesan sampai kepada penerima, maka penerima akan memberi tanggapan atau umpan balik. Umpan balik yang disampaikan kepada orang yang semula menjadi sumber pesan, menempatkan orang yang semula pada posisi penerima pesan menjadi sumber pesan. Oleh karena itu tujuan komunikasi menurut Effendy (2000) ada empat yaitu: 1) mengubah sikap, 2) mengubah opini pendapat atau pandangan, 3) mengubah perilaku dan 4) mengubah masyarakat. Sering dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal di antaranya berasal dari cara orang memproses pesan yang mereka kirim atau diterima dan faktor-faktor personal ikut memberikan kontribusi pada distrosi pesan. Ketepatan komunikasi menunjukkan pada kemampuan orang untuk memproduksi pesan dengan tepat. Ketepatan memproduksi pesan digunakan untuk menguraikan tingkat persesuaian arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim

21 27 dengan arti yang diinterpretasikan oleh si penerima. Perbedaan atau kekurangtepatan di antara yang dimaksud oleh si pengirim dengan interpretasi si penerima dinamakan distrosi. Perbedaan arti atau distorsi pesan dapat merupakan hal yang kritis dalam organisasi (Muhammad, 2000). Sejalan pendapat di atas, Sears et al., (1999) bahwa komunikasi semakin akan menemukan kesulitan apabila semakin besar kesenjangan pesan. Kesenjangan pesan dalam hal ini adalah perbedaan antara pendapat komunikan dengan pendapat yang dianjurkan oleh komunikator. Demikian juga dikatakan oleh DeVito (1997) bahwa komunikasi bisa macet atau menemui hambatan dalam proses dari pengiriman ke penerima dalam pesanpesan verbal yang disebut distrosi kognitif yang dapat muncul dalam komunikasi antarpesona, kelompok kecil atau pembicaraan di muka umum. Hambatan-hambatan tersebut antara lain: 1) polarisasi yaitu kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk ekstrim (baik atau buruk) padahal kebanyakan orang berada di tengah-tengah keadaan ekstrim tersebut, 2) orientasi intensional yaitu kecenderungan melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri (label) yang melekat pada diri mereka misalnya menilai seseorang sebagai orang yang tidak menarik secara intensional menilainya tidak menarik sebelum mendengar apa yang dikatakannya, 3) implikasi pragmatis adalah kesimpulan yang mungkin ada tetapi belum tentu benar. Dengan kata lain, pernyataan yang timbul dibuat berdasarkan bukan hanya kepada apa yang dilihat melainkan pada apa yang disimpulkan, 4) bypassing adalah pola kesalahan evaluasi dimana orang gagal mengkomunikasikan makna yang mereka maksudkan. Pola salah menurut Haney dalam DeVito (1997) mendefinisikan sebagai pola salah komunikasi yang terjadi bila pengirim pesan dan penerima saling menyalahartikan makna pesan mereka, 5) kesemuaan (allness) yaitu suatu pernyataan yang mengandung kata selalu dan tidak pernah. Padahal sesungguhnya orang tidak bisa mengetahui semua hal atau mengatakan tahu segalanya tentang sesuatu, 6) evaluasi statis yaitu suatu pernyataan perumusan verbal tentang suatu kejadian atau seseorang yang bersifat statis dan tidak berubah. Padahal disadari bahwa objek atau seseorang yang kita bicarakan bisa saja berubah dan (7) indiskriminasi yang terjadi bila kita memusatkan perhatian pada kelompok orang, benda atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik dan perlu diamati secara individual.

22 28 Hambatan komunikasi dapat terjadi karena adanya perbedaan kerangka acuan (frame of reference) dan bidang pengalaman antara komunikator dan komunikan. Akibatnya kedua orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut berbeda dalam penafsiran makna pesan (Tubbs dan Moss, 2000). Berdasarkan uraian di atas, komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengiriman pesan oleh satu orang atau lebih sebagai sumber kepada penerima atau suatu pertukaran informasi melalui saluran untuk mencapai kesamaan makna pesan yang dapat terdistorsi oleh gangguan (noise) baik secara fisik maupun secara psikis. Di dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga menimbulkan kendala di dalam berkomunikasi mencakup: 1) perbedaan persepsi antara partisipan, 2) penggunaan kata-kata atau bahasa, 3) gangguan pada saluran komunikasi, 4) kredibilitas sumber, 5) perbedaan status, 6) menyimak selektif dan 7) perbedaan kerangka acuan. Teknologi Introduksi Salah satu konsep proses perubahan sosial adalah adanya penemuan baru yang dikomunikasikan kepada pihak lain kemudian diadopsi oleh masyarakat atau sistem sosial. Menurut Rogers dan Shoemaker (1995) bahwa inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Menurut Harper (1989) inovasi ada tiga yaitu: a) variasi yang merupakan modifikasi bentuk sesuatu yang telah ada, b) substitusi adalah dimana ide atau bahan baru digunakan untuk mengganti yang lama dan c) mutasi adalah kombinasi dan reorganisasi elemenelemen yang telah ada atau lama dengan yang baru. Penyebaran inovasi baru ke dalam suatu sistem sosial disebut difusi. Menurut Rogers (2003) menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan dengan proses difusi adalah: a) adanya inovasi, b) adanya komunikasi, c) adanya sistem sosial dan d) adanya kesenjangan waktu. Adams (1988) menyatakan an innovation is an idea or object perceived as new by an individual. Kotler (2003) mengartikan inovasi sebagai barang, jasa dan ide yang dianggap baru oleh seseorang. Sedangkan van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan an innovation is an idea, method or object which is regarded as new by individual but which is not always the result of recent research. Dari beberapa definisi yang disebutkan, inovasi mempunyai tiga komponen yaitu: a) ide atau

23 29 gagasan, b) metode atau praktek dan c) produk (barang dan jasa). Untuk dapat disebut inovasi, ketiga komponen tersebut harus mempunyai sifat baru. Sifat baru tersebut tidak selalu berasal dari penelitian mutakhir. Hasil penelitian yang telah lalu pun dapat disebut inovasi apabila diintroduksikan kepada masyarakat tani yang belum pernah mengenal sebelumnya. Jadi, sifat baru pada suatu inovasi harus dilihat dari sudut pandang masyarakat tani (calon adopter), bukan kapan inovasi tersebut dihasilkan. Pada tataran pemahaman yang lebih operasional, inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dapat berwujud teknologi, kelembagaan dan kebijakan. Ukuran dari kebaruan suatu inovasi adalah bersifat subjektif menurut pandangan individu sehingga diterima atau ditolaknya suatu inovasi merupakan suatu proses mental sejak ia mengetahui sampai dengan keputusan yang diambil untuk menolak atau menerima inovasi tadi. Inovasi menurut Rogers (2003) mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1) Keuntungan relatif (relative advantage) yaitu ketika suatu inovasi lebih menguntungkan dibandingkan dengan yang lama. 2) Kesesuaian (compatibility) yaitu ketika suatu inovasi masih tetap konsisten dengan nilai-nilai budaya yang ada. 3) Kerumitan (complexity) yaitu ketika suatu inovasi mempunyai sifat-sifat yang rumit sulit dipahami dan diikuti. 4) Keujicobaan (trialability) yaitu ketika suatu inovasi dapat diuji-coba dengan mudah sesuai situasi dan kondisi setempat. 5) Kekasatmataan (observability) yaitu ketika suatu inovasi segera dapat dilihat atau kasat mata dan dirasakan hasilnya. Adopsi Teknologi Introduksi Rogers dan Shoemaker (1995) mendefinisikan adopsi inovasi sebagai suatu proses pengambilan keputusan seperti the mental process of an innovation to a decision to adopt or to reject and to confirmation of this decision. Selanjutnya Mardikanto (1993) mengartikan adopsi sebagai proses perubahan perilaku baik berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan pada diri seseorang yang telah menerima inovasi yang disampaikan dari penyuluh. Mengikuti definisi yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Komunikasi Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi Dalam bukunya, Effendy (2007) mengutip perkataan Lasswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjelaskan pertanyaan : who says what in

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Penciptaan inovasi pertanian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Pertanian serta aplikasinya terus dilakukan melalui berbagai program penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode. No.489, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/12/2009 TENTANG METODE PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Universal komunikasi antar manusia (DeVito, 1997) GANGGUAN PESAN YANG AKAN DISAMPAIKAN/SALURAN UMPAN BALIK SUMBER/ ENCODER

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Universal komunikasi antar manusia (DeVito, 1997) GANGGUAN PESAN YANG AKAN DISAMPAIKAN/SALURAN UMPAN BALIK SUMBER/ ENCODER 7 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima (Berlo, 2002). Namun demikian, dalam kehidupan nyata proses komunikasi tidak hanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 60 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Personal Responden Karakteristik personal responden yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman bertani,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan

Lebih terperinci

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Alur Pikir Penelitian Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan kepada posisi strategis koperasi pertanian khususnya KUD sebagai organisasi ekonomi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi 6 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses yang sangat asasi, yaitu pengalihan (pengoperan) atas informasi, perasaan, penilaian, hiburan, gagasan atau idea. Istilah komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Penyuluhan

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Penyuluhan TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Penyuluhan Komunikasi adalah salah satu aspek yang senantiasa mengiringi kehidupan manusia. Fenomena komunikasi terjadi di mana-mana, yang terjadi pada satu atau lebih individu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian atau sering disebut usahatani pada awalnya merupakan usaha yang bersifat mandiri ( subsistance farm), yaitu usaha yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati METODE DEMONSTRASI Oleh :Tuty Herawati Metode demonstrasi sering kali dipandang sebagai metode yang paling efektif, karena metode seperti ini sesuai dengan kata pepatah seeing is believing yang dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 9 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Model Dampak / Pengaruh Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu kegiatan interaksi yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Komunikasi bagaikan urat nadi kehidupan sosial

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Paradigma Adopsi Inovasi Paradigma lama kebijakan pembangunan selama ini mengalami distorsi terhadap pluralitas bangsa dengan melakukan perencanaan program

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) 1. Bambang Irawan PENDAHULUAN

KELEMBAGAAN PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) 1. Bambang Irawan PENDAHULUAN KELEMBAGAAN PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) 1 Bambang Irawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani 70 Bogor PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Alur Pikir Proses Penelitian Kerangka berpikir dan proses penelitian ini, dimulai dengan tinjauan terhadap kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan termasuk pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang II, pembangunan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang II, pembangunan sektor pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan jangka panjang II, pembangunan sektor pertanian khususnya sub sektor peternakan terus digalakan melalui usaha intensifikasi, ektensifikasi dan diversifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN A. RAGAM MATERI PENYULUHAN Materi penyuluhan kehutanan, pada hakekatnya merupakan segala pesan-pesan mengenai pengelolaan hutan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi, Lanjutan Modul 2 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Istilah persepsi sering disamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya kelompok tani adalah organisasi yang memiliki fungsi sebagai media musyawarah petani. Di samping itu, organisasi ini juga memiliki peran dalam akselerasi

Lebih terperinci

Latar Belakang PENDAHULUAN

Latar Belakang PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan

Lebih terperinci

Proses Komunikasi Di Perpustakaan

Proses Komunikasi Di Perpustakaan Proses Komunikasi Di Perpustakaan Pengertian Perpustakaan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan masyarakat, tantangan yang akan kita hadapi adalah bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi AntarPribadi Komunikasi Antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantab dan jelas. Jadi komunikasi antarpribadi

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan sebagai pengganggu ketika sedang serius menonton acara televisi. Namun iklan juga ibarat darah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kepemimpinan kelompok merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompoknya, sehingga anggota kelompoknya bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau tanggapan. Menurut Slamento (2006: 20), persepsi adalah proses

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI MASSA

TEORI KOMUNIKASI MASSA BAB 6 Modul 9 TEORI KOMUNIKASI MASSA Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mampu menjelaskan teori dan model dasar komunikasi massa, menjelaskan teori dan model tentang pengaruh komunikasi massa terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1.KOMUNIKASI Berikut ini beberapa pendapat menutut para ahli mengenai pengertian komunikasi diantaranya : menurut Barnlund komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 31 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi merupakan salah satu program pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pertanian) untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut salah satunya tercurah pada sektor pertanian. Berbagai macam komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat ditunjang

Lebih terperinci

METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN. Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan

METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN. Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN 3 Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan METODA PENYULUHAN METODE PENYULUHAN cara yang digunakan untuk mendekatkan penyuluh dengan sasaran

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN 1 ABSTRAK Perkembangan dunia komunikasi dan media massa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui media massa saat ini, masyarakat dapat memperoleh informasi yang tidak terbatas. Tidaklah heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan dunia usaha dan semakin tajamnya tingkat persaingan.

Lebih terperinci

TUGAS KECAKAPAN ANTAR PERSONAL. Communication Skill. Dosen Utama : Ria Wulandari S.Kom. Disusun oleh :

TUGAS KECAKAPAN ANTAR PERSONAL. Communication Skill. Dosen Utama : Ria Wulandari S.Kom. Disusun oleh : TUGAS KECAKAPAN ANTAR PERSONAL Communication Skill Dosen Utama : Ria Wulandari S.Kom Disusun oleh : Desi Sartika Evi Hana Yanti Fiqih Arzia Fitria Nursetianingsih Siti Ainiyah Simma Uli Siregar Kode kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi. komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi. komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Dalam proses kehidupan sejak lahir manusia perlu komunikasi. Karena itu, komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga manusia tidak bisa melepaskan dirinya

Lebih terperinci

PENYULUHAN KEHUTANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi I. PENDAHULUAN. merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan

PENYULUHAN KEHUTANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi I. PENDAHULUAN. merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan Tugas : PENYULUHAN KEHUTANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Inovasi Produk Menurut Kotler dan Keller (2009) inovasi adalah produk, jasa, ide, dan persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk

Lebih terperinci

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori teori umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan definisi komunikasi yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2008: 68-69)

Lebih terperinci