PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) Yusuf Sapari SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2008 Yusuf Sapari NIM I xi

3 ABSTRACT SAPARI, Y. Prima Tani Communications Media Uses Relation and Accessibility of Farmer Institution with Farmer Perception about Technology Introduction of Rural Agribusiness Industrial (Case in West Java and South Sulawesi). Under direction of AMIRUDDIN SALEH and MAKSUM. The objectives of research is to identify the relation among usage of Prima Tani communication media and accessibility of the farmer institution withperception of farmer about the rural industrial agribusiness introduction tecnology. This research aims to identify the personal characteristic, usage of Prima Tani communication media and accessibility of the farmer institution influencing the perception of farmer related the technology introduction of Rural Agribusiness Industrial in West Java and South Sulawesi province. This research uses the description correlation survai design and 96 responden are selected by the nonproporsionate cluster random sampling technique. Analyzing data uses rank Spearman and chi-square statistical test. The result shows that the nonformal education has significant correlation to the perception of farmer cooperator in West Java about introduction technology of Rural Agribusiness Industrial on biophysic, social and economic aspect. Age, formal and nonformal eduction has negative significant correlation to perception noncooperator farmer in West Java on social and economic aspect. In South Sulawesi, formal education and experience of farm has significant correlation about cooperator farmer perception with technology introduction Rural Agribusiness Industrial on economic aspect, average income and land use field has significant correlation on social aspect. Average income and land use field has negative significant correlation with noncooperator farmer perception on social aspect, land use field has significant correlation on economic aspect. In West Java, spread out technology has correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and economic aspect. Prima Tani media communications has significant correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and social aspect. Clinic of agribusiness has significant correlation with cooperator farmer perception on biophysic and economics aspect. Spread out technological has significant correlation with perception noncooperator farmer in West Java on social aspect, Prima Tani media communications has negative significant correlation on social aspect, clinic of agribusiness has significant correlation with perception noncooperator farmer on economic aspect. In South Sulawesi, spead out technological has significant correlation with perception cooperator farmer in biophysic and social aspect. Prima Tani media communications and clinic of agribusiness has significant correlation with perception cooperator farmer on social and economic aspect. Prima Tani media communication hasn t correlation with noncooperator farmer perception in biophysic, social and economic aspect. In West Java, benefit of farmer group has significant correlaion with perception of cooperator farmer on biophysic, social and economic aspect. Advantage of group farmer has significant correlation with perception cooperator farmer on biophysic and social aspect. Perception of noncooperator farmer on social and economic aspect has significant correlation with benefit of farmer group. Advantage of group farmer has significant correlation with perception of noncooperator farmer on social aspect. In South Sulawesi, benefit of farmer group has significant correlation on social aspect of cooperator farmer perception, advantage of gorup farmer has significant correlation with cooperator farmer perception on biophysic aspect. Accessibility of farmer institution hasn t significant correlation with noncooperator farmer perception in biofisic, social and economic aspect. Key words: Prima Tani, characteristic personal, accessibility, communication media xi

4 RINGKASAN Sapari, Y. Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan MAKSUM. Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi pada akhir-akhir ini mendorong Departemen Pertanian untuk terus meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis, khususnya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, umumnya memecahkan berbagai kendala pembangunan pertanian. Salah satu aktivitas Departemen Pertanian yang diprakarsai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Program Prima Tani bertujuan untuk mempercepat proses diseminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian untuk mengatasi kebuntuan program sebelumnya. Adanya Prima Tani bertujuan untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna secara spesifik pengguna (petani) dan di lokasi. Namun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada perbedaan persepsi di antara petani dalam menterjemahkan program dan kegiatan Prima Tani. Adanya perbedaan persepsi tersebut menyebabkan pelaksanaan program Prima Tani terutama dalam penerapan dan aplikasinya di lapangan banyak mengalami hambatan. Adanya pemanfaatan media Prima Tani seperti gelar teknologi, klinik agribisnis, poster, leaflet, majalah Prima Tani, demplot dan lainnya serta aksesibilitas lembaga tani diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman petani serta mengurangi perbedaan persepsi antara petani dan pengelola Prima Tani, sehingga berhasil baik di lapangan. Secara umum penelitian ini disesuaikan dengan kedua kondisi wilayah yang berbeda baik dilihat dari aspek karakteristik petani, biofisik, aspek sosial maupun aspek teknis di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis hubungan antara karakteristik petani dengan persepsinya tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan, 2) menganalisis hubungan antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan, 3) menganalisis hubungan antara aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan. Penelitian dirancang sebagai survai deskriptif korelasional dengan sampel 96 responden petani kooperator dan nonkooperator di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dengan menggunakan nonproporsionate cluster random sampling. Analisa statistik dengan frekuensi, prosentase, persentil, rataan skor dan total rataan skor. Untuk melihat hubungan antar peubah menggunakan chi-square dan rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik petani kooperator Jawa Barat yaitu pendidikan nonformal berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Karakteristik pendidikan formal berkorelasi nyata negatif (p<0,05) dan pendidikan nonformal berkorelasi sangat nyata negatif (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial. Umur xi

5 berkorelasi nyata negatif (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek ekonomi. Untuk petani kooperator di Sulawesi Selatan terlihat bahwa pendidikan formal dan pengalaman bertani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Pendapatan dan luas lahan garapan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial. Sedangkan pendapatan berkorelasi nyata negatif (p<0,05) dan luas lahan garapan berkorelasi sangat nyata negatif (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek sosial serta luas lahan garapan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Sulawesi Selatan pada aspek ekonomi. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi dan klinik agribisnis berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator Jawa Barat pada aspek biofisik dan ekonomi. Untuk media komunikasi lainnya terlihat berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator Jawa Barat pada aspek biofisik dan berkorelasi nyata (p<0,05) pada sosial. Sedangkan gelar teknologi berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial, klinik agribisnis berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek ekonomi. Sedangkan pemanfaatan media komunikasi lainnya berkorelasi sangat nyata negatif (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial. Berbeda kondisi di Sulawesi Selatan, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik dan sosial. Klinik agribisnis berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi dan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial. Sedangkan, media komunikasi lainnya berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial dan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani oleh petani nonkooperator di Sulawesi Selatan tidak berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Aksesibilitas kelembagaan tani di Jawa Barat terutama manfaat adanya kelompok berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi dan sosial serta berhubungan sangat nyata (p<0,01) dengan persepsinya pada aspek biofisik. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompok tani berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial, berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek sosial. Berbeda dengan Jawa Barat, pada petani kooperator di Sulawesi Selatan aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompok tani berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan petani kooperator pada aspek sosial. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik. Sedangkan, aksesibilitas kelembagaan tani tidak berkorelasi nyata (p>0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Sulawesi Selatan pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Saran yang diberikan hasil penelitian: 1) peran media komunikasi lain, gelar teknologi dan klinik agribisnis perlu ditingkatkan kuantitasnya dan berorientasi xi

6 kepada kebutuhan petani lokal spesifik, 2) pelatihan dan sekolah lapang pertanian bagi petani perlu ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknologi introduksi yang direkomendasikan, 3) peran dan keberadaan kelompok tani dan gapoktan perlu dijabarkan mengenai tugas, fungsi dan manfaatnya bagi anggota melalui pertemuan kelompok, pembagian tugas, penerbitan brosur dan lainnya. Kata kata kunci: Prima Tani, karakteristik petani, media komunikasi, aksesibilitas xi

7 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang - Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB xi

8 HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) YUSUF SAPARI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 xi

9 LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis : Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan ) Nama : Yusuf Sapari NIM : I Program studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Disetujui, Komisi Pembimbing Dr.Ir. H.Amiruddin Saleh, M.S. (Ketua) Drs. Maksum, M.Si (Anggota) Diketahui, Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr.Ir.H.Sumardjo, M.S. Prof. Dr.Ir.H. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian: 19 Agustus 2008 Tanggal lulus: xi

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan segala karunia dan hidayah-nya tesis ini bisa diselesaikan dengan lancar. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Prima Tani dengan judul Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan: Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. dan Drs. Maksum, M.Si selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberi masukan yang berarti selama penyusunan proposal penelitian hingga tesis selesai. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sumardjo, M.S. selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, yang telah memberikan dukungan morilnya untuk menyelesaikan tesis ini. 3. Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA, selaku dosen penguji luar yang telah memberikan masukan dan saran bagi perbaikan tesis ini. 4. Staff administrasi Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan khususnya Mba Lia Mulyaningsih, A.Md, Bapak Jaenudin dan Bapak Komar yang dengan ikhlas dan tulus membantu penulis dalam kelancaran administrasi selama studi di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 5. Panitia Sidang draft tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan sampai sidang tesis dilakukan. 6. Masyarakat Desa Jatiwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Desa Sapanang, Kabupaten Pangkep dan Desa Kamanre, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang telah menerima penulis untuk melakukan studi di desa tersebut. 7. Kepala BPTP Jawa Barat dan Kepala BPTP Sulawesi Selatan, Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan pengelola Prima Tani di lokasi penelitian yang telah memberi ijin dan informasi yang sangat berarti saat pengumpulan data dilakukan penulis. 8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan angkatan xi

11 9. Kepada Istriku, Windyaningsih, A.Ma dan Anakku, Nabila Dzatihanani Yusuf yang telah memberi dukungan baik materi dan moril guna menyelesaikan tesis ini. 10. Kepada (Alm) Saleh Wiraatmadja dan Ny. Kanaah, yang turut mendoakan dan memberi nasehat kepada penulis selama kuliah di Pascasarjana IPB. 11. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada program KKP3T yang telah turut membantu studi penulisan tesis ini di Pascasarjana IPB. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran demi kesempurnaan ini masih penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Bogor, Agustus 2008 Yusuf Sapari xi

12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 08 April 1973, putra dari (Alm) Saleh Wiraatmadja dan Ny. Kana ah. Penulis merupakan putra keenam dari enam bersaudara. Tahun 1997 penulis lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung, tahun 2006 lulus seleksi masuk sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Pada tahun 1999, Penulis menikah dengan Windyaningsih, A.Ma dan dikaruniai seorang putri, Nabila Dzatihanani Yusuf. Di samping sebagai dosen tetap pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Cirebon, Penulis berpartisipasi aktif dalam tim program KKP3T yang diselenggarakan Departemen Pertanian Republik Indonesia bekerjasama dengan IPB dalam rangka penulisan tesis. xi

13 ABSTRACK Sapari, Y. Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Teknologi Introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. (Kasus Di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). Dibawah bimbingan Amiruddin Saleh dan Maksum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi dam Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Teknologi Introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik personal, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas kelembagaan tani mempengaruhi persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan di provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Penelitian ini didesain dengan menggunakan survai deskripsi korelasi, menggunakan metode teknik sampling acak kluster nonproporsional sebanyak 96 orang responden. Analisis korelasi menggunakan uji rank Spearman dan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan nonformal berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator di Jawa Barat dengan persepsinya tentang teknologi introduksi AIP pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Umur, pendidikan formal dan nonformal berhubungan nyata negatif dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat dengan persepsinya pada aspek sosial dan ekonomi. Di Sulawesi Selatan, pendidikan formal dan pengalaman tani berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator tentang teknologi introduksi AIP pada aspek ekonomi, pendapatan dan luas lahan garapan berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek sosial. Pendapatan dan luas lahan garapan berhubungan nyata negatif dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek sosial, luas lahan garapan berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Di Jawa Barat, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi dan klinik agribisnis berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator tentang teknologi introduksi AIP pada aspek biofisik dan ekonomi. Media komunikasi lainnya berhubungan dengan persepsinya pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan gelar teknologi dan media komunikasi lainnya berhubungan nyata dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek sosial, klinik agribisnis berhubungan dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Di Sulawesi Selatan, media komunikasi lainnya dan klinik agribisnis berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator tentang teknologi introduksi AIP pada aspek sosial dan ekonomi. Gelar teknologi berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani tidak berhubungan nyata dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Di Jawa Barat, aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompoktani berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator tentang teknologi introduksi AIP pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Keuntungan adanya kelompoktani berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompoktani berhubungan nyata dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek xi

14 sosial dan ekonomi. Keuntungan adanya kelompoktani berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek sosial. Di Sulawesi Selatan, aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompoktani berhubungan sangat nyata dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial, keuntungan adanya kelompoktani berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek biofisik. Sedangkan aksesibilitas kelembagaan tani tidak berhubungan nyata dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Kata kunci: Prima Tani, karakteristik personal, aksesibilitas kelembagaan tani dan media komunikasi xi

15 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR.. xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang Penelitian... 1 Rumusan Masalah Penelitian... 4 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian... 6 Ruang Lingkup Penelitian... 6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 7 Kerangka Pemikiran... 7 Hipotesis... 9 TINJAUAN PUSTAKA. 10 Program Prima Tani. 10 Karakteristik Personal.. 11 Aksesibilitas Kelembagaan Tani.. 14 Pemanfaatan Media Komunikasi.. 16 Persepsi. 23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi 26 Komunikasi Introduksi Teknologi Adopsi Introduksi Teknologi Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan Implementasi Model Agribisnis Industrial Pedesaan Karakteristik Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan Elemen dalam Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan Penumbuhan Keterkaitan Antar Elemen dalam Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan METODE PENELITIAN 43 Desain Penelitian.. 43 Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi 44 Sampel Penelitian. 44 Data dan Instrumentasi. 45 Data Instrumentasi 46 Definisi Operasional. 46 Karakteristik Personal Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani Aksesibilitas Kelembagaan Tani Persepsi Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan xii

16 Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumen. 48 Reliabilitas Instrumen.. 49 Pengumpulan data. 50 Analisis Data. 51 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 53 Gambaran Umum Desa Jatiwangi Kabupaten Garut, Jawa Barat Gambaran Umum Desa Citarik Kabupaten Karawang, Jawa Barat. 55 Gambaran Umum Kelurahan Sapanang Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.. 57 Gambaran Umum Desa Kamanre Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan HASIL DAN PEMBAHASAN.. 61 Karakteristik Personal Responden 61 Umur. 61 Pendidikan Formal 62 Pendidikan Nonformal.. 64 Pendapatan 65 Pengalaman Bertani.. 66 Luas Lahan Garapan. 68 Status Lahan Garapan Status dalam Kelompok 69 Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani Gelar Teknologi 71 Klinik Agribisnis Media Komunikasi Lainnya Aksesibilitas Kelembagaan Tani.. 81 Persepsi Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan 84 Hubungan Karakteristik Petani dengan Persepsi Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan. 89 Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan Hubungan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran. 115 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

17 DAFTAR TABEL Halaman 1. Populasi dan sampel penelitian Karakteristik responden Rataan skor pemanfaatan media komunikasi Prima Tani Rataan skor aksesibilitas kelembagaan tani Rataan skor persepsi petani tentang introduksi teknologi AIP Hubungan karakteristik petani dengan persepsinya tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan Hubungan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang intoduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan Hubungan aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan. 113 xiv

18 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Berpikir Penelitian Keterkaitan antara Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan Model Komunikasi Linier Jaringan Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan 41 xv

19 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian xvi

20 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat dengan skala besar dan harga terjangkau. Berbagai program telah dilakukan seperti Padi Sentra dan Demonstrasi Massal. Di era Orde Baru, pemerintah telah melakukan beberapa program terarah dan terpadu melalui badan penelitian dan pengkajian pertanian yang bekerjasama dengan institusi luar seperti IRRI (International Rice Research Institute) dari Philipina telah menghasilkan program baru seperti Bimas, Inmas, Supra Insus dan varietas unggul padi. Selain kajian tentang varietas unggul dikenalkan pula pola usahatani dengan nama Panca Usaha Tani meliputi penggunaan bibit, olah tanah, pupuk, Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan pengairan. Setelah program Pasca Usaha Tani berjalan, kemudian Badan Litbang Pertanian menggulirkan program Sapta Usaha Tani yang merupakan perpaduan Panca Usaha Tani ditambah dengan panen dan pasca panen sehingga di tahun 1984 Indonesia telah mencapai swasembada beras (Deptan, 2006). Keberhasilan dalam swasembada beras, tidak terlepas dari adanya dukungan teknologi pertanian yang diciptakan dan dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Perkembangan selanjutnya terjadi perubahan di berbagai sektor, termasuk dalam penerapan teknologi oleh petani. Beberapa faktor yang menghambat kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cenderung lambat. Menurut Suryana (2005) tingkat adopsi informasi dan teknologi kepada petani kian lambat dan menurun. Segmen rantai pasokan inovasi pada subsistem penyampai (delivery subsystem) dan subsistem penerima (receiving subsystem) merupakan bottleneck yang menyebabkan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian kepada masyarakat. Memperhatikan berbagai kendala yang ada selama ini, Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan berbagai program di bidang pertanian yang bertujuan untuk membantu petani dalam meningkatkan hasil pertaniannya. Salah satu

21 2 program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang disingkat Prima Tani. Program Prima Tani bertujuan untuk mempercepat proses diseminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian sebagai alternatif pemecahan dalam mengantisipasi hambatan dan kebuntuan program-program pertanian sebelumnya yang masih perlu kaji ulang. Adapun tujuan lain program Prima Tani adalah memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna secara spesifik untuk pengguna terutama petani dan lokasi. Tujuan terakhir dari Prima Tani adalah mempercepat pencapaian kesejahteraan petani, melahirkan sistem pertanian dan lingkungan. Di sisi lain dengan keberadaan program Prima Tani, maka fungsi BPTP membantu untuk mempercepat alih teknologi kepada pengguna dan penyampaian umpan balik bagi penajaman program pengkajian pertanian wilayah maupun nasional. Program pengkajian diarahkan kepada pemahaman proses difusi dan adopsi teknologi pertanian serta menganalisis metode komunikasi dalam alih teknologi pertanian. Sedangkan analisis metode komunikasi dalam alih teknologi pertanian mencakup aspek-aspek efektif dan efisien dalam percepatan alih, difusi dan adopsi teknologi pertanian, peningkatan pelayanan dan bimbingan teknis jaringan informasi dan kecepatan mengakses informasi baik bagi pengambil kebijakan atau pengguna lain khususnya petani untuk mendapatkan informasi lengkap. Salah satu dari pelaksanaan program Prima Tani khusus di lokasi, Badan Litbang telah menyiapkan perangkat model percontohan laboratorium Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) yang berfungsi memadukan sistem inovasi teknologi dan kelembagaan pedesaan. Di dalam laboratorium tersebut, dikembangkan model interaksi antara peneliti, penyuluh pertanian, petani dan praktisi agribisnis serta pengelola pendukung agribisnis sehingga mereka dapat berkomunikasi langsung secara tatap muka untuk membahas dan mengembangkan AIP di lokasi kegiatan Prima Tani. Dengan demikian, fungsi AIP dapat menjembatani segala keinginan dan kebutuhan petani di lapangan dalam menerapkan teknologi yang dianjurkan oleh program Prima Tani.

22 3 Namun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada perbedaan persepsi di antara para pelaksana terutama para petani dalam menterjemahkan program dan kegiatan Prima Tani. Keadaan tersebut tidak dapat dipungkiri, karena perbedaan persepsi pada dasarnya adalah kurangnya informasi atau pengetahuan tentang program tersebut. Sebagaimana dikemukakan Lionberger dan Gwin (1982) bahwa sering terjadi masalah dalam komunikasi interpersonal yaitu adanya perbedaan persepsi di antara pemberi dan penerima pesan dari suatu objek atau peristiwa, penggunaan bahasa yang bersifat abstrak, adanya penggunaan kata-kata atau bahasa yang bersifat emosional, komunikator terlalu mendominasi jalannya komunikasi, kurangnya kredibilitas sumber dan seringkali komunikator hanya menempatkan kepentingannya sendiri. Adanya perbedaan persepsi tersebut menyebabkan pelaksanaan program Prima Tani terutama dalam penerapan dan aplikasinya di lapangan banyak mengalami hambatan. Hambatan ini akan mengganggu jalannya pelaksanaan program Prima Tani di lokasi terutama kepada petani ketika menerapkan program Prima Tani tersebut. Adanya pemanfaatan media Prima Tani seperti leaflet, poster, majalah Prima Tani, demplot dan lainnya diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman petani sehingga dapat mengurangi perbedaan persepsi di antara petani dan pengelola Prima Tani di lapangan. Dengan demikian, pemanfaatan media Prima Tani dan aksesibilitas kelembagaan tani yang ada dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan petani didalam menerapkan program Prima Tani pada usahataninya. Secara umum penelitian ini disesuaikan dengan kedua kondisi wilayah yang berbeda baik dilihat dari aspek karakteristik petani, biofisik, aspek sosial maupun aspek teknis di lapangan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, maka pelaksanaan program Prima Tani terutama di wilayah Jawa Barat dan di Sulawesi Selatan hasilnya akan dapat dilihat melalui penelitian ini. Selanjutnya penelitian ini ingin melihat bagaimana tingkat persepsi petani di provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan dalam menerapkan teknologi introduksi khususnya pelaksanaan program Prima Tani dalam kegiatan usahataninya. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian khusus mengenai pemanfaatan media Prima Tani

23 4 dan aksesibilitas lembaga tani oleh petani kooperator dan petani nonkooperator serta bagaimana persepsinya tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan di provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan dalam menerapkan teknologi di kegiatan usahataninya. Rumusan Masalah Penelitian Penerapan teknologi introduksi dalam program Prima Tani sebagian besar telah dilaksanakan dan masih disosialisasikan ke beberapa daerah yang telah melaksanakan program pertanian sebelumnya seperti Bimas, Inmas, Supra Insus, Sapta Usaha Tani. Secara teknis di lapangan berbagai teknologi introduksi usahatani baik padi, hortikultura, perkebunan dan ternak yang telah diperkenalkan kepada petani dan kelompoknya oleh penyuluh atau pemandu tidak semuanya dapat diterapkan dalam usahataninya. Penerapan terhadap adopsi teknologi introduksi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial-budaya, faktor ekonomi dan faktor biofisik. Faktor penghambat pada aspek sosial-budaya petani lebih banyak bertumpu kepada karakteristik petani dan kelembagaan tani yang belum ada atau sudah ada tetapi tidak berjalan. Perilaku komunikasi petani untuk mendapatkan informasi yang benar dan jelas mengenai adopsi teknologi introduksi juga perlu dilakukan penelitian. Sedangkan dalam adopsi teknologi introduksi lebih banyak bertumpu kepada suatu ide, penerapan atau praktek, teknologi atau sesuatu hal yang dianggap baru oleh seseorang (Rogers, 2003). Menurut teori proses difusi inovasi dalam perspektif pengguna merupakan teori konvensional dalam pengambilan keputusan. Proses ini banyak kelemahannya yaitu: 1) proses tersebut selalu diakhiri dengan keputusan mengadopsi padahal faktanya mungkin saja diakhiri dengan penolakan, 2) kelima tahap proses adopsi inovasi tidak selalu dilalui berurutan atau tahapan tertentu akan dilewati, 3) proses tersebut jarang berakhir dengan adopsi (Havelock, 1971). Sehingga dalam keputusan adopsi teknologi introduksi Prima Tani ini, petani diharapkan dapat menerima secara cepat serta mampu menerapkannya sesuai anjuran yang diberikan oleh petugas. Keputusan adopsi teknologi introduksi dalam program Prima Tani diharapkan berpengaruh terhadap pengetahuan petani mengenai pentingnya teknologi introduksi, yaitu adanya keterlibatan di dalam melaksanakan program tersebut.

24 5 Secara singkat dari uraian di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah penelitian yang diangkat sebagai berikut: 1. Sejauh mana hubungan karakteristik petani dengan persepsinya tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan? 2. Sejauh mana hubungan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan? 3. Sejauh mana hubungan aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan? Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi petani mengenai teknologi introduksi Prima Tani serta hubungannya dengan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas pada kelembagaan tani. Aksesibilitas pada kelembagaan ini lebih dititikberatkan pada kesempatan petani di dalam program Prima Tani untuk memanfaatkan lembaga petani seperti kelompok tani, penyuluh/ pemandu, peneliti, lembaga pemasaran, koperasi dan lembaga keuangan untuk mencari informasi penting. Di samping itu, petani juga memanfaatkan media komunikasi untuk mendapatkan informasi usahatani melalui gelar teknologi, brosur, surat kabar Sinar Tani, majalah Prima Tani, poster maupun konsultasi langsung ke klinik agribisnis. Dengan adanya pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas kelembagaan tani diharapkan mampu mengubah persepsi petani mengenai teknologi introduksi yang didapatkan dari program Prima Tani. Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis hubungan antara karakteristik petani dengan persepsinya tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. 2. Untuk menganalisis hubungan antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. 3. Untuk menganalisis hubungan antara aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan.

25 6 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari aspek akademis dan aspek praktis. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang komunikasi dan peneliti lainnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai akses lembaga tani dan media komunikasi serta peubah komunikasi lainnya dalam program Prima Tani. Dalam aspek praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan bahan informasi bagi perencana dan pengambil kebijakan oleh instansi tertentu yang terkait dengan pelaksanaan program Prima Tani. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meneliti mengenai karakteristik personal, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas kelembagaan tani. Adapun karakteristik personal yang diteliti mencakup: umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman bertani, luas lahan garapan, status lahan garapan dan status dalam kelompok. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani yang diamati meliputi gelar teknologi, klinik agribisnis dan media komuniaksi lainnya seperti pamplet, poster, temuwicara, demplot dan pendekatan komunikasi interpersonal lainnya. Selanjutnya aksesibilitas kelembagaan tani yang diteliti meliputi: manfaatnya adanya kelompok tani dan keuntungan adanya kelompok tani. Persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan yang diamati mencakup aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Aspek yang dilihat pada biofisik yaitu kesesuaian komoditas utama dan sampingan, produk panen dan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan dalam pertanian. Aspek yang diamati pada sosial yaitu kesesuaian faktor sosial dalam masyarakat setempat seperti melihat tingkat adopsi petani dalam menerapkan introduksi teknologi kepada petani, aspek psikologi, aspek kemandirian, aspek keinovatifan dan bidang manajemen usahatani. Aspek yang diamati pada ekonomi yaitu pengaruh penerapan introduksi kepada petani dimana dapat meningkatkan produksi pertanian yang secara ekonomis menguntungkan. Adapun aspek ekonomis yang diamati meliputi: mutu dan hasil

26 7 panen, harga jual setelah panen, tingkat kemudahan menjaul dan kesesuaian harga jual di pasar. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kerangka Berpikir Program Prima Tani merupakan program terbaru yang diperkenalkan kepada petani. Program tersebut sebagai mengenai rintisan dan akselerasi diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, dilaksanakan secara integratif vertikal dan horizontal serta daya saing melalui peningkatan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi adalah dari sifat inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan diintroduksikan ke dalam Prima Tani, harus mempunyai banyak kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang ditawarkan ke petani harus inovasi yang tepat guna. Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psichomotoric) ada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi (Rogers dan Shoemaker, 1995). Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa proses adopsi didahului oleh pengenalan suatu inovasi (introduksi) kepada masyarakat tani, selanjutnya terjadi proses mental untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari proses mental tersebut adalah keputusan untuk menerima suatu inovasi maka terjadilah adopsi. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan adopsi teknologi introduksi. Hal ini tidak hanya bergantung kepada sifat dan bentuk teknologinya tetapi juga sangat ditentukan oleh kesediaan petani dalam mengadopsi inovasi yang dianjurkan. Menurut Mosher (1981) petani memainkan peranan penting dalam pembangunan pertanian. Petani yang menentukan mengenai teknik berusahatani yang harus mereka laksanakan dan harus mampu mempelajari serta menetapkan metode baru yang diperlukan untuk membuat usahataninya lebih produktif.

27 8 Dalam mengadopsi teknologi baru, petani diberikan motivasi dan penjelasan untuk dapat mengembangkan kemampuannya. Kemampuan petani akan dapat dikembangkan apabila keterbatasan pengetahuan dan persepsinya, keterampilan dan modal dapat diatasi serta sikap petani yang statis tradisional dapat diubah menjadi lebih dinamis. Kemampuan menentukan persepsi petani untuk menerima (mengadopsi teknologi introduksi) atau menolaknya, erat kaitannya dengan karakteristik petani, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas pada kelembagaan tani. Dalam penelitian ini peubah karakteristik petani dibatasi sembilan indikator yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman bertani, luas lahan garapan, status lahan garapan, status dalam kelompok tani. Sedangkan untuk peubah aksesibilitas pada kelembagaan tani indikator yang diteliti hanya dua yaitu manfaat keberadaan kelompok tani dan keuntungan adanya kelompok tani. Untuk peubah pemanfaatan media komunikasi Prima Tani indikator yang akan diteliti adalah gelar teknologi, media komunikasi, klinik agribisnis. Peubah persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dalam penelitian ini dibatasi pada aspek biofisik, aspek ekonomis, aspek sosial (adopsi model Prima Tani, psikologi petani, kemandirian, keinovatifan dan manajemen usaha). Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, maka dalam penelitian ini secara skematis ingin melihat beberapa faktor terpilih yang diduga berhubungan dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi AIP yang dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

28 9 Peubah bebas Peubah terikat Karakteristik petani X1 Umur X2. Jenis kelamin X3. Pendidikan X4. Pendidikan nonformal X5. Pendapatan X6. Pengalaman bertani X7. Luas lahan garapan X8. Status lahan lahan X9. Status dalam kelompok X10. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani X10.1 gelar teknologi X10.2 media komunikasi X10.3 klinik agribisnis H 1 H 2 Y. Persepsi petani tentang Teknologi Introduksi AIP Y.1 aspek biofisik Y.2 aspek ekonomi Y.3 aspek sosial X11.Aksesibilitas kelembagaan tani X11.1 manfaat adanya kelompok tani X11.2 keuntungan adanya kelompok tani H 3 Gambar 1 Kerangka Berpikir Keterkaitan antara Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Teknologi Introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini ingin menguji sejauh mana masing-masing peubah pada diri petani padi, hortikultura, kebun dan ternak di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan berhubungan dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi AIP. Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis yang ingin diuji yaitu: H 1 : terdapat hubungan nyata antara karakteristik petani dengan persepsi mereka tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. H 2 : terdapat hubungan nyata antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. H 3 : terdapat hubungan nyata antara aksesibilitas pada kelembagaan tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan.

29 TINJAUAN PUSTAKA Program Prima Tani Badan Litbang Pertanian sebagai lembaga pertanian dengan misi utamanya adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian yang maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik bagi pemakai dan lokasi. Berbagai kendala ditemukan oleh Badan Litbang Pertanian dalam mengkomunikasikan inovasi teknologi pertanian kepada petani. Adanya program Prima Tani, diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut sehingga petani lebih cepat memahami berbagai inovasi yang dapat diaplikasikan dalam usahataninya. Evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian oleh petani cenderung lambat bahkan menurun. Tenggang waktu sampainya informasi dan adopsi kepada petani melalui penyuluh mengalami kemacetan (bottleneck) sehingga dengan sendirinya informasi yang disampaikan kepada petani menjadi terlambat. Hal ini disebabkan karena subsistem penyampai (delivery subsystem) dan subsistem penerima (receiving subsystem) mengalami kemacetan informasi sehingga menyebabkan lambannya penyampaian informasi kepada petani (Suryana, 2005). Dengan alasan di atas, maka Program Prima Tani ini digulirkan sebagai program untuk mengatasi kemacetan penyampaian informasi kepada petani dengan benar dan tepat sasaran. Program Prima Tani merupakan kepanjangan dari Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang dicetuskan oleh Badan Litbang Pertanian yang penerapannya di mulai tahun 2005 sebagai model baru dalam diseminasi teknologi yang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi. Program Prima Tani diharapkan sebagai jembatan penghubung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampai maupun pelaku agribisnis pengguna inovasi di daerah. Di samping itu, Prima Tani digunakan sebagai wahana pengkajian partisipatif yang berarti merupakan implementasi dari paradigma baru penelitian untuk pembangunan dari paradigma lama penelitian dan pengembangan dari Badan Litbang Pertanian (Suryana, 2005).

30 8 Program Prima Tani ini berarti terobosan pembuka, pelopor atau inisiatif, penyampaian dan penerapan inovasi teknologi pertanian kepada dan oleh masyarakat luas. Dalam program Prima Tani terdapat arti bahwa: pertama, Prima Tani haruslah dipandang sebagai langkah inisiatif Badan Litbang Pertanian untuk mengatasi masalah kebuntuan atau kelambanan penerapan inovasi teknologi dan memperpendek waktu dari penciptaan inovasi teknologi ke pengguna. Kedua, Prima Tani hanyalah tindakan pembuka atau pelopor sehingga harus sesegera mungkin dilepaskan kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Dengan demikian, pengembangan Prima Tani dilaksanakan dengan prinsip bangun, operasikan dan serahkan (build, operate and transfer). Adapun tujuan Prima Tani meliputi: 1) mempercepat diseminasi dan adopsi teknologi inovatif, 2) memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik pengguna dan lokasi, 3) mewadahi dan mensinkronkan program lingkup Departemen Pertanian, departemen terkait, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, 4) mempercepat pencapaian kesejahteraan petani, melestarikan sistem pertanian dan lingkungan (Drajat, 2007). Prima Tani yang dimulai pada tahun 2005 di 14 provinsi dengan 22 lokasi, pada tahun 2006 bertambah menjadi 25 provinsi yang meliputi 33 desa. Mulai tahun 2007, Prima Tani akan melaksanakan di 200 desa yang tersebar di 200 kabupaten di seluruh provinsi. Kegiatan akhir Prima Tani diharapkan terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan sinergi antar subsistem yang berbasis agroekosistem dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan (Deptan, 2006). Karakteristik Personal Karakteristik personal menurut Rogers (2003) adalah meliputi status sosialekonomi, ciri kepribadian dan perilaku komunikasi. Secara lebih rinci karakteristik personal tersebut dijabarkan lagi ke dalam umur, pendidikan formal, pendidikan

31 9 nonformal, jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, usaha keluarga, penghasilan keluarga, kekosmopolitan, partisipasi, kelembagaan masyarakat partisipasi dalam kelompok dan kontak media. Profil petani dan kelompoknya menentukan tingkat penerimaan inovasi dan kemampuan adopsinya. Pendidikan nonformal menurut Sudjana (2004) merupakan sistem pendidikan nasional yang terdiri dari subsistem pendidikan nonformal berlangsung di dalam keluarga dan lingkungannya serta subsistem pendidikan nonformal berlangsung secara optimal didapat di mana saja. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar sistem sekolah yang mapan dilakukan secara mandiri atau bagian penting dari kegiatan yang lebih luas sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal mempunyai beragam nama misalnya kursus, pelatihan, penataran, upgrading, bimbingan belajar, tutorial. Dengan pendidikan nonformal maka seseorang akan meningkat pengetahuannya, sikap dan keterampilannya di samping pendidikan formal. Menurut Soekartawi (1988) pengalaman kursus yang dimiliki seseorang akan ikut mempengaruhi kecepatan dalam mengambil keputusan. Dari kursus atau pelatihan pertanian diperoleh penambahan pengetahuan, kecakapan dalam pengelolaan usahatani, keterampilan dalam melaksanakan tugas operasional, kreativitas dan percaya diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap tingkat penerimaan inovasi baik yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Slamet (1987) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat dibedakan dalam beberapa jenjang yang masing-masing mempunyai fase waktu tertentu, yang mudah diamati adalah pendidikan formal. Seseorang yang mempunyai jenjang pendidikan lebih tinggi umumnya lebih cepat mengadopsi teknologi. Prayitnohadi (1987) menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani mempengaruhi kecepatan dalam mengambil keputusan terhadap teknologi pertanian. Abdurachman (1998) mengemukakan bahwa pengalaman mengikuti kursus mempunyai korelasi nyata dengan tingkat adopsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pendidikan nonformal dapat diketahui dengan cara mengukur frekuensi seseorang dalam mengikuti pendidikan nonformal yang berupa kursus, penataran dan pelatihan.

32 10 Hare (1962) mengemukakan ada beberapa hal yang mempengaruhi karakteristik individu yaitu: usia, jenis kelamin, kelas sosial, kesukuan dan kekeluargaan. Soekartawi (1988) mengemukakan bahwa karakteristik individu antara lain umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalistik, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi. Anggota sistem sosial memegang peranan penting dalam proses adopsi inovasi suatu teknologi. Salah satu sifat penting yang berpengaruh pada proses penyebaran inovasi teknologi dalam program Prima Tani adalah profil petani. Jones dalam Soekartawi (1988) menyebutkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap penyebaran dan penyerapan inovasi adalah: (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c) tingkat pengetahuan, (d) tingkat pendapatan dan (e) latar belakang sosialekonominya. Gonzales dalam Jahi (1988) menyatakan individu dengan status sosialekonomi lebih tinggi umumnya berpeluang menduduki posisi atas seperti pemimpin formal dan informal. Status ekonomi biasanya diukur dari jumlah kepemilikan ternak sapi, pendapatan keluarga, jumlah materi serta fasilitas yang dimiliki oleh seseorang. Semakin banyak materi dan fasilitas yang dimiliki oleh seorang calon adopter maka semakin termotivasi untuk mengadopsi suatu inovasi. Prayitnohadi (1987) menyebutkan bahwa tingkat penyerapan teknologi dipengaruhi oleh umur, pendidikan, luas garapan, status penguasaan lahan yang mempengaruhi perilaku komunikasi dan jaringan komunikasi sehari-hari dipengaruhi oleh umur. Inovasi yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari memerlukan ketangguhan fisik. Pengalaman adalah suatu akumulasi ingatan individu dengan mewujudkan pemahamannya dalam bentuk ucapan, tindakan, perilaku dan sikap. Pengalaman bagi seseorang mengandung arti yang mendalam serta mempunyai nilai tersendiri dalam kehidupannya. Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat adopsi teknologi inovasi. Menurut Soekartawi (1988) petani yang berpengalaman lebih cepat menyerap teknologi pertanian dibandingkan dengan petani yang belum atau kurang pengalaman bertaninya. Tamarli (1994) menyimpulkan bahwa pengalaman bertani mempunyai korelasi nyata dengan penerapan program Supra Insus. Abdurachman (1998) mengemukakan bahwa

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan

Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2009, Vol. 07, No. 1 Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial

Lebih terperinci

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani Tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Perdesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT FIRMANTO NOVIAR SUWANDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI Amiruddin Saleh 1, Nia Rachmawati 2, Sutisna Riyanto 16 ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to understand the communication process

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 60 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Personal Responden Karakteristik personal responden yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman bertani,

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE (Kasus pada Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Penciptaan inovasi pertanian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Pertanian serta aplikasinya terus dilakukan melalui berbagai program penelitian

Lebih terperinci

Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat

Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2008, Vol. 06, No. 2 Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE (Kasus pada Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN USMIZA ASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT M A L T A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ISSN Februari 2009, Vol. 07, No. 1

ISSN Februari 2009, Vol. 07, No. 1 Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2009, Vol. 07, No. 1 Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat Kelompok Tani dalam Menggunakan Teknologi Usahatani Padi (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA M A R D I N PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN SEKOLAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya kelompok tani adalah organisasi yang memiliki fungsi sebagai media musyawarah petani. Di samping itu, organisasi ini juga memiliki peran dalam akselerasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL (Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian) SITI MARYAM SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Komunikasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Pertunjukan Wayang Purwa di Era Globalisasi: Kasus Desa Bedoyo,

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan di Indonesia secara umum akan berhasil jika didukung oleh keberhasilan pembangunan berbagai sektor. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) SKRIPSI DISTI LASTRIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Potensi sumberdaya pertanian yang melimpah seharusnya dapat dijadikan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT (Studi Kasus Pembaca Tabloid Senior di Kecamatan Bogor Utara) Oleh : ENDANG SRI WAHYUNI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN JARINGAN KOMUNIKASI AGRIBISNIS PETANI IKAN HIAS (KASUS DI KABUPATEN BOGOR)

KEEFEKTIFAN JARINGAN KOMUNIKASI AGRIBISNIS PETANI IKAN HIAS (KASUS DI KABUPATEN BOGOR) KEEFEKTIFAN JARINGAN KOMUNIKASI AGRIBISNIS PETANI IKAN HIAS (KASUS DI KABUPATEN BOGOR) OLEH : KURNIA SUCI INDRANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK KURNIA SUCI INDRANINGSIH.

Lebih terperinci

JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) PARLAUNGAN ADIL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Program Prima Tani

TINJAUAN PUSTAKA Program Prima Tani TINJAUAN PUSTAKA Program Prima Tani Badan Litbang Pertanian sebagai lembaga pertanian dengan misi utamanya adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian yang maju dan strategis, mengadaptasikannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

KOMPETENSI PETERNAK DALAM PENGELOLAAN USAHA SAPI POTONG DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA Y U S U F

KOMPETENSI PETERNAK DALAM PENGELOLAAN USAHA SAPI POTONG DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA Y U S U F KOMPETENSI PETERNAK DALAM PENGELOLAAN USAHA SAPI POTONG DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA Y U S U F SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten

Lebih terperinci

PERSEPSI PETERNAK SAPI POTONG KEREMAN TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI MESIN SILASE ONGGOK TAPIOKA

PERSEPSI PETERNAK SAPI POTONG KEREMAN TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI MESIN SILASE ONGGOK TAPIOKA PERSEPSI PETERNAK SAPI POTONG KEREMAN TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI MESIN SILASE ONGGOK TAPIOKA (Kasus Inovasi pada Kelompok Peternak Sapi Potong Kereman Margo Lestari di Desa Sidomukti Kecamatan Margoyoso

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD

Lebih terperinci

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Kelompok Tani (Studi pada kelompok tani tambak ikan air tawar Mitra Tani Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) M. Zulkarnain Yuliarso 1 1) Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG

PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG (Studi Kasus Pada Unit Bisnis Jasa Angkutan Divisi Regional Sulawesi Selatan) Oleh : Retnaning Adisiwi PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 36 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai penelitian survey deskriptif korelasional yaitu melihat hubungan antara peubah secara mendalam. Peubah penelitian yang diamati

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

PRIMA TANI SEBAGAI LANGKAH AWAL PENGEMBANGAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS INDUSTRIAL

PRIMA TANI SEBAGAI LANGKAH AWAL PENGEMBANGAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS INDUSTRIAL PRIMA TANI SEBAGAI LANGKAH AWAL PENGEMBANGAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS INDUSTRIAL Pantjar Simatupang I. PENDAHULUAN Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) telah menetapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) SKRIPSI DEWI SHINTA KOMALA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi 27 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

Pembimbing Utama : Ir. Richard WE Lumintang MSEA Pembimbing Anggota : Ir. Sudjana Natasamita

Pembimbing Utama : Ir. Richard WE Lumintang MSEA Pembimbing Anggota : Ir. Sudjana Natasamita HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK TERHADAP EFEKTIVITAS PENYULUHAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG (Kasus di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat) SKRIPSI Rahma Delni PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

MARIA BINUR FRANSISKA MANALU

MARIA BINUR FRANSISKA MANALU KOMPETENSI PEMILIK RUMAH MAKAN TRADISIONAL KELAS C DALAM PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DI DAERAH TUJUAN WISATA JAKARTA TIMUR MARIA BINUR FRANSISKA MANALU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) OLEH PETANI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) OLEH PETANI PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) OLEH PETANI (Kasus di Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 31 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi merupakan salah satu program pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pertanian) untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PETANI DALAM BERUSAHATANI TEBU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PETANI DALAM BERUSAHATANI TEBU ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PETANI DALAM BERUSAHATANI TEBU (Studi Kasus : Petani Tebu Rakyat di Desa Tonjong Wilayah Kerja Pabrik Gula Tersana Baru, Kabupaten Cirebon) Oleh

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG Oleh : Ir. Ruswendi, MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) 1. Bambang Irawan PENDAHULUAN

KELEMBAGAAN PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) 1. Bambang Irawan PENDAHULUAN KELEMBAGAAN PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) 1 Bambang Irawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani 70 Bogor PENDAHULUAN

Lebih terperinci