PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia. Terjadinya kekurangan beras dalam jumlah besar akan cepat mempengaruhi kondisi stabilitas sosial masyarakat. Pentingnya peranan beras terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, mendorong kebijakan beras menjadi sorotan dan menjadi fokus perhatian publik. Setiap negara akan berupaya untuk mencukupi kebutuhan pangan pokok masyarakatnya dari produksi dalam negeri sendiri. Ketersediaan beras memerlukan penataan dan manajemen yang berbasis pada kemampuan sumberdaya masyarakat di dalam negeri. Kebijakan perberasan dengan mekanisme impor telah memberi dampak dan konsekuensi politik yang tinggi bagi kemampuan dan kemandirian bangsa dalam pengadaan makanan pokok nasional. Kebijakan impor beras menjadi pro-kontra di tengah-tengah masyarakat, karena hal ini tidak sesuai dengan komitmen pemerintah merealisasikan kebijakan revitalisasi pertanian. Hal ini juga bertentangan dengan realitas tingginya jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian khususnya tanaman padi. Pemerintah telah mengeluarkan pelaksanaan kebijakan perberasan, meliputi: (1) penetapan harga pembelian pemerintah (HPP); (2) mekanisme melakukan impor; (3) subsidi benih dan pupuk; (4) pengembangan teknologi beras; dan (5) penyediaan infrastruktur pendukung (Deptan, 2004). Hal ini merupakan kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintah untuk menjawab persoalan perberasan di dalam negeri. Pemerintah, petani, organisasi tani, asosiasi pengusaha beras, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan masyarakat pengkonsumsi beras tentu punya kepentingan suksesnya kebijakan tersebut. Sukses atau gagalnya kebijakan perberasan di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh adanya informasi dan komunikasi yang tepat diterima oleh para petani dan pemangku kepentingan perberasan. Khususnya posisi keberpihakan para pengambil kebijakan perberasan di Indonesia, dengan dasar kepentingan produsen atau konsumen. Berhasilnya Indonesia dalam swasembada beras di tahun 1984 juga merupakan salah satu peran komunikasi (Levis,1996). Peranan komunikasi

2 2 politik menjadi sangat penting dalam menyampaikan kebijakan yang menyangkut kepentingan publik sebab diperlukan pengetahuan yang luas terutama proses pendekatan dalam penyampaian suatu maksud agar dapat diterima masyarakat. Budiharsono (2003) mengemukakan kebijakan adalah kumpulan keputusan yang dibuat oleh kelompok politik yang mempunyai kekuasaan untuk membangun masyarakat yang ingin dicapai bersama. Komunikasi politik bersifat serbahadir dan multimakna, banyak definisi yang sudah dirumuskan (Arifin, 2003). Lasswell dalam Arifin (2003) membuat formula komunikasi politik dengan siapa berkata apa, kepada siapa, melalui saluran apa dan bagaimana efeknya (who says what, to whom, with what channel and with what effect). Selain itu, politik juga dipahami sebagai pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemegang kekuasaan. Kebijakan perberasan diharapkan lahir melalui konsensus dan legitimasi politik yang kuat, sehingga terbangun tertib politik dan terhindar konflik di antara pemangku kepentingan perberasan. Pro-kontra terhadap kebijakan perberasan sering terjadi, dalam komunikasi politik dikenal sebagai proses komunikasi dari pemerintah sebagai sumber dan kepada masyarakat sebagai khalayak penerima serta dimungkinkan adanya respons balik. Peran komunikasi politik dan partisipasi aktif melalui saluran yang ada diharapkan mampu menjembatani perbedaan guna melahirkan konsensus bersama pada pelaksanaan kebijakan perberasan nasional. Komunikasi politik mengantarkan setiap lembaga atau pemangku kepentingan untuk menentukan sikap politik dengan berpegang pada kepentingan dan cakupan konsekuensi atas bergulirnya kebijakan tersebut. Nimmo (2004) menyebutkan cakupan komunikasi politik terdiri dari komunikator politik, pesan politik, persuasi politik, media komunikasi politik, khalayak komunikasi politik dan efek (akibat) komunikasi politik. Robin dan Ring (1985) menyatakan komunikasi politik sebagai penyebaran arti, makna atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik. Komunikasi politik bisa juga dikatakan merupakan proses melakukan ekspresi pendapat, pandangan atau perilaku, baik perorangan maupun kelompok lembaga yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai masalah yang berhubungan dengan pemerintah dan pembangunan.

3 3 Keberlanjutan realisasi kebijakan politik pemerintah sangat tergantung dari sejauh mana hal tersebut mendapat dukungan kuat melalui sikap politik dari semua kalangan khususnya yang berkepentingan terhadap kebijakan perberasan. Kebijakan perberasan dapat berjalan mulus apabila komunikasi yang dijalankan sesama pemangku kepentingan menghasilkan komunikasi yang efektif. Lasswell dalam Vardiansyah (2004) mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif dan sesuai dengan yang diharapkan apabila faktor-faktor kunci dalam komunikasi seperti sender, enconding, pesan, media, decoding, penerima, respons, feedback dan gangguannya diperhatikan dengan baik. Era globalisasi informasi seperti saat ini, memerlukan pendekatan partisipasi politik yang lebih besar dan kuat dari berbagai pihak. Tujuannya adalah untuk mendorong terakomodirnya aspirasi dalam membangun manajemen perberasan yang tepat di Indonesia. Pendekatan partisipasi politik dan berhimpunnya petani dalam organisasi tani akan lebih memungkinkan terjalinnya integrasi antara kepentingan petani beras (produsen) dengan kepentingan masyarakat pengkonsumsi beras (konsumen) dimana pemerintah sebagai regulator utama. Pendekatan tersebut lebih menempatkan martabat petani secara lebih layak, sebagai produsen beras. Keberadaan keduanya dengan aspek kepentingan dan kemampuannya menjadi lebih dikenali dan dihargai, sehingga lebih mendorong terjalinnya partisipasi dan peran politik aktif masing-masing. Kesamaan makna komunikasi politik pemerintah, sebagai pengambil keputusan kebijakan perberasan dengan pemangku kepentingan lainnya sangat penting dilakukan. Budiharsono (2003) mengemukakan, komunikasi modern bukan saja harus sanggup mengubah sikap dan suasana yang makin kondusif, melainkan harus mampu membangun budaya baru yang sanggup menjaga perubahan itu sebagai suasana yang makin kondusif sehingga setiap insan makin mampu, bebas dan sanggup mengembangkan prakarsa serta berpartisipasi secara utuh dengan pilihan yang banyak dan demokratis dalam memutuskan kebijakan. Beberapa organisasi tani di Indonesia memiliki tipologi dengan membangun basis ideologi politik sebagai salah satu cara agar dapat diperhitungkan pemerintah dalam melahirkan kebijakan. Di samping organisasi tani, kalangan DPR, pengusaha beras dan pemerintah sendiri memiliki kepentingan besar dalam membangun manajemen perberasan yang kuat di dalam negeri.

4 4 Salah satu cara dalam merealisasikan kebijakan politik adalah dengan turun langsung mensosialisasikan kebijakan tersebut. Selanjutnya membuka kesempatan kepada pemangku kepentingan lainnya dalam memperkuat kebijakan tersebut melalui peran komunikasi politik. Proses komunikasi politik berjalan dalam menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik rakyat menjadi input sistem politik, pada waktu yang bersamaan ia juga menyalurkan kebijakan yang diambil atau output sistem politik (Rudini, 1993). Kebijakan politik perberasan akan menemui jalan buntu ketika pesan kebijakan tersebut tidak memunculkan peran komunikasi politik yang melibatkan seluruh komponen pemangku kepentingan dari pesan kebijakan tersebut. Upaya untuk melahirkan konsensus dan legitimasi menjadi sangat sulit, sehingga yang terjadi pada akhirnya adalah respons agitasi politik dari pihak-pihak yang terimbas dampak kebijakan tersebut. Agitasi beroperasi untuk membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan politik (Blumer, 1969 dalam Arifin, 2003). Peran komunikasi politik pemangku kepentingan kebijakan perberasan sangat menentukan dalam pencitraan dari masing-masing kepentingan di mata publik. Proses komunikasi politik yang dilakukan pada akhirnya akan melahirkan kesimpulan politik atau sering disebut sikap politik. Sikap politik dan partisipasi komunikasi politik pemerintah, organisasi tani, kalangan DPR dan pengusaha beras diharapkan berperan dalam membangun manajemen perberasan yang adil bagi petani (produsen beras) dan kuat bagi pemerintah selaku otoritas utama di dalam mengatur perpolitikan beras di Indonesia. Wilayah Indonesia masih memiliki potensi besar dalam pengembangan tanaman padi, di samping secara historis mampu berswasembada beras. Kasus masalah pelaksanaan kebijakan perberasan, seperti penetapan HPP, melakukan impor beras, subsidi benih dan pupuk, pengembangan teknologi dan penyediaan infrastruktur perlu kebijakan yang tepat. Permasalahan pada pelaksanaan kebijakan perberasan di dalam negeri dan adanya perbedaan sikap politik pemerintah dengan pemangku kepentingan lainnya menjadi masalah yang menarik untuk diteliti secara ilmiah. Hal ini sekaligus melihat peran komunikasi politik masing-masing pemangku kepentingan pada pelaksanaan kebijakan perberasan. Sehingga pada tahap idealnya Indonesia mampu memenuhi kebutuhan beras sendiri dan mengekspor dalam jumlah besar, apabila masalah kebijakan di atas dapat dibenahi, termasuk mengikis budaya impor beras.

5 5 Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian di atas, maka fokus penelitian ini adalah pada pentingnya peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada pelaksanaan kebijakan perberasan nasional di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan mengungkapkan hubungan antara karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik terhadap peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan. Peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada kebijakan perberasan nasional meliputi: penetapan harga pembelian pemerintah (HPP), penentuan melakukan impor, penerapan subsidi benih dan pupuk, pengembangan teknologi perberasan dan penyediaan infrastruktur perberasan. Peran komunikasi politik pemangku kepentingan dipengaruhi karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik. Peran komunikasi politik pemangku kepentingan berhubungan erat dengan pelaksanaan kebijakan perberasan nasional. Secara spesifik, beberapa pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Seperti apa karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan? 2. Bagaimana peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada pelaksanaan kebijakan perberasan? 3. Sejauh mana hubungan karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik dengan peran komunikasi politik pemangku kepentingan pada pelaksanaan kebijakan perberasan?

6 6 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan terhadap pelaksanaan kebijakan perberasan nasional. Secara spesifik tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah meliputi: 1. Mendeskripsikan karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan. 2. Menjelaskan peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada pelaksanaan kebijakan perberasan. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik dengan peran komunikasi politik pemangku kepentingan pada pelaksanaan kebijakan perberasan. Manfaat Penelitian Secara umum hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh komponen masyarakat yang berkepentingan dalam membangun manajemen perberasan nasional. Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai rekomendasi untuk: 1. Bahan informasi bagi stakeholder pertanian, khususnya pemerintah, seperti Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan Perum BULOG. 2. Bahan masukan bagi kalangan legislatif, khususnya komisi IV DPR dalam melakukan tugas dan fungsinya. 3. Bahan informasi dan masukan dalam melakukan advokasi kebijakan perberasan bagi organisasi tani dan LSM yang berbasis pertanian. 4. Bahan masukan dan studi banding bagi peneliti, pengusaha beras dan pihakpihak yang membutuhkan data pelaksanaan kebijakan perberasan di Indonesia. 5. Data dasar bagi penelitian selanjutnya, terutama pihak-pihak yang mau melanjutkan penelitian berikutnya khususnya keterkaitan kebijakan ekonomi politik pangan global dan starategi politik perberasan yang dianut Indonesia.

7 7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Metode survei digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta yang faktual, baik tentang sosial, ekonomi dan politik dari kelompok pemangku kepentingan perberasan pada sejumlah sampel yang dipilih. Populasi penelitian adalah para pemangku kepentingan perberasan, pernah terlibat dalam perumusan kebijakan perberasan, berperan dalam mempengaruhi kebijakan perberasan dan memiliki fokus perhatian pada pelaksanaan kebijakan perberasan nasional serta memiliki konsentrasi terhadap pelaksanaan kebijakan perberasan minimal satu tahun terakhir. Peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan yang diteliti, adalah peran komunikasi politiknya dalam pelaksanaan kebijakan perberasan nasional. Peran komunikasi politik pemangku kepentingan yang dimaksud terkait dengan perannya dalam merespons pelaksanaan kebijakan perberasan nasional yang meliputi; penetapan harga pembelian pemerintah, mekanisme melakukan impor beras, penerapan subsidi benih dan pupuk, pengembangan teknologi dan penyediaan infrastruktur. Beberapa pemangku kepentingan perberasan utama di dalam negeri yang menjadi sampel dalam penelitan ini meliputi: 1. Organisasi tani, merupakan organisasi kemasyarakatan petani di Indonesia yang secara ideologis cenderung bergerak melalui saluran dan partisipasi politik. 2. Pemerintah, merupakan aktor utama pada pelaksanaan kebijakan perberasan sekaligus bertanggung jawab dalam regulator manajemen perberasan di dalam negeri. Unsur utama pemerintah meliputi; Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan Perum Bulog yang masing-masing memiliki fungsi dan otoritas dalam pelaksanaan kebijakan perberasan. 3. Asosiasi pengusaha beras, merupakan para pengusaha yang terkait langsung dengan bisnis beras di dalam negeri dan tergabung dalam asosiasi atau organisasi pengusaha beras. 4. Dewan Perwakilan Rakyat, merupakan lembaga DPR yang membidangi masalah pertanian dan pangan, perkebunan dan kehutanan, perikanan dan kelautan, Bulog dan Dewan Maritim Nasional yaitu komisi IV DPR.

8 8 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kerangka Pemikiran Pemangku kepentingan perberasan merupakan orang-orang yang memiliki kepentingan dan peran strategis serta pengaruh di dalam pelaksanaan kebijakan perberasan nasional. Peran strategis tersebut ditandai dengan terbangunnya manajemen perberasan yang andal berbasis atau bertumpu pada kemampuan di dalam negeri sehingga tidak bergantung pada mekanisme impor. Pihak organisasi tani, asosiasi pengusaha beras, pemerintah dan DPR diduga punya peranan dalam mencapai suksesnya pelaksanaan kebijakan perberasan nasional. Peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan diduga dipengaruhi oleh karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik. Selanjutnya melalui peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan diduga berhubungan dan berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan perberasan nasional. Untuk mengetahui peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada pelaksanaan kebijakan perberasan nasional, maka dilakukan penelitian dengan mengkaji karakteristik personal, karakteristik situasional dan perilaku komunikasi politik sebagai peubah bebas. Peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan sebagai peubah tidak bebas. Penelitian ini mengamati dua peubah, yaitu peubah bebas atau sering juga disebut sebagai peubah pengaruh, dan peubah tidak bebas atau sering juga disebut sebagai peubah terpengaruh (Singarimbun dan Effendi, 2006) Karakteristik personal, yang menjadi fokus pengamatan meliputi umur, pendidikan formal, pengalaman menjabat, dan pendapatan. Karakteristik situasional, yang menjadi fokus penelitian meliputi respons pemanfaatan saluran komunikasi politik, partisipasi politik dan persepsi politik. Perilaku komunikasi politik pemangku kepentingan yang menjadi fokus pengamatan adalah respons mereka terhadap peran media massa khususnya yaitu keterdedahan pada media massa, respons terhadap opini publik dan sikap politik pada pelaksanaan kebijakan perberasan. Indikator peubah peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan dilihat dari respons mereka sehubungan pelaksanaan kebijakan perberasan yang

9 9 meliputi: penentuan harga pembelian pemerintah (HPP), melakukan impor beras, subsidi benih dan pupuk, pengembangan teknologi dan penyediaan infrastruktur. Keterkaitan antar peubah, seperti tersaji pada Gambar 1 berikut ini, diharapkan mampu mengungkap peran komunikasi politik masing-masing pemangku kepentingan (organisasi tani, pemerintah, asosiasi pengusaha beras dan DPR) pada pelaksanaan kebijakan perberasan. Sehingga dapat menghasilkan bahan rekomendasi membangun manajemen perberasan yang kuat dan tepat bagi produsen serta konsumen di dalam negeri untuk masa yang akan datang. Peubah Bebas Peubah Tidak Bebas Karakteristik Personal X 1 Umur X 2 Pendidikan Formal X 3 Pengalaman Menjabat X 4 Pendapatan Karakteristik Situasional (X 5 ) X 5.1 Saluran Komunikasi Politik X 5.2 Partisipasi Politik X 5.3 Persepsi Politik H 1 H 2 Peran Komunikasi Politik Pemangku Kepentingan Pada Pelaksanaan Kebijakan Perberasan (Y) 1. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) 2. Melakukan Impor Beras 3. Subsidi Benih dan Pupuk 4. Pengembangan Teknologi 5. Perbaikan Infrastruktur Perilaku Komunikasi Politik (X 6 ) X 6.1 Keterdedahan pada Media Massa X 6.2 Respons terhadap Opini Publik X 6.3 Sikap Politik H 3 Gambar 1. Kerangka pemikiran peran komunikasi politik pemangku kepentingan pada pelaksanaan kebijakan perberasan

10 10 Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas dirumuskan hipotesis utama dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik personal dengan peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada pelaksanaan kebijakan perberasan. 2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik situasional dengan peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada pelaksanaan kebijakan perberasan. 3. Terdapat hubungan nyata antara perilaku komunikasi politik dengan peran komunikasi politik pemangku kepentingan perberasan pada pelaksanaan kebijakan perberasan.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

Peran Komunikasi Politik Pemangku Kepentingan. pelaksanaan kebijakan perberasan,

Peran Komunikasi Politik Pemangku Kepentingan. pelaksanaan kebijakan perberasan, Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2008, Vol. 06, No. 2 Peran Komunikasi Politik Pemangku Kepentingan M.S. Nasution a), A.V.S. Hubeis b), A. Saleh b) a) Jl. Gn. Batu No.128 Kec. Ciomas-Bogor,

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN

PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN (Kasus Organisasi Tani, Pemerintah, Asosiasi Pengusaha Beras dan DPR) Muhammad Sukri Nasution SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel

Lebih terperinci

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12 Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik Pertemuan 11-12 Apa yang dimaksud dengan komunikasi? Proses komunikasi, Timbul balik Apa kriteria komunikan? Bisa menyaring informasi Bisa memberi respon yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Politik

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Politik TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Politik Komunikasi politik merupakan segala bentuk komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik dan antar sistem tersebut dengan lingkungannya, yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 Solo, 20 November 2013 Yth. Menteri Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Buku Arifin, A Komunikasi Politik, Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi Komunikasi Politik Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Buku Arifin, A Komunikasi Politik, Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi Komunikasi Politik Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Buku Arifin, A. 2003. Komunikasi Politik, Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi Komunikasi Politik Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Arifin, B. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia pada umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca Bahan Makanan (NBM) Indonesia

Lebih terperinci

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI UU RI No 32/2002 tentang penyiaran dan draf perubahan UU RI No 08/1999 tentang perlindungan konsumen UU RI No 23 / 2002 tentang perlindungan anak UU RI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kabinet Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan program pembangunan dengan strategi tiga jalur (triple track strategy) yang berazas pro- growth, pro-employment

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1

Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1 Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1 Beberapa ilmuan melihat komunikasi politik sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan politik. Oleh karena itu komunikasi politik dianggap memiliki fungsi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan antar suatu

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN

PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN (Kasus Organisasi Tani, Pemerintah, Asosiasi Pengusaha Beras dan DPR) Muhammad Sukri Nasution SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan upaya perubahan yang lebih baik

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131 132 STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN

PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN PERAN KOMUNIKASI POLITIK PEMANGKU KEPENTINGAN PADA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBERASAN (Kasus Organisasi Tani, Pemerintah, Asosiasi Pengusaha Beras dan DPR) Muhammad Sukri Nasution SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia adalah untuk: (1) Menjamin

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia adalah untuk: (1) Menjamin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pertanian di Indonesia adalah untuk: (1) Menjamin berlangsungnya hidup masyarakat baik yang hidup disektor pertanian melalui peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat menggagas blueprint cetak biru menuju negara kesejahteraan 2045, digabungkan dengan Nilai-nilai Pancasila,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari 3 kebutuhan pokok yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, kebutuhan pokok tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERSPEKTIF TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Oleh : Dr. M. Iqbal Sultan (Ketua Konsentrasi Komunikasi Massa PPs Unhas) BENGKEL KOMUNIKASI PEMBANGUNAN EFFEKTIF BURSA PENGETAHUAN KAWASAN TIMUR INDONESIA MAKASSAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun daerah. Salah satu dampak dari reformasi tersebut adalah keluarnya Undang-Undang

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai kurun waktu 1976 Indonesia masih termasuk salah satu negara pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah kurun waktu tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

Bahan ajar handout Komunikasi Politik (pertemuan 4 ) STUDI KOMUNIKASI POLITIK 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2

Bahan ajar handout Komunikasi Politik (pertemuan 4 ) STUDI KOMUNIKASI POLITIK 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Bahan ajar handout Komunikasi Politik (pertemuan 4 ) STUDI KOMUNIKASI POLITIK 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Studi komunikasi politik yang terorganisasi dapat ditandai dari analisa teknik propaganda Harold

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan melemahkannya. Birokrasi, misalnya dapat menjadi sarana

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Masyarakat (humas) merupakan bentuk kegiatan dan sekaligus suatu proses komunikasi. Proses komunikasi dalam kegiatan humas merupakan hal yang penting bagi

Lebih terperinci

Tabel Tringulasi Kontroversi Kebijakan Impor Beras Di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Tabel Tringulasi Kontroversi Kebijakan Impor Beras Di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Tabel Tringulasi Kontroversi Kebijakan Impor Beras Di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono No. Daftar Pertanyaan Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti 1. Bagaimana implementasi Dr. Ir. Irfan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. HM Idham Samawi Bupati Bantul Jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai pangan akan menguasai kehidupan, barangkali memang benar. Dalam konteks negara dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Tim Analisis Isi Media. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika

Tim Analisis Isi Media. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika POLICY BRIEF Bidang Kesra, Polhukam dan Ekuin Bulan Maret 2017 Tim Analisis Isi Media Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika BIDANG

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

Karakteristik Komunikator politik 1

Karakteristik Komunikator politik 1 Karakteristik Komunikator politik 1 Oleh: Adiyana Slamet 2 Sosiolog J.D. Halloran, seorang pengamat komunikasi massa mengatakan, bahwa banyak studi komunikasi mangabaikan satu karakteristik proses yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap keberlanjutan komunitas Kampung Adat Cireundeu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai akhir kajian : Kelembagaan adat sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sebuah perusahaan dalam melaksanakan usaha penjualan produk dan jasa tidak lepas dari dukungan manajemen didalamnya termasuk seorang praktisi Public Relations

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Potensi sumberdaya pertanian yang melimpah seharusnya dapat dijadikan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005 ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005 A. Statistik Pertumbuhan PDB 1. Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian dalam arti sempit (Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat esensial dalam sebuah negara, Kehidupan pertanian yang kuat di negara-negara maju bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah yang digulirkan oleh pemerintah setelah runtuhnya rezim Orde Baru merupakan sebuah jawaban atas berbagai gejolak yang terjadi di dalam masyarakat akibat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari

MTH Sri Budiastutik, Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Benih dan Bibit. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari JKB. Nomor 6 Th. IV Januari 2010 50 PENGEMBANGAN SISTEM INSENTIF TEKNOLOGI INDUSTRI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT Oleh : MTH Sri Budiastutik Eddy Triharyanto Susilaningsih ABSTRAK Upaya pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai dan terjangkau oleh seluruh

Lebih terperinci

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

I.1. Latar Belakang strategi  Permasalahan Dari sisi pertanian 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai industri yang mengolah hasil pertanian, yang menggunakan dan memberi nilai tambah pada produk pertanian secara berkelanjutan maka agroindustri merupakan tumpuan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 08 Opini Publik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Opini Publik Opini publik berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perum Bulog, sebagai salah satu perusahaan BUMN memegang peranan penting dalam mengelola stabilitas ketahanan komoditas pangan strategis di indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendefinisikan masalah atau peluang, merencanakan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi dalam kegiatan-kegiatan humas.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendefinisikan masalah atau peluang, merencanakan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi dalam kegiatan-kegiatan humas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelaksanaan pekerjaannya, seorang praktisi humas akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya. Manajemen PR dapat dikatakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci