VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran"

Transkripsi

1 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran terkait pengembangan pada aspek keilmuan dan pengembangan pada aspek praktis pelaksanaan program pembangunan pertanian di lahan sawah. 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman secara Terpadu (PTT) padi sawah oleh petani pelaksana program Prima Tani di Sumatera Barat mempunyai tingkat adopsi dalam kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis dengan persentase capaian 44,76%. Hal ini menunjukkan bahwa komponen-komponen teknologi PTT padi sawah oleh petani belum sepenuhnya diadopsi, dari berbagai komponen teknologi yang diperkenalkan ternyata komponen teknologi panen dan pasca panen mempunyai tingkat adopsi pada kategori sesuai teknis. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis dengan capaian persentase 51,95%. Tingkat capaian adopsi komponen teknologi PTT padi sawah secara berurutan tingkat capaiannya oleh petani di lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

2 284 a) komponen teknologi panen dan pasca panen dengan indikator yaitu: waktu panen, penggunaan alat panen, tempat penumpukan padi sebelum di rontok, waktu perontokan, cara perontokan, waktu pembersihan, melakukan cara pengangkutan gabah dari petak sawah ke tempat perontokan, melakukan cara pengangkutan gabah dari tempat perontokan ke tempat pengeringan, waktu pengeringan, melakukan cara pengeringan dan melakukan penyimpanan, termasuk pada kategori sesuai dengan anjuran teknis 57,04%. Distribusi petani berdasarkan tingkat capaian adopsi teknologi panen dan pascapanen dengan kategori sesuai anjuran teknis 10,06%, tingkat capaian adopsi didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis 66,56%. b) komponen teknologi penyediaan benih dengan indikator yaitu: mutu benih, adanya penggantian benih yang rusak atau mati dan jumlah benih yang digunakan yang sesuai dengan lingkungan setempat, sesuai dengan selera pasar, daya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit dan tahan rebah, adanya penggantian benih yang rusak atau mati dan jumlah benih yang digunakan, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 50,64%. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi benih padi didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis yaitu 61,36%, c) komponen teknologi pelaksanaan persemaian dengan indikator yaitu: pemilihan lokasi persemaian, luas persemaian, pengolahan tanah, ukuran

3 285 bedengan, penambahan bahan, jumlah persemaian, perlakuan pada benih, pengaturan air dan cara pemilihan benih yang baik, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 47,54%. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi persemaian benih padi didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis yaitu 55,52%. d) komponen teknologi cara dan tata tanam dengan indikator yaitu: pengolahan tanah, tanam pindah dengan jajar legowo, penggunaan umur bibit muda, jumlah bibit per lobang, kedalaman bibit yang ditanam, jarak tanam dan penyulaman, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 43,02%. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi tata dan cara tanam capaiannya didominani oleh kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 44,81%. e) komponen teknologi perlindungan tanaman dengan indikator yaitu: ketahanan tanaman, penyiangan, sanitasi lingkungan, pengamatan, pengendalian biologis nabati, cara pemusnahan OPT, eradikasi tanaman, penyemprotan pestisida, cara pemakaian pestisida, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 42,10%. Distribusi petani berdasarkan tingkat tingkat adopsi teknologi perlindungan tanaman didominasi oleh kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 73,38% f) komponen teknologi pengairan berselang dengan indikator yaitu: waktu pengaturan kebutuhan, cara pengaturan kebutuhan air dan pembuatan

4 286 parit, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 41,43%. distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi pengairan secara berselang capaiannya lebih dominan pada kategori kurang sesuai anjuran teknis sebanyak 50,00%. g) komponen teknologi pemakaian pupuk berimbang dengan indikator yaitu: penggunaan dosis pupuk anorganik, dosis pupuk organik/pupuk kandang/kompos, cara pemberian pupuk anorganik, cara pemberian pupuk organik, waktu pemberian pupuk anorganik, waktu pemberian pupuk organik, termasuk pada kategori tidak sesuai dengan anjuran teknis 38,04%. Distribusi petani berdasarkan tingkat capaian adopsi teknologi pemupukan yang berimbang lebih dominan capaiannya pada kategori kurang sesuai anjuran teknis 53,57%, 2. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah adalah dinamika kelompoktani, partisipasi petani, kebijakan pemerintah dan ketersediaan sarana produksi. Faktor-faktor lainnya seperti sikap petani, motivasi, sifat teknologi, pelayanan penyuluhan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah di lokasi penelitian. Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat adopsi PTT padi sawah adalah sebagai berikut: 2.1. Semakin dinamis kelompoktani maka semakin tinggi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah oleh masyarakat tani. Dinamika kelompoktani

5 287 dalam meningkatkan adopsi inovasi teknologi PTT padi sawah tingkat capaiannya adalah 47,76%, termasuk pada kategori kadang-kadang dinamis. Hal ini ditunjukkan dalam kerjasama petani di dalam kelompok, persaingan dalam kelompok dan konflik yang terjadi di dalam kelompok. Kerjasama dalam kelompok menimbulkan rasa kebersamaan yang tinggi, sehingga memungkinkan munculnya gagasan-gagasan atau ide-ide untuk mencapai tujuan Semakin tinggi partisipasi masyarakat tani terhadap inovasi teknologi PTT padi sawah maka semakin tinggi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah oleh masyarakat tani. Partisipasi dari petani terhadap inovasi teknologi PTT padi sawah tingkat capaiannya sebesar 51%, capaian ini termasuk pada tingkat kategori kadang-kadang partisipatinya. Hasil penelitian ini menggambarkan partisipasi petani PTT padi sawah sudah dilakukan dan belum maksimal. Petani kadang-kadang mau berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama-sama dalam kelompoknya untuk menerapkan inovasi teknologi PTT padi sawah. Hal ini ditunjukkan dalam keterlibatan petani di dalam mengambil keputusan menerapkan inovasi teknologi anjuran, keterlibatan dalam penerapan inovasi teknologi, keterlibatan dalam pencapaian hasil panen dan keterlibatan dalam evaluasi inovasi teknologi.

6 Semakin respon pemerintah daerah terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemui oleh petani maka semakin cepat inovasi teknologi diterapkan oleh petani. Kebijakan pemerintah daerah dalam merespon petani PTT padi sawah menunjukkan capaian persentase 46,47%. Tingkat capaian ini termasuk pada kategori kadang-kadang responsif. Distribusi petani berdasarkan kebijakan pemerintah daerah dalam meresponi kegiatan usahatani petani didominasi oleh kategori kurang responsif 68,83%. Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah daerah kadang-kadang ada respon dalam segala hal yang berhubungan dengan pemasaran hasil panen, permasalahan teknis dan non teknis dan pembinaan yang berkelanjutan Semakin tersedia sarana produksi inovasi teknologi PTT padi sawah, maka secara positif akan mempengaruhi tingkat adopsi inovasi teknologi PTT padi sawah. Ketersediaan sarana produksi PTT padi sawah tingkat capaian persentasenya 46,26%, tingkat capaian berada pada kategori kadang-kadang tersedia. Semakin tersedia sarana produksi inovasi teknologi PTT padi sawah maka secara positif akan mempengaruhi tingkat adopsi inovasi teknologi PTT padi sawah. Distribusi petani berdasarkan ketersediaan sarana produksi bagi petani PTT padi sawah didominasi oleh kategori kadang-kadang tersedia 92,53%. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan sarana produksi di lokasi penelitian sudah tersedia tetapi masih belum terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam berusahatani seperti

7 289 ditunjukkan dalam tersedia sarana produksi (ketersediaan lahan, benih padi, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja, lembaga keuangan dan adanya bantuan dari pemerintah). 3. Tingkat keberdayaan petani PTT padi sawah di Sumatera Barat menunjukkan bahwa tingkat capaian 49,56% yang termasuk pada kategori kadang-kadang. 4. Semakin tinggi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah akan meningkatkan keberdayaan petani. Tingkat keberdayaan petani berdasarkan pada kemandirian pengetahuan (intelektual), kemandirian materi dan kemandirian manajemen. 8.2 Implikasi Penelitian Implikasi dari penelitian dampak adopsi teknologi PTT padi sawah terhadap keberdayaan petani ini adalah berupa kontribusi akademik untuk penelitian lebih lanjut yang berkembang dan sebagai pedoman bagi pengambil kebijakan dalam merumuskan pembangunan pertanian tanaman pangan khususnya tanaman padi sawah untuk menuju swasembada pangan Kontribusi dalam Keilmuan Mengadopsi teknologi pertanian petani harus melalui suatu proses mental dan perubahan perilaku, baik berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (phsycomotoric) pada diri seseorang sejak dia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya. Memang tidak mudah merubah perilaku petani, tetapi dengan cara yang tepat dan diiringi dengan percontohan yang

8 290 sederhana keberhasilannya nyata dilihat, petani akan cepat mengadopsi teknologi tersebut tanpa dikomando. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan keterampilannya (Mardikanto, 1991), Suatu inovasi teknologi didesiminasikan kepada pengguna tingkat penerapannya tidak semudah yang dibayangkan, banyak hal yang mempengaruhi teknologi tersebut untuk dapat diadopsi petani. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi petani PTT padi sawah di Sumatera Barat mengadopsi inovasi teknologi dalam kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis, dimana petani mengadopsi teknologi tidak sepenuhnya tapi sesuai dengan kemampuan petani tersebut dalam menerapkannya, karena petani mempunyai berbagai keterbatasan. Keterbatasan yang dimiliki petani seperti pada karekteristik dari petani itu sendiri dimana petani dominan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah yaitu tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan tanggungan keluarga berkisar antara 3-4 orang yang masih membutuhkan biaya pendidikan dan kebutuhan keluarganya. Sikap petani yang masih ragu-ragu dalam menerapkan teknologi. Kurangnya motivasi petani untuk mengadopsi inovasi teknologi, kurang dinamis petani didalam kelompok, ragu-ragu mengakui sifat keunggulan teknologi yang dianjurkan, kurang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama-sama dalam kelompoknya dan dalam penerapan inovasi teknologi dan kurang terlayani petani oleh petugas lapang.

9 291 Pembaharuan konsep proses adopsi oleh Rogers (1983) menekankan kelanjutan alamiah dari adopsi suatu inovasi. Model keputusan inovasi yang terdiri dari lima fungsi atau tahapan yaitu: 1. Tahap pengetahuan (knowledge), tahapan penerimaan inovasi dimulai dari pengetahuan ketika seseorang mengetahui adanya suatu inovasi dan memahami fungsi dari inovasi tersebut. Tahap ini merupakan tahap seseorang individu diarahkan untuk memahami eksistensi dan manfaat dari bagaimana suatu inovasi berfungsi. Tahap dimana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi. 2. Tahap membujuk (persuasi), tahap bujukan merupakan tahap ketika seseorang seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahui, apakah dirinya menyukai atau tidak. Pada tahap ini seseorang membentuk sikap baik atau tidak baik. Bujukan ini umumnya berasal dari luar diri yang berusaha mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk menyukai inovasi. Bujukan yang berhasil mengubah sikap dan perilaku seseorang ditujukan dengan sikap menyukai inovasi tersebut. Sebaliknya, bujukan yang kurang berhasil membuat seseorang tidak menyukai inovasi. 3. Tahap pengambilan keputusan (decision), tahap dimana seseorang membuat keputusan menerima atau menolak inovasi teknologi yang dimaksud. Pada tahap ini seseorang terlibat dalam aktifitas yang mengarah kepada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Hal ini memperlihatkan bahwa seseorang atau kelompok tidak selalu berakhir pada keputusan adopsi seperti yang terdapat pada

10 292 proses adopsi dalam pandangan tradisional. Tahapan ini terbuka kemungkinan seseorang individu atau kelompok untuk sampai pada keputusan mengadopsi atau menolak inovasi teknologi. 4. Tahap implementasi (implementation), tahap seseorang melaksanakan keputusan yang dibuatnya mengenai sesuatu inovasi teknologi. Pada tahap ini seseorang individu menetapkan penggunaan suatu inovasi teknologi. 5. Tahap konfirmasi (confirmation), tahap dimana seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambil tersebut. Pada tahap konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini seseorang individu mencari penguat terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. Tujuannya untuk menguatkan keputusan yang telah diambil sebelumnya. Tujuan untuk menguatkan keputusan yang sudah diambil tepat atau belum. Berdasarkan hal tersebut dukungan dari pihak lain atau hasil pengalaman dari pihak lain menjadi sangat penting. Hasil temuan menunjukkan perspektif baru atas konsep proses adopsi oleh Rogers (1983) dimana terdapat perbedaan yang ditemui dilapangan yaitu petani setelah mengetahui adanya inovasi teknologi tidak menerapkan sepenuhnya inovasi teknologi tersebut. Namun petani juga tidak menolak teknologi baru, tetapi tidak menerapkan sepenuhnya teknologi baru tersebut. Petani menerapkan inovasi teknologi tidak sepenuhnya sesuai anjuran tetapi disesuaikan dengan kemampuan

11 293 sumberdaya dari petani sendiri dan kebiasaan yang telah mereka lakukan sebelum adanya teknologi baru. Berdasarkan deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah dimana kebijakan pemerintah daerah kadang-kadang respon dan kadang-kadang tidak respon dalam mengatur kegiatan usahatani petani, baik merespon permasalahan teknis dan non teknis yang dihadapi petani. Ketersediaan sarana produksi bagi petani PTT padi sawah kadang-kadang tersedia dan kadang-kadang tidak tersedia, sehingga petani yang respon dengan inovasi teknologi menjadi kurang semangat dalam mengadopsi inovasi teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Van den Ban dan Hawkins (1999) Keputusan petani untuk menerapkan maupun menolak mengadopsi inovasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bukan hanya berasal dari diri individu petani melainkan dapat juga yang ada diluar diri individu. Berbagai faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi antara lain adalah sifat-sifat inovasi, tipe keputusan inovasi, saluran komunikasi, ciri sistem sosial, gencarnya usaha agen pembaru dalam mempromosikan inovasi. Hasil penelitian penulis tentang faktor faktor yang berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi PTT padi sawah adalah partisipasi petani, dinamika kelompoktani, kebijakan pemerintah daerah dan ketersediaan sarana produksi. Sedangkan faktor-faktor sikap petani, motivasi, sifat teknologi, pelayanan penyuluhan, tidak nyata pengaruhnya terhadap tingkat adopsi teknologi PTT padi

12 294 sawah pada lokasi penelitian. Soekartawi (2005) menyebutkan terdapat beberapa hal penting yang juga mempengaruhi adopsi inovasi. Cepatnya proses adopsi inovasi juga sangat tergantung dari faktor intern dari adopter itu sendiri, antara lain: umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalism, sistem kepercayaan tertentu dan kateristik psikologi. Pada sikap petani terhadap inovasi teknologi PTT padi sawah terlihat petani masih belum mendukung sepenuhnya tehadap inovasi teknologi karena berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti kurangnya keyakinan petani mengenai inovasi teknologi (kognitif), perasaan mengenai inovasi teknologi (afektif) dan kecenderungan untuk menerapkan inovasi teknologi (konatif) dari petani sendiri. Petani juga belum penuh motivasinya dalam menerapkan inovasi teknologi PTT padi sawah ini dengan tingkat kategori sedang. Petani kategori sedang keinginanannya untuk berprestasi, berkuasa dan berkeinginan untuk berafiliasi. Newstrom dalam Ibrahim dkk (2003) menyatakan seseorang akan lebih termotivasi bila orang tesebut sedang berusaha mencari atau memenuhi kebutuhan yang sedang dicari daripada kebutuhan yang sudah dapat mereka penuhi. Motivasi petani PTT padi sawah belum bisa memenuhi sepenuhnya teori tiga kebutuhan oleh David Mc. Cleland teori ini menyatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa orang mempunyai tiga jenis kebutuhan yaitu Need for achievement (n Ach) atau kebutuhan mencapai

13 295 kemajuan/prestasi, yaitu bahwa setiap orang ini dipandang sebagai orang yang berhasil dalam kehidupannya. Need for power (n Po) atau kebutuhan akan kekuasaan menampakkan dirinya pada keinginan untuk mencapai pengaruh terhadap orang lain. Need for Affiliation ( n Aff) atau kebutuhan efiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan ini tercermin pada keinginan untuk bersahabat dan berinteraksi dengan orang lain. Faktor sifat inovasi teknologi PTT padi sawah tidak nyata pengaruhnya terhadap tingkat adopsi teknologi, pencapaian persentasenya dalam kategori kadangkadang. Berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti petani belum merasakan secara maksimal keuntungan dari usahataninya, kerumitan dalam pelaksanaan usahataninya lebih dirasakan oleh petani, kemudahan untuk dicobakan dan diamati. Faktor pelayanan penyuluhan pada inovasi teknologi PTT padi sawah pencapaian persentasenya dalam kategori kadang-kadang. Hal ini berarti pelayanan penyuluhan belum mampu mempercepat penyerapan inovasi teknologi PTT padi sawah, karena belum optimalnya pelayanan penyuluhan yang diterima petani yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti metode penyuluhan yang belum tepat sasaran, pendekatan ke petani yang belum tepat, materi penyuluhan yang kurang sesuai dengan kebutuhan petani dan bimbingan teknis dilapangan yang makin berkurang sehingga inonasi teknologi masih relatif rendah tingkat adopsinya. Keberdayaan masyarakat tani merupakan suatu keadaan daya, kemampuan individu dan masyarakat untuk berusahatani secara mandiri. Hasil temuan baru dalam

14 296 penelitian ini terlihat bahwa tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah berdampak terhadap keberdayaan petani. Peningkatan dan pengurangan tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah oleh petani akan mempengaruhi keberdayaan petani. Wilson (1996), memaparkan 4 tahapan dalam proses pemberdayaan sebagai berikut: Awakening atau penyadaran, pada tahap ini masyarakat disadarkan akan kemampuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki serta rencana dan harapan akan kondisi mereka yang lebih baik dan efektif. Understanding atau pemahaman, lebih jauh dari tahapan penyadaran masyarakat diberikan pemahaman dan persepsi baru mengenai diri mereka sendiri, aspirasi mereka dan keadaan umum lainnya. Proses pemahaman ini meliputi proses belajar untuk secara utuh menghargai pemberdayaan dan tentang apa yang dituntut dari mereka oleh komunitas. Harnessing atau memanfaatkan, setelah masyarakat sadar dan mengerti mengenai pemberdayaan, saatnya mereka memutuskan untuk menggunakannya bagi kepentingan komunitasnya. Using atau menggunakan keterampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Disini belum rincinya penjelasan tentang hasil dari pemberdayaan masyarakat, hasil penelitian yang dilakukan lebih rinci yang mengarah kepada keberdayaan masyarakat melalui kemandirian dari masyarakat yaitu kemandirian intelektual, kemandirian manajemen dan kemandirian materi. Menurut Sulistyani, (2004) bahwa keberdayaan masyarakat adalah kemampuan individu dan masyarakat untuk menjadi mandiri meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

15 Implikasi Kebijakan Penelitian ini memberikan masukan dalam penerapan teknologi PTT padi sawah, berdasarkan hasil penelitian diketahuinya komponen-komponen teknologi yang harus mendapat perhatian karena pada kategori tidak sesuai teknis dan kurang sesuai anjuran teknis, dimana petani belum sepenuhnya dalam penerapan teknologi anjuran, sehingga bisa dirancang strategi sistem diseminasi teknologi PTT padi sawah yang tepat dan berkelanjutan. Ada beberapa hal yang menjadi prioritas perhatian dalam tingkatan adopsi komponen teknologi PTT padi sawah dilokasi penelitian yaitu pada komponen teknologi penggunaan pupuk yang berimbang masuk kategori tidak sesuai anjuran teknis, perlu diupayakan bagaimana pupuk bisa diperoleh oleh petani dengan jalan pengelolaannya melalui kelompoktani dan berbagai kemudahan lainnya. Komponen teknologi pengaturan air secara berselang, perlindungan tanaman, cara dan tata tanam, persemaian benih, penggunaan benih termasuk pada kategori kurang sesuai anjuran teknis dan hanya panen dan pasca panen yang sudah sesuai anjuran teknis dalam penerapannya. Diketahuinya komponen teknologi yang belum sesuai dengan anjuran teknis maka menjadi skala prioritas bagi pihak terkait dalam pembinaan kepada petani PTT padi sawah. Meningkatnya adopsi teknologi PTT padi sawah oleh petani akan menunjang program pemerintah melakukan swasembada padi dan

16 298 keberdayaan masyarakat tani di Sumatera Barat. Meningkatnya adopsi teknologi di masyarakat tani akan dapat meningkatnya produksi dan pendapatan petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi PTT padi sawah adalah partisipasi petani, dinamika kelompoktani, kebijakan pemerintah daerah dan ketersediaan sarana produksi. Pada partisipasi petani dalam mengadopsi teknologi masuk kategori kadang-kadang partisipasinya 51%. Capaian nilai pada partisipasi hampir merata di tiap-tiap indikator, mulai dari keterlibatan petani dalam mengambil keputusan untuk menerapkan inovasi teknologi bersama-sama didalam kelompok, keterlibatan petani dalam menerapkan inovasi teknologi, keterlibatan petani dalam pencapaian hasil dan melakukan evaluasi terhadap inovasi teknologi anjuran (Tabel.6.9). Pada dinamika kelompoktani tingkat capaiannya adalah 49,15% termasuk pada kategori kadang-kadang dinamis. Hal ini menunjukkan bahwa kedinamisan pada kelompoktani PTT padi sawah sudah berjalan tetapi masih belum secara maksimal, masih adanya petani bekerja secara sendiri-sendiri dalam usahataninya. Kerjasama dalam kelompok menimbulkan rasa kebersamaan yang tinggi, sehingga memungkinkan munculnya gagasan-gagasan atau ide-ide untuk mencapai tujuan. (Tabel 6.5). Kebijakan pemerintah daerah dalam merespon petani PTT padi sawah menunjukkan capaian 46,47%, capaian ini termasuk pada kategori kadang-kadang. Demikian juga pada semua indikator kebijakan pemerintah daerah terhadap petani

17 299 capaian persentasenya pada kategori kadang-kadang seperti pemasaran hasil, mengatasi permasalahan teknis dan non teknis dan melakukan pembinaan yang berlanjut (Tabel 6.13). Berdasarkan tingkat capaian adopsi teknologi PTT padi sawah, tingkat keberdayaan petani, faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi dan dampak tingkat adopsi teknologi inovasi PTT padi sawah terhadap keberdayaan petani di provinsi Sumatera Barat sangat perlu pembinaan lanjutan, sehingga keberhasilan suatu program pertanian akan dapat diwujudkan.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 31 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi merupakan salah satu program pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pertanian) untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia Perkembangan pertanian organik diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu

Lebih terperinci

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP: PROSES DISEMINASI TEKNOLOGI EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN KEMUMU KECAMATAN ARGAMAKMUR KABUPATEN BENGKULU UTARA Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Uns Ke 41 Tahun 2017 "Peranan SDM Pertanian dan Perkebunan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional" Tingkat Penerapan Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Pendekatan Teori 1. Sistem Tanam Jajar legowo Menurut Badan Litbang Pertanian (2013), sistem tanam jajar legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS Indra Gunawan, Wasrob Nasruddin, dan Rudi Hartono Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun demikian sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun 2000-2010 jumlah penduduk Indonesia meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi Sawah Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan Pertanian yaitu 1. swasembada dan swasembada berkelanjutan, 2. diversifikasi pangan, 3. peningkatan nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Mukhlis Yahya Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan ABSTRACT Pengelolaan

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional Pada pengertian sebenarnya organik tidak hanya tertuju pada produk atau kandungan bahan-bahan di dalamnya,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA

PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA Sri Bananiek 1, Agussalim 1 dan Retna Qomariah 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah. PENDAHULUAN Latar Belakang Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan pada masa pembangunan saat ini. Kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Konvensional Pertanian Konvensional adalah sistem pertanian tradisional yang mengalami perkembangan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Pertanian Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH Oleh : Drh. Saiful Helmy Pendahuluan Dalam rangka mendukung Upaya Khusus Pajale Babe yang digalakkan pemerintah Jokowi, berbagai usaha dilakukan untuk

Lebih terperinci

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah 19 Desember 2016 Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah Inovasi senantiasa mencakup 2 komponen: 1. Komponen gagasan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. manusia untuk meningkatkan dan pemerataan taraf hidup semua anggota

BAB I. PENDAHULUAN. manusia untuk meningkatkan dan pemerataan taraf hidup semua anggota BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Wilayah Perdesaan adalah suatu proses perubahan yang berkelanjutan di bidang fisik, sosial ekonomi dan lingkungan yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konferensi Bali dan berbagai organisasi dunia, baik lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga pemerintah, sudah mengakui dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor, khususnya

Lebih terperinci

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (ORYZA SATIVA L.) (Suatu Kasus Di Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi

Lebih terperinci

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN PENDAHULUAN Kelompok tani merupakan ujung tombak pembangunan

Lebih terperinci

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Pabuaran, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian PENDAHULUAN 1. Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat di perdesaan, Departemen Pertanian memfokuskan

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) (Studi Kasus Pada Kelompoktani Angsana Mekar Desa Cibahayu Kecamatan Kadipaten Kabupaten ) Oleh: Laras Waras Sungkawa

Lebih terperinci

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Lebih terperinci

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati METODE DEMONSTRASI Oleh :Tuty Herawati Metode demonstrasi sering kali dipandang sebagai metode yang paling efektif, karena metode seperti ini sesuai dengan kata pepatah seeing is believing yang dapat diartikan

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2008, Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah meluncurkan salah satu program pemberdayaan petani dengan sebutan Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu.

Lebih terperinci

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166 INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,

Lebih terperinci

Agriekonomika, ISSN Volume 3, Nomor 1 PERSEPSI DAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH

Agriekonomika, ISSN Volume 3, Nomor 1 PERSEPSI DAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH Agriekonomika, ISSN 2301-9948 April, 2014 PERSEPSI DAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH Irma Audiah Fachrista dan Mamik Sarwendah Balai Pengkajian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 19 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Prima Tani merupakan salah satu program Badan Litbang Pertanian yang di dalamnya terdapat unsur inovasi. Sebagai suatu inovasi, Prima Tani diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Tani Kelompoktani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya)

Lebih terperinci

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU Kegiatan SL-PTT di Gapoktan Sawargi telah berlangsung selama empat kali. SL-PTT yang dilaksanakan adalah SL-PTT padi.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH Andi Ishak, Bunaiyah Honorita, dan Yesmawati Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali 151 152 Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian Chi Square = 112.49, df=98 P-value=0.15028, RMSEA=0.038, CFI=0.932 153 Lampiran 3. Data deskriptif

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 011 ISBN 78-0-147-0- 115 Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming),

Lebih terperinci