UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BENDA CAGAR BUDAYA KOTA GORONTALO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA ( Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menempuh Ujian Tesis Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : Renol Hasan S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

2 digilib.uns.ac.id ii

3 digilib.uns.ac.id iii

4 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Renol Hasan NIM : S Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul BENDA CAGAR BUDAYA KOTA GORONTALO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH ( Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo ) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan sayat tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta, Yang membuat pernyataan, Renol Hasan iv

5 digilib.uns.ac.id MOTTO Jangan Berhenti Bermimpi Sang Juara Dihasilkan Dari Keinginan, Impian, dan Visi Yang Kuat v

6 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tua pahlawanku Yunus Hasan, Aisah Humolanggi, dan adik-adiku tercinta Refliyanto Hasan, Alfira Hasan. Untuk seluruh keluargaku yang selalu memberi support. Untuk Kanti Letari, terimakasih atas kepercayaan dan kesabaranya. Untuk sahabat-sahabatku yang bersama-sama belajar berilmu dan berkarya vi

7 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan bimbingan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta perngorbanan kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Ir Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah dan Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan studi di Pascasarjana ini. 4. Prof. Djoko Suryo selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis commit ini. to user vii

8 digilib.uns.ac.id 5. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini. 6. Kedua orang tua pahlawanku Yunus Hasan, Aisah Humolanggi, adik-adiku tercinta Refliyanto Hasan, Alfira Hasan, yang penuh perhatian serta doadoanya selalu menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar. 7. Segenap civitas akademika Jurusan Pendidikan Sejarah di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo, yang memberikan dukungan penuh pada pelaksanaan penelitian ini. 8. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama bersama-sama menempuh studi, serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini. Akhirnya, penulis berharap semoga bantuan dan dorongan semangat serta amal baik dari semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti dapat menjadi amal ibadah dan amal kebaikan, serta mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yang Maha Kasih. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Surakarta, 2012 Penulis viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... PERNYATAAN... MOTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi vii ix xii xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv ABSTRAK... ABSTRACT... xv xvi BAB I : PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR... 7 A. Kajian Teori Pengertian Sejarah Belajar Sejarah ix

10 digilib.uns.ac.id 3. Cagar Budaya Benda Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar Sejarah B. Penelitian Yang Relevan C. Kerangka Berpikir BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitan B. Bentuk Dan Strategi Penelitian C. Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Cuplikan F. Validitas Data G. Teknik Analisis Data BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Latar Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Kota Gorontalo Tingkat Pendidikan di Kota Gorontalo B. Sajian Data Deskripsi Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Keberadaan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo Jenis Jenis Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo Sumber Belajar Sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo x

11 digilib.uns.ac.id C. Pokok Temuan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Sebagai Sumber Belajar Sejarah Dalam menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Pemahaman Mahasiswa pendidikan sejarah Universitas Negeri Gorontalo Terhadap peninggalan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo D. Pembahasan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Sebagai Sumber Belajar Sejarah Dalam Menunjang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Pemahaman Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Terhadap Peninggalan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo BAB V : PENUTUP A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Luas Wilayah Kota Gorontalo Menurut Kecamatan Table 2. Jumlah Pemeluk Agama di Kota Gorontalo Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Gorontalo Menurut Pendidikan Akhir Tabel 4. Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Menurut SK Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Gorontalo Tabel 5. Lokasi Benda Cagar Budaya Menurut Peta Kewilayahan Tabel 6. Kondisi dan Keberadaan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo Tabel 7. Jenis dan Golongan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo Berdasakan Kriteria Menurut Jenis Fisik Keaslian Bentuk Bangunan dan Situs Tabel 8. Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Berdasarkan Keberadaan dan Jenis Pengklasifikasian Yang Masih Tersisa Sampai Dengan Saat Ini Tabel 9. Ketersediaan Bahan Ajar/Buku pada Perpustakaan Referensi Jurusan Pendidikan Sejarah Tabel 10. Prosentase Daerah Asal Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Tabel 11. Jumlah Mahasiswa Semester III Menurut Daerah Asal Tabel 12. Pemahaman dan Pengetahuan Mahasiswa Semester III Tentang Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Tabel 13. Pemahaman Mahasiswa Semester III Tentang Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir Gambar 2. Model Analisis Interaktif Gambar 3. Benteng Otanaha Gambar 4. Makam Keramat Ju Panggola Gambar 5. Makam Keramat Nenek Taibi Gambar 6. Makam Keramat Pulubangga Gambar 7. Makam Keramat Haji Bu ulu Gambar 8. Mesjid Hunto Gambar 9. Makam Keramat Ta'jailoyibuo Gambar 10. Makam Keramat Aulia Ta Ilayabe Gambar 11. Pemandian Bak Potanga Gambar 12. Kantor PT Penli Nusantara Gambar 13. Kantor Pos Gorontalo xiii

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 2. Foto Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kota Gorontalo Oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Lampiran 3. Daftar Informan, Pedoman Wawancara dan Kuesioner Lampiran 4. Catatan Lapangan Lampiran 5. Silabus Lampiran 6. Bahan Ajar Lampiran 7. Contoh Tugas Mahasiswa xiv

15 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Renol Hasan, S Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Sebagai Sumber Belajar Sejarah (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo). Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran sejarah kebudayaan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo; (2) Pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya di Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan bentuk studi kasus tunggal terpancang. Sumber data terdiri atas narasumber, arsip/dokumen dan tempat aktivitas. Data digali melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumen terkait. Untuk validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi data dan trianggulasi sumber. Analisa data menggunakan model analisis interaktif untuk mendapatkan simpulan berdasarkan reduksi dan sajian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum semua mahasiswa di jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo mengetahui jenis benda cagar budaya Kota Gorontalo. Mahasiswa belum mengetahui dan memahami nilai historis yang terkandung dalam masing-masing benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. Kurangnya pemahaman mahasiswa tersebut disebabkan oleh kaburnya deskripsi dari benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo dan belum optimalnya pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo pada mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia sebagai sumber belajar sejarah. Proses identifikasi dengan observasi lapangan dapat mendorong mahasiswa mengetahui keberadaan benda cagar budaya dan memanfaatkannya sebagai sebagai sumber belajar sejarah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memanfaatkan benda cagar budaya sebagai salah satu sumber belajar sejarah dalam pembelajaran sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah Universit as Negeri Gorontalo. Diharapkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan benda cagar budaya ini dapat menumbuhkan sikap pelestarian benda cagar budaya sebagai sumber informasi untuk memperkuat identitas masyarakat Kota Gorontalo dalam kegiatan pembelajaran. xv

16 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Renol Hasan, S Gorontalo Cultural Heritage Object as a Source Of Learning History (Case Of Studi at Historical Education Departement, Gorontalo State University). Thesis postgraduate program of Sebelas Maret University, Surakarta. The aims of this research are to know : (1) Utilization of Gorontalo cultural heritage object as a learning source to supporting the historical culture studies at historical education Departement Gorontalo State University, (2) Understanding of student at historical education departement gorontalo state university viewed by the gorontalo cultural heritage object. This research was conducted ini the Social Science Faculty, historical education Departement Gorontalo State University. This research method used qualitative with form a single case study. Data sources consist of informant, archives/documents and activities place. Data collected through in depth interview, observation and related documents. For data validity performed with data triangulation technique and source triangulation. Data analysis using interactive analysis model to get conclusion based on reduction and data presentation. The result of this research showed that not at all student ini historical education Departement, Gorontalo State University know that kind of Gorontalo cultural heritage object. Student doesn t know and understad historis value who contained in each of the cultural heritage object at Gorontalo. Low of student understanding caused blurring description from the Gorontalo cultural heritage object and yet optimally utilization the Gorontalo cultural heritage object in Indonesia historican culture lesson as a learning source. The process of identification with the field observations may encourage students to know the existence of cultural heritage object and use it as a source of history learning. The result this research is expected to be considerate material to utilize the heritage culture as a historical learning source ini historical education Departement Gorontalo State University. Expected by optimalizing the utilization of cultural heritage object can grow up the atitude preservation of cultural heritage object as a soure information being strenght the identity of Gorontalo society in learning activities. xvi

17 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah panjang Kota Gorontalo mencatat bahwa banyak bangunan benda cagar budaya bersejarah menyimpan kenangan masa lalu dan menjadi bukti perkembangan Kota Gorontalo itu sendiri. Bangunan-bangunan benda cagar budaya bersejarah tersebut adalah bagian dari bangunan cagar budaya yang mencerminkan dinamika kehidupan masyarakat Gorontalo. Peninggalan sejarah berupa bangunan benda cagar budaya sangatlah bermanfaat sebagai pembangkit motivasi, kreativitas dan mengilhami generasi muda untuk memahami sejarah dan identitas Kota Gorontalo. Pembangunan disegala lini kehidupan sosial budaya di Kota Gorontalo dewasa ini telah mebawa keberhasilan dan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Gorontalo, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya tingkat aktivitas dan pembangunan yang menghiasi wajah Kota Gorontalo. Wajah-wajah baru pembangunan ini mulai marak di dalam beberapa konsep di wilayah Kota Gorontalo, akan tetapi kebanggaan dan keberhasilan pembangunan ini justru malah meresahkan sejarawan dan budayawan yang ada di Kota Gorontalo. Hal yang demikian disebabkan karena konsep pembangunan yang mulai diusung oleh pemerintah Kota Gorontalo telah menenggelamkan ciri khas bangunan benda cagar budaya peninggalan sejarah Kota Gorontalo itu sendiri. Benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo berupa benteng, bangunan bangunan tua peninggalan Belanda, makam raja dan wali yang 1

18 digilib.uns.ac.id 2 dianggap keramat oleh masyarakat Kota Gorontalo. Ciri khas dan wujud benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo dapat kita lihat dari bentuk fisik dan material bangunan yang berbeda dengan daerah lain. Beberapa bangunan menggunakan bahan dasar campuran yang berasal dari putih telur Maleo, salah satu diantaranya adalah bangunan benteng Otanaha. Benda cagar budaya sebagai salah satu bagian dari pembangunan nilai dalam pendidikan ternyata belum sepenuhnya dimanfaatkan. Keberadaan benda cagar budaya Kota Gorontalo ini dapat dijadikan sumber belajar, fenomena ini seharusnya dapat mendorong proses pembelajaran sejarah perlu diperhatikan kembali khususnya di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah belum optimal diterapkan, khususnya untuk membangun pemahaman akan identitas keberadaan benda cagar budaya itu sendiri. Pemanfaatan benda cagar budaya masih terfokus pada peninggalan kuno di luar Kota Gorontalo seperti komplek percandian dan situs-situs kuno dibeberapa daerah di Jawa. Hal ini nampak dengan benda cagar budaya Kota Gorontalo yang masih dinarasikan dalam bentuk penjabaran secara umum, sedangkan di Kota Gorontalo sendiri memiliki banyak benda cagar budaya yang mempunya nilai historis yang tidak jauh berbeda dengan benda cagar budaya yang ada di luar Kota Gorontalo dan Jawa. Pembelajaran sejarah yang selama ini dikategorikan sebagai suatu materi yang kering dan monoton sebaiknya memanfaatkan benda cagar budaya di Kota Gorontalo yang mencerminkan Kota Gorontalo itu sendiri sebagai daerah yang

19 digilib.uns.ac.id 3 memiliki benda cagar budaya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Dengan cara ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo dapat lebih efektif memahami identitas nilai-nilai historis benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. Kondisi benda cagar budaya di Kota Gorontalo pada saat ini sebagian besar tidak begitu terawat. Minimnya informasi, tingkat kepedulian dan peranan lingkungan semakin mengaburkan nilai-nilai historis keberadaan benda cagar budaya yang ada, sehingga kesadaran pentingnya benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah harus dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan dengan baik. Benda cagar budaya tempat terjadinya peristiwa penting/bersejarah dapat dipergunakan sebagai sumber penghubung dengan masa lalu dapat dijadikan sarana pembelajaran serta membuka kesadaran pentingnya menghayati proses nilai-nilai historis yang tersirat di dalamnya. Keberadaan benda cagar budaya Kota Gorontalo bisa mewakili proses pembangunan bangsa ini, karena beberapa bangunan benda cagar budaya tersebut mampu mencerminkan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa Indonesia secara nasional. Hasil kontinuitas pembelajaran tersebut dengan pasti dapat menumbuh kembangkan rekonstruksi dan pemahaman nilai sejarah untuk melestarikan nilainilai historis benda cagar budaya. Tujuannya agar mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo dapat mengetahui akar sejarah dan budaya Kota Gorontalo dengan jelas. Kejelasan pemahaman nilai sejarah tersebut dapat menjadi filter terhadap perkembangan jaman dan tetap memperhatikan

20 digilib.uns.ac.id 4 pelestarian benda cagar budaya sebagai peninggalan sejarah yang masih tersisa di Kota Gorontalo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo? 2. Bagaimankah pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya di Kota Gorontalo? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran sejarah kebudayaan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo. 2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.

21 digilib.uns.ac.id 5 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek teoritis. 1. Manfaat praktis, Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai untuk pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam memecahkan permasalahan tentang betapa pentingnya pembelajaran sejarah itu sendiri demi pelestarian peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. 2. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar, khususnya dalam hal ini dosen pemberi mata kuliah agar dapat menjadikan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah yang dapat menumbuhkan kesadaran mahasiswa terhadap pelestarian peninggalan benda cagar budaya b. Mendorong mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo untuk mengetahui keberadaan dan jenis benda cagar budaya sebagai peninggalan bersejarah di Kota Gorontalo. c. Dapat mengetahui proses pemahaman mahasiswa dalam pemanfaatan cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah pada pembelajaran sejarah melalui model observasi sehingga membuka cakrawala belajar dan berpikir mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo bahwa belajar sejarah dapat dilakukan dimana saja.

22 digilib.uns.ac.id 6 d. Diharapkan hal ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang lebih lanjut kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang lain.

23 digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Pengertian Sejarah Sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, langsung atau tidak langsung masa lampau senantiasa menjadi memory yang akan memberikan pengalaman, pembelajaran, kesan dan peringatan bagi manusia dalam bersikap dan beraktivitas di masa kini dan masa mendatang. Sejarah merupakan pelajaran dan pengalaman yang dapat membimbing hidup manusia yang lebih baik. Ini berarti hidup manusia itu dapat dikatakan selalu berada dalam tataran sejarah. Ada dua konsep sejarah yaitu sejarah sebagai keseluruhan tindakan manusia di masa lampau (sejarah sebagai peristiwa) dan sejarah merupakan gambaran masa lampau yang dibuat oleh manusia sekarang (sejarah sebagai cerita/narasi). Sejarah adalah suatu studi masa lampau, suatu studi yang hasilnya secara ideal merupakan suatu penyajian masa lalu sebagaimana adanya. Sebagai suatu studi yang menampilkan suatu kenyataan; tidak hanya dapat dinikmati adanya, tetapi juga secara moral berguna di dalam pengajaran. Sejarah divalidasi oleh ketepatan metode ilmu pengetahuan; dengan penguatan objektivitasnya yang bersumber dari fakta dan menghasilkan suatu laporan kebenaran. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki metode yang objektif, artinya menghasilkan suatu kebenaran yang berdasarkan 7

24 digilib.uns.ac.id 8 pada bukti yang memang benar-benar ada. Sejarah bukanlah dongeng yang bersifat fiksi atau khayalan, peristiwa masa lalu memang benar-benar ada berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Selain sebagai ilmu, sejarah juga berguna dalam pengajaran. Sejarah akan mengajarkan moral, belajar kebaikankebaikan pada masa lalu. Sejarah adalah studi tentang manusia, manusia dalam kehidupan masyarakat. Kehidupan manusia akan direkam oleh sejarah. Dalam merekam tersebut, akan diketahui perubahan masyarakat yang terus-menerus, ide-ide yang mengandung aksi-aksi masyarakat, dan kondisi-kondisi material yang telah membantu atau merintangi perkembangan aksi masyarakat tersebut. Kesimpulan yang dapat kita nyatakan dari definisi-definisi tersebut yaitu sejarah merupakan studi tentang manusia sebagai individu maupun kelompok dalam konteks waktu dan ruang. Sejarah adalah studi tentang kehidupan masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup manusia akan memberikan pelajaran bagi kehidupan manusia kelak. Berdasarkan gambaran di atas, maka mempelajari sejarah adalah mempelajari proses kehidupan manusia dengan segala aspek kehidupannya melalui ruang dan waktu. Struktur keilmuan sejarah meliputi tingkatan proses kehidupan manusia yaitu tentang dasar keilmuan sejarah, kehidupan masyarakat, perkembangan masyarakat beserta pengaruhnya, perjuangan dan kerjasama dunia internasional serta peristiwa-peristiwa mutakhir yang terjadi sebagai wacana pengayaan.

25 digilib.uns.ac.id 9 Secara jelas dan rinci Isjoni (2007: 19) memberikan batasan tegas bahwa sejarah adalah kajian tentang masa lampau manusia dengan aktivitasnya di bidang politik, militer, sosial, agama, ilmu pengetahuan dan hasil kreativitasnya. Pemahaman sejarah sebagai suatu disiplin ilmu merupakan hasil intepretasi yang diperlukan kejelasan, kevalidan dan kredibilitas bukti sejarah yang dianalisis dan dibangun narasinya sebagai ungkapan kehidupan masyarakat di masa lampau. Dari sini jelas bahwa pengertian sejarah mengandung negara manusia, peristiwa, masa lampau, catatan/rekaman peristiwa, ruang kejadian dan kronologis yang diinterpretasikan secara ilmiah. Pengertian sejarah terikat dengan lima karakteristik pokok yaitu peristiwa/kejadian, manusia sebagai pelaku sejarah, ruang atau tempat kejadian suatu peristiwa, waktu terjadinya peristiwa masa lampau dan hasil rekonstruksi ilmiah dari peristiwa itu sendiri. Perubahan dan perkembangan sejarah sebagai aktivitas manusia digambarkan dalam bentuk gerak live circle yaitu (1) kegagalan (breakdown); (2) kehancuran (disintegration); dan (3) kehilangan (disolution) sebagai periode keruntuhan setelah melewati masa lahir dan perkembangan. Perubahan sejarah memperlihatkan adalah perkembangan aktivitas manusia sebagai jawaban (response) terhadap tantangan (chalengge) yang datangnya dari alam, manusia maupun peperangan. Dengan memahami pengetahuan sejarah secara benar mendorong pemahaman akan kepastian identitas dan makna dari pengetahuan sejarah itu sendiri. Sejarah berguna secara baik berupa ilmu pengetahuan dan ekstrinsik sebagai liberal education yaitu proses pendidikan moral, penalaran, politik,

26 digilib.uns.ac.id 10 kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan keragaman ilmu bantu, latar belakang, rujukan dan bukti. Dampak mempelajari dan memahami sejarah adalah terjadi proses pendidikan untuk memberikan inspirasi dan pengalaman yang dapat membantu mengembangkan pengertian dan penghargaan terhadap warisan, tradisi dan nilai-nilai kejuangan. Unsur pembelajaran dan pendidikan intelektual sejarah tidak hanya memberikan gambaran tentang masa lampau, tetapi juga memberikan latihan berpikir kritis, menarik kesimpulan, menarik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Latihan berpikir kritis dilakukan dengan pendekatan analitis yang salah satunya untuk menjawab komponen pemahaman sejarah yaitu menjawab why dan how sehingga peserta didik/mahasiswa terlatih berpikir kritis dan analitis. Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kesadaran ini merupakan kesadaran sejarah yang digunakan untuk menggali kembali suatu pemahaman bahwa suatu peristiwa atau kejadian perlu didukung tampilnya suatu tokoh, benda atau bangunan masa lampau (benda cagar budaya) yang selalu terwujud dalam hubungan dinamik dengan faktor juang dan waktu. Oleh sebab itu, kesadaran sejarah dan pemahaman sejarah menjadi satu kesatuan sikap penisbian terhadap kejadian, peristiwa, tokoh dan kebendaan masa lampau dengan memandangnya secara kritis. Istilah sejarah memiliki 3 ( tiga ) makna, yakni sejarah sebagai peristiwa masa lampau, sejarah sebagai kisah tentang masa lampau, dan sejarah sebagai ilmu tentang masa lampau. Atau dengan singkat: sejarah berarti sejarah sebagai

27 digilib.uns.ac.id 11 peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai ilmu ( Nugroho Notosusanto, 1984 : 10 ). Sejarah sebagai peristiwa atau kejadian sama artinya dengan geschichte dalam bahasa Jerman yang berasal dari kata geschehen yang berarti pula telah terjadi atau kejadian, yang sama pula artinya dengan res gestae dalam bahasa Latin ( Collingwood, 1956 ) yang bermakna hal-hal yang telah terjadi. Sejarah dalam pengertian sejarah sebagai peristiwa memiliki sifat atau ciriciri einmalig dan unik. Einmalig berarti sekali terjadi. Setiap peristiwa hanya sekali terjadi dan tak akan pernah terulang kembali. Sedang sifat unik menunjuk sebagai peristiwa satu-satunya yang berarti tidak ada duanya. Maka peristiwa sejarah senantiasa bersifat khusus. Sejarah dalam pengertian ini adalah sejarah dalam pengertian objektif, artinya sejarah sebagai peristiwa itu adalah sesuai dan sama dengan yang ada dalam alam. Jika kita renungkan agak mendalam, kita akan menyadari bahwa sejarah sebagai peristiwa sebenarnya sudah tidak ada lagi. Peristiwa atau aktivitas di masa lampau itu pada dasarnya telah lenyap ditelan waktu. Yang masih ada sebenarnya tinggal cerita atau kisah-nya saja. Ialah cerita atau kisah peristiwa aktivitas manusia di masa silam atau lampau. Sebagai rerum gestarum ( kisah dari peristiwa yang telah terjadi ). Sejarah sebagai kisah adalah sejarah dalam pengertian subjektif. Sejarah sebagai kisah adalah rekaan hasil rekonstruksi manusia. Tentu saja sejarah sebagai rekaman peristiwa masa lampau itu tidak sama dengan peristiwanya itu sendiri.

28 digilib.uns.ac.id 12 Sejarah sebagai kisah atau rekaman masa lampau dapat diulang-ulang. Rekaman video pelantikan Presiden dapat diputar berulang kali. Demikian pula rekaman pidato Presiden sekaligus dapat diputar dan didengar berulang kali. Namun harus diingat dan dipahami bahwa rekaman itu bukanlah peristiwanya itu sendiri. Rekaman itu tetap hanya rekaman saja. Pengertian sejarah sebagai kisah mengembangkan pengertian atau konsep sejarah sebagai ilmu. Ialah ilmu sejarah. Istilah-istilah sejarah dalam bahasa Barat seperti halnya history dalam bahasa Inggris, histoire dalam bahasa Prancis, historia dalam bahasa Latin, bersumber dari kata benda istor atau histor dalam bahasa Yunani dan berarti orang pandai atau bijak, sedang kata kerjanya historein lebih menunjuk suatu pengertian yang mengarah kepada konsep ilmu. Menurut Plato historein atau historia berarti penyelidikan atau pengetahuan. Sedang Aristoteles mengartikan historia untuk memberikan judul salah satu bukunya dalam arti kumpulan bahan-bahan tentang sesuatu menurut tema-tema tertentu. Ini untuk membedakan dengan uraian yang memberikan penjelasan sejarah secara sistematik. Filsuf Inggris, Francis Bacon, yang hidup pada aklhir abad 16 dan 17 mengartikan historia sesuai dengan konsep Aristoteles, ialah sebagai pengetahuan atau ilmu yang bersifat individual, untuk membedakan dengan philosophia ( filsafat ) yang berbicara mengenai hal-hal yang bersifat umum. Francis Bacon membedakan antara historia naturalis ( sejarah alam ) yang mempelajari data-data alamiah ( tumbuh-tumbuhan dan binatang ) dengan historisa civilis ( sejarah masyarakat ) yang berbicara mengenai masyarakat dan Negara.

29 digilib.uns.ac.id 13 Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan. Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora). Akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Ilmu ini dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Hal pertama dalam mempelajari ilmu sejarah adalah mengenal asal kata sejarah itu sendiri. Secara harfiah, sejarah berasal dari kata Arab yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.

30 digilib.uns.ac.id 14 Ruang lingkup sejarah sangat besar, sehingga perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Ariel Durant ( ) menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing. Dalam ilmu sejarah, ada beberapa cara untuk memilah informasi, diantaranya adalah: 1. Berdasarkan kurun waktu (kronologis). 2. Berdasarkan wilayah (geografis). 3. Berdasarkan negara (nasional). 4. Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis). 5. Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal). Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah sebagai penata batu-bata dari fakta-fakta sosiologis. Banyak orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktorfaktor keilmuan, terutama faktor dapat dilihat atau dicoba kembali, artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali

31 digilib.uns.ac.id 15 untuk selama-lamanya. Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan menunjukkan keeksisannya dalam tataran ilmu. Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara. Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian dalam ilmu sejarah, karena tergantung pada periode yang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap sejarah dimulai dengan apa-apa yang benar telah terjadi (histoire realite, SSOF, even, sejarah sebagai perisiwa). Untuk mengetahui peristiwa itu benar-benar terjadi kita berusaha menemukan sumber-sumber sejarah, jejak-jejak sejarah (heuristic). Segala data yang kita temukan dalam sumberb sejarah sebenarnya belum merupakan suatu kebulatan tentang peristiwa masa lampau itu. Masih lebih bersifat data yang terserak-serak dan sering pula meragukan apakah itu benar-benar bukti dari peristiwa yang kita cari itu untuk dapat membuat pernyataan bulat bahwa sesuatu peristiwa masa lampau benar-benar terjadi, diperlukan suatu proses untuk menguji bukti-bukti tersebut (kritik intern dan extern) terutama untuk menggunakan kerdibilitasnya. Hasil dari proses inilah baru dapat kita namakan fakta sejarah (historical fact). Jadi fakta adalah: keterangan yang kita peroleh dari sumber-sumber sejarah setelah kita saring dan kita uji

32 digilib.uns.ac.id 16 dengan kritik sejarah sebagai alat. Jelaslah bahwa fakta sejarah tidak sama dengan data sejarah atau jejak-jejak sejarah sebagai peristiwa. Nanti setelah data diolah,seleksi berdasarkan kiteria tertentu (jadi ada campur tangan si sejarawan), barulah berubah menjadi fakta sejarah. Ada tiga bentuk fakta sejarah: 1. Artifact fakta yang berupa benda konkrit misalnya patung, candi, mesjid, dll. 2. Sociofact, - fakta yang berdimensi sosial misalnya jaringan interaksi antar manusia. 3. Mentifact, fakta yang abstrak misalnya keyakinan dan kepercayaan. Perbedaan fakta lain, ialah: a. Fakta yang bersifat lunak, fakta yang masih memiliki potensi untuk diperdebatkan, misalnya tentang letak pusat kerajaan Sriwijaya. b. Fakta yang bersifat keras, satu fakta dan yang dan telah menjadi semacam consensus umum contoh: keberadaan Soekarno-Hatta sebagai proklamator. Sejarah melukiskan dan menguraikan peristiwa yang tidak pernah sama, tetapi ada yang bersamaan. Hal-hal mengenai makhluk (bukan manusia) yang mengalami peristiwa yang tetap sama itu termasuk bidang ilmu pengetahuan alam. Pada manusia kita berhadapan dengan persamaan peristiwa, sedang makhluk lain persamaan peristiwa. Perbedaan ilmu pengetahuan alam dengan sejarah sebagai ilmu sosial dan ilmu kerohanian, adalah cara ilmu pengetahuan melakukan analisia, dan berusaha menerangkan secara kausal (sebab akibat). Ilmu pengetahuan alam bartanya tentang apa jadinya, sedang sejarah memberi pengertian dan kepahaman (Verstehen) hubungan antara peristiwa sejarah. Sejarah

33 digilib.uns.ac.id 17 tidak hanya bertanya apa jadinya tetapi bagaimana terjadinya, mengapa semua itu terjadi dan kemana arah selanjutnya kejadian itu. Yang paling kompleks dan sukar dimengerti diantara makhluk-makhluk adalah manusia. Alam, benda, tumbuhan hewan mudah dikaji dan didapatkan hukum-hukumnya. Terhadap tiga makhluk terakhir kita menghadapi perulangan peristiwa, sehingga dapat dilakukan eksperimen untuk memastikan hukum-hukumnya. Dalam ilmu mengenai ketiga makhluk itu kita berhadapan dengan hukum serba sarat atau mekanisme dan hukum sebab akibat atau kausalitas yang serba tentu. Keadaan X menyebabkan Y. Apabila X diketahui Y. Y dapat diduga. Apabila Y diketahui X dapat disimpulkan jadi hukum kausalitas yang determinismus. Dalam sejarah kita hadapi hukum kausalitasyang indeterminismus (serba tak tentu). Keadaan X tak serba tentu menyebabkan Y. keadaan itu (X) mungkin meyebabkan Z. Dahulu X menyebabkan Y, tetapi sekarang menyebabkan Z dan pada masa mendatang mungkin menyebabkan yang lain lagi. Karena kausalitas dalam sejarah bersifat indeterminismus, maka tidak mungkin ditetapkan hukum sejarah yang serba tentu. Peristiwa-peristiwa sejarah tidak pernah berulang kembali, ia bersifat einmalia. Berlakunya hukum kausalitas dalam sejarah terbatas sekali. Kita tidak mungkin mengatakan begitu saja bahwa A menyebabkan B. Tetapi pernyataan itu kira-kira berbunyi: dapatlah umumnya dapat dimengerti bahwa keadaan A dalam peristiwa tertentu/khususnya mengakibatkan B, kalau ada yang berkata sejarah berulang lagi. Maka hanya rupanya saja yang berulang, sedang sesungguhnya

34 digilib.uns.ac.id 18 gejala tersebut adalah kejadian yang bersamaan. Jadi hukum sejarah adalah tidak lain keteraturan yang dapat diserap dalam sejumlah kejadian yang memberikan rupa persamaan pada perubahan-perubahan keadaan tertentu dalam sejarah. 2. Belajar Sejarah Ada satu hal mengapa orang harus belajar sejarah. Satu hal itu adalah kejujuran. Sejarah adalah sebuah pertanggungjawaban kepada tiga masyarakat sekaligus: masyarakat masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Sebagai sebuah pertanggungjawaban, maka objektivitas peristiwa mendapat tempat untuk diagungkan. Proses penceritaan kembali peristiwa yang dianggap sejarah memang tidaklah gampang. Di sana akan ditemui kendala untuk berendah hati (baca: bersikap jujur) mengungkap apa yang benar-benar terjadi. Apalagi kalau itu menyangkut pelaku sejarah yang mengingat-ingat serta mematut-matut perannya dalam peristiwa yang diceritakannya. Belajar sejarah adalah belajar untuk menanam, memupuk, mengembangkan serta mengekalkan sikap untuk adil kepada siapa saja. Kepada masa lalu yang mempunyai hak untuk ditempatkan dan diceritakan apa adanya. Kepada masa kini yang mempunyai hak untuk mendapatkan cerita apa adanya. Kepada masa depan yang mempunyai hak mendapat bekal agar tidak jatuh pada lubang yang sama. Belajar sejarah belajar menumbuhkan sikap demokratis. Sejarah terlahir dari sebuah atau beragam pertanyaan. Jawaban atas pertanyaan tersebut tidaklah diwajibkan sama. Dibutuhkan sikap empati terhadap orang lain yang berpegang

35 digilib.uns.ac.id 19 pada jawabannya masing-masing. Biarlah kebenaran diberikan kepada konteksnya. Belajar sejarah adalah belajar tampil dengan modal yang dimiliki tanpa meminjam, menambah, mengurangi. Citra pada akhirnya akan tampil sesuai dengan aslinya. Semogalah kita belajar menghayati dimensi kualitas. Sebab segala innerlichkeit, jati diri, kita sebenarnya mendambakan arti, makna, mengapa dan demi apa kita saling bergandengan yang berkreasi aktif dalam sendra tari agung yang disebut kehidupan. Belajar sejarah adalah belajar memupuk keberanian untuk menyalahkan diri sendiri apabila memang kita salang melangkah. Kesalahan langkah kita bisa saja disebabkan oleh sikap kita yang tidak tahu atau bisa juga disebabkan jalan kita yang dibelokkan. Kalau begitu, sejarah juga merupakan pergumulan antara nurani dan ambisi. Cerita tentang manusia yang saling mengekspresikan kemanusiaannya masing-masing. Pada akhirnya belajar sejarah adalah belajar tentang kehidupan itu sendiri dengan guru yang tak pernah bisa dibatasi. Sebuah proses belajar yang tidak harus disempitkan menjadi kuliah atau sekolah, melainkan belajar dalam makna yang universal. Historia vitae magistra lirih Huizinga. ( m/2011/01/18/ ) Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam

36 digilib.uns.ac.id 20 kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman. Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya."filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah: "Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya." Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: "Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benarbenar belajar darinya." Akhmad Sudrajat 2008 ( wordpress.com ) Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata "Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya." Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: "Sejarah ditulis oleh sang pemenang." Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah dan pemelesetan

37 digilib.uns.ac.id 21 fakta sejarah sesuai dengan apa yang mereka rasa benar Akhmad Sudrajat 2008 ( wordpress.com ). Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan. Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting. Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap kejadian bencana alam memang, dengan sendirinya, unik. Begitu arti penting belajar sejarah, karena peristiwa sejarah menyimpan pengalaman berharga yang dapat memberikan kearifan dengan mengambil hikmah dari peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Mempelajari sejarah berarti melihat gambaran nyata tentang perjalanan kehidupan manusia baik

38 digilib.uns.ac.id 22 sebagai individu maupun kelompok dalam menunjukkan adanya suatu perubahan sebagai hasil aktivitas sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan (Isjoni, 2007: 32). Manfaat belajar sejarah menurut Tamburaka (1999: 25) ada 3 hal yaitu (1) Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali; (2) Untuk mengetahui hukum sejarah yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi persoalan masa kini dan masa yang datang; dan (3) Menumbuhkan sikap kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam mengambil keputusan. Generasi muda menjadi tumpuan bangsa dalam mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya (Isjoni, 2009: 35). Pembelajaran sejarah yang memuat pengetahuan tentang peristiwa perjuangan bangsa di masa lampau merupakan cerminan penerapan nilai tauladan. Fungsi dan guna pembelajaran sejarah bagi peserta didik adalah (1) Sejarah sebagai pegelaran dari kehendak Tuhan yang mempunyai nilai vital bahwa orang akan yakin dan sadar bahwa segala sesuatu pada hakekatnya ada pada-nya; (2) Dari peristiwa sejarah diperoleh suatu norma tentang baik dan buruk sehingga mempunyai teachability dan impact bagi perkembangan jiwa anak untuk membentuk karakter/kepribadian; (3) Sejarah memperkenalkan hidup nyata tentang nilai sosial, perilaku, sikap dan cita-cita pelakunya; (4) Sejarah jiwa besar

39 digilib.uns.ac.id 23 dan pahlawan menanamkan rasa nasionalisme dan watak yang kuat; (5) Sejarah dalam lingkungan tata tertib intelektual dapat membuka pintu kebijaksanaan; (6) Sejarah mengembangkan pengertian yang luas tentang warisan budaya umat manusia; (7) Sejarah memberikan gambaran sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia; dan (8) Sejarah mempunyai fungsi pedagogis sebagai alat atau pedoman yang dalam digunakan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan bahwa belajar sejarah bukan hanya rentetan peristiwa yang kering tetapi merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong pembelajaran sejarah perlu ditekankan pada tiga tahapan yaitu: (1) Memupuk kesadaran atas lingkungan sosial, rasa keakraban (sense of intimacy); (2) Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan (sense of actuality) dan (3) Rasa hayat sejarah (sense of history). Hal ini mendorong pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal.pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah (Isjoni, 2007: 43).

40 digilib.uns.ac.id 24 Tahap awal belajar sejarah adalah mengetahui dan menguasai situasi kondisi awal sebelum melakukan pembelajaran sejarah. Kondisi-kondisi awal dapat disebutkan sebagai berikut: (1) Dalam teori conditioning mempelajari keadaan kelas; (2) Menurut Rogers Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur dan membuat kontrak belajar; (3) Menurut pendekatan kontekstual Real world learning dan mengutamakan pengalaman nyata; (4) Menurut Taksonomi Bloom menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia di waktu lampau, baik dalam aspek eksternal maupun internal. Tahap akhir dalam proses pembelajaran sejarah adalah sebuah perubahan yang lebih baik daripada kondisi awal. Perubahan sebagai akibat dari proses pembelajaran sejarah dapat disebutkan sebagai berikut: (1) Menurut Ernes ER. Hilgard menjadi berubah dengan cara latihan-latihan, (2) Menurut Skinner agar peserta didik mempunyai respon yang baik, (3) Menurut Gagne agar hasil belajar semakin meningkat, maka peserta didik dikondisikan atau dibiasakan, (4) Menurut pendekatan kontekstual peserta didik mampu memecahkan masalah sesuai dengan kondisi yang nyata, (5) Menurut Taksonomi Bloom menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dan dalam perspektifnya dengan situasi yang akan datang. ( com/id/doc file//materi dan pembelajaran sejarah dansemangatkebangsaan.html ) Driyarkara, ( 1980: 69 ), pendidikan merupakan suatu proses pemanusiaan manusia muda atau membantu proses humanisasi Artinya, pendidikan harus membantu seseorang secara tekun dan mau bertindak sebagai manusia dan tidak sekedar instingtif untuk mempengaruhi sikap dan segala perbuatan seseorang

41 digilib.uns.ac.id 25 sungguh sungguh bersifat manusiawi, berbudaya dan bernilai tinggi. Nilai merupakan hakekat suatu hal yang menyebabkan hal tersebut dikejar oleh manusia dan nilai pula berkaitan dengan kebaikan yang dapat dilihat dari sudut sifat, manfaat maupun bobotnya (Driyarkara, 1980: 39). Ada empat langkah yang harus ditempuh agar pendidikan nilai dapat diterapkan secara efektif dan memiliki daya guna, yaitu : 1) Para pendidik harus memahami dengan hatinya nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan. 2) Para pendidik mentransformasikan nilai-nilai tersebut dengan sentuhan hati dan perasaan melalui contoh-contoh kongkrit 3) Membantu peserta didik untuk menginternalisasikan nilai tersebut melalui tindakan/sikap sebagai suatu proses pembelajaran hidup. 4) Peserta didik yang telah merasa memiliki sifat dan sikap hidup sesuai dengan nilai-nilai didorong dan dibantu mewujudkannya dalam tingkah laku dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah mengacu pada tujuan pendidikan yang lebih luas. Sasaran umum pembelajaran sejarah menurut S.K. Kochhar (2008: 27) adalah : 1) Mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri melalui perspektif sejarah sebagai wujud hasil interaksi di masa lampau dengan lingkungan tertentu. Tanpa pendalaman terhadap faktor dan nilai sejarah orang akan gagal memahami identitasnya sendiri. 2) Memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat, dimana konsep-konsep ini dapat menunjukkan kaitan antara

42 digilib.uns.ac.id 26 masa sekarang dan masa lampau sebagai bagian dari sejarah perjuangan suatu bangsa. Tanpa kronologis dan konsep diatas kausalitas sejarah perjuangan dan pemahaman nilai suatu bangsa sulit terwujud. 3) Membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya. 4) Mengajarkan toleransi untuk menerima perbedaan nilai antar individu. 5) Menanamkan sikap intelektual untuk memahami sejarah sebagai suatu system kerja mental untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman nilai sejarah. 6) Memperluas cakrawala intelektualitas peserta didik dalam mengambil keputusan penting secara bijaksana, rasional dan objektif dengan mempertimbangkan kausalitas dan kronologis masa lampau-masa kinimasa akan datang. 7) Mengajarkan prinsip-prinsip moral sebagai suatu bentuk pengetahuan praktis dengan memahami pengalaman masa lampau dan nilai-nilai historis yang menyertainya. Belajar sejarah diakui sebagai metode yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai luhur kebangsaan. Menurut Soedjatmoko (1995: 9), sejarah diajarkan dalam dunia pendidikan formal karena sejarah merupakan alat penting untuk membentuk warga yang baik dan untuk mengembangkan rasa cinta serta setia terhadap negara. Posisi cukup penting ini menempatkan pendidikan dan pemahaman sejarah perjuangan bangsa dalam suatu proses refleksi antropologis terhadap perubahan tingkah laku dan tindakan yang lebih bijaksana di masa yang

43 digilib.uns.ac.id 27 akan datang (history makes man wise). ( file//materi dan pembelajaran sejarah dansemangatkebangsaan.html ) Menurut Surya (2003: 123) berpendapat tujuan pembelajaran sejarah adalah menanamkan pemahaman tentang adanya perkembangan masyarakat masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air serta bangga sebagai bangsa Indonesia dan memperluas wawasan hubungan antar bangsa di dunia. Mata pelajaran Sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan; (2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; (3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap bangsa Indonesia dimasa lampau; (4). Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang, dan (5). Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik Nasional maupun Internasional. Tujuan pendidikan sejarah di sekolah adalah: (1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat; (2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di

44 digilib.uns.ac.id 28 masyarakat; (3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian; (4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut, dan (5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan Sejarah sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Belajar sejarah memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan manusia pada masa sekarang, paling tidak ada beberapa guna pembelajaran sejarah bagi manusia yang mempelajarinya, yakni edukatif (untuk pendidikan, instruktif (memberikan pengajaran), inspiratif (memberi ilham), serta rekreatif (memberikan kesenangan). (Depdiknas, 2004 : 4). Belajar sejarah mempunyai manfaat sangat besar dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa. Suatu masyarakat atau bangsa akan dapat mengenal bagaimana kehidupan masyarakat atau bangsa terdahulu. Selain itu dengan belajar sejarah dapat memberikan gambaran dan menjadi pedoman bagi suatu bangsa untuk melangkah pada kehidupannya di masa kini dan masa yang akan datang. Menurut Supriatna (2007 : 2), manfaat belajar sejarah bagi manusia adalah (1) Memberikan pelajaran artinya peristiwa masa lampau itu akan terjadi lagi pada masa kita atau masa depan; (2) Memberikan inspirasi bagi manusia agar manusia mawas diri; (3) Memberikan kesenangan bagi manusia artinya manusia diajak untuk mengenang peristiwa masa lampau, dan (4) Sebagai intruksi artinya perkembangan masa lampau menghasilkan suatu artefak baik berupa situs

45 digilib.uns.ac.id 29 mangnan gedung, candi, karya seni, senjata dan sebagainya yang dapat mengagungkan. Demikianlah manfaat belajar sejarah seperti uraian filosofi Cero Seseorang yang tidak pernah menengok ke belakang atau sejarahnya selamanya dia akan menjadi anak. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar sejarah merupakan sebuah proses. Proses tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah yang berurutan. Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah adalah guru sebagai fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial peserta didik secara maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna sejarah itu sendiri. Kontribusi pengetahuan sejarah dalam membina sikap dan kepribadian peserta didik diawali dengan proses keterlibatan total peserta didik dalam menggali peristiwa sejarah yang diarahkan secara tepat. Materi pembelajaran sejarah secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan pada pembelajaran sejarah (Ditjen Dikdasmen, 2006: 4). Materi atau bahan pelajaran sejarah adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dalam kurikulum untuk disampaikan kepada siswa agar dibahas pada proses belajar mengajar sejarah seperti halnya yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk merencanakan dan menelaah proses kegiatan belajar mengajar. Materi pembelajaran sejarah adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan

46 digilib.uns.ac.id 30 kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Materi pembelajaran sejarah adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis secara tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta kondisi lingkungan atau suasana belajar sejarah (Hambali, 2004: 3). Menurut Ditjen Dikdasmen (2006) langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi materi pembelajaran sejarah sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya. 2. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran sejarah. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen

47 digilib.uns.ac.id 31 suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. Materi jenis prosedur berupa langkahlangkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin. 3. Memilih jenis materi sejarah yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk

48 digilib.uns.ac.id 32 keperluan mengajarkannya, seba setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut pertanyaanpertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran. 4. Memilih sumber materi pembelajaran sejarah. Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber materi pelajaran. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, dan media audiovisual. Belajar sejarah saat ini menghadapi banyak persoalan. Persoalan itu mencakup lemahnya penggunaan teori, miskinnya imajinasi, acuan buku teks dan kurikulum yang state oriented, serta kecenderungan untuk tidak memperhatikan fenomena globalisasi berikut latar belakang historisnya. Lemahnya penggunaan teori dalam kajian sejarah memang ada benarnya, karena sejarah memang tidak mempunyai teori. Sejarah meminta bantuan teoriteori dari disiplin sosial lainnya dalam setiap kajiannya. Misalnya teori-teori sosiologi, antropologi, psikologi, politik, dan sebagainya. Melalui teori-teori tersebut kajian sejarah akan lebih kaya makna. Hanya kemampuan guru-guru

49 digilib.uns.ac.id 33 sejarah dalam meramu sajian sejarah dirasa kurang memadukan disiplin-disiplin sosial lainnya dalam kajian sejarah. Guru dirasa kurang dalam menggunakan pendekatan interdisipliner dalam kajian sejarah. Miskin teori berakibat munculnya sejumlah contoh pernyataan dalam buku teks yang terlalu umum dan sulit diverifikasi kebenarannya. Pembelajaran sejarah juga juga tidak disertai percikan imajinasi yang membuat tinjauan akan peristiwa masa lalu menjadi lebih hidup dan menarik. Dalam proses pembelajaran sejarah, masih banyak guru menggunakan pardigma konvensional, yaiu paradigma guru menjelaskan murid mendengarkan. Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah membosankan. Ia kemudian tidak memberikan sentuhan emosional karena siswa merasa tidak terlibat aktif di dalam proses pembelajarannya. Sementara paradigma siswa aktif mengkonstruksi makna - guru membantu merupakan dua paradigma dalam proses belajar-mengajar sejarah yang sangat berbeda satu sama lain. Paradigma ini dianggap sulit diterapkan dan membingungkan guru serta siswa. Di samping itu, metode pembelajaran yang kaku, akan berakibat buruk untuk jangka waktu yang panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami amnesia (lupa atau melupakan sejarah bangsa sendiri. Agar pembelajaran sejarah berhasil baik, metode yang dipergunakan harus bisa mengkostruk ingatan historis. Alhasil, siswa menjadikan sejarah hanya sebagai fakta-fakta hapalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk memaknainya, juga mampu menggali lebih jauh lagi. Ingatan historis semata tidak

50 digilib.uns.ac.id 34 akan bertahan lama. Supaya ingatan historis semata tidak akan bertahan lama, perlu disertai ingatan emosional. Ingatan jenis ini adalah ingatan yang terbentuk dengan melibatkan emosi hingga bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk menggali lebih jauh dan memaknai berbagai peristiwa sejarah. Proses pembelajaran kemudian tak hanya berhenti pada penghafalan saja, siswa bisa aktif dalam komunikasi dua arah dengan guru untuk mengutarakan pendapatnya mengenai obyek sejarah yang tengah dipelajari karena sedari awal ia telah merasa menjadi bagian dari proses pembelajaran yang penuh dengan makna. Agar ingatan emosional muncul dan bertahan lama, maka paradigma pembelajaran sejarah harus diubah. Mengubah paradigma yang dianut oleh seorang guru dari paradigm konvensional ke paradigma konstruktif, bukan sesuatu hal yang mudah. Hal ini disebabkan karena kebanyakan guru sudah terbiasa dengan paradigm konvensional, dan mereka sendiripun pada waktu masih menjadi siswa sudah terbiasa dengan paradigma tersebut. Sungguh-sungguh diperlukan kemauan dan tekad yang kuat untuk bisa mengubah paradigma tersebut secara nyata. Belajar sejarah berarti peserta didik mampu berpikir kritis dan mampu mengkaji setiap perubahan di lingkungannya, serta memiliki kesadaran akan perubahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah. Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi masa sekarang dengan mengkaitkan atau melihat masa masa lalu yang menjadi basis topic pembelajaran sejarah. Kemampuan melakukan konstruksi ini harus dikemukakan secara kuat

51 digilib.uns.ac.id 35 agar pembelajaran tidak terjerumus dalam pembelajaran yang bersifat konservatif. Kontekstualitas sejarah harus kuat mengemuka dan berbasis pada pengalaman pribadi para siswa. Apalagi sejarah tidak akan terlepas dari konsep waktu, kontinyuitas dan perubahan. Dalam memahami sejarah ada tiga kerangka waktu, event history (short term/jangka pendek), conjucture (mid term/jangka menengah) dan longue duree (long term/jangka panjang). 3. Cagar Budaya a. Pengertian Benda Cagar Budaya Pengertian cagar budaya didapat dari ensiklopedi, menjelaskan pengertian cagar budaya adalah daerah yang kelestarian masyarakatnya dan peri kehidupannya dilindungi oleh UU dari bahaya kepunahan. Hal ini justru semakin memperjelaskan pengertian benda cagar budaya yaitu : benda cagar budaya adalah suatu wilayah yang mempunyai peninggalan budaya khas yang mengandung nilai luhur, yang dijaga kelestariannya oleh pemerintah dengan cara membatasi pengaruh modernisasi, antara lain dengan tidak diijinkannya mendirikan bangunan bercirikan kebudayaan lain (modern) di daerah tersebut. Menurut Uka Tjandrasasmita ( 2009 : 309 ) yang meliputi Benda cagar budaya adalah : 1) Benda bergerak dan tidak bergerak yang dibuat oleh manusia atau yang merupakan bagian alam. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kelompok benda dan sisa-sisanya yang pokoknya berumur 50 (lima puluh) tahun atau memiliki langgam yang khas dan dapat mewakili langgam

52 digilib.uns.ac.id 36 sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun serta dianggap mempunyai nilai bagi sejarah, arkeologi dan seni rupa. 2) Benda yang dianggap mempunyai nilai penting bagi paleontropologi 3) Situs (tapak) yang mempunyai arti penting bagi sejarah dan diduga mengandung benda-benda termuat dalam ayat a dan b. 4) Tanaman dan bangunan yang terdapat diatas situs tersebut dan memiliki atau dapat memiliki kepentingan langsung bagi benda-benda yang termuat dalam ayat a, b. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan benda cagar budaya adalah benda buatan manusia yang bergerak atau tidak bergerak berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagian dan sisa-sisanya yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Selain itu benda cagar budaya diartikan juga sebagai benda yang dianggap memiliki arti penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, seni dan kebudayaan yang perlu mendapat perlindungan dari pemerintah. Upaya pemerintah dapat meliputi proses atau kegiatan pelestarian dengan cara melakukan pendaftaran, pemeliharaan, pengawetan, pemugaran, ekskavasi, pengamanan dan penyelamatan serta perizinan pengelolaannya. Hidup dalam masyarakat modern, kita tidak bisa berhenti untuk berpikir tentang budaya dan sejarah masa lalu melalui meneliti materi yang masih ada dan non-materi warisan budaya. Secara tradisional, kami berinvestasi pada pembangunan kembali atau mempertahankan warisan budaya dan bersejarah.

53 digilib.uns.ac.id 37 Karena ini bukan hanya menyatakan hikmat manusia, tetapi juga bukti terbaik yang membantu kita untuk memahami perkembangan sejarah. Fenomena yang menghancurkan warisan budaya seseorang yang memiliki sejarah berabad-abad 'dalam satu bangsa budaya bunuh diri, karena pluralisme budaya. Tidak ada bentuk budaya dapat bertahan hidup independen. Setelah kita menghancurkan budaya bangsa lain, kita juga menghancurkan diri kita sendiri budaya pada waktu yang sama Zgonjanin ( 2005:128). b. Jenis Benda Cagar Budaya Meike Imbar (1997: 18) mengungkapkan bahwa, berbicara tentang benda cagar budaya dan situs menurut berarti pula membicarakan peninggalan sejarah. Keberadaan cagar budaya ini menurut sifatnya dapat dibagi dalam dua golongan yaitu (1) Benda-benda bergerak: yang termasuk dalam golongan ini adalah bendabenda yang dengan mudah dapat dipindah-pindahkan tempatnya.; dan (2) Bendabenda tak bergerak : yang termasuk benda-benda tak bergerak pada umumnya merupakan bangunan yang tidak mudah dipindah pindahkan dan mempunyai satu kesatuan dengan situsnya Menurut Hamid Wahid (dalam UUD Benda Cagar Budaya No ) tentang benda cagar budaya dijelaskan bahwa jenisnya meliputi : 1) Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai nilai penting. 2) Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

54 digilib.uns.ac.id 38 3) Situs yaitu lokasi yang mengandung atau diduga menjadi tempat benda cagar budaya beserta lingkungannya 4) Benda buatan manusia dan/atau alam, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisanya, situs, dan kawasan, yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan yang dilestarikan baik yang berada di darat maupun yang di air. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis benda cagar budaya secara umum dapat dikategorikan dalam enam jenis. Adapun kategori tersebut meliputi benda cagar budaya : 1. Benda tidak bergerak seperti bangunan, maupun benda seperti candi yang tidak bisa dipindah-pindahkan. 2. Bergerak adalah benda yang dapat dipindah seperti arca, relief, artefak dan peninggalan lainnya yang memiliki nilai pengetahuan, kebudayaan dan sejarah bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 3. Situs (tapak) biasanya merupakan satu kesatuan dari lingkungan benda cagar budaya tidak bergerak (in situ) sehingga diperlukan pengamanannya untuk dilestarikan keberadaannya. 4. Lingkungan cagar budaya itu sendiri, benda alam dan wilayah atau keberadaan cagar budaya. Lingkungan ini biasanya menyertai dari situs yang meliputi bagian dari medan (lahan) yang didalamnya mengandung atau dianggap atau diperkirakan mengandung benda-benda cagar budaya.

55 digilib.uns.ac.id Keberadaan benda berharga dan mempunyai nilai tinggi yang tidak memiliki status kepemilikan sehingga perlu dikategorikan sebagai benda cagar budaya baik bergerak maupun tidak bergerak untuk dilestarikan oleh pemerintah. 6. Benda buatan manusia dan/atau alam, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisanya, situs, dan kawasan, yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan yang dilestarikan baik yang berada di darat maupun yang di air. Berdasarkan tolak ukur dan penggolongan maka penentuan suatu benda, bangunan dan lingkungan menjadi benda cagar budaya dapat dilakukan berdasarkan prosedur dan proses analisisnya. Prosedur penetapan suatu benda cagar budaya harus melalui penilaian dan pertimbangan dari Tim pertimbangan benda cagar budaya. Keberadaan cagar budaya ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengetahuan, pendidikan dan pariwisata sebagai wujud/hasil kebudayaan yang mengandung nilai sejarah perjuangan bangsa. Tradisi menjadi cara hidup, impera-an tipe untuk identitas, tetapi bagian dari gaya hidup pilihan. Mereka masuk ke dalam dialog dengan tradisi-tradisi lain dan cara-cara alternatif dalam melakukan sesuatu (Giddens, 1994: 105) c. Fungsi Cagar Budaya Cagar budaya sebagai salah satu bagian dari sejarah perjuangan bangsa dapat difungsikan sebagai bahan kajian nilai sejarah suatu bangsa, khususnya Indonesia. Keberadaan cagar budaya ini merupakan warisan sejarah yang dapat

56 digilib.uns.ac.id 40 dimanfaatkan sebagai sumber belajar. I Gede Widja (1989: 60) menjelaskan bahwa benda cagar budaya yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai media, sumber belajar dan alat bantu untuk mendukung usaha-usaha pelaksanaan strategi serta metode mengajar. Oleh karena itu benda cagar budaya memiliki manfaat untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Proses menampilkan budaya adalah melalui benda-benda dan jenis sosial hubungan yang dibuahkan institusi publik. Museum dan situs warisan itu sendiri adalah artefak, atau potongan modern materi budaya, dan membutuhkan analisis seperti itu. Sences identitas diri dan identitas sosial yang terikat dengan kontinjensi dan ketidakpastian, cara hadir di mana untuk berhubungan ke masa lalu dan masa depan yang ideal yang dibayangkan. Identitas mesti harus improvisasi dan berubah, bukan tetap dan aturan-terikat, inti- tunggu, bila terkait dengan pengalaman dan konteks. ( Hannerz, U. 1992:13 ) Menurut Uka Tjandrasasmita (1980: 101) fungsi dari cagar budaya adalah (1) sebagai bukti-bukti sejarah dan budaya yang dapat menjadi alat atau media yang mencerminkan cipta, rasa dan karya leluhur bangsa, yang kepribadiannya dapat dijadikan suri tauladan bangsa, kini dan mendatang dalam rangka membina dan mengembangkan kebudayaan nasionalnya berlandaskan Pancasila; (2) alat atau media yang memberikan inspirasi, aspirasi dan akselerasi dalam pembangunan bangsa baik material maupun spiritual, sehingga tercapai keharmonisan diantara keduanya; (3) obyek ilmu pengetahuan di bidang sejarah dan kepurbakalaan pada khususnya dan ilmu pengetahuan lain pada umumnya; (4)

57 digilib.uns.ac.id 41 alat pendidikan visual kesejarahan dan kepurbakalaan serta kebudayaan bagi peserta didik untuk memahami budaya bangsa sepanjang masa; (5) alat atau media untuk memupuk saling pengertian di kalangan masyarakat dan bangsa serta umat manusia melalui nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam peninggalan sejarah dan purbakala sebagai warisan budaya dari masa lampau; (6) sebagai media untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional; dan (7) sebagai obyek wisata yang mungkin dapat menambah pendapatan masyarakat daerah sekitarnya. Fungsi lain dari keberadaan cagar budaya adalah (1) sebagai pola dan nara sumber insipirasi pengembangan teknologi dan sains pada bidang teknologi pemukiman, arsitektur dan teknologi; (2) sebagai obyek studi tentang berbagai aspek kehidupan masa lampau yang dapat menumbuhkan dan memperkuat kesadaran jati diri; dan (3) sebagai obyek wisata budaya yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk, daerah dan nasional sekaligus memperluas lapangan kerja, memelihara kualitas lingkungan hidup, menumbuhkan saling pengertian antar bangsa, mendorong pembangunan lain. This groundbreaking volume applies this idea to material culture and the social practices that endow objects with meanings in both colonial and postcolonial relationships. It challenges the privileged position of the sense of vision in the analysis of material culture. Contributors argue that vision can only be understood in relation to the other senses. In this they present another challenge to the assumed western five-sense model, and show how our understanding of material culture in both historical and contemporary contexts might be reconfigured if we consider the role of smell, taste, feel and sound, as well as sight, in making meanings about objects. Terobosan ide ini berlaku untuk budaya materi dan praktek-praktek sosial yang memberkati objek dengan commit makna to dalam user hubungan baik kolonial dan

58 digilib.uns.ac.id 42 postkolonial. Ini tantangan posisi istimewa rasa visi dalam analisis budaya material. Kontributor berpendapat bahwa visi hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan indera lainnya. Dalam hal ini mereka menghadirkan tantangan lain ke barat diasumsikan lima rasa model, dan menunjukkan bagaimana pemahaman kita tentang budaya material dalam konteks historis dan kontemporer baik mungkin ulang jika kita mempertimbangkan peran bau, rasa, merasa dan suara, serta pandangan, dalam membuat makna tentang objek. ( Elizabeth Edwards, 2006: 2 ). Berdasarkan pengertian dan fungsi dari keberadaan cagar budaya secara umum tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk mendorong benda cagar budaya agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk lebih memahami nilai historis dari suatu cagar budaya. Pemahaman ini dapat mendorong kesadaran untuk menghimpun jejak-jejak sejarah dari benda cagar budaya tersebut menjadi dianggap memiliki nilai penting. Optimalisasi cagar budaya sebagai sumber belajar dapat dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pelestarian cagar budaya sebagai salah satu bagian dari pemahaman akan sejarah perjuangan bangsa. 4. Benda Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Sumber belajar secara umum mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang dalam belajar dan menampilkan kompetensinya. sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Sumber belajar sejarah mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan agar terjadi perilaku commit belajar. to user Dalam proses belajar komponen

59 digilib.uns.ac.id 43 sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan. Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar memiliki fungsi : 1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. 2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. 4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

60 digilib.uns.ac.id 44 5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. 6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Akhmad Sudrajat 2008 ( wordpress.com ) Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: 1) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. 2) Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran Sementara itu menurut Akhmad Sudrajat 2008 ( wordpress.com ), menjelaskan dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk menjadi: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3)

61 digilib.uns.ac.id 45 bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, BCB, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. Dalam memilih sumber belajar sejarah harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa. Menurut Suhariyanto ( 2009 : 4 ) Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput

62 digilib.uns.ac.id 46 dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan benda cagar budaya yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar sejarah yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Jadi pada hakikatnya sumber belajar sejarah begitu luas dan kompleks, lebih dari sekedar pembelajaran pada umumnya. Segala hal yang sekiranya diprediksikan akan mendukung dan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pembelajaran dapat dipertimbangkan menjadi sumber belajar. Dengan pemahaman ini maka guru bukanlah satu-satunya sumber tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar lainnya. Jelas bahwa pengertian sumber belajar dapat meliputi pesan, manusia, media-software, peralatan (hard-ware), teknik/metode dan lingkungan yang digunakan untuk memfasilitasi proses belajar. Artinya sumber belajar (learning resources) merupakan semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga

63 digilib.uns.ac.id 47 mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada faedahnya. Faktanya banyak orang secara terus menerus menulis tentang sejarah di semua peradaban dan disepanjang waktu dan hal tersebut menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah dalam tulisan atau dokumentasi ini menjadi sarana penting dalam mempelajari kemajuan dan kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di masa lalu. Dengan demikian, pelajaran dari peristiwa masa lalu yang sudah menjadi menyejarah menjadi sangat berguna dalam memaknai hidup yang tengah berjalan demi kemajuan di masa depan. Tujuan pembelajaran sejarah (the objective of history teaching) bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga mentransfer nilai-nilai estetika. Benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah dapat diklasifikasikan sesuai dengan rencana dan proses pembelajaran. Untuk kepentingan pengajaran bisa direncanakan ataupun langsung observasi ke lapangan dengan melihat visualisasi dari keberadaan sumber belajar tersebut. Sudjana (2007: 80-81) menjelaskan bahwa pengertian sumber belaja sejarahr juga dapat berupa (1) sumber belajar tercetak (2) sumber belajar non cetak (3) sumber belajar yang berbentuk faslitas seperti perpustakaan, ruang belajar, studio, lapangan olah raga; (4) sumber belajar sebagai kegiatan seperti wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi dan permainan; (5) sumber belajar berupa lingkungan masyarakat seperti taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum dan lingkungan situs atau benda cagar budaya.

64 digilib.uns.ac.id 48 Sumber belajar sejarah yang lain juga dapat diperoleh melalui perpustakaan, arsip serta bentuk fisik bangunan benda cagar budaya. Benda cagar budaya dan situs sebagai peninggalan sejarah masa lalu perlu dipelajari. Mempelajari sejarah masa lalu bangsa dengan sungguh-sungguh dapat mendorong suatu proses pemahaman nilai sejarah itu sendiri. Dengan demikian perpustakaan, benda cagar budaya, arsip, dokumen, situs dan bentuk fisik dapat menjadi sumber belajar sejarah yang mencerminkan catatan tertulis ataupun non tertulis tentang cerita peninggalan sejarah. Jadi sumber belajar mengandung pengertian luas sebagai sesuatu proses dari segala daya upaya yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada seseorang dalam proses belajar mengajar yang baik dan berlangsung seumur hidup (Munir, 2008: 131). Peningkatan pemahaman tentang arti dan fungsi cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah dapat menimbulkan kesadaran sejarah sehingga peserta didik dapat berfikir kritis, inovatif, kreatif dan reflektif. Sumber belajar sejarah berbentuk cagar budaya memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan terutama dalam proses pemahaman nilai sejarah. Pemahaman nilai sejarah dari benda cagar budaya mendorong peserta didik mampu menyeleksi, menerima pengaruh dan perubahan sebagai suatu proses refleksi pengetahuan yang telah terbentuk didalam dirinya untuk menentukan sikap dan perilaku pelestarian benda cagar budaya.

65 digilib.uns.ac.id 49 B. Penelitian Yang Relevan Benda cagar budaya merupakan salah satu bentuk peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Keberadaan cagar budaya ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji sebagai suatu bentuk proses pembelajaran dan pemahaman dari peristiwa sejarah. Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan cagar budaya sebagai media pembelajaran sejarah diantaranya 1. Cagar budaya Surabaya kota pahlawan sebagai sumber belajar (studi kasus mahasiswa pendidikan sejarah Fakultas ilmu sosial di universitas negeri Surabaya) karya Septina Alrianingrum. Penelitiannya menyimpulkan bahwa (1) Keberadaan cagar budaya di Surabaya memiliki beberapa jenis cagar budaya yaitu situs, bangunan dan lingkungan cagar budaya. Nilai historis dari cagar budaya ini mendukung Surabaya disebut sebagai kota Pahlawan. (2) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami nilai histories yang terkandung dalam masing-masing cagar budaya Suarbaya kota Pahlawan.(3) Keragaman dan keberadaan cagar budaya yang tersebar di sebagian besar wilayah Surabaya dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai sumber belajar. Pemanfaatan ini mendorong mahasiswa dapat memahami dan menumbuhkan sikap pelestarian akan fungsi dan peranan cagar budaya sebagai pendukung identitas suatu kota. Penelitian tersebut menyadari akan arti penting benda cagar budaya dalam berbagai bidang, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait.

66 digilib.uns.ac.id Fungsionalisasi benda cagar budaya sebagai sumber belajar dan peningkatan kesadaran sejarah bangsa siswa Sekolah Menengah Umum Kabupaten Boyolali karya Neneng Dewi Setyowati. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa (1) masih banyak guru sejarah yang belum memanfaatkan cagar budaya sebagai sumber sejarah; (2) metode pembelajaran sejarah masih bersifat klasikal dengan menggunakan metode ceramah; dan (3) upaya pemerintah daerah belum maksimal dalam mengelola benda-benda cagar budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai rekreasi atau sumber belajar. Kedua penelitian tersebut menyadari akan arti penting benda cagar budaya dalam berbagai bidang, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait. Dalam hal ini pemerintah, departemen/institusi dan dunia pendidikan perlu untuk merancang sikap pelestarian untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya. Penelitian berusaha mengupas benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah yang memiliki fungsi, nilai dan manfaat bagi peserta didik/mahasiswa. Keberadaan benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah dalam mendukung pemahaman dan pengetahuan sejarah menjadi lebih bermakna setelah mahasiswa mengetahui kondisi riil benda cagar budaya dan situs sehingga tumbuh kesadaran untuk melestarikan dan memahami bahwa benda cagar budaya itu sendiri.

67 digilib.uns.ac.id 51 C. Kerangka Berfikir Keberadaan benda cagar budaya sebagai sumber belajar dalam mendukung pemahaman sejarah menjadi lebih bermakna setelah mahasiswa mengetahui kondisi riil benda cagar budaya dan situs sehingga tumbuh kesadaran untuk melestarikan dan memahami bahwa benda cagar budaya dapat mendukung identitas suatu daerah. Pembelajaran sejarah yang selama ini dikategorikan sebagai suatu hal yang kering dan monoton dicoba untuk dirubah dengan memanfaatkan benda cagar budaya di Kota Gorontalo yang mencerminkan nilai-nilai peninggalan benda cagar budaya itu sendiri sebagai sumber belajar sejarah. Dengan cara ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa di jurusan pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo dapat lebih efektif memahami identitas dan nilainilai historis benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. Pemanfaatan cagar budaya sebagai salah satu sumber belajar sejarah dalam proses pembelajaran diharapkan dapat bersifat efektif dan menarik serta menanamkan pemahaman dan pengetahuan sejarah secara kritis berdasarkan konteks kekinian. Heterogenitas mahasiswa yang tidak hanya berasal dari Kota Gorontalo mendorong upaya memperkenalkan identitas Kota Gorontalo sebagai salah satu daerah yang memiliki peninggalan benda cagar budaya. Tujuannya agar pembelajaran melalui observasi langsung dengan membandingkan kondisi riil benda cagar budaya saat ini dan nilai-nilai historis perjuangan bangsa saat itu dapat memberi pemahaman dan pengetahuan

68 digilib.uns.ac.id 52 mahasiawa agar dapat memahami betapa pentingnya menjaga dan melestarikan peninggalan benda cagar budaya itu sendiri. Kerangka pikir yang telah diuraikan di atas dapat digambar dalam bentuk diagram alir sebagai berikut : Gambar 1. Kerangka Berpikir PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA BENDA CAGAR BUDAYA KOTA GORONTALO PEMAHAMAN MAHASISWA SUMBER BELAJAR SEJARAH

69 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penentuan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagia berikut: 1. Di Kota Gorontalo banyak terdapat benda cagar budaya yang menjadi saksi perjuangan bangsa yang mengandung nilai historis. 2. Masih banyak benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo yang belum dimaksimalakan sebagai sumber belajar oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Melalui observasi di lapangan diharapkan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo dapat lebih kreatif untuk memanfaatkan benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah dalam proses pemahaman pembelajaran sejarah tentang nilai-nilai perjuangan yang ada di Kota Gorontalo. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti memusatkan wilayah penelitian di Kota Gorontalo. 2. Waktu Penelitian Penelitian direncanakan selama 6 bulan yang diawali dengan persiapan awal sampai penyusunan laporan akhir dan waktu penelitian yakni pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 karena proses pembelajaran sejarah yang sesuai dengan materi penelitian muncul pada semester ini, yakni pada mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia. 53

70 digilib.uns.ac.id 54 B. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis, dan penelitian ini bersifat naturalistic yang memfokuskan pada pengumpulan infomasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan, serta memeriksa dari suatu gejala tertentu secara alamiah (William dan lexy Moleong, 1995: 16-17). Alasan penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk mengetahui proses pemahaman dan pengetahuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo terhadap keberadaan cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah. Adapun metode penelitian yang digunakan bersifat studi kasus tunggal. Dikatakan sebagai studi kasus tunggal karena terarah pada satu sasaran atau karakteristik. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus terpancang (embedded case study research) karena fokus permasalahan sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti melaksanakannya. Disebut kasus tunggal terpancang karena penelitian ini mempunyai karakteristik tunggal (Sutopo, 2006: ), yaitu pemahaman dan pengetahuan sejarah melalui studi observasi dengan memanfaatkan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam pembelajaran. Artinya, penelitian kualitatif ini lebih mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah dalam suatu konteks pemahaman dan pengetahuan mahasiswa terhadap benda cagar budaya itu sendiri.

71 digilib.uns.ac.id 55 Peneliti menggunakan cara pendekatan pola pikir dan analisis keterkaitan antar variabel pokok yang saling terkait dalam proses pemanfaatan keberadaan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan sejarah pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo. Tujuan untuk mengetahui efektivitas pencapaian tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai proses pelaksanaan yang telah direncanakan (Sutopo, 2006: 142). C. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan yaitu staf pengajar, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo, dan pegawai institusi terkait seperti dinas Kebudayaan dan Pariwisata pemerintah Kota Gorontalo. 2. Tempat dan peristiwa, yaitu lokasi keberadaan benda cagar budaya dan melalui pemberian tugas kepada mahasiswa untuk melakukan observasi terhadap keberadaan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. 3. Dokumen, yaitu arsip pada dinas kebudayaan tentang keberadaan benda cagar budaya, dan laporan tugas mahasiswa. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kuesioner dalam bentuk pertanyaan terbuka (open ended questionnaire) sebagai panduan awal untuk mendapatkan data tentang pemahaman benda cagar budaya dengan cara melakukan tanya jawab berupa pertanyaan

72 digilib.uns.ac.id 56 terbuka tentang apa yang menjadi objek penelitian. Kuisioner ini disebarkan di lingkungan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo yang sementara menempuh dan yang telah menempuh mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia. 2. Wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan lebih menyerupai suatu bentuk dialog antara peneliti dan narasumber dilakukan dalam suasana santai. Agar wawancara mendalam lebih terarah maka dipersiapkan pedoman wawancara (interview guide) yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang garis- besar pemahaman nilai-nilai historis benda cagar budaya di Kota Gorontalo. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Dosen dilingkungan jurusan pendidikan sejarah UNG, mahasiswa, tokoh masyarakat, dan pegawai kantor dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Gorontalo. Tujuan dari teknik ini adalah (a) Untuk mengetahui informasi yang belum pernah diketahui mengenai pemanfaatan benda-benda cagar budaya di Kota Gorontalo yang sudah digunakan sebagai sumber belajar sejarah atau belum; (b) Untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan dan deskripsi benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo; (c) Untuk menjalin hubungan baik dengan informan. Wawancara di lakukan secara tidak formal dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya diserahkan atau berada sepenuhnya pada informan. Dari kegiatan wawancara ini diharapkan akan diperoleh data mengenai status kepemilikan, kondisi, serta fungsi benda cagar budaya pada masa lalu maupun saat sekarang ketika dilakukan

73 digilib.uns.ac.id 57 wawancara. Terhadap dosen dan mahasiswa wawancara dilakukan untuk dapat diperoleh data mengenai pemanfaatan dan pemahaman benda cagar budaya Kota Gorontalo yang mereka ketahui, sudah dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah atau belum, serta untuk dapat diketahui kendalakendala yang dihadapi dan bagaimana cara memanfaatkan benda cagar budaya tersebut sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan Indonesia. 3. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis) tentang benda cagar budaya di Kota Gorontalo yang akan dijadikan objek dalam penelitian, karena sumber data ini merupakan data penting untuk menemukan data yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian, Maka teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang tersimpan di kantor-kantor pemerintah dan perpustakaan daerah yang bersumber dari dokumen, buku, arsip, dan daftar inventaris. Termasuk di dalamnya adalah nama benda cagar budaya, deskripsi masing-masing benda cagar budaya. Hasil pencatatan menjadi content analysis sebagai bahan kajian untuk diteliti dan dibandingkan dengan arsip, dokumen dan data lain yang berkaitan maupun yang didapat melalui wawancara. 4. Observasi : Dilakukan observasi berperan (participant observasition), dimana peneliti datang ke lokasi penelitian untuk mengamati langsung obyek yang diteliti. Dilakukan observasi secara pasif karena meskipun kehadiran peneliti diketahui dan disadari sepenuhnya oleh obyek, namun agar tidak menimbulkan kecurigaan maka saat observasi dilakukan peneliti

74 digilib.uns.ac.id 58 tidak membuat catatan-catatan pada saat itu juga yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman obyek yang sedang diteliti. Teknik ini dilakukan untuk mengamati dan menggali informasi mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian menurut kondisi yang sebenarnya (Sutopo, 2006:76) dan dilakukan dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan cara formal melalui prosedur perijinan terutama saat berada di lokasi kampus dan perkantoran pemerintah. Yang kedua adalah cara informal dengan melakukan kunjungan-kunjungan atau mendatangi lokasi tanpa harus melalui prosedur perijinan. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat tentang keberadaan benda cagar budaya, juga untuk mengetahui proses belajar mengajar sejarah di jurusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Gorontalo yang telah memanfaatkan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber sejarah kebudayaan Indonesia atau belum. Dengan demikian peneliti tahu betul keberadaan objek yang diteliti atau aktifitas belajar mengajar di jurusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Gorontalo, tempat atau lokasi benda cagar budaya Kota Gorontalo, kondisi bangunan benda cagar budaya Kota Gorontalo,maupun perilaku para informan. E. Teknik Cuplikan (Sampling) Berkaitan dengan pemilihan dan pembatasan jumlah serta jenis dari sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoretis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, dan karakteristik empiris.

75 digilib.uns.ac.id 59 Dengan demikian teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat purposive sampling. Alasan peneliti memilih purposive sampling yakni peneliti memilih informan yang dipandang paling tahu dan memiliki sumber data penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yakni, Dosen, Mahasiswa, Pegawai instansi terkait, dan Tokoh Masyarakat yang berada disekitar tempat benda cagar budaya Kota Gorontalo. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti didasarkan pada kemungkinan akses informasi atas dasar posisi yang dapat dipertanggungjawabkan dengan alasan yang rasional dan objektif karena lokasi penelitian ada yang di tengah Kota Gorontalo dan ada yang agak jauh dari Kota Gorontalo itu sendiri. Selain purposive sampling peneliti akan menggunakan teknik snow-ball sampling, hal ini bertujuan untuk menemukan informan kunci yang benar-benar memahami dan mengetahui tentang benda cagar budaya Kota Gorontalo serta sejauh mana pemanfatanya, khususnya di Jurusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Gorontalo, begitu seterusnya sampai data yang dibutuhkan terkumpul secara lengkap. karena yang terpenting adalah kelengkapan dan kedalaman informasi yang dapat digali, bukannya jumlah sampling (Sutopo, 2006:47). F. Validitas Data Validitas data yang dikembangkan dalam penelitian adalah teknik trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi data (sumber) menjadi pilihan karena dapat memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda, misalnya nilai historis benda cagar budaya dapat digali dari sumber data berupa narasumber dan data arsip, sedangkan trianggulasi metode dilakukan untuk lebih

76 digilib.uns.ac.id 60 memantapkan hasil pengumpulan data yang kemudian hasilnya ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Jadi antara trianggulasi data (sumber) dengan trianggulasi metode nanti diharapkan ada kesesuaian dalam perumusan analisis hasil interpretasi kuisioner dan wawancara (Sutopo, 2006: 91-96). Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di Universitas Negeri Gorontalo tersebut dapat secara langsung mengenali dan mengidentifikasi keberadaan cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah. Melalui trianggulasi metode maka mahasiswa dapat mengetahui dan dapat membandingkan melalui imajinasinya untuk memahami nilai historis dari keberadaan benda cagar budaya tersebut. Perbandingan akan keberadaan benda cagar budaya dapat membuka kesadaran mahasiswa jurusan pendidikan sejarah di Universitas Negeri Gorontalo untuk memiliki kesadaran memanfaatkan benda cagar budaya sebagai salah satu sumber sejarah dan aset sejarah Kota Gorontalo. Selain itu membawa cakrawala mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo untuk memanfaatkan benda cagar budaya di daerah masing-masing sebagai sumber belajar sejarah. G. Teknik Analisis Data Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 22-23). Adapun alasan penelitian kualitatif di atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up

77 digilib.uns.ac.id 61 grounded theory) (Sutopo, 2006: 41). Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan di lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka (Sutopo, 2006: 42) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan lebih menekankan pada pendekatan kritik dalam merekonstruksi suatu peristiwa sejarah yang tersisa melalui pemanfaatan benda cagar budaya yang dapat membantu pemahaman mahasiswa tentang nilai-nilai historis benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. Teknik analisis interaktif ini memiliki tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi yang digambarkan pada gambar di bawah ini : Gambar 2. Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data (1) Reduksi data (2) Sajian Data (3) Penarikan Simpulan/Verifikasi Gambar Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006: 120) Selanjutnya aktivitas penelitian hanya bergerak di antara tiga komponen analisis tersebut. Penyajian data sebagai alur penting dari kegiatan analisis interaktif digunakan untuk melihat hasil data kuesioner sebagai langkah awal penelitian. Sedangkan hasil observasi dan wawancara digunakan untuk menentukan proses analisis pemahaman pembelajaran secara sistematis dan

78 digilib.uns.ac.id 62 objektif didukung proses analisis yang didapat dari sumber arsip dan dokumen yang didapat melalui metode kritik sumber intern dan ekstern. Kritik sumber tersebut digunakan untuk membantu interpretasi data yang diolah sehingga menghasilkan hipotesis yang obyektif. Setiap kelompok data yang telah direfleksi lalu saling dikomparasikan untuk menemukan perbedaan dan persamaan persepsi dalam tujuan penelitian awal sehingga simpulan yang didapat menjadi lebih jelas. Analisis ketiga yang penting adalah menarik simpulan atau verifikasi. Peneliti memberi simpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis. Model analisis ini memiliki kekuatan pada proses analisisnya yang dilakukan berulangulang, sehingga pada tahap ini diperoleh simpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data terakhir dilakukan dengan menarik simpulan /verifikasi berdasarkan reduksi dan sajian data. Kedalaman dan ketelitian proses analisis akan menentukan gambaran umum yang detil tentang proses pemahaman mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo yang memanfaatkan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah.

79 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Latar Kota Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut kota Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli- Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Kota Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara). ( Kedudukan kerajaan Gorontalo mulanya berada di kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H Kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu kelurahan Biawao dan kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama 63

80 digilib.uns.ac.id 64 islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan pada zaman Kolonial menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan kepala daerah Sulawesi Utara afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol,Toli Toli, Donggala dan Bolaang Mongondow ( w.gorontalokota.go.id/). Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Kota Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga ( 8: 1931 ) daerah Gorontalo ada lima pohala'a : a) Pohala'a Gorontalo b) Pohala'a Limboto c) Pohala'a Suwawa d) Pohala'a Boalemo e) Pohala'a Atinggola Berdasarkan data geografis dapat dikemukakan bahwa kota Gorontalo terletak pada ketinggian 0 50 meter diatas permukaan laut. Kemiringan tanah berkisar 0 40 %. Daerah dengan ketinggian 0 25 meter dari permukaan laut dan kemiringan tanah 0 8 % merupakan daerah pemukiman, tanah jasa, tanah industri, tanah sawah, tegalan dan kebun campuran. Sedangkan daerah ketinggian lebih dari 25 meter dari permukaan laut dan kemiringan tanah % merupakan semak belukar, karena itu dijadikan kawasan lindung. Dan letaknya di bagian Kota Selatan dan sebagain Kota Barat.

81 digilib.uns.ac.id 65 Iklim di daerah ini ditandai oleh curah hujan rata-rata 129 mm/tahun sepanjang tahun curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Mei (306,00 mm/bulan) dan terrendah pada bulan Februari (1,0 mm/bulan). Bulan basah dengan curah hujan lebih dari 100 mm/bulan jatah pada bulan Oktober, November, Desember, Januari, dan Mei. Bulan lembab dengan curah hujan mm/bulan jatuh pada bulan April, Juni dan Juli. Bulan kering dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan jatuh pada bulan Maret, April, Agustus dan September. Temperatur udara berkisar 22,7 32,4 o C. Kelembaban udara rata-rata 64%. Kecepatan angin rata-rata 3 knots maksimal 18 knots. Tabel 1. Luas Wilayah Kota Gorontalo Menurut Kecamatan NO Kecamatan Luas Wilayah ( ha) Kelurahan Ket 1. Kota Barat 15, Dungingi 4, Kota Selatan 14, Kota Timur 14, Kota Tengah 4, Kota Utara 12, Hulonthalangi 11, Sipatana 3, Dumbo Raya 4, 62 5 Jumlah 82,79 50 Sumber : DKCS Kota Gorontalo ( Data Per Tanggal 30 Juni 2011 )

82 digilib.uns.ac.id 66 Pada tabel 1 ini menjelskan bahwa berdasarkan analisis data dari Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo, bahwa Kota Gorontalo di sebelah utara berbatasan dengan Kab. Bone Bolango, di sebelah selatan di batasi oleh teluk tomini, sebelah barat berbatasan dengan Kab. Gorontalo. Luas wilayah Kota Gorontalo adalah 64,79 ha. Wilayah ini meliputi sembilan kecamatan masing-masing Kota Utara, Kota Barat, Kota Selatan, Dungingi, Kota Timur, Kota Tengah, Hulonthalangi, Sipatana, dan Dumbo Raya. Kecamatan terluas adalah Kota Barat (15,16%), kelurahan terluas adalah kelurahan Donggala (550 ha), sedangkan kelurahan terkecil adalah kelurahan Biawu (39 ha), keduanya terletak di Kota Selatan. Luas wilayah evektif Kota Gorontalo adalah 3.702,84 ha. Hanya ada satu kecamatan yang tidak memiliki wilayah lindung yaitu Kota Utara. Sebagian besar wilayah Kota Gorontalo merupakan hutan belukar (2.295,02 ha) selebihnya wilayah pemukiman, jasa perumahan (1.433,42 ha) sawah (1.220 ha) kebun kelapa (701,79 ha) dan seterusnya. ( Sumber : BPS Kota Gorontalo ) 2. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Kota Gorontalo Perkembangan masyarakat Kota Gorontalo terjadi dalam bentuk perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif. Sebab-sebab perubahan itu dapat di tinjau dari beberapa hal, antara lain pengaruh kemajuan di bidang pendidikan yaitu dengan adanya sekolah-sekolah unggulan sampai dengan perguruan tinggi yang semakin lama semakin bertambah. Perubahan lain bisa kita lihat dengan terbukanya komunikasi dan transportasi darat, laut, udara yang makin membaik sehingga mempercepat arus informasi dari luar.

83 digilib.uns.ac.id 67 Akibat perkembangan itu tentu saja berpengaruh pada pola pikir serta pandangan penilaian terhadap kebudayaan dan adat istiadat. Untuk mencegah terjadinya perubahan ke arah yang negatif atau pemusnahan nilai-nilai luhur dalam tradisi daerah, maka perlu di adakan pembakuan dan pelestarian adat istiadat itu. Dalam peradatan itu terekam ciri khas masyarakat Kota Gorontalo yaitu: (1) Mementingkan hubungan kekeluargaan dan kerjasama. (2) Bersifat ramah terhadap siapa saja. (3) Pengaruh adat yang kuat dalam perilaku kehidupan-kehidupan sebab berlaku prinsip Adat Bersedikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah. Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan syara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan AI-Quran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Kota Gorontalo adalah sangat religius dan penuh tatanan nilai-nilai yang luhur. Dengan ungkapan di atas maka Kota Gorontalo disebut dengan Serambi Medinah. (4) Suka berfikir yang kritis, walaupun menampilkan pola kesederhanaan. (5) Suka menghormati dan menghargai orang, dengan dasar bahwa penghargaan terhadap orang lain itu berarti penghargaan terhadap orang lain itu berarti penghargaan diri sendiri dan tidak bertentangan dengan agama.( Taufik Polapa 13 : 2006 ) Antara agama dan kebudayaan di dalam masyarakat mempunyai hubungan erat. Banyak pengaruh agama terhadap budaya diantaranya butir-butir ajaran

84 digilib.uns.ac.id 68 agama yang diberlakukan menjadi budaya masyarakat Kota Gorontalo itu sendiri. Adapun contoh kecil dari pengaruh agama terhadap budaya pada masyarakat Kota Gorontalo dapat kita lihat pada pelaksanaan tahunan tradisi Meeraji ( Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW ). Kerukunan antar umat beragama di Kota Gorontalo terjalin hubungan yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada kondisi masyarakat yang hidup berdampingan dengan tenang dan damai yang telah terjalin selama ini. Dengan berpegang pada falsafah Adat bersendikan syara' dan syara' bersendikan kitabullah ciri religius sangat lekat pada masyarakat Gorontalo. Hal ini lebih dipertegas dengan banyaknya simbol-simbol religi yang ditemui di hampir seluruh wilayah Kota Gorontalo seperti keberadaan mesjid dan sarana keagamaan lainnya seperti Taman Pengajian, TK Alquran dan pesantren. Disamping itu keberadaan tempat - tempat peribadatan bagi agama-agama lainnya seperti gereja-gereja, Vihara dan Klanteng dapat ditemui di beberapa tempat di Kota Gorontalo sebagai tempat beribadat bagi pemeluk-pemeluk agam Kristen, Budha dan Hindu. Namun demikian nuansa Islami lebih mewarnai kehidupan masyarakat Kota Gorontalo. Table 2. Jumlah Pemeluk Agama di Kota Gorontalo URAIAN ISLAM KRISTEN KATOLIK HINDU BUDHA (Sumber : )

85 digilib.uns.ac.id 69 Pada tabel 2 di atas menggambarkan bahwa jika dilihat perkembangan dari tahun ke tahun dari agama yang dianut terlihat jelas bahwa pemeluk agama Islam di Kota Gorontalo memiliki jumlah yang terbanyak bila dibandingkan dengan agama-agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Bundha. Jumlah penduduk Islam terus meningkat setiap tahunnya dengan jumlah peduduk Islam sebanyak pemeluk, berbeda dengan pemeluk agama lain yang sering berubah dan bahkan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya, sebagai contoh pemeluk agama Kristen pada tahun 2004 berjumlah 3.405, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 ternyata mengalami peningkatan pemeluk. Jumlah pemeluk agama Katolik pada tahun 2004 berjumlah 1.740, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 598 pemeluk. Jumlah pemeluk agama Hindu pada tahun 2004 berjumlah 2.361, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 114 pemeluk. Jumlah pemeluk agama Budha pada tahun 2004 berjumlah 2.125, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 995 pemeluk. Adapun faktor yang mendasar terjadinya peningkatan dan penurunan jumlah pemeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha di Kota Gorontalo disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran maupun kematian yang terjadi di Kota Gorontalo. Penduduk Kota Gorontalo memiliki corak dan budaya tersendiri, yang menjunjung tinggi nilai nilai luhur masyarakat berupa gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan yang dikenal dengan " Huyula, Ambuwa, Ti'ayo, Hulunga ". Ungkapan Adat bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah "

86 digilib.uns.ac.id 70 merupakan pandangan hidup masyarakat Gorontalo yang memadukan adat dengan agama. Pandangan hidup ini selaras dengan masyarakat yang terbuka, moderen dan demokratis. Adapun ciri khas Kota Gorontalo lainnya. Pertama, makanan khas Kota Gorontalo yang terbuat olahan dari olahan jagung ada yang berupa kokole, balo binde, binde biluhuta dan lain sebagainya. Namun yang paling diunggulkan adalah binde biluhuta, yaitu makanan yang berasal dari jagung yang direbus dan kemudian diberikan bumbu parutan kelapa, daun bawang, daun kemangi, ebi, kecap, bawang goreng, jeruk nipis, dan cabe rawit yang sudah tumbuk. Kedua, rumah adat dulohupa, rumah adat ini digunakan sebagai tempat bermusyawarat. Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan, untuk memvonis para pengkhianat negara melalui sidang tiga alur pejabat pemerintahan, yaitu Buwatulo Bala (Alur Pertahanan / Keamanan), Buwatulo Syara (Alur Hukum Agama Islam), dan Buwatulo Adati (Alur Hukum Adat). Ketiga, kesenian yakni tarian yang cukup terkenal di Kota Gorontalo antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga. Keempat, kerajinan rakyat. Kerajinan rakyat yang paling terkenal di Kota Gorontalo diantaranya kain sulaman krawang dan anyaman " Upiya Karanji " atau kopiah keranjang yang terbuat dari bahan rotan. Kondisi sosial budaya masyarakat Kota Gorontalo mengalami perkembangan yang cukup baik. Indikator perkembangan dapat dilihat pada indeks kualitas hidup masyarakat yang antara lain meliputi angka kematian bayi dan ibu melahirkan, status gizi, harapan hidup dan angka partisipasi wajib belajar

87 digilib.uns.ac.id 71 yang setiap tahunnya mengalami peningkatan ( me/show/161). Perkembangan sistim mata pencaharian dalam kurun waktu 4-5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan semakin membaiknya indikator pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo diikuti juga oleh peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat pada tahun 2005 sebesar Rp ,84,-, tahun 2006 sebesar Rp ,79,-, tahun 2007 sebesar Rp ,07,- dan tahun 2010 meningkat sebesar Rp ,47,-. Adapun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Gorontalo tahun 2010 sebesar 72,12% naik dari tahun yang hanya 71,64%. Berkembangnya usaha industri kecil dan menengah yang ditunjang oleh pemberian bantuan modal usaha pelatihan teknis usaha industri kecil dan menengah melalui magang teknologi industri. Industri kecil di Kota Gorontalo terbagi atas 2 (dua) kategori yaitu Perusahaan Industri dan Industri Kerajinan Rumah Tangga. Perusahaan Industri menurut jenisnya dibedakan menjadi industri gilingan padi, pabrik kapur, penggergajian kayu, penyortiran rotan, industri mebel kayu/rotan. 3. Tingkat Pendidikan di Kota Gorontalo Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan tekonologi. Di samping itu pendidikan juga dapat menghindari manusia dari kemiskinan, keterbelakangan dan lebih hidup dinamis.

88 digilib.uns.ac.id 72 Di bawah ini akan di jabarkan secara spesifik tingkat pendidikan yang ada di Kota Gorontalo. Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Gorontalo Menurut Pendidikan Akhir No Pendidikan Terakhir Jumlah 1 Tidak /Belum sekolah Tidak Tamat SD /Sederajat SD /Sederajat SLTP /Sederajat SLTA /Sederajat Diploma I/II Akademi /Diploma III /Sarjana Muda Diploma IV /Strata I Strata II Strata III 86 Jumlah ( Sumber : Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kota Gorontalo ) Pada tabel 3 di atas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk Kota Gorontalo menurut pendidikan akhir sangat beragam. Prosentase secara keseluruhan adalah: Tidak /Belum sekolah adalah , Tidak Tamat SD /Sederajat adalah , SD /Sederajat adalah , SLTP /Sederajat adalah , SLTA /Sederajat adalah , Diploma I/II adalah 3.121, Akademi /Diploma III /Sarjana Muda adalah 3.845, Diploma IV /Strata I adalah , Strata II adalah 1.341, Strata III adalah 86. Dari prosentase di atas dapat kita lihat bahwa pendidikan terkahir yang paling besar dan dominan di Kota Gorontalo adalah Akademi /Diploma III /Sarjana Muda dengan jumlah prosentase penduduk

89 digilib.uns.ac.id 73 B. Sajian Data 1. Deskripsi Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dari hasil penelitian yang telah dilakuakan ada tiga benda cagar budaya Kota Gorontalo yang tidak sempat terdokumentasikan, yakni makam keramat Haji Bu ulu, Makam Keramat Titidu Hulawa, dan makam keramat Jogugu Inaku, hal ini disebabakan oleh faktor cuaca yang tidak memungkinakan pada saat peneliti melakukan penelitian. Adapun deskripsi singkat yang didapat dari dokumen Dinas Kebudayaan Kota Gorontalo, observasi dan dari hasil wawancara tentang keberadaan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo adalah sebagai berikut : a. Benteng Otanaha Gambar 3. Benteng Otanaha ( dok. Pribadi )

90 digilib.uns.ac.id 74 Benteng Otanaha dibangun sekitar tahun 1522 M oleh Raja Ilato atas prakarsa para nahkoda kapal Portugis yang berlabuh di pelabuhan Gorontalo untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri dari serangan musuh. Benteng ini dibuat dari bahan-bahan berupa pasir, batu kapur dan telur burung maleo sebagai semen atau bahan perekatnya. Menurut Iskandar Daulima,( Wawancara 13 Oktober 2011 ) dan dipertegas lagi oleh Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo, bahwa Raja Ilato memiliki dua orang putri dan seorang putra, yaitu Ndoba, Tiliaya dan Naha. Ketika berusia remaja, Naha pergi merantau ke negeri seberang, sedangkan kedua saudara perempuannya tinggal di wilayah Kerajaan Gorontalo. Singkat cerita, tahun 1585, Naha kembali ke negerinya dan memperistri Ohihiya. Hasil perkawinan mereka melahirkan Paha (Pahu) dan Limonu. Suatu ketika, terjadi perang melawan pemimpin transmigran dari wilayah barat Gorontalo yang di pimpin oleh Hemuto. Naha dan Paha tewas dalam perang tersebut. Limonu pun menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya. Dalam perang melawan Hemuto, Limonu dan Ohihiya memanfaatkan ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Untuk mengenang perjuangan mereka, ketiga benteng di atas diabadikan dengan nama benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu. Namun, dalam perkembangannya, benteng ini lebih dikenal dengan nama Benteng Otanaha. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit. Untuk sampai ke puncak Benteng Otanaha, pengunjung harus mendaki dengan melewati 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga. Uniknya, jumlah anak tangga pada setiap

91 digilib.uns.ac.id 75 persinggahan tidak sama. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, dari persinggahan I ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, dari persinggahan II ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan dari persinggahan III ke persinggahan IV terdapat 89 anak tangga. Selanjutnya, untuk sampai ke area benteng terdapat 71 anak tangga. Adapun tujuan utama dibuatkannya anak tangga hingga IV tingkatan adalah untuk mempermudah akses perjalanan menuju puncak benteng, sebab posisi benteng berada dipuncak perbukitan yang berhadapan langsung dengan danau Limboto. b. Makam Keramat Ju Panggola Gambar 4. Makam Keramat Ju Panggola ( dok. Pribadi ) Ju Panggola Adalah makam seorang Raja Gorontalo yang bernama Ilato yang bergelar Du Panggola (Bapak Tua) dan Ta'Aulia (Waliyulla), Du Panggola dalam memerintah sangat adil, bijak penuh kearifan serta mengayomi rakyatnya, disamping itu pula beliau adalah orang yang sangat mendalami agama. Wafat pada tahun 1689, makam ini berada dilereng bukit berjarak 500 meter dari Benteng Otanaha.

92 digilib.uns.ac.id 76 Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan. Ju berarti ya, sedangkan Panggola berati tua. Jadi, Ju Panggola artinya Ya Pak Tua. Konon nama Pak Tua tersebut adalah Ilato, yang artinya kilat. Karena kesaktian dan sifat keramatnya Ilato, mempunyai kemampuan untuk menghilang dan muncul jika negeri dalam keadaan gawat.(sumber : Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo ) Dari sumber yang didapat dari arsip dinas kebudayaan Kota Gorontalo dan arsip tugas mahasiswa jurusan pendidikan sejarah UNG, bahawa Pak Tua atau Ju Panggola gelar ini muncul dari masyarakat karena setiap beliau tampil, dengan profil Kakek Tua yang mengenakan jubah putih. Ia mempunyai jenggot putih yang sangat panjang yang melewati lutut. Ia juga dijuluki sebagai Awuliya ( Wali ) karena beliau adalah penyebar agama Islam sejak tahun 1400, sebelum para Wali Songo berada di Pulau Jawa. Makam tersebut memiliki banyak keajaiban,antara lain, tanah di atas bukit itu berbau harum. c. Makam Keramat Nenek Taibi Gambar 5. Makam Keramat Nenek Taibi ( dok. Pribadi )

93 digilib.uns.ac.id 77 Menurut Suleman Hunou 4 : 2007 yang diperkuat oleh Marlin Liputo ( wawancara 12 Oktober 2011, bahawa makam keramat Nenek Taibi adalah sebuah makam yang memancarkan air dari Bonggo Lopaita ( batu nisan ). Nenek Taibi adalah seorang tabib yang pertama kali menemukan obat-obat tradisional Gorontalo. Nenek Taibi dapat menolong orang sakit dengan obat tradisional akar baluntha, kunyit, pala, cengkeh, pinang, dan sirih. Adapun penyakit yang pada saat itu menjadi ketakutan terbesar sebahagian masyarakat Kota Gorontalo adalah diare, penyakit kulit ( abongo ), dan penyakit sejenis dengan malaria. Bagi masyarakat Gorontalo pada masa hidupnya Nenek Taibi adalah seorang yang ramah dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa menagih upah dari hasil pengobatanya. d. Makam Keramat Pulubanga Gambar 6. Makam Keramat Pulubangga ( dok. Pribadi ) Dari hasil wawancara Roys Pakaya ( 13 Oktober 2011 ) dan diperkuat oleh Heriyanto Ibrahim ( 13 Oktober 2011 ), bahwa makam keramat Pulubangga terletak di kelurahan Tanjung Kramat sekitar 4 Km, beliau adalah seorang

94 digilib.uns.ac.id 78 pemberani yang berasal dari Gorontalo yang memiliki ilmu yang tinggi yang dihidayahi oleh Tuhan. Hidayah ini dipergunakan beliau dalam menegakkan keadilan dan kebenaran serta melindungi rakyat yang tertindas, hal itu terbukti dengan beberapa perlawana frontal beliau terhadap petingi-petinggi kerajaan Gorontalo yang semena-mena terhadap rakyat Gorontalo saat itu. e. Makam Kramat Haji Bu ulu Menurut Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo makam keramat Haji Bu ulu letaknya dipusat Kota Jl. Teuku Umar. Haji Buulu artinya Haji Rusa. Konon kenapa beliau di beri gelar Haji Rusa karena pada saat melaksanakan ibadah Haji ke Tanah Suci beliau terbang dengan mengenderai seekor rusa. Disana beliau sempat melanggar satu aturan yakni memasuki Ka'bah tanpa ijin dan melihat sesuatu didalamnya. Karena keingutahuannya beliau menengadah ke langit-langit Ka'Bah perbuatan ini diketahui oleh seorang syekh dan ia dikutuk untuk tujuh turunan tidak diperkenankan menunaikan Ibadah Haji. Apabila memaksakan diri maka akan berlaku kutukan yang diberikan kepada beliau yakni semacam daging yang tumbuh di kepala menyerupai tanduk rusa. Deskripsi dari Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo dipertegas lagi oleh Farha Daulima ( 1991 : 12 ) bahawa menurut kepercayaan masyarakat Gorontalo bahwa Gorontalo senantiasa luput dari bencana alam maupun bencana lainya adalah berkat roh-roh para aulia-aulia tersebut.

95 digilib.uns.ac.id 79 f. Mesjid Hunto Gambar 7. Mesjid Hunto ( dok. Pribadi ) Hunto Sultan Amay merupakan Mesjid tertua di Gorontalo. Mesjid ini berdiri pada tahun 899 Hijriah bertepatan 1495 Masehi. Dibalik tiang-tiangnya yang kokoh Mesjid ini memiliki kisah sejarah yang unik dan menarik untuk diketahui. Menurut Syamsuri Kaluku ( wawancara 13 Oktober 2011 ) yang biasa di sapa Pak Haji oleh masyarakat sekitar merupakan satu diantara jemaah yang mengetahui betul cerita berdirinya Mesjid tua itu. Ia mengisahkan dan mengungkapkan beberapa sejarah Mesjid Sultan Amay yang menjadi tempat pusat awal perkembangan agama Islam."Islam sebenarnya sudah masuk di Gorontalo semenjak 1300an Masehi, hanya saja perkembangannya nanti pada tahun 1490an tepatnya pada saat Mesjid ini berdiri," ujar Pak Haji mengawali kisah cerita Mesjid tua. Lanjutnya sebelum Mesjid tersebut berdiri wilayah yang kini telah menjadi Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo dipimpin oleh Raja Amay seorang pemimpin muda, ganteng, dan masih lajang. Raja dan para pengikutnya saat itu menganut kepercayaan animisme. Patung, pohon, dan hal-hal yang dianggap mistik merupakan commit sesembahan to user masyarakat saat itu.

96 digilib.uns.ac.id 80 Sang Raja kemudian jatuh cinta pada putri raja. Putri Boki Antungo yang merupakan putri Raja Palasay, gadis cantik asal Mautong Sulawesi Tengah. Berniat hendak meminang sang putri, Raja Amay kemudian mendatangi langsung sang Raja Palasay ayahanda sang putri. Ungkapan ingin memimang pun disampaikan langsung dan Raja Palasay menerima baik niat Raja Amay. Raja Palasay yang ketika itu merupakan pengikut agama Islam yang taat, kemudian mengajukan satu syarat kepada Raja Amay. Jika disepakati maka Raja Palasay merestui anaknya dinikahi Raja Amay. "Satu syarat yang diajukan yaitu Raja Amay harus masuk Islam dengan bukti Raja Amay harus mendirikan Mesjid," lanjut Pak Haji yang juga merupakan Pengurus Badan Ta'mirul Mesjid Hunto Sultan Amay. Permintaan Raja Palasay kemudian disetujui oleh Raja Amay. Pembangunan Mesjid pun dilakukan di Gorontalo. Mesjid tersebut kemudian diberi nama Hunto Sultan Amay. Hunto singkatan dari Ilohuntungo berarti basis atau pusat perkumpulan agama Islam ketika itu. Sebelum menikah Raja Amay mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja Amay dengan terang-terangan mendeklarasikan diri telah memeluk agama Islam secara sah dan kemudian meminta seluruh pengikutnya untuk melakukan pesta meriah. Pada pesta tersebut Raja Amay meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan sumpah adat. "Tepatnya dihalaman Mesjid ini, digelar pesta dan sumpah adat dengan hidangan babi, darah babi kemudian dijadikan simbol sumpah adat yang diteteskan dibagian kepala (jidat) dengan isi sumpah hari tersebut merupakan hari terakhir rakyatnya memakan babi," ungkap Pak Haji

97 digilib.uns.ac.id 81 dengan semangat. Usai proses sumpah adat, Raja Amay kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Pernikahan Raja Amay dan Putri Boki Antungo pun dilakukan di Mautong dan Mesjid Hunto Sultan Amay menjadi hadiah pernikahan Raja Amay kepada istrinya. Syekh Syarif Abdul Aziz ahli agama Islam dari Arab Saudi didatangkan langsung oleh Raja Amay untuk menyebarluaskan agama Islam di Gorontalo. Dan sampai saat ini masih terbukti sebagian besar masyarakat Gorontalo menganut kepercayaan agama Islam atas upaya dari Raja Amay. Saat ini bentuk dan ukuran Mesjid Hunto Sultan Amay telah dipugar dan diperbesar tanpa menghilangkan keasliannya. Diantaranya mimbar yang biasa digunakan untuk berkhotbah dan tiang-tiang Mesjid yang masih kokoh berdiri serta ornamen-ornamen beraksen kaligrafi Arab. Adapula bedug yang terbuat dari kulit kambing yang sudah mulai menipis dengan kondisi telah dihiasi lubang-lubang kecil tetapi masih digunakan hingga saat ini. Posisinya terletak dibagian dalam, tepatnya di sudut kanan depan Mesjid. Semuanya asli dan telah berumur lebih dari 600 tahun. Komentar Syamsuri Kaluku dipertegas lagi oleh asrsip yang didapat dari dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Gorontalo, bahwa peninggalan asli lainnya dari mesjid Hunto adalah sumur tua yang hingga kini masih digunakan oleh jemaah dan masyarakat sekitar. Posisinya terletak di samping kiri mesjid, berdekatan dengan tempat wudhu. Sumur tua tersebut terbuat dari kapur dan putih telur Maleo dengan diameter lebih dari satu meter dan ketinggian mencapai tujuh meter. Kondisi cuaca Gorontalo yang sering dilanda musim panas berkepanjangan tidak mempengaruhi kondisi airnya yang terus melimpah dan jernih. Masyarakat

98 digilib.uns.ac.id 82 setempat pun meyakini air sumur tua Mesjid Hunto Sultan Amay keramat dan sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Luas keaslian Mesjid 144 meter persegi tapi sekarang sudah lebih besar. Ukuran aslinya itu merupakan wilayah pusatnya dan masih tetap asli sampai sekarang. Dilakukan perbaikan dikarenakan sudah rusak dan dipercantik kembali tanpa menghilangkan keasliannya. Area Mesjid yang telah diperlebar diantaranya dibagian depan dan sebelah kanan Mesjid yang dijadikan ruang shalat wanita. Serta ada penambahan bangunan yang hingga kini dalam proses pembangunan di lantai dua. "Rencananya lantai dua juga untuk wanita, Insya Allah puasa ini sudah bisa digunakan," harapnya. Tidak hanya air sumur tua, Mesjid ini pun diyakini keramat sehingga banyak yang datang berkunjung dan berziarah. Tepat di mihrab berbatasan dengan tempat posisi Imam berdiri merupakan makam Sultan Amay. "Ada batasnya dan sudah di atur antara kuburan Sultan Amay dan tempat posisi Imam berdiri biar tidak terkesan kita menyembah beliau (Raja Amay),". Lokasi mimbar tersebut sering mengeluarkan aroma yang harum alami tanpa pewangi buatan. Sedangkan dibagian belakang Mesjid merupakan kuburan tua termasuk Syekh-Syekh zaman dulu yang turut serta menyebarkan agama Islam di Gorontalo. Bentuk keramat lain biasanya dapat dirasakan oleh orang-orang tertentu yang datang dari kalangan peziarah. Biasanya dilihat dari tingkat keimanannya masing-masing, semakin tinggi imannya maka semakin tinggi pula ujiannya. Berdasarkan pengalaman yang terjadi terdengar suara orang menangis dimimbar, ada yang melihat banyak orang

99 digilib.uns.ac.id 83 lagi shalat tetapi sebenarnya tidak ada seorangpun didalam Mesjid. Bahkan ketika shalat sendiri tiba-tiba ada suara dari belakang membalas kata amin atau salam. g. Titidu Hulawa Menurut tulisan Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo diketahui ada seorang yang bernama Yunus yang dijuluki Titidu Hulawa ( Sendok Emas ) yang meninggal beberapa ratus tahun yang lalu. Menurut legenda dia mempunyai keajaiban yang luar biasa karena mempunyai sendok emas yang sangat sakti dan bisa dipergunakan untuk melawan musuhnya. Data dari Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo dipertegas lagi oleh Oly ( Wawancara 13 Oktober 2011 ) bahwa pernah dilokasi makam ini pernah dijatuhi bom pada saat perang melawan Belanda, berkat keramatnya maka bom tersebut tidak meledak. Selain itu makam keramat Titidu Hulawa pada saat kemarau panjang bisa mengeluarkan sumber mata air yang tidak diketahui dari mana asalnya. h. Makam Keramat Ta'jailoyibuo Gambar 8. Makam Keramat Ta'jailoyibuo ( dok. Pribadi )

100 digilib.uns.ac.id 84 Menurut penuturan Ismail Syukur juru pelihara makam ( Wawancara 14 Oktober 2011 ) dan Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo, bahwa Ta'jailoyibuo yakni seorang anak yang lahir dari seorang ibu yang sudah meninggal dan sudah dilaksanakan pemakamanya. Tiga hari kemudian dari kuburan seorang ibu tersebut terdengar suara tangisan bayi dan setelah ditelusuri suara tersebut muncul dari seorang ibu tadi, dan setelah dikabarkan keseluruh masyarakat dengan segera kuburan itu digali. Setelah penggalian dilakukan ternyata yang ditemukan seorang bayi yang tidak memiliki tali pusar. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar makam apabila ada suami istri yang sudah lama menikah dan belum dikaruniayi anak datang berziarah dan bermohon kepada Allah SWT akan diberi keturunan. i. Makam Keramat Aulia Ta Ilayabe Gambar 9. Makam Keramat Aulia Ta Ilayabe ( dok. Pribadi ) Menurut Sumber Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo makam keramat Auliay Ta Ilayabe berada di atas bukit sekitar kompleks pelabuhan Gorontalo, keunikan makam kramat ini sempat berpindah tempat,

101 digilib.uns.ac.id 85 makam tersebut ditandai bendera putih yang artinya makam orang suci yang bernama Tulutani Male dan Gelar Ta Ilayabe. Konon Almarhum adalah seorang Hulubalangi kerajaan Gorontalo dimasa lalu, Gelar adat Ta Ilayabe ini diberikan karena atas jasanya menaklukan hati Raja Ternate melepaskan Gorontalo dari jajahannya. Sumber Sumber Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo tentang makam keramat Auliay Ta Ilayabe dipertegas lagi oleh Joni Nuke ( wawancara 13 Januari 2012), bahwa Ta Ilayabe artinya orang yang dikipas, kipaslah diriku, demikian permintaannya untuk meredam amarahnya saat bersitegang dengan Raja Ternate karena diremehkan saat menyampaikan upeti. Pada waktu itu ia marah besar dan mengeluarkan ilmu kesaktiannya menancapkan ujung jari kaki ketanah, maka menyemburlah air dan ia berkata "Bila Paduka Raja masih menjajah Gorontalo maka tanah ternate akan kutengelamkan. Nah pada saat itu pula Raja Ternate berjanji dan menyatakan melepaskan Gorontalo dari daerah jajahannya. j. Makam Keramat Jogugu Inaku Menurut Sumber Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo bahwa pada masa sebelum perang dunia kedua ada sebuah kuba makam yang terletak di kelurahan paguyaman. Setelah perang kuba makam tersebut telah hancurdan yang tersisa hanya sebuah batu nisan. Asip dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo dipertegas lagi oleh Hadijah Liputo ( wawancara 14 Januari 2012 ), bahwa pada tahun 1939 terjadi suatu keajaiban pada makam tersebut, dimana setiap hari jum at menjelang subuh

102 digilib.uns.ac.id 86 dari batu nisan makam itu mengeluarkan cahaya yang diikuti dengan suara azan, zikir dan suara seorang yang sedang beribadah kejadian tersebut terulang kembali disaat menjelang ashar. Keajaiban lain yaitu dulunya bentuk batu nisan berukuran kecil, namun sekarang sudah menjadi besar dan masih memberikan keajaiban keajaiban yang membuat banya orang berbondong-bondong berziarah ketempat makam tersebut. k. Pemandian Bak Potanga Gambar 10. Pemandian Bak Potanga ( dok. Pribadi ) Pemandian Potanga berada di sebelah barat Kota Gorontalo, tepatnya di Kelurahan Pilolodaa Kecamatan Kota Barat. Jarak tempuh yang pendek dari pusat kota ini menjadikan objek wisata pemandian potanga tidak dilengkapi dengan fasilitas penginapan. Waktu tempuh hanya sekitar 20 menit dari pusat kota. Wisata Alam yang mengandalkan pemandian yang bersih dan sejuk dengan menggunakan mata air alami pegunungan yang mengalir dari celah-celah bebatuan disekitar pemandian, merupakan aset wisata peninggalan Belanda dan pemerintah masyarakat Kota Gorontalo pada umumnya.

103 digilib.uns.ac.id 87 Menurut Dunelo (Wawancara 14 Oktober 2011) dan Yuyun P ( wawancara 13 Januari 2012 ), bahwa nama pemandian Potanga yang mempunyai makna simpang ( Simpan ) dan menjadi nama perkampungan di lokasi tersebut, Wisata potanga dibangun sejak Jaman penjajahan Belanda yang dipergunakan oleh petinggi-petinggi pejabat belanda untuk beristirahat dan mandi. Ada 2 jalur alternatif menuju lokasi wisata,yang pertama dari Bandara Jalaluddin dan yang kedua dari Pusat Kota Gorontalo. Jarak tempuh yang pendek yakni akses dari Kota Gorontalo, karena hanya berjarak sekitar 5 km dari pusat kota melalui Jalan Raja Eyato dan Jalan Usman Isa. Bagi pengunjung yang ingin menuju ke lokasi wisata langsung dari Bandara Jalaluddin, dengan menggunakan taksi melalui Jalan Raya Batudaa Bongomeme dan akan melewati lokasi lokasi wisata lainnya (Taluhu Barakati, Benteng Otanaha, Dermaga Iluta, dan Makam Keramat Ju Panggola). Tepat di simpang empat kelurahan pilolodaa (potanga), akan terlihat gapura menuju ke lokasi wisata. Dari gapura masih berjarak lebih kurang 500 m ke lokasi wisata dengan jalan yang sedikit menanjak, karena wisata alam pemandian potanga tepat berada di kaki bukit.

104 digilib.uns.ac.id 88 l. Kantor PT Pelni Nusantara ( Pelabuhan Gorontalo ) Gambar 11. Kantor PT Penli Nusantara ( dok. Pribadi ) Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Pelabuhan Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Menurut sumber asip Dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo yang diperkuat oleh pernyataan Surya Kobi ( wawancara 13 Januari 2012 ), bahwa pelabuhan Kota Gorontalo menjadi awaln mula perkembangan pusat pendidikan dan perdagangan di Kota Gorontalo, karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara). Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala

105 digilib.uns.ac.id 89 Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow. m. Kantor Pos Gorontalo Gambar 12. Kantor Pos Gorontalo ( dok. Arsip Jurusan pendidikan sejarah) Menurut sumber asip dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo, sejarah Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942 tidak lepas dari Kekalahan Belanda oleh Jepang, pada Perang di Laut Jawa, membuatnya menjadi gelap mata. Gorontalo dibumi hanguskan yang dimulai pada tanggal 28 Desember Adalah seorang pemuda bernama Nani Wartabone (saat itu berumur 35 tahun) memimpin perjuangan rakyat Gorontalo dengan menangkapi para pejabat Belanda yang masih ada di Gorontalo. Menurut sumber asip Dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo yang diperkuat oleh pernyataan Surya Kobi ( wawancara 13 Januari 2012 ), bahwa pasukan Rimba Nani Wartabone bergerak dari kampung-kampung di pinggiran kota Gorontalo seperti Suwawa, Kabila dan Tamalate, mereka bergerak mengepung kota Gorontalo. Hingga akhirnya Komandan Detasemen Veld Politie

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejarah memberikan makna dan pengalaman tentang peristiwa masa lampau. Sejarah mengajarkan kita untuk dapat bertindak lebih bijaksana. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GREEN CAMPUS PROGRAM DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

IMPLEMENTASI GREEN CAMPUS PROGRAM DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET IMPLEMENTASI GREEN CAMPUS PROGRAM DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Magister Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

: AYU PERDANASARI K

: AYU PERDANASARI K UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : AYU PERDANASARI K7413024

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU SEJARAH

PENGANTAR ILMU SEJARAH Resume Buku PENGANTAR ILMU SEJARAH Karya: Prof. Dr. Kuntowijoyo Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif.

BAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa-bangsa yang pada masa lalu dibangun sebagian besar akibat penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan identitas nasional dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA. (Studi Kasus Kelas X SMA Al-Muayyad Surakarta) TESIS

ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA. (Studi Kasus Kelas X SMA Al-Muayyad Surakarta) TESIS ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA (Studi Kasus Kelas X SMA Al-Muayyad Surakarta) TESIS Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PENGADAAN BARANG BERGERAK BERUPA KOMPUTER DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

ADMINISTRASI PENGADAAN BARANG BERGERAK BERUPA KOMPUTER DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR ADMINISTRASI PENGADAAN BARANG BERGERAK BERUPA KOMPUTER DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md ) Dalam

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

Tesis. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Program Studi Magister Pendidikan Sejarah. Oleh: Eko Puji Sumaryanto S

Tesis. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Program Studi Magister Pendidikan Sejarah. Oleh: Eko Puji Sumaryanto S PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) DAN INFORMATION SEARCH (IS) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KONTROVERSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XII IPS SMA N 1 BATANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF METODE ROUND TABLE DENGAN MEDIA POSTER (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang

Lebih terperinci

HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH

HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH Kompetensi Dasar : Kemampuan mendeskripsikan hakekat, ruang lingkup dan prinsip dasar ilmu dan penelitian sejarah Indikator : Memahami pengertian sejarah Mengidentifikasikan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI ( STUDI KASUS PADA KD BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 NGADIROJO PACITAN) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING, TERSTRUKTUR, DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. (Studi Eksperimen di SMP Negeri 2 Kebakkramat) Tesis

PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING, TERSTRUKTUR, DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. (Studi Eksperimen di SMP Negeri 2 Kebakkramat) Tesis PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING, TERSTRUKTUR, DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Studi Eksperimen di SMP Negeri 2 Kebakkramat) Tesis Diajukan kepada Program Studi Magister manajemen Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMK NEGERI 3 KLATEN

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMK NEGERI 3 KLATEN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMK NEGERI 3 KLATEN TESIS Diajukan kepada Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TESIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TESIS KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI TESIS Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user PENINGKATAN SIKAP DAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON-EXAMPLE PADA SISWA KELAS XI KP SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO

Lebih terperinci

TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S

TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA BERWAWASAN MULTIKULTURAL DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 13 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TESIS Diajukan

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI. (Studi Situs SMAN 2 Karanganyar) TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI. (Studi Situs SMAN 2 Karanganyar) TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI (Studi Situs SMAN 2 Karanganyar) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA KELAS BAWAH DI SDII AL ABIDIN SURAKARTA TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA KELAS BAWAH DI SDII AL ABIDIN SURAKARTA TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA KELAS BAWAH DI SDII AL ABIDIN SURAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di MAN I Surakarta yang beralamat di Jl. Sumpah Pemuda 25 Kelurahan Kadipiro Kecamatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: ZAHRA SALSABILA K7110183 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda-pemudi khususnya siswa di Indonesia sekarang memang sangat banyak terlibat dalam perkembangan gaya hidup arus global yang terkait dengan gengsi semata. Hal ini

Lebih terperinci

TESIS. Oleh Q

TESIS. Oleh Q PEMBERDAYAAN GURU DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS III SDN 1 KROBOKAN JUWANGI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: Antonius Hari Suharto X7109126 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) MENUJU SEKOLAH UNGGULAN. (Studi situs SMP Negeri 1 Ngadirojo, Pacitan) TESIS.

PENGELOLAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) MENUJU SEKOLAH UNGGULAN. (Studi situs SMP Negeri 1 Ngadirojo, Pacitan) TESIS. PENGELOLAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) MENUJU SEKOLAH UNGGULAN (Studi situs SMP Negeri 1 Ngadirojo, Pacitan) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOMIK TOYS DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS X IPA 2 SMA NEGERI 1 POLOKARTO TAHUN AJARAN 2014/2015

PEMBELAJARAN KOMIK TOYS DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS X IPA 2 SMA NEGERI 1 POLOKARTO TAHUN AJARAN 2014/2015 PEMBELAJARAN KOMIK TOYS DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS X IPA 2 SMA NEGERI 1 POLOKARTO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh : EDWAN EKA SAPUTRA K3210021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN i PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK KELAS II SD NEGERI PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Disusun oleh: ARI AGUSTIANI K7111020

Lebih terperinci

PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO

PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sasrjana Sastra

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 2 KALIWUNGU KENDAL T E S I S

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 2 KALIWUNGU KENDAL T E S I S KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 2 KALIWUNGU KENDAL T E S I S Diajukan Kepada Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Salahsatu Persayaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Pendidikan Sejarah. Disusun Oleh: SUYANTI S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Salahsatu Persayaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Pendidikan Sejarah. Disusun Oleh: SUYANTI S PENANAMAN NILAI NILAI PERJUANGAN DIPONEGORO DALAM PEMBELAJARAN IPS SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus SMP Diponegoro Depok Tahun Ajaran 2014/2015) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Salahsatu Persayaratan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 o l e h: MIKE DEVY PERMATASARI K8409039

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas II SD Negeri Carangan NO. 22 Surakarta tahun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WONOGIRI

PEMANFAATAN INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WONOGIRI PEMANFAATAN INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WONOGIRI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MANGKUYUDAN NO.2 TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN ASET DAERAH TERHADAP

PENGARUH MANAJEMEN ASET DAERAH TERHADAP digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH MANAJEMEN ASET DAERAH TERHADAP KEWAJARAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MENURUT PP NO. 71 TAHUN 2010 DAN PSAP NO. O7 (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Grobogan) TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 Oleh : Nursitinah NIM. X3211017 Skripsi Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDN 3 MOJOREBO WIROSARI GROBOGAN TESIS

PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDN 3 MOJOREBO WIROSARI GROBOGAN TESIS PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDN 3 MOJOREBO WIROSARI GROBOGAN TESIS Diajukan Kepada Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh: Anggraini Putri Permata Dewi K5407011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: DYAH DWI HAPSARI K7109065 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET GRATIS DI PERPUSTAKAAN SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR

PEMANFAATAN INTERNET GRATIS DI PERPUSTAKAAN SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR PEMANFAATAN INTERNET GRATIS DI PERPUSTAKAAN SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Program D-III

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : WULAN IKA ASHARI K

SKRIPSI. Oleh : WULAN IKA ASHARI K PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAHAN JEPANG DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL) (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: JURIT YULIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2016.

SKRIPSI. Oleh: JURIT YULIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2016. PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN TEKNIK TUMPAHAN KATA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri Kartasura

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS

TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: TRI WIRATNA K7109190

Lebih terperinci

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

PENERAPAN QUANTUM LEARNING

PENERAPAN QUANTUM LEARNING PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN WATES KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI Oleh: INDRI

Lebih terperinci

SUPERVISI KLINIS DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA SD GUGUS GAJAH MADA KABUPATEN KLATEN TESIS DISUSUN OLEH : MULYADI NIM: Q

SUPERVISI KLINIS DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA SD GUGUS GAJAH MADA KABUPATEN KLATEN TESIS DISUSUN OLEH : MULYADI NIM: Q SUPERVISI KLINIS DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA SD GUGUS GAJAH MADA KABUPATEN KLATEN TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PELATIHAN OLAHRAGA PENCAK SILAT UNGGUL DI PPLP PENCAK SILAT JAWA TENGAH TESIS

PENGELOLAAN PELATIHAN OLAHRAGA PENCAK SILAT UNGGUL DI PPLP PENCAK SILAT JAWA TENGAH TESIS PENGELOLAAN PELATIHAN OLAHRAGA PENCAK SILAT UNGGUL DI PPLP PENCAK SILAT JAWA TENGAH TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

Pengajaran Sejarah Pada Generasi Muda Secara Efektif

Pengajaran Sejarah Pada Generasi Muda Secara Efektif NAPAK TILAS SEJARAH DI JAWA BARAT 20 s.d 21 MEI 2014 Pengajaran Sejarah Pada Generasi Muda Secara Efektif A. SobanaHardjasaputra PENGERTIAN SEJARAH Pengajaran sejarah perlu dilandasi oleh kesadaran sejarah,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DALAM MENYELESAIKAN SOAL PELUANG DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR (Penelitian Dilakukan di SMA Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS VIII F DI SMP N 1 SAMBI TESIS

PENGELOLAAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS VIII F DI SMP N 1 SAMBI TESIS PENGELOLAAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS VIII F DI SMP N 1 SAMBI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS KELAS ICT DI SMA NEGERI GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PEMBELAJARAN BERBASIS KELAS ICT DI SMA NEGERI GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMBELAJARAN BERBASIS KELAS ICT DI SMA NEGERI GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Studi Kasus Pembelajaran Berbasis Kelas ICT Di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNGSIMPING 02 CILACAP TENGAH, CILACAP TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : RISA

Lebih terperinci

YATNO NIM A

YATNO NIM A NILAI-NILAI PATRIOTISME DAN NASIONALISME YANG TERKANDUNG DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA ( Studi Kasus di kelas V SD Muhammadiyah Plosorejo) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN INSENTIF PEMBELAJARAN Studi Situs di SD Negeri 01 Suruh Tasikmadu Karanganyar TESIS

PENGELOLAAN INSENTIF PEMBELAJARAN Studi Situs di SD Negeri 01 Suruh Tasikmadu Karanganyar TESIS PENGELOLAAN INSENTIF PEMBELAJARAN Studi Situs di SD Negeri 01 Suruh Tasikmadu Karanganyar TESIS Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi

Lebih terperinci

ISMIYATI MARFUAH S

ISMIYATI MARFUAH S PROSES BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KELAS IX B SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PENYELESAIAN PERKARA ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA OLEH KEPOLISIAN RESOR KOTA (POLRESTA) SURAKARTA TESIS

PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PENYELESAIAN PERKARA ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA OLEH KEPOLISIAN RESOR KOTA (POLRESTA) SURAKARTA TESIS PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PENYELESAIAN PERKARA ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA OLEH KEPOLISIAN RESOR KOTA (POLRESTA) SURAKARTA TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung

Lebih terperinci

Oleh: Aris Wahyudi S PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Oleh: Aris Wahyudi S PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL BERBASIS SEJARAH PERJUANGAN ADISUTJIPTO UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMA NEGERI 6 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: LIA MAWARNI K8412040 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN ORANG TUA SISWA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SDN SABRANGLOR NO. 78 SURAKARTA TESIS

PEMBERDAYAAN ORANG TUA SISWA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SDN SABRANGLOR NO. 78 SURAKARTA TESIS PEMBERDAYAAN ORANG TUA SISWA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SDN SABRANGLOR NO. 78 SURAKARTA TESIS Diajukan kepada Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN PROYEK DAN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS MAHASISWA Pembelajaran Kimia pada Materi Termokimia Mahasiswa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS REVIEW FILM DAN DRAMA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 (STUDI KASUS)

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS REVIEW FILM DAN DRAMA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 (STUDI KASUS) PEMBELAJARAN MENULIS TEKS REVIEW FILM DAN DRAMA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 (STUDI KASUS) SKRIPSI Oleh: INNA RIZKI APRIYANTI K1213035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: RANI DWI WINASIS

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: RANI DWI WINASIS PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 2 SOKARAJA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA YANG DEWASA DALAM BERPIKIR DAN BERPERILAKU

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA YANG DEWASA DALAM BERPIKIR DAN BERPERILAKU PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA YANG DEWASA DALAM BERPIKIR DAN BERPERILAKU (Studi Kasus Di Lingkungan Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta) Oleh : SKRIPSI Oleh : Ageng

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERBEDAAN PENGARUH JENIS PERMAINAN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (Eksperimen Pada Siswa Umur 6-7 tahun dan Siswa Umur 10-11 tahun pada SD Negeri Jombor 01 Sukoharjo) TESIS

Lebih terperinci

Oleh : ADITYA WEGA PRIMANDIKA NIM. K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Oleh : ADITYA WEGA PRIMANDIKA NIM. K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI IPS 4SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Oleh : ADITYA WEGA PRIMANDIKA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS PADA ANAK-ANAK HOMESCHOOLING TINGKAT SMP (Studi Kasus Di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo) TESIS

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS PADA ANAK-ANAK HOMESCHOOLING TINGKAT SMP (Studi Kasus Di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo) TESIS 1 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS PADA ANAK-ANAK HOMESCHOOLING TINGKAT SMP (Studi Kasus Di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Pendidikan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister. Program Studi Pendidikan Sejarah OLEH CHAIRANY FITRIAH NIM.

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister. Program Studi Pendidikan Sejarah OLEH CHAIRANY FITRIAH NIM. PENERAPAN METODE INKUIRI BERBASIS VISUALISASI MUSEUM SANGIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN MENUMBUHKEMBANGKAN KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SURAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI BUNYI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI BUNYI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SAMBIDUWUR 2 TANON SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUPRAPTO X7111543 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KONFLIK KINERJA GURU (Studi Situs SMP Negeri 7 Klaten) TESIS

PENGELOLAAN KONFLIK KINERJA GURU (Studi Situs SMP Negeri 7 Klaten) TESIS PENGELOLAAN KONFLIK KINERJA GURU (Studi Situs SMP Negeri 7 Klaten) TESIS Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Program Pascasarjana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN 3.1 Desain/Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali peristiwa yang terjadi di masa lalu, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dikatakan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa

BAB II LANDASAN TEORI. dikatakan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa BAB II LANDASAN TEORI 2.1 cagar budaya Cagar budaya dalam Undang-Undang nomor 11 tahun 2010 pasal 1 point 1 dikatakan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya,

Lebih terperinci

Oleh AGUSTINA RIZKI WULANSARI A

Oleh AGUSTINA RIZKI WULANSARI A ANALISIS KESIAPAN GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : MU ALIM AKBAR YUSUF K

SKRIPSI. Disusun Oleh : MU ALIM AKBAR YUSUF K PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Disusun Oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PADA SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS IV SD PURBA ADHI SUTA PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh: NURIDA YUSRIANI K8111057 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 WIROSARI GROBOGAN TESIS. Diajukan Kepada :

KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 WIROSARI GROBOGAN TESIS. Diajukan Kepada : i KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 WIROSARI GROBOGAN TESIS Diajukan Kepada : Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SEKOLAH BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA TESIS.

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SEKOLAH BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA TESIS. PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SEKOLAH BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SMK NEGERI 8 SURAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

PROFIL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BERBASIS PENILAIAN KINERJA (Studi Situs SMP Negeri 1 Cawas Klaten) TESIS

PROFIL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BERBASIS PENILAIAN KINERJA (Studi Situs SMP Negeri 1 Cawas Klaten) TESIS PROFIL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BERBASIS PENILAIAN KINERJA (Studi Situs SMP Negeri 1 Cawas Klaten) TESIS Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pula masuk ke negara Indonesia. Globalisasi sistem pengetahuan,

Lebih terperinci