HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan terhadap parameter mutu dan organoleptik, serta menentukan suhu dan waktu penggorengan yang optimal dilihat dari uji fisikokimia dan pembobotan. Hasil produk keripik ikan lemuru dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 10. Hasil produk keripik ikan lemuru dalam berbagai tingkatan suhu dan waktu penggorengan 25

2 1.Rendemen Gambar 11.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Rendemen keripik ikan lemuru Dilihat dari grafik, rendemen rata-rata keripik ikan lemuru yang dihasilkan berkisar antara 37 % %. Nilai rendemen terkecil diperoleh pada perlakuan suhu penggorengan 100 o C dengan waktu penggorengan 60 menit. Hubungan antara pengaruh perlakuan penggorengan dengan rendemen dapat dilihat pada gambar 11. Secara umum, dari gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan, nilai rendemen yang dihasilkan cenderung menurun. Hasil uji statistik (lampiran 7a) menunjukkan bahwa faktor suhu dan waktu penggorengan berpengaruh nyata terhadap turunnya nilai rendemen keripik ikan lemuru (p<0.05). Sedangkan interaksi antara faktor suhu dan waktu penggorengan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai rendemen keripik ikan lemuru (p>0.05). Hasil uji lanjut Duncan (lampiran 7b) memperlihatkan bahwa keripik ikan lemuru yang digoreng pada suhu 80 o C menghasilkan keripik dengan rendemen terbesar dan berbeda nyata dengan semua produk yang digoreng pada suhu 90 o C dan 100 o C. Sedangkan produk yang digoreng pada suhu 100 o C memiliki nilai rendemen terkecil dan tidak berbeda nyata dengan produk yang digoreng pada suhu 90 o C. Sedangkan menurut uji lanjut Duncan (lampiran 7c), produk yang digoreng selama 30 menit menghasilkan rendemen terbesar namun tidak berbeda nyata dengan waktu 45 menit tetapi berbeda nyata dengan 60 menit. Sedangkan yang waktu 60 menit memiliki rendemen terkecil namun tidak berbeda nyata dengan waktu penggorengan 45 menit. Penurunan nilai rendemen ini disebabkan karena sejumlah air yang terkandung dalam bahan mengalami penguapan akibat panas dari minyak goreng. Semakin lama waktu penggorengan maka nilai rendemen akan semakin menurun (Winarti,2000). Saat terjadi kenaikan suhu, kapasitas pengikatan air akan menurun dan air akan menguap (Hallstrom,1980). Dan kehilangan air paling banyak jumlahnya akan semakin bertambah dengan meningkatnya suhu penggorengan (Irawan, 1992). 26

3 2. Kadar Air Gambar 12.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Kadar air keripik ikan lemuru Nilai kadar air rata-rata berkisar antara 1.465%-24.56% basis basah. Dari gambar 12 terlihat bahwa kadar air terkecil terdapat pada perlakuan penggorengan dengan suhu 100 o C dan waktu penggorengan 60 menit sedangkan yang terbesar suhu 80 o C dan waktu 30 menit. Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan maka nilai kadar air akan cenderung menurun. Hasil analisis sidik ragam (lampiran 8a) menunjukkan bahwa faktor suhu dan waktu penggorengan berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air (p<0.05). Begitu juga dengan interaksi antara faktor suhu dan waktu penggorengan berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air (p<0.05). Uji lanjut Duncan (lampiran 8b) menunjukkan bahwa nilai kadar air terkecil terdapat pada perlakuan penggorengan dengan suhu 100 o C namun tidak berbeda nyata dengan suhu penggorengan 90 o C. Nilai kadar air terbesar terdapat pada perlakuan penggorengan dengan suhu 80 o C dan berbeda nyata dengan semua suhu penggorengan yaitu 90 o C dan 100 o C. Sementara uji lanjut Duncan (lampiran 8c) memperlihatkan bahwa perlakuan penggorengan dengan waktu 60 menit memiliki kadar air terkecil dan berbeda nyata dengan semua perlakuan waktu penggorengan. Sedangkan nilai kadar air terbesar terdapat pada perlakuan penggorengan dengan waktu 30 menit dan berbeda nyata dengan semua perlakuan waktu penggorengan. Menurut uji lanjut Duncan (lampiran 8d), nilai kadar air terkecil terdapat pada perlakuan penggorengan dengan kombinasi suhu 100 o C dan waktu 60 menit namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi 90 o C selama 45 menit dan 90 o C selama 60 menit. Sementara kadar air terbesar terdapat pada kombinasi suhu 80 o C selama 30 menit dan berbeda nyata dengan semua perlakuan kombinasi antara suhu dan waktu penggorengan. Penyebab dari menurunnya kadar air adalah akibat panas dari minyak goreng yang menguapkan sejumlah kadar dari bahan. Peningkatan suhu dan waktu penggorengan akan menurunkan nilai kadar air 27

4 keripik (Winarti,2000). Semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan maka semakin banyak air yang akan menguap sehingga semakin tebal renyahan yang terbentuk yang secara otomatis akan diisi dengan penyerapan minyak (Block, 1964) 3. Kadar Lemak Gambar 13.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Kadar lemak keripik ikan lemuru Nilai kadar lemak rata-rata berkisar antara 30.89% %. Dari grafik terlihat bahwa kadar lemak terbesar terdapat pada perlakuan penggorengan dengan suhu 90 o C dan waktu penggorengan 60 menit sedangkan yang terkecil terdapat pada kombinasi suhu 80 o C selama 30 menit. Gambar 13 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan maka nilai kadar lemak akan cenderung naik. Namun berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 9a) menunjukkan bahwa hanya faktor waktu penggorengan saja yang berpengaruh nyata terhadap nilai kadar lemak (p<0.05). Sedangkan faktor suhu dan interaksi antara faktor suhu dan waktu penggorengan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air (p>0.05). Uji lanjut Duncan (lampiran 9b) menunjukkan bahwa nilai kadar lemak terkecil terdapat pada perlakuan penggorengan dengan waktu 30 menit dan berbeda nyata dengan semua perlakuan waktu penggorengan yaitu waktu 45 menit dan 60 menit. Sedangkan nilai kadar lemak terbesar terdapat pada perlakuan penggorengan dengan waktu 60 menit namun tidak berbeda nyata dengan waktu penggorengan 45 menit. Penyebab dari naiknya kadar lemak ini adalah banyaknya ruang kosong pada produk gorengan yang diisi oleh minyak akibat tingginya suhu dan lamanya waktu penggorengan (Muchtadi, 2008). Hal ini 28

5 juga dibuktikan oleh Rosyanti (2000), yang membuktikan bahwa semakin meningkatnya suhu dan lama penggorengan maka kadar lemak keripik akan semakin besar. 4.Kekerasan Gambar 14.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Kekerasan keripik ikan lemuru Nilai kekerasan berkisar antara 5.44 N N. Berdasarkan gambar 14, terlihat bahwa perlakuan penggorengan dengan suhu 80 o C dan waktu penggorengan 60 menit memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi. Sedangkan yang paling terkecil terdapat pada perlakuan penggorengan dengan suhu 80 o C dan waktu penggorengan 30 menit. Jika dilihat dari grafik, semakin lama penggorengan maka nilai kekerasannya akan semakin besar. Sedangkan semakin meningkatnya suhu terlihat bahwa grafik cenderung meningkat juga, walaupun ada sebagian nilai kekerasan yang justru menurun tapi penurunan nilai tersebut tidak signifikan. Hal ini diduga disebabkan karena sebagian ketebalan sampel keripik ikan lemuru yang kurang seragam. Hasil analisis sidik ragam (lampiran 10a) menunjukkan bahwa hanya faktor waktu penggorengan saja yang berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan (p<0.05). Sedangkan faktor suhu dan interaksi antara faktor suhu dan waktu penggorengan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan (p>0.05). Uji lanjut Duncan (lampiran 10b) menunjukkan bahwa nilai kekerasan terbesar terdapat pada perlakuan penggorengan dengan waktu 60 menit namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan waktu penggorengan yaitu waktu 45 menit. Sedangkan nilai kekerasan terkecil terdapat pada perlakuan penggorengan dengan waktu 30 menit dan berbeda nyata dengan semua waktu penggorengan. Jika dilihat secara subjektif dan penilaian organoleptik, semakin tinggi nilai kekerasan maka nilai kerenyahannya akan semakin meningkat. Hal ini Berbeda dengan pernyataan Sudjud (2000) yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu dan lama penggorengan maka nilai kekerasan keripik cempedak 29

6 akan semakin rendah yang berarti keripik semakin renyah. Namun nilai kekerasan keripik ikan lemuru justru semakin naik ketika suhu dan waktu penggorengan semakin meningkat. Hal ini sama dengan penelitian Wijayanti (2011), yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan nilai kekerasan keripik pisang ketika suhu dan waktu penggorengan semakin meningkat. Peningkatan nilai kekerasan keripik ikan lemuru ini berkaitan dengan karakteristik dari protein ikan yang bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat berubah (denaturasi) dengan berubahnya kondisi lingkungan. Apabila protein tersebut dipanaskan seperti penggorengan, protein ikan tersebut akan menggumpal atau terkoagulasi (Junianto,2003). Sehingga semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan maka kekerasan keripik ikan lemuru akan semakin meningkat. 5. Warna Gambar 15.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Nilai L keripik ikan lemuru Pengukuran warna pada penelitian ini menggunakan alat Chromameter. Nilai L (Lightness) adalah nilai yang menyatakan tingkat kecerahan bahan dan berkisar antara 0 (hitam) sampai 100 (putih). Rata-rata nilai kecerahan keripik ikan lemuru ini berkisar antara Dilihat dari gambar 15 grafik kecerahan keripik dari suhu 90 o C selama 30 menit ke suhu 100 o C selama 30 menit menurun secara significan. Begitu juga dengan nilai kecerahan yang digoreng selama 30 menit, 45 menit dan 60 menit pada suhu penggorengan 90 o C grafiknya cenderung menurun. Jika dilihat secara subjektif, warna dari keripik ikan lemuru ini dari semua perlakuan tidak kelihatan adanya perbedaan kecerahan yang nyata seperti pada warna keripik mangga hasil penelitian Winarti (2000) dimana terjadi penurunan kecerahan yang disebabkan oleh reaksi pencoklatan non- enzimatis yang dipercepat prosesnya oleh panas. Hal ini terlihat dari berfluktuasinya nilai kecerahan keripik ikan lemuru ini. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam 30

7 (lampiran 11),faktor suhu, waktu dan interaksi antara suhu dan waktu penggorengan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kecerahan (p>0.05). Gambar 16.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Nilai a keripik ikan lemuru Parameter warna selanjutnya adalah nilai a, yang mana nilai a ini berkisar antara 0 sampai +100 (intensitas warna kemerahan) dan 0 sampai -80 (intensitas kehijauan). Nilai a keripik ikan lemuru ini berkisar antara hingga Hal ini menunjukkan bahwa keripik ikan lemuru cenderung kemerahan. Namun berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 12a) yang berpengaruh secara nyata terhadap nilai a hanya faktor waktu penggorengan (p<0.05) sedangkan faktor suhu penggorengan dan interaksi antara suhu dan waktu penggorengan tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai a (p>0.05). Hasil uji lanjut Duncan (lampiran 12b) memperlihatkan bahwa nilai a terkecil terdapat pada perlakuan dengan waktu penggorengan 45 menit namun tidak berbeda nyata dengan waktu penggorengan 60 menit. Sedangkan nilai a terbesar terdapat pada suhu penggorengan 30 menit namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan waktu penggorengan selama 60 menit. 31

8 Gambar 17.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Nilai b keripik ikan lemuru Parameter warna yang terakhir adalah nilai b. Nilai b menunjukkan warna kekuningan atau kebiruan. Dimana nilai b berkisar antara 0 sampai +70 menyatakan intensitas warna kuning dan 0 sampai - 80 menyatakan intensitas warna biru. Dalam penelitian ini nilai b keripik ikan lemuru berkisar antara 2.43 hingga yang menunjukkan intensitas warna kuning lebih dominan. Namun berdasarkan hasil analisis sidik ragam (lampiran 13a), hanya faktor waktu yang berpengaruh nyata terhadap nilai b (p<0.05) sedangkan faktor suhu dan interaksi antara suhu dan waktu penggorengan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai b (p>0.05). Hasil uji lanjut duncan (lampiran 13b) memperlihatkan bahwa keripik dengan perlakuan waktu penggorengan 30 menit, memiliki nilai b terbesar namun tidak berbeda nyata dengan waktu penggorengan 60 menit. Sedangkan waktu penggorengan 45 menit memiliki nilai b terkecil namun tidak berbeda nyata dengan waktu penggorengan 60 menit. 32

9 6.Uji Organoleptik Gambar 18.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Penerimaan rasa keripik ikan lemuru Gambar 19.Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Penerimaan kerenyahan keripik ikan lemuru 33

10 Gambar 20. Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Penerimaan aroma keripik ikan lemuru Gambar 21. Grafik hubungan pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap Penerimaan warna keripik ikan lemuru Uji organoleptik pada penelitian ini menggunakan 15 orang panelis dengan 4 parameter mutu yaitu aroma, rasa, kerenyahan, dan warna. Dapat dilihat pada gambar 19, bahwa produk dengan penerimaan panelis tertinggi untuk rasa terdapat pada perlakuan 100 o C selama 60 menit sedangkan yang terendah terdapat pada produk dengan perlakuan suhu 80 o C selama 30 menit. Semakin tinggi suhu dan 34

11 waktu penggorengan maka penilaian panelis untuk rasa keripik semakin tinggi. Jika dilihat dari nilai kadar lemak, semakin tinggi nilai kadar lemak maka penilaian panelis untuk rasa juga semakin tinggi. Dan untuk parameter aroma, nilai tertinggi juga terdapat pada produk dengan perlakuan penggorengan 100 o C selama 60 menit, dan yang terendah terdapat pada produk dengan perlakuan penggorengan pada suhu 80 o C selama 30 menit. Sedangkan untuk warna, dapat dilihat pada grafik bahwa nilai untuk semua perlakuan tidak jauh beda. Hal ini sesuai dengan analisis sidik ragam untuk uji objektif yaitu warna dengan alat chroma meter, dimana baik suhu, waktu, dan interaksi antara suhu dan waktu penggorengan tidak berpengaruh nyata terhadap warna. Dimana jika dilihat secara subjektif, semua produk memiliki kecerahan warna yang hampir sama yaitu kehitam-hitaman pada bagian punggung dan putih pada bagian bawah. Dan untuk kerenyahan, nilai tertinggi terdapat pada produk dengan perlakuan penggorengan pada suhu 100 o C selama 60 menit. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan dengan suhu 80 o C selama 30 menit. Jika dilihat dari grafiknya, semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan maka penilaian panelis terhadap kerenyahan semakin tinggi juga. Hal ini sesuai dengan nilai kadar air. Dimana semakin rendah kadar air, panelis semakin menyukai produk tersebut. Artinya semakin rendah kadar air, maka produk tersebut semakin renyah dan semakin banyak ruang kosong yang akan diisi oleh minyak. Begitu juga dengan uji kekerasan. Semakin tinggi nilai kekerasannya, maka produk tersebut semakin renyah. Hal ini dapat terlihat pada produk dengan perlakuan 80 o C selama 30 menit. Dimana nilai kekerasannya juga yang paling terendah, sehingga penilaian panelis untuk kerenyahannya juga yang paling terendah. Sedangkan panelis lebih menyukai kerenyahan produk yang waktu penggorengannya selama 60 menit. Hal ini disebabkan nilai kekerasan produk dengan perlakuan 60 menit, memiliki rata-rata yang paling tinggi dan nilai kekerasannya juga hampir sama. Begitu juga nilai kerenyahan untuk semua produk dengan perlakuan penggorengan selama 60 menit, hampir tidak jauh beda. 6.Uji Pembobotan Penentuan perlakuan suhu dan waktu penggorengan yang terbaik dari hasil uji organoleptik dengan uji pembobotan. Panelis diberi kuesioner mengenai parameter organoleptik keripik yaitu warna, rasa, kerenyahan, dan aroma. Lalu panelis diminta untuk mengurut tiap parameter berdasarkan tingkat kepentingannya. Pengurutannya mulai dari 4= sangat penting, 3= penting, 2= agak penting, dan 1= tidak penting. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa panelis cenderung mengurutkan kerenyahan pada urutan pertama (33.33%), rasa pada urutan kedua (26.67%), warna pada urutan ketiga (24.67%), dan aroma pada urutan keempat (15.33%). Selanjutnya nilai rata-rata kesukaan tiap parameter dikalikan dengan bobotnya masing-masing. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 6. Pada lampiran tersebut, dapat dilihat bahwa produk yang tertinggi adalah perlakuan penggorengan 100 o C selama 60 menit. Dan yang terendah adalah 80 o C selama 30 menit. Hal ini erat dengan kerenyahan dan rasa keripik ikan lemuru pada perlakuan 100 o C selama 60 menit yaitu kerenyahan 6.13 (suka) dan rasa 5.73 (hampir rsuka). Sedangkan pada perlakuan 80 o C selama 30 menit adalah tidak suka untuk kerenyahan dan rasa. 35

12 B. ANALISIS KELAYAKAN USAHA KERIPIK IKAN LEMURU DENGAN PENGGORENGAN HAMPA (VACUUM FRYING) Adapun tujuan dari analisis kelayakan usaha ini bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha pembuatan keripik ikan lemuru dengan menggunakan penggorengan hampa ( Vacuum Frying). Analisis ini memberikan gambaran usaha keripik ikan lemuru apakah layak dijalankan atau tidak ditinjau dari kapasitas masuknya per prosesnya yaitu 8 kg, 6kg, 5 kg dan 4 kg serta keuntungan dari usaha ini. Indikator yang digunakan berupa Net Present Value, tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return), dan perbandingan jumlah nilai manfaat dan nilai biaya (Benefit Cost Ratio) yang terdiri dari Net B/C dan Gross B/C. Adapun biaya yang diperlukan dalam usaha keripik ikan lemuru ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, pajak, dan biaya bunga modal. Sedangkan biaya tidak tetap terdiri dari biaya operasional, biaya khusus, dan biaya perawatan/pemeliharaan. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada saat usaha belum berproduksi. Untuk usaha keripik ikan lemuru diperlukan biaya investasi seperti biaya bangunan, mesin Vacuum Frying, Freezer, sealer injak, alat perlengkapan, genset, dan meja kerja stainless steal. Tabel 6. Biaya investasi usaha keripik ikan lemuru Uraian volume biaya satuan (Rp) Biaya investasi (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Bangunan Mesin Vacuum frying Motor (transportasi) Sealer injak alat perlengkapan (pisau talenan, keranjang plastik) freezer Pompa Genset Meja kerja stainless steel Timbangan Ember dan wadah tempat ikan yang telah dicuci Total Biaya investasi

13 2. Biaya Tetap Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selam satu periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tidak tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan (jumlah jam kerja suatu alat/mesin). Adapun biaya tetap yang untuk usaha keripik ikan lemuru ini adalah biaya penyusutan, pajak, dan bunga modal. Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus, dengan rumus : D P S L Dimana : D = Biaya penyusutan tiap tahun P= Harga awal (Rp) S= Harga akhir (Rp) L= Perkiraan umur ekonomis (tahun) Total biaya penyusutan untuk usaha keripik ikan lemuru ini adalah Rp ,-/tahun. Perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat pada tabel 6. Bunga modal dari nvestasi diperhitungkan sebagai biaya karena uang yang diperhitungkan untuk membeli alat tidak bisa dipergunakan untuk usaha yang lain. Karena metode yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah metode garis lurus yang belum memperhitungkan bunga modal maka perlu dihitung sendiri. Dalam hal ini, digunakan persamaan berikut untuk menghitung bunga modal : I ixp( N 1) 2N Dimana : I=Bunga modal i= Tingkat bunga modal (%/tahun) P= Harga awal mesin (Rp) N = Umur ekonomis mesin (tahun) Total bunga modal untuk usaha keripik ikan lemuru ini adalah Rp ,-/tahun dengan asumsi tingkat suku bunga 15%/tahun. Perhitungan bunga modal dapat dilihat pada tabel 7. Sedangkan pajak yang termasuk dalam biaya tetap usaha keripik ikan lemuru ini ada dua yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp ,-/tahun dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar Rp ,-/tahun. Maka total pajak adalah Rp ,-/tahun. 37

14 Tabel 7. Analisis biaya penyusutan keripik ikan lemuru Uraian Volume biaya satuan (Rp) Harga Awal (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Harga Akhir (Rp) Biaya Penyusutan Bangunan Mesin Vacuum frying 5 Motor (transportasi) Sealer injak alat perlengkapan (pisau talenan, keranjang plastik) freezer Pompa Genset Meja kerja stainless steel Timbangan Ember dan wadah tempat ikan yang telah dicuci Total Biaya Penyusutan

15 Tabel 8. Analisis bunga modal keripik ikan lemuru Uraian volume biaya satuan (Rp) Harga Awal (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Bunga Modal Bangunan Mesin Vacuum frying 5 Motor (transportasi) Sealer injak alat perlengkapan (pisau talenan, keranjang plastik) freezer Pompa Genset Meja kerja stainless steel 5 Timbangan Ember dan wadah tempat ikan yang telah dicuci Total bunga modal Total biaya tetap/ tahun = biaya penyusutan + bunga modal + pajak = Rp ,- + Rp ,- + Rp ,- =Rp ,-/tahun 3. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya tidak tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat/mesin beroperasi dan jumlahnya tergantung pada jam kerja pemakaian atau perubahan volume produksi. Yang termasuk biaya tidak tetap untuk usaha keripik ikan lemuru ini adalah biaya operasional, biaya khusus, dan biaya pemeliharaan/perawatan. a. Biaya bahan baku Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan keripik ikan lemuru adalah ikan lemuru (ikan tamban). Harga pembelian ikan lemuru ini adalah Rp.10000/kg. Kebutuhan ikan segar untuk pembuatan keripik ikan lemuru ini tergantung dari kapasitas per prosesnya. Untuk kapasitas 8 kg per proses diperlukan waktu 120 menit per proses, untuk kapasitas 6 kg adalah 100 menit dan 96 menit untuk kapasitas 5 kg dan 90 menit untuk 4 kg. Kapasitas per proses 8 kg dengan bahan baku per hari sebesar 30 kg memerlukan bahan baku 8640 kg/tahun untuk dan asumsi jumlah hari produksi per tahun 288 hari. Sehingga besar biaya bahan baku adalah Rp ,-/tahun. Sedangkan untuk kapasitas 6 kg dengan bahan baku per hari 25 kg, kebutuhan bahan bakunya sebesar 7200 kg/tahun dengan biaya bahan baku per 39

16 tahun Rp ,-. Untuk kapasitas 5 kg dengan bahan baku per hari 22 kg, kebutuhan bahan bakunya adalah 6336 kg/tahun sehingga besar biaya bahan baku per tahunnya adalah Rp ,-. Sedangkan Untuk kapasitas 4 kg dengan bahan baku per hari 20 kg, kebutuhan bahan bakunya adalah 5760 kg/tahun sehingga besar biaya bahan baku per tahunnya adalah Rp ,-. b. Biaya pengolahan Untuk proses pengolahan keripik ikan lemuru dimulai dari sortasi dan pencucian ikan, setelah itu dimasukkan ke dalam wadah tempat ikan yang telah dicuci, kemudian dilakukan penggorengan dengan alat Vacuum Frying dengan kapasitas optimal 8 kg/proses. Semua tahap itu membutuhkan biaya tenaga kerja, bahan bakar gas, biaya listrik, minyak goreng, dan kemasan. Total biaya tenaga kerja untuk usaha ini adalah Rp ,- dengan jumlah tenaga kerja tiga orang dan gaji per orang selama satu hari adalah Rp.40000,-. Total biaya gas untuk bahan bakar penggorengan adalah Rp ,- /tahun untuk kapasitas per proses 8 kg. sedangkan untuk kapasitas 6 kg, 5 kg dan 4 kg adalah Rp ,-/tahun, Rp ,- dan Rp ,-/tahun. Sedangkan biaya listrik untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5kg dan 4 kg adalah Rp ,-/tahun, Rp ,-/tahun, Rp ,- dan Rp ,-/tahun. Kemudian total biaya kemasan untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5 kg dan 4 kg masing-masing adalah Rp ,-/tahun, Rp ,-/tahun, Rp ,-dan Rp ,-/tahun. Sedangkan untuk minyak goreng dibutuhkan 75 liter untuk 60 kali penggorengan, dan setiap 8 kali penggorengan dilakukan penambahan minyak sekitar 2.5 liter. Sehingga total biaya kebutuhan minyak goreng untuk 8 kg, 6 kg, 5 kg dan 4 kg dengan harga Rp.15000,-/liter masing-masing adalah Rp ,-/tahun, Rp ,- /tahun, Rp ,-/tahun dan Rp ,-/tahun. Untuk kebutuhan bensin dengan harga Rp.6000,- /liter diperlukan sebesar Rp ,-/tahun. Penggunaan bensin adalah asumsi 8 liter/minggu untuk motor. Dan 10 liter/minggu untuk kebutuhan genset dimana sering terjadi mati listrik dalam satu minggu sebanyak 10 jam. Dan kebutuhan bensin untuk genset adalah 1 liter/jam. Sedangkan penggunaan pelumas genset per tahun adalah sebesar Rp.60000,- dengan harga Rp.30000/liter. Asumsi penggantian pelumas adalah setelah 500 jam pemakaian dimana sekali ganti dibutuhkan 2 liter pelumas.untuk analisis perhitungan kebutuhan gas, listrik, minyak goreng dan kemasan dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 9. Analisis biaya kebutuhan gas Kapasitas produksi/proses Lama kerja Vacuum Frying per hari (jam/hari) Lama kerja Vacuum Frying (jam/tahun) Kebutuhan gas/jam (kg/jam) Total kebutuhan gas (kg/tahun) Harga per tabung LPG (15 kg/tabung) (RP) Total biaya gas 8 kg kg kg kg

17 Tabel 10. Analisis biaya listrik untuk kapasitas 8 kg/proses Alat/mesin Kebutuhan (watt) Lama pemakaian alat (jam/tahun) Total Kwh/tahun Harga/kwh (Rp/kwh) Total biaya listrik/tahun Pompa air Vacuum fryer Sealer Spinner Freezer Total biaya Tabel 11. Analisis biaya listrik untuk kapasitas 6 kg/proses Alat/mesin Kebutuhan (watt) Lama pemakaian alat (jam/tahun) Total Kwh/tahun Harga/kwh (Rp/kwh) Total biaya listrik/tahun Pompa air Vacuum fryer Sealer Spinner Freezer Total biaya Tabel 12. Analisis biaya listrik untuk kapasitas 5 kg/proses Alat/mesin Kebutuhan (watt) Lama pemakaian alat (jam/tahun) Total Kwh/tahun Harga/kwh (Rp/kwh) Total biaya listrik/tahun Pompa air Vacuum fryer Sealer Spinner Freezer Total biaya

18 Tabel 13. Analisis biaya listrik untuk kapasitas 4kg/proses Alat/mesin Kebutuhan (watt) Lama pemakaian alat (jam/tahun) Total Kwh/tahun Harga/kwh (Rp/kwh) Total biaya listrik/tahun Pompa air Vacuum fryer Sealer Spinner Freezer Total biaya Tabel 14. Analisis biaya minyak goreng Kapasitas/proses Jumlah minyak goreng yang diperlukan/tahun (liter/tahun) Harga minyak goreng per liter Total biaya minyak goreng 8 kg kg kg kg Tabel 15. Analisis biaya kemasan Kapasitas/proses Jumlah kemasan yang diperlukan/tahun (lembar/tahun) Harga kemasan per lembar (Rp/lembar) Total biaya kemasan 8 kg kg kg kg c. Biaya khusus Biaya khusus adalah biaya pergantian suatu bagian atau suku cadang yang mempunyai nilai yang tinggi (harganya mahal), tetapi memerlukan penggantian yang relatif sering karena pemakaian. Pada usaha ini yang termasuk biaya khusus adalah biaya penggantian pengatur suhu dan lampu pengintai pada mesin Vacuum Frying. Harga penggantian pengatur suhu dan lampu pengintai adalah Rp ,-/tahun. 42

19 d. Biaya pemeliharaan/perawatan Biaya pemeliharaan/perawatan ini digunakan untuk menjaga mesin atau alat agar berfungsi dengan baik. Biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan/perawatan mesin adalah asumsi 1.2 % dari harga awal, sedangkan untuk bangunan 1 % dari harga awal bangunan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh total biaya tidak tetap untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5 kg dan 4 kg adalah Rp ,-/tahun, Rp /tahun, Rp ,-/tahun, dan Rp ,-/tahun. Hasil perhitungan biaya tidak tetap untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5 kg dan 4 kg dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 16. Analisis biaya tidak tetap untuk kapasitas produksi 8 kg/proses Uraian Biaya Operasional Biaya Tidak Tetap untuk 8 kg sekali proses Bahan baku ikan lemuru Kemasan Gas untuk penggorengan hampa Bensin Tenaga kerja (3 orang) Biaya listrik Pelumas genset Minyak goreng Biaya Khusus Box kontrol suhu Lampu pengintai Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Pemeliharaan bangunan Pemeliharaan/perawatan motor Perawatan mesin Total biaya tidak tetap

20 Tabel 17. Analisis biaya tidak tetap untuk kapasitas produksi 6 kg/proses Uraian Biaya Operasional Biaya Tidak Tetap untuk 6 kg sekali proses Bahan baku ikan lemuru Kemasan Gas untuk penggorengan hampa Bensin Tenaga kerja (3 orang) Biaya listrik Pelumas genset Minyak goreng Biaya Khusus Box kontrol suhu Lampu pengintai Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Pemeliharaan bangunan Pemeliharaan/perawatan motor Perawatan mesin Total biaya tidak tetap

21 Tabel 18. Analisis biaya tidak tetap untuk kapasitas produksi 5 kg/proses Uraian Biaya Operasional Biaya Tidak Tetap untuk 5 kg sekali proses Bahan baku ikan lemuru Kemasan Gas untuk penggorengan hampa Bensin Tenaga kerja (3 orang) Biaya listrik Pelumas genset Minyak goreng Biaya Khusus Box kontrol suhu Lampu pengintai Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Pemeliharaan bangunan Pemeliharaan/perawatan motor Perawatan mesin Total biaya tidak tetap

22 Tabel 19. Analisis biaya tidak tetap untuk kapasitas produksi 4 kg/proses Uraian Biaya Operasional Biaya Tidak Tetap untuk 4 kg sekali proses Bahan baku ikan lemuru Kemasan Gas untuk penggorengan hampa Bensin Tenaga kerja (3 orang) Biaya listrik Pelumas genset Minyak goreng Biaya Khusus Box kontrol suhu Lampu pengintai Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Pemeliharaan bangunan Pemeliharaan/perawatan motor Perawatan mesin Total biaya tidak tetap Tabel 20. Hasil perhitungan total biaya tetap dan biaya tidak tetap Kapasitas (kg/proses) Total bahan baku produksi (kg/tahun) Biaya tetap Biaya tidak tetap Total biaya Analisis Biaya Pokok Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh besar biaya pokok produksi keripik ikan lemuru untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5kg dan 4 kg adalah Rp ,-/kg, Rp ,-/kg, Rp ,-/kg dan Rp ,-/kg. 46

23 Tabel 21.Analisis biaya pokok dan keuntungan keripik pada berbagai kapasitas produksi Kapasitas (kg/proses) Total bahan baku produksi (kg/tahun) Hasil produksi (kg/ tahun) Total biaya Biaya pokok (Rp/kg) Asumsi harga penjuala n (Rp/kg) Pendapatan Keuntungan Dari tabel diatas, diperoleh pendapatan sebesar Rp ,-/tahun untuk kapasitas produksi 8 kg, Rp ,-/tahun untuk kapasitas 6 kg, Rp ,-/tahun untuk 5kg dan Rp ,- /tahun untuk kapasitas 4 kg dengan asumsi semua produk terjual habis. Berdasarkan keuntungan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa UKM akan mendapatkan keuntungan apabila kapasitas minimal masuk per prosesnya adalah 6 kg, hal ini bisa dilihat dari nilai keuntungan untuk 8kg dan 6 kg yang positif. Sedangkan untuk5 kg dan 4 kg mengalami kerugian sebesar Rp ,-/tahun dan Rp ,-/tahun yang artinya UKM akan merugi jika kapasitas masuk per prosesnya sebesar 5 kg dan 4 kg. 5. Analisis Kelayakan Usaha Tabel 22. Nilai NPV, IRR,Net B/C, dan Gross B/C pada berbagai kapasitas Kapasitas (kg) NPV (Rp) Net B/C GrossB/C IRR (%) % % % Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa usaha keripik ikan lemuru layak diusahakan apabila kapasitas minimal per prosesnya adalah 6 kg. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV untuk kapasitas 8 kg dan 6 kg lebih besar dari nol. Sedangkan yang kapasitas 5 kg dan 4 kg, nilai NPV ny lebih kecil dari nol sehingga tidak layak diusahakan. Begitu juga dengan nilai IRR, dimana nilai IRR untuk kapasitas 8 kg dan 6 kg yang lebih besar dari tingkat suku bunga (15%). Berarti usaha tersebut masih layak dengan kapasitas 8 kg dan 6 kg. Sedangkan untuk kapasitas 5 kg nilai IRR nya lebih kecil dari 15% dan 4 kg nilai IRR nya tidak ditemukan. Hal ini memperlihatkan bahwa usaha dengan kapasitas 5 kg dan 4 kg tidak layak untuk dijalankan. Dan untuk nilai Net B/C dan Gross B/C yang lebih besar dari satu, hanya terdapat pada kapasitas 8 kg dan 6 kg. Sedangkan kapasitas 5 kg dan 4 kg, nilai Net B/C dan Gross B/C nya masih lebih kecil dari satu. Hal ini memperlihatkan bahwa, usaha layak dijalankan pada kapasitas 8 kg dan 6 kg. Cashflow untuk kapasitas 8 kg, 6 kg, 5 kg dan 4 kg dapat dilihat pada lampiran 14,15, 16, dan

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Sido Makmur, Kec. Sipora Utara, Kab. Kep.Mentawai untuk proses penggorengan keripik ikan lemuru. Dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011-Februari 2012. Proses penggorengan hampa keripik ikan tongkol dilakukan di UKM Mekar Sari,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Tongkol Ikan tongkol adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akan tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 39 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan.

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan. 43 Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian Mulai iii Menimbang Biji Kedelai Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan Digunakan Dihidupkan Alat Pembuat Sari Kedelai Dimasukkan Bahan Kedalam Alat Kondisi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 LAMPIRAN 133 Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 Lampiran 2. Volume Ekspor Ikan Asap Indonesia Tahun 2005-2008 No Tahun Volume Nilai Value Kenaikan (%) (kg) (US $) 1. 2005 6.384.755 12.278.787

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER)

MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER) MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER) Buku Petunjuk Perakitan Perawatan Pengoperasian Jl. Rajekwesi 11 Malang Jawa Timur Indonesia (0341)551634 Website: 1 a. CARA PERAKITAN Untuk dapat memperoleh kinerja

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis antara lain adalah keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik (EC),

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM :

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM : PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM : 0533310039 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL LITBANG

LAPORAN HASIL LITBANG SIDa.X.6 LAPORAN HASIL LITBANG Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara PROGRAM INSENTIF RISET

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 38 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar 39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

Kajian Rekayasa Proses Penggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha Produksi Keripik Pisang

Kajian Rekayasa Proses Penggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha Produksi Keripik Pisang Technical Paper Kajian Rekayasa Proses Penggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha Produksi Keripik Pisang Study of Engineering Process on Vacuum Frying and Business Feasibility of Banana Chips Production Ruri

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable). 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama, kita kaya sekali akan berbagai macam buah dan sayur. Hampir di setiap daerah menghasilkan komoditas ini, bahkan di beberapa daerah mempunyai

Lebih terperinci

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT. Indolakto Sukabumi dan pelaksanaan analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 43 Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU SKRIPSI Oleh : Windi Novitasari NPM. 0333010002 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 40 Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang akan dirangkai Merangkai

Lebih terperinci

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai 47 b a Pengujian alat tidak Uji kelayakan ya Pengukuran parameter Analisis data selesai 48 Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas

Lebih terperinci

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat.

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat. 42 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Dirancang bentuk alat Digambar dan ditentukan ukuran alat Dipilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah ditentukan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Keripik Pisang Mocca Tahapan-tahapan proses pengolahan keripik pisang mocca di UKM FLAMBOYAN terdiri atas : 1. Penyiapan bahan baku Adapun jenis pisang

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. I. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI Oleh : Keny Damayanti NPM.0533010023 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013. III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini dilakukan di perusahaan bakpia pathok 25 Yogyakarta, dan dilakukan selama 2,5 bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING Analysis of Physical and Organoleptic Properties of Mango Chips (Mangifera

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP)

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH BUAH MANGGA DAN PISANG SPESIFIK BENGKULU MELALUI TEKNOLOGI PENGGORENGAN VAKUM DI PROPINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi L A M P I R A N 17 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi I. IDENTITAS RESPONDEN No. Pertanyaan Jawaban 1 Nama 2 Usia tahun 3 Jenis Kelamin (1) Laki-laki (2) Perempuan

Lebih terperinci

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA (VACUUM FRYING) DALAM PRODUKSI KERIPIK UBI JALAR MENTAWAI NI MADE CITTA ISWARI

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA (VACUUM FRYING) DALAM PRODUKSI KERIPIK UBI JALAR MENTAWAI NI MADE CITTA ISWARI 1 OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA (VACUUM FRYING) DALAM PRODUKSI KERIPIK UBI JALAR MENTAWAI NI MADE CITTA ISWARI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual L A M P I R A N Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%) 2003 807.702-2004 690.964-14,45 2005 640.316-7,33 2006 650.316 1,56 2007 1.016.177 56,26 2008

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Biaya pokok produksi kangkung : ,91 Rp/kg

Biaya pokok produksi kangkung : ,91 Rp/kg Lampiran 1. iaya tanaman kangkung (Rp/kg). (DF 5%) iaya tetap (Rp/Th) iaya penyusutan unga modal Pajak iaya tetap Greenhouse 8.522.640,00 1.420.440,00 9.943.080,00 Sistem Hidroponik 11.075.436,00 1.845.906,00

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh : PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI Oleh : PRAPTI AKHIRININGSIH NPM : 0533010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air dan Aktivitas Air Kadar air dendeng hasil penelitian adalah 19,33%-23,82% dengan rataan 21,49±1,17%. Aktivitas air dendeng hasil penelitian sebesar 0,53-0,84 dengan nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Es krim jambu merah adalah es krim yang terbuat dari susu cair full cream, susu skim, whipping cream, kuning telur, gula halus serta buah jambu biji merah.

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang 50 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mulai dari pengumpulan data hingga pengolahan data. Pengumpulan data dimulai dengan menentukan lokasi penelitian, pasar produk yang

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK SALAK PADA ALAT PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK SALAK PADA ALAT PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK SALAK PADA ALAT PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP (The Frying Temperature Test of Snake Fruits in Vacuum Frying (Vacuum Pump Type)) Suryadi 1,2), Ainun Rohanah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 DESAIN ALAT CETAK PUFFED Desain yang dihasilkan untuk membuat alat cetak puffred agar mampu menghasilkan produk akhir yang tidak bergelombang dan flat dari hasil perhitungan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Kerupuk ikan sayur merupakan makanan yang berasal dari bahan utama yaitu ikan tenggiri dan tepung tapioka dengan penambahan sayur yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan. MODUL 2 NUGGET IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah nugget ikan yang bertekstur kenyal, lembut dan bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK Volume 16, Nomor 2, Hal. 11 16 Juli Desember 2014 ISSN:0852-8349 KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK Fortuna, D,. F. Tafzi dan A.

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.

SKRIPSI. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L. SKRIPSI PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.) OLEH: FITRI HARYANTO F 31.0591 1998 FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.

SKRIPSI. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L. SKRIPSI PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.) OLEH: FITRI HARYANTO F 31.0591 1998 FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM EFEKTIFITAS GLISEROL MONOSTEARAT (GMS) TERHADAP MUTU DONAT LABU KUNING SKRIPSI Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM. 0333010021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis kelayakan teknis meliputi : aspek bahan baku, aspek peralatan dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis kelayakan teknis meliputi : aspek bahan baku, aspek peralatan dan 73 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelayakan teknis Analisis kelayakan teknis meliputi : aspek bahan baku, aspek peralatan dan tenaga kerja serta uji organoleptik keripik talas. 5.1.1 Bahan baku Analisis bahan

Lebih terperinci