VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU memperoleh keuntungan secara finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria penilaian investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk menganalisis empat kriteria tersebut, digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh setiap anggota LPPMPU selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele, karena kolam merupakan aset yang paling penting untuk menjalankan pengusahaan ikan lele tersebut Arus Pengeluaran dan Arus Penerimaan Pada analisis kelayakan pengusahaan ikan lele pada Kelompok Tani LPPMPU tersebut perlu menghitung manfaat dan biaya yang digunakan dalam pengusahaan ikan lele. Dalam perhitungan manfaat dan biaya pada analisis finansial menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah tempat penelitian Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Analisis biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaranpengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek atau usaha yang dilaksanakan Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih, sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu

2 tidak menguntungkan lagi. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan pengusahaan ikan pada kelompok tani LPPMPU. Biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele LPPMPU meliputi lahan yang merupakan lahan sendiri, dan induk ikan lele. Biaya investasi lain yang diperlukan adalah bak penampungan air, serokan, pipa paralon, selang, mesin pompa, ember, genteng dan kayu. Sementara itu biaya investasi yang diperlukan dalam pengusahaan pemesaran ikan lele adalah lahan, kolam semen, serokan, mesin pompa, blower, pipa paralon, selang dan ember. Adapun rincian biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 200 Meter - 250, ,000, Kolam : a) Kolam induk (Uk. 4 x 5 m 2 ) ,100, ,100, b) Kolam semen (Uk. 2 x 3 m 2 ) 3 Buah 10 1,500, ,500, c) Kolam terpal (Uk. 2 x 4 m 2 ) , ,400, Induk Ikan Lele 50 Ekor 2 45, ,250, Bak penampungan air 1 Buah 5 2,250, ,250, Serokan : a) Serokan besar 2 Buah 2 25, , b) Serokan kecil 2 Buah 2 15, , Pipa Paralon : a) Pipa (Uk. 0.5 inchi) 2 Batang 5 75, , b) Pipa (Uk. 3/4 inchi) 2 Batang 5 15, , Selang 25 Meter 2 5, , Mesin pompa 1 Unit 5 450, , Ember 3 Buah 2 15, , Genteng Buah , Kayu 60 Batang 10 15, , Sumber : Data di olah (2009) Total Biaya Investasi 69,780, Investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 69,780,000.00, sedangkan investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 94,590, (Tabel

3 6). Umur ekonomis dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU adalah 10 tahun, hal ini dilihat dari peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi yang diperkirakan memiliki ketahanan 10 tahun. Tabel 6. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 255 Meter , ,750, Kolam : - - a) Kolam semen (Uk 4 x 10 m 2 ) 5 3,900, ,500, b) Kolam semen (Uk 13 x 12 m 2 ) 1 Buah 10 4,600, ,600, c) Kolam semen (Uk 4 x 4 m 2 ) 2 2,400, ,800, Serokan 3 Buah 2 25, , Mesin pompa 1 Unit 5 450, , Blower 1 Unit , , Pipa Paralon : 7 a) Pipa (Uk. 4 inchi) Batang 5 45, , b) Pipa (Uk. 3/4 inchi) 6 15, , Selang 23 Meter 2 5, , Ember 3 Buah 2 15, , Sumber : Data di olah (2010) Total Biaya Investasi 94,590, Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, seperti untuk mengganti peralatan atau komponen investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya masih berjalan. Biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut reinvestasi. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah plastik terpal, induk ikan lele, serokan, pipa paralon, selang, mesin pompa, dan ember, sedangkan biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran adalah serokan, mesin pompa, pipa paralon, ember dan selang. Adapun rincian biaya reinvestasi pada kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Lampiran 2.

4 Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel Biaya Tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun dengan ada atau tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya tetap yang dikeluarkan tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU yaitu biaya gaji tenaga kerja, biaya perawatan peralatan yang digunakan, biaya abodemen listrik, dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah Rp ,00, sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah Rp ,00. Biaya tetap yang dikeluarkan pada masing-masing anggota kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Uraian Jumlah Harga Pembenihan Pembesaran Ikan (Rp/bulan) ikan Lele Lele 1. Gaji tenaga kerja 1 orang , , ,00 2. Abodemen listrik , , ,00 3. Perawatan , ,00 4. PBB , ,00 Total (Rp) , , Biaya Variabel Biaya variabel adalah suatu biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah, beberapa biaya variabel yang sangat berpengaruh adalah hormon ovaprim dan ketersediaannya pakan. Biaya variabel yang dikeluarkan dari setiap kelompok tani LPPMPU berbeda-beda, hal ini dikarenakan pada pengusahaan ikan lele LPPMPU melakukan jenis kegiatan yang berbeda-beda.

5 Biaya variabel yang dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU diantaranya, pembelian benih untuk kegiatan pembesaran, pembelian pakan, pupuk kandang, garam, hormon ovaprim, aqua destilata, plastik packing, karet, suntikan, telur ayam, bambu, kakaban, busa spons, dan sikat. Total biaya variabel yang dikeluarkan pada kelompok tani LPPMPU dalam satu tahun yaitu pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp ,00, sedangkan biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 8). a. Biaya Pakan Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk adalah untuk memenuhi kebutuhan ikan tersebut, serta merangsang pertumbuhan gonad sehingga induk ikan dapat dengan cepat menghasilkan telur dan siap untuk dipijahkan. Jenis pakan yang diberikan untuk induk ikan lele adalah pelet dan keong, sedangkan pakan yang diberikan kepada benih ikan lele adalah cacing sutra dan pelet halus. Pakan pelet yang diberikan kepada induk adalah berupa pelet kasar merk Hiprovit. Kebutuhan pakan untuk pemeliharaan induk adalah sebanyak 5 karung dengan berat 30 kilogram per karung dengan harga Rp 4.500,00 per kilogram, sehingga total biaya pakan induk sebesar Rp ,00 pada pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan biaya pakan yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp ,00. Selain pakan pelet kasar, induk ikan lele diberi pakan tambahan yaitu berupa keong. Kebutuhan pakan tambahan yaitu keong yang diberikan dalam pemeliharaan induk ikan lele menghabiskan keong sebanyak 405 kilogram dengan harga keong per kilogram adalah Rp 1.000,00, sehingga total biaya pakan keong yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00. Sementara itu dalam pemeliharaan benih ikan lele agar benih dapat berkembang dengan cepat maka benih ikan lele diberi pakan alami yaitu cacing sutra. Kebutuhan pakan cacing sutra dalam pemeliharaan benih ikan lele membutuhkan pakan sebanyak 504 liter dengan harga per liter adalah Rp 5.000,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan cacing sutra adalah Rp ,00. Untuk benih yang sudah berukuran besar yaitu berumur 17 hari jenis pakan yang diberikan adalah pelet halus atau pelet 99 yang

6 bermerek Hiprovit. Jumlah pakan yang diberikan untuk pemeliharaan benih ikan lele adalah 1.463,56 kilogram dengan harga per kilogram adalah sebesar Rp 4.500,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pelet halus adalah Rp ,00. Pada pengusahaan ikan lele dalam kegiatan pembesaran ikan lele, jenis pakan yang diberikan berbeda dengan jenis pakan sebelumnya. Jenis pakan yang diberikan adalah pelet 782 yang ukurannya lebih besar dari pelet halus, hal ini dikarenakan jenis pakan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan lele. Jumlah pakan yang diberikan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebanyak 560 kilogram dengan harga per kilogramnya adalah Rp 6.500,00, sehingga total biaya pakan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00. b. Biaya Karet, Plastik, dan Jarum Suntik Benih ikan lele yang siap panen akan dikemas dengan menggunakan kantong plastik dengan ukuran kantong 60 x 40 cm. Dalam satu kantong plastik berisi benih sebanyak 400 ekor. Jumlah kantong plastik yang digunakan adalah sebanyak 4 kilogram, dalam satu kilogram berisi 10 buah kantong plastik. Harga satu kilogram kantong plastik adalah Rp ,00, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kantong adalah sebesar Rp ,00. Karet yang dipergunakan oleh petani adalah untuk mengikat pada kemasan benih yang siap untuk dipasarkan kepada konsumen. Karet yang dipergunakan adalah karet gelang, kebutuhan karet yang diperlukan adalah 1 kilogram dengan harga Rp ,00 per kilogram, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karet adalah sebesar Rp ,00. Jarum suntik berfungsi untuk menyuntikkan hormon ovaprim dan aqua destilata pada tubuh induk ikan lele sebelum proses pemijahan. Dalam satu tahun petani membutuhkan jarum suntik sebanyak 2 buah dengan harga per buah adalah Rp 5.000,00. c. Telur Ayam dan Garam Telur ayam digunakan untuk menambah nafsu makan pada induk ikan lele yang siap untuk dipijahkan, serta untuk mencegah timbulnya penyakit pada induk ikan lele. Pemberian telur ayam dilakukan dengan cara telur ayam dicampur

7 dengan pelet kasar dan diaduk sampai merata, kemudian pakan tersebut diberikan dengan merata pada induk ikan lele. Jumlah telur ayam yang diperlukan adalah sebanyak 2 kilogram dengan harga Rp ,00 per kilogram, sehingga total biaya telur ayam yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00, sedangkan garam digunakan untuk membunuh hama penyakit, jumlah garam yang diperlukan adalah sebanyak 2 bungkus dengan harga per bungkus adalah Rp 2.500,00, sehingga kebutuhan biaya pembenihan garam sebesar Rp 5.000,00. d. Biaya Hormon Ovaprim dan Aqua Destilata Pada kelompok tani LPPMPU melakukan proses kegiatan pemijahan induk ikan lele dengan cara buatan yaitu dengan menyuntikkan hormon ovaprim. Hal ini bertujuan untuk merangsang terjadinya ovulasi telur. Dosis yang digunakan untuk induk betina adalah 0,3 ml/kg bobot induk, dan dosis untuk induk jantan adalah 0,2 ml/kg bobot induk. Dalam satu botol berisi 10 ml dengan harga per botol adalah Rp ,00. Dalam satu tahun hormon ovaprim yang dibutuhkan adalah sebanyak 2 botol, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ovaprim adalah Rp ,00. Selain hormon ovaprim dibutuhkan juga aqua destilata yang digunakan untuk campuran hormon ovaprim, hal ini dikarenakan untuk memudahkan menyuntikkan hormon ovaprim kedalam tubuh induk ikan lele. Jumlah aqua destilata yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan lele adalah sebanyak 1 botol yang berisi 10 ml, dengan harga per botol adalah Rp 7.500,00. e. Biaya Pupuk Kandang Pemupukan ini bertujuan menumbuhkan pakan alami bagi ikan lele, dan dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton dalam kolam yang akan dipergunakan untuk kegiatan pemijahan maupun pemeliharaan benih ikan lele. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk organik yang berupa kotoran ayam yang dicampur dengan kotoran kambing. Jumlah pupuk kandang yang digunakan adalah sebanyak 12 karung dengan harga per karung adalah Rp 5.000,00, sehingga biaya pembelian pupuk kandang adalah Rp ,00.

8 f. Biaya Bambu dan kakaban (sarang telur) Bambu digunakan untuk pembuatan sarang telur pada kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele, serta digunakan untuk pembuatan kolam yang menggunakan plastik terpal. Harga bambu adalah Rp 7.000,00 per batang, sehingga kebutuhan bambu yang diperlukan dalam kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele dalam satu tahun adalah sebanyak 67 batang, maka biaya pembelian bambu adalah Rp ,00. Kakaban atau sarang telur merupakan suatu wadah yang digunakan sebagai penempatan telur pada saat proses pemijahan. Harga kakaban per ikat adalah Rp ,00, sehingga kebutuhan kakaban dalam satu tahun sebanyak 4 ikat. Biaya pembelian kakaban adalah sebesar Rp ,00. g. Busa spons dan Sikat Busa spons digunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang terbuat dari plastik terpal, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit yang menempel pada dinding maupun pada dasar kolam. Jumlah busa spons yang digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 6.750,00 per buah, sehingga biaya pembelian busa spons dalam setahun adalah Rp ,00. Sikat dipergunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang terbuat dari semen, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit dan membersihkan dari lumut yang menempel pada dinding. Jumlah sikat yang digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 7.000,00 per buah, sehingga biaya pembelian sikat dalam setahun adalah Rp ,00. h. Biaya Pemakaian Listrik Sumber tenaga listrik yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari PLN dengan daya 900 watt, sumber energi tersebut digunakan untuk penerangan, mesin air dan blower. Pengeluaran biaya listrik per tahun Rp ,00 pada pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan biaya listrik yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar Rp ,00. Adapun rincian biaya variabel dari setiap anggota kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 8.

9 Tabel 8. Rincian Biaya Variabel Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No 1. Pakan : Uraian Pembenihan Ikan Lele Responden Pembesaran Ikan Lele a) Cacing sutra b) Pelet 99 c) Pelet 782 d) Pelet Hiprovit e) Keong , , , , , , ,00 2. Pembelian benih ,00 3. Telur ayam ,00-4. Garam 5.000,00-5. Ovaprim ,00-6. Aqua destilata 7.500,00-7. Plastik packing ,00-8. Suntikan ,00-9. Pupuk kandang , , Karet , Pemakaian listrik , , Bambu , Kakaban (sarang) , Busa spons , Sikat ,00 - Total (Rp) , , Arus Penerimaan (Inflow) Pada pengusahaan ikan lele kelompok tani LPPMPU jenis pengusahaan yang dijalankan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan pembesaran ikan lele. Penerimaan yang diperoleh dari masing-masing jenis pengusahaan ikan lele berasal dari jumlah penjualan benih kecil dan ikan ukuran konsumsi dengan harga jual pada masing-masing produk adalah Rp 150,00 per

10 ekor untuk benih kecil, sedangkan untuk ikan ukuran konsumsi adalah Rp ,00 per kilogram (9-10 per ekor). Untuk kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan dalam satu tahun dilakukan sebanyak 4 kali, sesuai dengan jumlah induk yang dimiliki oleh petani pembenihan ikan lele. Untuk pengusahaan pembenihan sampai dengan pendederan ikan lele dalam satu tahun dapat melakukan pemijahan sebanyak 4 kali dengan jumlah induk yang dipijahkan adalah 16 pasang. Satu pasang induk terdiri dari satu induk jantan dan satu induk betina (berpasangan yaitu 1:1). Fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur satu ekor induk dapat menghasilkan butir telur dengan derajat penetasan telur adalah 90 persen yang akan menghasilkan ekor larva dari butir telur yang terbuahi. Larva yang hidup memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR) sebanyak 88 persen yang akan menghasilkan ekor per satu induk, sedangkan larva yang hidup sampai panen memiliki tingkat SR sebanyak 15 persen yang akan menghasilkan benih. Penerimaan yang diperoleh selama satu tahun yaitu ekor benih x Rp 150,00 x 19 (jumlah induk yang dipijahkan ) adalah Rp ,00. Sementara itu, untuk pengusahaan ikan lele yang melakukan kegiatan pembesaran dalam satu tahun dilakukan 4 kali panen dengan kegiatan produksi setiap 3 bulan sekali. Pada pengusahaan pembesaran ikan lele dalam satu kali produksi jumlah benih yang ditebar sebanyak ekor per kolam, dengan tingkat kematian sampai panen adalah 12 persen sehingga dalam satu kolam akan menghasilkan 350 kilogram (ukuran 9-10 ekor per kilogram). Jumlah kolam yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele pada tahun pertama sebanyak 3 kolam, sehingga penerimaan yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 3 kolam x 350 kilogram x Rp ,00 per kilogram x 4 (jumlah panen dalam satu tahun) yaitu Rp ,00 pada tahun pertama. Selain dari penjualan benih, penerimaan untuk masing-masing anggota diperoleh dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama yang tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada pengusahaan ikan lele dari masing-masing

11 pengusahaan ikan lele yaitu lahan, mesin pompa, dan blower. Nilai sisa pada kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Sisa Investasi Pada Pengusahaan Ikan Lele LPPMPU Nilai sisa (Rp) No Uraian Pembenihan Ikan Lele (Rp) Pembesaran Ikan Lele (Rp) 1. Lahan , ,00 2. Mesin pompa , ,00 3. Mesin blower ,00 Total Nilai Sisa (Rp) , , Analisis Kelayakan Finansial Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek yaitu Net Present value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele menggunakan modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7 persen, ini berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia (BI) pada tahun Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Analisis kelayakan finansial yang digunakan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU seluruhnya modal yang dipergunakan dalam menanamkan investasinya berasal dari modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 7 persen, hal ini berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia bulan Desember tahun 2009 pada saat melakukan penelitian. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan

12 finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 10). Tabel 10. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Kriteria Investasi Hasil 1. NPV 90,708, Net B/C 2,82 3. IRR 35% 4. Payback Period 1,45 Tahun Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 10. dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 90,708, yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. NPV sama dengan Rp 90,708, juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele kelompok tani LPPMPU diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari nol yaitu sebesar 2,82 yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C sama dengan 2,82, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,82 rupiah. Nilai IRR yang diperoleh dari analisis finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah 35 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 35 persen, dan karena nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu 7 persen maka usaha ini layak untuk dilaksanakan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki periode pengembalian biaya investasi selama 1,45 tahun (Lampiran 6).

13 Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Pada pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani LPPMPU investasi yang ditanamkan dalam pengusahaan ini berasal dari modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 7 persen, berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia bulan Desember 2009 pada saat melakukan penelitian di kelompok tani LPPMPU. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 11). Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 64,722,045.98, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai pada NPV yang diperoleh kelompok tani LPPMPU pengusahaan pembesaran ikan lele menunjukkan manfaat bersih yang diterima pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 7 persen, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar 2 dimana nilai Net B/C lebih besar dari nol sehingga pengusahaan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2 berarti setiap satu rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 2 rupiah manfaat bersih. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 20 persen lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Hal ini berarti pengusahaan pembesaran ikan lele layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 20 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 1,5 tahun (Lampiran 7).

14 Tabel 11. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Kriteria Investasi Hasil 1. NPV 64,722, Net B/C 2 3. IRR 20% 4. Payback Period 1,5 Tahun 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele layak untuk dilaksanakan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU (Tabel 12). Tabel 12. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Kelompok Tani LPPMPU Hasil Kriteria No Pengusahaan Pembenihan Pengusahaan Pembesaran Investasi Ikan Lele Ikan Lele 1. NPV 90,708, ,722, Net B/C 2, IRR 35% 20% 4. Payback Period 1,45 Tahun 1,5 Tahun Berdasarkan Tabel 12. menunjukkan bahwa pada pengusahaan pembenihan ikan lele merupakan pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini terlihat dari hasil analisis finansial, nilai NPV pada pengusahaan pembenihan ikan lele lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pada pengusahaan pembenihan

15 ikan lele menghasilkan nilai Net B/C dan nilai IRR yang lebih besar dari pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 2,82 dan 35 persen. Pada masa pengembalian biaya investasi (payback period) pengusahaan pembenihan lebih cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu selama 1,45 tahun Kelayakan Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Pada analisis pengembangan pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele layak untuk dikembangkan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari hasil kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU (Tabel 13). Tabel 13. Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Hasil Kriteria No Pengusahaan Pembenihan Pengusahaan Pembesaran Investasi Ikan Lele Ikan Lele 1. NPV 190,564, ,979, Net B/C 3,77 2,08 3. IRR 51% 25% 4. Payback Period 1,35 Tahun 1,40 Tahun Berdasarkan Tabel 13. menunjukkan bahwa pada pengusahaan pembenihan ikan lele layak untuk dikembangkan menjadi skala usaha besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan analisis cash flow, nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 190,564, yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama dengan Rp 190,564, juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku

16 bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele diperoleh nilai Net B/C sebesar 3,77 lebih besar dari nol yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dikembangkan, sedangkan nilai IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar 51 persen. Dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 51 persen. Nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu sebesar 7 persen maka pengusahaan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU layak untuk dikembangkan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki waktu pengembalian investasi yaitu selama 1,35 tahun. Sementara itu pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele. Nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 118,979, yang artinya bahwa pengusahaan pembesaran ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama dengan Rp 118,979, juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembesraran ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele yaitu sebesar 2,08 dan 25 persen, sedangkan waktu pengembalian biaya investasi yang ditanamkan adalah 1,40 tahun dimana pengusahaan pembesaran juga layak untuk dikembangkan (Lampiran 8) Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu penurunan harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi, serta kenaikan harga pakan yaitu pelet sehingga keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga dengan menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga. Hasil perhitungan analisis switching value kelompok tani LPPMPU pada pengusahaan pembenihan ikan lele untuk penurunan harga jual output yaitu benih

17 ikan lele dengan ukuran 5-5,5 cm adalah sebesar 23 persen yaitu dari harga Rp 150,00 per ekor menjadi Rp 115 per ekor, sedangkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 47 persen dari harga Rp ,00 per kilogram menjadi Rp 5.318,00 per kilogram. Apabila perubahan yang terjadi melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan harga jual benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang terjadi terhadap harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar dari 23 persen dan 47 persen. Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada pengusahaan pembenihan ikan lele terhadap kenaikan harga pakan benih ikan lele yaitu 64 persen untuk cacing sutra, 58 persen untuk pelet 99, dan 51 persen untuk pelet hiprovit. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan dan ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan harga pakan cacing sutra, pelet 99, dan pelet hiprovit tidak melebihi dari 64 persen, 58 persen, dan 51 persen. Sementara itu kenaikan harga pakan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 49 persen untuk pakan pelet hiprovit, dan sebesar 31 persen untuk pakan pelet 782, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila kenaikan harga pakan tidak melebihi dari 49 persen, dan 31 persen (Lampiran 10). Tabel 14. Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Perubahan Penurunan harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi Kenaikan harga pakan : a) cacing sutra b) pelet 99 c) pelet hiprovit d) pelet 782 Hasil (%) Pembenihan Ikan Lele Pembesaran Ikan Lele

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4. LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Kolam Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin Secara umum input yang digunakan dalam pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel

Lebih terperinci

No Keterangan Jumlah Satuan

No Keterangan Jumlah Satuan LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, baik

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan Gonad di kolam tanah Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkemang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Keterangan Tahunan Aktiva tetap Seragam Rp 1,100,000 Mesin kasir Rp 3,500,000 Telepon Rp 150,000 Meja kayu panjang Rp 7,500,000 Sofa Rp

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA : BUNGA DWI CAHYANI NIM : 10.11.3820 KELAS : S1 TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS NAMA : SUKAMTO HADI NIM : 11.02.7945 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 PELUANG BISNIS 1. ABSTRAK Pengertian Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut sawah (Monopterus albus) yang diperoleh dari pengumpul ikan di wilayah Dramaga. Kegiatan penelitian terdiri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT UNDERSTANDING POND AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT Soil Profile Soil Triangle Clear plastic liner tube & sediment removal tool Sediment Sampler Soil acidity tester Food web in Aquaculture

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan  5.2 Lokasi V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan Arifin Fish Farm merupakan suatu usaha budidaya ikan hias air tawar khususnya ikan Black Ghost, Ctenopoma acutirostre, dan Patin (Pangasius sutchi). Usaha yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian adalah bulan April sampai

Lebih terperinci