PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 telah dapat diterbitkan sebagai salah satu keluaran dari upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan dan gambaran hasil berbagai program yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jepara. Profil ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Visi Kabupaten Jepara Sehat yang merupakan salah satu modal dasar bagi tercapainya Visi Indonesia Sehat. Profil Kesehatan tahun 2015 ini diterbitkan berdasarkan petunjuk teknis penyusunan profil kesehatan dari Provinsi Jawa Tengah dan kami menyadari bahwa belum semua isinya sesuai dengan yang diharapkan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan tahun 2015 ini bersumber dari berbagai sektor kesehatan maupun diluar sektor kesehatan. Data sebagian besar berasal dari data kesehatan yang ada dalam Puskesmas di Kabupaten Jepara. Agar data yang diperoleh valid, maka data yang berasal dari puskesmas di uji silang dengan data dari pemegang program dan sumber yang lain. Data di tingkat Kabupaten Jepara melibatkan pula lintas sektor diantaranya Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta maupun Sarana Kesehatan swasta lainnya. Harapan kami kedepan profil kesehatan Kabupaten Jepara menjadi lebih baik lagi dan lebih bermanfaat. Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara kami sampaikan terima kasih. JABATAN SEKRETARIS DAERAH ASISTEN... KEPALA DINAS KESEHATAN SEKRETARIS KASUBAG... DINAS KESEHATAN PARAF Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara dr. DWI SUSILOWATI, M.Kes NIP ii

3 DAFTAR ISI Halaman Halaman judul... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Sistematika Penyajian... BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA... A. Kondisi Wilayah Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Jepara Kondisi Topografi... B. Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi Penduduk menurut golongan umur Angka Beban Tanggungan... C. Keadaan Pendidikan... BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN... A. Angka Kematian Angka Kematian Neonatal (AKN) Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)... B. Angka Kesakitan Tuberkulosis (TB) Persentase Balita dengan pneumonia Prevalensi HIV/AIDS Jumlah Kasus Sifilis Persentase Balita dengan Diare Ditangani Persentase Penderita Kusta Angka AFP (Accute Flaccid Paraliysis) Jumlah Kasus dan Angka Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)... a. Tetanus Neonatarum... i ii iii vii iii

4 b. Campak Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Angka Kesakitan Malaria Penyakit Filariasis yang ditangani Penyakit Tidak Menular Persentase hipertensi/tekanan darah tinggi Persentase Obesitas Persentase IV A positif dan benjolan pada Perempuan tahun... BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN... A. Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1... b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4... c. Cakupan Persalinan yang Ditolong oleh Nakes... d. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas... e. Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur (WUS)... f. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Pelayanan Kesehatan Anak... a. Cakupan Kunjungan Neonatus... b. Cakupan Kunjungan Bayi... c. Cakupan Komplikasi Neonatus yang ditangani... d. Persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ditangani... e. Cakupan Pelayanan kesehatan anak Balita... f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat Pelayanan Gizi a. Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A... b. Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A.... c. Cakupan Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe... d. Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif... e. Persentase penimbangan Baduta dan Balita... f. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan... g. Persentase Desa dengan Garam Beriodium yang baik Pelayanan Keluarga Berencana (KB)... a. Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi... b. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Pelayanan Imunisasi a. Persentase Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) b. Cakupan Imunisasi Bayi iv

5 6. Pelayanan Kesehatan Gigi... a. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap... b. Cakupan Murid SD/MI Mendapatkan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa... a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang harus Diberikan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota... b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang ditangani <24 Jam... c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Kegaiatan Penyuluhan Kesehatan... B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit... a. Pemakaian Tempat Tidur/ Bed Occupation Rate (BOR)... b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/ Average Length of Stay (ALOS)... c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/ Turn of Interval (TOI) Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita yang Dirawat di RS/ Gross Death Rate (GDR)... b. Angka Kematian Penderita yang Dirawat <48 Jam/ Net Death Rate (NDR)... C. Perilaku Hidup Masyarakat Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat... D. Keadaan Lingkungan Rumah Sehat Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) v

6 5. Persentase Desa STBM Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat, Dibina dan Diuji Petik BAB. V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus Jumlah Puskemas dan Jaringannya Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola Upaya Kesehatan bersumber Masyarakat... a. Posyandu... b. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)... c. Desa Siaga Aktif Ketersediaaan Obat dan Vaksin... B. Tenaga Kesehatan Jumlah Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan... a. Dokter Spesialis... b. Dokter Umum... c. Dokter Gigi Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana kesehatan... a. Perawat... b. Bidan... c. Perawat Gigi Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Sarana kesehatan... a. Kesehatan Masyarakat... b. Kesehatan Lingkungan Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan Jumlah dan rasio Tenaga Keterapian Fisk di Fasiltas Kesehatan. 7. Jumlah dan Rasio Tenaga Keteknisan Medis di Fasiltas Kesehatan Jumlah Kesehatan Lainnya di Fasilitas Kesehatan Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan... C. Pembiayaan Kesehatan Persentase Anggaran dalam APBD Kabupaten/Kota... BAB. V. KESIMPULAN vi

7 DAFTAR TABEL PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015 TABEL. 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 TABEL 7 TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 TABEL 13 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, Kabupaten Jepara tahun 2015 Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurt jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kematian neonatal, bayi, dan balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Kasus baru TB BTA+, seluruh kasus TB, kasus pada TB pada anak, dan case notifikcation rate (CNR) per penduduk menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara 2015 Jumlah kasus dan Aangka penemuan kasus TB Paru BTA+ menurt jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB Paru BTA+ serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Penemuan kasus Pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kasus HIV, AIDS, dan Syphilis menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 vii

8 TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 TABEL 27 TABEL 28 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut tipe/jenis, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase penderita kusta selesai berobat (Release from Treatment/RFT) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara 2015 Jumlah kasus AFP (Non Polio) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan pengukuran tekanan darah menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan pemeriksaan obesitas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis kejadian luar biasa (KLB) Kabupaten Jepara tahun 2015 Kejadian luar biasa (KLB) di desa/kelurahan yang ditangani <24 jam Kabupaten Jepara tahun 2015 viii

9 TABEL 29 TABEL 30 TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan kunjungan neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 41 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 42 TABEL 43 Cakupan imunisasi Hepatitis B < 7 hari dan BCG pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak, dan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 ix

10 TABEL 44 TABEL 45 TABEL 46 TABEL 47 TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupetan Jepara tahun 2015 Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Cakupan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 52 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2015 TABEL 53 Jumlah kegiatan promosi kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 54 TABEL 55 Jumlah jaminan kesehatan menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 56 Angka kematian pasien di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 57 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 58 TABEL 59 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (Ber-PHBS) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 x

11 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 Penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang layak (jamban sehat) menurut jenis jamban, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 Tempat pengelolaan makan (TPM) menurut status higiene sanitasi Kabupaten Jepara tahun 2015 Tempat pengelolaan makanan dibina dan diuji petik Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 67 Persentase ketersediaan obat dan vaksin Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 68 TABEL 69 TABEL 70 Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilikan Kabupaten Jepara tahun 2015 Persentase sarana kesehatan (rumah sakit) dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (Gadar) level I Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 71 Jumlah desa siaga menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 72 Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 Jumlah tenaga keperawatan di fasiltas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 76 Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 xi

12 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 Jumlah tenaga teknisi medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah tenaga teknisi medis dan fisioterapis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 Jumlah tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 81 Anggaran kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 82 TABEL 83 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik Kabupaten Jepara tahun 2015 Kasus penyakit tidak menular di puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2015 xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan yang optimal ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun dan dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah kesehatan ke depan serta visi Kabupaten Jepara yakni : Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan, dibawah Naungan Rahmah dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara adalah : Menjadi institusi penggerak dalam mewujudkan masyarakat Jepara Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa sehat merupakan modal utama dalam hidup, tanpa tubuh sehat kita tidak dapat melakukan kegiatan secara optimal. Sehat saja pun tidak cukup tanpa disertai dengan kualitas kesehatan yang baik. Pembangunan di Kabupaten Jepara tidak dapat optimal apabila penduduknya berada dalam kondisi tidak sehat ataupun sehat tapi kurang berkualitas. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara sebagai institusi terdepan dalam menentukan kebijakan pembangunan kesehatan harus mampu mengembangkan kebijakan yang dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan di Kabupaten Jepara dengan melibatkan unsur lain yang terkait. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

14 Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersamasama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama yang berkaitan dengan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan MDG s serta upaya mengatasi masalah kesehatan guna mendapatkan data dan informasi perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Untuk itu peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam manajemen kesehatan sebagai dasar pengambilan keputusan di semua tingkatan manajemen pelayanan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang dikembangkan di Kabupaten Jepara diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas dengan baik, sederhana dan informatif. Penyediaan data dan informasi tersebut tertuang dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara merupakan gambaran secara menyeluruh keadaan kesehatan di Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten ini berisi data/informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan selama satu tahun. Profil kesehatan ini dapat digunakan sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Jepara sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

15 Bab II : GAMBARAN UMUM Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Jepara. Uraian tentang letak geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya. Selain itu bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan. Bab III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini menguraikan indikator mengenai angka kematian dan angka kesakitan. Bab IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat serta keadaan lingkungan. Bab V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Bab VI : KESIMPULAN Bab ini berisi tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. LAMPIRAN Berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Jepara dan 83 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

16 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA A. KONDISI WILAYAH 1. Keadaan Geografis dan Administratif Kabupaten Jepara Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2015 NO Kecamatan Luas (Km 2 ) Banyaknya desa/ kelurahan Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 43,063 35,878 23,700 27,642 65,043 56,965 88,879 38,906 24,667 42,402 60,553 85, , , ,642 71, Jumlah 1.004, Kecamatan terluas adalah di Kecamatan Keling, dengan luas 123,116 km 2 atau 12.16% dari luas total Kabupaten Jepara, sedangkan Kecamatan Kalinyamatan mempunyai luas yang paling kecil 23,700 km 2. Luas total Kabupaten Jepara km Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari daerah dataran pantai yang tersebar di sepanjang pantai utara Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

17 meliputi Kecamatan Kedung, Jepara, Mlonggo, Bangsri dan Keling, dataran rendah dan dataran tinggi di sekitar Gunung Muria dan Gunung Clering. Kondisi topografi di tiap kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2015 NO Kecamatan Ketinggian dari permukaan laut (m) 1 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Bagian daratan utama Kabupaten Jepara terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang merupakan kawasan pada lereng Gunung Muria. Kondisi ini menyebabkan sistem hidrologinya mengalir beberapa sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Dimana karakteristik kontur wilayah, menyebabkan sungai mengalir dari daerah hulu di bagian timur dan selatan ke daerah hilir bagian utara dan barat. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat dan barat laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

18 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

19 B. KEPENDUDUKAN 1. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak jiwa, sedangkan tahun 2014 sebanyak jiwa. Data yang didapat merupakan proyeksi dari jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Jumlah rumah tangga tahun 2015 sebesar rumah tangga. Jumlah Rumah tangga (KK) terbesar berada di Kecamatan Tahunan sebesar KK dan terendah di Karimunjawa sebesar KK. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tahunan sebesar jiwa dan yang terendah di Kecamatan Karimunjawa sebesar jiwa (tabel 1). Rata-rata jumlah jiwa dibanding dengan jumlah rumah tangga adalah Kepadatan Penduduk Dengan luas wilayah sekitar 1.004,132 kilometer persegi yang dihuni oleh orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Jepara adalah sebanyak 1183 orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Jepara, yaitu sebanyak 3577 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Karimunjawa sebanya 129 orang per kilometer persegi. 3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan data BPS Kabupaten Jepara adalah sebesar 99,45%, yang artinya setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-laki (tabel 2). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

20 4. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Struktur penduduk Kabupaten Jepara menurut kelompok umur dapat dapat dibedakan berdasarkan umur 0-4 tahun, 5-14 tahun, tahun, tahun dan >=65 tahun. Gambaran kompisisi secara rinci dapat dilihat di gambar berikut : Gambar 2.3 Komposisi Penduduk menurut Golongan Umur di Kabupaten Jepara Tahun >=65 laki-laki perempuan Berdasarkan gambar 2.3 jumlah penduduk terbesar adalah golongan umur tahun dimana laki-laki berjumlah dan perempuan berjumlah Perbandingan jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2015, laki- laki sebesar dan perempuan sebesar (tabel 2). 5. Angka Beban Tanggungan Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Jepara didapat dari perbandingan antara penduduk usia yang tidak produktif (usia 0 14 dan usia 65 tahun keatas) dan usia produktif (usia tahun) dikali 100. Tahun 2015 angka beban tanggungan 48,49 hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 48 atau 49 penduduk usia yang tidak produktif (tabel 2). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

21 C. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan merupakan salah satu cara menentukan intelegensi, penyerapan informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Gambar 2.4 Jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara Tahun 2014 s/d 2015 pendud uk umur > 10 tahun pendud uk umur > 10 tahun melek huruf tidak memilik i ijazah SD SD/ MI SMP/ MTs SMA/ MA SMK DIPLOM A I/II AK/DIPL OMA III UNIVER SITAS/D IPLOMA IV S2 / S Pada tahun 2015 persentase penduduk berumur > 10 tahun yang melek huruf sebesar 93,74% sedangkan tahun 2014 yaitu sebesar 93,76%. Angka melek huruf ini ditandai dengan kepemilikan ijazah. Ijazah tertinggi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk Kabupaten Jepara adalah ijazah SD/MI sebesar 33,11%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

22 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yang terdiri dari 18 indikator. Indikator yang terdiri atas (1) Pelayanan Kesehatan Dasar dengan 14 indikator, (2) Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan 2 indikator, (3) Penyelidikan Epidemiologi dan penaggulangan KLB dengan 1 indikator, (4) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 1 indikator. Situasi derajat kesehatan dapat dinilai dengan beberapa indikator. Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta angka kesakitan beberapa penyakit. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor tidak hanya dari kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Adapun situasi indikator yang ada di Kabupaten Jepara sebagai berikut: A. ANGKA KEMATIAN Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian merupakan salah satu alat untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, serta kondisi lingkungan fisik dan biologi secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN) per kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) per kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita (AKABA) per kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

23 kelahiran hidup. Besarnya tingkat kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : 1. Angka Kematian Neonatal Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur < 28 hari (0 28 hari) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk ANC, pertolongan persalinan, dan postnatal ibu hamil. Semakin tinggi AKN, semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Gambar 3.1 Angka Kematian Neonatal di Kabupaten Jepara Tahun ,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 5,77 4, AKN AKN di Kabupaten Jepara dibandingkan tahun 2014 terjadi penurunan. Pada tahun 2015 ini sebesar 4,74 per kelahiran hidup. AKN pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 5,50 per sedangkan pada anak perempuan 3,95 per kelahiran hidup. Angka Kematian Neonatal tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Batealit, Mlonggo dan Nalumsari (tabel 5). 2. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi umur kurang dari 1 tahun (0 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

24 Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jepara Tahun ,00 20,00 target MDG's 2015 =23 15,00 10,00 5,00 9,69 10,02 9,13 7,01 6,35 0, AKB Hasil dari rekapitulasi puskesmas, AKB tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun ini AKB sebesar 6,35 dengan kematian bayi 134 dari kelahiran hidup (tabel 4 dan 5). AKB tahun 2015 ini telah memenuhi target MDGs ke-4 tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup serta target RAD MDGs Propinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 8,7. 3. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita (0 5 th) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA mempunyai manfaat untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, mengetahui tingkat pelayanan KIA/posyandu, mengetahui tingkat keberhasilan program KIA/posyandu serta menilai kondisi dan sanitasi lingkungan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

25 tabel berikut: Jumlah kematian balita di Kabupaten Jepara ditampilkan dalam Tabel 3.3 Jumlah Kematian Balita di Kabupaten jepara Tahun Jumlah kematian Kelahiran hidup Jumlah kematian balita tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (tabel 3.3) yaitu sebanyak 156 anak. Jumlah kematian diatas dapat dihitung AKABA yang tersaji dalam gambar dibawah. 35 Gambar 3.3 Angka Kematian Balita di Kabupaten Jepara Tahun target MDGs 2015= ,79 10,66 9,71 7,72 7, AKABA AKABA tahun 2015 sebesar 7,39 per kelahiran hidup, terjadi penurunan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya dan menjadi AKABA terendah sejak tahun 2011 (tabel 4 dan 5). Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 32 per kelahiran hidup Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

26 dan RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 sebesar 11,9 AKABA di Kabupaten Jepara telah memenuhi target. 4. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi oleh ibu selama kehamilan sampai dengan paska melahirkan yang dipengaruhi oleh : status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetrik. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti seperti kecelakaan, terjatuh dll. AKI di Kabupaten Jepara tidak dihitung karena faktor pembandingnya adalah jumlah kelahiran hidup, sedangkan di Kabupaten Jepara jumlah kelahiran hidup kurang dari kelahiran hidup. Data yang tersaji selama kurun waktu 2011 sampai dengan 2015 adalah sebagai berikut. Tabel 3.4 Jumlah Kematian Ibu Dibandingkan dengan Jumlah Kelahiran Hidup di Kabupaten Jepara Tahun 2011 s/d Jumlah kematian Kelahiran hidup Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

27 \ G1G TH 2011 TH 2012 TH.2013 TH TH HAMIL BERSALIN NIFAS Dari grafik diatas terlihat bahwa kematian pada saat nifas dalam 4 tahun sebelumnya sangat mendominasi dan pada tahun 2015 terjadi penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya : Monitoring perawatan paska persalinan > 24 jam di semua fasilitas kesehatan Feed back rujukan ke bidan desa (dari RS) terutama kasus risti Pengawalan lebih intensif oleh bidan desa (tupoksi) Peningkatan koordinasi dan komunikasi antara RS, puskesmas dan bidan desa Pada tahun 2015, terjadi kematian ibu sebanyak 11 orang dari kelahiran hidup. Dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 19 kasus terjadi penurunan yang cukup signikan 8 kasus. Dari 11 kematian ini, paling banyak adalah ibu berumur tahun sebanyak 8 orang atau 72,72% (tabel 6). Penyebab kematian ibu tahun 2015 adalah : 3 kasus (27,27%) karena hipertensi dalam kehamilan seperti preeklamsi dan eklamsi, 3 kasus (27,27%) faktor lain, 2 kasus (18,18%) karena perdarahan dan 2 kasus (18,18%) karena infeksi dan 1 kasus (9,09) karena jantung. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

28 B. ANGKA KESAKITAN 1. Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus Multy Drug Resistence(MDR) maupun Xaviare Drug Resistence (XDR). a. Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru BTA (+) Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Angka Notifikasi Kasus TB/Case Notification Rate (CNR) yaitu angka yang menunjukkan jumlah pasien TB yang ditemukan dan tercatat diantara penduduk pada satu periode di suatu wilayah. Penemuan kasus TB sekarang ini harus dilakukan secara aktif oleh petugas kesehatan tanpa meninggalkan penemuan secara pasif dimana penderita berobat ke pelayanan kesehatan. Karena bila tidak ditemukan kasusnya, akan menjadi sumber penularan yang laten (seumur hidup) dari penderita ke lingkungan sekitar para penderita tersebut. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

29 Untuk memastikan diagnosis TB harus dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis sebanyak 3 kali (SPS) yaitu: S (Sewaktu) yaitu dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada waktu kunjungan pertama kali. P (Pagi) yaitu dahak diambil pagi hari berikutnya di rumah segera setelah bangun tidur pagi, kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan S (Sewaktu) adalah dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi. Dinyatakan TB BTA+ jika penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak SPS dengan hasil pemeriksaan mikroskopis : a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT Proporsi kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) diantara seluruh kasus TB paru yang tercatat di Kabupaten Jepara sebesar 44,54%. Hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus baru TB paru BTA positif di Kabupaten Jepara lebih kecil dibandingkan dengan penemuan kasus baru TB paru BTA negatif dengan rontgen positif. Ini juga menunjukkan bahwa masih banyak kasus TB paru yang belum terobati dengan baik sehingga berpotensi menularkan TB paru di masyarakat. Angka penemuan kasus baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) yang tercatat (Case Notification Rate/ CNR BTA positif) tahun 2015 di Kabupaten Jepara sebesar 47,97 per penduduk (tabel 7). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

30 Angka ini masih jauh dari target SPM nasional maupun kabupaten tahun 2015 sebesar 100%. Untuk Tahun 2014 adalah sebesar 42,88%. Sedangkan proporsi kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) di antara seluruh kasus terduga (suspek) TB yang diperiksa dahaknya di Kabupaten Jepara sebesar 13,72% (tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan kasus terduga (suspek) TB di Kabupaten Jepara sudah baik, karena proporsi kasus baru TB paru BTA positif antara 10 15%. b. Case Notification Rate (CNR) seluruh kasus TB CNR untuk semua kasus TB tahun 2014 di Kabupaten Jepara sebesar 96,25 per penduduk (tabel 7). Angka tahun 2015 tidak data yang bisa dianalisis. c. Proporsi Kasus TB anak 0 14 tahun Tidak ada laporan adanya kasus TB pada anak umur 0 14 tahun di Kabupaten Jepara d. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA positif Penderita TB dinyatakan sembuh bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan hasil apusan dahak ulang (follow up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Indikator yang tertuang dalam kesembuhan ini disebut angka kesembuhan (Cure Rate/CR). Bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA (+) yang diobati disebut dengan keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Angka kesembuhan TB (Cure Rate) di Kabupaten Jepara sebesar 63,91 %. Hal ini menunjukkan angka kesembuhan TB belum memenuhi target minimal sebesar 85%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

31 TB (succes rate) Kabupaten Jepara sebesar 65,79%. Angka ini juga masih jauh dari angka target yaitu 90%. 2. Persentase Balita dengan Pneumonia Diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia balita adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak pada usia balita (1 hr - < 5 tahun). Pneumonia sering terjadi pada balita dan merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3-10 jam bila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan jamur. Bakteri yang umum adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,virus misalnya virus influensa. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. Balita tertular pneumonia disebabkan karena beberapa hal antara lain: tertular oleh penderita batuk, imunisasi tidak lengkap, kurang gizi serta pemberian ASI yang tidak memadai, terhirup asap atau debu Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

32 secara berulang, tinggal di lingkungan yang tidak sehat dengan kepadatan penghuni yang berlebih. Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapatkan antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Gambar 3.5 Cakupan Penanganan Kasus Pneumonia di Kabupaten Jepara Tahun 2011 s/d 2015 target SPM 100 % 81,5 76,5 57,9 13,4 8, Cakupan Pneumonia Perkiraan jumlah kasus pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang ada. Di Kabupaten Jepara perkiraan kasus pneumonia di tahun 2015 adalah kasus dengan kasus yang tertangani sebanyak kasus sehingga cakupan penanganan kasus pneumonia hanya sebesar 8,73% (tabel 10). Cakupan ini jauh dibawah target SPM tahun 2015 yaitu 100%. 3. Prevalensi HIV/AIDS HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponenkomponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

33 Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai infeksi oportunistik karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah infeksi HIV. Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Sedangkan pengertian penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi HIV. Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita AIDS dapat berlangsung lama, antara 3 sampai 10 tahun tergantung dengan daya tahan tubuh penderita. Pada stadium awal orang yang terinfeksi virus HIV pada 12 minggu pertama akan mengalami masa periode jendela, artinya bila dilakukan test HIV belum terbentuk antibodi sehingga hasilnya masih negatif, tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan ke orang lain. Pada stadium berikutnya biasanya tanpa gejala, tetapi orang tersebut sangat potensial untuk menularkan HIV kepada orang lain. Cara penularan HIV melalui 3 cairan yaitu: cairan darah (lewat tranfusi, pengguna suntikan bersama-sama, kegiatan medis dengan alat tusuk dan iris yang tercemar HIV), cairan sperma dan vagina (hubungan seks kedalam vagina atau anus), cairan air susu ibu (penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, persalinan atau menyusui). Tidak pernah dilaporkan penularan melalui air Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

34 mata, keringat, air liur/ludah, air kencing dan melaui perantara nyamuk. HIV tidak menular melalui jabat tangan, makan bersama, renang dan kontak sosial lainnya. Demikian juga kontak serumah dengan pemakaian piring, alat makan lainnya atau makan bersama-sama. Sesuai kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan pelayanan sesuai standar. Tatalaksana penderita HIV/AIDS meliputi Voluntary Counseling Testing (VCT) yaitu tes konseling secara sukarela, perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS, pengobatan Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik, dan rujukan kasus spesifik. Gambar 3.6 Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2015 Jumlah kasus baru HIV/AIDS tahun 2015 sebanyak 103 orang, dengan rincian 66 kasus HIV dan 37 kasus AIDS. Terjadi kesamaan penemuan kasus baru dibanding tahun 2014 yaitu sebesar 103 kasus (tabel 11). Untuk Kasus AIDS baru, Kabupaten Jepara masuk dalam peringkat ke-3 dan kasus HIV baru peringkat ke-4 terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Adanya trend kenaikan kasus HIV/AIDS perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tindakan yang telah dilakukan adalah dengan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

35 kegiatan skrining darah donor melalui PMI. Jumlah pendonor di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak dan seluruhnya (100%) darah donor tersebut dilakukan skrining HIV. Dari seluruh darah donor yang diperiksa, sebanyak 7 orang (0,05%) positif HIV, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 1 orang perempuan (tabel 12). Selain skrining donor darah juga dilakukan pengambilan sampel di lokalisasi yang tersebar di Kabupaten Jepara serta pengawasan yang melekat terhadap warga Jepara yang bekerja di luar Kabupaten Jepara yang berisiko tinggi. Tabel 3.7 Penderita HIV/AIDS Kabupaten Jepara Tahun Jenis Kondisi Saat No Kecamatan Kelamin Ditemukan Kondisi Saat Ini Total L P HIV AIDS Meninggal Hidup Penderita 1 Jepara Tahunan Batealit Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Jumlah Menurut perhitungan estimasi di Jawa Tengah, Kabupaten Jepara tahun 2015 ditarget menemukan kasus HIV AIDS sebanyak 110 penderita, dan kumulatif sampai tahun 2015 sejumlah 549 penderita. Dengan demikian Kabupaten Jepara sudah melampaui target MDGs yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Sebagian penderita ditemukan dalam kondisi AIDS, yang berarti terjadi keterlambatan dalam penemuan deteksi secara dini. Salah satu Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

36 penunjangnya karena banyak dari warga Jepara yang bekerja di luar Jepara dan kembali dengan membawa AIDS dengan jumlah akumulasi total kasus dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2015 pada waktu ditemukan kasus AIDS sebesar 371 kasus dan HIV positif 232 kasus sehingga kasus HIV/AIDS berjumlah 603 tersebar di semua kecamatan dengan jumlah penderita meninggal 186 orang (30,84%). Dari penderita AIDS yang masih hidup, 171 penderita (41,07%) telah mendapatkan obat Anti Retro Viral (ARV) yang difasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Dilihat dari jenis kelamin, penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jepara didominasi oleh perempuan ( 52,2% ) dibanding laki-laki ( 41,79%). Gambar 3.8 Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Umur Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d th 17,40% > 60 th 0,2% 0-5 th 5,8% 6-15 th 1,6% th 17,2% th 57,8% Distribusi menurut umur sebagian terbesar pada golongan usia produktif tahun (57,8%). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

37 Berdasarkan proporsi penderita HIV/AIDS menurut faktor risiko: Gambar 3.9 Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Faktor Risiko Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2015 Homosex 4% Perinatal 7% IDU 1,6% Heterosex 88,4% Proporsi menurut faktor risiko tertular HIV, sebagian besar ditularkan melalui hubungan heterosex sebanyak 532 kasus, homosex 22 kasus, perintal 44 kasus, dan penularan melaui jarum suntik (Injection Drug User) sebesar 5 kasus. Dilihat dari proprosi menurut jenis pekerjaan: Gambar 3.10 Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Pekerjaan Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2015 Narapidana 0,2% Nelayan 0,8% Lain-Lain 3,3% Sopir 2,5% Anak 7,3% IRT 31,3% Swasta 27,4% Buruh 11,3% PSK 15,9% Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

38 Proporsi terbesar penderita HIV/AIDS menurut pekerjaan tahun 2015 terbesar diderita oleh Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 31,3% (189 kasus). Selanjutnya dari kalangan swasta sebesar 27,4% (165 kasus), Pekerja Seks Komersil/PSK 15,9% (96 kasus), buruh 11,3% (68 kasus), anak-anak 7,3% (44 kasus), lain-lain 3,3% (20 kasus), sopir 2,5% (15 kasus), dan nelayan 1,0% (5 kasus) dan narapidana 0,2% (1 kasus). 4. Jumlah Kasus Sifilis Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2015 di Kabupaten Jepara terdapat 9 kasus terdiri dari 6 laki-laki dan 3 perempuan. Kelompok umur terkena terbanyak adalah umur tahun sebanyak 8 kasus atau 88,89% (tabel 11). 5. Persentase Balita dengan Diare Ditangani Diare diartikan dengan berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berbentuk encer. Gejala yang timbul adalah frekuensi berak lebih dari biasanya, tinja lembek atau cair, mulas, sakit perut, terdapat lendir dengan atau tanpa darah (disentri), berak cair seperti air cucian beras (kholera). Akibat dari diare akan mengakibatkan kekurangan cairan dalam tubuh dan garam-garaman, semakin lama diare semakin cepat seseorang kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Persentase cakupan diare yang ditangani dihitung dengan rumus jumlah diare yang ditangani dibagi dengan jumlah perkiraan penderita diare dikali dengan 100%. Sedangkan perkiraan penderita diare dihitung dari 10% dikali hasil Survei Morbiditas Diare Nasional (SMDN) (214/1000). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

39 Dehidrasi terbagi dalam 3 tingkatan yaitu: a. Tanpa dehidrasi b. Dehidrasi ringan sampai sedang: Terlihat sangat haus Tampak lemas dan mudah marah Anak gelisah atau rewel Kelopak mata cekung Bila dicubit kulit kembali lambat c. Dehidarasi berat: Kesadaran menurun Tidak dapat minum Kelopak mata sangat cekung Bila dicubit kulit kembali sangat lambat Syok, dengan penurunan kesadaran, urin output berkurang/sangat sedikit, telapak tangan dan kaki lembab, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah/tidak terdeteksi dan pucat. Gambar 3.11 Cakupan Diare yang Ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun ,50 70,60 64,20 64,10 30, Cakupan diare Perkiraan jumlah diare pada balita tahun 2015 sebesar kasus dengan jumlah penderita yang dilayani sebesar kasus sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

40 cakupan diare yang ditangani sebesar 64,1%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, maka cakupan penanganan diare tahun 2015 mengalami penurunan. Angka kesakitan diare per 1000 penduduk sebesar 214 (tabel 13). 6. Persentase Penderita Kusta Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis namun meluas hingga masalah sosial, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional. Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae), terutama menyerang kulit dan syaraf tepi. Penyakit kusta bukan disebabkan kutukan, guna-guna, dosa, makan, atau keturunan. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat dan tidak akan menular bila berobat secara dini dan teratur. Pada awalnya penderita tidak merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan. Bercak tersebut mempunyai sifat kurang rasa atau hilang rasa, tidak gatal dan tidak sakit. Hingga saat ini cara-cara penularan penyakit kusta belum dapat diketahui secara pasti. Pintu keluar kuman kusta dari tubuh penderita melalui selaput lendir hidung. Oleh karena itu penularan penyakit kusta diduga melalui : a. Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2 s/d 7 x 24 jam. b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang. Terdapat 2 tipe kusta yaitu: a. Kusta kering (PB = Paucibacillar), dengan pengobatan selama 6 bulan dengan Rifampicin dan DDS. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

41 Tanda-tandanya: Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak putih tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut. Permukaan bercak kering dan kasar Permukaan bercak tidak berkeringat Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengira bercak putih seperti tanda-tanda di atas adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya orang tersebut telah mengalami Kusta pada level lebih lanjut. Sehingga, pemeriksaan dan pengobatan semenjak dini ke Puskesmas atau pun Rumah Sakit terdekat pun sangat dianjurkan. Pengobatan kusta tipe PB ini cenderung lebih sebentar daripada tipe basah. b. Kusta Basah (MB= Multibacillar), dengan pengobatan 12 bulan yaitu Rifampicin, Lamprene, dan DDS. Tanda-tandanya: Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan. Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak. Pada permukaan bercak, sering tidak ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka. Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit kusta tipe basah ini harus berobat secara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep dokter, sehingga selain Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

42 mereka tidak menjadi lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah diberikan. Untuk Kusta MB ini menular lewat kontak secara langsung dan lama. Penularan terjadi apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam jangka panjang. Sehingga bagi pasien kusta MB harus segera melakukan pengobatan, dan melakukan penyembuhan secara teratur. Pembagian menurut bebannya dibedakan dalam 2 kategori: a. High Burden atau Beban Kusta Tinggi, dimana angka penemuan kasus baru/new Case Detection Rate (NCDR) lebih dari 10/ penduduk) b. Low Burden atau Beban Kusta Rendah, dimana angka penemuan kasus baru/new Case Detection Rate (NCDR) kurang dari 10/ penduduk) Gambar 3.12 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Di Kabupaten Jepara Tahun ,62 9,31 9, Angka Penemuan Kasus Baru Di Kabupaten Jepara terdapat RS Rehata yang memberikan pelayanan khusus kepada penderita kusta. Angka penemuan kasus baru tahun 2015 sebesar 9,59 sehinga Kabupaten Jepara dikategorikan Beban Kusta Rendah. Sedangkan untuk penemuan kasus baru kusta usia 0 14 tahun sebesar 7,02% (tabel 15), pada tahun 2014 kusta baru usia 0 14 tahun sebesar 0%. Untuk cacat tingkat 2 mengalami penurunan dari tahun 2014 sebesar 11,49% di tahun 2015 ditemukan 6,14%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

43 Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) di Kabupaten Jepara tahun 2015 untuk kusta PB 94,12% dan kusta MB 55,46% (tabel 17). 7. Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP. Surveilans AFP adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh) seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut: Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung) Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya. Diagnosa akhir pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring, termasuk kasus polio Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

44 atau tidak sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat Gambar 3.13 Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Jepara Tahun AFP Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara anak usia < 15 tahun. Jumlah anak usia < 15 tahun 2015 sebanyak anak, maka estimasi jumlah penderita kelumpuhan AFP adalah 6 kasus. Untuk Tahun 2015 ditemukan 5 kasus sehingga masih dibawah estimasi (tabel 18). 8. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Di cegah Dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi bertujuan memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi (TBC, Hepatitis B, Diptheri, Pertusis/Batuk rejan, Tetanus, Polio, Campak). Sasaran yang perlu diberikan imunisasi adalah: 1) Bayi (0 11 bulan) Bayi mendapatkan Lima Imunisasi Dasar lengkap (LIL) secara rutin yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali. 2) Balita Mendapatkan imunisasi lanjutan dan booster dari imunisasi dasar yaitu Polio, MMR, HIB, Varicella, Hepatitis A, Typhoid/Paratyphoid dll. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

45 3) Anak sekolah (SD/MI) Imunisasi pada anak SD/MI diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), yaitu : Imunisasi DT pada anak kelas 1 Imunisasi TT pada anak kelas 2 dan kelas 3 Imunisasi Campak pada anak kelas 1 4) Wanita Usia Subur (WUS) Setiap WUS termasuk ibu hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali selama hidupnya (TT 5 dosis) dengan interval tertentu yaitu waktu pemberian antara TT 1 dan TT 2 minimal 4 minggu, antara TT 2 dengan TT 3 minimal 6 bulan, antara TT 3 dengan TT 4 minimal 1 tahun dan antara TT 4 dengan TT 5 minimal 1 tahun. Yang termasuk PD3I yaitu Polio, Campak, Difteri dan Tetanus Neonatorum. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (REDCAM) dan Eliminasi Tetanus Neonatarum (ETN). Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatrum, dan Campak). Di Kabupaten Jepara kasus PD3I yang muncul adalah Tetanus neonatarum dan Campak : a. Tetanus Neonatarum Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi dengan spora Clostridium tetani, maupun penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang juga telah terkontaminasi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

46 Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya Tetanus neonatorum. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Dikatakan Tetanus neonatarum bila terjadi pada persalinan bayi. Bila terjadi pada bayi lahir dapat menjadikan bayi berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah kelahiran. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian. Berikut penemuan kasus tetanus neonatarum di Kabupaten Jepara : 1 Gambar 3.14 Penemuan Kasus Tetanus Neonatarum di Kabupaten Jepara Tahun ,8 0,6 0,4 0, Tetanus Neonatarum Sejak tahun 2011, tidak pernah ditemukan kasus tetanus neonatarum di Kabupaten Jepara (tabel 19). Bila terjadi satu kasus saja perlu mendapatkan perhatian karena sudah merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) didaerah tersebut. b. Campak Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

47 ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia). Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: (1) bayi berumur lebih dari 1 tahun (2) bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan (3) dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Adapun kasus campak mempunyai trend dalam 6 tahun terakhir: Gambar 3.15 Penemuan Kasus Campak di Kabupaten Jepara Tahun Campak Pada Tahun 2015, penemuan kasus di Kabupaten Jepara sebesar 18 kasus dengan penderita laki-laki sebanyak 7 orang dan perempuan 11 orang. Dimana puskesmas yang terbesar kasus Campak adalah Puskesmas Batealit sebesar 11 kasus (tabel 20). 9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

48 Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan : a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 o C - 40 o C) b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb. c. Hepatomegali (pembesaran hati). d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmhg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmhg atau lebih rendah. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

49 e. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai /mm 3. f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit. g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala. h. Pendarahan pada hidung dan gusi. i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan serius di Kabupaten Jepara. Dalam tiga tahun berturut-turut Kabupaten Jepara masuk dalam 5 besar kasus DBD terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Untuk Tahun 2015 Kabupaten Jepara menduduki ranking 2. Tingginya angka kesakitan DBD di Kabupaten Jepara ini disebabkan karena adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegipty yang cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN di masyarakat yang justru merupakan jurus ampuh dalam membasmi DBD dibandingkan dengan foging yang hanya dapat membunuh nyamuk dewasa. Angka yang digunakan dalam kasus DBD adalah angka kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR). Tahun 2015 IR adalah 120,17/ penduduk dan CFR 0,77%. Angka kesakitan tersebut belum mencapai target MDG s yaitu IR 35/ penduduk, meskipun untuk CFR telah memenuhi target MDG s yaitu < 1%. Gambar 3.15 Angka Kesakitan dan Kematian DBD Di Kabupaten Jepara Tahun Tahun Penderita Meninggal IR/ CFR ,6 0, ,9 0, ,2 0, ,6 12, ,96 0, , Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

50 Penderita tersebar di semua puskesmas di Kabupaten Jepara dengan kasus terbanyak adalah Puskesmas Tahunan 269 kasus, Mlonggo 231 kasus, Jepara 187 kasus, Kedung I 135 kasus. Untuk kasus terendah di puskesmas Keling I sebanyak 1 kasus (tabel 21). Kematian yang ada di puskesmas sebanyak 11 kasus dengan rincian Puskesmas Batealit 3 kasus; Puskesmas Jepara dan Tahunan masing-masing 2 kasus; Puskesmas Mlonggo, Bangsri II, Kalinyamatan, Kembang masing-masing 1 kasus. Gambar 3.16 Distribusi Penderita DBD menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2015 Dilihat dari pola penyebaran, terlihat daerah endemis masih tetap tinggi kasusnya, malah ada kecenderungan meluas kedaerah-daerah non endemis. Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Jepara hasil penyelidikan epidemiologi ternyata banyak ditemukan tempat-tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah penduduk pada barang-barang bekas seperti ban bekas, tempurung kelapa, bekas potongan bambu/pohon, kaleng dan plastik bekas yang menampung air hujan, padasan. Pengetahuan masyarakat tentang Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

51 deteksi dini yang masih rendah, adanya paradigma foging yang masih melekat dalam penyelesaian masalah, gerakan PSN dalam masyarakat yang rendah. Permasalahan yang ada telah ditindak lanjuti oleh Dinas kesehatan Kabupaten Jepara dengan peningkatan penyuluhan penyakit DBD yang intensif, peningkatan gerakan PSN di lingkungan keluarga (khususnya di daerah endemis), larvasidasi masal pada daerah endemis, foging sesuai kriteria. 10. Angka Kesakitan Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs Goal ke-6. Penyakit malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, bersifat menular dan disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium yang masuk tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dunia terdapat empat jenis yaitu: a. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (demam menggigil setiap hari) b. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (demam menggigil selang sehari) c. Plasmodium malariae menyebabkan malaria (demam menggigil selang dua hari) d. Plasmodium ovale menyebabkan malaria dengan demam menggigil selang sehari. Banyak ditemukan di Afrika. Berbagai cara penularan malaria antara lain : 1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles. 2. Penularan yang tidak alamiah. a. Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

52 b. Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposable). c. Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam, burung dara dan monyet. Di Jawa Tengah umumnya infeksi oleh Plasmodium falciparum atau Palsmodiun vivax dan atau campuran keduanya yang dikenal dengan mix infection. Malaria dinyatakan sebagai penyakit berbahaya karena penyakit ini akan menghancurkan sel-sel darah merah karena dimakan oleh Plasmodium dan akan mengakibatkan kekurangan darah. Akibat dari kekurangan sel darah merah antara lain: Daya tahan tubuh akan berkurang sehingga mudah terkena infeksi penyakit lainnya Berkurangnya daya kerja Pertumbuhan otak pada anak akan terhambat sehingga akan menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan sehingga anak menjadi bodoh. Pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada ari-ari dengan bayi lahir mati atau bayi lahir hidup dengan berat badan rendah. Pembuluh darah otak penderita malaria dapat tersumbat sehingga kesadaran penderita terganggu atau meninggal bila tidak segera diobati. Gejala klinis utama penyakit malaria adalah demam mengigil secara berkala dan sakit kepala, kadang-kadang disertai gejala klinis lain seperti : Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

53 Nafsu makan menurun. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium falciparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pucat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : 1. Stadium dingin (Cold stage). 2. Stadium demam (Hot stage). 3. Stadium berkeringat (Sweating stage). Ketiga gejala klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita penyakit malaria. Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak berurutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman penemuan penderita di daerah endemisitas. Khususnya di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrisik). Masa inkubasi ini bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling pendek pada plasmodium falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas penderita. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

54 Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi. Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari dan plasmodium malariae setelah 40 hari lebih. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing spesies parasit adalah sebagai berikut : Plasmodium falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hari. Plasmodium malariae hari. Indikator yang digunakan dalam penyakit malaria adalah API (Annual Parasite Incidene). Indikator ini untuk memantau perkembangan penyakit Malaria di Jawa Bali. API ini didapat dari jumlah kasus malaria positif dalam setahun per jumlah penduduk dikali dengan Angka yang didapat adalah per mil ( ). Dari angka API dapat diklasifikasikan daerah endemis malaria dalam 3 kategori: a. HCI (High Case Incidence) dengan API 5 > per 1000 penduduk b. MCI (Middle Case Incidence) dengan API 1 4,9 per 1000 penduduk c. LCI (Low Case Incidence) dengan API < 1 per 1000 penduduk Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

55 0,05 0,04 0,03 0,043 Gambar 3.17 Annual Parasite Incidence Malaria ( ) Di Kabupaten Jepara Tahun ,027 0,039 0,02 0,014 0,011 API 0, Sejak tahun 2011 Kabupaten Jepara bukan merupakan daerah endemis malaria dan termasuk dalam kategori LCI (API < 1). API tahun 2015 sebesar 0,011 dengan jumlah kasus sebanyak 6 orang (tabel 22). Gambar 3.18 Distribusi Penderita Malaria Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2015 Penemuan kasus baru malaria per 1000 penduduk (API) telah memenuhi RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 0,01. API tahun 2015 merupakan API terendah sejak tahun Selain itu juga tidak terjadi kematian akibat malaria di Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

56 11. Penyakit Filariasis yang ditangani Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada stadium lanjut dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara dan alat kelamin. Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu terhadap parasit, seringnya mendapat gigitan nyamuk infektif larva cacing filaria, banyaknya larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur. Secara umum perkembangan klinis filariasis dapat dibagi menjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri dan jamur. Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran kelenjar limfe, kerusakan katup saluran limfe, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang terdapat di kulit. Kriteria kabupaten/ kota endemis filaria bila Mf Rate 1% disalah satu atau lebih lokasi survei maka kabupaten / kota tersebut ditetapkan sebagai daerah endemis yang harus dilaksanakan pengobatan massal. Bila Mf rate < 1% pada semua lokasi survei, maka kabupaten/ kota tersebut ditetapkan sebagai daerah non endemis dan dilaksanakan pengobatan selektif, yaitu pengobatan hanya diberikan pada penderita yang positip mikrofilaria beserta anggota keluarganya. Penetapan kabupaten/ kota endemis filariasis dilakukan berdasarkan hasil survei dan survei darah jari, dan ditetapkan oleh provinsi. Sebagaimana diketahui mata rantai penularan filarisis ini terjadi bila ada tiga unsur, yaitu : a. Sumber penular, yakni manusia atau hospes reservoir yang mengandung microfilaria dalam darah b. Vektor ( nyamuk yang dapat menularkan filariasis) Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

57 c. Manusia yang rentan terhadap filariasis Pada tahun 2015 ini terdapat 3 kasus filariasis di Kabupaten Jepara yaitu 1 kasus di wilayah kecamatan Jepara dan 2 kasus di wilayah puskesmas Pakis Aji (tabel 23). Kabupaten Jepara dari Propinsi dikategorikan daerah non endemis. 12. Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dan menyebabkan kematian 36 juta jiwa per tahunnya. Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal ini menjadikan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi PTM. Berbagai faktor risiko PTM antara lain : merokok dan keterpaparan asap terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan, obat-obatan dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan PTM lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara telah mengembangkan program pengendalian PTM melalui promosi PHBS, deteksi dini berbagai penyakit serta sosialisasi kawasan tanpa rokok. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

58 Dalam rangka pengendalian PTM dilakukan surveilans epidemiologi PTM. Ruang lingkup surveilans epidemiologi PTM mencakup pengamatan penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, DM dan penyakit metabolisme lainnya dan penyakit kronis. Berikut proporsi kasus baru PTM di Kabupaten Jepara tahun 2015 (tabel 83) : Gambar 3.19 Proporsi Kasus Baru PTM Di Kabupaten Jepara Tahun 2015 stroke 1,89% PPOK 3,77% Asma 13% Psikosis 4% Kanker 0,53% DM 14,97% Jantung 4,39% Hipertensi 57,7% Penyakit hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan yaitu sebesar 57,7%. Urutan kedua ditempati oleh DM sebesar 14,97%. Besarnya proporsi ini hampir sama dengan proporsi tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pengendalian hipertensi dan DM diprioritaskan guna mencegah timbulnya PTM lanjutan seperti jantung, stroke, gagal ginjal, dsb melalui intervensi yang tepat pada setiap sasaran/kelompok populasi tertentu. 13. Persentase hipertensi/tekanan darah tinggi Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko PTM seperti hipertensi, stroke, jantung, kelainan fungsi ginjal dan lainnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di setiap fasilitas kesehatan termasuk puskesmas atau klinik kesehatan lainnya serta di Posbindu PTM yang ada di masyarakat. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

59 Berdasarkan pengukuran tekanan darah di posbindu yang ada di Kabupaten Jepara, cakupan hipertensi tahun 2015 hanya sebesar 24,12%, dimana persentase pada laki-laki sebesar 50,73% sedangkan perempuan sebesar 19,01% (tabel 24). 14. Persentase Obesitas Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan PTM seperti DM, jantung, stroke, penyakit ginjal, kanker dan ateroskerosis. Obesitas terjadi karena perilaku hidup yang tidak sehat yaitu diet yang tidak seimbang, kurang olah raga/aktifitas fisik dan pengelolaan stress yang tidak adekuat. Berdasarkan pemeriksaan obesitas di posbindu yang ada di Kabupaten Jepara, cakupan obesitas tahun 2015 hanya sebesar 17,27%, dimana persentase pada laki-laki sebesar 10,73% sedangkan perempuan sebesar 18,52% (tabel 25). 15. Presentase IVA positif dan benjolan pada Perempuan tahun Kegiatan deteksi dini Ca serviks dengan metode IVA mulai dikembangkan sejak tahun 2007, dengan pelatihan yang terstandar menghasilkan dokter dan bidan yang mampu melakukan deteksi dini Ca serviks dengan metode IVA. Hasil pemeriksaan positif menunjukkan adanya lesi pra kanker yang dapat disembuhkan dengan sempurna dengan terapi Krio. Deteksi dini kanker payudara dilakukan pemeriksaan Clinical Breast Examination (CBE) yaitu pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Pemeriksaan ini dipakai untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada tahap dini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Di Kabupaten Jepara, pemeriksaan leher rahim dan payudara sebesar 679 orang yang mengakibatkan IVA positif adalah 42 orang atau 6,19% tetapi tidak ada yang mengarah ke tumor (tabel 26). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

60 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar, paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K1 di Kabupaten Jepara Tahun ,5 98,06 98,5 98,5 96, Cakupan K1 Cakupan kunjungan ibu hamil K1 tahun 2015 sebesar 98,5% dari jumlah bumil (Tabel 29). Cakupan ini sama dengan tahun Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

61 b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standart oleh tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali dan memenuhi standar kualitas pelayanan antenatal, yaitu : Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan Pengukuran tekanan darah Pengukuran LILA Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi TT sesuai status imunisasi Pemberian tablet tambah darah Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling (termasuk KB) Pelayanan tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin, dan golongan darah) Tatalaksana kasus Gambar 4.2 Cakupan Pelayanan Antenatal K4 di Kabupaten Jepara Tahun ,2 Cakupan K4 Target SPM , ,4 94,07 94, Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Jepara tahun 2015 sebesar 94,4% dari jumlah ibu hamil sebanyak orang. Cakupan ini kurang Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

62 sedikit memenuhi target SPM Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 95%. Terdapat 12 puskesmas yang bisa memenuhi target tersebut (tabel 29). c. Cakupan Persalinan yang ditolong oleh Nakes Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memenuhi standar sebagai berikut: Pencegahan infeksi Metode persalinan yang sesuai dengan standar Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kesehatan. Berikut gambaran cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga Gambar 4.3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan Linakes Target SPM 99, , , Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Kabupaten Jepara sebesar 100% telah melampaui target SPM tahun 2015 sebesar 95% dan semua Puskesmas telah memenuhi target SPM (tabel 29). Hanya Puskesmas Bangsri I ada 1 kasus persalinan yang tidak ditolong oleh Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

63 tenaga kesehatan. Dengan semakin naiknya angka cakupan pertolongan persalinan menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga. Kenaikan cakupan K1 dan K4 serta pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan yang berkompeten berkontribusi menurunkan AKI di Kabupaten Jepara tahun d. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Paska persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan yaitu: Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam sampai dengan 7 hari setelah persalinan. Kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan minggu ke-2 setelah persalinan Kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakah terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit, anjuran untuk melaksanakan ASI eksklusif, pelayanan KB paska persalinan dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter, perawat dan bidan) biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus maupun kegiatan posyandu. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

64 Gambar 4.4 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan KF 3 Target SPM 98,6 96,03 96,97 97,3 98, Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Kabupaten Jepara Tahun 2015 mencapai 98,17% (tabel 29). Cakupan ini semakin meningkat dan mencapai target SPM sejak tahun Akan tetapi Tahun 2015, kematian ibu yang terbanyak dari 11 orang, 6 orang (54,54%) diantaranya merupakan ibu nifas. Begitu pula kematian ibu tahun 2014 sebanyak dari 19 orang, 9 orang (47,36%) diantaranya merupakan ibu nifas. Meskipun sudah melampaui target SPM sebesar 94% namun pencapaian ironi dengan jumlah kematian ibu pada tahun ini yang didominasi oleh kematian ibu nifas. e. Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi (Tetanus neonatorum) yang ditularkan melalui ibunya yang memang terinfeksi Tetanus atau pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi Tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi Tetanus Neonatorum dan maternal adalah pertolongan persalinan yang aman dan bersih, cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, serta surveilans. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

65 Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun di luar kehamilan akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibodi tetanus ke bayi. Perlindungan tersebut cukup untuk masa dua bulan setelah kelahiran dimana bayi akan mendapat imunisasi kombinasi sebagai bagian dari program rutin imunisasi pemerintah untuk mencegah Difteri, Batuk rejan, dan Tetanus setelahnya. Imunisasi TT Wanita Usia Subur adalah pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (15-39) sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Oleh karena itu setiap WUS yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan harus selalu ditanyakan status imunisasi TT mereka dan bila diketahui yang bersangkutan belum mendapatkan imunisasi TT harus diberi imunisasi TT minimal 2 kali dengan jadwal sebagai berikut: TT1 diberikan segera pada saat WUS kontak dengan pelayanan kesehatan atau sedini mungkin saat yang bersangkutan hamil, TT2 diberikan 4 minggu setelah dosis pertama. TT3 dapat diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua atau setiap saat pada kehamilan berikutnya. Imunisasi TT tambahan yaitu TT4 dan TT5 dengan interval satu tahun dapat diberikan pada saat WUS tersebut kontak dengan fasilitas pelayanan kesehatan atau diberikan pada saat kehamilan berikutnya. Gambar 4.5 Persentase Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Kabupaten Jepara Tahun TT 1 TT 2 TT 3 TT 4 TT 5 TT 2+ Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

66 Cakupan di Kabupaten Jepara tahun 2015 TT 1 sebesar 24,3%, TT 2 sebesar 31,4%, TT 3 sebesar 32,3%, TT 4 sebesar 21,3%, TT 5 sebesar 13,7%. Sedangkan cakupan TT2+ tahun 2015 (imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) adalah 98,8% (tabel 30). Untuk cakupan imunisasi TT pada WUS tahun 2015 masih sangat rendah yaitu < 2 %. Cakupan TT 1 sebesar 1,74%, TT 2 0,63%, TT 3 0,10%, TT 4 0,06%, TT 5 sebesar 0,05% (tabel 31). f. Cakupan Komplikasi kebidanan yang ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vagina, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya (a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

67 120 Gambar 4.6 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun , ,52 97, , Cakupan Target SPM Perkiraan jumlah komplikasi kebidanan Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak 4615 (20% dari jumlah ibu hamil). Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2015 sebanyak 4511 kasus atau sebesar 97,73% (tabel 33). Cakupan ini telah memenuhi target SPM sebesar 80%. 2. Pelayanan kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), Kunjungan Neonatus (KN) dibagi menjadi tiga, yaitu satu kali pada 1-2 hari kehidupan (KN1), satu kali 2-6 hari (KN2) dan satu kali dalam 7-28 hari (KN3/KN lengkap). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

68 Gambaran pelaksanaan cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Jepara dijelaskan sebagai berikut: Gambar 4.7 Cakupan Kunjungan Neonatus Kabupaten Jepara Tahun ,26 98,63 98,58 97,5 92, KN Lengkap Cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 98,58% dari kelahiran hidup (tabel 38). b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari, setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

69 Kunjungan Bayi di Kabupaten Jepara beberapa tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.8 Jumlah Persentase Kunjungan Bayi di Kabupaten Jepara Tahun 2011 s/d ,14 97,53 96,85 90,6 92, Kunjungan Bayi Target SPM Tahun 2015 cakupan kunjungan bayi sebesar 96,85%, telah memenuhi target dari SPM Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 90% (tabel 40). Cakupan ini mengalami penurunan dibanding tahun c. Cakupan Komplikasi Neonatus yang ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

70 baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi. Gambar 4.9 Cakupan komplikasi neonatus yang ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun ,86 85,92 80,26 79, , Cakupan Target SPM Pada tahun 2015 cakupan komplikasi neonatus yang ditangani sebesar 79,7% (tabel 33). Cakupan ini belum memenuhi target SPM tahun 2015 yang harus dicapai yaitu 80% dan jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2014 mengalami penurunan. d. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditangani Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang, yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berkaitan dengan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko kematian bayi. Oleh karena itu sebagai salah satu upaya untuk Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

71 mencegah terjadinya kematian bayi adalah penanganan BBLR. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi BBLR perlu penanganan serius karena kondisi tersebut mudah sekali hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. Gambar 4.11 Jumlah Persentase Bayi BBLR di Kabupaten Jepara Tahun 2011 s/d 2015 Persentase BBLR 2,9 2,74 3,39 3,46 3,18 1, Tahun 2015 persentase BBLR adalah 3,18% dari Kelahiran hidup yang ditimbang, terjadi penurunan dibandingkan 2014 (tabel 37). Bayi BBLR tahun ini sebanyak 671 kasus yang terdiri dari 324 laki-laki dan 347 perempuan dari bayi lahir yang ditimbang. Salah satu metode dalam menangani BBLR adalah metode kanguru yaitu menghangatkan bayi dengan sentuhan kulit bayi dan ibu/pengasuhnya secara langsung dan diharapkan dapat mengurangi kematian akibat BBLR. e. Cakupan Pelayanan kesehatan anak Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun (Bulan Februari dan Agustus). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

72 Pemantauan pertumbuhan balita diartikan sebagai pengukuran Berat Badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran Berat Badan per umur (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak- Kanak, serta Raudlatul Athfal dll. Pemantauan perkembangan balita meliputi perkembangan gerak kasar, gerak halus dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Pemantauan perkembangan anak balita dimaksudkan adalah anak umur bulan yang dideteksi dini tumbuh kembang melalui pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali per tahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Upaya pembinaan kesehatan anak balita diarahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak dengan perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan masa krisis atau periode emas tumbuh kembang. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan seperti ganguan mental emosional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Gambar 4.12 Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita Di Kabupaten Jepara Tahun , ,83 85, Cakupan Target SPM Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

73 Cakupan pelayanan anak balita tahun 2015 sebesar 94,37% dari jumlah anak balita yang ada (tabel 46). Capaian ini meningkat dibanding tahun 2014 dan telah mencapai target SPM sebesar 90%. f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD atau setingkat diutamakan untuk meningkatkan kesehatan (promotif) dan upaya meningkatkan pencegahan penyakit (preventif). Salah satu upaya preventif yang dilaksanakan di sekolah adalah kegiatan penjaringan anak sekolah (health screening) sebagai prosedur pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk mengelompokkan anak sekolah dalam berbagai kategori sehat dan sakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut, serta mendapatkan gambaran kesehatan anak sekolah dan mengikuti perkembangan serta pertumbuhan anak sekolah sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan sekolah. Penjaringan anak sekolah ini sasarannya adalah anak SD kelas I. Cakupan tahun 2015 telah mencapai 100% dengan jumlah murid SD kelas I atau setingkat sebesar terdiri dari laki-laki siswa dan perempuan siswa (tabel 49). Dengan adanya dana BOK kegiatan penjaringan anak sekolah dapat berjalan optimal. 3. Pelayanan Gizi Pelaksanaan program gizi khususnya pelayanan program gizi dan suveilans bertumpu pada peran bidan desa dan petugas gizi puskesmas. Petugas Gizi puskesmas banyak yang merangkap sebagai petugas lain seperti bendahara jamkesmas, bendahara BOK, bendahara operasional sehingga banyak waktu yang tersita pada kegiatan tugas lain sehingga seringkali kegiatan surveilans gizi tidak dilaksanakan secara optimal. Motivasi dan bintek petugas kabupaten terus dilaksanakan agar kegiatan pokok sebagai petugas gizi tidak terabaikan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan program gizi puskesmas belum semua berjalan dengan tepat waktu, akurat sehingga data yang masuk ke Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

74 kabupaten sering terlambat, diperlukan pemantapan pembinaan petugas berupa supervisi dan monev secara terus menerus. Perilaku gizi pada masyarakat seperti pemberian ASI ekslusif dan konsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat masih rendah. Pengetahuan keluarga sadar gizi terus dilakukan dengan pemberian KIE. Posyandu lebih difungsikan di meja ke 4 dengan memberikan KIE pada masyarakat terutama yang bermasalah terhadap hasil penimbangannya. Fungsi dan peran posyandu lebih ditingkatkan dalam upaya peningkatan upaya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat untuk melindungi masyarakat yang menjamin garam yang beredar memenuhi persyaratan kandungan yodiumnya telah diterbitkan PERDA No.2 TAHUN 2009 tentang Pengaturan Pengawasan Garam Tidak Beryodium. a. Cakupan Bayi dan Anak Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tujuan pemberian vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Dalam hal ini selain untuk mencegah kebutaan, vitamin A berperan dalam menurunkan angka kematian anak dan lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Bayi dan balita yang menjadi sasaran pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi adalah bayi yang berumur 6-11 bulan diberikan kaspul vitamin A dengan dosis SI (biru) dan anak balita umur bulan diberikan kapsul vitamin A dosis SI (merah). Pada bayi diberikan setahun sekali pada bulan Pebruari atau Agustus, dan untuk anak balita enam bulan sekali yang diberikan serentak pada bulan Pebruari dan Agustus. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

75 Gambar 4.13 Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A Bayi dan Anak Balita di Kabupaten Jepara Tahun , , , Bayi ,74 99,54 99,12 99,13 Anak Balita ,27 98,91 98,56 98,43 Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 99,13% dan anak balita sebesar 98,43% (tabel 44). Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa cakupan vitamin A pada bayi dan anak balita semakin menurun sejak tahun b. Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A Upaya menurunkan prevalensi KVA melalui pemberian vitamin A pada bayi, balita dan ibu nifas (melahirkan). Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga akan meningkatkan status vitamin A pada bayi yang disusuinya. ASI merupakan sumber utama vitamin A bagi bayi pada enam bulan kehidupannya dan merupakan sumber yang penting hingga bayi berusia dua tahun. Ibu nifas seharusnya menerima SI atau dua kapsul dosis 200,000 SI. Pemberian kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian. Pemberian ini dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

76 Gambar 4.14 Cakupan Ibu Nifas yang Mendapat Kapsul Vitamin A di Kabupaten Jepara Tahun Bufas 100,28 96,62 92,6 99,95 99,98 Pada tahun 2015 cakupan mencapai 99,98% (tabel 29). Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan bufas diantaranya: a) Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyerbarluasan informasi. b) Sosialisasi pemberian kapsul vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. c) Kegiatan konseling/konsultan gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. d) Lintas program/lintas sektor terkait (promosi kesehatan, imunisasi, dll). e) Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang belum mendapatkan kapsul vitamin A pada bulan kapsul. c. Cakupan Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada Balita, Bumil, Bufas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

77 maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Gambar 4.15 Persentase Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kabupaten Jepara Tahun ,44 98,47 97,53 98,31 99,82 95,48 90,32 93,35 92,99 90, Fe 1 Fe 3 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan tablet Fe pada ibu hamil mengalami peningkatan cakupan Fe 1 dan mengalami penurunan untuk cakupan Fe 3 dibandingkan cakupan tahun Cakupan Fe 1 (30 tablet) tahun 2015 sebesar 98,31% namun cakupan Fe 3 (90 tablet) sebesar 92,99% masih ada 5,32% ibu hamil yang tidak meneruskan konsumsi Fe 1 sampai Fe3 (tabel 32). Hal ini dapat mempengaruhi tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil. d. Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

78 ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping hingga usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Gambar 4.16 Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Jepara Tahun ASI Eksklusif 33,4 55,6 66,8 71,33 69,39 Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Jepara Tahun 2015 sebesar 69,39% dari jumlah bayi 0-6 bulan , terjadi penurunan terhadap tahun 2014 (tabel 39). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

79 e. Persentase penimbangan Baduta dan Balita Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di posyandu. Penimbangan terhadap baduta dan balita yang dilakukan di posyandu merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan baduta dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Penimbangan baduta sangat penting guna memantau status gizi 1000 hari pertama kehidupan (270 masa kehamilan dan 730 masa usia dua tahun pertama kelahiran). Perbaikan gizi saat 1000 hari pertama sangat efektif guna mencegah tiga masalah gizi yaitu timbulnya penyakit kronis/ptm, menurunnya tingkat kecerdasan serta stunting/pendek. Jika perbaikan gizi dilakukan setelah 1000 hari, maka tiga masalah gizi tersebut bersifat permanen atau sulit di perbaiki. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu (D/S) maka semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Tabel 4.17 Persentase Penimbangan baduta dan balita di Kabupaten Jepara Tahun D/S balita D/S baduta BGM balita BGM baduta Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

80 Partisipasi masyarakat pada kegiatan posyandu mengalami fluktuatif dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 balita yang datang ke posyandu sebesar 81,69% sedangkan baduta 85,94%. Jumlah balita dan baduta BGM juga mengalami fluktuatif dimana BGM balita naik dari 1,51% menjadi 1,82%, BGM baduta turun dari 1,26 menjadi 0,90 (tabel 45 dan 47). Tingkat partisipasi masyarakat balita dan baduta digunakan sebagai indikator untuk mencegah terjadinya masalah gizi yang bersifat permanen yaitu timbulnya penyakit kronis/ptm, menurunnya tingkat kecerdasan serta stunting/pendek. f. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindaklanjuti dengan rencana tindakan yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jepara didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) serta membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus gizi buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat serta tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk (0-59 bulan) yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan dan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

81 atau di rumah oleh tenaga kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah kasus balita gizi buruk di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak 117 kasus, jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2014 yaitu sebanyak 143 kasus. Semua kasus gizi buruk telah mendapatkan perawatan, jadi sudah memenuhi target SPM cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100% (tabel 48). g. Persentase Desa dengan Garam Beriodium yang Baik Garam beriodium adalah garam telah diperkaya dengan iodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beriodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) (mengandung KIO ppm). Iodium merupakan elemen penting dalam pembentukan hormon tiroid. Hormon ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal serta perkembangan mental dan fisik. Kekurangan maupun kelebihan konsumsi iodium dapat mengakibatkan gangguan pada tiroid. Berdasarkan standar Food and Drug Administration (FDA), konsumsi maksimal iodium harian ± kira-kira 150 µg/hari. Kebutuhan ini bisa dapat dipenuhi dengan mengonsumsi satu sampai satu setengah sendok makan garam beriodium sesuai SNI. Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi (keguguran pada ibu hamil, bayi lahir cacat), anak kurang cerdas, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

82 Gambar 4.18 Persentase Desa/kelurahan dengan Garam Beriodium Baik di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan 62,56 73,85 74,87 42,56 28,72 Persentase desa/kelurahan dengan garam beriodium baik, menggambarkan identitas mutu garam beriodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 195 desa di Kabupaten Jepara tahun 2015, hanya terdapat 56 desa (28,72%) dengan garam beriodium baik (tabel 82). Dibandingkan dengan tahun 2014 terdapat 83 desa beriodium baik penurunan banyak sekali ada 27 desa yang tidak masuk kategori baik. 4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) a. Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai 44 tahun. Sedangkan peserta KB baru diartikan sebagai pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan cukup tinggi. Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

83 penelitian masa usia subur seorang wanita sekitar 15 tahun sampai 44 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kehamilan atau menjarangkan kehamilan diprioritaskan dengan menggunakan cara/alat KB. Jumlah PUS di Kabupaten Jepara Tahun 2015 sebanyak pasangan dengan jumlah peserta KB baru orang (tabel 36). Gambar 4.19 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Kabupaten Jepara Tahun 2015 PIL 21,21% KONDOM 2,73% IUD 1,47% MOP 0,14% MOW 1,00% IMPLANT 9,02% IUD MOP MOW IMPLANT SUNTIK PIL KONDOM SUNTIK 64,43% Tahun 2015 penggunaan kontrasepsi terbesar peserta KB baru adalah kontrasepsi suntik yaitu 64,43%, meningkat dibandingkan tahun 2014 dari 59,4%. Hal ini disebabkan akses untuk memperoleh pelayanan suntik KB relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Untuk penggunaan alat KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP (yang meliputi penggunaan IUD, MOP, MOW, Implant), penggunaan implant paling besar 9,02% (tabel 35). Peserta KB baru ini harus mendapatkan pembinaan berkelanjutan untuk menjaga Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

84 kelangsungan pemakaian kontrasepsi terutama bagi pengguna non MKJP (suntik, pil, kondom, obat vagina). b. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara Pasangan Usia Subur. Gambar 4.20 Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Jepara Tahun ,9 81,2 81,3 80,6 79, , Cak KB Aktif SPM Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 60,76% atau sebanyak PUS. Cakupan ini menurun dibanding cakupan tahun 2014, belum dapat mencapai target SPM sebesar 80 (tabel 36). Penggunaan alat kontrasepsi terbesar bagi peserta KB aktif adalah suntik sebesar 77,6% (tabel 34). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

85 5. Pelayanan Imunisasi Bayi, balita, anak, hingga orang dewasa memiliki risiko terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Influenza, Typhus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko terlindungi adalah melalui imunisasi. Terdapat dua macam imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi kedalam tubuh agar meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain ialah pada bayi baru lahir, bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari sang ibu melalui darah plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak. a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Sedangkan desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian UCI yang berdasarkan indikator cakupan, DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

86 Berikut gambaran cakupan desa/kelurahan UCI di Kabupaten Jepara : Gambar 4.21 Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Jepara Tahun Cak UCI Target SPM ,4 97, Pencapaian UCI di Kabupaten Jepara tahun 2015 telah mencapai target SPM sebesar 100% dari 195 desa. b. Cakupan Imunisasi Bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, Campak dan Pneumoni. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, polio 4 kali, HB uniject 1 kali dan Campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur sembilan bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

87 Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua anak kelas I SD/MI, sedangkan BIAS TT diberikan pada anak kelas II dan III SD/MI, serta Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi) Gambar 4.22 Cakupan Imunisasi Bayi di Kabupaten Jepara Tahun BCG ,85 97,78 DPT-HB1 104,8 98,7 98,8 DPT-HB3 100,8 97,8 99,8 101,07 99,86 POLIO 100,2 97,79 98,68 97,39 98,62 CAMPAK 99,4 97,1 98,8 98,5 99,33 Adanya fluktuasi dari tahun ke tahun, menggambarkan keberadaan imunisasi belum mencapai hasil yang optimal meskipun telah memenuhi target minimal nasional yaitu 95% untuk semua antigen. Tahun 2015 di Kabupaten Jepara cakupan imunisasi BCG sebesar 97,78%, DPT-HB3 99,86%, Polio4 98,62%, Campak 99,33% serta imunisasi dasar lengkap 99,18% (tabel 42 dan 43). 6. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan mulut serta upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

88 memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif sebelum gigi tetap betul rusak dan harus dicabut, sedangkan pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif karena sudah tidak ada alternatif lainnya. Gambar 4.23 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap di Kabupaten Jepara Tahun Rasio tumpatan/pencabutan 0,93 0,84 0,81 0,61 0, Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap pada tahun 2015 sebesar 0,81 (tabel 50). Rasio < 1 menunjukkan bahwa masyarakat masih banyak melakukan pencabutan gigi (2.854 kasus) daripada melakukan tumpatan gigi tetap (2.300 kasus). Kondisi tersebut perlu ditindaklanjuti dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya pada sistem pencernaan dan kesehatan tubuh secara umum. Rasio 2015 lebih rendah dibandingkan tahun 2014, hanya puskesmas Donorojo yang tidak mengirimkan laporan pelayanan gigi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

89 b. Cakupan Murid SD/MI Mendapatkan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan sikat gigi masal di SD/MI merupakan salah satu kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat memahami cara dan waktu yang tepat untuk melakukan sikat gigi. Jumlah SD/MI di Kabupaten Jepara sebanyak 781 sekolah, persentase SD/MI yang melaksanakan sikat gigi masal sebesar 697 atau 89,2%. Sedangkan yang mendapatkan pelayanan gigi sebesar 91,3%. Kegiatan UKGS yang lain adalah pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi, kemudian melakukan perawatan pada murid yang memerlukan. Gambar 4.24 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid SD/MI Di Kabupaten Jepara Tahun ,8 Cakupan UKGS 22,08 22,4 22,08 18, Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI tahun 2015 sebesar 22,4% dari murid di Kabupaten Jepara. Cakupan ini cenderung stagnan sejak tahun Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

90 Dari Murid SD/MI diperiksa ini, murid perlu mendapatkan perawatan dan 100% murid tersebut telah mendapatkan perawatan (tabel 51). 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Semakin meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia maka semakin meningkat pula populasi usia lanjut. Rata-rata UHH tahun 2014 di Jepara sebesar 75,64 tahun, untuk itu diperlukan upaya agar proses menjadi tua tetap berjalan namun menjadi tua yang tetap sehat, berguna, produktif, dan tidak menjadi beban di masyarakat. Pelayanan kesehatan usia lanjut merupakan salah satu upaya tersebut. Pelayanan kesehatan usia lanjut (60 tahun ke atas) diartikan sebagai upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usila yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Saat ini telah terdapat pos khusus untuk usila yang disebut dengan posyandu usila/lansia yang mengadopsi posyandu balita sehingga kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dapat terlayani. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2015 sebesar 53,35%, dari jumlah usila (> 60 tahun) di Kabupaten Jepara (tabel 52). 8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat merupakan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

91 Support/ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah bersalin, puskesmas, dan rumah sakit baik rumah sakit umum, jiwa maupun khusus. Jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Jepara sebanyak 25 buah, yang terdiri dari 5 rumah sakit umum, 2 rumah sakit khusus, 14 puskesmas perawatan dan 4 sarana yankes lainnya. Semua sarana tersebut telah mempunyai kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 (tabel 68). b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Jepara. Tingginya frekuensi KLB seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Paralisys (AFP), Keracunan Makanan, Difteri, Campak, Diare, bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

92 Gambar 4.25 Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa Terserang KLB Yang Ditangani < 24 jam Di Kabupaten Jepara Tahun Desa dg KLB Pada tahun 2015, desa yang mengalami KLB sebanyak 10 desa dari 195 desa yang ada. 10 desa tersebut (100%) telah mendapatkan penanganan < 24 jam (tabel 28). c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Pada tahun 2015 terjadi kejadian luar biasa (KLB) di 15 desa, yang disebabkan oleh penyakit menular dan keracunan makanan. Jumlah penduduk terancam KLB tahun 2015 sebanyak jiwa dan yang menderita akibat kejadian luar biasa tersebut sebanyak 47 orang, sehingga attack rate atau rata-rata kejadian sebesar 0,11%. Attack rate tertinggi adalah penyakit kulit, keracunan makanan. Dari sejumlah penderita tersebut, adanya kematian sebesar 9 sehingga case fatality rate/cfr sebesar 19,1% (tabel 27). B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

93 pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya. Terdapat dua kelompok peserta jaminan pemeliharan kesehatan yaitu kelompok penduduk non maskin yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya (non PBI) dan kelompok maskin yang ditanggung oleh pemerintah baik melalui Jamkesmas ataupun Jamkesda. Jumlah peserta jaminan pemeliharaan kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2015 sebanyak jiwa atau baru mencakup 53,75% dari jumlah penduduk yang ada. Gambar 4.26 Persentase Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2015 PBI Non PBI Jamkesda 24,5% 0,3% 75,1% Jaminan pemeliharaan ini terdiri dari Non PBI jiwa, PBI jiwa dan Jamkesda jiwa (tabel 53). 2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Berdasarkan definisi Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

94 operasional yang ada satu orang pasien yang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan, dalam satu tahun hanya dihitung satu kali meskipun ia datang berkali-kali dalam tahun tersebut. Cakupan kunjungan rawat jalan di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 108,12% yaitu terdapat kunjungan (tabel 54). 3. Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dalam hal ini seorang pasien hanya dihitung sekali selama satu tahun bila berkunjung ke sarana kesehatan. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2015 sebesar 4,73% (tabel 54) naik dibandingkan cakupan tahun 2014 sebesar 2,6%. 4. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Tahun 2015 di Kabupaten Jepara terdapat kunjungan (tabel 54), naik jika dibandingkan kunjungan jiwa pada tahun 2014 yaitu sebanyak orang. 5. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk sehingga dapat terukur tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Jumlah tempat tidur yang tersedia di Rumah sakit sebesar 697 tempat tidur. Dimana dua terbesar ada di RSU RA Kartini sebesar 311 tempat tidur dan RSI Sultan Hadlirin sebesar 132 tempat tidur (tabel56). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

95 Tabel 4.27 Jumlah rumah Sakit di Kabupaten Jepara menurut jenis dan pemilikan Tahun 2015 NO FASILITAS KESEHATAN PEM. PUSAT PEM. PROV PEM. KAB PEMILIKAN/PENGELOLA TNI/ POLRI BUMN SWASTA JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT JIWA RUMAH SAKIT BERSALIN RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA Rumah sakit yang ada di Kabupaten Jepara adalah RSU Dr.Rehata (milik Pemerintah Provinsi), RSU RA Kartini, RSU PKU Muhammadiyah Mayong, RSI Sultan Hadlirin, RSU Graha Husada, Rumah Sakit Bersalin Restu Ibu, dan RSIA Kumala Siwi. Untuk tahun 2015 terdapat rumah sakit yang tidak memberikan datanya yaitu RSB Restu Ibu dan RS dr.rehata,. a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupation Rate (BOR) Pelayanan rumah sakit dapat diukur kinerjanya antara lain dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

96 Gambar 4.28 Angka Pemakaian Tempat Tidur (BOR) di Kabupaten Jepara Tahun , ,5 53,7 53,70 67,31 64,6 65,71 52,6 57,2 78,1 27, Tahun 2015 RSI Sultan Hadlirin, RS Graha Husada, RS dr. Rehatta dan RSB Restu Ibu tidak ada data yang terekap di DKK. Rata-rata BOR tahun 2015 sebesar 45,0%, angka ini belum bisa menggambarkan secara keseluruhan. BOR tertinggi tetap dimiliki oleh RSUD RA Kartini sebesar 79%, RS PKU Muhammadiyah 78,1% dan RSIA Kumala Siwi sebesar 72%, angka ini telah mencapai nilai BOR ideal (tabel 56). b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS) Rata-rata lama rawat seorang pasien secara umum/average Length of Stay (ALOS) secara ideal adalah antara 6-9 hari. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

97 Gambar 4.29 Angka Rata-rata Rawat Pasien (ALOS) di Kabupaten Jepara Tahun ,6 5,7 4,05 4,56 3,63 3,7 4,75 3,60 2, , , ALOS 2013 ALOS 2014 ALOS 2015 Pada tahun 2015 hanya RSU Kartini dan RSIA Kumala Siwi yang mengirimkan data. RSU Kartini sebesar 5,7 dan RSIA Kumala Siwi sebesar 2,7 (tabel 56). c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/Turn of Interval (TOI) TOI bersama dengan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek Angka ideal untuk TOI adalah 1 3 hari. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

98 Gambar 4.30 Angka Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati (TOI) di Kabupaten Jepara Tahun ,3 3,93 3,93 1,31 1,20 1,21 5,43 2,73 3,25 2,01 1,76 2,48 2,85 1,4 1,1 0,00 0 0,000 0 TOI 2013 TOI 2014 TOI 2015 Rata rata TOI tahun 2015 melebihi nilai ideal yaitu 3,7. TOI tertinggi dimiliki oleh RS Graha Husada yaitu 7,3. TOI yang telah ideal adalah RSU RA Kartini, RSU PKU Muhammadiyah dan RSIA Kumala Siwi (tabel 56). d. Angka Perputaran Tempat Tidur/Bed Turn Over (BTO) BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dala satu tahun, satu tempat tidur tidur rata-rata dipakai kali. Gambar 4.31 Angka Perputaran Tempat Tidur (BTO) di Kabupaten Jepara Tahun 2015 BTO ,1 67,22 73,89 71, Tidak ada RS yang mempunyai nilai BTO ideal. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

99 6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR) Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR) berguna untuk mengetahui pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka GDR yang dapat ditolerir maksimal 45. Gambar 4.32 Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat (GDR) di Kabupaten Jepara Tahun ,8 52,0 43,5 9,6 9,6 9,6 37,5 37,5 30,0 1,4 7 0,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,5 0,0 0 0,0 0 GDR 2013 GDR 2014 GDR 2015 Angka GDR tahun 2015 Kabupaten Jepara 39,4. RSUD RA Kartini mempunyai nilai GDR tertinggi serta melebihi angka yang dapat ditolerir yaitu sebesar 56,8 (tabel 56). b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat <48 Jam/Net Death Rate (NDR) Angka NDR berguna untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, maka mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1000 penderita keluar. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

100 Gambar 4.33 Angka Kematian Penderita Yang dirawat <48 jam/ Net (NDR) di Kabupaten Jepara Tahun ,4 28,6 23, ,53 19,0 2,3 1,4 1,3 2,33 1,9 1,0 0,00 1,81 2,3 0,00 0 0,000 NDR 2013 NDR 2014 NDR 2015 Angka NDR tahun 2015 Kabupaten Jepara 22,6. RSUD RA Kartini mempunyai nilai NDR tertinggi serta melebihi angka yang dapat ditolerir yaitu sebesar 34,4 (tabel 55). C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator yaitu: Variabel KIA dan Gizi: Persalinan nakes, ASI eksklusif, penimbangan balita, gizi. Variabel Kesehatan Lingkungan: Air bersih, jamban, sampah, kepadatan hunian, lantai rumah. Variabel Gaya Hidup: Aktivitas fisik, tidak merokok, cuci tangan, kesehatan gigi dan mulut, miras/ narkoba Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

101 Variabel lainnya: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pengkajian PHBS Rumah Tangga di Kabupaten Jepara Tahun 2015 dilakukan secara sampling dengan mengambil sampel sebanyak rumah tangga, jumlah ini naik dibanding sampel tahun 2014 yaitu sebanyak rumah tangga di wilayah-wilayah Puskesmas. Dari sampel yang diambil, rumah tangga yang ber-phbs tahun 2015 sebesar 80,52 %, capaian ini meningkat dibanding tahun 2014 sebesar 75,39% (tabel 57). D. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program lingkungan sehat bertujuan mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan, Pengendalian dampak risiko lingkungan, pengembangan wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks. Kegiatan tersebut tidak dapat berjalan dengan mengandalkan satu sektor tetapi harus melibatkan lintas sektor. Seperti penyedia hulu melibatkan perindustrian, lingkungan hidup, pertanian, pekerjaan umum dan lain-lain, sedangkan Dinas Kesehatan berfokus pada penyedia hilir atau pengelolaan dampak sebagai penyedia pelayanan kesehatan walaupun faktor promotif dan preventif juga diperlukan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

102 1. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC dan lain-lain. Jumlah seluruh rumah di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak , dari jumlah ini yang memenuhi syarat sebanyak atau 63,79% dan yang tidak memenuhi syarat atau 36,21%. Dari jumlah yang belum memenuhi syarat ini, hanya rumah dibina dan yang memenuhi syarat sebanyak rumah. Total rumah di Kabupaten Jepara yang memenuhi syarat rumah sehat tahun 2015 sebanyak rumah atau sebesar 65,68 % (tabel 58). Berikut gambaran rumah sehat di Kabupaten Jepara hingga tahun 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

103 66,5 Gambar 4.34 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jepara Tahun , ,68 65, , ,5 64,1 64,91 64, Rumah Sehat Cakupan rumah sehat meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya dari 64,22% menjadi 65,68%. 2. Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Kementrian Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri serta Kementrian Pekerjaan Umum memberikan dampak cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistim monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Jenis sarana akses air minum yang dipantau meliputi : sumur gali (SGL) terlindung, SGL dengan pompa, Sumur Bor dengan Pompa, Terminal Air (TA), Mata Air Terlindung, Penampung Air Hujan (PAH), Perpipaan BPSPAM Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

104 (PP.BPSPAM). Pada tahun 2015 capaian akses air minum yang memenuhi syarat di Kabupaten Jepara sebesar 77,92%. Capaian ini masih dibawah target yaitu 78%. Berikut proporsi masing-masing sarana air minum sebagai berikut : Gambar 4.35 Proporsi Jenis Sarana Air Minum di Kabupaten JeparaTahun 2015 sumur bor dengan pompa 1% mata air terlindungi 1% perpipaan 13% penampungan air hujan 0% terminal air 0% Sumur gali degan pompa 21% Sumut gali terlindungi 64% Proporsi terbesar jenis sarana air minum di Kabupaten Jepara adalah sumur gali terlindung, sumur gali pompa, dan Perpipaan (PDAM,BPSPAM. Untuk sumur bor pompa dan mata air terlindung sebesar 1%, sedangkan sarana terminal air dan penampungan air hujan tidak digunakan oleh penduduk Kabupaten Jepara (tabel 59). 3. Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang di produksinya aman bagi kesehatan. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan mikrobiologis, kimiawi, dan radiokatif. Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan internal. Pengawasan air minum secara eksternal dilakukan oleh Dinas Kesehatan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

105 Kabupaten Jepara, sedangkan pengawasan secara internal dilakukan oleh penyelenggara air minum itu sendiri guna menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat. Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut. Pada tahun 2015, di Kabupaten Jepara terdapat 264 penyelenggara air minum. Jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 252 buah, dari jumlah ini 252 penyelenggara (100%) telah memenuhi syarat fisik, bakteriologi dan kimia (tabel 60). 4. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Capaian penduduk dengan akses jamban sehat pada tahun 2015 adalah 62,78% dan target capaian yang ditetapkan adalah 75%, sehingga pada tahun 2015 belum mencapai target. Jenis sanitasi dasar yang dipantau sebagai akses jamban sehat di Kabupaten Jepara meliputi jamban komunal (1%), cemplung (46%), plengsengan (2%) dan leher angsa (51%) sedangkan sarana jamban plengsengan tidak ditemukan di Kabupaten Jepara (tabel 61). Gambar 4.36 Proporsi Jenis Sarana Jamban Sehat di Kabupaten JeparaTahun 2015 Jamban komunal 1% cemplung 46% leher angsa 51% plengsengan 2% Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

106 5. Persentase Desa STBM Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) meliputi 5 pilar yaitu : (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan, (2) Cuci Tangan Pakai Sabun, (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, (4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, (5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Kelima pilar tersebut menjadi perhatian dan prioritas kegiatan lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah seperti PLAN, IWASH, PNPM, AUSAID, dll. Meskipun telah banyak dukungan dari berpagai pihak terutama dukungan dana, namun Kabupaten Jepara belum memiliki desa STBM. Dari 195 desa/keluarahan di Kabupaten Jepara baru 105 desa/kelurahan yang melaksanakan STBM. Adapun desa stop BABS atau ODF (Open Defecation Free) baru 4 Desa yaitu Kelurahan Panggang, Desa Dermolo, Balong, Dudak Awu (tabel 62). 6. PersentaseTempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat. Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan tempat umum bertujuan mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, kesehatan dan perhotelan. Capaian Kegiatan pengawasan TTU yang memenuhi syarat di Kabupaten Jepara pada tahun 2015 adalah 68,89%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

107 Tabel 4.37 Persentase Tempat-Tempat Umum yang Memenuhi Syarat di Kabupaten Jepara Tahun 2015 Jumlah Memenuhi syarat Persentase Sarana Pendidikan SD SLTP SLTA ,11 78,75 72 Sarana Kesehatan Puskesmas RSU Hotel Bintang Non Bintang ,67 Untuk sarana pendidikan meliputi SD, SLTP dan SLTA baru rata-rata 71,95% sarana yang ada memenuhi syarat dimana persentase terendah dimiliki oleh tingkat SD. Sarana kesehatan meliputi puskesmas dan rumah sakit, dimana seluruh sarana yang ada telah memenuhi syarat. Untuk sarana perhotelan, hotel berbintang 100% telah memenuhi syarat sedangkan hotel non bintang baru 66,67% (tabel 64). 7. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat, Dibina, dan Diuji Petik. Sasaran pengawasan Tempat Pengolahan Makanan meliputi Jasa Boga, Rumah Makan/Restoran, Depot Air Minum dan Makanan Jajanan. Pada tahun 2015, jumlah TPM sebanyak buah, TPM yang memenuhi syarat sebesar 52,12%. Pembinaan dilakukan pada TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 545 TPM, kemudian dilakukan uji petik pada TPM yang dibina sebesar 100% telah memenuhi syarat (tabel 65 dan 66). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

108 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Undang undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari : puskesmas, rumah sakit dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) A. SARANA KESEHATAN 1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilakukan pula upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Jumlah rumah sakit umum di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak 5 buah yaitu RS dr. Rehatta, RSU RA Kartini, RSU PKU Muhammadiyah Mayong, RSI Sultan Hadlirin, dan RS Graha Husada. Sedangkan rumah sakit khusus sebanyak 2 buah yaitu RSB Restu Ibu dan RSIA Kumala Siwi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

109 2. Jumlah Puskesmas dan Jaringannya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan masyarakat di tingkat dasar. Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Jepara tahun 2015 adalah 21 terdiri dari 14Puskesmas Perawatan dan 7 Puskesmas Non Perawatan. Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja puskesmas, dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh puskesmas rata-rata penduduk per puskesmas, maka rasio jumlah puskesmas tahun 2015 sebesar 0,53. Dengan begitu jumlah ideal dari Jumlah penduduk jiwa adalah 39 puskesmas. Ini berarti jumlah puskesmas di Kabupaten Jepara masih kurang. Akan tetapi telah terpenuhi dengan adanya puskesmas pembantu, puskesmas keliling, klinik-klinik swasta dan praktek dokter bersama/perorangan. Jumlah puskesmas pembantu di Kabupaten Jepara 45 buah dengan ditambah puskesmas keliling 27 buah. Dengan adanya jaringan pelayanan kesehatan dibawah puskesmas diharapkan dapat mendekatkan diri dan menjangkau ke semua masyarakat. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Jawa Tengah adalah dengan peningkatan akses kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Oleh karena itu WHO menargetkan minimal terdapat 4 puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota. Di Kabupaten Jepara terdapat 12 puskesmas PONED, yaitu Puskesmas Kedung I, Kedung II, Pecangaan, Welahan I, Mayong I, Mlonggo, Batealit, Pakis Aji, Keling I, Kalinyamatan, Nalumsari dan Karimunjawa. 3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Jepara terdiri dari RS (umum dan khusus), puskesmas dan jaringannya, sarana pelayanan lain (RB, BP/klinik, praktik dokter bersama/perorangan, Batra, Bank Darah RS dan Unit Transfusi Darah) serta ditunjang dengan sarana produksi dan distribusi kefarmasian seperti industri farmasi, industri obat tradisional, produksi alat kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

110 pedagang besar farmasi, apotek, toko obat dan penyalur alat kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan ini dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Jepara dan pihak swasta. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Jepara tahun 2015 secara rinci terdapat pada tabel Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan bentuk partisipasi/peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Bentuk peran serta masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yaitu : SDM, dana, aktivitas dan kelembagaan. UKBM terdiri atas Desa Siaga, Poskesdes, Polindes, Posbindu, Posmaldes, Pos TB desa dan Posyandu. Jumlah UKBM di Kabupaten Jepara tahun 2015 terdiri 195 desa siaga, 177 PKD, 14 Posbindu dan posyandu (tabel 69,70, 71). a. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang meliputi (KB; KIA; Gizi; Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA) dengan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dasar penghitungan Strata/penilaian tingkat perkembangan posyandu yang selama ini digunakan adalah: Manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi) dengan 8 indikator yang meliputi : Frekuensi penimbangan; Rerata kader bertugas pada hari buka Posyandu; Rerata cakupan D/S; Cakupan kumulatif KB; Cakupan kumulatif KIA; Cakupan kumulatif imunisasi; Ada tidaknya program tambahan dan Cakupan dana sehat Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

111 Penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif berdasar Surat Gubernur Jawa Tengah nomor 411.4/05768, tanggal 20 Februari 2007 tentang Pedoman teknis penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif yang dinilai meliputi: Variabel Input : kepengurusan, kader, sarana, prasarana dan dana. Variabel Proses : pelaksanaan program pokok, program pengembangan dan administrasi Variable Output: D/S; N/S; K/S; cakupan K4; pertolongan persalinan oleh nakes; Cakupan peserta KB, Imunisasi; dana sehat; Fe; Vit A; pemberian ASI eksklusif dan frekuensi penimbangan. Jumlah posyandu di Kabupaten Jepara tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, dari menjadi posyandu (tabel 69). Berikut gambaran persentase strata posyandu di Kabupaten Jepara dari tahun Gambar 5.1 Persentase Posyandu berdasarkan Strata di Kabupaten Jepara Tahun Pratama Madya Purnama Mandiri ,82 46,98 32,76 11, ,82 46,98 32,76 11, ,82 46,98 32,76 11, ,33 46,64 32,65 11, ,77 39,57 41,45 10,21 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

112 1) Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu Gambar 5.2 Cakupan Posyandu Purnama di Kabupaten Jepara Tahun Posyandu yang mencapai strata purnama tahun 2015 sebesar 41,45 %. Cakupan tertinggi ada di puskesmas Kedung II sebesar 100% dari 1 8 desa Posyandu (tabel 71) 2) Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu cakupan 32,76 32,76 32,76 32,65 41,45 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

113 Gambar 5.3 Cakupan Posyandu Mandiri di Kabupaten Jepara Tahun cakupan 11,43 11,43 11,43 11,39 10,21 Dari gambar terlihat bahwa cakupan tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari 10,21 % menjadi 10,21%. Ada Puskesmas yang belum mempunyai posyandu strata Mandiri yaitu Puskesmas Kedung II, Mayong I, Karimunjawa (tabel 71). Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat perhatian dari semua sektor/pihak terkait. Termasuk didalamnya adalah dengan mengoptimalkan fungsi Posyandu maupun Pokjanal Posyandu yang sudah terbentuk baik di tingkat Kabupaten, Kecamatan serta Pokja Posyandu di tingkat desa/kelurahan. b. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang merupakan program unggulan di Jawa Tengah dalam rangka mewujudkan desa siaga. PKD merupakan pengembangan dari Polindes. Dengan dikembangkannya Polindes menjadi PKD maka fungsinya menjadi tempat untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat, sebagai tempat untuk melakukan pembinaan kader/pemberdayaan masyarakat, forum komunikasi pembangunan kesehatan di desa, memberikan pelayanan kesehatan dasar Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

114 termasuk kefarmasian sederhana dan untuk deteksi dini serta penanggulangan kasus gawat darurat. Pengembangan PKD dimulai sejak tahun Jumlah PKD di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak 177 buah dimana ada 18 desa yang tidak ada PKD dikarenakan sebagai kelurahan/desa yang mempunyai puskesmas. c. Desa Siaga Aktif Desa/kelurahan siaga aktif adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa/kelurahan siaga aktif adalah : Desa atau kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui PKD atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pustu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat meliputi (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan PHBS. Desa/kelurahan siaga aktif terbagi menjadi 4 (tempat) tahapan/strata yaitu pratama, madya, purnama dan mandiri. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

115 Gambar 5.4 Cakupan Desa Siaga di Kabupaten Jepara Tahun 2015 Purnama 20% Mandiri 7% Pratama 15% Madya 58% Jumlah desa siaga di Kabupaten Jepara sebanyak 195 desa dengan rincian strata 29 desa pratama, 113 desa madya, 40 desa mandiri dan 13 desa mandiri (tabel 71). 5. Ketersediaan Obat Dan Vaksin Ketersediaan obat dan vaksin dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis tahun terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indicator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 jenis obat terdiri dari 135 jenis obat dan 9 jenis vaksin. Secara umum ketersediaan obat di Kabupaten Jepara > 100% kebutuhan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

116 Jenis obat yang paling dibutuhkan yaitu Amoksisilin kaplet 500 mg dengan jumlah kebutuhan tablet dan yang kedua adalah Paracetamol tablet 500 mg sebanyak tablet. Jenis obat/vaksin dengan persentase ketersediaan yang paling banyak pertama yaitu isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg (jenis obat nomor 64) sebanyak 560,56%, sedangkan yang paling sedikit adalah vaksin TT (jenis vaksin nomor 137) sebanyak 57,04%. Sisa stock obat/vaksin yang paling banyak adalah Amoksisilin kaplet 500 mg (jenis obat nomor 6) sebanyak Hal ini disebabkan jumlah obat/vaksin yang ada lebih banyak dibandingkan dengan penggunaannya, sehingga sisa stoknya masih banyak (tabel 66). B. TENAGA KESEHATAN Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan fisik dan penambahan sarana prasarana, penambahan peralatan dan ketenagaan serta pemberian biaya operasinal dan pemeliharaan. Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin meningkat. Untuk itu dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan yang terampil dan siap pakai sesuai dengan karakteristik dan fungsi tenaganya. Sampai saat ini kebutuhan tenaga kesehatan masih belum sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dari usulan permintaan kebutuhan tenaga kesehatan baik di pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota yang sulit terpenuhi akibat belum tertatanya data-data serta belum siapnya anggaran untuk perekrutan pegawai. Kekurangan lain disebabkan belum bergantinya tenaga kesehatan yang pensiun dan makin kompleksnya masalah-masalah kesehatan yang ditangani oleh tenaga tersebut. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut ditangani dengan membuka penerimaan CPNS baru baik secara swakelola maupun tenaga pusat yang ditempatkan di daerah. Usulan lain dalam mencukupi kekurangan tenaga kesehatan juga dilakukan dengan pengangkatan Dokter tidak tetap, Bidan tidak Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

117 tetap yang kedepannya mengangkat tenaga lain sebagai pegawai tidak tetap disamping sebagai Pegawai Harian Lepas (HPL). Dalam pengangkatan PTT tersebut dilakukan masa bakti selama 3 (tiga) tahun baik dengan Pemerintah Pusat maupun dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masing-masing kabupaten/ kota. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Jepara pada tahun 2015 sebanyak 2205 orang yang terdiri dari berbagai profesi. Profesi terbesar adalah perawat dengan jumlah 877 orang dan bidan sejumlah 480 orang. 1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan a. Dokter Spesialis Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter harus menjalani pendidikan dokter paska sarjana (spesialisi) untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum dasar. Gambar 5.5 Rasio Dokter Spesialis di Kabupaten Jepara Tahun ,53 3,33 3, WHO Rasio Dr. Spesialis Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

118 Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Jepara tahun 2015 berjumlah 43 orang terdiri dari 26 laki-laki dan 17 perempuan. Rasio dokter spesialis per penduduk adalah 3,62 (tabel 72). Bila mengacu standar WHO, diharapkan rasio per penduduk adalah 6 orang. Ini belum memenuhi standar yang ditetapkan. b. Dokter Umum Rasio tenaga dokter umum dilihat dari jumlah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.6 Rasio Dokter Umum di Kabupaten Jepara Tahun ,1 11,56 15,69 13,24 13, WHO Rasio Dokter Tahun 2015 yaitu jumlah dokter sebanyak 159 dokter terdiri dari 66 laki-laki dan 93 perempuan dengan rasio per sebesar 13,38. Jika mengacu pada standar WHO rasio yang diminta adalah 40 orang. c. Dokter Gigi Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan penyakit atau kelainan pada gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan. Seseorang yang mempraktekkan ilmu kedokteran gigi disebut sebagai dokter gigi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

119 Praktek kedokteran gigi umum meliputi tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif terhadap kondisi gigi dan mulut individu ataupun masyarakat. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi umum antara lain penambalan gigi berlubang, pembersihan karang gigi, pencabutan gigi, pembuatan gigi tiruan. Seorang dokter gigi seringkali menggunakan sinar-x dalam menegakkan diagnosa. Rasio tenaga dokter gigi dilihat dari jumlah dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.7 Rasio Dokter Gigi di Kabupaten Jepara Tahun ,4 1,31 2,07 1,54 2, WHO Rasio Dokter Gigi Jumlah dokter gigi di Kabupaten Jepara Tahun 2015 sebanyak 28 orang terdiri dari 4 laki-laki dan 24 perempuan, dengan rasio per penduduk sebesar 2,36. Jumlah dan rasio ini naik dibanding tahun Rasio ini masih jauh bila dibandingkan dengan standar WHO yaitu 11 per penduduk. Tidak semua puskesmas mempunyai dokter gigi, sehingga ada puskesmas tidak menyelenggarakan poli gigi. Di Kabupaten Jepara, hanya terdapat 15 dokter gigi di Puskesmas dari 21 puskesmas yang ada. Bahkan Kabupaten Jepara belum memiliki dokter spesialis gigi (tabel 72). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

120 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan a. Perawat Perawat adalah tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam kegiatan perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan, perlindungan, dan pemulihan orang yang terluka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi nonklinis yang diperlukan untuk perawatan kesehatan. Jumlah perawat di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak 877 orang yang terdiri dari 337 laki-laki dan 540 perempuan. Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.8 Rasio Tenaga Keperawatan di Kabupaten Jepara Tahun , ,94 61, , WHO Rasio perawat Rasio tenaga perawat per penduduk tahun 2015 sebesar 73,8 (tabel 73). Jumlah dan rasio ini meningkat dibanding tahun Rasio ini belum mememnuhi standar WHO sebesar 117,5 per penduduk. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

121 b. Bidan Tenaga yang tercakup dalam tenaga bidan adalah D-III Kebidanan dan D-1 Kebidanan. Rasio tenaga bidan dilihat dari jumlah bidan yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Gambar 5.9 Rasio Tenaga Bidan di Kabupaten Jepara Tahun ,58 38,01 35,45 40, WHO Rasio Bidan Jumlah keseluruhan tenaga bidan Tahun 2015 di Kabupaten Jepara 480 orang dengan rasio 35,45 per (tabel 73). Jumlah dan rasio ini menurun dibanding tahun Rasio ini semakin jauh jika dibandingkan dengan standar WHO sebesar 100 per penduduk. c. Perawat Gigi Jumlah perawat gigi di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak32 orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Jumlah perawat gigi di Puskesmas sebanyak 26 orang. 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Tenaga kefarmasian terdiri dari Apoteker, S-1 Farmasi, D-III Farmasi, dan Asisten Apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

122 2015 sebanyak 179 orang, terdiri dari apoteker 92 orang dan S-1 Farmasi, D-III Farmasi dan Asisten Apoteker sebanyak 95 orang (tabel 74). Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.10 Rasio Tenaga Kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun ,37 15,08 14,52 15, WHO Rasio Tenaga Farmasi Rasio per penduduk tenaga kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun 2015 sebesar 15,06. Jumlah dan rasio ini meningkat dibandingkan tahun 2014 dan telah memenuhi standart WHO sebesar Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan a. Kesehatan Masyarakat Tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari S-1 kesehatan masyarakat dan D-III kesehatan masyarakat. Rasio tenaga kesehatan masyarakat dilihat dari jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah, pada tahun yang sama dikalikan dengan Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Jepara Tahun 2015 tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 17 orang. Rasio per penduduk sebesar 1,43 yang tersebar di puskesmas dan rumah sakit (tabel 75). Rasio ini masih jauh jika dibandingkan dengan standar WHO yaitu 40 per penduduk. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT TAHUN 2015 NO INDIKATOR

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 3.538 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 135 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 128.162

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42 Desa/Kel

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN DRAFT ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2014 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 200 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 63 Desa/Kel Tabel

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN Jl. M. Natsir Simpang Ampek telp/fax (0753) 7464101 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya, telah

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci