PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 telah dapat diterbitkan sebagai salah satu keluaran dari upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan dan gambaran hasil berbagai program yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jepara. Profil ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Visi Kabupaten Jepara Sehat yang merupakan salah satu modal dasar bagi tercapainya Visi Indonesia Sehat. Profil Kesehatan tahun 2014 ini diterbitkan berdasarkan petunjuk teknis penyusunan profil kesehatan dari Provinsi Jawa Tengah dan kami menyadari bahwa belum semua isinya sesuai dengan yang diharapkan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan tahun 2014 ini bersumber dari berbagai sektor kesehatan maupun diluar sektor kesehatan. Data sebagian besar berasal dari data kesehatan yang ada dalam Puskesmas di Kabupaten Jepara. Agar data yang diperoleh valid, maka data yang berasal dari puskesmas di uji silang dengan data dari pemegang program dan sumber yang lain. Data di tingkat Kabupaten Jepara melibatkan pula lintas sektor diantaranya Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta maupun Sarana Kesehatan swasta lainnya. Harapan kami kedepan profil kesehatan Kabupaten Jepara menjadi lebih baik lagi dan lebih bermanfaat. Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara kami sampaikan terima kasih. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara dr. DWI SUSILOWATI, M.Kes NIP ii

3 DAFTAR ISI Halaman Halaman judul... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Sistematika Penyajian... BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA... A. Kondisi Wilayah Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Jepara Kondisi Topografi... B. Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi Penduduk menurut golongan umur Angka Beban Tanggungan... C. Keadaan Pendidikan... BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN... A. Angka Kematian Angka Kematian Neonatal (AKN) Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)... B. Angka Kesakitan Tuberkulosis (TB) Persentase Balita dengan pneumonia Prevalensi HIV/AIDS Jumlah Kasus Sifilis Persentase Balita dengan Diare Ditangani Persentase Penderita Kusta Angka AFP (Accute Flaccid Paraliysis) Jumlah Kasus dan Angka Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)... a. Tetanus Neonatarum... i ii iii vii iii

4 b. Campak Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Angka Kesakitan Malaria Penyakit Filariasis yang ditangani Penyakit Tidak Menular Persentase hipertensi/tekanan darah tinggi Persentase Obesitas Persentase IV A positif dan benjolan pada Perempuan tahun... BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN... A. Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1... b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4... c. Cakupan Persalinan yang Ditolong oleh Nakes... d. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas... e. Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur (WUS)... f. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Pelayanan Kesehatan Anak... a. Cakupan Kunjungan Neonatus... b. Cakupan Kunjungan Bayi... c. Cakupan Komplikasi Neonatus yang ditangani... d. Persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ditangani... e. Cakupan Pelayanan kesehatan anak Balita... f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat Pelayanan Gizi a. Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A... b. Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A.... c. Cakupan Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe... d. Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif... e. Persentase penimbangan Baduta dan Balita... f. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan... g. Persentase Desa dengan Garam Beriodium yang baik Pelayanan Keluarga Berencana (KB)... a. Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi... b. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Pelayanan Imunisasi a. Persentase Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) b. Cakupan Imunisasi Bayi iv

5 6. Pelayanan Kesehatan Gigi... a. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap... b. Cakupan Murid SD/MI Mendapatkan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa... a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang harus Diberikan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota... b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang ditangani <24 Jam... c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Kegaiatan Penyuluhan Kesehatan... B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit... a. Pemakaian Tempat Tidur/ Bed Occupation Rate (BOR)... b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/ Average Length of Stay (ALOS)... c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/ Turn of Interval (TOI) Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita yang Dirawat di RS/ Gross Death Rate (GDR)... b. Angka Kematian Penderita yang Dirawat <48 Jam/ Net Death Rate (NDR)... C. Perilaku Hidup Masyarakat Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat... D. Keadaan Lingkungan Rumah Sehat Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) v

6 5. Persentase Desa STBM Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat, Dibina dan Diuji Petik BAB. V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus Jumlah Puskemas dan Jaringannya Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola Upaya Kesehatan bersumber Masyarakat... a. Posyandu... b. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)... c. Desa Siaga Aktif Ketersediaaan Obat dan Vaksin... B. Tenaga Kesehatan Jumlah Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan... a. Dokter Spesialis... b. Dokter Umum... c. Dokter Gigi Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana kesehatan... a. Perawat... b. Bidan... c. Perawat Gigi Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Sarana kesehatan... a. Kesehatan Masyarakat... b. Kesehatan Lingkungan Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan Jumlah dan rasio Tenaga Keterapian Fisk di Fasiltas Kesehatan. 7. Jumlah dan Rasio Tenaga Keteknisan Medis di Fasiltas Kesehatan Jumlah Kesehatan Lainnya di Fasilitas Kesehatan Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan... C. Pembiayaan Kesehatan Persentase Anggaran dalam APBD Kabupaten/Kota... BAB. V. KESIMPULAN vi

7 DAFTAR TABEL PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014 TABEL. 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 TABEL 7 TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 TABEL 13 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, Kabupaten Jepara tahun 2014 Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurt jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kematian neonatal, bayi, dan balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Kasus baru TB BTA+, seluruh kasus TB, kasus pada TB pada anak, dan case notifikcation rate (CNR) per penduduk menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara 2014 Jumlah kasus dan Aangka penemuan kasus TB Paru BTA+ menurt jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB Paru BTA+ serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Penemuan kasus Pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kasus HIV, AIDS, dan Syphilis menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2014 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 vii

8 TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 TABEL 27 TABEL 28 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut tipe/jenis, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase penderita kusta selesai berobat (Release from Treatment/RFT) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara 2014 Jumlah kasus AFP (Non Polio) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan pengukuran tekanan darah menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan pemeriksaan obesitas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis kejadian luar biasa (KLB) Kabupaten Jepara tahun 2014 Kejadian luar biasa (KLB) di desa/kelurahan yang ditangani <24 jam Kabupaten Jepara tahun 2014 viii

9 TABEL 29 TABEL 30 TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan kunjungan neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 41 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 42 TABEL 43 Cakupan imunisasi Hepatitis B < 7 hari dan BCG pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak, dan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 ix

10 TABEL 44 TABEL 45 TABEL 46 TABEL 47 TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupetan Jepara tahun 2014 Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Cakupan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 52 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2014 TABEL 53 Jumlah kegiatan promosi kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 54 TABEL 55 Jumlah jaminan kesehatan menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 56 Angka kematian pasien di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 57 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 58 TABEL 59 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (Ber-PHBS) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 x

11 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 Penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang layak (jamban sehat) menurut jenis jamban, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 Tempat pengelolaan makan (TPM) menurut status higiene sanitasi Kabupaten Jepara tahun 2014 Tempat pengelolaan makanan dibina dan diuji petik Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 67 Persentase ketersediaan obat dan vaksin Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 68 TABEL 69 TABEL 70 Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilikan Kabupaten Jepara tahun 2014 Persentase sarana kesehatan (rumah sakit) dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (Gadar) level I Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 71 Jumlah desa siaga menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 72 Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 Jumlah tenaga keperawatan di fasiltas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 76 Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 xi

12 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 Jumlah tenaga teknisi medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah tenaga teknisi medis dan fisioterapis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 Jumlah tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 81 Anggaran kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2014 TABEL 82 TABEL 83 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik Kabupaten Jepara tahun 2014 Kasus penyakit tidak menular di puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2014 xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan yang optimal ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun dan dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah kesehatan ke depan serta visi Kabupaten Jepara yakni : Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan, dibawah Naungan Rahmah dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara adalah : Menjadi institusi penggerak dalam mewujudkan masyarakat Jepara Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa sehat merupakan modal utama dalam hidup, tanpa tubuh sehat kita tidak dapat melakukan kegiatan secara optimal. Sehat saja pun tidak cukup tanpa disertai dengan kualitas kesehatan yang baik. Pembangunan di Kabupaten Jepara tidak dapat optimal apabila penduduknya berada dalam kondisi tidak sehat ataupun sehat tapi kurang berkualitas. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara sebagai institusi terdepan dalam menentukan kebijakan pembangunan kesehatan harus mampu mengembangkan kebijakan yang dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan di Kabupaten Jepara dengan melibatkan unsur lain yang terkait. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

14 Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersamasama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama yang berkaitan dengan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan MDG s serta upaya mengatasi masalah kesehatan guna mendapatkan data dan informasi perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Untuk itu peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam manajemen kesehatan sebagai dasar pengambilan keputusan di semua tingkatan manajemen pelayanan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang dikembangkan di Kabupaten Jepara diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas dengan baik, sederhana dan informatif. Penyediaan data dan informasi tersebut tertuang dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara merupakan gambaran secara menyeluruh keadaan kesehatan di Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten ini berisi data/informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan selama satu tahun. Profil kesehatan ini dapat digunakan sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Jepara sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

15 Bab II : GAMBARAN UMUM Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Jepara. Uraian tentang letak geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya. Selain itu bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan. Bab III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini menguraikan indikator mengenai angka kematian dan angka kesakitan. Bab IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat serta keadaan lingkungan. Bab V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Bab VI : KESIMPULAN Bab ini berisi tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. LAMPIRAN Berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Jepara dan 83 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

16 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA A. KONDISI WILAYAH 1. Keadaan Geografis dan Administratif Kabupaten Jepara Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2014 NO Kecamatan Luas (Km 2 ) Banyaknya desa/ kelurahan Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 43,063 35,878 23,700 27,642 65,043 56,965 88,879 38,906 24,667 42,402 60,553 85, , , ,642 71, Jumlah 1.004, Kecamatan terluas adalah di Kecamatan Keling, dengan luas 123,116 km 2 atau 12.16% dari luas total Kabupaten Jepara, sedangkan kecamatan Kalinyamatan mempunyai luas yang paling kecil 23,700 km 2. Luas total Kabupaten Jepara km Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari daerah dataran pantai yang tersebar di sepanjang pantai utara Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

17 meliputi Kecamatan Kedung, Jepara, Mlonggo, Bangsri dan Keling, dataran rendah dan dataran tinggi di sekitar Gunung Muria dan Gunung Clering. Kondisi topografi di tiap kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2014 NO Kecamatan Ketinggian dari permukaan laut (m) 1 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Bagian daratan utama Kabupaten Jepara terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang merupakan kawasan pada lereng Gunung Muria. Kondisi ini menyebabkan sistem hidrologinya mengalir beberapa sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Dimana karakteristik kontur wilayah, menyebabkan sungai mengalir dari daerah hulu di bagian timur dan selatan ke daerah hilir bagian utara dan barat. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat dan barat laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

18 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

19 B. KEPENDUDUKAN 1. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Jepara, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Jepara tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 2,6% dibandingkan tahun Jumlah penduduk tahun 2014 sebanyak jiwa, sedangkan tahun 2013 sebanyak jiwa. Data yang didapat merupakan proyeksi dari jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Jumlah rumah tangga tahun 2014 sebesar rumah tangga. Jumlah Rumah tangga (KK) terbesar berada di Kecamatan Tahunan sebesar KK dan terendah di Karimunjawa sebesar KK. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tahunan ( jiwa) dan yang terendah di Kecamatan Karimunjawa (9.106 jiwa) (tabel 1). Rata-rata jumlah jiwa dibanding dengan jumlah rumah tangga adalah Kepadatan Penduduk Dengan luas wilayah sekitar 1.004,132 kilometer persegi yang dihuni oleh orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Jepara adalah sebanyak orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Jepara, yaitu sebanyak orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Karimunjawa sebanya 128 orang per kilometer persegi. 3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan data BPS Kabupaten Jepara adalah sebesar 99,46%, yang artinya setiap Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

20 100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-laki (tabel 2). 4. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Struktur penduduk Kabupaten Jepara menurut kelompok umur dapat dapat dibedakan berdasarkan umur 0-4 tahun, 5-14 tahun, tahun, tahun dan >=65 tahun. Gambaran kompisisi secara rinci dapat dilihat di gambar berikut : Gambar 2.3 Komposisi Penduduk menurut Golongan Umur di Kabupaten Jepara Tahun >=65 laki-laki perempuan Berdasarkan gambar 2.3 jumlah penduduk terbesar adalah golongan umur tahun dimana laki-laki berjumlah dan perempuan berjumlah (tabel 2). 5. Angka Beban Tanggungan Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Jepara didapat dari perbandingan antara penduduk usia yang tidak produktif (usia 0 14 dan usia 65 tahun keatas) dan usia produktif (usia tahun) dikali 100. Tahun 2014 angka beban tanggungan 48,48 hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 48 atau 49 penduduk usia yang tidak produktif (tabel 2). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

21 C. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan merupakan salah satu cara menentukan intelegensi, penyerapan informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Gambar 2.4 Jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara Tahun 2014 pendud uk umur > 10 tahun pendud uk umur > 10 tahun melek huruf tidak memilik i ijazah SD SD/ MI SMP/ MTs SMA/ MA SMK DIPLOM A I/II AK/DIPL OMA III UNIVER SITAS/D IPLOMA IV laki-laki S2 / S3 perempuan Pada tahun 2014 persentase penduduk berumur > 10 tahun yang melek huruf mengalami peningkatan yaitu 91,89% tahun 2013 menjadi 93,76% pada tahun Angka melek huruf pada laki-laki sebesar 93,78% sedangkan perempuan sebesar 93,74%. Angka melek huruf ini ditandai dengan kepemilikan ijazah. Ijazah tertinggi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk Kabupaten Jepara adalah ijazah SMP/MTs sebesar 33,11%. Untuk ijazah tertinggi tingkat universitas paling banyak adalah Strata 1/Diploma IV yaitu sebesar 3,15 % baik pada laki-laki maupun perempuan (table 3). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

22 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yang terdiri dari 18 indikator. Indikator yang terdiri atas (1) Pelayanan Kesehatan Dasar dengan 14 indikator, (2) Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan 2 indikator, (3) Penyelidikan Epidemiologi dan penaggulangan KLB dengan 1 indikator, (4) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 1 indikator. Situasi derajat kesehatan dapat dinilai dengan beberapa indikator. Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta angka kesakitan beberapa penyakit. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor tidak hanya dari kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Adapun situasi indikator yang ada di Kabupaten Jepara sebagai berikut: A. ANGKA KEMATIAN Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian merupakan salah satu alat untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, serta kondisi lingkungan fisik dan biologi secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN) per kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) per kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita (AKABA) per kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

23 kelahiran hidup. Besarnya tingkat kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : 1. Angka Kematian Neonatal Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur < 28 hari (0 28 hari) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk ANC, pertolongan persalinan, dan postnatal ibu hamil. Semakin tinggi AKN, semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak. AKN di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebesar 5,77 per kelahiran hidup. AKN pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 6,83 per sedangkan pada anak perempuan 4,67 per kelahiran hidup. Angka Kematian Neonatal tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Tahunan, Nalumsari, Batealit dan Mlonggo (tabel 5). 2. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi umur kurang dari 1 tahun (0 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

24 Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jepara Tahun target MDG's 2015 =23 8,10 8,42 9,69 10,02 9,13 7, AKB Hasil dari rekapitulasi puskesmas, AKB tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun ini AKB sebesar 7,01 dengan kematian bayi 147 dari kelahiran hidup (tabel 4 dan 5). AKB tahun 2014 ini telah memenuhi target MDGs ke-4 tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup serta target RAD MDGs Propinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 8,7. 3. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita (0 5 th) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA mempunyai manfaat untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, mengetahui tingkat pelayanan KIA/posyandu, mengetahui tingkat keberhasilan program KIA/posyandu serta menilai kondisi dan sanitasi lingkungan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

25 tabel berikut: Jumlah kematian balita di Kabupaten Jepara ditampilkan dalam Tabel 3.2 Jumlah Kematian Balita di Kabupaten jepara Tahun Jumlah kematian Kelahiran hidup Jumlah kematian balita tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (tabel 3.2) yaitu sebanyak 162 anak. Jumlah kematian diatas dapat dihitung AKABA yang tersaji dalam gambar dibawah. Gambar 3.3 Angka Kematian Balita di Kabupaten Jepara Tahun target MDGs 2015=32 9,66 11,21 10,79 10,66 9,71 7, AKABA AKABA tahun 2014 sebesar 7,72 per kelahiran hidup, terjadi penurunan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya dan menjadi AKABA terendah sejak tahun 2009 (tabel 4 dan 5). Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 32 per kelahiran hidup dan RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 sebesar 11,9 AKABA di Kabupaten Jepara telah memenuhi target. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

26 4. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi oleh ibu selama kehamilan sampai dengan paska melahirkan yang dipengaruhi oleh : status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetrik. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti seperti kecelakaan, terjatuh dll. AKI di Kabupaten Jepara tidak dihitung karena faktor pembandingnya adalah jumlah kelahiran hidup, sedangkan di Kabupaten Jepara jumlah kelahiran hidup kurang dari kelahiran hidup. Data yang tersaji selama kurun waktu 2009 sampai dengan 2014 adalah sebagai berikut. Tabel 3.4 Jumlah Kematian Ibu Dibandingkan dengan Jumlah Kelahiran Hidup di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d Jumlah kematian Kelahiran hidup Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

27 \ G1G TH.2010 TH 2011 TH 2012 TH.2013 TH HAMIL BERSALIN NIFAS Dari grafik diatas terlihat bahwa kematian pada saat nifas dalam 4 tahun sebelumnya sangat mendominasi dan pada tahun 2014 terjadi penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya : Monitoring perawatan paska persalinan > 24 jam di semua fasilitas kesehatan Feed back rujukan ke bidan desa (dari RS) terutama kasus risti Pengawalan lebih intensif oleh bidan desa (tupoksi) Peningkatan koordinasi dan komunikasi antara RS, puskesmas dan bidan desa Pada tahun 2014, terjadi kematian ibu sebanyak 19 orang dari kelahiran hidup. Dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan yang cukup signikan dari 26 kasus sehingga penurunan 7 kasus Dari 19 kematian ini, paling banyak adalah ibu berumur tahun sebanyak 10 orang atau 52,63% disusul ibu berumur 35 Tahun sebesar 7 orang atau 36,84% dimana kematian terbesar adalah kematian ibu nifas sebanyak 9 orang atau 47,36% disusul ibu hamil sebanyak 7 orang atau 36,84% (tabel 6). Dilihat dari dari penyebab kasus kematian ibu, 10 kasus (52,63%) disebabkan karena penyebab tidak langsung atau penyakit penyerta Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

28 yaitu kanker (cerebral dan mamae), diabetes mellitus, illeus obstruktif, policetimia, jantung dan HIV/AIDS. Oleh karenanya sangat penting meningkatkan deteksi dini penyakit penyerta pada kehamilan dengan melibatkan dokter/dokter ahli pada saat ANC (minimal satu kali) pada semua ibu hamil serta meningkatkan sosialisasi tanda bahaya kehamilan dan persalinan pada masyarakat. B. ANGKA KESAKITAN 1. Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus Multy Drug Resistence(MDR) maupun Xaviare Drug Resistence (XDR). a. Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru BTA (+) Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Angka Notifikasi Kasus TB/Case Notification Rate (CNR) yaitu angka yang menunjukkan jumlah pasien TB yang ditemukan dan tercatat Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

29 diantara penduduk pada satu periode di suatu wilayah. Penemuan kasus TB sekarang ini harus dilakukan secara aktif oleh petugas kesehatan tanpa meninggalkan penemuan secara pasif dimana penderita berobat ke pelayanan kesehatan. Karena bila tidak ditemukan kasusnya, akan menjadi sumber penularan yang laten (seumur hidup) dari penderita ke lingkungan sekitar para penderita tersebut. Untuk memastikan diagnosis TB harus dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis sebanyak 3 kali (SPS) yaitu: S (Sewaktu) yaitu dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada waktu kunjungan pertama kali. P (Pagi) yaitu dahak diambil pagi hari berikutnya di rumah segera setelah bangun tidur pagi, kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan S (Sewaktu) adalah dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi. Dinyatakan TB BTA+ jika penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak SPS dengan hasil pemeriksaan mikroskopis : a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT Proporsi kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) diantara seluruh kasus TB paru yang tercatat di Kabupaten Jepara sebesar 44,54%. Hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus baru TB paru BTA positif di Kabupaten Jepara lebih kecil dibandingkan dengan penemuan kasus baru TB paru BTA negatif dengan rontgen positif. Ini juga menunjukkan bahwa masih banyak kasus TB paru yang belum Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

30 terobati dengan baik sehingga berpotensi menularkan TB paru di masyarakat. Angka penemuan kasus baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) yang tercatat (Case Notification Rate/ CNR BTA positif) tahun 2014 di Kabupaten Jepara sebesar 42,87 per penduduk (tabel 7). Angka ini masih jauh dari target SPM nasional maupun kabupaten tahun 2014 sebesar 100%. Sedangkan proporsi kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) di antara seluruh kasus terduga (suspek) TB yang diperiksa dahaknya di Kabupaten Jepara sebesar 13,88% (tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan kasus terduga (suspek) TB di Kabupaten Jepara sudah baik, karena proporsi kasus baru TB paru BTA positif antara 10 15%. b. Case Notification Rate (CNR) seluruh kasus TB CNR untuk semua kasus TB tahun 2014 di Kabupaten Jepara sebesar 96,25 per penduduk (tabel 7). Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2013 yaitu 96,97 per penduduk. c. Proporsi Kasus TB anak 0 14 tahun Tidak ada laporan adanya kasus TB pada anak umur 0 14 tahun di Kabupaten Jepara d. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA positif Penderita TB dinyatakan sembuh bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan hasil apusan dahak ulang (follow up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Indikator yang tertuang dalam kesembuhan ini disebut angka kesembuhan (Cure Rate/CR). Bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

31 dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA (+) yang diobati disebut dengan keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Angka kesembuhan TB (Cure Rate) di Kabupaten Jepara sebesar 51,00 %. Hal ini menunjukkan angka kesembuhan TB belum memenuhi target minimal sebesar 85%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan TB (succes rate) Kabupaten Jepara sebesar 52,39%. Angka ini juga masih jauh dari angka target yaitu 90%. Dibandingkan dengan tahun 2013 yang sudah mencapai 104,39 % 2. Persentase Balita dengan Pneumonia Diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia balita adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak pada usia balita (1 hr - < 5 tahun). Pneumonia sering terjadi pada balita dan merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3-10 jam bila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan jamur. Bakteri yang umum adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,virus misalnya virus influensa. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

32 Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. Balita tertular pneumonia disebabkan karena beberapa hal antara lain: tertular oleh penderita batuk, imunisasi tidak lengkap, kurang gizi serta pemberian ASI yang tidak memadai, terhirup asap atau debu secara berulang, tinggal di lingkungan yang tidak sehat dengan kepadatan penghuni yang berlebih. Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapatkan antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Gambar 3.5 Cakupan Penanganan Kasus Pneumonia di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2014 target SPM 2014=100 % 82,09 59,51 81,5 76,5 57, Cakupan Pneumonia 13,4 Perkiraan jumlah kasus pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang ada. Di Kabupaten Jepara perkiraan kasus pneumonia di tahun 2014 adalah kasus dengan kasus yang tertangani sebanyak kasus sehingga cakupan penanganan kasus pneumonia hanya sebesar 13,4% (tabel 10). Cakupan ini jauh dibawah target SPM tahun 2014 bahkan merupakan cakupan penanganan kasus pneumonia terendah sejak tahun 2009 (gambar 3.8). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

33 3. Prevalensi HIV/AIDS HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponenkomponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai infeksi oportunistik karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah infeksi HIV. Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Sedangkan pengertian penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi HIV. Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita AIDS dapat berlangsung lama, antara 3 sampai 10 tahun tergantung dengan daya tahan tubuh penderita. Pada stadium awal orang yang terinfeksi virus HIV pada 12 minggu pertama akan mengalami masa periode jendela, artinya bila dilakukan test HIV belum terbentuk antibodi sehingga hasilnya masih negatif, tetapi orang Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

34 tersebut sudah dapat menularkan ke orang lain. Pada stadium berikutnya biasanya tanpa gejala, tetapi orang tersebut sangat potensial untuk menularkan HIV kepada orang lain. Cara penularan HIV melalui 3 cairan yaitu: cairan darah (lewat tranfusi, pengguna suntikan bersama-sama, kegiatan medis dengan alat tusuk dan iris yang tercemar HIV), cairan sperma dan vagina (hubungan seks kedalam vagina atau anus), cairan air susu ibu (penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, persalinan atau menyusui). Tidak pernah dilaporkan penularan melalui air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing dan melaui perantara nyamuk. HIV tidak menular melalui jabat tangan, makan bersama, renang dan kontak sosial lainnya. Demikian juga kontak serumah dengan pemakaian piring, alat makan lainnya atau makan bersama-sama. Sesuai kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan pelayanan sesuai standar. Tatalaksana penderita HIV/AIDS meliputi Voluntary Counseling Testing (VCT) yaitu tes konseling secara sukarela, perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS, pengobatan Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik, dan rujukan kasus spesifik. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

35 Gambar 3.6 Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2014 DONOROJO KEMBANG15 7 KARIMUN JAWA KELING MLONGGO 6 BANGSRI 11 8 JEPARA2610 PAKIS AJI 7 TAHUNAN 3 2 BATEALIT > KEDUNG7 11 PECANGAAN 16 8 KALINYAMATAN 1 2 WELAHAN 1 MAYONG 8 1 NALUMSARI 1 Jumlah kasus baru HIV/AIDS tahun 2014 sebanyak 83 orang, dengan rincian 53 kasus HIV dan 30 kasus AIDS. Terjadi penurunan penemuan kasus baru dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 89 kasus (tabel 11). Untuk Kasus AIDS baru, Kabupaten Jepara masuk dalam peringkat ke-5 dan kasus HIV baru peringkat ke-7 terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Adanya trend kenaikan kasus HIV/AIDS perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tindakan yang telah dilakukan adalah dengan kegiatan skrining darah donor melalui PMI. Jumlah pendonor di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak dan seluruhnya (100%) darah donor tersebut dilakukan skrining HIV. Dari seluruh darah donor yang diperiksa, sebanyak 24 orang (0,21%) positif HIV, terdiri dari 18 orang laki-laki dan 6 orang perempuan (tabel 12). Selain skrining donor darah juga dilakukan pengambilan sampel di lokalisasi yang tersebar di Kabupaten Jepara serta pengawasan yang melekat terhadap warga Jepara yang bekerja di luar Kabupaten Jepara yang berisiko tinggi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

36 Tabel 3.7 Penderita HIV/AIDS Kabupaten Jepara Tahun Jenis Kondisi Saat No Kecamatan Kelamin Ditemukan Kondisi Saat Ini Total L P HIV AIDS Meninggal Hidup Penderita 1 Jepara Tahunan Batealit Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Jumlah Menurut perhitungan estimasi di Jawa Tengah, Kabupaten Jepara tahun 2014 ditarget menemukan kasus HIV AIDS sebanyak 85 penderita, dan kumulatif sampai tahun 2014 sejumlah 351 penderita. Dengan demikian Kabupaten Jepara sudah melampaui target MDGs yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam penemuan penderita HIV AIDS dimana kasus baru 83 dan kumulatif sebesar 500 kasus. Sebagian penderita ditemukan dalam kondisi AIDS, yang berarti terjadi keterlambatan dalam penemuan deteksi secara dini. Salah satu penunjangnya karena banyak dari warga Jepara yang bekerja di luar Jepara dan kembali dengan membawa AIDS dengan jumlah akumulasi total kasus dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2014 pada waktu ditemukan kasus AIDS sebesar 334 kasus dan HIV positif 166 kasus sehingga kasus HIV/AIDS berjumlah 500 tersebar di semua kecamatan dengan jumlah penderita meninggal 176 orang (35,20%). Dari 324 penderita HIV AIDS yang masih hidup, 159 penderita (49%) telah Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

37 mendapatkan obat Anti Retro Viral (ARV) yang difasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Dilihat dari jenis kelamin, penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jepara didominasi oleh perempuan ( 59% ) dibanding laki-laki ( 41%). Gambar 3.8 Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Umur Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d th 17,40% > 60 th 0,2% 0-5 th 5,8% 6-15 th 1,6% th 17,2% th 57,8% Distribusi menurut umur sebagian terbesar pada golongan usia produktif tahun (57,8%). Berdasarkan proporsi penderita HIV/AIDS menurut faktor risiko: Gambar 3.9 Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Faktor Risiko Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2014 Homosex 3% Perinatal 7% IDU 1,6% Heterosex 88,4% Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

38 Proporsi menurut faktor risiko tertular HIV, sebagian besar ditularkan melalui hubungan heterosex sebanyak 442 kasus, homosex 15 kasus, penularan HIV dari ibu ke anak 35 kasus, dan penularan melaui jarum suntik (Injection Drug User) sebesar 8 kasus. Dilihat dari proprosi menurut jenis pekerjaan: Gambar 3.10 Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Pekerjaan Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2014 Nelayan 1,0% Narapidana 0,2% Lain-Lain 3,8% Sopir 2,8% Anak 7,0% IRT 30,2% Swasta 27,8% Buruh 9,8% PSK 17,4% Proporsi terbesar penderita HIV/AIDS menurut pekerjaan tahun 2014 berbeda dengan kondisi tahun Pada tahun 2013 proporsi terbesar diderita oleh kalangan swasta sedangkan tahun 2014 HIV/AIDS banyak diderita oleh ibu rumah tangga yaitu sebesar 30,2%. Selanjutnya dari kalangan swasta sebesar 27,8%, Pekerja Seks Komersil/PSK 17,4%, buruh 9,8%, anak-anak 7,0%, lain-lain 3,8%, sopir 2,8%, dan nelayan 1,0% dan narapidana 0,2%. 4. Jumlah Kasus Sifilis Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

39 kongenital. Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2014 belum dilaporkan adanya kasus sifilis di Kabupaten Jepara. 5. Persentase Balita dengan Diare Ditangani Diare diartikan dengan berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berbentuk encer. Gejala yang timbul adalah frekuensi berak lebih dari biasanya, tinja lembek atau cair, mulas, sakit perut, terdapat lendir dengan atau tanpa darah (disentri), berak cair seperti air cucian beras (kholera). Akibat dari diare akan mengakibatkan kekurangan cairan dalam tubuh dan garam-garaman, semakin lama diare semakin cepat seseorang kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Persentase cakupan diare yang ditangani dihitung dengan rumus jumlah diare yang ditangani dibagi dengan jumlah perkiraan penderita diare dikali dengan 100%. Sedangkan perkiraan penderita diare dihitung dari 10% dikali hasil Survei Morbiditas Diare Nasional (SMDN) (411/1000). Dehidrasi terbagi dalam 3 tingkatan yaitu: a. Tanpa dehidrasi b. Dehidrasi ringan sampai sedang: Terlihat sangat haus Tampak lemas dan mudah marah Anak gelisah atau rewel Kelopak mata cekung Bila dicubit kulit kembali lambat c. Dehidarasi berat: Kesadaran menurun Tidak dapat minum Kelopak mata sangat cekung Bila dicubit kulit kembali sangat lambat Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

40 Syok, dengan penurunan kesadaran, urin output berkurang/sangat sedikit, telapak tangan dan kaki lembab, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah/tidak terdeteksi dan pucat. Gambar 3.11 Cakupan Diare yang Ditangani pada Balita Di Kabupaten Jepara Tahun ,50 70,60 64,20 32,15 30,72 30, Cakupan diare Perkiraan jumlah diare pada balita tahun 2014 sebesar kasus dengan jumlah penderita yang dilayani sebesar kasus sehingga cakupan diare yang ditangani sebesar 64,20%. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, maka cakupan penanganan diare tahun 2014 mengalami penurunan. Angka kesakitan diare per 1000 penduduk sebesar 214 (tabel 13). 6. Persentase Penderita Kusta Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis namun meluas hingga masalah sosial, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional. Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae), terutama menyerang kulit dan syaraf tepi. Penyakit kusta bukan disebabkan kutukan, guna-guna, dosa, makan, atau keturunan. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat dan tidak akan menular bila berobat secara dini dan teratur. Pada awalnya penderita tidak merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

41 bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan. Bercak tersebut mempunyai sifat kurang rasa atau hilang rasa, tidak gatal dan tidak sakit. Hingga saat ini cara-cara penularan penyakit kusta belum dapat diketahui secara pasti. Pintu keluar kuman kusta dari tubuh penderita melalui selaput lendir hidung. Oleh karena itu penularan penyakit kusta diduga melalui : a. Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2 s/d 7 x 24 jam. b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang. Terdapat 2 tipe kusta yaitu: a. Kusta kering (PB = Paucibacillar), dengan pengobatan selama 6 bulan dengan Rifampicin dan DDS. Tanda-tandanya: Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak putih tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut. Permukaan bercak kering dan kasar Permukaan bercak tidak berkeringat Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengira bercak putih seperti tanda-tanda di atas adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya orang tersebut telah mengalami Kusta pada level lebih lanjut. Sehingga, pemeriksaan dan pengobatan semenjak dini ke Puskesmas atau pun Rumah Sakit terdekat pun sangat dianjurkan. Pengobatan kusta tipe PB ini cenderung lebih sebentar daripada tipe basah. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

42 b. Kusta Basah (MB= Multibacillar), dengan pengobatan 12 bulan yaitu Rifampicin, Lamprene, dan DDS. Tanda-tandanya: Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan. Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak. Pada permukaan bercak, sering tidak ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka. Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit kusta tipe basah ini harus berobat secara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep dokter, sehingga selain mereka tidak menjadi lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah diberikan. Untuk Kusta MB ini menular lewat kontak secara langsung dan lama. Penularan terjadi apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam jangka panjang. Sehingga bagi pasien kusta MB harus segera melakukan pengobatan, dan melakukan penyembuhan secara teratur. Pembagian menurut daerah endemis dibedakan dalam 3 kategori: a. High Endemic, dimana angka kejadian/prevalensi rate-nya lebih dari 1/ penduduk dan angka penemuan kasus baru/new Case Detection Rate (NCDR) lebih dari 5/ penduduk) b. Sustained Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari 1/ penduduk namun NCDR lebih dari 5/ penduduk) c. Low Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari 1/ penduduk dan NCDR kurang dari 5/ penduduk) Di Kabupaten Jepara terdapat RS Rehata dan RS Donorojo yang memberikan pelayanan khusus kepada penderita kusta. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

43 Prevalensi yang ada di Kabupaten Jepara untuk Tahun 2014 adalah 1,8 per penduduk dengan NCDR 10,76/ penduduk sehingga Kabupaten Jepara dalam daerah High Endemic (tabel 14,16). Jika dibandingkan dengan tahun 2013, maka prevalensi dan penemuan kasus kusta baru (NCDR) ini mengalami peningkatan. Prevalensi dan NCDR tahun 2013 sebesar 0,7 dan 7,62. Sedangkan untuk penemuan kasus baru kusta usia 0 14 tahun dan cacat tingkat 2 mengalami penurunan (tabel 15). Pada tahun 2014 kusta baru usia 0 14 tahun sebesar 0% di tahun 2013 ditemukan 3,45%, cacat tingkat 2 sebesar 10,20% di tahun 2013 ditemukan 11,49%. Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) di Kabupaten Jepara tahun 2014 untuk kusta PB 84,6% dan kusta MB 94% (tabel 17). RFT rate ini sama dengan capaian RFT rate tahun Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP. Surveilans AFP adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh) seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut: Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

44 Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung) Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya. Diagnosa akhir pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring, termasuk kasus polio atau tidak sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. 12 Gambar 3.12 Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Jepara Tahun AFP Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara anak usia < 15 tahun. Jumlah anak usia < 15 tahun 2014 sebanyak anak, maka estimasi jumlah penderita kelumpuhan AFP adalah 6 kasus. Untuk Tahun 2014 ditemukan 4 kasus sehingga masih dibawah estimasi (tabel 18). Penemuan ini juga menjadi penemuan AFP terendah sejak tahun Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

45 8. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Di cegah Dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi bertujuan memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi (TBC, Hepatitis B, Diptheri, Pertusis/Batuk rejan, Tetanus, Polio, Campak). Sasaran yang perlu diberikan imunisasi adalah: 1) Bayi (0 11 bulan) Bayi mendapatkan Lima Imunisasi Dasar lengkap (LIL) secara rutin yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali. 2) Balita Mendapatkan imunisasi lanjutan dan booster dari imunisasi dasar yaitu Polio, MMR, HIB, Varicella, Hepatitis A, Typhoid/Paratyphoid dll. 3) Anak sekolah (SD/MI) Imunisasi pada anak SD/MI diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), yaitu : Imunisasi DT pada anak kelas 1 Imunisasi TT pada anak kelas 2 dan kelas 3 Imunisasi Campak pada anak kelas 1 4) Wanita Usia Subur (WUS) Setiap WUS termasuk ibu hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali selama hidupnya (TT 5 dosis) dengan interval tertentu yaitu waktu pemberian antara TT 1 dan TT 2 minimal 4 minggu, antara TT 2 dengan TT 3 minimal 6 bulan, antara TT 3 dengan TT 4 minimal 1 tahun dan antara TT 4 dengan TT 5 minimal 1 tahun. Yang termasuk PD3I yaitu Polio, Campak, Difteri dan Tetanus Neonatorum. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (REDCAM) dan Eliminasi Tetanus Neonatarum (ETN). Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

46 penyakit-penyakit yang dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatrum, dan Campak). Di Kabupaten Jepara kasus PD3I yang muncul adalah Tetanus neonatarum dan Campak : a. Tetanus Neonatarum Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi dengan spora Clostridium tetani, maupun penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang juga telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya Tetanus neonatorum. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Dikatakan Tetanus neonatarum bila terjadi pada persalinan bayi. Bila terjadi pada bayi lahir dapat menjadikan bayi berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah kelahiran. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

47 Berikut penemuan kasus tetanus neonatarum di Kabupaten Jepara : Gambar 3.13 Penemuan Kasus Tetanus Neonatarum di Kabupaten Jepara Tahun ,5 1 0, Tetanus Neonatarum Sejak tahun 2010, tidak pernah ditemukan kasus tetanus neonatarum di Kabupaten Jepara (tabel 19). Bila terjadi satu kasus saja perlu mendapatkan perhatian karena sudah merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) didaerah tersebut. b. Campak Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia). Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: (1) bayi berumur lebih dari 1 tahun (2) bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan (3) dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

48 Adapun kasus campak mempunyai trend dalam 6 tahun terakhir: Gambar 3.14 Penemuan Kasus Campak di Kabupaten Jepara Tahun Campak Pada Tahun 2014, penemuan kasus di Kabupaten Jepara sebesar 14 kasus dengan penderita laki-laki sebanyak 7 orang dan perempuan 7 orang. Dimana puskesmas yang terbesar kasus Campak adalah Puskesmas Batealit sebesar 9 kasus (tabel 20). Penemuan ini menjadi penemuan terendah sejak tahun Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

49 pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan : a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 o C - 40 o C) b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb. c. Hepatomegali (pembesaran hati). d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmhg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmhg atau lebih rendah. e. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai /mm 3. f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit. g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala. h. Pendarahan pada hidung dan gusi. i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

50 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan serius di Kabupaten Jepara. Dalam tiga tahun berturut-turut Kabupaten Jepara masuk dalam 5 besar kasus DBD terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Untuk Tahun 2014 Kabupaten Jepara menduduki ranking 2. Tingginya angka kesakitan DBD di Kabupaten Jepara ini disebabkan karena adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegipty yang cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN di masyarakat yang justru merupakan jurus ampuh dalam membasmi DBD dibandingkan dengan foging yang hanya dapat membunuh nyamuk dewasa. Angka yang digunakan dalam kasus DBD adalah angka kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR). Tahun 2014 IR adalah 76,96/ penduduk dan CFR 0,67%. Angka kesakitan tersebut belum mencapai target MDG s yaitu IR 54/ penduduk, meskipun untuk CFR telah memenuhi target MDG s yaitu < 1%. Gambar 3.15 Angka Kesakitan dan Kematian DBD Di Kabupaten Jepara Tahun Tahun Penderita Meninggal IR/ CFR ,6 1, ,6 0, ,9 0, ,2 0, ,6 12, ,96 0,67 Penderita tersebar di semua puskesmas di Kabupaten Jepara dengan kasus terbanyak adalah Puskesmas Jepara 223 kasus, Mlonggo 104 kasus, Tahunan 129 kasus, Pecangaan 72 kasus. Untuk kasus terendah di puskesmas Donorojo dan Keling II masing-masing sebanyak 1 kasus, serta puskesmas Karimunjawa sebanyak 2 kasus (tabel 21). Kematian yang ada di puskesmas sebanyak 6 kasus dengan rincian Puskesmas Tahunan 4 kasus, Puskesmas Jepara 1 kasus dan Puskesmas Welahan II 1 kasus. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

51 Gambar 3.16 Distribusi Penderita DBD menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2014 DONOROJO KEMBANG KARIMUN JAWA 22 2 MLONGGO 123,6 BANGSRI KELING 14.8 JEPARA PAKIS AJI 89,6 TAHUNAN BATEALIT 41,9 <50/ >50/ KEDUNG7 PECANGAAN 16 MAYONG 103,2 87,2 8 19,4 KALINYAMATAN 1 NALUMSARI 27,1 20,8 WELAHAN 48,2 Dilihat dari pola penyebaran, terlihat daerah endemis masih tetap tinggi kasusnya, malah ada kecenderungan meluas kedaerahdaerah non endemis. Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Jepara hasil penyelidikan epidemiologi ternyata banyak ditemukan tempat-tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah penduduk pada barang-barang bekas seperti ban bekas, tempurung kelapa, bekas potongan bambu/pohon, kaleng dan plastik bekas yang menampung air hujan, padasan. Pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini yang masih rendah, adanya paradigma foging yang masih melekat dalam penyelesaian masalah, gerakan PSN dalam masyarakat yang rendah. Permasalahan yang ada telah ditindak lanjuti oleh Dinas kesehatan Kabupaten Jepara dengan peningkatan penyuluhan penyakit DBD yang intensif, peningkatan gerakan PSN di lingkungan keluarga (khususnya di daerah endemis), larvasidasi masal pada daerah endemis, foging sesuai kriteria. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

52 10. Angka Kesakitan Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs Goal ke-6. Penyakit malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, bersifat menular dan disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium yang masuk tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dunia terdapat empat jenis yaitu: a. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (demam menggigil setiap hari) b. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (demam menggigil selang sehari) c. Plasmodium malariae menyebabkan malaria (demam menggigil selang dua hari) d. Plasmodium ovale menyebabkan malaria dengan demam menggigil selang sehari. Banyak ditemukan di Afrika. Berbagai cara penularan malaria antara lain : 1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles. 2. Penularan yang tidak alamiah. a. Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta. b. Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposable). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

53 c. Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam, burung dara dan monyet. Di Jawa Tengah umumnya infeksi oleh Plasmodium falciparum atau Palsmodiun vivax dan atau campuran keduanya yang dikenal dengan mix infection. Malaria dinyatakan sebagai penyakit berbahaya karena penyakit ini akan menghancurkan sel-sel darah merah karena dimakan oleh Plasmodium dan akan mengakibatkan kekurangan darah. Akibat dari kekurangan sel darah merah antara lain: Daya tahan tubuh akan berkurang sehingga mudah terkena infeksi penyakit lainnya Berkurangnya daya kerja Pertumbuhan otak pada anak akan terhambat sehingga akan menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan sehingga anak menjadi bodoh. Pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada ari-ari dengan bayi lahir mati atau bayi lahir hidup dengan berat badan rendah. Pembuluh darah otak penderita malaria dapat tersumbat sehingga kesadaran penderita terganggu atau meninggal bila tidak segera diobati. Gejala klinis utama penyakit malaria adalah demam mengigil secara berkala dan sakit kepala, kadang-kadang disertai gejala klinis lain seperti : Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. Nafsu makan menurun. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium falciparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

54 Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pucat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : 1. Stadium dingin (Cold stage). 2. Stadium demam (Hot stage). 3. Stadium berkeringat (Sweating stage). Ketiga gejala klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita penyakit malaria. Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak berurutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman penemuan penderita di daerah endemisitas. Khususnya di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrisik). Masa inkubasi ini bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling pendek pada plasmodium falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas penderita. Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi. Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari dan plasmodium malariae setelah 40 hari lebih. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

55 Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing spesies parasit adalah sebagai berikut : Plasmodium falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hari. Plasmodium malariae hari. Indikator yang digunakan dalam penyakit malaria adalah API (Annual Parasite Incidene). Indikator ini untuk memantau perkembangan penyakit Malaria di Jawa Bali. API ini didapat dari jumlah kasus malaria positif dalam setahun per jumlah penduduk dikali dengan Angka yang didapat adalah per mil ( ). Dari angka API dapat diklasifikasikan daerah endemis malaria dalam 3 kategori: a. HCI (High Case Incidence) dengan API 5 > per 1000 penduduk b. MCI (Middle Case Incidence) dengan API 1 4,9 per 1000 penduduk c. LCI (Low Case Incidence) dengan API < 1 per 1000 penduduk Gambar 3.17 Annual Parasite Incidence Malaria ( ) Di Kabupaten Jepara Tahun ,03 0,05 0,043 0,027 0,039 0,014 API Sejak tahun 2009 Kabupaten Jepara bukan merupakan daerah endemis malaria dan termasuk dalam kategori LCI (API < 1). API tahun 2014 sebesar 0,014 dengan jumlah kasus sebanyak 16 orang (tabel 22). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

56 Gambar 3.18 Distribusi Penderita Malaria Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2014 DONOROJO KEMBANG15 0 KARIMUN JAWA 2 0 MLONGGO 0 0 BANGSRI 0 KELING 0,49 JEPARA26 0 TAHUNAN 0 3 PAKIS AJI 0,016 BATEALIT 0,035 API < 1 1-4,9 5 > KEDUNG 0 7 PECANGAAN 16 MAYONG 0 0,079 8 KALINYAMATAN 0 1 NALUMSARI 0,027 WELAHAN 0 Penemuan kasus baru malaria per 1000 penduduk (API) telah memenuhi RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 0,015. API tahun 2014 merupakan API terendah sejak tahun Selain itu juga tidak terjadi kematian akibat malaria di Kabupaten Jepara. 11. Penyakit Filariasis yang ditangani Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada stadium lanjut dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara dan alat kelamin. Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu terhadap parasit, seringnya mendapat gigitan nyamuk infektif larva cacing filaria, banyaknya larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur. Secara umum perkembangan klinis filariasis dapat dibagi menjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini timbul Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

57 gejala klinis akut karena infeksi cacing dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri dan jamur. Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran kelenjar limfe, kerusakan katup saluran limfe, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang terdapat di kulit. Kriteria kabupaten/ kota endemis filaria bila Mf Rate 1% disalah satu atau lebih lokasi survei maka kabupaten / kota tersebut ditetapkan sebagai daerah endemis yang harus dilaksanakan pengobatan massal. Bila Mf rate < 1% pada semua lokasi survei, maka kabupaten/ kota tersebut ditetapkan sebagai daerah non endemis dan dilaksanakan pengobatan selektif, yaitu pengobatan hanya diberikan pada penderita yang positip mikrofilaria beserta anggota keluarganya. Penetapan kabupaten/ kota endemis filariasis dilakukan berdasarkan hasil survei dan survei darah jari, dan ditetapkan oleh propinsi. Sebagaimana diketahui mata rantai penularan filarisis ini terjadi bila ada tiga unsur, yaitu : a. Sumber penular, yakni manusia atau hospes reservoir yang mengandung microfilaria dalam darah b. Vektor ( nyamuk yang dapat menularkan filariasis) c. Manusia yang rentan terhadap filariasis Pada tahun 2014 ini terdapat 3 kasus filariasis di Kabupaten Jepara yaitu 1 kasus di wilayah kecamatan Jepara dan 2 kasus di wilayah puskesmas Pakis Aji (tabel 23). 12. Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dan menyebabkan kematian 36 juta jiwa per tahunnya. Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal ini menjadikan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

58 Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi PTM. Berbagai faktor risiko PTM antara lain : merokok dan keterpaparan asap terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan, obat-obatan dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan PTM lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara telah mengembangkan program pengendalian PTM melalui promosi PHBS, deteksi dini berbagai penyakit serta sosialisasi kawasan tanpa rokok. Dalam rangka pengendalian PTM dilakukan surveilans epidemiologi PTM. Ruang lingkup surveilans epidemiologi PTM mencakup pengamatan penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, DM dan penyakit metabolisme lainnya dan penyakit kronis. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

59 Berikut proporsi kasus baru PTM di Kabupaten Jepara tahun 2014 (tabel 83) : Gambar 3.19 Proporsi Kasus Baru PTM Di Kabupaten Jepara Tahun 2014 stroke 1,89% PPOK 3,77% Asma 13% Psikosis 4% Kanker 0,53% DM 14,97% Jantung 4,39% Hipertensi 57,7% Penyakit hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan yaitu sebesar 57,7%. Urutan kedua ditempati oleh DM sebesar 14,97%. Besarnya proporsi ini hampir sama dengan proporsi tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pengendalian hipertensi dan DM diprioritaskan guna mencegah timbulnya PTM lanjutan seperti jantung, stroke, gagal ginjal, dsb melalui intervensi yang tepat pada setiap sasaran/kelompok populasi tertentu. 13. Persentase hipertensi/tekanan darah tinggi Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko PTM seperti hipertensi, stroke, jantung, kelainan fungsi ginjal dan lainnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di setiap fasilitas kesehatan termasuk puskesmas atau klinik kesehatan lainnya serta di Posbindu PTM yang ada di masyarakat. Berdasarkan pengukuran tekanan darah di posbindu yang ada di Kabupaten Jepara, cakupan hipertensi tahun 2014 hanya sebesar 8,22%, dimana persentase pada laki-laki sebesar 9,03 sedangkan perempuan sebesar 13,07% (tabel 24). Angka ini belum menggambarkan besarnya persentase Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

60 hipertensi yang sesungguhnya karena data yang berasal dari fasilitas kesehatan terutama puskesmas tidak ada. 14. Persentase Obesitas Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan PTM seperti DM, jantung, stroke, penyakit ginjal, kanker dan ateroskerosis. Obesitas terjadi karena perilaku hidup yang tidak sehat yaitu diet yang tidak seimbang, kurang olah raga/aktifitas fisik dan pengelolaan stress yang tidak adekuat. Berdasarkan pemeriksaan obesitas di posbindu yang ada di Kabupaten Jepara, cakupan obesitas tahun 2014 hanya sebesar 9,98%, dimana persentase pada laki-laki sebesar 9,03 sedangkan perempuan sebesar 10,39% (tabel 25). Angka ini belum menggambarkan besarnya persentase obesitas yang sesungguhnya karena data yang berasal dari fasilitas kesehatan terutama puskesmas tidak ada. 15. Presentase IVA positif dan benjolan pada Perempuan tahun Kegiatan deteksi dini Ca serviks dengan metode IVA mulai dikembangkan sejak tahun 2007, dengan pelatihan yang terstandar menghasilkan dokter dan bidan yang mampu melakukan deteksi dini Ca serviks dengan metode IVA. Hasil pemeriksaan positif menunjukkan adanya lesi pra kanker yang dapat disembuhkan dengan sempurna dengan terapi Krio. Deteksi dini kanker payudara dilakukan pemeriksaan Clinical Breast Examination (CBE) yaitu pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Pemeriksaan ini dipakai untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada tahap dini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Di Kabupaten Jepara belum bisa menampilkan data IVA dikarenakan kurangnya koordinasi dengan lintas program sebagai evaluasi untuk tahun mendatang. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

61 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar, paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 tahun 2014 sebesar 98,5% lebih tinggi bila dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 96,5% (Tabel 29). b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standart oleh tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali dan memenuhi standar kualitas pelayanan antenatal, yaitu : Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan Pengukuran tekanan darah Pengukuran LILA Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi TT sesuai status imunisasi Pemberian tablet tambah darah Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling (termasuk KB) Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

62 Pelayanan tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin, dan golongan darah) Tatalaksana kasus Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K4 di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan K4 Target SPM 97, , ,07 94,4 91, Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Jepara tahun 2014 sebesar 94,4% dari jumlah ibu hamil sebanyak orang. Cakupan ini kurang sedikit memenuhi target SPM Kabupaten Jepara tahun 2014 sebesar 95%. Hanya 9 puskesmas yang bisa memenuhi target tersebut (tabel 29). c. Cakupan Persalinan yang ditolong oleh Nakes Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memenuhi standar sebagai berikut: Pencegahan infeksi Metode persalinan yang sesuai dengan standar Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

63 kesehatan. Berikut gambaran cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga Gambar 4.2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan Linakes 97,9 Target SPM 99, ,93 92, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Kabupaten Jepara sebesar 100% telah melampaui target SPM tahun 2014 sebesar 94% dan semua Puskesmas telah memenuhi target SPM (tabel 29). Dengan semakin naiknya angka cakupan pertolongan persalinan menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga. Kenaikan cakupan K1 dan K4 serta pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan yang berkompeten berkontribusi menurunkan AKI di Kabupaten Jepara tahun d. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Paska persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan yaitu: Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam sampai dengan 7 hari setelah persalinan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

64 Kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan minggu ke-2 setelah persalinan Kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakah terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit, anjuran untuk melaksanakan ASI eksklusif, pelayanan KB paska persalinan dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter, perawat dan bidan) biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus maupun kegiatan posyandu. Gambar 4.3 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan KF 3 Target SPM 98,6 96,03 96,97 97,3 91, Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Kabupaten Jepara Tahun 2014 mencapai 97,3% (tabel 29). Cakupan ini semakin meningkat dan mencapai target SPM sejak tahun Akan tetapi kondisi ini menjadi ironi dengan jumlah kematian ibu di kabupaten Jepara. Tahun 2014, terjadi kematian ibu sebanyak 19 orang, 9 orang (47,36%) diantaranya merupakan ibu nifas. Begitu pula kematian ibu tahun 2013 sebanyak 26 orang, 15 orang (57,7%) diantaranya merupakan ibu nifas. Meskipun sudah melampaui target SPM Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

65 sebesar 94% namun pencapaian sangat ironi dengan jumlah kematian ibu pada tahun ini yang didominasi oleh kematian ibu nifas. e. Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi (Tetanus neonatorum) yang ditularkan melalui ibunya yang memang terinfeksi Tetanus atau pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi Tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi Tetanus Neonatorum dan maternal adalah pertolongan persalinan yang aman dan bersih, cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, serta surveilans. Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun di luar kehamilan akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibodi tetanus ke bayi. Perlindungan tersebut cukup untuk masa dua bulan setelah kelahiran dimana bayi akan mendapat imunisasi kombinasi sebagai bagian dari program rutin imunisasi pemerintah untuk mencegah Difteri, Batuk rejan, dan Tetanus setelahnya. Imunisasi TT Wanita Usia Subur adalah pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (15-39) sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Oleh karena itu setiap WUS yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan harus selalu ditanyakan status imunisasi TT mereka dan bila diketahui yang bersangkutan belum mendapatkan imunisasi TT harus diberi imunisasi TT minimal 2 kali dengan jadwal sebagai berikut: TT1 diberikan segera pada saat WUS kontak dengan pelayanan kesehatan atau sedini mungkin saat yang bersangkutan hamil, TT2 diberikan 4 minggu setelah dosis pertama. TT3 dapat diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua atau setiap saat pada kehamilan berikutnya. Imunisasi TT tambahan yaitu TT4 dan TT5 dengan interval satu tahun dapat Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

66 diberikan pada saat WUS tersebut kontak dengan fasilitas pelayanan kesehatan atau diberikan pada saat kehamilan berikutnya. Gambar 4.4 Persentase Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Kabupaten Jepara Tahun TT 1 TT 2 TT 3 TT 4 TT 5 TT 2+ Cakupan di Kabupaten Jepara tahun 2014 TT 1 sebesar 29,04%, TT 2 sebesar 33,49%, TT 3 sebesar 30,61%, TT 4 sebesar 18,23%, TT 5 sebesar 13,84%. Sedangkan cakupan TT2+ tahun 2014 (imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) adalah 96,17% (tabel 30). Cakupan imunisasi ini cenderung mengalami penurunan sejak tahun Untuk cakupan imunisasi TT pada WUS tahun 2014 masih sangat rendah yaitu < 2 %. Cakupan TT 1 sebesar 1,51%, TT 2 0,60%, TT 3 0,18%, TT 4 0,05%, TT 5 sebesar 0,03% dan TT 2+ sebesar 0,86% (tabel 31). f. Cakupan Komplikasi kebidanan yang ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

67 kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya (a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Gambar 4.5 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun ,8 95, ,52 63, Cakupan Target SPM Perkiraan jumlah komplikasi kebidanan Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak 4601 (20% dari jumlah ibu hamil). Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2014 sebanyak 4257 kasus atau sebesar 92,52% (tabel 33). Cakupan ini telah memenuhi target SPM sebesar 80% akan tetapi cakupan ini menurun jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 dan Pelayanan kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/tahun Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

68 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), Kunjungan Neonatus (KN) dibagi menjadi tiga, yaitu satu kali pada 1-2 hari kehidupan (KN1), satu kali 2-6 hari (KN2) dan satu kali dalam 7-28 hari (KN3/KN lengkap). Gambaran pelaksanaan cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Jepara dijelaskan sebagai berikut: Gambar 4.6 Cakupan Kunjungan Neonatus Kabupaten Jepara Tahun ,26 98,63 97,5 96,4 92, KN Lengkap Cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebesar 98,63% dari kelahiran hidup (tabel 38). Cakupan ini meningkat dibandingkan tahun b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari, setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

69 Kunjungan Bayi di Kabupaten Jepara beberapa tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.7 Jumlah Persentase Kunjungan Bayi di Kabupaten Jepara Tahun 2010 s/d ,14 97,53 90,6 92,2 84, Kunjungan Bayi Target SPM Tahun 2014 cakupan kunjungan bayi sebesar 97,53%, telah memenuhi target dari SPM Kabupaten Jepara tahun 2014 sebesar 89% (tabel 40). Cakupan ini mengalami peningkatan dibanding tahun c. Cakupan Komplikasi Neonatus yang ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

70 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi. Gambar 4.8 Cakupan komplikasi neonatus yang ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun , , ,26 23,47 54,3 Cakupan Target SPM Pada tahun 2014 cakupan komplikasi neonatus yang ditangani sebesar 80,26% (tabel 33). Cakupan ini sudah memenuhi target SPM tahun 2014 yang harus dicapai yaitu 80%, akan tetapi jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2013 mengalami penurunan. d. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditangani Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang, yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berkaitan dengan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko kematian bayi. Oleh karena itu sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kematian bayi adalah penanganan BBLR. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

71 terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi BBLR perlu penanganan serius karena kondisi tersebut mudah sekali hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. Gambar 4.9 Jumlah Persentase Bayi BBLR di Kabupaten Jepara Tahun 2010 s/d 2014 Persentase BBLR 2,9 2,74 3,39 3,46 1, Tahun 2014 persentase BBLR terjadi kenaikan dibandingkan tahuntahun sebelumnya (tabel 37). Adanya kenaikan jumlah bayi dengan BBLR ini perlu mendapatkan perhatian. Bayi BBLR tahun ini sebanyak 726 kasus yang terdiri dari 376 laki-laki dan 350 perempuan dari bayi lahir yang ditimbang. Salah satu metode dalam menangani BBLR adalah metode kanguru yaitu menghangatkan bayi dengan sentuhan kulit bayi dan ibu/pengasuhnya secara langsung dan diharapkan dapat mengurangi kematian akibat BBLR. e. Cakupan Pelayanan kesehatan anak Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun (Bulan Februari dan Agustus). Pemantauan pertumbuhan balita diartikan sebagai pengukuran Berat Badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

72 adalah pengukuran Berat Badan per umur (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak- Kanak, serta Raudlatul Athfal dll. Pemantauan perkembangan balita meliputi perkembangan gerak kasar, gerak halus dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Pemantauan perkembangan anak balita dimaksudkan adalah anak umur bulan yang dideteksi dini tumbuh kembang melalui pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali per tahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Upaya pembinaan kesehatan anak balita diarahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak dengan perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan masa krisis atau periode emas tumbuh kembang. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan seperti ganguan mental emosional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Gambar 4.10 Cakupan pelayanan kesehatan balita Di Kabupaten Jepara Tahun ,4 86,83 Cakupan Target SPM Cakupan pelayanan anak balita tahun 2014 sebesar 86,83% dari jumlah anak balita yang ada (tabel 46). Capaian ini meningkat dibanding tahun 2013 meskipun belum mencapai target SPM sebesar 90%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

73 Sebagian besar pelayanan anak balita ini dilakukan di posyandu, terutama kegiatan pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan BB setiap bulan. Pencapaian penimbangan BB minimal 8x setahun sulit tercapai, hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat ke posyandu terutama setelah anak berumur > 1 tahun dengan alasan jadwal imunisasi sudah selesai. Selain itu anak berumur > 1 tahun sudah berada di penitipan, taman bermain ataupun sekolah. Beberapa solusi yang dapat diambil antara lain penentuan jadwal penimbangan yang ramai dikunjungi, perlu pengembangan kegiatan di posyandu terintegrasi program yang menarik (BKB, PAUD dll). f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD atau setingkat diutamakan untuk meningkatkan kesehatan (promotif) dan upaya meningkatkan pencegahan penyakit (preventif). Salah satu upaya preventif yang dilaksanakan di sekolah adalah kegiatan penjaringan anak sekolah (health screening) sebagai prosedur pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk mengelompokkan anak sekolah dalam berbagai kategori sehat dan sakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut, serta mendapatkan gambaran kesehatan anak sekolah dan mengikuti perkembangan serta pertumbuhan anak sekolah sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan sekolah. Penjaringan anak sekolah ini sasarannya adalah anak SD kelas I. Cakupan tahun 2014 telah mencapai 100% dengan jumlah murid SD kelas I atau setingkat sebesar terdiri dari laki-laki siswa dan perempuan siswa (tabel 49). Dengan adanya dana BOK kegiatan penjaringan anak sekolah dapat berjalan optimal. 3. Pelayanan Gizi Pelaksanaan program gizi khususnya pelayanan program gizi dan suveilans bertumpu pada peran bidan desa dan petugas gizi puskesmas. Petugas Gizi puskesmas banyak yang merangkap sebagai petugas lain seperti Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

74 bendahara jamkesmas, bendahara BOK, bendahara operasional sehingga banyak waktu yang tersita pada kegiatan tugas lain sehingga seringkali kegiatan surveilans gizi tidak dilaksanakan secara optimal. Motivasi dan bintek petugas kabupaten terus dilaksanakan agar kegiatan pokok sebagai petugas gizi tidak terabaikan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan program gizi puskesmas belum semua berjalan dengan tepat waktu, akurat sehingga data yang masuk ke kabupaten sering terlambat, diperlukan pemantapan pembinaan petugas berupa supervisi dan monev secara terus menerus. Perilaku gizi pada masyarakat seperti pemberian ASI ekslusif dan konsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat masih rendah. Pengetahuan keluarga sadar gizi terus dilakukan dengan pemberian KIE. Posyandu lebih difungsikan di meja ke 4 dengan memberikan KIE pada masyarakat terutama yang bermasalah terhadap hasil penimbangannya. Fungsi dan peran posyandu lebih ditingkatkan dalam upaya peningkatan upaya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat untuk melindungi masyarakat yang menjamin garam yang beredar memenuhi persyaratan kandungan yodiumnya telah diterbitkan PERDA No.2 tentang Pengaturan Pengawasan Garam Tidak Beryodium. a. Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tujuan pemberian vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Dalam hal ini selain untuk mencegah kebutaan, vitamin A berperan dalam menurunkan angka kematian anak dan lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

75 Bayi dan balita yang menjadi sasaran pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi adalah bayi yang berumur 6-11 bulan diberikan kaspul vitamin A dengan dosis SI (biru) dan anak balita umur bulan diberikan kapsul vitamin A dosis SI (merah). Pada bayi diberikan setahun sekali pada bulan Pebruari atau Agustus, dan untuk anak balita enam bulan sekali yang diberikan serentak pada bulan Pebruari dan Agustus. Gambar 4.11 Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A Bayi dan Balita di Kabupaten Jepara Tahun , , , , Bayi 98, ,74 99,54 99,12 Anak Balita 97, ,27 98,91 98,56 Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebesar 99,12% dan balita sebesar 98,56% (tabel 44). Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa cakupan vitamin A pada bayi dan balita semakin menurun sejak tahun b. Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A Upaya menurunkan prevalensi KVA melalui pemberian vitamin A pada bayi, balita dan ibu nifas (melahirkan). Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga akan meningkatkan status vitamin A pada bayi yang disusuinya. ASI merupakan sumber utama vitamin A bagi bayi pada enam bulan kehidupannya dan merupakan sumber yang penting hingga bayi berusia dua tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

76 Ibu nifas seharusnya menerima SI atau dua kapsul dosis 200,000 SI. Pemberian kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian. Pemberian ini dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Gambar 4.12 Cakupan Ibu Nifas yang Mendapat Kapsul Vitamin A di Kabupaten Jepara Tahun Bufas 95,87 100,28 96,62 92,6 99,95 Pada tahun 2014 cakupan mencapai 99,95% (tabel 29). Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan bufas diantaranya: a) Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyerbarluasan informasi. b) Sosialisasi pemberian kapsul vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. c) Kegiatan konseling/konsultan gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. d) Lintas program/lintas sektor terkait (promosi kesehatan, imunisasi, dll). e) Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang belum mendapatkan kapsul vitamin A pada bulan kapsul. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

77 c. Cakupan Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada Balita, Bumil, Bufas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Gambar 4.13 Persentase Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kabupaten Jepara Tahun ,13 98,47 90,32 101,44 99,82 95,48 90,51 97,53 93,35 Fe ,74 Fe Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan tablet Fe pada ibu hamil mengalami peningkatan dibandingkan cakupan tahun Cakupan Fe 1 (30 tablet) tahun 2014 sebesar 97,53% namun cakupan Fe 3 (90 tablet) sebesar 93,35% masih ada 4,18% ibu hamil yang tidak meneruskan konsumsi Fe 1 sampai Fe3 (tabel 32). Hal ini dapat mempengaruhi tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

78 d. Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping hingga usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Gambar 4.14 Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Jepara Tahun ASI Eksklusif 41,1 33,4 55,6 66,8 71,33 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

79 Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Jepara sejak tahun 2011 mengalami peningkatan. Cakupan tahun 2014 sebesar 71,33% (tabel 39). e. Persentase penimbangan Baduta dan Balita Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di posyandu. Penimbangan terhadap baduta dan balita yang dilakukan di posyandu merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan baduta dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Penimbangan baduta sangat penting guna memantau status gizi 1000 hari pertama kehidupan (270 masa kehamilan dan 730 masa usia dua tahun pertama kelahiran). Perbaikan gizi saat 1000 hari pertama sangat efektif guna mencegah tiga masalah gizi yaitu timbulnya penyakit kronis/ptm, menurunnya tingkat kecerdasan serta stunting/pendek. Jika perbaikan gizi dilakukan setelah 1000 hari, maka tiga masalah gizi tersebut bersifat permanen atau sulit di perbaiki. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu (D/S) maka semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

80 Tabel 4.15 Persentase Penimbangan baduta dan balita di Kabupaten Jepara Tahun D/S balita D/S baduta BGM balita BGM baduta Partisipasi masyarakat pada kegiatan posyandu mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun Pada tahun 2014 balita yang datang ke posyandu sebesar 81,74% sedangkan baduta 86,34%. Jumlah balita BGM juga mengalami penurunan dari 1,55% menjadi 1,51% (tabel 45 dan 47). Partisipasi baduta lebih tinggi dibandingkan balita sebaliknya BGM pada baduta lebih rendah. Tingginya partisipasi baduta ini dapat digunakan untuk mencegah terjadinya masalah gizi yang bersifat permanen yaitu timbulnya penyakit kronis/ptm, menurunnya tingkat kecerdasan serta stunting/pendek. f. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindakan yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jepara didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) serta membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

81 dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus gizi buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat serta tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk (0-59 bulan) yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan dan atau di rumah oleh tenaga kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah kasus balita gizi buruk di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak 143 kasus, jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2013 yaitu sebanyak 162 kasus. Semua kasus gizi buruk telah mendapatkan perawatan, jadi sudah memenuhi target SPM cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100% (tabel 48). g. Persentase Desa dengan Garam Beriodium yang Baik Garam beriodium adalah garam telah diperkaya dengan iodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beriodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) (mengandung KIO ppm). Iodium merupakan elemen penting dalam pembentukan hormon tiroid. Hormon ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal serta perkembangan mental dan fisik. Kekurangan maupun kelebihan konsumsi iodium dapat mengakibatkan gangguan pada tiroid. Berdasarkan standar Food and Drug Administration (FDA), konsumsi maksimal iodium harian ± kira-kira 150 µg/hari. Kebutuhan ini bisa dapat dipenuhi dengan mengonsumsi satu sampai satu setengah sendok makan garam beriodium sesuai SNI. Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi (keguguran pada ibu hamil, bayi Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

82 lahir cacat), anak kurang cerdas, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi. Gambar 4.16 Persentase Desa/kelurahan dengan Garam Beriodium Baik di Kabupaten Jepara Tahun Persentase desa/kelurahan dengan garam beriodium baik, menggambarkan identitas mutu garam beriodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 195 desa di Kabupaten Jepara tahun 2014, hanya terdapat 83 desa (42,56%) dengan garam beriodium baik (tabel 82). Adanya penurunan cakupan desa dengan garam beriodium baik dikarenakan kesalahan dalam pemahaman definisi operasional dimana sampel Rumah Tangga yang di desa bisa dikatakan baik harus lebih dari 90% yang sebelumnya hanya 50 %. 4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Cakupan 47,94 62,56 73,85 74,87 42,56 a. Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai 44 tahun. Sedangkan peserta KB baru diartikan sebagai pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

83 Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan cukup tinggi. Menurut penelitian masa usia subur seorang wanita sekitar 15 tahun sampai 44 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kehamilan atau menjarangkan kehamilan diprioritaskan dengan menggunakan cara/alat KB. Jumlah PUS di Kabupaten Jepara Tahun 2014 sebanyak pasangan dengan jumlah peserta KB baru orang. Gambar 4.17 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Kabupaten Jepara Tahun 2014 PIL 24,80% KONDOM 4,40% IUD 1,30% MOP 0,20% MOW 0,80% IMPLANT 9,10% IUD MOP MOW IMPLANT SUNTIK 59,40% SUNTIK PIL KONDOM Tahun 2014 penggunaan kontrasepsi terbesar peserta KB baru adalah kontrasepsi suntik yaitu 59,4%, meningkat dibandingkan tahun Hal ini disebabkan akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Untuk penggunaan alat KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP (yang meliputi penggunaan IUD, MOP, MOW, Implant), penggunaan implant paling besar 9,1%, menurun dibanding tahun 2013 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

84 (tabel 35). Peserta KB baru ini harus mendapatkan pembinaan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi terutama untuk penggunaan non MKJP (suntik, pil, kondom, obat vagina). b. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara Pasangan Usia Subur. Gambar 4.18 Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Jepara Tahun ,9 81, , , , Cak KB Aktif SPM Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebesar 79,33% atau sebanyak PUS. Cakupan ini menurun dibanding cakupan tahun 2013, meskipun telah memenuhi target SPM (tabel 36). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

85 Gambar 4.19 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Aktif di Kabupaten Jepara Tahun 2014 PIL 21,13% KONDOM 2,87% IUD 3,23% MOP 1,67% MOW 3,27% IMPLANT 10,71% SUNTIK 57,12% Penggunaan alat kontrasepsi terbesar bagi peserta KB aktif adalah suntik sebesar 57,12% (tabel 34). Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan mempergunakan kontrasepsi MOP hanya 1,67% dan kondom hanya 2,87%, karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran. 5. Pelayanan Imunisasi Bayi, balita, anak, hingga orang dewasa memiliki risiko terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Influenza, Typhus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko terlindungi adalah melalui imunisasi. Terdapat dua macam imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi kedalam tubuh agar meningkat. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

86 Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain ialah pada bayi baru lahir, bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari sang ibu melalui darah plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak. a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Sedangkan desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian UCI yang berdasarkan indikator cakupan, DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Berikut gambaran cakupan desa/kelurahan UCI di Kabupaten Jepara : Gambar 4.20 Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Jepara Tahun Cak UCI Target SPM ,4 97,9 94, Pencapaian UCI di Kabupaten Jepara tahun 2014 meningkat dan telah mencapai target SPM sebesar 100%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

87 b. Cakupan Imunisasi Bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, Campak dan Pneumoni. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, polio 4 kali, HB uniject 1 kali dan Campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur sembilan bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua anak kelas I SD/MI, sedangkan BIAS TT diberikan pada anak kelas II dan III SD/MI, serta Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi) Gambar 4.21 Cakupan Imunisasi Bayi di Kabupaten Jepara Tahun BCG 97, ,85 DPT-HB1 101,17 104,8 98,7 98,8 DPT-HB3 99,62 100,8 97,8 99,8 101,07 POLIO 100,2 97,79 98,68 97,39 CAMPAK 99,39 99,4 97,1 98,8 98,5 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

88 Adanya fluktuasi dari tahun ke tahun, menggambarkan keberadaan imunisasi belum mencapai hasil yang optimal meskipun telah memenuhi target minimal nasional yaitu 95% untuk semua antigen. Tahun 2014 di Kabupaten Jepara cakupan imunisasi BCG sebesar 98.85%, DPT-HB %, Polio4 97,39%, Campak 98,5% serta imunisasi dasar lengkap 98,14% (tabel 42 dan 43). 6. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan mulut serta upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif sebelum gigi tetap betul rusak dan harus dicabut, sedangkan pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif karena sudah tidak ada alternatif lainnya. Gambar 4.22 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap di Kabupaten Jepara Tahun ,89 Rasio 0,93 0,84 0,61 0, Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap pada tahun 2014 sebesar 0,84 (tabel 50). Rasio < 1 menunjukkan bahwa masyarakat masih banyak melakukan pencabutan gigi (1.582 kasus) daripada melakukan tumpatan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

89 gigi tetap (1.333 kasus). Kondisi tersebut perlu ditindaklanjuti dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya pada sistem pencernaan dan kesehatan tubuh secara umum. Rasio 2014 lebih rendah dibandingkan tahun Pada tahun 2013, hanya Puskesmas Karimunjawa yang tidak melaporkan pelayanan gigi dan mulut, sedangkan tahun 2014 terdapat tiga puskesmas yang tidak melaporkan yaitu Puskesmas Karimunjawa, Puskesmas Kedung II dan Puskesmas Kembang. b. Cakupan Murid SD/MI Mendapatkan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan sikat gigi masal di SD/MI merupakan salah satu kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat memahami cara dan waktu yang tepat untuk melakukan sikat gigi. Jumlah SD/MI di Kabupaten Jepara sebanyak 781 sekolah, persentase SD/MI yang melaksanakan sikat gigi masal sebesar 89,24 %. Sedangkan yang mendapatkan pelayanan gigi sebesar 91,29%. Kegiatan UKGS yang lain adalah pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan melakukan perawatan pada murid yang memerlukan. gigi, kemudian Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

90 Gambar 4.23 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid SD/MI Di Kabupaten Jepara Tahun ,8 Cakupan UKGS 22,08 22,4 22,08 18, Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI tahun 2014 sebesar 22,08% dari murid di Kabupaten Jepara. Cakupan ini cenderung stagnan sejak tahun Dari Murid SD/MI diperiksa ini, murid perlu mendapatkan perawatan dan 100% murid tersebut telah mendapatkan perawatan (tabel 51). 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Semakin meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia maka semakin meningkat pula populasi usia lanjut. Rata-rata UHH tahun 2013 di Jepara sebesar 71,23 tahun, untuk itu diperlukan upaya agar proses menjadi tua tetap berjalan namun menjadi tua yang tetap sehat, berguna, produktif, dan tidak menjadi beban di masyarakat. Pelayanan kesehatan usia lanjut merupakan salah satu upaya tersebut. Pelayanan kesehatan usia lanjut (60 tahun ke atas) diartikan sebagai upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usila yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Saat ini telah terdapat pos khusus untuk usila yang disebut dengan posyandu usila/lansia yang mengadopsi posyandu balita sehingga kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dapat terlayani. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

91 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2013 telah mencapai 100%, demikian pula cakupan tahun 2014, jumlah usila (> 60 tahun) di Kabupaten Jepara sebanyak , terdiri dari laki-laki dan perempuan (tabel 52). 8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat merupakan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life Support/ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah bersalin, puskesmas, dan rumah sakit baik rumah sakit umum, jiwa maupun khusus. Jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Jepara sebanyak 24 buah, yang terdiri dari 5 rumah sakit umum, 1 rumah sakit khusus, 14 puskesmas perawatan dan 4 sarana yankes lainnya. Semua sarana tersebut telah mempunyai kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 (tabel 68). b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Jepara. Tingginya frekuensi KLB seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

92 Paralisys (AFP), Keracunan Makanan, Difteri, Campak, Diare, bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan. Gambar 4.24 Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa Terserang KLB Yang Ditangani < 24 jam Di Kabupaten Jepara Tahun Desa dg KLB Pada tahun 2014, desa yang mengalami KLB meningkat tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 15 desa dari 195 desa yang ada. Seluruh desa tersebut (100%) telah mendapatkan penanganan < 24 jam (tabel 28). c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Pada tahun 2014 terjadi kejadian luar biasa (KLB) di 15 desa, yang disebabkan oleh penyakit menular dan keracunan makanan. Jumlah penduduk terancam KLB tahun 2014 sebanyak jiwa dan yang menderita akibat kejadian luar biasa tersebut sebanyak 640 orang, sehingga attack rate atau rata-rata kejadian sebesar 0,93%. Attack rate Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

93 tertinggi adalah penyakit kulit, keracunan makanan, DBD dan diare. Dari sejumlah penderita tersebut, tidak terjadi kematian sehingga case fatality rate/cfr sebesar 0% (tabel 27). 9. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Metode pembelajaran dalam penyuluhan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, kemampuan tenaga pengajar, kemampuan objek sebagai pendengar, besarnya kelompok waktu pelaksanaan, dan ketersediaan sarana prasarana. Metode penyuluhan kesehatan bersifat penyuluhan individual, penyuluhan kelompok, dan penyuluhan massa. Kegiatan promosi kesehatan tahun 2014 terdiri kali penyuluhan kesehatan, kali kunjungan rumah dan kali penyebaran informasi (tabel 53). B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

94 Terdapat dua kelompok peserta jaminan pemeliharan kesehatan yaitu kelompok penduduk non maskin yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya (non PBI) dan kelompok maskin yang ditanggung oleh pemerintah baik melalui Jamkesmas ataupun Jamkesda. Jumlah peserta jaminan pemeliharaan kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2014 sebanyak jiwa atau baru mencakup 46% dari jumlah penduduk yang ada. Jaminan pemeliharaan ini terdiri dari Non PBI jiwa, Jamkesmas jiwa dan Jamkesda jiwa (tabel 54). Gambar 4.25 Persentase Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2014 Non PBI 11,6 % Jamkesda 0,6% Jamkesmas 87,8% 2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Berdasarkan definisi operasional yang ada satu orang pasien yang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan, dalam satu tahun hanya dihitung satu kali meskipun ia datang berkali-kali dalam tahun tersebut. Cakupan kunjungan rawat jalan di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebesar 85,76% (tabel 55) menurun dibandingkan cakupan tahun 2013 sebesar 104,5 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

95 % hal ini karena data kunjungan rawat jalan hanya diperoleh dari Puskesmas saja. 3. Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dalam hal ini seorang pasien hanya dihitung sekali selama satu tahun bila berkunjung ke sarana kesehatan. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2014 sebesar 2,6% (tabel 55) menurun dibandingkan cakupan tahun 2013 sebesar 6,1%. Hal ini karena data kunjungan rawat inap hanya diperoleh dari Puskesmas saja. 4. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Tahun 2014 di Kabupaten Jepara terdapat kunjungan (tabel 55), jauh menurun jika dibandingkan kunjungan jiwa pada tahun 2013 yaitu sebanyak orang. Rekapitulasi ini hanya berasal dari laporan Puskesmas. 5. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk sehingga dapat terukur tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Jumlah tempat tidur yang tersedia di Rumah sakit sebesar 599 tempat tidur. Dimana dua terbesar ada di RSU RA Kartini sebesar 277 tempat tidur dan RSI Sultan Hadlirin sebesar 138 tempat tidur. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

96 Tabel 4.26 Jumlah rumah Sakit di Kabupaten Jepara menurut jenis dan pemilikan Tahun 2014 NO FASILITAS KESEHATAN PEM. PUSAT PEM. PROV PEM. KAB PEMILIKAN/PENGELOLA TNI/ POLRI BUMN SWASTA JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT JIWA RUMAH SAKIT BERSALIN RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA Rumah sakit yang ada di Kabupaten Jepara adalah RSU Dr.Rehata (milik Pemerintah Provinsi), RSU RA Kartini, RSU PKU Muhammadiyah Mayong, RSI Sultan Hadlirin, RSU Graha Husada, Rumah Sakit Bersalin Restu Ibu, RSIA Kumala Siwi dan RSIA Siti Khadijah. Untuk tahun 2014 terdapat rumah sakit yang tidak memberikan datanya yaitu RSB Restu Ibu dan RS dr.rehata, RSIA Siti Khadijah tidak memberikan datanya secara lengkap sehingga terdapat beberapa data yang tidak terekapitulasi. Selain itu Aulia Medica tidak lagi dikategorikan sebagai rumah sakit, hanya sebagai klinik rawat inap. a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupation Rate (BOR) Pelayanan rumah sakit dapat diukur kinerjanya antara lain dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

97 Gambar 4.27 Angka Pemakaian Tempat Tidur (BOR) di Kabupaten Jepara Tahun ,17 76,5 67,31 53,7 53,70 64,6 65,71 52,6 57,2 27,02 13, Rata-rata BOR tahun 2014 sebesar 64,8%, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 sebesar 62,97%. BOR tertinggi tetap dimiliki oleh RSUD RA Kartini sebesar 76,5% dan RSI Sultan Hadlirin sebesar 64,6%, angka ini telah mencapai nilai BOR ideal (tabel 57). b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS) Rata-rata lama rawat seorang pasien secara umum/average Length of Stay (ALOS) secara ideal adalah antara 6-9 hari. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

98 Gambar 4.28 Angka Rata-rata Rawat Pasien (ALOS) di Kabupaten Jepara Tahun ,6 4,05 4,56 3,63 3,7 4,75 3,60 3, , , ,000 ALOS 2013 ALOS 2014 Pada tahun 2014 terjadi peningkatan nilai ALOS, akan tetapi hanya RSU RA Kartini dan RSI Sultan Hadirin yang dapat diketahui nilainya sedangkan RS yang lain tidak diketahui karena data yang dikirim tidak lengkap. Nilai ALOS RSU RA Kartini dan RSI Sultan Hadirin belum mencapai angka ideal (tabel 57). c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/Turn of Interval (TOI) TOI bersama dengan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek Angka ideal untuk TOI adalah 1 3 hari. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

99 Gambar 4.29 Angka Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati (TOI) di Kabupaten Jepara Tahun ,10 3,93 3,93 1,31 2,01 1,20 1,76 2,48 2,73 0,000 3,25 2,85 0, ,000 TOI 2013 TOI 2014 Rata rata TOI tahun 2014 telah mencapai ideal yaitu 2,2. TOI tertinggi dimiliki oleh RS Graha Husada yaitu 3,93. Untuk RS yang memiliki nilai TOI 0 karena data tidak lengkap (tabel 57). 6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR) Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR) berguna untuk mengetahui pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka GDR yang dapat ditolerir maksimal 45. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

100 Gambar 4.30 Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat (GDR) di Kabupaten Jepara Tahun ,0 43,5 30,0 37,5 9,6 9,6 0,01,4 0,0 0,0 0,00,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 GDR 2013 GDR 2014 Angka GDR tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun 2013, artinya mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit menurun. RSUD RA Kartini mempunyai nilai GDR tertinggi serta melebihi angka yang dapat ditolerir yaitu sebesar 52,0 (tabel 56). Pada tahun 2014 ini RSB Restu Ibu dan RS. dr. Rehata tidak mengirimkan datanya sehingga tidak diketahui angka GDR rumah sakit tersebut. b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat <48 Jam/Net Death Rate (NDR) Angka NDR berguna untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, maka mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1000 penderita keluar. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

101 Gambar 4.31 Angka Kematian Penderita Yang dirawat <48 jam/ Net (NDR) di Kabupaten Jepara Tahun ,00 25,00 20,00 28,6 23, ,53 15,00 10,00 5,00 0,00 2,332,3 0,00 1,4 0,000 1,81 1,3 0,000 0,000 0,000 NDR 2013 NDR 2014 Angka NDR tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun 2013, artinya mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit menurun. RSUD RA Kartini mempunyai nilai NDR tertinggi serta melebihi angka yang dapat ditolerir yaitu sebesar 28,6 (tabel 56). Pada tahun 2014 ini RSB Restu Ibu, Aulia Medica dan RS. dr. Rehata tidak mengirimkan datanya sehingga tidak diketahui angka NDR rumah sakit tersebut. C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator yaitu: Variabel KIA dan Gizi: Persalinan nakes, ASI eksklusif, penimbangan balita, gizi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

102 Variabel Kesehatan Lingkungan: Air bersih, jamban, sampah, kepadatan hunian, lantai rumah. Variabel Gaya Hidup: Aktivitas fisik, tidak merokok, cuci tangan, kesehatan gigi dan mulut, miras/ narkoba Variabel lainnya: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pengkajian PHBS Rumah Tangga di Kabupaten Jepara Tahun 2014 dilakukan secara sampling dengan mengambil sampel sebanyak rumah tangga, jumlah ini menurun dibanding sampel tahun 2013 yaitu sebanyak rumah tangga di wilayah-wilayah Puskesmas. Dari sampel yang diambil, rumah tangga yang ber-phbs tahun 2014 sebesar 75,39 %, capaian ini menurun dibanding tahun 2013 sebesar 79,22% (tabel 58). D. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program lingkungan sehat bertujuan mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan, Pengendalian dampak risiko lingkungan, pengembangan wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks. Kegiatan tersebut tidak dapat berjalan dengan mengandalkan satu sektor tetapi harus melibatkan lintas sektor. Seperti penyedia hulu melibatkan perindustrian, lingkungan hidup, pertanian, pekerjaan umum dan lain-lain, sedangkan Dinas Kesehatan berfokus pada penyedia hilir atau pengelolaan dampak sebagai penyedia pelayanan kesehatan walaupun faktor promotif dan preventif juga diperlukan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

103 1. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC dan lain-lain. Jumlah seluruh rumah di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak , dari jumlah ini yang belum memenuhi syarat sebanyak (36,94%). Dari jumlah yang belum memenuhi syarat ini, hanya rumah dibina dan yang memenuhi syarat sebanyak rumah. Total rumah yang memenuhi syarat rumah sehat tahun 2014 sebanyak rumah atau sebesar 64,22 % (tabel 59). Berikut gambaran rumah sehat di Kabupaten Jepara hingga tahun ,74 Gambar 4.32 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jepara Tahun ,1 66,23 64,91 64, Rumah Sehat Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

104 Dari gambar tersebut terlihat bahwa jumlah rumah sehat di Kabupaten Jepara cenderung menurun. Oleh karena itu perlunya menambah jumlah rumah yang belum sehat untuk dibina. 2. Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Kementrian Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri serta Kementrian Pekerjaan Umum memberikan dampak cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistim monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Jenis sarana akses air minum yang dipantau meliputi : sumur gali (SGL) terlindung, SGL dengan pompa, Sumur Bor dengan Pompa, Terminal Air (TA), Mata Air Terlindung, Penampung Air Hujan (PAH), Perpipaan BPSPAM (PP.BPSPAM). Pada tahun 2014 capaian akses air minum yang memenuhi syarat di Kabupaten Jepara sebesar 73,29%. Capaian ini masih dibawah target yaitu 78%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

105 Berikut proporsi masing-masing sarana air minum sebagai berikut : Gambar 4.33 Proporsi Jenis Sarana Air Minum di Kabupaten JeparaTahun 2014 SGL pompa 10.84% MAT SB pompa 0.04 % 0.16% PP BPSPAM 2.24 % SGL TLD 86.71% Proporsi terbesar jenis sarana air minum di Kabupaten Jepara adalah sumur gali terlindung (SGL TLD), sumur gali pompa (SGL pompa), dan Perpipaan BPSPAM (PP.BPSPAM). Untuk sumur bor pompa (SB pompa) dan mata air terlindung (MAT) < 1%, sedangkan sarana terminal air (TA) dan penampungan air hujan (PAH) tidak digunakan oleh penduduk Kabupaten Jepara (tabel 60). 3. Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang di produksinya aman bagi kesehatan. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan mikrobiologis, kimiawi, dan radiokatif. Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan internal. Pengawasan air minum secara eksternal dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, sedangkan pengawasan secara internal dilakukan oleh penyelenggara air minum itu sendiri guna menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat. Kegiatan pengawasan kualitas air minum Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

106 meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut. Pada tahun 2014, di Kabupaten Jepara terdapat 76 penyelenggara air minum. Jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 68 buah, dari jumlah ini 56 penyelenggara (82,35%) telah memenuhi syarat fisik, bakteriologi dan kimia (tabel 61). Hal ini berarti masih ada air yang diproduksi oleh penyelenggara air minum yang tidak memenuhi syarat sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu pengawasan kualitas air baik eksternal maupun internal harus secara kontinyu dilaksanakan dan pemberian sanksi kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dalam Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/ Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Capaian penduduk dengan akses jamban sehat pada tahun 2014 adalah 69,35% dan target capaian yang ditetapkan adalah 75%, sehingga pada tahun 2014 belum mencapai target. Jenis sanitasi dasar yang dipantau sebagai akses jamban sehat di Kabupaten Jepara meliputi jamban komunal (0,02%), cemplung (43,44%) dan leher angsa (56,54%) sedangkan sarana jamban plengsengan tidak ditemukan di Kabupaten Jepara (tabel 62). Gambar 4.34 Proporsi Jenis Sarana Jamban Sehat di Kabupaten JeparaTahun 2014 plengsengan 0% cemplung 43.44% leher angsa 56.54% Jamban komunal 0.02% Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

107 5. Persentase Desa STBM Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) meliputi 5 pilar yaitu : (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan, (2) Cuci Tangan Pakai Sabun, (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, (4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, (5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Kelima pilar tersebut menjadi perhatian dan prioritas kegiatan lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah seperti PLAN, IWASH, PNPM, AUSAID, dll. Meskipun telah banyak dukungan dari berpagai pihak terutama dukungan dana, namun Kabupaten Jepara belum memiliki desa STBM. Dari 195 desa/keluarahan di Kabupaten Jepara baru 85 desa/kelurahan yang melaksanakan STBM dimana desa baru melakukan pemicuan menuju Sanitasi Total (tabel 63). 6. PersentaseTempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat. Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan tempat umum bertujuan mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, kesehatan dan perhotelan. Capaian Kegiatan pengawasan TTU yang memenuhi syarat di Kabupaten Jepara pada tahun 2014 adalah 71,82%, dimana target yang ditetapkan sebesar 78%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

108 Tabel 4.35 Persentase Tempat-Tempat Umum yang Memenuhi Syarat di Kabupaten Jepara Tahun 2014 Jumlah Memenuhi syarat Persentase Sarana Pendidikan ,80 Sarana Kesehatan Hotel ,55 Total ,81 Untuk sarana pendidikan meliputi SD, SLTP dan SLTA baru 70,80% sarana yang ada memenuhi syarat dimana persentase terendah dimiliki oleh tingkat SD. Sarana kesehatan meliputi puskesmas dan rumah sakit, dimana seluruh sarana yang ada telah memenuhi syarat. Untuk sarana perhotelan, hotel berbintang 100% telah memenuhi syarat sedangkan hotel non bintang baru 71,79% (tabel 64). 7. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat, Dibina, dan Diuji Petik. Sasaran pengawasan Tempat Pengolahan Makanan meliputi Jasa Boga, Rumah Makan/Restoran, Depot Air Minum dan Makanan Jajanan. Pada tahun 2014, jumlah TPM sebanyak 4354 buah, TPM yang memenuhi syarat sebesar 60,54%. Capaian ini telah memenuhi target yang ditetapkan sebesar 53%. Pembinaan dilakukan pada TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1718 TPM, kemudian dilakukan uji petik pada TPM yang dibina sebesar 56% (tabel 65 dan 66). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

109 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Undang undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari : puskesmas, rumah sakit dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) A. SARANA KESEHATAN 1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilakukan pula upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Jumlah rumah sakit umum di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak 5 buah yaitu RS dr. Rehatta, RSU RA Kartini, RSU PKU Muhammadiyah Mayong, RSI Sultan Hadlirin, dan RS Graha Husada. Sedangkan rumah sakit khusus sebanyak 3 buah yaitu RSB Restu Ibu, RSIA Kumala Siwi dan RSIA Siti Khadijah. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

110 2. Jumlah Puskesmas dan Jaringannya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan masyarakat di tingkat dasar. Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Jepara tahun 2014 adalah 21 terdiri dari 14 Puskesmas Perawatan dan 7 Puskesmas Non Perawatan. Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja puskesmas, dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh puskesmas rata-rata penduduk per puskesmas, maka rasio jumlah puskesmas tahun 2014 sebesar 0,53. Dengan begitu jumlah ideal dari Jumlah penduduk jiwa adalah 39 puskesmas. Ini berarti jumlah puskesmas di Kabupaten Jepara masih kurang. Akan tetapi telah terpenuhi dengan adanya puskesmas pembantu, puskesmas keliling, klinik-klinik swasta dan praktek dokter bersama/perorangan. Jumlah puskesmas pembantu di Kabupaten Jepara 46 buah dengan ditambah puskesmas keliling 27 buah. Dengan adanya jaringan pelayanan kesehatan dibawah puskesmas diharapkan dapat mendekatkan diri dan menjangkau ke semua masyarakat. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Jawa Tengah adalah dengan peningkatan akses kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Oleh karena itu WHO menargetkan minimal terdapat 4 puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota. Di Kabupaten Jepara terdapat 12 puskesmas PONED, yaitu Puskesmas Kedung I, Kedung II, Pecangaan, Welahan I, Mayong I, Mlonggo, Batealit, Pakis Aji, Keling I, Kalinyamatan, Nalumsari dan Karimunjawa. 3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Jepara terdiri dari RS (umum dan khusus), puskesmas dan jaringannya, sarana pelayanan lain (RB, BP/klinik, praktik dokter bersama/perorangan, Batra, Bank Darah RS dan Unit Transfusi Darah) serta ditunjang dengan sarana produksi dan distribusi kefarmasian seperti industri farmasi, industri obat tradisional, produksi alat kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

111 pedagang besar farmasi, apotek, toko obat dan penyalur alat kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan ini dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Jepara dan pihak swasta. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Jepara tahun 2014 secara rinci terdapat pada tabel Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan bentuk partisipasi/peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Bentuk peran serta masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yaitu : SDM, dana, aktivitas dan kelembagaan. UKBM terdiri atas Desa Siaga, Poskesdes, Polindes, Posbindu, Posmaldes, Pos TB desa dan Posyandu. Jumlah UKBM di Kabupaten Jepara tahun 2014 terdiri 194 desa siaga, 174 PKD, 14 Posbindu dan posyandu (tabel 70, 71). a. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang meliputi (KB; KIA; Gizi; Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA) dengan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dasar penghitungan Strata/penilaian tingkat perkembangan posyandu yang selama ini digunakan adalah: Manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi) dengan 8 indikator yang meliputi : Frekuensi penimbangan; Rerata kader bertugas pada hari buka Posyandu; Rerata cakupan D/S; Cakupan kumulatif KB; Cakupan kumulatif KIA; Cakupan kumulatif imunisasi; Ada tidaknya program tambahan dan Cakupan dana sehat Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

112 Penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif berdasar Surat Gubernur Jawa Tengah nomor 411.4/05768, tanggal 20 Februari 2007 tentang Pedoman teknis penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif yang dinilai meliputi: Variabel Input : kepengurusan, kader, sarana, prasarana dan dana. Variabel Proses : pelaksanaan program pokok, program pengembangan dan administrasi Variable Output: D/S; N/S; K/S; cakupan K4; pertolongan persalinan oleh nakes; Cakupan peserta KB, Imunisasi; dana sehat; Fe; Vit A; pemberian ASI eksklusif dan frekuensi penimbangan. Jumlah posyandu di Kabupaten Jepara tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, dari menjadi posyandu (tabel 69). Berikut gambaran persentase strata posyandu di Kabupaten Jepara dari tahun Gambar 5.1 Persentase Posyandu berdasarkan Strata di Kabupaten Jepara Tahun Pratama Madya Purnama Mandiri Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

113 1) Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu Gambar 5.2 Cakupan Posyandu Purnama di Kabupaten Jepara Tahun cakupan 26,02 32,76 32,76 32,76 32,65 Posyandu yang mencapai strata purnama tahun 2014 sebesar 32,65 %. Cakupan tertinggi ada di puskesmas Jepara sebesar 55,34 % (tabel 70) 2) Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

114 Gambar 5.3 Cakupan Posyandu Mandiri di Kabupaten Jepara Tahun cakupan 6,5 11,43 11,43 11,43 11,39 Dari gambar terlihat bahwa cakupan tahun 2014 mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari 11,43 % menjadi 11,39%. Cakupan tertinggi di Puskesmas Jepara 32,04 % tetapi masih ada puskesmas yang belum terdapat posyandu mandiri (tabel 70). Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat perhatian dari semua sektor/pihak terkait. Termasuk didalamnya adalah dengan mengoptimalkan fungsi Posyandu maupun Pokjanal Posyandu yang sudah terbentuk baik di tingkat Kabupaten, Kecamatan serta Pokja Posyandu di tingkat desa/kelurahan. b. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang merupakan program unggulan di Jawa Tengah dalam rangka mewujudkan desa siaga. PKD merupakan pengembangan dari Polindes. Dengan dikembangkannya Polindes menjadi PKD maka fungsinya menjadi tempat untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat, sebagai tempat untuk melakukan pembinaan kader/pemberdayaan masyarakat, forum komunikasi pembangunan kesehatan di desa, memberikan pelayanan kesehatan dasar Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

115 termasuk kefarmasian sederhana dan untuk deteksi dini serta penanggulangan kasus gawat darurat. Pengembangan PKD dimulai sejak tahun Jumlah PKD di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak 174 buah dimana ada 21 desa yang tidak ada PKD dikarenakan sebagai kelurahan/desa yang mempunyai puskesmas. c. Desa Siaga Aktif Desa/kelurahan siaga aktif adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa/kelurahan siaga aktif adalah : Desa atau kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui PKD atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pustu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat meliputi (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan PHBS. Desa/kelurahan siaga aktif terbagi menjadi 4 (tempat) tahapan/strata yaitu pratama, madya, purnama dan mandiri. Jumlah desa siaga di Kabupaten Jepara sebanyak 194 desa dengan rincian strata 39 desa pratama, 105 desa madya, 44 desa mandiri dan 6 desa mandiri (tabel 71). Hanya 1 desa yang belum terbentuk menjadi desa siaga yaitu Desa Nyamuk Kecamatan Karimunjawa. 5. Ketersediaan Obat Dan Vaksin Ketersediaan obat dan vaksin dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

116 khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis tahun terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indicator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 jenis obat terdiri dari 135 jenis obat dan 9 jenis vaksin. Secara umum ketersediaan obat di Kabupaten Jepara > 100% kebutuhan. Jenis obat yang paling dibutuhkan yaitu Paracetamol tablet 500 mg dengan jumlah kebutuhan tablet dan yang kedua adalah Amoksisilin kaplet 500 mg sebanyak tablet. Jenis obat/vaksin dengan persentase ketersediaan yang paling banyak pertama yaitu Ibuprofen tablet 400 mg (jenis obat nomor 63) sebanyak 567,87%, sedangkan yang paling sedikit adalah Thiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (jenis obat nomor 131) sebanyak 46,66%. Sisa stock obat/vaksin yang paling banyak adalah Amoksisilin kaplet 500 mg (jenis obat nomor 6) sebanyak Hal ini disebabkan jumlah obat/vaksin yang ada lebih banyak dibandingkan dengan penggunaannya, sehingga sisa stoknya masih banyak (tabel 66). B. TENAGA KESEHATAN Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan fisik dan penambahan sarana prasarana, penambahan peralatan dan ketenagaan serta pemberian biaya operasinal dan pemeliharaan. Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin meningkat. Untuk itu dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan yang terampil dan siap pakai sesuai dengan karakteristik dan fungsi tenaganya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

117 Sampai saat ini kebutuhan tenaga kesehatan masih belum sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dari usulan permintaan kebutuhan tenaga kesehatan baik di pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota yang sulit terpenuhi akibat belum tertatanya data-data serta belum siapnya anggaran untuk perekrutan pegawai. Kekurangan lain disebabkan belum bergantinya tenaga kesehatan yang pensiun dan makin kompleksnya masalah-masalah kesehatan yang ditangani oleh tenaga tersebut. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut ditangani dengan membuka penerimaan CPNS baru baik secara swakelola maupun tenaga pusat yang ditempatkan di daerah. Usulan lain dalam mencukupi kekurangan tenaga kesehatan juga dilakukan dengan pengangkatan Dokter tidak tetap, Bidan tidak tetap yang kedepannya mengangkat tenaga lain sebagai pegawai tidak tetap disamping sebagai Pegawai Harian Lepas (HPL). Dalam pengangkatan PTT tersebut dilakukan masa bakti selama 3 (tiga) tahun baik dengan Pemerintah Pusat maupun dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masing-masing kabupaten/ kota. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Jepara pada tahun 2014 sebanyak orang yang terdiri dari berbagai profesi. Profesi terbesar adalah perawat dengan jumlah 639 orang dan bidan sejumlah 415 orang. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2013 yaitu sebanyak orang dari berbagai profesi, jumlah perawat 713 orang dan jumlah bidan 441 orang. 1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan a. Dokter Spesialis Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter harus menjalani pendidikan dokter paska sarjana (spesialisi) untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum dasar. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

118 Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Jepara tahun 2014 berjumlah 39 orang terdiri dari 29 laki-laki dan 10 perempuan. Rasio dokter spesialis per penduduk adalah 3,33 (tabel 72). Jumlah dan rasio ini menurun dibanding tahun 2013 (41 dokter dengan rasio 3,53). Bila mengacu standar WHO, diharapkan rasio per penduduk adalah 6 orang. Ini belum memenuhi standar yang ditetapkan. b. Dokter Umum Rasio tenaga dokter umum dilihat dari jumlah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.4 Rasio Dokter Umum di Kabupaten Jepara Tahun ,3 12,1 11,56 15,69 13, WHO Rasio Dokter Tahun 2014 yaitu jumlah dokter sebanyak 155 dokter terdiri dari 64 laki-laki dan 91 perempuan dengan rasio per sebesar 13,24. Jumlah dan rasio ini menurun dibanding tahun 2013 (182 dokter dengan rasio 15,69). Jika mengacu pada standar WHO rasio yang diminta adalah 40 orang. c. Dokter Gigi Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan penyakit atau kelainan pada gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

119 dengan pembedahan. Seseorang yang mempraktekkan ilmu kedokteran gigi disebut sebagai dokter gigi. Praktek kedokteran gigi umum meliputi tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif terhadap kondisi gigi dan mulut individu ataupun masyarakat. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi umum antara lain penambalan gigi berlubang, pembersihan karang gigi, pencabutan gigi, pembuatan gigi tiruan. Seorang dokter gigi seringkali menggunakan sinar-x dalam menegakkan diagnosa. Rasio tenaga dokter gigi dilihat dari jumlah dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.5 Rasio Dokter Gigi di Kabupaten Jepara Tahun ,36 1,4 1,31 2,07 1, WHO Rasio Dokter Gigi Jumlah dokter gigi di Kabupaten Jepara Tahun 2014 sebanyak 18 orang dan semuanya perempuan, dengan rasio per penduduk sebesar 1,54. Jumlah dan rasio ini menurun dibanding tahun 2013 (18 dokter dengan rasio 1,54). Rasio ini masih jauh bila dibandingkan dengan standar WHO yaitu 11 per penduduk. Tidak semua puskesmas mempunyai dokter gigi, sehingga ada puskesmas tidak menyelenggarakan poli gigi. Di Kabupaten Jepara, hanya terdapat 9 dokter gigi di Puskesmas dari 21 puskesmas yang Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

120 ada. Bahkan Kabupaten Jepara belum memiliki dokter spesialis gigi (tabel 72). 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan a. Perawat Perawat adalah tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam kegiatan perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan, perlindungan, dan pemulihan orang yang terluka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi nonklinis yang diperlukan untuk perawatan kesehatan. Jumlah perawat di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak 639 orang yang terdiri dari 226 laki-laki dan 413 perempuan. Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.6 Rasio Tenaga Keperawatan di Kabupaten Jepara Tahun ,5 51, ,94 61, WHO Rasio perawat Rasio tenaga perawat per penduduk tahun 2014 sebesar 55 (tabel 73). Jumlah dan rasio ini menurun dibanding tahun 2013 (713 orang dengan rasio 61,46). Rasio ini semakin jauh jika dibandingkan dengan standar WHO sebesar 117,5 per penduduk. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

121 b. Bidan Tenaga yang tercakup dalam tenaga bidan adalah D-III Kebidanan dan D-1 Kebidanan. Rasio tenaga bidan dilihat dari jumlah bidan yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Gambar 5.7 Rasio Tenaga Bidan di Kabupaten Jepara Tahun , ,58 38,01 35, WHO Rasio Bidan Jumlah keseluruhan tenaga bidan Tahun 2014 di Kabupaten Jepara 415 orang dengan rasio 35,45 per (tabel 73). Jumlah dan rasio ini menurun dibanding tahun 2013 (441 orang dengan rasio 38,01). Rasio ini semakin jauh jika dibandingkan dengan standar WHO sebesar 100 per penduduk. c. Perawat Gigi Jumlah perawat gigi di Kabupaten Jepara tahun 2014 sebanyak 27 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Jumlah perawat gigi di Puskesmas sebanyak 25 orang, hanya Puskesmas Karimunjawa yang belum memiliki perawat gigi. Keberadaan perawat gigi di setiap puskesmas menjadi tenaga utama di poli gigi. 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

122 apoteker dimulai dari pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Tenaga kefarmasian terdiri dari Apoteker, S-1 Farmasi, D-III Farmasi, dan Asisten Apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun 2014 sebanyak 170 orang, terdiri dari apoteker 89 orang dan S-1 Farmasi, D-III Farmasi dan Asisten Apoteker sebanyak 81 orang (tabel 74). Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.8 Rasio Tenaga Kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun , ,37 15,08 14, WHO Rasio Tenaga Farmasi Rasio per penduduk tenaga kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun 2014 sebesar 14,52. Jumlah dan rasio ini menurun dibandingkan tahun 2013 (175 orang dengan rasio 15,08), meski demikian telah memenuhi standart WHO sebesar Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan a. Kesehatan Masyarakat Tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari S-1 kesehatan masyarakat dan D-III kesehatan masyarakat. Rasio tenaga kesehatan masyarakat dilihat dari jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah, pada tahun yang sama dikalikan dengan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT TAHUN 2015 NO INDIKATOR

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 3.538 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 135 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 128.162

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42 Desa/Kel

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 200 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 63 Desa/Kel Tabel

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN DRAFT ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2014 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN N O SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET (%) PENGERTIAN FORMULA

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN DHARMASRAYA KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, atas anugerah, rahmat dan karunia-nya akhirnya profil Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci