PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 telah dapat diterbitkan sebagai salah satu keluaran dari upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan dan gambaran hasil berbagai program yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jepara. Profil ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Visi Kabupaten Jepara Sehat yang merupakan salah satu modal dasar bagi tercapainya Visi Indonesia Sehat. Profil Kesehatan tahun 2013 ini diterbitkan berdasarkan petunjuk teknis penyusunan profil kesehatan dari Provinsi Jawa Tengah dan kami menyadari bahwa belum semua isinya sesuai dengan yang diharapkan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan tahun 2013 ini bersumber dari berbagai sektor kesehatan maupun diluar sektor kesehatan. Data sebagian besar berasal dari data kesehatan yang ada dalam Puskesmas di Kabupaten Jepara. Agar data yang diperoleh valid, maka data yang berasal dari puskesmas di uji silang dengan data dari pemegang program dan sumber yang lain. Data di tingkat Kabupaten Jepara melibatkan pula lintas sektor diantaranya Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta maupun Sarana Kesehatan swasta lainnya. Harapan kami kedepan profil kesehatan Kabupaten Jepara menjadi lebih baik lagi dan lebih bermanfaat. Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara kami sampaikan terima kasih. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara dr. DWI SUSILOWATI, M.Kes NIP ii

3 DAFTAR ISI Halaman Halaman judul... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Sistematika Penyajian... BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA... A. Keadaan geografis Kabupaten Jepara Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Jepara Kondisi Topografi... B. Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi Penduduk menurut golongan umur Angka Beban Tanggungan... C. Keadaan Pendidikan... BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN... A. Angka Kematian Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kecelakaan Lalu-Lintas... B. Angka Kesakitan Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) Persentase Balita dengan Pneumonia Prevalensi HIV/AIDS Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Persentase Balita dengan Diare Ditangani Angka Kesakitan Malaria Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Jumlah Kasus dan Angka Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)... i ii iii vii iii

4 a. Tetanus Neonatarum... b. Campak Penyakit Tidak Menular... a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah... 1) Penyakit Jantung Koroner... 2) Hipertensi... 3) Stroke... 4) Dekompensasio Kordis... b. Diabetes Mellitus... c. Neoplasma... d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)... e. Asma Bronkial... C. Angka Status Gizi Masyarakat Persentase Kunjungan Neonatus Persentase Kunjungan Bayi Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah Ditangani Persentase Balita dengan Gizi Kurang Persentase Balita dengan Gizi Buruk... BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN... A. Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil... b. Persalinan yang Ditolong oleh Nakes... c. Pelayanan Ibu Nifas... d. Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Anak SD atau setingkat serta Usia Lanjut... a. Pelayanan Kesehatan Anak Balita... b. Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat... c. Pelayanan Kesehatan SD Kelas I sampai dengan Kelas VI.. d. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan Keluarga Berencana (KB) a. Peserta KB Baru... b. Peserta KB Aktif Pelayanan Imunisasi... a. Persentase Desa yang Mencapai UCI... b. Cakupan Imunisasi Bayi... c. Drop Out Imunisasi DPT1- Campak... d. WUS Mendapatkan Imunisasi TT Pelayanan Kesehatan Gigi... a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap... b. Murid SD/MI Mendapatlan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut iv

5 6. Pelayanan Kesehatan Kerja... a. Pelayanan Kesehatan Sektor Informal... b. Pelayanan Kesehatan Sektor Formal Upaya Penyuluhan Kesehatan... B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Ibu Hamil Risti/Komplikasi Ditangani Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani Pelayanan Gawat Darurat... C. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Cakupan Rawat Jalan Cakupan Rawat Inap Pelayanan Kesehatan Jiwa Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan... D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar Rumah Sehat Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana air bersih yang Digunakan Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes... E. Perbaikan Gizi Masyarakat Pemantauan Pertumbuhan Balita... a. Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan... b. Balita yang Naik Berat Badannya... c. Balita Bawah Garis Merah (BGM) Pelayanan Gizi... a. Bayi dan Balita Mendapatkan Kapsul Vitamin A... b. Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A... c. Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe... d. Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan... F. Perilaku Hidup Masyarakat Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Persentase Posyandu Aktif... a. Posyandu Purnama... b. Posyandu Mandiri Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif Desa dengan Garam Beryodium yang Baik... G. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Kejadian Luar Biasa v

6 BAB. V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan Data Dasar Puskesmas Indikator Pelayanan Rumah Sakit... a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupation Rate (BOR)... b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS)... c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/Turn of Interval (TOI)... d. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat <48 Jam/Net Death Rate (NDR)... e. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR) Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola... B. Tenaga Kesehatan Persebaran Tenaga Kesehatan Rasio Tenaga Kesehatan per a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis... b. Rasio Tenaga Dokter Umum... c. Rasio Tenaga Dokter Gigi... d. Rasio Tenaga Kefarmasian... e. Rasio Tenaga Keperawatan... f. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat... g. Rasio Tenaga Gizi... h. Rasio Tenaga Bidan... i. Rasio Tenaga Sanitasi... j. Rasio Tenaga Teknisi Medis... C. Pembiayaan Kesehatan Persentase Anggaran dalam APBD Kabupaten/Kota Pembiayaan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan... a. Cakupan Penduduk yang Menjadi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar vi

7 DAFTAR TABEL PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013 TABEL. 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 TABEL 7 TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 TABEL 13 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, rasio beban tanggungan, rasio jenis kelamin, dan kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf menurut jenis kelamin dan kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kematian bayi dan balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus AFP (non polio) dan AFP rate (non polio) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus baru TB paru dan kematian akibat TB paru menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus dan kesembuhan TB paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 vii

8 TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 Jumlah kasus baru HIV, AIDS, dan infeksi menular seksual lainnya menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2013 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Bayi berat badan lahir rendah menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 28 TABEL 29 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 viii

9 TABEL 30 TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe 1 dan Fe 3 Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatal risiko tinggi/komplikasi ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Cakupan kunjungan neonatus menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 39 TABEL 40 TABEL 41 TABEL 42 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Cakupan imunisasi BCG dan polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Pemberian makanan pendamping ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupetan Jepara tahun 2013 ix

10 TABEL 45 TABEL 46 Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 TABEL 52 TABEL 53 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (GADAR) level I Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis KLB Kabupaten Jepara tahun 2013 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani < 24 jam menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2013 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis jaminan, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin (dan hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin (dan hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 59 Angka kematian pasien di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2013 x

11 TABEL 61 TABEL 62 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 64 TABEL 65 TABEL.66 TABEL.67 TABEL 68 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL. 69 Ketersediaan obat menurut jenis obat Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 70 Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes dan memiliki 4 spesialis dasar Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 72 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 73 Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 74 TABEL 75 TABEL 76 Jumlah tenaga keperawatan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 77 Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 xi

12 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 TABEL 81 TABEL 82 TABEL 83 TABEL 84 TABEL 85 TABEL 86 TABEL 87 Jumlah tenaga teknisi medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah tenaga teknisi medis dan fisoterapis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Anggaran kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dan rasio korban luka dan meninggal terhadap jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan tahun 2013 Kasus penyakit tidak menular di puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2013 Jumlah tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal dan informal Kabupaten Jepara tahun 2013 Persentase desa/ kelurahan dengan garam beryodium yang baik menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013 Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013 xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisk, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan kesehatan merupakan usaha pencapaian derajat kesehatan secara menyeluruh.pembangunan pada saat ini sangat terkait dengan adanya globalisasi di segala aspek kehidupan. Globalisasi merupakan tantangan, masalah dan sekaligus potensi untuk pembangunan nasional berwawasan kesehatan di masa mendatang. Kondisi yang ada terus bergulir dengan diikuti oleh perkembangan pelaksanaan berbagai komitmen nasional maupun internasional seperti penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), perdagangan bebas global, Millenium Development Goals (MDGs) dan agenda lainnya di bidang kesehatan yang perlu diperhatikan dalam penetapan kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dengan adanya berbagai perubahan yang mendasar tersebut, maka perlu diantisipasi secara serius dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

14 Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersamasama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama yang berkaitan dengan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan MDG s serta upaya mengatasi masalah kesehatan guna mendapatkan data dan informasi perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Untuk itu peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam manajemen kesehatan sebagai dasar pengambilan keputusan di semua tingkatan manajemen pelayanan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang dikembangkan di Kabupaten Jepara diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas dengan baik, sederhana dan informatif. Penyediaan data dan informasi tersebut tertuang dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara merupakan gambaran secara menyeluruh keadaan kesehatan di Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten ini berisi data/informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan selama satu tahun. Profil kesehatan ini dapat digunakan sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Jepara sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Adapun sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

15 Bab 2 : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten. Selain uraian tentang letak geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya. Bab 3 : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab 4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan dalam situasi bencana. Bab 5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

16 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA A. KONDISI WILAYAH 1. Keadaan Geografis dan Administratif Kabupaten Jepara Jepara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah terletak di daerah Pantai Utara dengan posisi menonjol (bila dilihat peta Jawa Tengah) pada posisi 110 º 9 48,02 BT sampai 110 º 58 37,40 BT dan 5 º 43 20,67 LS sampai 6 º 47 25,83 LS. Sebelah barat dan utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Pati serta sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak. Jarak kecamatan terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak kecamatan terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km. Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,32 km 2 dengan panjang garis pantai 72 km. Selain itu juga mencakup luas lautan sebesar 1.845,6 km 2. Pada lautan tersebut terdapat daratan kepulauan sejumlah 27 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 22 pulau tidak berpenghuni. Wilayah kepulauan tersebut merupakan Kecamatan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sedangkan sebagian besar wilayah perairan tersebut dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Secara administratif wilayah Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan yang terbagi menjadi 195 desa/kelurahan, terdiri dari 184 desa dan 11 kelurahan. Satu kecamatan terpisah dengan Pulau Jawa yaitu Kecamatan Karimunjawa. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

17 Pembagian wilayah administratif Kabupaten Jepara berikut luasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2013 NO Kecamatan Luas (Km 2 ) Banyaknya desa/ kelurahan Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 43,063 35,878 23,700 27,642 65,043 56,965 88,879 38,906 24,667 42,402 60,553 85, , , ,642 71, Jumlah 1.004, Kecamatan terluas adalah di Kecamatan Keling, dengan luas 123,116 km 2 atau 12.16% dari luas total Kabupaten Jepara, sedangkan kecamatan Kalinyamatan mempunyai luas yang paling kecil 23,700 km 2. Luas total Kabupaten Jepara km Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari daerah dataran pantai yang tersebar di sepanjang pantai utara meliputi Kecamatan Kedung, Jepara, Mlonggo, Bangsri dan Keling, dataran rendah dan dataran tinggi di sekitar Gunung Muria dan Gunung Clering. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

18 Kondisi topografi di tiap kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2013 NO Kecamatan Ketinggian dari permukaan laut (m) Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Bagian daratan utama Kabupaten Jepara terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang merupakan kawasan pada lereng Gunung Muria. Kondisi ini menyebabkan sistem hidrologinya mengalir beberapa sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Dimana karakteristik kontur wilayah, menyebabkan sungai mengalir dari daerah hulu di bagian timur dan selatan ke daerah hilir bagian utara dan barat. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat dan barat laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

19 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

20 B. KEPENDUDUKAN 1. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Jepara, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Jepara tahun 2013 berjumlah jiwa, dibandingkan jumlah penduduk tahun 2012 sebesar jiwa. Data yang didapat merupakan proyeksi dari jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Jumlah rumah tangga tahun 2013 sebesar rumah tangga. Jumlah Rumah tangga (KK) terbesar ada di Kecamatan Tahunan sebesar KK dan terendah ada di Karimunjawa sebesar KK. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tahunan ( jiwa) dan yang terendah di Kecamatan Karimunjawa (9.204 jiwa) (tabel 1). Rata-rata jumlah jiwa dibanding dengan jumlah rumah tangga adalah 3, Kepadatan Penduduk Dengan luas wilayah sekitar 1.004,132 kilometer persegi yang dihuni oleh orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Jepara adalah sebanyak orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Jepara, yaitu sebanyak orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Karimunjawa sebanya 129 orang per kilometer persegi. 3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan data BPS Kabupaten Jepara adalah sebesar 99,39%, yang artinya setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-laki (tabel 2). 4. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Struktur penduduk Kabupaten Jepara menurut kelompok umur dapat dapat dibedakan berdasarkan umur 0-4 tahun, 5-14 tahun, tahun, tahun dan >=65 tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

21 Gambaran kompisisi lebih detail dapat dilihat di gambar berikut : Gambar 2.3 Komposisi Penduduk menurut Golongan Umur di Kabupaten Jepara Tahun >=65 laki-laki perempuan Dilihat dari tabel diatas jumlah penduduk terbesar di golongan umur tahun dimana laki-laki berjumlah dan perempuan berjumlah (tabel 3). 5. Angka Beban Tanggungan Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Jepara didapat dari perbandingan antara penduduk usia yang tidak produktif (usia 0 14 dan usia 65 tahun keatas) dan usia produktif (usia tahun) dikali 100. Tahun 2013 angka beban tanggungan 49,35, hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 49 atau 50 penduduk usia yang tidak produktif (tabel 2). C. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan merupakan salah satu kaitan dalam menentukan intelegensi dan penyerapan informasi, pengetahuan dan ketrampilan kaitannya dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

22 tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Gambar 2.4 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Jepara Tahun 2013 tidak/ belum pernah sekolah tidak/ belum tamat SD/ MI SD/ MI SMP/ MTs SMA/ SMK/ MA AK/ DIPLOMA UNIVERSIT AS laki-laki perempuan Jumlah lulusan universitas untuk laki-laki lebih tinggi daripada perempuan dimana laki-laki sebesar orang dan perempuan sebesar orang, dimana lulusan diploma laki-laki sebesar orang lebih tinggi daripada perempuan sebesar orang. Ditahun ini presentasi penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya yang tercermin dari angka melek huruf sebesar 91,89%, dimana laki-laki lebih banyak sebesar 91,97% daripada perempuan sebesar 91,81%. (tabel 4 dan 5). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

23 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJMD) Kabupaten Jepara tahun , visi Kabupaten Jepara adalah: Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan, dibawah Naungan Rahmat dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan visi daerah dijabarkan dalam visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara sebagai berikut: Menjadi institusi penggerak dalam mewujudkan masyarakat Jepara Sehat yang mandiri dan berkeadilan Guna mempertegas rumusan visi Kabupaten Jepara telah ditetapkan indikatorindikator secara terinci yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yang terdiri dari 18 indikator. Indikator yang terdiri atas (1) Pelayanan Kesehatan Dasar dengan 14 indikator, (2) Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan 2 indikator, (3) Penyelidikan Epidemiologi dan penaggulangan KLB dengan 1 indikator, (4) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 1 indikator. Situasi derajat kesehatan dapat dinilai dengan beberapa indikator. Indikator tersebut mencakup uraian-uraian mortalitas, morbiditas, dan status gizi, dimana mortalitas dan morbiditas adalah angka yang seharusnya ditekan turun dengan peningkatan status kesehatan di masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor tidak hanya dari kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

24 Adapun situasi indikator yang ada di Kabupaten Jepara sebagai berikut: A. ANGKA KEMATIAN Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian salah satu alat untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) per kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita (AKABA) per kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per kelahiran hidup. Besarnya tingkat kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari uraian berikut : 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi umur kurang dari 1 tahun (0 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

25 Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jepara Tahun ,00 20,00 target MDG's 2015 =23 15,00 10,00 8,10 8,42 9,69 10,02 9,13 5,00 0, AKB Hasil dari rekapitulasi puskesmas, AKB ditahun 2013 mengalami penurunan dari tahun 2012, dimana tahun ini AKB adalah 9,13 dengan kematian bayi 191 dari kelahiran hidup (tabel 7). Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup Kabupaten Jepara telah memenuhi target. Untuk RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah ditargetkan tahun 2013 sebesar 8,9 Kabupaten Jepara masih belum bisa mencapai target. 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah kematian balita (0 5 th) per kelahiran hidup. AKABA mempunyai manfaat untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, mengetahui tingkat pelayanan KIA/posyandu, mengetahui tingkat keberhasilan program KIA/posyandu dan menilai kondisi dan sanitasi lingkungan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

26 berikut: Jumlah kematian balita di Kabupaten Jepara ditampilkan dalam tabel Tabel 3.2 Jumlah Kematian Balita di Kabupaten jepara Tahun Jumlah kematian Kelahiran hidup Jumlah kematian diatas mengalami penurunan pada tahun ini. Kematian yang terjadi tahun 2013 sebesar 203 orang, dibandingkan tahun 2012 sebesar 230. Jumlah kematian diatas dapat dihitung AKABA yang tersaji dalam gambar dibawah. 35 Gambar 3.3 Angka Kematian Balita di Kabupaten Jepara Tahun target MDGs 2015= ,66 11,21 10,79 10,66 9, AKABA AKABA tahun 2013 sebesar 9,71 per kelahiran hidup terjadi penurunan dibanding dengan tahun 2012 AKABA sebesar 10,66 per kelahiran hidup (tabel 7). Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

27 2015 yaitu 32 per kelahiran hidup dan RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 sebesar 11,95 AKABA di Kabupaten Jepara telah memenuhi target. 3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka kematian ibu maternal (AKI) dihitung semasa kehamilan, persalinan dan masa nifas, mempunyai manfaat mencerminkan risiko yang dihadapi oleh ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetrik. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti seperti kecelakaan, terjatuh dll. AKI di Kabupaten Jepara tidak dihitung karena faktor pembandingnya adalah jumlah kelahiran hidup, sedangkan di Kabupaten Jepara jumlah kelahiran hidup kurang dari kelahiran hidup. Data yang tersaji selama kurun waktu 2009 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut. Tabel 3.4 Jumlah Kematian Ibu Dibandingkan dengan Jumlah Kelahiran Hidup di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013 Jumlah kematian Kelahiran hidup Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

28 Jumlah kematian ibu tahun 2013 adalah 26 orang per kelahiran hidup. Jika dikonversikan dalam Angka Kematian Ibu adalah 124,33 per kelahiran hidup (tidak dapat dijadikan patokan AKI di Kabupaten Jepara). Target MDGs ke-5 tahun 2015 adalah sebesar 102 per , Kabupaten Jepara belum dapat memenuhi target. Apalagi target dari Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 AKI adalah sebesar 80 per kelahiran hidup. Dari jumlah kematian 26 orang ini, paling banyak adalah ibu berumur tahun sebanyak 23 orang atau 88,46% dan disumbang dari kematian ibu nifas 12 orang atau 52,17% yang berumur tahun (tabel 8). Dilihat dari dari penyebab kasus kematian ibu 17 kasus disebabkan karena penyebab tidak langsung atau penyakit penyerta seperti, jantung, kanker, anemia, sepsis 9 kasus karena tingkat kepatuhan dan keterlambatan persalinan. Langkah antisipasi adalah membangun jaringan PONED dan PONEK dapat berjalan baik, membangun forum kerjasama antar Rumah sakit di Kabupaten Jepara, melaksanakan 4 strategi dan 5 langkah dengan planning, do, check, act dengan lima langkah aksi : 1) kontak pertama ibu hamil dengan buku KIA, 2) kenali deteksi dini ibu hamil risiko tinggi, 3) kerjakan sesuai dengan Standart Prosedur Operasional, 4) Konsultasikan ke dokter atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan, 5) kawal sampai dengan lahir/nifas. 4. Angka Kecelakaan Lalu-lintas Kasus kecelakaan lalu lintas adalah jumlah korban (meningggal dunia, cedera berat, cedera sedang, dan cedera ringan) sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

29 Gambar 3.5 Angka Angka Kecelakaan Lalu-lintas di Kabupaten Jepara Tahun jml kecelakaan mati luka berat luka ringan Jumlah kasus kecelakaan mengalami penurunan, dimana tahun 2013 sebesar 459 kasus. Penerapan peraturan UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 yang ketat dari kepolisian resort Jepara dalam penerapan keselamatan dalam berkendara perlu digalakkan lagi dengan keharusan adanya safety belt pada mobil dan helm standart ber-sni bagi sepeda motor serta adanya aturan light on pada siang hari ditambah lagi tentang sosialisasi untuk pengendara untuk selalu mengedepankan safety riding supaya angka kecelakaan semakin menurun (tabel 82). B. ANGKA KESAKITAN 1. Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

30 dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP. Surveilans AFP adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh) seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut: Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung) Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya. Diagnosa akhir pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring, termasuk kasus polio atau tidak sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

31 Gambar 3.6 Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Jepara Tahun AFP Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara anak usia < 15 tahun. Dari Jumlah anak usia < 15 tahun sejumlah anak berarti menurut estimasi jumlah penderita kelumpuhan AFP adalah 6 atau 7. Untuk Tahun 2013 ditemukan 7 anak sehingga sudah diatas estimasi. Angka 7 ini terdiri dari 3 laki-laki dan 4 perempuan, dengan AFP rate laki-laki 1,84 dan perempuan 2, Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliaannya menjadi komitmen global dalam MDGs. WHO telah menyusun strategi yang dianggap paling pembiayaan efektif untuk mengatasi kegagalan pengobatan TB yaitu dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Short Course) yang telah dimulai sejak tahun 1995, yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

32 yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus Multy Drug Resistence(MDR) maupun Xaviare Drug Resistence (XDR). Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR) atau angka penemuan penderita TB paru BTA (+) dengan rumus jumlah kasus baru per jumlah perkiraan jumlah keseluruhan kasus dikali 100%. Penemuan kasus TB sekarang ini harus dilakukan secara aktif oleh petugas kesehatan juga tanpa meninggalkan penemuan secara pasif dimana penderita berobat ke pelayanan kesehatan. Karena bila tidak ditemukan kasusnya, akan menjadi sumber penularan yang laten (seumur hidup) dari penderita ke lingkungan sekitar para penderita tersebut. Seseorang dipastikan menderita TB bila dahaknya mengandung BTA (+). Bila dahak dinyatakan negatif sedangkan gejalanya mengarah ke TB, maka dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan sinar Rontgen. Untuk memastikan diagnosis TB harus dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis sebanyak 3 kali (SPS) yaitu: S (Sewaktu) yaitu dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada waktu kunjungan pertama kali. P (Pagi) yaitu dahak diambil pagi hari berikutnya di rumah segera setelah bangun tidur pagi, kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan S (Sewaktu) adalah dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi. Dinyatakan sembuh bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan hasil apusan dahak ulang (follow up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Indikator yang tertuang dalam kesembuhan ini disebut angka kesembuhan (Cure Rate/CR). Bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir pengobatan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

33 dan pada satu pemeriksaan sebelumnya, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA (+) yang diobati disebut dengan keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Prevalensi Tuberkolusis diartikan sebagai jumlah kasus yang ada (baik kasus baru dan lama) dibagi seratus ribu penduduk pada wilayah dan kurun waktu tertentu. Prevalensi di Kabupaten Jepara Tahun 2013 adalah sebesar 96,97 per penduduk. Puskesmas yang tertinggi prevalensinya adalah Puskesmas Welahan II dengan 249,05 per penduduk dan terendah di Puskesmas Donorojo dengan 21,35 per penduduk. Gambar 3.7 CDR dan CR TB Paru (+) di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d CDR 26,12 32,07 42,07 48,51 43,88 CR 98,95 97,95 92,89 81,03 98,12 Perkiraan kasus TB Paru BTA (+) di kabupaten diambil dari rumus 107 dibagi dikalikan dengan jumlah penduduk suatu kabupaten dalam waktu tertentu. Dengan perkiraan penderita TB Paru Puskesmas dan Rumah Sakit (BTA (+) sebanyak telah ditemukan 545 maka CDR tahun 2013 sebesar 43,88% dan Angka Kesembuhan (CR) 98,12% (tabel 11,12). Target SPM tahun 2013 CDR Nasional adalah 100%, di Kabupaten Jepara masih ketinggalan jauh tetapi dilihat dari Angka Kesembuhan telah mencapai taget Nasional 85%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

34 Dilihat dari data per Puskesmas, angka kesembuhan semua puskesmas telah mencapai target 85% namun dalam pencapaian target CDR 100% hanya Puskesmas Keling I sebesar 100% dan Puskesmas Welahan II sebesar 123,08%. Untuk target MDGs termasuk dalam goal ke-6 sesuai dengan RAD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 ada 3 indikator: (1) jumlah kasus TB per (IR) penduduk sebesar 96, Kabupaten jepara sebesar 46,98; (2) persentase kasus TB Paru (BTA postif) yang ditemukan (CDR) 80%, Kabupaten Jepara sebesar 43,88%; (3) persentase kasus TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan (CR) sebesar 88%, Kabupaten Jepara sebesar 98,1%. Permasalahan yang timbul di Kabupaten Jepara adalah CDR masih dibawah target, kerjasama dengan RSUD, RS swasta serta praktek swasta belum berjalan optimal, penyuluhan tentang program TB Paru pada masyarakat masih kurang, kesalahan baca petugas laborat masih tinggi, bahan dahak tidak berkualitas. Permasalahan ini dijembati dengan peningkatan kekurangan yang ada yaitu peningkatan kerjasama lintas sektor terkait, peningkatan penyuluhan dan peningkatan kinerja petugas laborat dengan pelatihan teknis TB, startegi penerapan sistem DOTS yang benar. 3. Persentase Balita dengan Pneumonia Diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia balita adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak pada usia balita (1 hr - < 5 tahun). Pneumonia sering terjadi pada balita dan merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 10 jam bila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

35 napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan jamur. Bakteri yang umum adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,virus misalnya virus influensa. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. Balita tertular pneumonia disebabkan karena beberapa hal antara lain: tertular oleh penderita batuk, imunisasi tidak lengkap, kurang gizi serta pemberian ASI yang tidak memadai, terhirup asap atau debu secara berulang, tinggal di lingkungan yang tidak sehat dengan kepadatan penghuni yang berlebih. Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapatkan antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

36 Gambar 3.8 Cakupan Penanganan Kasus Pneumonia di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013 target SPM 2013=100 % 82,09 81,5 76,5 59,51 57, Cakupan Pneumonia Perkiraan jumlah kasus pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang ada. Di kabupaten Jepara perkiraan kasus pneumonia di tahun 2013 adalah kasus dengan kasus yang tertangani sehingga cakupan penanganan kasus pneumonia adalah 57,9%. Ini juga belum dapat mencapai target SPM tahun 2013 sebesar 100% (tabel 13). 4. Prevalensi HIV/AIDS HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terusmenerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

37 dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai infeksi oportunistik karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah dijadikan sebagai penyebab AIDS. Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Sedangkan pengertian penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi HIV. Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita AIDS dapat berlangsung lama antara 3 sampai 10 tahun tergantung dengan daya tahan tubuh penderita. Pada stadium awal orang yang terinfeksi virus HIV pada 12 minggu pertama akan mengalami masa periode jendela, artinya bila dilakukan test HIV belum terbentuk antibodi sehingga hasilnya masih negatif, tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan ke orang lain. Pada stadium berikutnya biasanya tanpa gejala, tetapi orang tersebut sangat potensial untuk menularkan HIV kepada orang lain. Cara penularan melalui 3 cairan yaitu: cairan darah (lewat tranfusi, pengguna suntikan bersama-sama, kegiatan medis dengan alat tusuk dan iris yang tercemar HIV), cairan sperma dan vagina (hubungan seks kedalam vagina atau anus), cairan air susu ibu (penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, persalinan atau menyusui). Tidak pernah dilaporkan penularan melalui air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing dan melaui perantara nyamuk. HIV tidak menular melalui jabat tangan, makan bersama, renang dan kontak sosial lainnya. Demikian juga kontak serumah dengan pemakaian piring, alat makan atau makan bersama-sama. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

38 Sesuai kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan pelayanan sesuai standar. Tatalaksana penderita HIV/AIDS meliputi Voluntary Counseling Testing (VCT) yaitu tes konseling secara sukarela, perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS, pengobatan Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik, dan rujukan kasus spesifik. Gambar 3.9 Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2013 DONOROJO KEMBANG15 8 KARIMUN JAWA 2 0 MLONGGO 7 BANGSRI 6 11 KELING 5 JEPARA264 PAKIS AJI 10 TAHUNAN 3 6 BATEALIT > KEDUNG7 13 PECANGAAN 16 4 MAYONG 8 3 KALINYAMATAN 1 NALUMSARI 5 2 WELAHAN 4 Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2013 kasus barunya sebesar 89 dimana kasus HIV baru sebesar 22 orang dan kasus AIDS baru sebesar 67 orang. Dibanding dengan tahun 2012 sebesar 69 kasus (tabel 14). Untuk Kasus AIDS baru Jepara termasuk peringkat ke-4 terbesar tingkat Provinsi Jawa Tengah. Adanya trend kenaikan kasus HIV/AIDS perlu mendapatkan perhatian. Tindakan yang telah dilakukan adalah dengan kegiatan skrining darah donor melalui PMI, juga pengambilan sampel di lokalisasi yang tersebar di Kabupaten Jepara dan pengawasan yang melekat terhadap warga Jepara yang bekerja di luar Jepara yang berisiko tinggi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

39 Tabel 3.10 Penderita HIV/AIDS Kabupaten Jepara Tahun Jenis Kondisi Saat No Kecamatan Kelamin Ditemukan Kondisi Saat Ini Total L P HIV AIDS Meninggal Hidup Penderita 1 Jepara Tahunan Batealit Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Jumlah Menurut perhitungan estimasi di Jawa Tengah, Kabupaten Jepara tahun 2013 ditarget menemukan kasus HIV AIDS sejumlah 70 penderita, dan kumulatif sampai tahun 2013 sejumlah 351 penderita. Dengan demikian Kabupaten Jepara sudah melampaui target MDGs yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam penemuan penderita HIV AIDS dimana kasus baru 89 dan kumulatif sebesar 417 kasus. Meski target terlampaui namun sebagian besar penderita ditemukan sudah dalam kondisi AIDS, yang berarti keterlambatan dalam penemuan deteksi secara dini. Salah satu penunjangnya karena banyak dari warga Jepara yang bekerja di luar Jepara dan kembali dengan membawa AIDS dengan jumlah akumulasi total kasus dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 pada waktu ditemukan kasus AIDS sebesar 304 kasus dan HIV positif 113 kasus sehingga kasus HIV/AIDS berjumlah 417 tersebar di semua dengan jumlah penderita meninggal 164 orang (39,28%). Dari 253 penderita HIV AIDS yang masih hidup, 122 penderita (43%) orang diantaranya harus minum obat Anti Retro Viral (ARV) dan difasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Dilihat dari jenis Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

40 kelamin, penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jepara didominasi oleh perempuan ( 59,55% ) dibanding laki-laki ( 40,45%). Gambar 3.11 Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Umur Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d th 17% > 60 th 0% 0-5 th 7% 6-15 th 1% th 17% th 58% Distribusi menurut umur sebagian terbesar pada golongan usia produktif tahun (58%). Berdasarkan proporsi penderita HIV/AIDS menurut faktor risiko: Gambar 3.12 Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Faktor Risiko Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2013 Homosex 2% Perinatal 8% IDU 1% Heterosex 89% Proporsi menurut faktor risiko tertular HIV, sebagian besar ditularkan melalui hubungan heterosex sebesar 373 kasus, homosex 7 kasus, penularan HIV dari ibu ke anak 32 kasus, dan penularan melaui jarum suntik (Injection Drug User) sebesar 5 kasus. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

41 Dilihat dari proprosi menurut jenis pekerjaan: Gambar 3.13 Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Pekerjaan Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2013 Narapidana 0,2% Nelayan 0,7% Lain-Lain 3,4% Swasta 29,3% Sopir 3,1% Buruh 8,2% IRT 27,6% PSK 19,9% Anak 7,7% Terbesar adalah dari kalangan swasta 29,3%. Ibu rumah tangga 27,6%, Pekerja Seks Komersil/PSK 19,9%, buruh 8,2%, anak-anak 7,7% lain-lain 3,4%, sopir 3,1%, dan nelayan 0,7%. 5. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

42 penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan : a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 o C - 40 o C) b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb. c. Hepatomegali (pembesaran hati). d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmhg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmhg atau lebih rendah. e. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai /mm 3. f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit. g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala. h. Pendarahan pada hidung dan gusi. i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan serius di Kabupaten Jepara. Dalam tiga tahun berturut-turut Kabupaten Jepara Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

43 0masuk dalam 5 besar kasus DBD terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Untuk Tahun 2013 Kabupaten Jepara menduduki ranking pertama. Tingginya angka kesakitan DBD di Kabupaten Jepara ini disebabkan karena adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegipty yang cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN di masyarakat yang justru merupakan jurus ampuh dalam membasmi DBD dibandingkan dengan foging yang hanya dapat membunuh nyamuk dewasa. Angka yang digunakan dalam kasus DBD adalah angka kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR). Tahun 2013 IR adalah 183,6/ penduduk dan CFR 12,5%. Angka kesakitan tersebut belum mencapai target MDG s yaitu IR 54/ penduduk dan untuk CFR sebesar < 1%. Gambar 3.14 Angka Kesakitan dan Kematian DBD Di Kabupaten Jepara Tahun Tahun Penderita Meninggal IR/ CFR ,6 1, ,6 0, ,9 0, ,2 0, ,6 12,5 Jumlah kasus terbanyak berturut-turut dari Puskesmas Jepara 456 kasus, Mlonggo 288 kasus, Tahunan 220 kasus, Pecangaan 167 kasus. Penderita tersebar di 20 Puskesmas di Kabupaten Jepara dengan kasus terendah di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 4 kasus (tabel 23). Kematian yang ada di puskesmas sebanyak 11 kasus adalah Puskesmas Tahunan 3 kasus, Puskesmas Pakisaji 2 kasus, Puskesmas Welahan II 2 kasus, Puskesmas Bangsri I 1 kasus, Puskesmas Bangsri II 1 kasus, Puskesmas Jepara 1 kasus, dan Puskesmas Welahan I 1 kasus. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

44 Gambar 3.15 Distribusi Penderita DBD menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2013 DONOROJO KEMBANG KARIMUN JAWA 97,8.0 2 MLONGGO 350,6 BANGSRI KELING 14.6 JEPARA PAKIS AJI TAHUNAN BATEALIT 70.5 <50/ >50/ KEDUNG7 PECANGAAN 16 MAYONG 144,9 205, KALINYAMATAN 1 NALUMSARI WELAHAN 158,1 Dilihat dari pola penyebaran, terlihat daerah endemis masih tetap tinggi kasusnya, malah ada kecenderungan meluas kedaerah-daerah non endemis. Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Jepara hasil penyelidikan epidemiologi ternyata banyak ditemukan tempat-tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah penduduk pada barang-barang bekas seperti ban bekas, tempurung kelapa, bekas potongan bambu/pohon, kaleng dan plastik bekas yang menampung air hujan, padasan. Pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini yang masih rendah, adanya paradigma foging yang masih melekat dalam penyelesaian masalah, gerakan PSN dalam masyarakat yang rendah. Permasalahan yang ada telah ditindak lanjuti oleh Dinas kesehatan Kabupaten Jepara dengan peningkatan penyuluhan penyakit DBD yang intensif, peningkatan gerakan PSN di lingkungan keluarga (khususnya di daerah endemis), larvasidasi masal pada daerah endemis, foging sesuai kriteria. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

45 6. Persentase Balita dengan Diare Ditangani Diare diartikan dengan berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berbentuk encer. Gejala yang timbul adalah frekuensi berak lebih dari biasanya, tinja lembek atau cair, mulas, sakit perut, terdapat lendir dengan atau tanpa darah (disentri), berak cair seperti air cucian beras (kholera). Akibat dari diare akan mengakibatkan kekurangan cairan dalam tubuh dan garam-garaman, semakin lama diare semakin cepat seseorang kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Persentase cakupan diare yang ditangani dihitung dengan rumus jumlah diare yang ditangani dibagi dengan jumlah perkiraan penderita diare dikali dengan 100%. Sedangkan perkiraan penderita diare dihitung dari 10% dikali hasil Survei Morbiditas Diare Nasional (SMDN) (423/1000). Dehidrasi terbagi dalam 3 tingkatan yaitu: a. Tanpa dehidrasi b. Dehidrasi ringan sampai sedang: Terlihat sangat haus Tampak lemas dan mudah marah Anak gelisah atau rewel Kelopak mata cekung Bila dicubit kulit kembali lambat c. Dehidarasi berat: Kesadaran menurun Tidak dapat minum Kelopak mata sangat cekung Bila dicubit kulit kembali sangat lambat Syok, dengan penurunan kesadaran, urin output berkurang/sangat sedikit, telapak tangan dan kaki lembab, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah/tidak terdeteksi dan pucat. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

46 Gambar 3.16 Cakupan Diare yang Ditangani pada Balita Di Kabupaten Jepara Tahun ,50 70,60 32,15 30,72 30, Cakupan diare Jumlah perkiraan jumlah diare pada balita tahun 2013 sebesar kasus dengan jumlah penderita diare yang dilayani sebesar kasus sehingga cakupan diare yang ditangani pada balita sebesar 70,6% (tabel 16). 7. Angka Kesakitan Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs Goal ke-6. Penyakit malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, bersifat menular dan disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium yang masuk tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dunia terdapat empat jenis yaitu: a. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (demam menggigil setiap hari) b. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (demam menggigil selang sehari) c. Plasmodium malariae menyebabkan malaria (demam menggigil selang dua hari) d. Plasmodium ovale menyebabkan malaria dengan demam menggigil selang sehari. Banyak ditemukan di Afrika. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

47 Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria: 1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles. 2. Penularan yang tidak alamiah. a. Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta. b. Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposable). c. Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam, burung dara dan monyet. Di Jawa Tengah umumnya infeksi oleh Plasmodium falciparum atau Palsmodiun vivax dan atau campuran keduanya yang dikenal dengan mix infection. Malaria dinyatakan sebagai penyakit berbahaya karena penyakit ini akan menghancurkan sel-sel darah merah karena dimakan oleh Plasmodium dan akan mengakibatkan kekurangan darah. Akibat dari kekurangan sel darah merah akan menjadi: Daya tahan tubuh akan berkurang sehingga mudah terkena infeksi penyakit lainnya Berkurangnya daya kerja Pertumbuhan otak pada anak akan terhambat sehingga akan menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan sehingga anak menjadi bodoh. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

48 Pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada ari-ari dengan bayi lahir mati atau bayi lahir hidup dengan berat badan rendah. Pembuluh darah otak penderita malaria dapat tersumbat sehingga kesadaran penderita terganggu atau meninggal bila tidak segera diobati. Gejala klinis adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala, kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut: Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. Nafsu makan menurun. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium falciparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pucat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : 1. Stadium dingin (Cold stage). 2. Stadium demam (Hot stage). 3. Stadium berkeringat (Sweating stage). Ketiga gejala klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita penyakit malaria. Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak berurutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman penemuan penderita di daerah endemisitas. Khususnya di daerah Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

49 yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrisik). Masa inkubasi ini bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling pendek pada plasmodium falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas penderita. Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi. Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari dan plasmodium malariae setelah 40 hari lebih. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing spesies parasit adalah sebagai berikut : Plasmodium falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hari. Plasmodium malariae hari. Indikator yang digunakan dalam penyakit malaria adalah API (Annual Parasite Incidene). Indikator ini untuk memantau perkembangan penyakit Malaria untuk Jawa Bali. API ini didapat dari jumlah kasus malaria positif dalam setahun per jumlah penduduk dikali dengan Angka yang didapat adalah per mil ( ). Dari angka API dapat diklasifikasikan daerah endemis malaria dalam 3 kategori: a. HCI (High Case Incidence) dengan API 5 > per 1000 penduduk b. MCI (Middle Case Incidence) dengan API 1 4,9 per 1000 penduduk c. LCI (Low Case Incidence) dengan API < 1 per 1000 penduduk Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

50 Gambar 3.17 Annual Parasite Incidence Malaria ( ) Di Kabupaten Jepara Tahun ,06 0,05 0,04 0,05 0,043 0,039 0,03 0,03 0,027 API 0,02 0, Tahun 2013 di Kabupaten Jepara bukan merupakan daerah endemis malaria dan termasuk dalam kategori LCI dengan API 0,039 / 1000 penduduk (tabel 24). Dari jumlah penderita malaria positif 45 orang dan telah mendapatkan pengobatan secara keseluruhan yang terdiri dari 44 laki-laki dan 1 perempuan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

51 Gambar 3.18 Distribusi Penderita Malaria Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2013 Berdasarkan RAD MDGs Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 penemuan kasus malaria per 1000 penduduk menargetkan 0,02. Di Kabupaten Jepara target tersebut belum dapat memenuhi target. API Kabupaten Jepara sebesar 0,039. Permasalahan di Kabupaten Jepara dengan penambahan kasus yang ada adalah karena kebanyakan kasus dari impor atau pendatang maupun penduduk yang migrasi dan kembali lagi ke Jepara. Ini harus ditegakkan dengan peningkatan surveilans migrasi dan surveilans aktif di lapangan. Peningkatan penyuluhan penyakit malaria di daerah dengan mobilitas penduduk ke daerah endemis malaria tinggi. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

52 8. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis namun meluas hingga masalah sosial, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional. Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae), terutama menyerang kulit dan syaraf tepi. Penyakit kusta bukan disebabkan kutukan, guna-guna, dosa, makan, atau keturunan. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat dan tidak akan menular bila berobat secara dini dan teratur. Pada awalnya penderita tidak merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan. Bercak tersebut mempunyai sifat kurang rasa atau hilang rasa, tidak gatal dan tidak sakit. Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah: a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2 s/d 7 x 24 jam. b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang. Terdapat 2 tipe kusta yaitu: a. Kusta kering (PB = Paucibacillar), dengan pengobatan selama 6 bulan dengan Rifampicin dan DDS. Tanda-tandanya: Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak putih tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut. Permukaan bercak kering dan kasar Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

53 Permukaan bercak tidak berkeringat Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengira bercak putih seperti tanda-tanda di atas adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya orang tersebut telah mengalami Kusta pada level lebih lanjut. Sehingga, pemeriksaan dan pengobatan semenjak dini ke Puskesmas atau pun Rumah Sakit terdekat pun sangat dianjurkan. Pengobatan kusta tipe PB ini cenderung lebih sebentar daripada tipe basah. b. Kusta Basah (MB= Multibacillar), dengan pengobatan 12 bulan yaitu Rifampicin, Lamprene, dan DDS. Tanda-tandanya: Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan. Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak. Pada permukaan bercak, sering tidak ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka. Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit kusta tipe basah ini harus berobat secara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep dokter, sehingga selain mereka tidak menjadi lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah diberikan. Untuk Kusta MB ini menular lewat kontak secara langsung dan lama. Penularan terjadi apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam jangka panjang. Sehingga bagi pasien kusta MB harus segera melakukan pengobatan, dan melakukan penyembuhan secara teratur. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

54 Pembagian menurut daerah endemis dibedakan dalam 3 kategori: a. High Endemic, dimana angka kejadian/prevalensi rate-nya lebih dari 1/ penduduk dan angka penemuan kasus baru/case Detection Rate (CDR) lebih dari 5/ penduduk) b. Sustained Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari 1/ penduduk namun CDR lebih dari 5/ penduduk) c. Low Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari 1/ penduduk dan CDR kurang dari 5/ penduduk) Di Kabupaten Jepara terdapat RS Rehata dan RS Donorojo yang memberikan pelayanan khusus kepada penderita kusta. Gambar 3.19 Distribusi Penderita Kusta Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2013 DONOROJO KEMBANG15 KARIMUN JAWA 2 KELING BANGSRI MLONGGO JEPARA26 TAHUNAN3 BATEALIT Low Endemic Sustained Endemic High Endemic KEDUNG7 PECANGAAN 16 MAYONG 8 KALINYAMATAN 1 NALUMSARI WELAHAN Pemetaan mengacu pada kategori daerah endemis dengan kategori Low Endemic, Sustained Endemic dan High Endemic. Prevalensi yang ada di Kabupaten Jepara untuk Tahun 2013 adalah 0,7 per penduduk dengan CDR 7,62/ penduduk sehingga Kabupaten Jepara dalam daerah Sustained Endemic (tabel 17,19). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

55 Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) di Kabupaten Jepara untuk kusta PB 84,62% dan kusta MB 94,87% (tabel 20). 9. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Di cegah Dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi mempunyai tujuan memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi (TBC, Hepatitis B, Diptheri, Pertusis/Batuk rejan, Tetanus, Polio, Campak). Sasaran yang perlu diberikan imunisasi adalah: 1) Bayi (0 11 bulan) Bagi bayi merupakan imunisasi rutin dengan mendapatkan Lima Imunisasi Dasar lengkap (LIL) yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali. 2) Balita Pemberian imunisasi berupa lanjutan dan booster bagi imunisasi dasar. Imunisasi yang dapat diberikan Polio, MMR, HIB, Varicella, Hepatitis A, Typhoid/Paratyphoid dll. 3) Anak sekolah (SD/MI) Imunisasi pada anak SD/MI pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Imunisasi DT pada anak kelas 1 Imunisasi TT pada anak kelas 2 dan kelas 3 Imunisasi Campak pada anak kelas 1 4) Wanita Usia Subur (WUS) Setiap WUS termasuk ibu hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali selama hidupnya (TT 5 dosis) dengan interval tertentu yaitu waktu pemberian antara TT 1 dan TT 2 minimal 4 minggu, antara TT 2 dengan TT 3 minimal 6 bulan, antara TT 3 dengan TT 4 minimal 1 tahun dan antara TT 4 dengan TT 5 minimal 1 tahun. Yang termasuk PD3I yaitu Polio, Campak, Difteri dan Tetanus Neonatorum. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

56 kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (REDCAM) dan Eliminasi Tetanus Neonatarum (ETN). Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatrum, dan Campak). Kabupaten Jepara kasus PD3I yang muncul Tetanus neonatarum dan Campak : a. Tetanus Neonatarum Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi dengan spora Clostridium tetani, maupun penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang juga telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya Tetanus neonatorum. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Dikatakan Tetanus neonatarum bila terjadi pada persalinan bayi. Bila terjadi pada bayi lahir dapat menjadikan bayi berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah kelahiran. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

57 Untuk lima tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar berikut : Gambar 3.20 Penemuan Kasus Tetanus Neonatarum di Kabupaten Jepara Tahun ,2 1 0,8 0,6 0,4 0, Tetanus Neonatarum Di Kabupaten Jepara lima tahun terakhir tidak ada kasus maupun kematian akibat Tetatnus neonatarum (tabel 21). Bila terjadi satu kasus saja perlu mendapatkan perhatian karena sudah merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) didaerah tersebut. b. Campak Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia). Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: (1) bayi berumur lebih dari 1 tahun (2) Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

58 bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan (3) dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Adapun kasus campak mempunyai trend dalam 5 tahun terakhir: Gambar 3.21 Penemuan Kasus Campak di Kabupaten Jepara Tahun Campak Pada Tahun 2013, penemuan kasus di Kabupaten Jepara sebesar 26 kasus dengan penderita laki-laki sebanyak 11 orang dan perempuan 15 orang. Dimana puskesmas yang terbesar kasus Campak adalah Puskesmas Kalinyamatan sebesar 14 kasus disusul Puskesmas Jepara sebesar 6 kasus (tabel 22). 10. Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular (PTM) yang diintervensi meliputi jantung koroner, dekompensasi kordis, hipertensi, stroke, diabetes mellitus, kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis, asma bronkiale, dan kecelakaan lalulintas. Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai faktor risiko sama (common underlying risk factor). Faktor risiko tersebut antara lain Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

59 faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk factor), dan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko yang dapat diubah (change risk factor) antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan yang mengandung zat aditif, kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan. Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular. a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit yang mengganggu jantung dan sistem pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner (angina pektoris, akut miokard infark), dekompensasi kordis, hipertensi stroke, penyakit jantung rematik, dll. 1) Penyakit Jantung Koroner Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu bentuk utama penyakit jantung pembuluh darah yang terdiri dari Angina Pektoris (AP), Akut Miokard Infark (AMI), dan Sudden Death. Angina pektoris terjadi akibat lepasnya palque/fissure/pecahan-pecahan yang berasal dari palet dan kolesterol yang mendasari terbentuknya trombus/gumpalan-gumpalan yang berkelanjutan atau sering disebut dengan emboli. Akut miokard infark terjadi akibat oklusi atau sumbatan pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan suplai darah sangat Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

60 kurang sehingga terjadi nekrosis miokard yang menyebabkan gagal jantung (sudden death). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan merupakan penyakit tidak menular yang sangat membahayakan, tetapi dapat dicegah. Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara meminimalisasi berbagai faktor risiko yang mempengaruhinya. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh perubahan life style yang dapat menyerang individu maupun kelompok secara selektif atau yang disenangi, sesuai dengan faktor gaya hidup pada individu tersebut, misalnya kebiasaan merokok, pola makan yang banyak mengandung lemak dan rendah serat, kurang olah raga, kegemukan, stres dan lain-lain. Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) diambil dari jumlah kasus Angina Pektoris dan Akut Miokard Infark per jumlah penduduk dikali 100%. Gambar 3.22 Cakupan Prevalensi Penyakit Jantung Koroner Kabupaten Jepara Tahun ,14 0,12 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 0,053 0,03 0,013 0, Prev. PJK Prevalensi pada tahun 2013 sebesar 0,013% dengan jumlah kasus sebesar 158 kasus dimana Angina Pektoris 48 kasus dan Akut Miokard Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

61 Infark 110 kasus. Angka prevalensi 0,013% diartikan bahwa dari orang terdapat 13 kasus PJK (tabel 83). 2) Hipertensi Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke, PJK, serta penyempitan ventrikel kiri. Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu yang muncul akibat penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan dll. Prevalensi hipertensi diambil dari jumlah kasus hipertensi essensial dan hipertensi lain dibagi dengan jumlah penduduk dikali dengan 100%. Gambar 3.23 Cakupan Prevalensi Hipertensi Kabupaten Jepara Tahun ,86 1,78 1,86 2,1 0, Prev. Hipertensi Prevalensi pada tahun 2013 sebesar 0,71%. Puskesmas dengan kasus terbesar berturut-turut adalah Puskesmas Jepara sebesar 983 kasus, Puskesmas Bangsri I sebesar 803 kasus, Puskesmas Mlonggo Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

62 sebesar 725 kasus (tabel 83). Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan: Pertahankan berat badan ideal. Atur pola makan, antara lain tidak mengkonsumsi makanan tinggi garam dan tinggi lemak, serta perbanyak konsumsi buah dan sayur Olahraga teratur, sedapat mungkin atasi stres dan emosi Hentikan kebiasaan merokok Hindari minuman beralkohol Periksa tekanan darah secara berkala. Dan lakukan pengecekan ulang minimal setiap 2 tahun untuk kelompok normotensi dan setiap tahun untuk kelompok pre hipertensi, yaitu tekanan darah sistolik mmhg atau diastolik 80-90mmHg dan Bila diperlukan konsumsi obat-obatan penurunan tekanan darah serta makan secara teratur. 3) Stroke Stroke adalah suatu penyakit menurunnya fungsi syaraf secara akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat yang menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang mengalir ke otak, atau terkadang menyebabkan perdarahan di otak. Stroke dibedakan menjadikan hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak. Hampir 70 persen kasus strok hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Faktor risiko gangguan otak yang utama adalah usia tua, hipertensi, diabetes, merokok, dan kadar kolesterol darah yang tinggi. Dulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia (lansia). Seiring dengan berjalannya waktu, kini ada kecenderungan bahwa stroke mengancam usia produktif bahkan di bawah usia 45 tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

63 Penyakit stroke pun ternyata bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jabatan ataupun tingkatan sosial ekonomi. Tahun 2013 tercatat kasus stroke sebesar 15 kasus terdiri dari 8 kasus stroke hemoragik dan 7 kasus stroke non hemoragik (tabel 83). 4) Dekompensasio Kordis Dekompensasio kordis merupakan kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh atau istilah lain adalah payah jantung. Gambaran klinis dekompensasio kordis kiri adalah sesak nafas: dyspnoe d effort dan ortopne, pernafasan cheynes stokes, batuk-batuk mungkin hemoptoe, sianosis, suara serak, ronchi basah halus tidak nyaring tekanan vena jugularis masih normal. Sedangkan gambaran klinis dekompensasi kordis kanan adalah gangguan gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah meteorismus dan rasa kembung di epigastrum. Selain itu terjadi pembesaran hati yang mula-mula lunak, tepi tajam, nyeri tekan, lamakelamaan menjadi keras, tumpul dan tidak nyeri. Dapat juga terjadi edema pretibial, edema presakral, asites dan hidrotoraks, tekanan jugularis meningkat. Prevalensi kasus dekompensasio kordis tahun 2013 sebesar 0,01 dengan jumlah 187 kasus tersebar di puskesmas (tabel 83). b. Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda pada setiap orang. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa DM Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

64 seumur hidup bergaul dengannya. Penderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh dan kontrol teratur. WHO (1985) mengklasifikasi penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu DM tergantung insulin (DMTI), DM tidak tergantung insulin (DMTTI), DM berkaitan dengan malnutrisi (MRDM), DM karena toleransi glukosa terganggu (IGT), dan DM karena kehamilan (GDM). Di Indonesia, yang terbanyak adalah DM tidak tergantung insulin. DM jenis ini biasanya muncul pada usia di atas 40 tahun. DM dapat menjadi penyebab aneka penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi terutama pada kaki. Gejala khas berupa polyuri (sering kencing), polidipsi (sering haus), polifagi (sering lapar). Sedangkan gejala lain yang menyertai adalah seperti lelah, berat badan menurun drastis, kesemutan/gringgingan, gatal/bisul, mata kabur, impotensi pada pria, pruritis vulva hingga keputihan pada wanita, luka tidak sembuh-sembuh dll. Di Kabupaten Jepara kasus DM dibagi dua, yaitu DM yang tergantung dengan insulin (DMTI)/Insulin Dependent (ID), dan DM tidak tergantung dengan insulin (DMTTI)/Non Independent Insulin (ND). Kasus DMTI tahun 2013 tidak ada kasus dan kasus DMTTI sebayak 3102 kasus tersebar di puskesmas. Data dari RS tidak dapat terekapitulasi di DKK sehingga data hanya dari puskesmas (tabel 83). Kelompok risiko tinggi antara lain orang dengan pola makan yang tidak seimbang, riwayat keluarga/ada keturunan, kurang olahraga, umur lebih 40 tahun, obesitas, hipertensi, kehamilan dengan berat bayi lahir >4 kg, kehamilan dengan hiperglikemi, gangguan toleransi glukosa, lemak dalam darah tinggi, abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati, berat badan turun drastis, mata kabur, keputihan, gatal daerah genital, dll. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

65 c. Neoplasma Neoplasma atau kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan abnormal dari sel-sel tubuh, yang tumbuh tanpa kontrol dan tujuan yang jelas, mendesak dan merusak jaringan normal, serta bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis. Pada umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor, kecuali pada leukemia. Reaksi antara asam tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat aktivitas hormon tiroksin dan tri-iodotironina yang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam angiogenesis dan proliferasi sel tumor. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi. Faktor risiko terjadinya kanker, dibedakan menjadi 5 besar antara lain: Faktor karsinogenik bahan kimia antara lain: Karsinogen kimia langsung yaitu dimetylsulfat, obat anti kanker dsb. Karsinogenik tidak langsung yaitu tumbuhan alam dan mikroba misalnya aflatoksin B1, kacang betel, juga insektisida, fungisida, vinil klorida, zat kimia yang terdapat dalam bahan makanan (zat warna, penyedap, pengawet dll), jelaga yang mengandung senyawa karbon, vinil klorida yang ditemukan pada pekerja pabrik cat dll. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

66 Energi Radiasi yaitu sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, sinat x (rontgen), dan radiasi bom atom. Virus Onkogenik yaitu virus DNS, virus herpes, virus hepatitis B. Makanan yaitu aflatoksin yang dihasilkan jamur pada kacang dan padipadian (penyebab kanker hati). Hormon, pengaruh hormon dianggap cukup besar, tapi mekanisme dan perannya belum jelas. Pengaruh hormon pada organ tubuh yang banyak dipengaruhi misalnya: payudara, rahim, ovarium (indung telur). Di Indonesia terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni kanker rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit dan kanker rektum. Faktor risiko penyakit dari predisposisi riwayat keluarga hanya sebesar 5%, selebihnya banyak disebabkan karena faktor risiko pola makan yang mengandung bahan karsinogenik. Tahun 2013 di Kabupaten Jepara tidak ada data yang masuk ke DKK untuk direkapitulasi sehingga data tidak dapat dimunculkan. d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai adanya hambatan aliran pernafasan bersifat reversibel sebagian dan progesif yang berhubungan dengan respon inflamsia abnormal dari paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. Faktor risiko pencetus terjadinya PPOK adalah perokok aktif/pasif, debu dan bahan kimia, polusi udara di dalam atau di luar ruangan, infeksi saluran nafas terutama waktu anak-anak, usia, genetik, jenis kelamin, ras, defisiensi alpha-1 antitripsin, alergi dan autoimunitas. Adanya PPOK disebabkan karena bronkitis kronis dan emphysia atau keduanya. Bronkitis kronis adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke batang bronkial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut. Emphysia adalah kelainan paru-paru Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

67 yang ditandai dengan pembesaran jalan nafas yang sifatnya permanen mulai dari terminal bronkial sampai bagian distal (alveoli: saluran, kantong udara dan dinding alveoli). Tabel 3.24 Prevalensi Kasus PPOK di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013 Tahun Jumlah Kasus Prevalensi (%) Arti / / ,13 13/ / / Untuk tahun 2013 terdapat 366 kasus, dimana kasus terbanyak ditangani di Puskesmas Keling I 43 kasus (tabel 83). e. Asma Bronkial Asma Bronkial terjadi akibat penyempitan jalan nafas yang reversibel dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme, dan edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus, akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan. Serangan asma bronkial sering dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi, aktivitas fisik, dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obatobatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

68 2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. Tabel 3.25 Prevalensi Kasus Asma Bronkial di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013 Tahun Jumlah Kasus Prevalensi (%) Arti ,67 67/ ,29 129/ ,77 77/ / / Pada Tahun 2013 kasus yang terbesar ada di Puskesmas Jepara dengan jumlah kasus 305 orang (tabel 83). C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT 1. Presentase Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), Kunjungan Neonatus (KN) dibagi menjadi tiga, yaitu satu kali pada 1-2 hari kehidupan (KN1), satu kali 2-6 hari (KN2) dan satu kali dalam 7-28 hari (KN3/KN lengkap). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

69 Gambaran pelaksanaan cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Jepara dijelaskan sebagai berikut: Gambar 3.26 Cakupan Kunjungan Neonatus Kabupaten Jepara Tahun ,43 98,26 97,5 96,4 92, KN Lengkap Cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Jepara tahun 2013 adalah 97,5% sebesar dari kelahiran hidup (tabel 36). 2. Persentase Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari, setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

70 Kunjungan Bayi di Kabupaten Jepara pada lima tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.27 Jumlah Persentase Kunjungan Bayi di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d ,71 98,14 90,6 92,2 84, Kunjungan Bayi Target SPM Tahun 2013 cakupan kunjungan bayi sebesar 92,2 telah memenuhi target dari SPM Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 88%. Kondisi ini perlu ditingkatkan dengan berbagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan di berbagai pelayanan kesehatan terutama di puskesmas, pustu dan PKD sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat (tabel 37). 3. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditangani Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi BBLR perlu penanganan serius karena kondisi tersebut mudah sekali hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

71 Tabel 3.28 Jumlah Persentase Bayi BBLR di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013 Persentase BBLR 2,9 2,74 3,39 1,86 0, Tahun 2013 persentase BBLR terjadi kenaikan dibandingkan tahun 2012, dari 2,74 menjadi 3,39 (tabel 26). Adanya kenaikan jumlah bayi dengan BBLR ini perlu mendapatkan perhatian. Bayi yang BBLR tahun ini sebesar 709 kasus yang terdiri dari 345 laki-laki dan 364 perempuan dari bayi lahir yang ditimbang. Salah satu metode dalam menangani BBLR adalah metode kanguru yaitu menghangatkan bayi dengan sentuhan kulit bayi dan ibu/pengasuhnya secara langsung dan diharapkan dapat mengurangi kematian akibat BBLR. 4. Persentase Balita dengan Gizi Kurang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

72 Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan kuantitatif maupun kualitatif Dalam menentukan klafikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organigazition-National Centre for Health Statistic (WHO- NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi empat: Gizi lebih (over weight) termasuk kegemukan dan obesitas, Gizi baik (well nourished), Gizi kurang (under weight) yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition), Gizi Kurang (severe PCM) termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor. Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) tahun 2013 sebesar 5,93%. dibandingkan tahun 2012 sebesar 11,39%. Persentase balita dengan gizi kurang tertinggi di puskesmas Mayong I sebesar 10,86% dan terendah di Puskesmas Welahan I sebesar 1,84%. 5. Persentase Balita dengan Gizi Buruk Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindaklanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Kabupaten Jepara didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

73 yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus gizi buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk di Puskesmas ataupun bila perlu rujukan harus di rujuk ke Rumah Sakit. Gambar 3.29 Persentase Balita Gizi Buruk Kabupaten Jepara Tahun Gizi Buruk BB/U 2,25 2,51 1,71 0,33 0, Pada tahun 2013 terjadi penurunan persentase kasus dari 2,51 menjadi 1,71. Puskesmas dengan kasus tertinggi ada di Puskesmas Tahunan sebesar 192 kasus, di Puskesmas Karimunjawa sebesar 5 kasus (tabel 27). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

74 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standart paling sedikit 4 kali (minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan) oleh tenaga kesehatan yang meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi (Fe), konseling dan komunikasi interpersonal serta pemeriksaan laboratorium sederhana. Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K4 di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan K4 Target SPM 97,2 93, ,07 93,42 91, Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Jepara tahun 2013 sebesar 94,07% dari jumlah ibu hamil orang yang dilayani orang. Target SPM Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 95%. Puskesmas yang Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

75 telah memenuhi target SPM adalah Puskesmas Kedung II, Pecangaan, Jepara, Mlonggo, Keling II, dan Donorojo (tabel 28). b. Persalinan yang ditolong oleh Nakes Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memenuhi standar sebagai berikut: Pencegahan infeksi Metode persalinan yang sesuai dengan standar Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dari lima tahun terakhir dapat digambarkan cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Gambar 4.2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan Linakes Target SPM 99,99 97,9 94,99 94,93 92, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Kabupaten Jepara sebesar 99,99% telah melampaui target SPM tahun 2013 sebesar 94% dan semua Puskesmas telah memenuhi target SPM (tabel 28). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

76 c. Pelayanan Ibu Nifas Paska persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan yaitu: Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam sampai dengan 7 hari setelah persalinan. Kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan minggu ke-2 setelah persalinan Kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakah terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit, anjuran untuk melaksanakan ASI eksklusif, pelayanan KB paska persalinan dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter, perawat dan bidan) biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus maupun kegiatan posyandu. Gambar 4.3 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Jepara Tahun Cakupan KF 3 Target SPM 98,6 96,25 96,97 96,03 92,75 91, Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Kabupaten Jepara Tahun 2013 mencapai 96,97% (tabel 28). Meskipun sudah melampaui target SPM Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

77 sebesar 93% namun pencapaian sangat ironi dengan jumlah kematian ibu pada tahun ini yang didominasi oleh kematian ibu nifas sebesar 15 orang dari 26 kematian ibu. d. Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada Balita, Bumil, Bufas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Gambar 4.4 Persentase Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kabupaten Jepara Tahun ,19 95,13 98,47 101,44 99,82 95, ,01 85,74 90,32 90,51 Fe 1 Fe Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan Fe 1 (30 tablet) tahun 2013 sebesar 95,48% namun cakupan Fe 3 (90 tablet) sebesar 90,51% masih ada 4,97% ibu hamil yang tidak meneruskan konsumsi Fe 1 sampai Fe3 (tabel 30). Ini bisa mempengaruhi tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

78 Seharusnya angka persentase konsumsi tidak berbeda dengan kunjungan ibu hamil K4 karena salah satu syarat yang ditetapkan dalam kunjungan K4 adalah adanya pelayanan pemberian tablet Fe. 2. Pelayanan kesehatan Anak Balita dan Anak SD atau setingkat serta Usia Lanjut a. Pelayanan kesehatan anak Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun (Bulan Februari dan Agustus). Pemantauan pertumbuhan balita diartikan sebagai pengukuran Berat Badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran Berat Badan per umur (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak- Kanak, serta Raudlatul Athfal dll. Pemantauan perkembangan balita meliputi perkembangan gerak kasar, gerak halus dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Pemantauan perkembangan anak balita dimaksudkan adalah anak umur bulan yang dideteksi dini tumbuh kembang melalui pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali per tahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Upaya pembinaan kesehatan anak balita diarahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak dengan perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan masa krisis atau periode emas tumbuh kembang. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan seperti ganguan mental emosional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

79 Di Kabupaten Jepara tahun ini cakupan pelayanan anak balita adalah 85,4% dari jumlah anak balita anak. Capaian ini belum bisa mencapai SPM yang ditargetkan 90% (tabel 43). Kebanyakan penimbangan dilaksanakan di posyandu, permasalahan yang terjadi pencapaian penimbangan minimal 8x setahun sulit tercapai setelah umur anak 1 tahun keatas karena banyak yang sudah di penitipan, sekolah, maupun malas. Solusi yang diambil adalah penentuan jadwal penimbangan yang ramai dikunjungi, perlu pengembangan kegiatan di posyandu terintegrasi program yang menarik (BKB, PAUD dll). b. Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD atau setingkat diutamakan untuk meningkatkan kesehatan (promotif) dan upaya meningkatkan pencegahan penyakit (preventif). Salah satu upaya preventif yang dilaksanakan di sekolah adalah kegiatan penjaringan anak sekolah (health screening) sebagai prosedur pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk mengelompokkan anak sekolah dalam berbagai kategori sehat dan sakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut, serta mendapatkan gambaran kesehatan anak sekolah dan mengikuti perkembangan serta pertumbuhan anak sekolah sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan sekolah. Penjaringan anak sekolah ini sasarannya adalah anak SD kelas I. Cakupan tahun 2013 ini telah mencapai 100% dengan jumlah murid SD kelas I atau setingkat sebesar terdiri dari laki-laki siswa dan perempuan siswa (tabel 46).Dengan adanya dana BOK kegiatan penjaringan anak sekolah dapat berjalan optimal. c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD Kelas I sampai dengan kelas VI Yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan siswa kelas I sampai dengan kelas VI di UKS/UKGS sekolah oleh tenaga kesehatan atau guru kelas atau guru UKS/UKGS yang telah dilatih Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

80 Cakupan tahun 2013 ini telah mencapai 100% dengan jumlah murid SD atau setingkat sebesar terdiri dari laki-laki siswa dan perempuan siswa (tabel 47). d. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan usia lanjut (60 tahun ke atas) diartikan upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut (usila) yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Sekarang ini telah ada pos khusus untuk usila yang disebut dengan posyandu yang mengadopsi posyandu balita sehingga kegiatan dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dapat terlayani. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut pada tahun 2013 adalah 100% dari orang dimana jumlah laki-laki orang dan perempuan orang (tabel 48). 3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) a. Peserta KB Baru Definisi operasional dari Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai 44 tahun. Sedangkan peserta KB baru diartikan pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan cukup tinggi. Menurut penelitian masa usia subur seorang wanita sekitar 15 tahun sampai 44 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kehamilan atau menjarangkan kehamilan diprioritaskan dengan menggunakan cara/alat KB. Jumlah PUS di Kabupaten Jepara Tahun 2013 adalah sebesar pasangan dengan jumlah peserta KB baru orang. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

81 Gambar 4.5 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Kabupaten Jepara Tahun 2013 PIL 28,60% KONDOM 4,70% IUD 1,60% MOP 0,20% MOW IMPLANT 0,80% 9,30% IUD MOP MOW IMPLANT SUNTIK PIL SUNTIK 55,50% KONDOM Penggunaan kontrasepsi terbesar peserta KB baru adalah kontrasepsi suntik sebesar 55,5%. Untuk penggunaan alat KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP (yang meliputi penggunaan IUD, MOP, MOW, Implant), penggunaan implant paling besar 9,3% (tabel 34). Peserta KB baru ini harus mendapatkan pembinaan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi terutama untuk penggunaan non MKJP (suntik, pil, kondom, obat vagina). b. Peserta KB Aktif Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara Pasangan Usia Subur. Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 81,2% atau sebesar Angka ini telah melampaui target SPM tahun 2013 sebesar 72% (tabel 35). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

82 Gambar 4.6 Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Jepara Tahun ,13 77,9 81, , Cak KB Aktif SPM Adanya kecenderungan kenaikan pada setiap tahun, membuktikan program penggunaan alat kontrasepsi semakin dapat diterima. Dan adanya Gerakan Dua Anak Lebih Baik mempunyai efektifitas yang baik. Gambar 4.7 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Aktif di Kabupaten Jepara Tahun 2013 PIL 20,30% KONDOM 2,90% IUD 3,80% MOP 1,70% MOW 3,30% IMPLANT 10,80% SUNTIK 57,40% Penggunaan alat kontrasepsi terbesar bagi peserta KB aktif adalah suntikan sebesar 57,4 (tabel 33). Dari perserta KB aktif ini penggunaan alat kontrasepsi untuk pria yaitu kondom dan MOP mempunyai andil yang kecil sebesar 4,6% dibandingkan dengan ibu sebesar 95,4%. Dapat diartikan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

83 bahwa alat kontrasepsi sasaran terbesar masih pada ibu. Permasalahan ini karena masih ada anggapan KB ini adalah urusan ibu dan juga masih terbatasnya pilihan penggunaan alat kontrasepsi untuk pria. 4. Pelayanan Imunisasi Bayi, anak umur muda maupun orang dewasa sama-sama memiliki risiko terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Influenza, Typhus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko terlindungi adalah melalui imunisasi. Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak. a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Sedangkan desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian UCI yang berdasarkan indikator cakupan, DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

84 Gambaran cakupan desa/kelurahan UCI selama periode lima tahun ditampilkan dalam gambar berikut: Gambar 4.8 Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Jepara Tahun Cak UCI Target SPM ,4 97,9 95,88 94, Pencapaian UCI di Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 97,4%. Jika dibandingkan target SPM 2013 sebesar 100%, Kabupaten Jepara masih di bawah target (tabel 38). Puskesmas yang belum mencapai target adalah puskesmas Keling I sebesar 50% dan Puskesmas Karimunjawa 75%. Sedangkan 19 Puskesmas lainnya sudah mencapai target 100%. Permasalahan yang terjadi adalah penentuan sasaran terlalu tinggi, keberhasilan safari KB, tidak merata nya cakupan. b. Cakupan Imunisasi Bayi Tujuan Program Imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur sembilan bulan dengan harapan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

85 imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I SD/MI, sedangkan BIAS TT diberikan pada usia kelas II dan III SD/MI, Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi). Gambar 4.9 Cakupan Imunisasi Bayi di Kabupaten Jepara Tahun Adanya fluktuasi dari tahun ke tahun, menggambarkan keberadaan imunisasi belum mencapai hasil yang optimal. Tahun 2013 di Kabupaten Jepara cakupan imunisasi BCG sebesar 100%, DPT-HB1 sebesar 98,8%, DPT-HB3 99,8%, Polio3 98,68% dan Campak sebesar 98,8% (tabel 39) BCG 100,4 97, DPT-HB1 100,99 101,17 104,8 98,7 98,8 DPT-HB3 97,45 99,62 100,8 97,8 99,8 POLIO 3 100,2 97,79 98,68 CAMPAK 97,46 99,39 99,4 97,1 98,8 c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak. Drop Out (DO) merupakan gambaran dari anak yang tidak mendapatkan Lima Imunisasi Dasar secara Lengkap. Angka DO imunisasi dapat diketahui berdasarkan cakupan imunisasi DPT1-Hb dan Campak. Imunisasi DPT1-Hb adalah jenis imunisasi yang pertama kali diberikan pada bayi. Sebaliknya, imunisasi Campak adalah imunisasi dasar yang terakhir Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

86 diberikan pada bayi. Diasumsikan bayi yang mendapat imunisasi Campak telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Gambar 4.10 Cakupan Drop Out Imunisasi Bayi di Kabupaten Jepara Tahun ,2 4 3, ,75 1, , DO LIL Angka DO Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 0,04% dibandingkan tahun 2012 sebesar 1,7. Masih dibawah kesepakatan yang ditetapkan di Jawa Tengah bahwa DO maksimal hanya 5% atau -5%. Puskesmas yang melebihi DO 5% atau - 5% ada 8 puskesmas yaitu Puskesmas Kedung II, Welahan II, Batealit, Mlonggo, Bangsri I, Tahunan, Nalumsari, Kembang (tabel 39). d. Wanita Usia Subur (WUS) Mendapatkan Imunisasi TT Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi (Tetanus neonatorum) yang ditularkan melalui ibunya yang memang terinfeksi Tetanus atau pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi Tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi Tetanus Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

87 Neonatorum dan maternal adalah pertolongan persalinan yang aman dan bersih, cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, serta surveilans. Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun di luar kehamilan akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibodi tetanus ke bayi. Perlindungan tersebut cukup untuk masa dua bulan setelah kelahiran dimana bayi akan mendapat imunisasi kombinasi sebagai bagian dari program rutin imunisasi pemerintah untuk mencegah Difteri, Batuk rejan, dan Tetanus setelahnya. Imunisasi TT Wanita Usia Subur adalah pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (15-39) sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Oleh karena itu setiap WUS yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan harus selalu ditanyakan status imunisasi TT mereka dan bila diketahui yang bersangkutan belum mendapatkan imunisasi TT harus diberi imunisasi TT minimal 2 kali dengan jadwal sebagai berikut: TT1 diberikan segera pada saat WUS kontak dengan pelayanan kesehatan atau sedini mungkin saat yang bersangkutan hamil, TT2 diberikan 4 minggu setelah dosis pertama. TT3 dapat diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua atau setiap saat pada kehamilan berikutnya. Imunisasi TT tambahan yaitu TT4 dan TT5 dengan interval satu tahun dapat diberikan pada saat WUS tersebut kontak dengan fasilitas pelayanan kesehatan atau diberikan pada saat kehamilan berikutnya. Cakupan di Kabupaten Jepara tahun 2013 TT 1 sebesar 38,1% TT 2 sebesar 40,0%, TT 3 sebesar 31,8%, TT 4 sebesar 20,4%, TT 5 sebesar 13,9% (tabel 29). Sedangkan cakupan TT2+ tahun 2013 (imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) adalah 106,0%. Terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 122,9%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

88 5. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan mulut serta upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif sebelum gigi tetap betul rusak dan harus dicabut, sedangkan pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif karena sudah tidak ada alternatif lainnya. Gambar 4.11 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap di Kabupaten Jepara Tahun ,89 Rasio 0,93 0,61 0,6 0, Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap pada tahun 2013 sebesar 0,93. Hal ini berarti bahwa masyarakat masih banyak melakukan pencabutan gigi sebesar kasus daripada melakukan tumpatan gigi tetap sebesar kasus (tabel 52). b. Murid SD/MI Mendapatkan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

89 dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi tetap yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke Puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Gambar 4.12 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid SD/MI Di Kabupaten Jepara Tahun ,34 Cakupan UKGS 18,11 23,8 22,08 22, Cakupan jumlah murid yang diperiksa tahun 2013 sebesar 22,4% dari siswa SD/MI, lebih tinggi dibanding tahun 2012 yaitu 22,08%. Sedangkan yang perlu mendapatkan perawatan sebesar kasus dan telah mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 96,5 % (tabel 53). 6. Pelayanan Kesehatan Kerja a. Pelayanan Kesehatan Sektor Informal Pekerja sektor informal adalah mereka yang bekerja dengan skala kecil dengan ciri-ciri antara lain bekerja dalam jam kerja yang tidak tetap dan umumnya mempergunakan tenaga kerja dari lingkungan keluarga sendiri, risiko bahaya pekerjaan tinggi, keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan kerja, kesadaran tentang risiko bahaya pekerjaan rendah, kondisi pekerjaan tidak ergonomis, keluarga banyak yang terpajan, kurangnya pemeliharaan kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja sektor informal sebesar 38,07% dari jumlah pekerja (tabel 85) meningkat dibanding tahun sebelumnya. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

90 b. Pelayanan Kesehatan Sektor Formal Pekerja sektor formal adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan, instansi pemerintah dimana dalam menjalankan pekerjaannya mendapat perlindungan dari undang-undang yang ada, baik kesejahteraan maupun kesehatannya. Cakupan pelayanan kesehatan pada pekerja sektor formal di Kabupaten Jepara tahun 2013 adalah 72,65% dari jumlah pekerja (tabel 85). 7. Upaya Penyuluhan Kesehatan Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran tertentu, sedangkan penyuluhan masa adalah penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massa seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa cetak dan elektronik. Di Kabupaten Jepara tahun 2013 jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan adalah kegiatan, terdiri dari kegiatan penyuluhan kelompok dan 285 kegiatan penyuluhan massa (tabel 54). B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 1. Ibu Hamil Risti/Komplikasi Ditangani Ibu hamil dengan risiko tinggi adalah keadaan ibu hamil yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas, interval, dan tinggi badan. Sedangkan komplikasi pada proses persalinan adalah keadaan dalam proses persalinan yang mengancam kehidupan ibu maupun janinnya misalnya perdarahan, preeklamsia, infeksi jalan lahir, letak lintang, partus lama, dan lain-lain. Ibu Hamil dengan Komplikasi yang ditangani adalah Ibu hamil dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

91 PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif). Gambar 4.13 Cakupan Ibu hamil Risti/komplikasi ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun , , ,02 63, Cakupan Target SPM Cakupan ibu hamil risiko tinggi dan komplikasi yang ditangani puskesmas di Kabupaten Jepara adalah 94,0% dari jumlah kasus ibu hamil risti/komplikasi orang (tabel 31). Angka ini belum mencakup pelayanan yang ada di RSUD Kartini, RS swasta, Rumah Bersalin maupun fasilitas kesehatan lainnya. Cakupan Bumil risti/komplikasi di Kabupaten Jepara dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Target SPM tahun 2013 adalah 94% sehingga target telah terpenuhi. 2. Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani Neonatal risiko tinggi/komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian, misalnya asfiksia, BBLR, Tetanus, Infeksi dan lain-lain. Neonatal Risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatal risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

92 yaitu dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit). Gambar 4.14 Cakupan Neonatal Risti/komplikasi ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun , ,86 54,3 23, Cakupan Target SPM Pada tahun 2013 cakupan penanganan neonatal risti/komplikasi yang dilaporkan sebesar 85,92% (tabel 31). Cakupan ini sudah memenuhi target SPM tahun 2013 yang harus dicapai yaitu 80%. 3. Pelayanan Gawat Darurat Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitas Jantung Paru Otak agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut. Sarana kesehatan yang dimaksud adalah rumah bersalin, puskesmas dan rumah sakit. Sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan dalam menangani kegawatdaruratan level I di Kabupaten Jepara RS Umum 6 buah, RS Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

93 Khusus 3 buah, Puskesmas 14 buah yang telah perawatan, dan Sarana Pelayanan kesehatan lainnya 12 buah (tabel 49). C. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Cakupan Rawat Jalan Rawat jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Berdasarkan definisi operasional yang ada satu orang pasien yang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan, dalam satu tahun hanya dihitung satu kali meskipun ia datang berkali-kali dalam tahun tersebut. Cakupan kunjungan rawat jalan di Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 104,5% (tabel 58). 2. Cakupan Rawat Inap Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dalam hal ini seorang pasien hanya dihitung sekali selama satu tahun bila berkunjung ke sarana kesehatan. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebesar 6,1% (tabel 58). 3. Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Tahun 2013 di Kabupaten Jepara terdapat kunjungan (tabel 58). Rekapitulasi ini berasal dari laporan Puskesmas dan Rumah Sakit yang Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

94 memberikan pelayanan kesehatan jiwa dimana kunjungan terbesar ada di RSU RA Kartini. 4. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam waktu tertentu. Kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dimaksud adalah upaya pelayanan penunjang medik untuk mendukung dalam pelayanan medik, dimana untuk menegakkan diagnosis dokter di rumah sakit. Di Kabupaten Jepara tahun 2013 sarana kesehatan dengan kemampuan laboratorium sebesar 100% dengan perincian 6 Rumah Sakit Umum, 3 Rumah Sakit Khusus dan 21 Puskesmas (tabel 71). D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program lingkungan sehat bertujuan mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan, Pengendalian dampak risiko lingkungan, pengembangan wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks. Kegiatan tersebut tidak dapat berjalan dengan mengandalkan satu sektor tetapi harus melibatkan lintas sektor. Seperti penyedia hulu melibatkan perindustrian, lingkungan hidup, pertanian, pekerjaan umum dan lain-lain, sedangkan Dinas Kesehatan berfokus pada penyedia hilir atau Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

95 pengelolaan dampak sebagai penyedia pelayanan kesehatan walaupun faktor promotif dan preventif juga diperlukan. 1. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC dan lain-lain ,29 Gambar 4.15 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jepara Tahun ,74 64,1 66,23 64, Rumah Sehat Tahun 2013 pemeriksaan rumah sehat dilakukan dengan pengambilan sampling dari setiap puskesmas. Sebanyak rumah telah diperiksa atau 34,8% dari rumah keseluruhan dan didapatkan hasil rumah atau 64,91% memenuhi syarat rumah sehat (tabel 62). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

96 2. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Kementrian Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri serta Kementrian Pekerjaan Umum memberikan dampak cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Persentase keluarga menurut jenis air bersih yang digunakan dikategorikan dalam kemasan, ledeng, SPT, SGL, mata air, PAH, dan kategori lainnya. Gambar 4.16 Persentase Keluarga menurut Jenis Air Bersih yang Digunakan di Kabupaten JeparaTahun , , ,11 0,27 0 1,03 Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

97 Jumlah keluarga di Kabupaten Jepara sebesar KK yang diperiksa sebesar Dari keluraga yang diperiksa yang mempunyai akses air bersih adalah sebesar 83,79% dimana yang terbesar menggunakan Sumur Gali sebagai sarana air bersih mereka sebesar 68,41% dan ledeng 13,97%. Masih ada jumlah kelurga yang tidak mempunyai akses air besih sebesar 16,21% (tabel 64). 3. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Menurut sumber air minum yang digunakan dikategorikan dalam air kemasan, air isi ulang, ledeng meteran, ledeng eceran, pompa, sumber terlindungi, mata air terlindungi, penampungan air hujan, sumber galian tak terlidungi, mata air tak terlindungi, air sungai, lain-lain. Gambar 4.17 Persentase Keluarga menurut Sumber Air Bersih yang Digunakan di Kabupaten JeparaTahun ,08 0 0,23 13,97 0 0,11 0,82 0 5, Jumlah keluarga menurut sumber air yang digunakan paling besar menggunakan sumur terlindungi sebesar 63,08% dari jumlah tersebut yang menggunakan sumber air yang terlindungi sebesar 78,19% (penjumlahan dari air kemasan, air isi ulang, ledeng meteran, ledeng eceran, pompa, sumur terlindungi, dan mata air terlindungi) (tabel 65). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

98 4. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi kepemilikan jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Jumlah KK yang dijadikan sampling untuk tahun 2013 adalah KK dari KK. Gambar 4.18 Cakupan kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar di Kabupaten Jepara Tahun Jamban Tempat sampah Air limbah 92,02 92,1 92,1 74,8 75,49 75,4 28,17 28,83 29,3 79,9 63,3 57,15 88,33 71,34 38, Jumlah KK yang memiliki jamban atau 71,34%, tempat sampah atau 88,33% dan jumlah KK yang memiliki pengelolaan air limbah sebanyak atau 38,58% (tabel 66). Yang menjadi permasalahan adalah dari sampel yang memiliki sanitasi dasar yang dinyatakan memenuhi kriteria sehat untuk jamban 54,23%, tempat sampah 63,30%, pengelolaan air limbah 74,51%. Permasalahan yang ada dikarenakan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan masih kurang. Ini diantisipasi dengan peningkatan pengetahuan tentang PHBS khususnya sanitasi dasar dengan penyuluhan terhadap masyarakat yang rawan ditunjang dengan pemberian stimulan khusus jamban dan SPAL melalui kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

99 5. PersentaseTempat-Tempat Umum (TTU) Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum secara garis besar meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar dan tempat-tempat umum lainnya. Tabel 4.19 Cakupan Pengawasan tempat-tempat Umum di Kabupaten Jepara Tahun 2013 Jumlah Diperiksa Sehat Hotel Restoran/ Rmh Makan Pasar TUPM lainnya Pemeriksaan diatas hanya dapat diambil sampel saja dan jumlahnya masih kecil yang diperiksa. Hasil secara keseluruhan yang memenuhi kriteria sehat hanya 33,15% dari sampel yang diperiksa (tabel 67). Permasalahan yang ada karena kurangnya pembinaan TTU di puskesmas yang langsung ke lapangan dan juga langsung pada pengelola TTU sehingga perlu pembinaan dan pemberitahuan pengetahuan langsung dari Dinas untuk petugas di puskesmas diteruskan kepada pengelola TTU. 6. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Institusi yang dibina adalah unit kerja yang dalam memberikan pelayanan/jasa potensial menimbulkan resiko/dampak kesehatan. Kondisi kesehatan lingkungan pada institusi meliputi Institusi kesehatan, pendidikan, tempat ibadah, kantor dan sarana lain dititikberatkan pada aspek hygiene Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

100 sarana sanitasi yang erat kaitannya dengan kondisi fisik bangunan institusi tersebut. Cakupan institusi yang dibina di Kabupaten Jepara Tahun 2013 yaitu sarana kesehatan sebesar 100%, instalasi pengolahan air minum 100%, sarana pendidikan 49,13%, sarana ibadah sebesar 36,74%, perkantoran 25,78% dan sarana lain 4,31%. (tabel 68). 7. Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Salah satu kriteria rumah dikatakan sehat adalah bebas jentik nyamuk Aedes aegypti. Rumah bebas jentik merupakan upaya untuk memerangi wabah Demam Berdarah (DBD). Disamping itu juga dapat menyadarkan masyarakat untuk membangun kesehatan lingkungan dari ancaman penyakit DBD berbasis keluarga. Gambar 4.20 Cakupan Rumah Bebas Jentik di Kabupaten Jepara Tahun Cak Rumah Bebas Jentik 85,35 85,31 85,34 66,62 64,85 Tahun 2013 sebanyak rumah bebas jentik atau 64,85 % dari rumah yang diperiksa (tabel 63). Cakupan tertinggi di Puskesmas Tahunan 84,94 %. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

101 E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Pemantauan Pertumbuhan Balita a. Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Salah satu kegiatan program perbaikan gizi adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita di Posyandu. Penimbangan balita di Posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu (D/S) maka semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Gambar 4.21 Cakupan Balita yang Datang dan Ditimbang (D/S) Di Kabupaten Jepara Tahun ,4 D/S 80,63 81,5 78,64 75, Berdasarkan laporan dari Puskesmas tahun 2013 partisipasi masyarakat dalam penimbangan di Posyandu sebesar 81,5%. Puskesmas Kedung I merupakan penyumbang terbanyak partisipasi masyarakat dalam penimbangan sebesar 95,50%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

102 b. Balita yang Naik Berat Badannya Pertumbuhan balita dapat dipantau melalui pertambahan berat badan. Semakin bertambah umur anak, akan bertambah pula berat badannya. Balita yang Naik Berat badannya adalah balita yang ditimbang dua bulan berturut-turut naik berat badannya dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS. Persentase Balita yang naik timbangannya dapat menggambarkan tingkat kesehatan balita di wilayah kerja posyandu. Semakin banyak jumlah balita yang naik timbangan berat badannya berarti kader posyandu telah berhasil dalam memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat di desanya, sehingga orang tua dapat memberikan makanan yang cukup gizi kepada anaknya. Gambar 4.22 Cakupan Balita yang Naik Berat Badannya (N/D) Di Kabupaten Jepara Tahun N/D 78,1 61,84 82,6 80,22 81,01 Tahun 2013 Cakupan balita di Kabupaten Jepara yang naik berat badannya sebesar 81,01%. Cakupan tertinggi adalah Puskesmas Kedung I sebesar 90,73% dan terendah adalah Puskesmas Pecangaan sebesar 59,93% (tabel 44). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

103 c. Balita Bawah Garis Merah (BGM) Selain balita yang naik berat badannya, hasil penimbangan balita di posyandu juga menemukan adanya Balita Bawah Garis Merah (BGM). Balita BGM adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak semua BGM dapat menggambarkan gizi buruk pada Balita. Status gizi buruk dapat dilihat dari perbandingan berat badan dan tinggi badan anak tersebut. Gambar 4.23 Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Jepara Tahun Di Kabupaten Jepara presentase Balita BGM tahun 2013 sebesar 1,55 mengalami kenaikan dibanding tahun lalu. Operasi timbang merupakan kegiatan yang memungkinkan penemuan BGM yang naik. Yang mengarah kepada balita gizi buruk dapat diantisipasi dengan tindakan pencegahan (tabel 44). 2. Pelayanan Gizi Pelaksanaan program gizi khususnya pada pelayanan program gizi dan suveilans bertumpu pada bidan desa dan petugas gizi puskesmas. Petugas Gizi puskesmas banyak yang merangkap sebagai petugas lain seperti bendahara Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

104 jamkesmas, bendahara BOK, bendahara operasional sehingga banyak waktu yang tersita pada kegiatan tugas lain sehingga seringkali kegiatan surveilans gizi tidak dilaksanakan secara optimal. Motivasi dan bintek petugas kabupaten terus dilaksanakan agar kegiatan pokok sebagai petugas gizi tidak terabaikan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan program gizi puskesmas belum semua berjalan dengan tepat waktu, akurat sehingga data yang masuk ke kabupaten sering terlambat, diperlukan pemantapan pembinaan petugas berupa supervisi dan monev secara terus menerus. Perilaku gizi pada masyarakat seperti pemberian ASI ekslusif dan konsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat masih rendah. Pengetahuan keluarga sadar gizi terus dilakukan dengan pemberian KIE. Posyandu lebih difungsikan di meja ke 4 dengan memberikan KIE pada masyarakat terutama yang bermasalah terhadap hasil penimbangannya. Fungsi dan peran posyandu lebih ditingkatkan dalam upaya peningkatan upaya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat untuk melindungi masyarakat yang menjamin garam yang beredar memenuhi persyaratan kandungan yodiumnya telah diterbitkan PERDA No.2 tentang Pengaturan Pengawasan Garam Tidak Beryodium. a. Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tujuan pemberian vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Dalam hal ini selain untuk mencegah kebutaan, vitamin A berperan dalam menurunkan angka kematian anak dan lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Bayi dan balita yang menjadi sasaran pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi adalah bayi yang berumur 6-11 bulan diberikan kaspul vitamin A dengan dosis SI (biru) dan anak balita umur bulan diberikan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

105 kapsul vitamin A dosis SI (merah). Pada bayi diberikan setahun sekali pada bulan Pebruari atau Agustus, dan untuk anak balita enam bulan sekali yang diberikan serentak pada bulan Pebruari dan Agustus. Gambar 4.24 Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A Bayi dan Balita di Kabupaten Jepara Tahun , , , , Bayi 99,51 98, ,74 99,54 Anak Balita 99,18 97, ,27 98,91 Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi di Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 99,54% dan balita sebesar 98,91% (tabel 32). Puskesmas yang belum mencapai 100 % untuk pemberian vitamin A pada bayi adalah Puskesmas Mayong II, Batealit, Jepara, Mlonggo, dan Bangsri I. Sedangkan puskesmas yang telah mencapai 100 % pada pemberian vitamin A pada anak balita adalah Puskesmas Kedung I, Kedung II, Welahan I, Welahan II, Keling I, Kalinyamatan, Kembang, Donorojo dan Karimunjawa. b. Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A Selain pemberian vitamin A pada bayi dan balita, upaya menurunkan prevalensi KVA juga melalui pemberian vitamin A pada ibu nifas (melahirkan). Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga akan meningkatkan status vitamin A pada bayi yang disusuinya. ASI merupakan sumber utama vitamin A bagi bayi pada enam Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

106 bulan kehidupannya dan merupakan sumber yang penting hingga bayi berusia dua tahun. Ibu nifas seharusnya menerima SI atau dua kapsul dosis 200,000 SI. Pemberian kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian. Pemberian ini dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas Gambar 4.25 Cakupan Ibu Nifas yang Mendapat Kapsul Vitamin A di Kabupaten Jepara Tahun Bufas 90,57 95,87 100,28 96,62 92,6 Pada tahun 2013 cakupan ini mencapai 92,60% (tabel 32). Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan bufas diantaranya: 1. Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyerbarluasan informasi. 2. Sosialisasi pemberian kapsul vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. 3. Kegiatan konseling/konsultan gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. 4. Lintas program/lintas sektor terkait (promosi kesehatan, imunisasi, dll). 5. Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang belum mendapatkan kapsul vitamin A pada bulan kapsul. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

107 c. Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe Anemia gizi adalah masalah umum yang merupakan masalah kesehatan masyarakat. Jenis anemia gizi terbanyak adalah anemia defisiensi besi dimana 50-70% wanita hamil menderita jenis anemia ini. Anemia defisiensi besi (Fe) pada ibu hamil akan menimbulkan dampak yang sangat besar sekali terutama terhadap ibu dan janin yang dikandungnya. Ibu hamil dengan anemia dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan, dan pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya di antaranya adalah melalui program suplementasi tablet Fe pada ibu hamil. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah (Fe) 90 tablet selama kehamilannya. Gambar 4.26 Persentase Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kabupaten Jepara Tahun ,19 95,13 98,47 101,44 99,82 95,48 90,01 90,32 90,51 85, Fe 1 Fe 3 Dari gambar diatas dapat dilihat adanya fluktuasi cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil dalam lima tahun terakhir, baik Fe 1 maupun Fe 3. Tahun 2013 ini persentase Fe 1 mengalami penurunan dari Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

108 tahun lalu, dimana tahun ini sebesar 95,48% dan Fe 3 juga mengalami penurunan diangka 90,51% (tabel 30). d. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Gizi buruk adalah keadaan Kekurangan Energi dan Protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan/atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Sedangkan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk (0-59 bulan) yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan dan atau di rumah oleh tenaga kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah kasus Balita Gizi buruk di Kabupaten Jepara tahun 2013 sebanyak 162 kasus dan semuanya telah mendapatkan perawatan (tabel 45). F. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator yaitu: Variabel KIA dan Gizi: Persalinan nakes, ASI eksklusif, penimbangan balita, gizi. Variabel Kesehatan Lingkungan: Air bersih, jamban, sampah, kepadatan hunian, lantai rumah. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

109 Variabel Gaya Hidup: Aktivitas fisik, tidak merokok, cuci tangan, kesehatan gigi dan mulut, miras/ narkoba Variabel lainnya: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pengkajian PHBS Rumah Tangga di Kabupaten Jepara Tahun 2013 dilakukan secara sampling dengan mengambil sampel Rumah Tangga di Puskesmas. Dari sampel yang diambil mendapatkan rumah tangga yang ber- PHBS adalah 79,22 % (tabel 61). 2. Persentase Posyandu Aktif Posyandu merupakan wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan kesehatan dasar utamanya lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 60 Gambar 4.27 Persentase Posyandu berdasarkan Strata di Kabupaten Jepara Tahun Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah Posyandu di Kabupaten Jepara dalam tiga tahun terakhir mengalami keajegan yaitu posyandu (tabel 72). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

110 a. Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau cakupan kelima kegiatan utamanya yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi, dan penanggulangan diare lebih dari 50%, serta sudah ada program tambahan. 35 Gambar 4.28 Cakupan Posyandu Purnama di Kabupaten Jepara Tahun cakupan 20,49 26,02 32,76 32,76 32,76 Posyandu yang mencapai strata purnama tahun 2013 sebesar 32,76 %. Cakupan tertinggi ada di puskesmas Jepara sebesar 55,34 % (tabel 72) b. Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

111 Gambar 4.29 Cakupan Posyandu Mandiri di Kabupaten Jepara Tahun cakupan 5,8 6,5 11,43 11,43 11,43 Dari gambar terlihat adanya fluktuasi pencapaian strata posyandu mandiri. Cakupan tahun 2013 sebesar 11,43 % sama dari tahun Cakupan tertinggi di Puskesmas Jepara 32,04 % tetapi masih ada puskesmas yang belum terdapat posyandu mandiri (tabel 72). 3. Bayi Yang Mendapatkan ASI Ekslusif Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI mempunyai kandungan yang sangat bervariasi. ASI yang dikeluarkan pada 7 hari pertama setelah bayi lahir disebut kolostrum. Kolostrum sangat baik diberikan pada bayi baru lahir karena mengandung banyak anti bodi dan sel darah putih, serta vitamin A yang diperlukan bayi karena dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara eksklusif adalah: bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti air putih, susu formula, air teh, jeruk, madu, dan tanpa tambahan makanan padat seperti bubur susu, bubur nasi, tim, biskuit, pepaya, dan pisang mulai bayi lahir sampai umur 6 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya dan tetap mendapatkan ASI sampai umur 24 bulan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

112 Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat untuk bayi, diantaranya melindungi dari infeksi gastrointestinal, mencegah kekurangan zat besi, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko kegemukan dan terkena penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol kelak saat dewasa, dan berguna bagi perkembangan otak bayi Gambar 4.30 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jepara Tahun ASI Eksklusif 29,39 41,1 33,4 55,6 66,8 Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Jepara selama lima tahun terakhir memperlihatkan adanya fluktuasi. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan meningkat dari 55,6 % tahun 2012menjadi 66,8 % tahun 2013 (tabel 41). 4. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik Garam beryodium adalah garam telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) (mengandung KIO ppm). Yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroid. Hormon ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal serta perkembangan mental dan fisik. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

113 Kekurangan maupun kelebihan konsumsi yodium bisa menyebabkan gangguan pada tiroid. Berdasarkan standar internasional yang digunakan Food and Drug Administration (FDA), konsumsi yodium maksimal untuk seseorang kira-kira 150 mikogram (mkg) per hari. Kebutuhan ini bisa didapatkan dari mengkonsumsi satu sampai satu setengah sendok makan garam beryodium. Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi (keguguran pada ibu hamil, bayi lahir cacat), anak kurang cerdas, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi. Gambar 4.31 Persentase Desa/kelurahan dengan Garam Beryodium Baik di Kabupaten Jepara Tahun Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan Cakupan 50 47,94 62,56 73,85 74,87 Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 195 desa di Kabupaten Jepara tahun 2013, terdapat 146 desa sebesar 74,87% dengan garam beryodium baik (tabel 86). Adanya peningkatan cakupan garam beryodium dikarenakan untuk tahun ini tes iodine yang dilakukan dengan kriteria dipermudah yaitu bila warna garam yang dites sudah berubah warna biru Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

114 dianggap sudah memenuhi kriteria garam beryodium tidak seperti tahun 2011 harus berubah biru tua. G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI KEJADIAN LUAR BIASA DAN BENCANA Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Adapun kriteria yang dipakai untuk menentukan adanya KLB adalah sebagai berikut : 1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun). 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya. 8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

115 b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. 9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita : a. Keracunan makanan b. Keracunan pestisida Tingginya frekuensi KLB seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, AFP (Acute Flacid Paralisys ), keracunan makanan, difteri, campak, diare, bencana disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut adanya upaya/tindakan secara cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan di atasnya. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan KLB <24 jam adalah desa/kelurahan yang mengalami KLB dan dilakukan penyelidikan <24 jam oleh kabupaten/kota terhadap KLB pada periode/kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 dari 195 desa yang ada di Kabupaten Jepara, 5 desa/kelurahan terkena KLB dan 4 desa atau sebesar 80% telah mendapatkan penanganan kurang dari 24 jam oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten. Kejadian KLB tahun 2013 adalah kejadian KLB Leptospirosis 1 kasus, Hepatitis A 30 kasus, Campak, 26 kasus, difteri 3 kasus, dan DBD 18 kasus. Hanya DBD yang disertai dengan kematian yaitu 11 kasus (tabel 50). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

116 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN 1. Data Dasar Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah merupakan sarana pelayanan masyarakat di tingkat dasar. Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Jepara tahun 2013 adalah 21 terdiri dari 14 Puskesmas Perawatan dan 7 Puskesmas Non Perawatan. Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja puskesmas, dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh puskesmas rata-rata penduduk per puskesmas, maka rasio jumlah puskesmas tahun 2013 sebesar 0,53. Dengan begitu jumlah ideal dari Jumlah penduduk jiwa adalah 38 puskesmas. Ini berarti jumlah puskesmas di Kabupaten Jepara masih kurang. Akan tetapi telah terpenuhi dengan adanya puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Jumlah puskesmas pembantu di Kabupaten Jepara 44 buah dengan ditambah puskesmas keliling 26 buah. Dengan adanya jaringan pelayanan kesehatan dibawah puskesmas diharapkan dapat mendekatkan diri kepada masyarakat dan menjangkau ke semua masyarakat. 2. Indikator Pelayanan Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk sehingga dapat terukur tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

117 Tabel 5.1 Jumlah rumah Sakit di Kabupaten Jepara menurut jenis dan pemilikan Tahun 2013 PEMILIKAN/PENGELOLA NO FASILITAS KESEHATAN PEM. PUSAT PEM. PROV PEM. KAB TNI/ POLRI BUMN SWASTA JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT JIWA RUMAH SAKIT BERSALIN RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA Rumah sakit yang ada di Kabupaten Jepara adalah RSU Dr.Rehata (milik Pemerintah Provinsi), RSU RA Kartini, RSU PKU Muhammadiyah Mayong, RSI Sultan Hadlirin, RSU Graha Husada, Rumah Sakit Aulia Medica, Rumah Sakit Bersalin Restu Ibu, RSIA Kumala Siwi dan RSIA Siti Khadijah. Untuk tahun 2013 ada rumah sakit yang tidak memberikan datanya yaitu RSIA Siti Khadijah, RSB Restu Ibu dan RS dr.rehata sehingga data tidak dapat terekapitulasi. a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupation Rate (BOR) Pelayanan rumah sakit dapat diukur kinerjanya antara lain dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

118 Gambar 5.2 Angka Pemakaian Tempat Tidur (BOR) di Kabupaten Jepara Tahun ,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 77,17 53,71 67,31 65,71 0,00 27,02 0,00 13,66 0,00 BOR tertinggi di RSUD RA Kartini sebesar 77,17%, RSI Sultan Hadlirin sebesar 67,31% dan RSIA Kumala Siwi 65,71% dan yang lainnya masih dibawah 60 % (batas bawah ideal). Rata-rata BOR Rumah Sakit keseluruhan 62,97% (tabel 60). b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS) Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6-9 hari. Gambar 5.3 Angka Rata-rata Rawat Pasien (ALOS) di Kabupaten Jepara Tahun ,05 4,56 3,63 4,75 3,60 3,02 0,00 0,00 0,00 ALOS Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

119 ALOS tertinggi di RSUD RSIA Kumala Siwi nilai ALOS sebesar 4,75. Dan terendah di RSU PKU Aulia Medica dengan nilai ALOS 3,02. Dari Rumah sakit yang ada, tidak ada yang mencapai angka ideal (tabel 60). c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/Turn of Interval (TOI) TOI bersama dengan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek Angka ideal untuk TOI adalah 1 3 hari. Gambar 5.4 Angka Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati (TOI) di Kabupaten Jepara Tahun ,10 1,20 3,93 1,76 2,48 0,00 3,25 0,00 0,00 TOI TOI tertinggi di RS Aulia Medica sebesar 19,10 dan terendah di RSU RA Kartini 1,20. Angka ideal dicapai RSU RA Kartini, RSI Sultan Hadlirin dan RSIA Kumala Siwi (tabel 60). d. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat <48 Jam/Net Death Rate (NDR) Angka NDR adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1000 penderita keluar. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

120 Gambar 5.5 Angka Kematian Penderita Yang dirawat <48 jam/ Net (NDR) di Kabupaten Jepara Tahun ,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 23,23 2,33 16,53 0,00 0,00 1,81 0,00 0,00 0,00 NDR Di semua Rumah sakit masih dibawah nilai yang ditolerir, dimana RSUD RA Kartini mempunyai nilai NDR tertinggi sebesar 23,23 (tabel 59). e. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR) Angka GDR adalah untuk mengetahui pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka GDR yang dapat ditolerir maksimal 45. Gambar 5.6 Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat (GDR) di Kabupaten Jepara Tahun ,5 30,0 9,6 0,0 0, GDR Di semua Rumah sakit masih dibawah nilai yang ditolerir, dimana RSUD RA Kartini mempunyai nilai GDR tertinggi sebesar 43,5 (tabel 59). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

121 3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola Tabel 5.7 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2013 NO FASILITAS KESEHATAN PEM. PUSAT PEM. PROV PEMILIKAN/PENGELOLA PEM. KAB TNI/ POLRI BUMN SWASTA JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT JIWA RUMAH SAKIT BERSALIN RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA PUSKESMAS PERAWATAN PUSKESMAS NON PERAWATAN PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS PEMBANTU RUMAH BERSALIN BALAI PENGOBATAN/KLINIK PRAKTEK DOKTER BERSAMA PRAKTEK DOKTER PERORANGAN PRAKTEK PENGOBATAN TRADISIONAL PKD POSYANDU APOTEK TOKO OBAT GFK INDUSTRI OBAT TRADISIONAL INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

122 B. TENAGA KESEHATAN 1. Persebaran Tenaga Kesehatan Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan fisik dan penambahan sarana prasarana, penambahan peralatan dan ketenagaan serta pemberian biaya operasinal dan pemeliharaan. Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin meningkat. Untuk itu dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan yang terampil dan siap pakai sesuai dengan karakteristik dan fungsi tenaganya. Sampai saat ini kebutuhan tenaga kesehatan masih belum sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dari usulan permintaan kebutuhan tenaga kesehatan baik di pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota yang sulit terpenuhi akibat belum tertatanya data-data serta belum siapnya anggaran untuk perekrutan pegawai. Kekurangan lain disebabkan belum bergantinya tenaga kesehatan yang pensiun dan makin kompleksnya masalah-masalah kesehatan yang ditangani oleh tenaga tersebut. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut ditangani dengan membuka penerimaan CPNS baru baik secara swakelola maupun tenaga pusat yang ditempatkan di daerah. Usulan lain dalam mencukupi kekurangan tenaga kesehatan juga dilakukan dengan pengangkatan Dokter tidak tetap, Bidan tidak tetap yang kedepannya mengangkat tenaga lain sebagai pegawai tidak tetap disamping sebagai Pegawai Harian Lepas (HPL). Dalam pengangkatan PTT tersebut dilakukan masa bakti selama 3 (tiga) tahun baik dengan Pemerintah Pusat maupun dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masing-masing kabupaten/ kota. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Jepara pada tahun 2013 sebanyak orang yang terdiri dari berbagai profesi. Profesi terbesar adalah perawat dengan jumlah 713 orang dan bidan sejumlah 441 orang. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

123 2. Rasio tenaga kesehatan per penduduk. a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter harus menjalani pendidikan dokter paska sarjana (spesialisi) untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum dasar. Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Jepara tahun 2013 sebesar 41 orang terdiri dari 30 laki-laki dan 11 perempuan. Rasio dokter spesialis per penduduk adalah 3,53 (tabel 73). Bila mengacu standar WHO, diharapkan rasio per penduduk adalah 6 orang. Ini belum memenuhi standar yang ditetapkan. b. Rasio Tenaga Dokter Umum Rasio tenaga dokter umum dilihat dari jumlah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

124 Gambar 5.8 Rasio Dokter Umum di Kabupaten Jepara Tahun ,29 12,3 12,1 11,56 15, WHO Rasio Dokter Tahun 2013 yaitu jumlah dokter sebanyak 182 dokter terdiri dari 80 laki-laki dan 102 perempuan dengan rasio per sebesar 15,69. Jika mengacu pada standar WHO rasio yang diminta adalah 40 orang. c. Rasio Tenaga Dokter Gigi Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan penyakit atau kelainan pada gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan. Seseorang yang mempraktekkan ilmu kedokteran gigi disebut sebagai dokter gigi. Praktek kedokteran gigi umum meliputi tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif terhadap kondisi gigi dan mulut individu ataupun masyarakat. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi umum antara lain penambalan gigi berlubang, pembersihan karang gigi, pencabutan gigi, pembuatan gigi tiruan. Seorang dokter gigi seringkali menggunakan sinar-x dalam menegakkan diagnosa. Rasio tenaga dokter gigi dilihat dari jumlah dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan dengan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

125 Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.9 Rasio Dokter Gigi di Kabupaten Jepara Tahun ,17 1,36 1,4 1,31 2, WHO Rasio Dokter Gigi Jumlah dokter gigi di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebesar 24 terdiri dari 3 laki-laki dan 21 perempuan orang dengan rasio per penduduk sebesar 2,07. Bila dibandingkan standar WHO rasio per penduduk sebesar 11. Tidak semua puskesmas mempunyai dokter gigi, sehingga ada puskesmas tidak menyelenggarakan poli gigi. Di Kabupaten Jepara yang ada di Puskesmas hanya ada 13 dokter gigi tersebar di puskesmas. d. Rasio Tenaga Kefarmasian Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Tenaga kefarmasian terdiri dari Apoteker, S-1 Farmasi, D-III Farmasi, dan Asisten Apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebesar 175 terdiri atas apoteker 90 orang dan S-1 Farmasi, D-III Farmasi dan Asisten Apoteker 85 orang (tabel 75). Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

126 Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir. Gambar 5.10 Rasio Tenaga Kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun ,37 15,08 4,51 6, WHO Rasio Tenaga Farmasi Rasio per penduduk tenaga kefarmasian di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebesar 15,08 telah memenuhi standart WHO sebesar 10 (tabel 75). e. Rasio Tenaga Keperawatan Perawat adalah tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam kegiatan perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan, perlindungan, dan pemulihan orang yang terluka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi nonklinis yang diperlukan untuk perawatan kesehatan. Jumlah tenaga keperawatan di Kabupaten Jepara sebesar 713 orang yang terdiri dari 259 laki-laki dan 454 perempuan. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 telah dapat diterbitkan. Salah satu sarana yang dapat digunakan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Profil Kesehatan Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2013 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan sekalian

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN DRAFT ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2014 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Dinas Kesehatan BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Hunting) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

AKI

AKI AKI 2009 2010 2011 2012 11.24 12.27 12.93 10.2 2009 2010 2011 2012 ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya, Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 2018 mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD, sebagai berikut : A. Program

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN Jl. Proklamasi No. 16 Tegal (0283) 353351 Website : http://dinkes.tegalkota.go.id PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 581.947

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN N O SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET (%) PENGERTIAN FORMULA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci