PENANGANAN PASCAPANEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENANGANAN PASCAPANEN"

Transkripsi

1 43 PENANGANAN PASCAPANEN Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah yang akan dihasilkan pada akhir proses pascapanen. Penanganan pascapanen yang dilakukan departemen Kusuma Agrowisata (KA) dibedakan antara hasil panen racutan dengan panen kebun produksi (Gambar 8). Penanganan pascapanen apel hasil kebun produksi (Junggo) lebih intensif dari pada hasil panen racutan. Panen Kebun Junggo Racutan Sortasi dan Grading di Kebun Trading Pembersihan Sortasi dan Grading Packing (Plastik Wrapping film) Trading Pembersihan Pengemasan Curah Pengemasan Distribusi Supermarket Industri KA Produk Olahan Apel Pos Penjualan KA Konsumen Konsumen Gambar 8. Diagram Proses Pascapanen Apel di Kusuma Agrowisata

2 44 Kegiatan pascapanen dimulai dengan pengiriman buah dari kebun menuju trading. Kemasan transportasi yang digunakan untuk mengirim buah dari lapang ke trading adalah kontainer plastik dan keranjang bambu. Penerimaan barang di departemen trading dimulai dengan penimbangan. Seluruh buah yang datang ditimbang dan dicatat dalam buku penerimaan barang. Gambar 8 menunjukkan adanya perbedaan perlakuan pascapanen antara panen racutan dengan kebun Junggo. Apel Junggo mengalami proses pascapanen yang lebih intensif, sedangkan apel racutan langsung dijual di lokasi wisata Kusuma Agrowisata atau masuk ke divisi industri untuk diolah menjadi berbagai produk olahan apel. Selain perbedaan di atas, terdapat perbedaan lainnya antara hasil panen racutan dengan panen kebun produksi (Junggo). Tabel 7 menunjukkan perbedaan antara hasil panen racutan dan Junggo berdasarkan penamapilan buah, diameter buah, tujuan pemanenan, jumlah penenan serta sasaran penjualan. Penampilan Buah Diameter Buah Tujuan Dipanen Jumlah Panenan Sasaran Penjualan Tabel 7. Perbedaan Hasil Panen Racutan dan Kebun Produksi (Junggo) Apel Racutan Apel Junggo Secara umum merupakan buah Apel yang dipanen dengan banyak luka akibat serangan memiliki penampilan yang hama dan penyakit baik tanpa atau hanya sedikit buah yang rusak akibat hama atau penyakit 5-7 cm 6-9 cm Penghabisan untuk suatu blok sisa pemetikan wisatawan sehingga bisa dimulai untuk kegiatan selanjutnya, seperti perompesan. Tergantung dari sisa petikan wisatawan Apel segar dijual untuk karyawan KA serta wisatawan, sedangkan produk olahan dijual untuk wisatawan dan supermarket Memenuhi permintaan dari supermarket dan pos penjualan KA Tergantung dari jumlah pesanan supermarket, biasanya dilebihkan. Pasar modern (supermarket) Harga Jual Apel segar :Rp Rp 5 000/kg Rp Rp /kg Apel Olahan : Rp Rp per eceran. Sumber : Hasil Pengamatan

3 45 1. Pembersihan (cleaning) Menurut Sabari et al. (1991) pencucian buah dapat meningkatkan penampilan buah (bersih dan bercahaya) serta menekan surut bobot dan kerusakan mekanis. Pembersihan buah di Kusuma Agrowisata dilakukan di bagian trading secara manual dengan metode pembersihannya yaitu pencucian basah atau kering. Pencucian basah dilakukan dengan meletakkan kontainer berisi apel di bawah air mengalir. Apel dibersihkan dengan menghilangkan kotoran atau sisa pestisida yang menempel. Pencucian kering dilakukan dengan cara pengelapan menggunakan kain yang kering dan bersih. Pencucian basah dilakukan terhadap hasil panen racutan, sedangkan pencucian kering atau pengelapan dilakukan terhadap hasil panen Junggo. Pencucian untuk hasil racutan dilakukan sebelum buah dikirim ke trading dan setelah dilakukan sortasi dan grading di kebun. Pengelapan untuk hasil Junggo dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengemasan. 2. Penyortiran (sorting) dan Pengkelasan (grading) Penyortiran dan pengkelasan apel di Kusuma Agrowisata dilakukan secara manual berdasarkan pada keahlian dan pengalaman para pekerja. Penyortiran dilakukan dengan memisahkan antara buah yang busuk, terserang hama dan penyakit dengan buah yang berpenampilan baik sedangkan pengkelasan dilakukan dengan memisahkan buah berdasarkan perbedaan besar buah yang dapat menentukan harga jual. Menurut Winata (2006) pengkelasan dilakukan berdasarkan kriteria warna, bentuk, tingkat kematangan dan tingkat kerusakan. Pekerja harian Kusuma Agrowisata tidak melakukan seleksi terhadap kualitas warna dan rasa buah sehingga keseragaman kualitas buah kurang terjamin. Tabel 8. Grade Apel Kusuma Agrowisata Kriteria Grade A1 AB C D Diameter 7-8 cm ke 6-7 cm 5-6 cm < 5 cm Buah atas buah/kg

4 46 Kegiatan penyortiran dan pengkelasan apel hasil racutan dilakukan langsung di kebun oleh tenaga kerja panen. Apel yang telah disortir diangkut ke departemen trading Kusuma Agrowisata dan dilakukan penimbangan bobot kotor dengan alat timbangan (Gambar 9). Apel hasil panen Junggo dan apel yang berasal dari petani atau kulak langsung diangkut ke departemen trading tanpa dilakukan kegiatan penyortiran dan pengkelasan terlabih dahulu. Penimbangan dilakukan ketika apel sampai ke trading, kemudian kegiatan penyortiran dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengemasan atau kegiatan wrapping yang dilakukan oleh tenaga kerja khusus wrapping. Gambar 9. Alat Timbangan Apel Seluruh apel hasil sortiran yang tidak layak jual dikumpulkan dan dipisahkan dari apel yang masih layak jual. Apel sortiran tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk olahan apel atau dimanfaatkan sebagai pakan untuk Baby Zoo Kusuma Agrowisata. Hasil sortiran buah apel yang tidak layak jual merupakan suatu kehilangan hasil. Berdasarkan pengamatan di lapang, besarnya kehilangan hasil disajikan pada Tabel 9.

5 47 Tabel 9. Kehilangan Hasil Panen Kusuma Agrowisata Sumber Buah Apel Hasil Panen (kg) Kahilangan Hasil (kg) Persentase Kahilangan Hasil (%) Racutan Junggo Kulak / Petani Sumber : Hasil Pengamatan Kehilangan hasil dalam pascapanen merupakan produk yang tidak layak dijual kepada konsumen. Kehilangan hasil komoditas apel di Kusuma Agrowisata berkisar antara 20-27%. Kehilangan hasil terbesar diperoleh dari hasil panen kebun Junggo, yaitu sebesar 27.07%. Kehilangan hasil tersebut merupakan buahbuah yang sejak awal memiliki penampilan buah yang tidak layak jual, seperti banyaknya luka akibat serangan hama dan penyakit, memar serta bentuk buah yang tidak sempurna. Gambar 10. Buah Apel Ana Tidak Layak Jual Kehilangan hasil juga dapat disebabkan oleh teknik pengemasan dan pengangkutan dari kebun ke departemen trading.. Hasil panen Junggo dikemas dalam keranjang bambu. Menurut Sari (2008) pengemasan dengan keranjang bambu memiliki kelemahan yaitu anyaman bambu mudah lepas sehingga tidak cukup untuk melindungi buah, mudah berubah bentuk karena konstruksinya

6 48 lemah, banyak buah memar akibat benturan sesama buah dan daya simpan buah rendah. Menurut Soesarno (1992), proses packaging dan transportasi produk hortikultura merupakan proses yang sangat kritis. Proses packaging dan transportasi yang lebih baik dapat secara signifikan mengurangi kehilangan (loses) produk hortikultura. Keranjang bambu tidak dapat kebal terhadap kerusakan mekanik dan pada lapisan bagian dalam akan terjadi akumulasi panas dan gas etilen sehingga mempercepat kerusakan produk. 3. Pengemasan (packaging) Pengemasan yang dilakukan terdiri atas pengemasan transportasi dan pemasaran. Kemasan transportasi digunakan sejak buah dipanen dan akan dibawa ke bagian trading. Kemasan transportasi yang digunakan untuk hasil panen racutan adalah kontainer plastik dan karung, sedangkan hasil panen Junggo dikemas dengan keranjang bambu. Kemasan yang digunakan untuk memasarkan buah adalah kemasan kontainer plastik, tray foam, plastik wrapping film dan kardus. Menurut Burdon (1991), disain atau tempat pengemasan penting diperhatikan agar sesuai dengan fungsinya. Kemasan kontainer digunakan untuk penjualan apel secara curah di pos penjualan Kusuma Agrowisata, kemasan packing tray foam dengan plastik wrapping film digunakan untuk pemasaran apel ke supermarket, sedangkan kemasan kardus digunakan sebagai kemasan master untuk distribusi packing apel. Keuntungan yang diperoleh dari adanya pengemasan adalah produk menjadi mudah disimpan dan memberikan perlindungan terhadap kerusakan sehingga dapat melidungi mutu serta dapat meningkatkan harga jual. Menurut Hardenberg (1986) pengemasan tidak dapat meningkatkan mutu akan tetapi pengemasan berfungsi dalam menjaga mutu. Perbaikan dalam pengemasan memberikan peluang yang besar dalam pemasaran buah-buahan segar yang lebih efisien.

7 49 Gambar 11. Kemasan Packing dan Curah Apel Kusuma Agrowisata Kemasan tray foam digunakan untuk apel yang akan dikirim ke supermarket. Tray foam yang digunakan berukuran 16 cm x 12 cm x 2.5 cm. Apel disusun dalam tray foam dan ditimbang bobotnya sebesar 1 kg per pack dengan timbangan analitik sehingga hasil timbangan lebih tepat (Gambar 12). Kemasan tray foam tersebut kemudian dikemas kembali dengan plastik wrapping film menggunakan alat wrapping (Gambar 12). Hasil packing tersebut kemudian diberi sticker berlogo Kusuma Agrowisata. Pengemasan yang demikian merupakan pengemasan yang lebih menarik serta dapat meningkatkan nilai jual. Menurut Broto (1993), tujuan pengemasan adalah memberikan estetika untuk menarik konsumen, selain itu juga untuk melindungi buah dari pelukaan, memudahkan dalam pengleolaan suhu, mencegah kehilangan air, mempermudah dalam perlakuan khusus Pengiriman apel untuk supermarket tidak seluruhnya dikirim dalam bentuk packing. Terdapat beberapa yang dikirim dengan kemasan curah, misalnya untuk pengiriman ke Surabaya dan Bali. Hal tersebut disesuaikan dengan pesanan dari pihak supermarket.

8 50 Gambar 12. Alat Timbangan Analitik dan Alat Wrapping Tray foam dapat memberikan perlindungan yang baik akan tetapi hanya pada bagian bawah dan sisi (Ryall and Pentzer, 1982). Penambahan plastik wrapping film dapat memberikan perlindungan dari kerusakan akibat tekanan atau tubrukan. Namun, kemasan tersebut masih memerlukan kemasan master untuk memudahkan dalam proses pendistribusian ke pasar. Apel hasil kemasan packing dengan tray foam dan plastik dikemas kembali dengan menggunakan kardus sebagai kemasan master untuk distribusi dengan daya muat 25 pack. Pengisian ke dalam kardus dilakukan dengan padat dan rata, sebab kardus akan ditumpuk dalam perjalanan distribusi. Menurut Hardenberg (1986) pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan wadah-wadah yang dirancang dengan baik untuk melindungi barang dari getaran, kememaran dan berat wadah-wadah lain yang ditumpuk di atasnya. Gambar 13. Kardus Sebagai Kemasan Master untuk Distrisbusi

9 51 Pengisian yang padat dan rata tersebut memungkinkan wadah mempunyai kekuatan yang cukup ketika ditumpuk sehingga dapat melindungi isinya dalam keadaan penanganan yang bagaimanapun. Penambahan lubang ventilasi dilakukan untuk meminimalkan kerusakan akibat pengemasan yang terlalu padat dan akibat penumpukkan. Lubang ventilasi dalam kardus berfungsi untuk menghilangkan panas. Menurut Hardenberg (1986) penambahan lubang-lubang ventilasi dan peningkatan luas permukaan yang tersentuh udara dingin yang bergerak, sampai suatu derajat tertentu dapat meningkatkan penghilangan panas. Pendinginan dapat berlangsung lebih cepat bila udara mengalir menembus wadah-wadah yang ditumpuk dan melalui lubang angin daripada bila udara hanya mengalir sekeliling wadah-wadah saja. 4. Penyimpanan (storing) Penyimpanan buah-buahan segar dapat memperpanjang daya guna sebelum akhirnya dikirim ke konsumen. Menurut Pantastico et. al (1986) tujuan utama dilakukannya penyimpanan adalah pengendalian laju transpirasi, respirasi, infeksi penyakit, dan mempertahankan produk dalam bentuk yang paling berguna bagi konsumen. Ruang penyimpanan apel Kusuma Agrowisata merupakan packing house yang juga merupakan tempat pos penjualan produk segar Kusuma. Penyimpanan dalam packing house dilakukan tanpa diberi perlakukan khusus. Apel yang telah dikemas dalam bentuk packing maupun curah disusun rapi dalam packing house. Penempatannya dipisahkan antara packing apel yang akan dikirim ke supermarket dengan apel racutan yang akan dijual langsung di pos penjualan Kusuma Agrowisata. Penyimpanan packing apel Kusuma Agrowisata termasuk ke dalam penyimpanan jangka pendek. Kusuma Agrowisata hanya melakukan pemanenan serta packing pada hari dikirimnya apel tersebut ke supermarket, baik lokal maupun luar kota. Hal tersebut untuk mengurangi resiko kerusakan pada produk segar tersebut. Menurut Childers (1973), apabila buah mengalami penangangan secepat mungkin setelah dipanen maka akan sedikit kemungkinan bahaya

10 52 kerusakan dan infeksi. Selain itu, hal tersebut memberikan keuntungan untuk membuang dan menghilangkan atau mengurangi sumber infeksi bagi apel lain, yang akan berpengaruh terhadap kualitas, dan dapat memberikan ruang yang lebih luas dalam penyimpanan maupun pengepakan. Gambar 14. Penyimpanan Buah dan Sayur di Packing House KA Penyimpanan apel racutan di dalam packing house tidak dapat bertahan lama. Berdasarkan pengamatan, apel racutan mengalami kemunduran dengan ciri, daging buah melunak, luka akibat serangan hama dan penyakit semakin meluas. Tindakan yang dilakukan pihak trading adalah dengan melakukan penghapusan barang. Total buah apel pada penghapusan barang Mei 2009 sebanyak 17.2 kg. seluruh komoditi hasil penghapusan barang, dikumpulkan dan segera dibuang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi terhadap komoditi yang masih segar. 5. Pengangkutan Apel hasil panen dari kebun dikirim ke trading Kusuma Agrowisata menggunakan sepeda motor atau mobil bak terbuka (pick up), sedangkan pengangkutan dari trading menuju pasar menggunakan mobil box serta truck tertutup. Pengiriman apel dibedakan berdasarkan pasar tujuan, yaitu pasar tujuan lokal (Batu dan Malang) serta pasar tujuan Surabaya dan Bali. Jenis pengangkutan yang digunakan untuk produk hortikultura salah satunya dipengaruhi oleh faktor waktu dan jarak serta lingkungan (Chace dan Pantastico, 1973). Sepeda motor digunakan untuk pengiriman apel dari kebun

11 53 wisata yang jaraknya relatif dekat dengan trading Kusuma Agrowisata, sedangkan hasil panen kebun produksi dikirim dengan mobil pick-up karena jaraknya yang cukup jauh dari trading Kusuma Agrowisata. Departemen trading Kusuma Agrowisata memiliki beberapa unit kendaraan untuk mengirimkan buah ke supermarket (Tabel 10). Mobil boks digunakan untuk pengiriman buah ke wilayah Malang, Surabaya serta Kediri sedangkan truck tertutup digunakan untuk pengiriman buah ke wilayah Bali. Pengiriman apel dari kebun hingga ke supermarket berlangsung selama satu hari, kecuali untuk daerah Bali yang membutuhkan waktu 2 hari. Tabel 10. Kendaraan Distribusi Apel Kusuma Agrowisata Jenis Kendaraaan Unit Tujuan Kapasitas (kg) Waktu Pengiriman Mobil Boks 2 Malang 2100 Pukul WIB Surabaya, Kediri Pukul WIB Truck Tertutup 1 Bali Pukul WIB Sumber : Departemen Trading KA, 2009 Departemen trading Kusuma Agrowisata melakukan pengiriman buah empat kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu sekitar pukul WIB. Penyusunan packing apel di dalam mobil boks dilakukan berdasarkan tujuan pengiriman. Produk untuk pengiriman terjauh diletakkan paling dalam sedangkan yang terdekat diletakkan paling luar. Hal tersebut untuk memudahkan dalam penangananya. Mobil boks Kusuma Agrowisata memiliki pendingin (AC) yang bersuhu 8-10 o C untuk mempertahankan kualitas buah dan sayuran agar tetap segar dan tidak rusak hingga tiba di tempat pengiriman. Menurut Chace dan Pantastico (1973) terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengangkutan bahanbahan makanan yang mudah rusak, yaitu penyampaian barang yang cepat dan tepat, pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi serta adanya harapan keuntungan yang cukup dari hasil yang bersangkutan.

12 54 Komoditi buah dan sayur Kusuma Agrowisata yang dikirim ke supermarket terkadang kembali ke bagian trading Kusuma Agrowisata karena tidak diterima oleh pihak supermarket. Faktor penyebabnya adalah barang ditolak pihak supermarket atau karena barang tidak terkirimkan oleh sales. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapang, jumlah apel yang ditolak atau kembali ke trading Kusuma Agrowisata pada April 2009 adalah sebanyak 279 kg apel Rome Beauty. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kualitas apel yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh supermarket, seperti faktor keseragaman ukuran buah, kematangan, dan bercak-bercak pada kulit buah. Pemasaran Pemasaran merupakan proses penjualan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tujuan akhir untuk memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak. Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam kegiatan usaha tani. Rantai pemasaran apel di departemen trading Kusuma Agrowisata yaitu berasal dari perusahaan langsung ke konsumen atau dari petani atau pengepul terlebih dahulu baru kemudian diterima oleh konsumen. Rantai yang terakhir adalah melalui pasar modern (supermarket) baru kemudian dipasarkan ke konsumen. Apel yang didapat dari petani, dibeli oleh pihak trading Kusuma Agrowisata dengan sistem tebas dan kulak. Sistem tebas merupakan sistem membeli langsung dari petani dengan langsung panen sendiri di kebun petani tersebut. Hasil panen kemudian ditimbang tanpa dilakukan sortasi, sehingga penimbangan dilakukan secara menyeluruh atau satu harga. Sistem kulak merupakan system membeli dari tengkulak yang telah mengumpulkan dari petani dan telah dilakukan sortasi dan grading terlebih dahulu oleh tengkulak. Pemasaran langsung ke konsumen dilakukan di pos penjualan Kusuma Agrowisata yang terdapat di departemen trading serta melalui paket wisata petik buah. Apel dijual dengan harga yang berbeda berdasarkan varietasnya dan sumbernya. Harga apel di pos penjualan Kusuma Agrowisata disajikan pada Tabel 11. Total apel yang dijual trading Kusuma Agrowisata pada bulan Mei 2009

13 55 adalah sebanyak kg Ana, 1.10 kg Rome Beauty, dan kg Manalagi. Penerimaan total yang didapat dari penjualan apel pada bulan Mei 2009 sebesar Rp Tabel 11. Harga Apel di Pos Penjualan Kusuma Agrowisata Harga (Rp) Varietas Apel Pos Penjualan Trading KA Kebun KA Petani/Kulak Paket Wisata Manalagi 5 000/kg /kg /2 buah apel Rome Beauty /kg Ana 7 000/kg /kg Sumber : Departemen Trading KA, 2009 Harga jual apel berbeda antara yang berasal dari kebun sendiri dengan yang didapat dari petani atau kulak. Pihak trading Kusuma Agrowisata membeli apel dari petani atau kulak dengan harga Rp Rp Setelah sampai di pos penjualan Kusuma Agrowisata maka harga buah menjadi meningkat. Hal tersebut disebabkan adanya faktor penangan setelah sampai di trading serta lokasi penjualan yang strategis, yaitu di tempat wisata. Berdasarkan pengamatan di lapang, kendala yang dihadapi pihak trading Kusuma Agrowisata pada April 2009 adalah mulai meningkatnya harga kulak untuk beberapa item buah termasuk buah apel. Hal tersebut mengakibatkan persentase pengiriman menjadi tidak dapat terpenuhi. Tabel 12. Rekapitulasi Penjualan Apel Kusuma Agrowisata Tahun 2009 Target Realisasi Bulan Bulan ini (Rp) s/d bulan ini (Rp) Bulan ini (Rp) s/d bulan ini (Rp) Januari Februari Maret Sumber : Departemen Trading KA, 2009

14 56 Hasil penjualan apel Kusuma Agrowisata periode Januari sampai Maret 2009 semakin meningkat setiap bulannya (Tabel 12). Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan terhadap buah apel semakin meningkat setiap bulan. Namun, terjadi peningkatan harga jual buah apel di tingkat kulak pada April 2009, akibatnya permintaan apel Manalagi dan apel Rome Beauty tidak dapat tepenuhi oleh pihak trading sama sekali. Pemasaran apel melalui supermarket dilakukan sesuai dengan pesanan, namun banyaknya produk akan disesuaikan dengan ketersediaan di Kusuma Agrowisata. Pengiriman apel Kusuma Agrowisata pada beberapa supermarket disajikan pada Tabel 13. No Tabel 13. Pengiriman Apel Kusuma Agrowisata April 2009 Komoditi Kulak Volume Pemesanan Volume Pengiriman Kg Nilai (Rp) Kg Nilai (Rp) Area Bali 1. Apel Manalagi Apel Rome Beauty Produk Kusuma Area Kediri dan Malang 1. Apel Manalagi Apel Rome Beauty Kulak Apel Manalagi Apel Rome Beauty Kulak Area Surabaya 1. Apel Manalagi Apel Rome Beauty Sumber : Departemen Trading KA, 2009

15 57 Berdasarkan Tabel 13, persentase pengiriman apel Kusuma Agrowisata terhadap pesanan adalah sebesar 0.43% dari pesanan untuk daerah Bali, 0.6% untuk daerah Kediri dan Malang, dan 0.15% untuk daerah Surabaya. Volume pesanan yang tidak dapat terpenuhi 100% disebabkan karena keterbatasan ketersediaan produk di Kusuma Agrowisata serta tingginya seleksi terhadap buah yang masuk ke supermarket. Pada Maret dan April 2009 pihak trading Kusuma Agrowisata kesulitan dalam mendapatkan apel Manalagi. Kurangnya produksi apel dari petani, kulak, maupun supplier apel lainnya menyebabkan permintaan apel tidak dapat terpenuhi. Permintaan apel Manalagi pada bulan Maret 2009 untuk pengiriman ke Solo tidak dapat terpenuhi dan pada April 2009 permintaan apel Manalagi ke daerah Surabaya pun tidak terpenuhi. Sistem Pembayaran Penjualan produk segar Kusuma Agrowisata terhadap supermarket dilakukan dengan menggunakan sistem putus, maksudnya adalah barang yang telah dikirim tidak dapat dikembalikan. Barang dapat dikembalikan dengan syarat bahwa barang tersebut tidak berada di receiving atau loading fresh selama 24 jam. Buah yang dikirim ke supermarket apabila terjadi kerusakan selama transportasi akan menjadi tanggung jawab bagian trading Kusuma Agrowisata. Penimbangan akan dilakukan kembali oleh pihak supermarket dan buah yang rusak atau tidak sesuai dengan standar supermarket akan dikembalikan ke bagian trading Kusuma Agrowisata. Pengurangan pengiriman tersebut berakibat pada pengurangan harga total sesuai dengan bobot yang diterima pihak supermarket. Pembayaran yang dilakukan oleh pihak supermarket dilakukan melaui sistem transfer yang dilakukan dua minggu sejak dilakukannya pengiriman sedangkan sistem pembayaran di pos penjualan Kusuma Agrowisata dilakukan secara langsung (cash) saat dilakukannya jual beli. Harga jual apel telah ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan biaya produksi dan biaya managemen oleh departemen trading Kusuma Agrowisata.

16 58 Tabel 14. Daftar Harga Apel KA untuk Supermarket No Komoditi Harga (Rp/kg) Keterangan Fresh Departemen Alfa 1. Apel Manalagi Curah 2. Apel Rome Beauty Curah 3. Apel Manalagi Cherry Overrapping 1 kg-an 4. Apel Rome Beauty Cherry Overwrapping 1 kg-an MD Fresh Carrefoure Sunset Road Bali 1. Apel Manalagi Curah 2. Apel Rome Beauty Curah 3. Apel Manalagi Cherry Overwrapping 1 kg-an 4. Apel Rome Beauty Cherry Overwrapping 1 kg-an Supermarket Malang 1. Apel Ana Overwrapping 1 kg-an Sumber : Departemen Trading KA, 2009 Tabel 14 menunjukkan bahwa harga apel untuk Fresh Alfa dan Carrafoure Sunset Road Bali relatif sama karena masih dalam satu wilayah Bali. Apel cherry yang merupakan apel kelas C memiliki harga jual yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan harga di pasar tradisional atau pun tingkat petani yang hanya mencapai /kg. Hal tersebut dikarenakan apel tersebut mendapatkan proses pascapanen yang baik terutama dalam proses pengemasan, sehingga penampilannya menjadi lebih baik dan lebih menarik sehingga mampu meningkatkan harga jual. Apel Ana memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan varietas apel lainnya. Penampilan apel Ana yang lebih mirip dengan apel impor, membuat harga apel tersebut lebih tinggi di pasaran dibandingkan varietas apel lokal lainnya. Tabel 15. Harga Apel di Beberapa Saluran Pemasaran Saluran Pemasaran Harga Apel(Rp/kg) Manalagi Ana Rome Beauty Petani Tengkulak Pasar Tradisional Kusuma Agrowisata Sumber : Departemen Trading KA, 2009.

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS

TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS Dr.Y. Aris Purwanto Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor arispurwanto@gmail.com 08128818258 ... lanjutan Proses penanganan buah yang baik

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus CARA PANEN BUAH Pendahuluan Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin,

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Produk hortikultura tomat dapat dikatakan sebagai produk yang dikonsumsi pada kualitas tinggi, tetapi tidak mudah menanganinya. Penangan pengemasan pascapanen

Lebih terperinci

APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD PADA PENANGANAN PASCAPANEN JERUK KEPROK (Citrus reticulata) DARI KECAMATAN PUPUAN SAMPAI DENPASAR.

APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD PADA PENANGANAN PASCAPANEN JERUK KEPROK (Citrus reticulata) DARI KECAMATAN PUPUAN SAMPAI DENPASAR. APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD PADA PENANGANAN PASCAPANEN JERUK KEPROK (Citrus reticulata) DARI KECAMATAN PUPUAN SAMPAI DENPASAR. Sri Mulyani, Bambang Admadi H dan I Gede Nyoman Arya Suyasa

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah apel fuji sun moon di Hypermart Gorontalo. Tahapan sortasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 1 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas buncis

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Buah jambu biji dapat dipanen dengan melihat ukuran, bentuk, dan perubahan warna buah. Setelah buah mulai berubah warna menjadi hijau lebih pucat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat magang meliputi kegiatan budidaya sayuran aeroponik dan DFT serta kegiatan pemasaran. Kegiatan budidaya tanaman sayuran

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji memiliki masa simpan yang relatif pendek, berkisar 6-7 hari pada suhu

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok. 1.. Pengangkutan

PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok. 1.. Pengangkutan PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok 1.. Pengangkutan I. Latar Belakang Pengangkutan merupakan mata rantaipenting dalam penanganan pascapanen dan Pada tahap ini transportasi memiliki peranan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TANAMAN SAYURAN DAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas mentimun yang berdaya

Lebih terperinci

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI ISSN : X, Vol 5, No 1, Maret 2017 (12-20)

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI ISSN : X, Vol 5, No 1, Maret 2017 (12-20) APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD (CSAM) DALAM DISTRIBUSI KUBIS (Brassica oleraceae var. capitata) DARI PETANI DI KECAMATAN PETANG KE PENGECER. I Gede Budiastra 1, I.G.A Lani Triani 2, Amna Hartiati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan salah satu produk hortikultura. Jagung manis memiliki laju respirasi yang tinggi sehingga mudah mengalami

Lebih terperinci

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Ananda Oktaria 1,Marlinda Apriyani 2, Cholid Fatih 3 Mahasiswa 1, Dosen Politeknik Negeri Lampung 1 2, Dosen Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Emmy Darmawati 1), Gita Adhya Wibawa Sakti 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD

APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD APLIKASI COMMODITY SYSTEM ASSESSMENT METHOD (CSAM) DALAM DISTRIBUSI SAWI PAKCOY (Brassica rapa L) DARI PETANI DI KECAMATAN BATURITI KE PENGECER Putu Eka Suwarjana 1, I.G.A Lani Triani 2, Bambang Admadi

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan Stroberi mulai berbuah pada umur 4 5 bulan setelah tanam. Buah stroberi yang bisa dipanen ditandai dengan kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan, hingga kuning

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis umbi-umbian banyak terdapat di Indonesia. Salah satu jenis umbi yang dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi dengan masa panen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1 PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 16 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan penulis meliputi : penyiraman, pemupukan, pemangkasan, pembersihan gulma, penanaman ulang dan penggantian media tanam, pengendalian hama

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit 45 PEMBAHASAN Hikmah Farm Hikmah Farm merupakan perusahaan yang dikelola oleh keluarga dimana jabatan-jabatan penting di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga. Anggota keluarga tersebut memegang jabatan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 Uraian Jumlah (Rp) Total Ekspor (Xt) 1,211,049,484,895,820.00 Total Impor (Mt) 1,006,479,967,445,610.00 Penerimaan

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem

V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem V. PEMODELAN SISTEM 5.1. Pendekatan Sistem 5.1.1.Analisis Sistem Kegiatan awal dalam rantai pasok mangga gedong gincu adalah pemanenan. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai bulan Januari hingga April 2012 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR 4.1. Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu Buah-buahan Indonesia diminati di pasar luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

Lebih terperinci

FORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

FORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa : FORM D A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: 1. Pemanenan jeruk kisar yang dilakukan petani di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) masih tradisional, diantaranya tingkat kematangan,

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga merupakan komoditas buah yang mudah rusak. Kerusakan buah mangga dapat disebabkan karena ketidak hati-hatian

Lebih terperinci

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian. Standar Nasional Indonesia Jeruk keprok ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Diperkirakan jumlah kerusakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di zaman yang semakin canggih ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi, baik dalam bidang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki bentuk buah yang oval atau bulat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki bentuk buah yang oval atau bulat yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki bentuk buah yang oval atau bulat yang tidak sempurna. Buah jambu biji dapat dipanen dengan melihat perubahan

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 13. Penanganan Pasca Panen Tanaman Sayuran.

Kegiatan Pembelajaran 13. Penanganan Pasca Panen Tanaman Sayuran. Kegiatan Pembelajaran 13. Penanganan Pasca Panen Tanaman Sayuran. A. Deskripsi Kegiatan pembelajaran penanganan pasca panen tanaman sayuran berisikan uraian pokok materi; Hasil penanganan pasca panen tanaman

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH III. PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH Potensi pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN SALAK

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN SALAK INSTRUKSI KERJA PENANGANAN 1 PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen salak. Instruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan

PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Bahan ajar ini berisikan materi Panen dan Pasca Panen Bawang Merah. Materi Panen membahas tentang penentuan waktu panen dan penanganan panen. Materi Pasca Panen membahas

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN TOMAT

DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN TOMAT DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN TOMAT DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA Sejarah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada lahan seluas

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Petani produsen di Indonesia tidak biasa memasarkan produk hasil pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam sistem agribisnis di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci