BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR"

Transkripsi

1 BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari pasar Ramayana Surya Kencana Bogor. Pedagang yang sebelumnya berjualan di pasar Ramayana Surya Kencana berpindah lokasi disebabkan pasar Ramayana telah dirubah menjadi pasar modern. Lokasi pengganti pasar Ramayana telah disediakan, akan tetapi pedagang memilih pindah ke pasar Bogor, dengan alasan bahwa lokasi pasar Bogor lebih strategis. Pasar Bogor menjadi pilihan pedagang dikarenakan mudah dicapai dan ketesedian akses transportasi lebih memadai. Masalah yang muncul akibat bertambahnya jumlah pedagang menyebabkan bertambahnya jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Bogor sedangkan lahan yang disediakan sangat terbatas. Hal tersebut membuat pedagang harus berjualan dalam bentuk lapak di luar pasar. Pedagang ayam ras pedaging dikelompokkan berdasarkan saluran pemasaran yang ada, dikarenakan tidak adanya data awal yang dimiliki oleh Dinas Pengelola Pasar mengenai karakteristik pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor, maka pedagang ayam ras pedaging dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang besar dikategorikan apabila pedagang tersebut langsung membeli ayam ras pedaging ke peternakan dan menjual ke pedagang lain yang ada di Pasar Baru Bogor, serta menjual juga ke konsumen langsung. Pedagang kecil dikategorikan berdasarkan saluran pemasaran apabila pedagang membeli ayam ras pedaging hidup dari pedagang besar yang ada di Pasar Baru Bogor. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Klasifikasi No Klasifikasi Pedagang Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Pedagang Besar 8 26,67 2 Pedagang kecil 22 73,33 Jumlah ,00 34

2 Tabel 9 menunjukkan jumlah pedagang kecil di Pasar Baru Bogor lebih besar yaitu sebanyak 22 orang (73,33%), hal tersebut karena keterbatasan modal pedagang dan tidak mempunyai kekuatan dalam pengadaan ayam ras pedaging tidak dapat mengambil secara langsung ke peternak, dibandingkan jumlah pedagang besar yaitu sebesar 8 orang (26,67%). Pedagang di Pasar Baru Bogor dapat menjadi pedagang besar apabila mempunyai modal yang cukup dan mampu menjual ayam ras pedaging dalam jumlah yang banyak ke pedagang kecil, pedagang pengecer, dan konsumen. Sebaran responden berdasarkan pengalaman cukup beragam (Tabel 10). Pedagang kecil dengan pengalaman antara 6-15 tahun persentasenya lebih tinggi sebesar 63,64 persen, sedangkan persentase responden pedagang kecil dengan pengalaman lebih dari 26 tahun sangat rendah sebesar 3,54 persen. Persentase responden pedagang besar untuk kelompok 6-15 tahun dan kelompok pengalaman lebih dari 26 tahun relatif sama (37,50), akan tetapi responden dengan pengalaman tahun sedikit lebih rendah (25%) dari kelompok pengalaman lainnya. Tabel 10. Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Pengalaman No Pengalaman (Tahun) Pedagang Besar Pedagang Kecil Σ (orang) % Σ (orang) % , , , ,50 1 3,54 Jumlah 8 100, , Aspek Permodalan Modal merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menjalankan usaha ayam ras pedaging. Modal yang digunakan untuk melakukan usaha berdagang ayam ras pedaging adalah modal yang berasal dari pedagang sendiri. Para pedagang ayam ras pedaging untuk pertama kali membeli ayam diharuskan membayar secara tunai kemudian setelah mendapatkan kepercayaan dari peternak, pedagang dapat mengambil ayam terlebih dahulu yang kemudian dibayar setelah ayam ras terjual habis. Komponen modal yang digunakan pedagang untuk usaha ayam ras pedaging yaitu berupa uang tunai atau aset lainnya seperti peralatan dan perlengkapan. Modal berupa uang tunai digunakan pedagang ayam ras pedaging sebagai biaya pembelian barang yaitu untuk 35

3 membeli ayam ras, mesin bubut untuk pencabut bulu ayam, dan untuk pedagang besar dibutuhkan modal yang digunakan untuk pembelian sarana transportasi berupa mobil L300 atau truk sebagai pengangkut ayam ras dengan kapasitas angkut 300 sampai dengan 1000 ekor ayam ras hidup, sarana produksi seperti pisau daging, timbangan, talenan dan kantong plastik. 6.2 Pemasaran Ayam Ras Pedaging Kegiatan pemasaran ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang akan melakukan fungsi-fungsi pemasaran, maka lembaga tersebut akan membentuk saluran pemasaran dalam melakukan tugas pemindahan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Hasil yang diperoleh berdasarkan metode snow bowling, pedagang yang ada di Pasar Baru Bogor dikelompokkan menjadi tiga yaitu pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran yang berbeda sehingga keuntungan yang diperoleh tiap lembaga sangat berbeda. Pedagang ayam di Pasar Baru Bogor memperoleh keuntungan dari selisih harga yang diterima dari konsumen akhir dengan harga yang dibayarkan ditambah biaya pemasaran. Selama proses pemasaran terdapat beberapa lembaga yang terlibat dalam aktivitas pemasaran, maka dapat dianalisis distribusi marjin pemasaran di antara lembaga-lembaga yang terlibat ini. Sistem pemasaran yang terjadi di Pasar Baru Bogor ialah konsumen langsung membeli ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dalam hal ini kebutuhan daging ayam ras pedaging. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam tergantung dari jenis yang dipasarkan, ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan adapula yang melibatkan sedikit lembaga pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ayam ras pedaging, melibatkan beberapa lembaga pemasaran dalam penyampaian komoditi dari peternak hingga konsumen akhir, diantaranya: pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Setiap lembaga pemasaran umumnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran berdasarkan kepentingan dan tujuan pemasaran. Lembaga yang berperan dalam pemasaran ayam ras pedaging lebih lanjut dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 36

4 6.2.1 Lembaga Pemasaran Ayam Ras Pedaging a. Pedagang Besar Pedagang besar melakukan pembelian langsung kepada peternak, dengan tujuan penjualan adalah pedagang kecil, pengecer dan konsumen. Keberadaan pedagang besar yang menjual ayam di Pasar Baru Bogor pada awalnya terkonsentrasi di TPA Pondok Rumput dikarenakan rumah pedagang besar terletak di sekitar TPA. Sehingga untuk proses pendistribusian ayam ke pedagang kecil tidak sulit. Pasar Baru Bogor merupakan tempat berjualan pedagang besar yang melakukan pemotongan di TPA Pondok Rumput. Rata-rata volume penjualan pedagang besar sangat fluktuatif, besar kecilnya volume penjualan pedagang ditentukan oleh kemampuan modal yang dimiliki dan konsumen yang datang untuk membeli daging ayam serta kemampuan pedagang memasarkan ayam ras pedaging. Penjualan tersebut dilakukan pedagang untuk memperkecil resiko kerugian karena ketidakpastian jumlah daging ayam yang dapat terjual setiap harinya. Volume rata-rata penjualan pedagang besar per harinya sebanyak 505 ekor atau seberat 757,5 kg perharinya, dengan pembagian penjualan rata rata sebanyak 173 ekor atau seberat 259,5 kg (34,26%) di jual kepada pedagang kecil, 35 ekor dengan berat 52,5 kg (6,93) di jual kepada pedagang pengecer, dan sisanya sebanyak 297 ekor atau seberat 445,5 kg (58,81%) langsung di jual kepada konsumen. Pedagang besar mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyampaian produk dari peternak kepada pengecer, terdapat beberapa tahapan kegiatan diantaranya pengolahan, pemotongan, pengangkutan dan penyimpanan. Kegiatan tersebut menggambarkan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar, serta terbentuknya saluran pemasaran dari pedagang besar dikarenakan pedagang kecil dan pedagang pengecer membeli ayam ras pedaging melalui pedagang besar. Perbedaan saluran yang terbentuk akan menentukan biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh pedagang besar, sehingga perbedaan dapat mempengaruhi keuntungan pedagang lainnya. b. Pedagang Kecil Pedagang kecil mempunyai peranan yang cukup besar, apabila lembaga ini tidak mampu dalam memberikan pelayanan kepada konsumen akan membawa 37

5 dampak negatif kepada kemajuan lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran barang bersangkutan, seperti peternak dan pedagang besar. Pedagang kecil tidak bisa berpindah-pindah membeli ayam kepada pedagang besar, sehingga pedagang kecil hanya mengambil ayam kepada satu orang pedagang besar karena yang digunakan sistem kepercayaan, oleh karena itu pedagang besar hanya memberikan kepada orang yang sudah dipercaya, biasanya diantara pedagang mempunyai hubungan kekerabatan atau pedagang kecil dahulunya merupakan pegawai pedagang besar. Pedagang kecil melakukan pembelian ayam kepada pedagang besar tidak membayar secara tunai tetapi di bayarkan setelah ayam laku terjual atau 1 hari setelah mengambil ayam. Setelah membeli ayam pedagang kecil menjual kepada konsumen langsung di Pasar Baru Bogor, ayam dijual secara perkilo dalam bentuk karkas baik utuh maupun dalam bentuk potong-potongan kecil. Setiap pedagang kecil mengambil ayam dengan harga yang bervariasi tergantung harga yang ditentukan pedagang besar. Ayam yang dibeli oleh pedagang kecil sangat tergantung dengan yang diberikan dari pedagang besar sehingga pedagang kecil tidak dapat memilih ayam yang akan dibelinya. Pedagang kecil menjual ayam dagangannya biasanya di los pasar atau pinggir jalan depan pasar karena pedagang kecil berdagang dalam bentuk lapak dan tempatnya tidak berpindah pindah tetapi harus bergantian. Pedagang kecil di Pasar Baru Bogor menjual ayam berdasarkan jam yang ditentukan oleh pengelola pasar dikarenakan sebagian berdagang di luar Pasar Baru Bogor yaitu di pinggir jalan Surya Kencana, pedagang yang berdagang di luar pasar antara pukul Setiap hari pedagang kecil membeli ayam sebanyak 48 ekor (72 kg), dan sebanyak itu pula pedagang menjual ke konsumen. c. Pedagang Pengecer Lembaga pemasaran pengecer adalah merupakan pelaksana kegiatan terakhir dari pola penyaluran suatu barang atau jasa. Pedagang pengecer juga merupakan pedagang yang menjual langsung kepada konsumen. Pedagang pengecer melakukan pembelian kepada pedagang besar tetapi tidak dalam jumlah banyak karena pedagang pengecer yang menjual kembali ayam tersebut menjajakan dagangan ke rumah-rumah penduduk seperti pedagang sayur. 38

6 Pedagang pengecer biasanya membeli ayam pada dini hari antara jam , dikarenakan pada pagi hari mereka sudah harus berkeliling untuk menjual kembali ayam yang dibelinya. Pada saat penelitian didapat hasil dari pedagang pengecer, hasil tersebut didapatkan dari data primer, pedagang kecil diwawancara agar dapat diperoleh informasi bagaimana proses pemasaran dan biaya apa saja yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Pada saluran ini merupakan saluran terakhir pendistribusian ayam ras, pedagang yang menggunakan saluran ini, yang paling besar pembebanan biaya perkilonya karena sedikitnya jumlah ayam yang dibelinya, rata-rata pedagang pengecer membeli ayam sebanyak 5 ekor (7,5 kg) Fungsi-Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperlancar proses penyampaian barang atau jasa. Pedagang besar terlibat dalam penyaluran ayam ras pedaging dari produsen ke pedagang lain dan konsumen akhir, secara umum dikelompokkan dalam tiga fungsi utama yaitu: fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Tabel 11. Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun 2009 Fungsi Pemasaran Peternak Pedagang Pedagang Pedagang Besar Kecil Pengecer Pertukaran - Pembelian Penjualan Fisik -Pemotongan Penyimpanan + + # - -Pengangkutan - + # + -Pengolahan Fasilitas -Grading Pembiayaan Penanggungan Resiko Keterangan: (-) Kegiatan tidak dilakukan (-) Kegiatan kadang dilakukan (+) Kegiatan dilakukan Tabel 11, menjelaskan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh pedagang besar dalam penyampaian komoditi ayam ras pedaging dari produsen hingga ke konsumen akhir. Dalam Pemasaran terdapat kegiatan yang berhubungan penyampaian produk ke konsumen, kegiatan yang dilakukan adalah perubahan 39

7 bentuk produk tersebut dalam hal ini pedagang merubah dari ayam hidup menjadi dalam bentuk potongan atau utuh hanya jeroan dan bulu sudah dikeluarkan dan dibersihkan. Pedagang ayam di pasar sebagian besar menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran, yaitu: (a)fungsi pertukaran, (b)fungsi fisik, dan (c)fungsi fasilitas. a. Fungsi Pertukaran Pedagang Besar Fungsi pertukaran menjelaskan terjadinya perpindahan hak kepemilikan atas barang dalam proses jual beli melalui transaksi. Tahap awal pemasaran yang dilakukan pedagang besar adalah transaksi pembelian, pedagang besar membeli ayam ras kepada peternak. Pada umumnya peternak menjual ayam ras kepada pedagang tujuan dengan jumlah yang cukup besar. Pedagang besar menghubungi peternak terlebih dahulu untuk membuat kesepakatan. Setelah tercapai persetujuan, pada saat pembelian pertama, pedagang besar akan mengirim sejumlah uang ke peternak tetapi setelah beberapa kali membeli ayam ras, pedagang dapat mengambil terlebih dahulu dan membayar setelah laku terjual, pembayaran biasanya setelah satu hari. Setelah pedagang besar melakukan pembayaran, kemudian pedagang besar berangkat ke peternak dengan menggunakan mobil L300 untuk mengambil ayam. Pada saat penelitian harga beli ayam berada pada kisaran harga Rp Rp per ekor dengan bobot hidup 1,5 Kg. Harga beli yang bervariasi disebabkan pembelian kepada beberapa peternak. Setelah hal tersebut dilakukan pedagang besar dapat melakukan penjualan ayam ras pedaging kepada pedagang kecil, pedagang pengecer dan konsumen akhir agar memperoleh keuntungan. Pedagang Kecil Pedagang kecil melakukan pembelian kepada pedagang besar dalam bentuk ayam hidup. Setiap hari pedagang biasanya mengambil ayam langsung kepada pedagang kecil dan setelah ditimbang, pedagang kecil meminta untuk disembelih tanpa biaya tambahan. Setelah disembelih dan dibersihkan pedagang kecil membawa ayam ke pasar untuk dijual kepada konsumen. 40

8 Pedagang Pengecer Pedagang pengecer yang membeli ayam kepada pedagang besar dalam bentuk karkas. Pedagang pengecer membeli ayam dengan pembayaran secara tunai. Setelah melakukan pembelian pedagang pengecer langsung menjual kembali ayam di luar pasar dengan cara menjajakan ke rumah-rumah secara langsung. b. Fungsi Fisik Pedagang Besar Fungsi fisik merupakan fungsi pemasaran yang dimaksudkan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai bentuk, waktu dan tempat yang diinginkan konsumen melalui pemotongan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan. Proses pemotongan ayam hidup dilakukan oleh pedagang besar tanpa mengeluarkan biaya pemotongan karena menggunakan tenaga para pegawai pedagang besar yang dibayarkan setiap bulan, upah rata-rata pegawai sebesar Rp ,- per bulan. Penyembelihan dilakukan menggunakan pisau yang tajam, kemudian dengan membaca doa terlebih dahulu satu-persatu leher ayam disembelih hingga seluruh darah di tubuh ayam keluar hingga habis. Ayam yang telah disembelih, dikumpulkan dalam sebuah wadah. Setelah darah dari dalam tubuh dikeluarkan hingga habis, ayam dicelup ke dalam sebuah kompor yang berisi air panas dengan suhu kira-kira 50 o celcius selama 1-2 menit. Tahap selanjutnya ayam dimasukkan ke dalam mesin bubut untuk merontokkan bulubulu hingga bersih. Bulu-bulu yang masih menempel di tubuh ayam dibilas hingga bersih. Bagian perut dibedah untuk mengeluarkan isi perut, kemudian isi perut dibersihkan dari kotoran. Proses pemotongan pada umumnya dilakukan mulai pukul WIB, tergantung datang ayam dari peternakan. Selain melakukan pemotongan, pedagang besar juga menanggung proses pengangkutan ayam, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,- untuk membeli bahan bakar, proses pengangkutan pertama kali dilakukan dari peternakan untuk mengambil ayam hidup. Setelah proses pengambilan selesai pedagang tidak langsung membawa ayam tersebut ke Pasar Baru Bogor, tetapi membawa ke rumah pedagang untuk dilakukan proses seperti yang di jelaskan di atas yaitu pemotongan, kemudian 41

9 sesudah proses tersebut pedagang besar membawa ayam yang telah di potong ke Pasar Baru Bogor untuk melakukan penjualan kepada konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan ke Pasar Baru Bogor sebesar Rp ,-. Keseluruhan biaya pengangkutan yang dikeluarkan pedagang besar setiap harinya sebesar Rp ,-. Fungsi penyimpanan hanya dilakukan oleh pedagang besar. Pedagang besar melakukan penyimpanan ayam dalam freezer atau dalam wadah yang diisi dengan es batu, di dalam toko Pasar Baru Bogor. Pedagang besar hanya melakukan pengolahan untuk ayam yang dijual kepada konsumen dan pedagang kecil. Pengolahan yang dilakukan adalah merubah ayam hidup menjadi bentuk karkas, dalam melakukan pengolahan, bobot ayam susut menjadi 1,1 kg daging yang bisa dijual. Bagian non karkas seperti: hati, ampela, usus dijual secara terpisah. Pedagang Kecil Fungsi-fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang kecil yaitu fungsi pemotongan, dan ada pedagang kecil yang melakukan penyimpanan dan pengangkutan. Pedagang kecil tidak menanggung biaya untuk penyembelihan ayam karena penyembelihan di lakukan bersama pedagang besar dengan menumpang di TPA, pedagang hanya memotong apabila konsumen membeli ayam secara satuan atau per kilo. Selain tidak menanggung biaya pemotongan ayam, ada juga pedagang kecil yang tidak menanggung penyimpanan dikarenakan apabila pada hari itu tidak semua laku terjual pedagang kecil dapat menitipkan ayam yang tidak laku untuk disimpan oleh pedagang besar dan kemudian diambil kembali esok harinya. Pengangkutan dilakukan pedagang kecil dari TPA menuju Pasar Baru Bogor, tetapi tidak semua pedagang kecil melakukan fungsi ini karena ada beberapa pedagang kecil yaitu sebanyak 4 orang yang menumpang pedagang besar untuk berjualan di Pasar Baru Bogor. Pada lembaga pemasaran pedagang kecil, pengolahan yang dilakukan adalah merubah fisik ayam hidup menjadi karkas. Pedagang Pengecer Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengecer hanya pengangkutan. Pedagang pengecer melakukan pengangkutan ayam dari Pasar Baru Bogor hingga 42

10 ke rumah pedagang tersebut, setelah itu pedagang melakukan pengangkutan untuk menjual ayam dari rumah ke rumah dengan menggunakan gerobak dagangannya. c. Fungsi Fasilitas Pedagang Besar Fungsi fasilitas yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah grading, pembiayaan dan penanggungan resiko. Grading dilakukan oleh pedagang besar yaitu pedagang besar dalam mengambil ayam ke produsen berdasarkan ukuran ayam ras yaitu dengan ukuran minimal adalah 1,5 kg dalam bentuk ayam hidup. Pembiayaan yang dikeluarkan pedagang besar berupa biaya transportasi sebesar Rp , biaya tenaga kerja sebesar Rp , biaya Dinas Kesehatan sebesar Rp 75, biaya pembelian ayam perkilo sebesar Rp , biaya penyimpanan sebesar 8.800, biaya sewa tempat setiap bulan sebesar Rp , biaya retibusi setiap hari sebesar Rp dan biaya listik per bulan sebesar Rp Penanggungan resiko dibebankan kepada pedagang besar, penanggungan resiko yang ditanggung adalah berupa resiko fisik, yaitu kematian akan ayam hidup akibat kelelahan dan berkurangnya bobot ayam ketika perjalanan kembali setelah mengambil ayam dari peternakan sebagai pembeli rata-rata resiko yang di tanggung sebesar dua persen dan untuk ayam pedaging yang dijual ke konsumen dan pedagang pengecer, resiko yang ditanggung pedagang besar adalah pengurangan bobot ayam yang telah di potong karena sebagian berat ayam tidak memiliki nilai jual. Pedagang Kecil Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang kecil adalah pembiayaan dan penanggunggan resiko, pembiayaan yang dilakukan pedagang kecil meliputi biaya pembelian ayam per kilo sebesar Rp , biaya transportasi untuk pengangkutan ayam dari rumah hingga Pasar Baru Bogor per hari sebesar Rp , biaya retribusi yang dibebankan untuk berdagang di Pasar Baru Bogor, setiap hari sebesar Rp dan biaya listrik per bulan Rp Setelah memotong ayam pedagang kecil harus menanggung resiko berupa pengurangan berat badan sekitar 2 ons, dikarenakan setelah dibersihkan dan dipotong, ada beberapa bagian dalam tubuh yang tidak memiliki nilai jual dan harus dibuang. 43

11 Pedagang Pengecer Pedagang pengecer melakukan fungsi fasilitas berupa pembiayaan, pembiayaan yang dilakukan pedagang kecil adalah pembelian ayam dalam bentuk karkas per kilo Rp dan biaya transportasi setiap hari sebesar Rp , untuk pengangkutan ayam dari Pasar Baru Bogor hingga ke rumah pedagang tersebut Saluran Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging Saluran pemasaran merupakan serangkaian lembaga pemasaan yang mengambil alih hak, atau membantu dalam pengalihan hak dalam hal ini pedagang membantu penyaluran komoditi ayam ras pedaging dari peternak hingga konsumen. Saluran pemasaran komoditi ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor melibatkan beberapa lembaga pemasaran, diantaranya: peternak, pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran yang dilakukan pedagang besar di Pasar Baru Bogor ditunjukkan pada Gambar 4. Peternak Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Pengecer Konsumen Gambar 4. Saluran Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Saluran pemasaran dapat menggambarkan proses penyaluran ayam ras pedaging dari produsen hingga konsumen. Saluran pemasaran ini diawali dari pedagang besar, kemudian ditelusuri dari mana asal ayam ras didapat. Pada gambar 4, dapat dijelaskan bahwa saluran pemasaran pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor adalah pedagang besar membeli ayam ras pedaging hidup kepada peternak setiap hari ke beberapa peternak, diantaranya peternak di daerah Jalan Sholeh Iskandar, Ciampea dan Sukabumi. Kemudian ayam tersebut dijual kembali oleh pedagang besar kepada pedagang kecil. Pedagang kecil mengambil ayam hidup dari pedagang besar setiap hari. Untuk proses pengambilan, biasanya pedagang kecil langsung mengambil ayam hidup tesebut. Setelah ayam tesebut 44

12 dipotong oleh pedagang kecil, Selanjutnya ayam tesebut dibawa ke Pasar Baru Bogor untuk dijual ke konsumen akhir. Pedagang besar menjual ayam yang sudah dalam bentuk karkas kepada pengecer di Pasar Baru Bogor, kemudian pengecer menjual kembali kepada konsumen akhir. Selanjutnya pedagang besar juga menjual ayam ras dalam bentuk karkas kepada konsumen akhir. Perbedaan yang mendasar adalah pedagang besar merupakan pedagang inti atau yang memegang peranan penting dalam pendistribusian ayam ras pedaging dari peternak ke konsumen akhir. Perbedaan antara pedagang kecil dengan pengecer terletak pada fungsi-fungsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan, pedagang kecil menjual ayam ras di Pasar Baru Bogor sedangkan pedagang pengecer menjual ayam ras di luar Pasar Baru Bogor. Selain itu pedagang kecil membeli ayam ras dalam bentuk hidup dan harus menanggung resiko pembebanan bobot badan, berbeda dengan pedagang pengecer yang membeli ayam dalam keadaan sudah disembelih dan dibersihkan. Pedagang pengecer dapat memilih membeli ke pedagang besar yang manapun, sedangkan pedagang kecil hanya dapat membeli ayam kepada satu pedagang besar karena yang digunakan sistem kepercayaan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan pemasaran ayam ras yang dimulai dari peternak sampai kepada konsumen akhir, dapat terbentuk tiga saluran pemasaran ayam ras pedaging yang dilalui pedagang ayam Pasar Baru Bogor, yaitu: Pola 1: Peternak Pedagang Besar Pedagang Kecil Konsumen Pola 2: Peternak Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Pola 3: Peternak Pedagang Besar Konsumen Total ayam ras dibeli pedagang besar rata-rata sebesar 757,5 kg atau 505 ekor dengan rata-rata bobot hidup ayam perekor 1,5 kilogram. Berdasarkan hasil penelitian, pola saluran pemasaran ayam ras pedaging terbagi menjadi tiga. Pola saluran 1 terdiri dari: peternak, pedagang besar, pedagang kecil dan konsumen. Pedagang besar setelah membeli ayam dari peternak, menjual kembali ayam tersebut kepada pedagang kecil dan pedagang kecil menjual kembali ayam tersebut kepada konsumen. Pola saluran 2 terdiri dari: peternak, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Pedagang besar tidak hanya menjual kepada pedagang kecil, tetapi 45

13 menjual kepada pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjual kembali ayam tersebut kepada konsumen. Pola saluran 3 terdiri dari: peternak, pedagang besar dan konsumen. Pedagang besar tidak hanya menjual ayam kepada pedagang kecil dan pedagang pengecer, tetapi pedagang besa juga melakukan penjualan ayam ras pedaging kepada konsumen Marjin Pemasaran Harga pembelian ayam yang diperoleh pedagang merupakan harga yang ditentukan peternak sesuai dengan harga pasar tetapi pedagang besar yang merupakan langganannya, dapat berperan dalam menentukkan harga dimana harga yang ditawarkan oleh peternak belum merupakan harga kesepakatan dan pedagang besar masih dapat melakukan tawar menawar. Pedagang besar dalam memasarkan ayam ras dapat menentukan harga jual yang akan diberikan ke pedagang kecil dimana pedagang kecil tidak mempunyai kekuatan dan hanya sebagai penerima harga. Hal tersebut dipengaruhi oleh peran penting pedagang besar dan keterikatan pedagang kecil dengan pedagang besar, bahwa pedagang kecil dapat mengambil ayam ras pedaging kepada pedagang besar yang telah mempercayainya untuk dapat diberikan ayam. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan komoditi dari produsen hingga konsumen akhir di luar keuntungan dari lembaga tersebut. Marjin pada pedagang kecil dan pedagang pengecer di dapat dari selisih harga yang diterima dari pedagang besar dengan harga yang di bayarkan oleh konsumen. Keuntungan pedagang kecil dan pedagang pengecer di dapat dari selisih harga di kurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyaluran ayam ras hingga ke konsumen akhir. Pedagang pengecer hanya mengeluarkan biaya transportasi untuk memperoleh ayam ras di Pasar Baru Bogor sebesar Rp ,- setiap pembelian ayam ras pedaging. Berbeda dengan pedagang kecil yang menjual ayam di Pasar Baru Bogor, pedagang pengecer yang menjual ayam ras diluar Pasar Baru Bogor membeli ayam dalam bentuk karkas, sehingga tidak perlu menanggung biaya pengurangan bobot badan yang harus di bebankan. Marjin merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima peternak. Dalam hal ini marjin 46

14 pemasaran pedagang besar adalah perbedaan harga yang dibayarkan kepada peternak dengan harga jual kepada pedagang kecil, pengecer dan konsumen dalam saluran pemasaran dengan komoditi yang sama. Analisis marjin digunakan untuk mengetahui faktor pembentukkan marjin pemasaran yang terbesar sebagai pengukur efisiensi pemasaran dengan komoditi ayam ras pedaging. Sebaran marjin pada pedagang besar setiap pola saluran cukup berbeda. Marjin pemasaran pada pedagang ayam ras pedaging di hitung berdasarkan harga yang diperoleh pedagang besar dari peternak dengan selisih harga penjualan pedagang besar kepada pedagang kecil berdasarkan saluran pemasaran pola 1 dan harga penjualan pedagang besar kepada konsumen berdasarkan saluran pemasaran pola 2. Marjin pemasaran diperoleh dari harga per kilo ayam ras pedaging dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Harga Rata-Rata dan Marjin Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging Pada Pola 1 dan Pola 2 Unsur Marjin Pemasaran Saluran 1 Saluran 2 A B C Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Peternak Harga Jual , ,91 Pedagang Besar Harga Pembelian , ,91 Biaya Pemasaran 924 4, ,98 Keuntungan , ,91 Harga Penjualan , ,80 Marjin , ,89 Pedagang Kecil Harga Pembelian ,23 Biaya Pemasaran ,03 Keuntungan ,74 Harga Penjualan ,00 Marjin ,77 D Pedagang Pengecer ,80 Harga Pembelian ,80 Biaya Pemasaran ,40 Keuntungan ,00 Harga Penjualan ,20 Marjin E Konsumen Akhir Harga Beli , ,00 Total Biaya Pemasaran , ,78 Total Keuntungan , ,31 Total Marjin Tataniaga , ,09 47

15 Pola saluran 1 yang terdiri dari peternak, pedagang besar dan pedagang kecil. Total marjin sebesar Rp ,- per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.944,- per kilogram. Kompenen biaya oleh pedagang besar adalah sebesar Rp 924,- untuk biaya pemasaran dengan perhitungan biaya tenaga kerja sebesar Rp 382,08,- per kilogram, biaya retribusi sebesar Rp 8,27,- per kilogram, biaya angkut Rp 198,01,- per kilogram, biaya listrik Rp 19,80,- per kilogram, biaya bobot ayam yang berkurang karena perjalanan sebesar Rp 243,5,- dan biaya pemeriksaan ayam yang dilakukan oleh Dinas Peternakan sebesar Rp 75,- per kilogram. Untuk pedagang kecil komponen biaya yang ditanggung adalah sebesar Rp 4.020,- per kilogram dengan perhitungan biaya retribusi sebesar Rp 55,80,- per kilogram, biaya angkut Rp 233,33,- per kilogram, biaya listrik sebesar Rp 36,94,- per kilogram dan biaya pengurangan bobot ayam sebesar Rp 3.694,-. Adanya biaya pengurangan bobot ayam pada pedagang kecil karena pedagang membeli ayam hidup dan menjualnya setelah dipotong dan dikeluarkan jeroannya. Pedagang besar tidak mengeluarkan biaya pemotongan karena dilakukan oleh karyawan pedagang tersebut. Apabila pemotongan dilakukan di tempat pemotongan ayam, pedagang akan dikenakan biaya pemotongan sebesar Rp 200,- /kg. Sedangkan pada saluran pemasaran pola 2, marjin pemasaran tersebut merupakan marjin pedagang pengecer untuk pedagang sayur, karena pedagang sayur tidak mengolah ayam tersebut untuk di jual kepada konsumen. Saluran pemasaran terdiri dari peternak, pedagang besar, pedagang pengecer. Total marjin sebesar Rp ,- per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 5.469,- per kilogram. Kompenen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar adalah sebesar Rp 4.136,- untuk biaya pemasaran dengan perhitungan biaya tenaga kerja sebesar Rp 154,43,- per kilogram, biaya retribusi sebesar Rp 17,30,- per kilogram, biaya angkut Rp 348,60,- per kilogram, biaya kios sebesar Rp 33,46,- per kilogram, biaya listrik Rp 19,80,- per kilogram, biaya pemeriksaan ayam yang dilakukan oleh Dinas Peternakan sebesar Rp 75,- per kilogram, dan biaya pengurangan bobot ayam pada saat perjalanan dan pengurangan karena setelah dibersihkan ada sebagian yang harus dibuang karena tidak mempunyai nilai jual yaitu sebesar Rp 3.487,5,-. Untuk pedagang pengecer komponen biaya 48

16 yang ditanggung adalah sebesar Rp 1333,- per kilogram hanya untuk biaya angkut. Tingginya biaya angkut yang ditanggung pedagang pengecer karena jumlah kuantitas yang kecil. Perbedaan biaya pemasaran pedagang besar yang menjual ke pedagang dengan yang menjual langsung ke konsumen dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dan kuantitas ayam pedaging yang dijual per harinya dan juga dikarenakan perbedaan biaya pengurangan bobot ayam. Pedagang besar menjual ayam setelah dipotong dan dibersihkan. Penyusutan berat ayam biasanya terjadi setelah ayam sampai tempat pedagang setelah dari peternakan. Total marjin yang diperoleh pada saluran 3 lebih kecil dibandingkan saluran pemasaran lainnya, hal tersebut disebabkan karena hanya satu lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang besar. Pada tabel 13 dijelaskan harga rata-rata dan marjin pemasaran pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor pada saluran pemasaran pola 3 Tabel 13. Harga Rata-Rata dan Marjin Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging Pada Pola 3 Unsur Marjin Pemasaran Saluran 3 Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) A Peternak Harga Jual ,91 B Pedagang Besar Harga Pembelian ,91 Biaya Pemasaran ,02 Keuntungan ,07 Harga Penjualan ,00 Marjin ,09 C Konsumen Akhir Harga Beli ,00 Total Biaya Pemasaran ,02 Total Keuntungan ,07 Total Marjin Tataniaga ,09 Pola saluran 3 yang terdiri dari peternak dan pedagang besar, total marjin sebesar Rp 8.490,- per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.136,- per kilogram. Kompenen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar adalah sebesar Rp 4.136,- untuk biaya pemasaran dengan perhitungan biaya tenaga kerja sebesar Rp 154,43,- per kilogram, biaya retribusi sebesar Rp 17,30,- per kilogram, biaya angkut Rp 348,60,- per kilogram, biaya kios sebesar Rp 33,46,- per kilogram, biaya listrik Rp 19,80,- per kilogram, biaya pemeriksaan ayam yang 49

17 dilakukan oleh Dinas Peternakan sebesar Rp 75,- per kilogram, dan biaya pengurangan bobot ayam pada saat perjalanan dan pengurangan karena setelah dibersihkan ada sebagian yang harus dibuang karena tidak mempunyai nilai jual yaitu sebesar Rp 3.487,5,-. Berdasarkan tabel sebaran marjin pemasaran pada pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang pengecer diatas dapat dilihat perbedaan pada pola saluran dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya: a) ada beberapa lembaga yang terlibat, b) besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada suatu pola saluran, c) jumlah ayam ras pedaging yang diperdagangkan. Semakin kecil jumlah ayam pedaging yang diperdagangkan akan semakin besar biaya yang ditanggung per kilo ayam, sedangkan semakin besar biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak keuntungan yang di dapat. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh suatu lembaga pemasaran berkaitan dengan fungsifungsi pemasaran yang dilakukan, dimana semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk membeli ayam maka semakin banyak fungsi-fungsi yang dilaksanakan Keuntungan Pedagang Besar Suatu usaha yang dilakukan pada akhirnya akan dinilai dari besarnya biaya yang dikeluarkan dalam aktifitas pemasaran tersebut dan besarnya penerimaan yang diperoleh. Penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ayam ras pedaging, setelah dikurangi dengan biaya usaha yang dikeluarkan akan menghasilkan besarnya keuntungan yang diterima dari usaha pedagang besar ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor. Biaya yang dikeluarkan pedagang besar terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang besar sebesar Rp ,-/bulan atau sebesar 99,55 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, sedangkan biaya tetap hanya sebesar Rp /bulan atau sebesar 0,45 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging. Pedagang besar selain menjual ke pedagang kecil dan pedagang pengecer juga menjual ke konsumen, maka penerimaan yang diperoleh setiap bulan dari hasil menjual ayam ras hidup ke pedagang kecil sebesar Rp ,-/bulan, pedagang pengecer Rp ,-/bulan. Pedagang besar menjual ayam ras pedaging ke konsumen dalam bentuk karkas dan non karkas, penjualan dalam bentuk karkas sebesar 50

18 9.801 kg perbulan dengan harga penjualan ke konsumen sebesar Rp ,-/Kg, total penerimaan karkas sebesar Rp ,-/bulan (75,54%). Selain itu pedagang besar memperoleh penjualan dari non karkas yang terdiri dari: kepala, kaki, hati ampela, dan usus. Total penerimaan dan biaya rata-rata pedagang besar ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penerimaan dan Biaya Rata-Rata Pedagang Besar Ayam Ras No Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) % A Komponen Penerimaan Pedagang Kecil - Penjualan Ayam Kg ,93 Pedagang Pengecer - Penjualan Karkas Kg ,13 Konsumen Penjualan - Karkas tanpa kepala&kaki Kg ,85 - Kepala Kg ,55 - Kaki Kg ,55 - Hati ampela Kg ,78 - Usus Kg ,80 Total konsumen ,54 Total Penerimaan B Biaya Variabel Biaya angkut Hari ,92 Tenaga kerja 5 orang Orang ,59 Biaya Dinas Kesehatan Kg ,55 Pembelian Ayam Kg ,57 Biaya Penyimpanan Hari ,02 Pengurangan di perjalanan 2% Kg 454, ,53 Pengurangan setelah dipotong Kg 1.122, ,38 Total Biaya Variabel ,55 C Biaya Tetap Sewa tempat Bulan ,16 Retribusi Hari ,14 Listrik Hari ,14 D Total Biaya Tetap ,45 Total Biaya (B+C) Pada Tabel 14, biaya yang dikeluarkan meliputi biaya variabel dan biaya tetap, komponen biaya variabel yang dikeluarkan ialah biaya untuk tenaga kerja sebanyak 5 orang dengan rata-rata upah perorang sebesar Rp ,- perbulan, banyaknya jumlah tenaga kerja dengan pembagian pekerjaan sebanyak 3 orang untuk bertugas mengambil ayam ke peternak dan 2 orang untuk membantu 51

19 penjualan di Pasar Baru Bogor. Biaya penyimpanan rata-rata dalam sebulan 7 hari dikarenakan tidak setiap hari pedagang besar menyimpan ayam yang tidak terjual. Biaya retribusi meliputi 2 tempat yaitu biaya retribusi pada saat penjualan ayam dan pada saat pengolahan. Biaya pengurangan bobot setelah dipotong merupakan penanggungan resiko karena setelah di sembelih tidak semua bagian tubuh ayam dapat dijual. Komponen penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan pedagang besar yang menjual ayam ras pedaging ke pedagang kecil dan ke konsumen. Dapat dilihat bahwa biaya variabel jauh lebih besar dibandingkan biaya tetap dikarenakan banyak faktor yang harus dilakukan sebelum melakukan pemasaran yaitu pembelian ayam dan biaya transportasi yang terpenting. Penggunaan biayabiaya dalam usaha ayam ras pedaging pada pedagang besar, sebagian besar biaya dialokasikan untuk menunjang pemasaran ayam baik ketika ingin mengambil ayam dan setelah mengambil ayam dari peternak. Keuntungan usaha ayam ras pedaging dianalisis menggunakan konsep keuntungan atas biaya total. Keuntungan atas biaya total diperoleh dari penerimaan pedagang besar ayam ras dikurangi seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam usahanya, termasuk biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang besar berdasarkan besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu satu bulan. Penerimaan pedagang sebesar Rp ,-/bulan. Penerimaan yang diperoleh pedagang besar masih harus dikurangi biaya total sebesar Rp ,-/bulan dengan pembagian untuk biaya variabel sebesar Rp ,-/bulan dan biaya tetap sebesar Rp ,-/bulan, setelah dikurangi biaya total laba yang di peroleh pedagang besar sebesar Rp ,-bulan. Analisis keuntungan usaha pedagang besar ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis Keuntungan Pedagang Besar Ayam Ras Pedaging Keterangan Pedagang Besar Ayam Ras Pedaging Nilai (Rp/Bulan) % Penerimaan Usaha Biaya Variabel ,55 Biaya Tetap ,44 Jumlah total biaya Keuntungan atas biaya total Rasio keuntungan 0,205 52

20 Rasio keuntungan atas penggunaan biaya total usaha ayam ras pedaging pada pedagang besar (0,205), dengan artian bahwa setiap Rp 1,- yang dikeluarkan akan menghasilkan laba sebesar 0,205 dengan kata lain usaha yang dijalankan oleh pedagang besar menguntungkan Keuntungan Pedagang Kecil Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang kecil tidak terlalu besar hal tersebut terjadi dikarenakan sedikitnya fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang kecil dan jumlah kuantitasnya yang kecil maka sedikit pengeluaran perharinya. Pedagang kecil hanya menanggung biaya angkut, biaya retribusi di Pasar Baru Bogor dan biaya listrik, tetapi tidak seluruh pedagang kecil mengunakan listrik karena yang menjual ayam ras pada siang hari tidak membutuhkan listrik. Penerimaan dan biaya-biaya yang ditanggung pedagang kecil disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16. Penerimaan dan Biaya Rata-Rata Pedagang Kecil Ayam Ras No Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) % A Penerimaan Penjualan Karkas Kg ,37 Penjualan Non karkas - Kepala Kg ,11 - Kaki Kg ,11 - Hati ampela Kg ,83 - Usus Kg ,97 Total Non Karkas ,02 Total Penerimaan B Biaya Variabel Biaya angkut Hari ,36 Pengurangan bobot ayam Kg ,37 Pembelian Ayam Kg ,73 Total Biaya Variabel ,46 C Biaya Tetap Listrik Hari ,22 Retribusi Hari ,33 Total Biaya Tetap ,54 D Total Biaya (B+C) Pada Tabel 16 dijelaskan, biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang kecil sebesar Rp ,- perbulan atau sebesar 99,46 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, sedangkan biaya tetap hanya sebesar 53

21 Rp ,-/bulan atau sebesar 0,54 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging. Penggunaan biaya yang dikeluarkan pedagang kecil, sebagian digunakan untuk biaya pemasaran dan biaya yang dikeluarkan pedagang yang terbanyak untuk membeli ayam ras pedaging yaitu sebesar Rp /hari. Keuntungan pedagang kecil lebih sedikit dibandingkan keuntungan pedagang besar yang menjual ayam ke pedagang kecil, dikarenakan pedagang kecil tidak langsung memperoleh keuntungan tetapi berupa penerimaan dari hasil penjualan karkas dan non karkas kemudian penerimaan tersebut masih harus dikurangi dengan biaya pemasaran dan biaya penyusutan ayam yaitu bobot ayam berkurang karena sebagian harus dibuang karena tidak mempunyai nilai jual setelah itu dapat diperoleh keuntungan yang diterima pedagang kecil. Perbedaan keuntungan yang diperoleh pedagang kecil dikarenakan jumlah kuantitas ayam yang dijual pedagang kecil sangat kecil oleh karena itu biaya yang dibebankan kepada 1 ekor ayam semakin besar. Tabel 17, memperlihatkan keuntungan yang diterima pedagang kecil dan rasio keuntungan yang diperoleh pedagang kecil. Tabel 17. Analisis Keuntungan Pedagang Kecil Ayam Ras Pedaging Keterangan Pedagang Kecil Ayam Ras Pedaging Nilai (Rp/Bulan) % Penerimaan Usaha Biaya Variabel ,45 Biaya Tetap ,54 Jumlah total biaya Keuntungan atas biaya total Rasio keuntungan 0,083 Usaha ayam ras pedaging pada pedagang kecil yang menjual ayam ke konsumen menghasilkan penerimaan dari penjualan rata-rata sebanyak 48 ekor perharinya, dalam sebulan pedagang kecil memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. Penerimaan di dapat dari hasil penjualan karkas sebesar Rp ,-/bulan, ditambah dengan penerimaan non karkas dalam sebulan sebesar Rp ,-. Setelah dikurangi total biaya sebesar Rp ,- /bulan, pedagang kecil memperoleh keuntungan sebesar Rp ,-/bulan. 54

22 Rasio keuntungan atas penggunaan biaya total usaha ayam ras pedaging pada pedagang kecil lebih kecil dibandingkan pedagang besar karena menjual ayam ras pedaging lebih banyak. Rasio keuntungan yang diperoleh pedagang kecil (0,083). Hal ini menjelaskan bahwa dari penambahan biaya sebesar Rp 1,- maka akan menghasilkan tambahan keuntungan sebesar Rp 0,083 dan membuktikan bahwa rasio keuntungan atas biaya total positif dengan kata lain usaha pedagang kecil menguntungkan. 55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa bangunan yang didesain dan dibangun khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kota Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA 1 ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA (Wholesaler Receiver) DARI DAERAH SENTRA PRODUKSI BOGOR KE PASAR INDUK RAMAYANA BOGOR Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan tataniaga ikan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek sangat menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia, salah satunya di daerah Sumatera Barat. Apabila

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam Sentul jantan berjumlah 18 ekor dan berumur

Lebih terperinci

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT Fiqrul Hilmi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi fiqrulhilmi@gmail.com Tedi Hartoyo 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

VI. TATANIAGA SAPI POTONG PT KARIYANA GITA UTAMA

VI. TATANIAGA SAPI POTONG PT KARIYANA GITA UTAMA VI. TATANIAGA SAPI POTONG PT KARIYANA GITA UTAMA 6.1 Analisis Saluran Tataniaga Saluran tataniaga menunjukkan bagaimana arus komoditi mengalir dari tangan produsen (PT. KGU) sampai ke tangan konsumen.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal 28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Identitas Tenaga Kerja PD. Sehati P.S. Pendidikan Terakhir

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Identitas Tenaga Kerja PD. Sehati P.S. Pendidikan Terakhir 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Identitas Tenaga Kerja PD. Sehati P.S Nama Pemilik : Richard No Nama Pekerja Umur (tahun) Pendidikan Terakhir Pekerjaan (Bagian) Pengalaman Bekerja (lama kerja) Upah (Rp/hari)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Buras Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang berasal dari Asia Tenggara yang sebagian telah di domestikasi (Kingston, 1979). Penyebaran ayam hutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN SAPI POTONG DI PROPINSI BALI

ANALISIS PEMASARAN SAPI POTONG DI PROPINSI BALI ANALISIS PEMASARAN SAPI POTONG DI PROPINSI BALI Oleh: Erizal J. 1) Abstrak Perdagangan sapi potong di Propinsi Bali, terutama perdagangan antar pulau, temyata dapat memberikan tingkat keuntungan yang cukup

Lebih terperinci

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII RESEARCH BY Ricky Herdiyansyah SP, MSc Ricky Herdiyansyah SP., MSc rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII PEMASARAN : Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya-biaya usaha bakso yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pusposive). Alasan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

7. KINERJA RANTAI PASOK

7. KINERJA RANTAI PASOK 64 Resiko dan trust building Penyaluran jagung didalam rantai pasok dibangun bertahun-tahun sehingga tercipta distribusi sekarang ini. Setiap anggota rantai pasok memiliki resiko masing-masing dalam proses

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 Pemasaran Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak.

I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan populasi ternak, meningkatkan produksi dan mutu hasil ternak agar dapat memenuhi permintaan pasar dan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur 14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR 6.1. Sistem Tataniaga Sistem Tataniaga nenas Bogor di Desa Cipelang yang dimulai dari petani sebagai penghasil (produsen) hingga konsumen akhir, melibatkan beberapa lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pupuk Bersubsidi Pupuk bersubsidi ialah pupuk yang pengadaanya dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebtuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis Data 1. Batasan Operasional Pedagang adalah seseorang yang berpotensi memasarkan barang atau jasa. Pedagang dalam penelitian ini adalah pedagang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Pemasaran melinjo di Desa Kepek Kecamatan Saptosari menerapkan sistem kiloan yaitu melinjo dibeli oleh pedagang dari petani dengan satuan rupiah per kilogram.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tempat Pemotongan Ayam Daging ayam di Bali seluruhnya disediakan oleh pihak swasta, yang terdiri dari 2 unit Rumah Pemotongan Unggas (RPU) yang berbentuk perusahaan masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. terdiri dari sawi, kol, wortel, kentang, dan tomat.

III. METODE PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. terdiri dari sawi, kol, wortel, kentang, dan tomat. 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional 1. Konsep Dasar Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1 PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK Imelda Oct Utami, Harini TA 1 ABSTRAK Produk pangan asal ternak sangat penting dalam memenuhi

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI. produksi serta rasio biaya transaksi dan penerimaan, rasio biaya transaksi dan

VI. STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI. produksi serta rasio biaya transaksi dan penerimaan, rasio biaya transaksi dan VI. STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI Berdasarkan tujuan penelitian pertama, dalam bab ini akan dibahas besarnya biaya transaksi berdasarkan usaha ternak sapi jagung di Minahasa dan usaha ternak sapi kelapa di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan Pada awalnya CV Mandiri Citra Lestari didirikan pada tahun 1996 oleh Bapak Emat dan isteri Ibu Mala Nurimala dengan nama Argo Lestari yang berkedudukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan semua kegiatan yang mengarahkan aliran barangbarang dari produsen kepada konsumen termasuk kegiatan operasi dan transaksi yang terlibat dalam pergerakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH ix Tinjauan Mata Kuliah A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH Mata kuliah PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN ditujukan: (1) untuk mengenal dan memahami macammacam sumber hasil peternakan dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran) ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran) Oleh : Hengki Prastio Wijaya 1, Soetoro 2, Tito Hardiyanto 3 13 Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss Daging Itik setelah Mengalami Scalding dengan Malam Batik dilaksanakan pada bulan Juli 2013 - Juli 2013. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar, khususnya di rumah potong ayam yang ada di desa Pandanarum.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci