Bab IV Analisis dan Pengujian
|
|
- Hendra Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak mencari nilai koefisien drag dan lift karena perlu perhitungan lagi untuk mendapatkannya. Kecepatan angin frontal terhadap rotor adalah 5 m/s, sedangkan kecepatan angin pada arah tengensial yang terjadi karena putaran rotor adalah tip speed ratio dikalikan dengan kecepatan angin. Dari hasil perhitungan, nilai kecepatan angin yang terjadi di ujung sudu adalah 37,19 m/s. Untuk memudahkan perhitungan dan pencatatan, nilai kecepatan angin yang dimasukkan adalah 40 m/s Data Hasil Perhitungan Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Tabel 4.1 Data hasil simulasi aliran pada profil airfoil sudut serang Force (N) lift dra g pressure -37,98 46,28 146,66 239,08 295,86 377,72 432,20 viscous 0,08-0,01-0,15-0,21-0,06 0,19 0,41 total -37,90 46,27 146,51 238,87 295,80 377,91 432,61 pressure 10,84 4,72 7,70 19,45 44,94 105,52 207,26 viscous 1,38 1,73 1,95 1,74 1,01 0,33-0,37 total 12,22 6,45 9,65 21,19 45,95 105,85 206,89 Simulasi aliran 2D yang dilakukan terhadap profil airfoil dengan kecepatan 40 m/s dan sudut yang beragam memberikan solusi sebagai berikut. Nilai gaya yang diberikan adalah dengan asumsi bahwa luas planform adalah 240 mm x 1000 mm. 61
2 4.1.2 Pemilihan sudut pitch Agar dapat menghasilkan torsi yang cukup untuk memutar rotor, sudu dibuat dengan bentuk yang menghasilkan gaya lift yang maksimum. Dari hasil simulasi, lift cenderung semakin besar jika sudut serang semakin besar, namun mendapatkan besar gaya lift saja tidak cukup untuk mengetahui prestasi sudu. Dari hasil simulasi, diperoleh bahwa semakin besar sudut serang maka gaya drag yang terjadipun semakin besar. Keberadaan gaya drag ini memberikan pengaruh yang yang berlawanan dengan gaya lift. Momen gaya yang dihasilkan oleh gaya drag memiliki arah yang melawan putaran rotor. Perhitungan yang akan dipilih sebagai pertimbangan untuk memilih sudut serang yang terbaik adalah dengan mencari nilai rasio lift terhadap drag yang terjadi pada setiap sudu yang disimulasikan lift/drag sudut serang (derajat) Gambar 4.1 Rasio lift/drag terhadap sudut serang Dari grafik rasio lift/drag diperoleh bahwa lift/drag yang terbesar terjadi pada sudut serang 6 Pada sudut serang 0, aliran yang terjadi adalah aliran laminar sehingga gaya drag yang timbul adalah karena desakan udara pada bagian leading edge. Bentuk profil airfoil yang melengkung pada sisi atas dan cenderung datar pada sisi bawah menyebabkan kecepatan aliran pada sisi atas lebih tinggi dari permukaan bawah. 62
3 Sesuai dengan persamaan Bernoulli, maka tekanan statik pada permukaan atas akan lebih rendah dari tekanan statik pada permukaan bawah. Perbedaan tekanan statik pada kedua permukaan sudu inilah yang menyebabkan timbulnya gaya lift (bouyancy) pada sudu ataupun sayap pesawat. Semakin tinggi sudut serang, maka perubahan momentum udara ketika menumbuk sudu menjadi lebih besar karena perubahan arahpun menjadi lebih besar. Perubahan momentum udara ke arah bawah menyebabkan timbulnya gaya ke atas pada profil airfoil. Namun perubahan momentum yang besar ini juga meningkatkan nilai gaya drag. Sehingga sudut serang yang terlampau tinggi akan mengakibatkan drag yeng besar yang mengurangi prestasi rotor. Pada sudut serang yang terlampau tinggi, terjadi fenomena stall yaitu kondisi ketika aliran udara tidak mampu menyentuh bagian belakang sudu atau mengalir mengikuti bentuk sudu. Hal ini menyebabkan terjadinya turbulensi yang besar pada bagian belakan sudu sehingg meningkatkan gaya drag secara signifikan. Gambar 4.2 sampai dengan gambar 4.5 adalah gambar kontur tekanan kontur turbulensi yang terjadi pada profil airfoil pada sudut serang 5 dan 20. Grafik airfoil yang ditampilkan hanya pada dua nilai sudut serang yang mewakili. Sudut serang 5 adalah sudut serang yang menghasilkan rasio lift/drag yang cukup besar degan kondisi aliran yang laminar. Grafik selanjutnya adalah simulasi aliran melalui penampang airfoil dengan sudut serang 20 dimana nilai rasio lift/drag yang mulai menurun dengan kondisi aliran yang turbulen. Pada grafik selanjutnya ditunjukkan turbulensi yang terjadi pada aliran. 63
4 Gambar 4.2 Kontur tekanan statik pada sudut serang 5 dengan tekanan operasi Pa Gambar 4.3 Kontur Energi kinetik turbulensi (m 2 /s 2 ) pada sudut serang 5 64
5 Gambar 4.4 Kontur Tekanan statik pada sudut serang 20 dengan tekanan operasi Pa Gambar 4.5 Kontur energi kinetik turbulensi (m 2 /s 2 ) pada sudut serang 20 65
6 Dari hasil analisis simulasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sudut serang untuk mendapatkan rasio lift/drag yang besar adalah 6. Dengan data tersebut maka sudu turbin angin akan diposisikan dengan menggunakan sudut serang Analisis Simulasi Aliran pada Rotor Simulasi aliran pada rotor dilakukan pada empat sudut pitch yaitu 2,5, 5, 7,5, dan 10. Kecepatan udara yang dipilih adalah 5 m/s. Angka 5 m/s merupakan kecepatan angin nominal. Putaran rotor yang dimasukkan adalah 200 rpm. Nilai 200 rpm adalah putaran yang terjadi jika menggunakan tip speed ratio 7,37. Nilai tip speed ratio yang memberikan koefisien daya terbesar untuk turbin angin 3 sudu adalah diantara 6 hingga Data Perhitungan Simulasi Aliran Simulasi aliran undara sekitar rotor yang dilakukan dengan bantuan program Fluent memberikan solusi sebagai berikut: Tabel 4.2 Data hasil perhitungan simulasi aliran pada rotor No sudut pitch ( ) torque* (Nm) axial force* (N) mass flow (kg/s) Momen pitch (Nm) 1 2,5 5, , ,4603-1, ,0 5, , ,4603-1, ,5 4, , ,4603-0, ,0 2, , ,4603-0, *nilai tersebut adalah nilai pada sebuah sudu Dari tabel tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut: 1. sudut pitch yang memberikan nilai torsi terbesar adalah 2,5 dengan torsi yang dihasilkan sebesar 5,00022 Nm 2. sudut pitch yang memberikan nilai gaya aksial terbesar adalah 2,5 dengan nilai gaya aksial sebesar 57,85101 N 66
7 3. nilai laju aliran massa tidak dipengaruhi oleh sudut pitch, hal ini dapat dipahami karena laju aliran massa bergantung pada kecepatan angin, massa jenis udara, dan luas inlet 4. momen puntir yang terjadi pada batang sudu bernilai negatif, padahal untuk memanfaatkan fenomena stall untuk pengaman angin ekstrim, sudut pitch harus dibuat lebih besar oleh momen yang berarah positif. Dengan demikian perlu dilakukan pemodelan ulang dengan posisi batang sudu (dalam hal ini sumbu pitch) yang lebih dekat dengan leading edge agar nilai momen pitch positif Pemilihan Sudut Pitch Sudu Dari data yang diperoleh tersebut penulis melakukan pemilihan sudut pitch yang akan diterapkan dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. sudut pitch 2,5 memberikan nilai torsi yang besar pada putaran 200 rpm 2. untuk mendapatkan cut in speed yang rendah, starting torque harus besar, maka sudut pitch sebaiknya dibuat besar. Penulis tidak melakukan simulai untuk mencari nilai sudut pitch yang memberikan cut in speed rendah sehingga pemilihannya berdasarkan perkiraan Atas pertimbangan tersebut, sudut pitch yang dipilih adalah 5. Sudut pitch 5 memberikan nilai momen torsi yang relatif besar namun juga diharapkan memberikan starting torque yang cukup untuk menekan angka cut in speed Pengaruh Sudut Pitch terhadap Keluaran Daya Besar sudut pitch mempengaruhi kondisi aliran pada rotor akibatnya mempengaruhi besarnya daya yang dapat diekstraksi oleh rotor. Data yang ditampilkan pada tabel 4.2 adalah data yang terjadi pada satu buah sudu. Maka untuk rotor yang terdiri dari tiga sudu, nilai torsi, gaya aksial, dan laju aliran massa dikalikan tiga. Berikut ini nilai daya rotor untuk sudut pitch yang disimulasikan. 67
8 Tabel 4.3 Torsi, gaya aksial, dan keluaran daya rotor No sudut pitch torsi gaya aksial daya ( ) (Nm) (N) (Watt) 1 2,5 15, , , ,0 15, , , ,5 12, , , ,0 7, , , Analisis Kondisi Aliran pada Rotor Melihat kembali pada nilai distribusi sudut pitch optimal pada setiap stasiun, terdapat beberapa poin analisis yang dapat diambil: 1. jika sudut pitch sudu 2,5, elemen sudu yang optimal adalah elemen yang berada pada selang antara stasiun 7 dan 8 2. jika sudut pitch sudu 5,0, elemen sudu yang optimal berada pada selang antara stasiun 5 dan 6 3. jika sudut pitch sudu 7,5, elemen sudu yang optimal berada pada selang antara stasiun 4 dan 5. fenomena stall sudah mulai terjadi secara parsial pada bagian ujung sudu. Hal ini disebabkan karena sudut serang yang terlalu besar untuk bagian ujung sudu sehingga terjadi turbulensi 4. pada sudut pitch 10, elemen sudu yang memiliki sudut pitch optimal berada diantara stasiun 3 dan stasiun 4. turbulensi terjadi lebih luas sehingga nilai daya yang dihasilkan kecil Kondisi Pembebanan Pada Rotor Rotor sebagai penangkap energi angin mengalami beberapa beban yang dalam tugas sarjana ini hanya diulas sebagian saja diantaranya: 1. beban aksial 2. beban radial 3. beban tangensial 68
9 Beban dinamik tidak dianalisis pada tugas sarjana ini karena memerlukan kajian yang mendalam dan penelitian lebih lanjut. Beban aksial atau dalam bahasa internasional dinamakan thrust terjadi karena adanya gaya lift dan drag pada sudu. Gaya lift dan drag tersebut diuraikan menjadi dua komponen gaya pada arah tangensial dan aksial. Metode yang digunakan adalah metode strip element, namun tidak dikaji mendalam dalam tugas sarjana ini. Cara yang dilakukan untuk memperoleh nilai pembebanan pada rotor adalah dengan simulasi aliran yang telah dilakukan pada Fluent. Fluent menyediakan fasilitas untuk melaporkan besar gaya pada arah tertentu dan momen pada arah sumbu x, y, dan z dengan titik asal tertentu. Kondisi pembebanan pada rotor yang diperoleh dari data perhitungan simulasi aliran diantaranya adalah gaya aksial, momen lentur pada pangkal sudu, momen pitch, dan momen gaya tangensial pada rotor. Besar momen lentur pada rotor akibat gaya thrust pada sebuah sudu adalah sebesar 49,26 Nm. 4.3 Pengujian Kinerja Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan terbatas pada hanya mencari karakteristik tubin angin berupa kurva keluaran daya terhadap kecepatan angin dengan menggunakan satu nilai sudut pitch yang telah ditentukan. Tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. memberikan dua nilai beban yaitu 27 W dan 47 W 2. mengukur nilai tegangan terhadap kecepatan angin pada kondisi tanpa beban 3. mengukur nilai tegangan dan kuat arus terhadap kecepatan angin pada masing-masing beban 4. menghitung nilai daya terhadap kecepatan angin pada masing-masing beban dengan data yang sudah didapatkan berupa tegangan dan kuat arus pada kecepatan angin yang bervariasi 5. mengukur putaran rotor terhadap kecepatan angin pada masing-masing beban 69
10 mulai Menghitung nilai P terhadap v Mengukur V terhadap v Membuat kurva karakteristik P-v turbin angin Mengukur I terhadap v selesai Gambar 4.6 Diagram alir pengujian turbin angin Perlengkapan Pengujian Benda yang akan diuji adalah turbin angin dengan tiang setinggi 2 m. Ketinggian ini sebenarnya kurang cocok untuk instalasi turbin angin, namun untuk mendirikan turbin angin dengan ketinggian yang lebih akan membutuhkan lebih banyak biaya, tenaga, dan waktu. Peralatan yang diperlukan untuk pengujian adalah: Tabel 4.4 Perlengkapan pengujian No Alat/bahan Jumlah 1 Kabel 10 m 2 AVOmeter 2 unit 3 Anemometer 1 unit 4 Komputer 1 unit 5 Alat tulis 6 Pencatat waktu 1 unit 7 Penyearah arus 1 unit 8 Beban 2 unit 70
11 Perlengkapan pengujian yang digunakan diperlihatkan pada gambar berikut Gambar 4.7 Multimeter (AVOmeter) dan beban listrik berupa lampu Gambar 4.8 Instalasi turbin angin Beban yang diberikan adalah lima buah lampu yang disusun seri dengan spesifikasi yang sama yaitu 3,6 V 1,5 A. Dengan demikian hambatan masing-masing 71
12 lampu adalah 2,4 Ω dan jika disusun seri hambatannya menjadi 12 Ω., maka dapat dikatakan beban pertama sebesar 27 Watt. Nilai beban kedua adalah beban pertama dihubungkan secara paralel dengan lampu yang hambatannya 7,2 Ω. Besar beban kedua adalah 47 W Prosedur pengujian Prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pengukuran tegangan listrik terhadap kecepatan angin pada kondisi tanpa beban 1. melakukan balancing pada rotor 2. merakit badan turbin angin dan memasangkan pada tiang 3. memasangkan kabel dan menghubungkan pada alat ukur tegangan listrik (voltmeter). Pastikan skala yang digunakan lebih besar dari tegangan maksimum 4. mendirikan tiang dengan turbin angin berada di atasnya 5. menempatkan anemometer dengan ketinggian dan kondisi medan yang serupa dengan turbin angin. Jarak antara anemometer dan turbin angin tidak lebih dari 3 m 6. melakukan pengukuran setiap tiga detik. Pada tiga detik tersebut diambil data kecepatan angin dan tegangan masing masing satu data pada setiap detiknya sehingga terdapat lima data untuk diambil nilai rata-rata dari kelimanya. 7. pengukuran dilakukan hingga selang nilai kecepatan angin tidak lebih dari 1 m/s 8. menyimpan data pengukuran 9. pengukuran dilakukan kembali dengan beban yang berbeda Pengukuran arus listrik dan tegangan listrik terhadap kecepatan angin pada kondisi pembebanan Prosedur yang dilakukan pada pengukuran daya hampir sama dengan pengukuran tegangan pada kondisi tanpa beban. Perbedaannya adalah pada 72
13 pemasangan beban dan penggunaan dua buah AVOmeter masing-masing untuk mengukur tegangan listrik dan arus listrik. Bagan pengujian tanpa beban dan dengan beban adalah sebagai berikut: V Turbin angin V A beban Turbin angin Gambar 4.9 Pemasangan alat pada pengujian kinerja turbin angin Data Hasil Pengujian Pengukuran cut in speed menunjukkan bahwa turbin angin sumbu horizontal 3 sudu berdiameter 3,5 meter memberikan nilai cut in speed 1,4 m/s pada kondisi tanpa beban, 1,9 m/s pada kondisi berbeban 27 W dan 1,9 m/s pada kondisi berbeban 47 W. Pengukuran tegangan keluaran turbin angin pada kondisi tanpa beban memberikan hasil seperti ditunjukkan tabel berikut: 73
14 Tabel 4.5 Data pengukuran tegangan tanpa beban No kecepatan angin (m/s) Tegangan (V) No kecepatan angin (m/s) Tegangan (V) 1 1,2 3, ,5 6,39 2 1,3 4, ,98 3 1,6 5, ,3 5,82 4 1,6 3, ,3 11,04 5 1,6 5, ,5 13, , ,6 12,69 7 2,3 6, ,8 15,6 8 2,4 9,9 18 3,9 14,73 9 2,5 9, ,9 15, ,5 9, ,3 22,65 berikut: Jika data tersebut disajikan dalam bentuk grafik, maka hasilnya adalah sebagai 25 tegangan output (V) kecepatan angin (m/s) Gambar 4.10 Grafik tegangan output pada kondisi tanpa pembebanan 74
15 Pengukuran tegangan dan arus yang dilakukan pada kecepatan angin yang bervariasi memberikan hasil seperti ditunjukkan pada tabel. Perhitungan daya dilakukan dengan mengalikan arus dan tegangan yang terjadi pada setiap pengukuran. Tabel berikut menunjukkan data pengukuran dengan kondisi beban 27 Watt. Tabel 4.6 Data pengukuran pada pembebanan 27 W Kecepatan angin (m/s) Tegangan (V) Arus (A) Daya (W) Kecepatan angin (m/s) Tegangan (V) Arus (A) Daya (W) 1,0 2,5 0,275 0,6875 2,9 4,9 0,295 1,4455 1,2 4,3 0,310 1,3330 2,9 6,6 0,375 2,4750 1,8 4,1 0,295 1,2095 2,9 2,2 0,255 0,5610 1,9 6,3 0,350 2,2050 3,0 8,1 0,425 3,4425 2,2 5,7 0,350 1,9950 3,1 8,7 0,445 3,8715 2,2 3,1 0,290 0,8990 3,2 3,1 0,305 0,9455 2,3 7,6 0,395 3,0020 3,3 6,2 0,355 2,2010 2,7 6,5 0,370 2,4050 3,5 7,8 0,405 3,1590 2,8 5,3 0,345 1,8285 3,8 3,9 0,315 1,2285 Pada beban 47 W memberikan data yang ditunjukkan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Data pengukuran pada pembebanan 47 W Kecepatan angin (m/s) Tegangan (V) Arus (A) Daya (W) Kecepatan angin (m/s) Tegangan (V) Arus (A) Daya (W) 1,2 2,5 0,990 2,4750 2,4 2,7 1,080 2,9160 1,4 2,8 1,050 2,9400 2,4 3,1 1,180 3,6580 1,4 4,7 1,225 5,7575 2,5 3,1 1,095 3,3945 1,5 2,4 0,945 2,2680 2,6 5,8 1,470 8,5260 1,7 2,3 1,565 3,5995 2,6 9,9 1,950 19,3050 1,8 2,6 1,040 2,7040 2,6 5,0 1,450 7, ,3 1,265 5,4395 3,4 6,1 1,575 9,6075 2,3 7,5 1,595 11,
16 Hasil perhitungan daya yang dilakukan pada kedua pembebanan dan pada kecepatan angin yang berhasil terukur, jika disajikan dalam bentuk grafik akan meunjukkan gambaran seperti berikut. daya output (W) W 47 W 27 W 47 W 0 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 kecepatan angin (m/s) Gambar 4.11 Data pengukuran daya dengan beban 27 W dan 47 W Pengukuran putaran pada kondisi tanpa beban, dengan beban 27 W, dan dengan beban 47 W memberikan hasil seperti berikut: Tabel 4.8 Data pengukuran putaran rotor terhadap kecepatan angin Tanpa beban Beban 27 W Beban 47 W Kecepatan angin (m/s) Putaran (rpm) Kecepatan angin (m/s) Putaran (rpm) Kecepatan angin (m/s) Putaran (rpm) ,2 56 1,3 32 1,2 64 1,3 56 1,6 72 1,5 68 1,1 52 1,8 76 1,4 72 1,7 56 1,5 56 1, ,8 76 2,
17 Grafik berikut merupakan penyajian data pengukuran putaran pada kecepatan angin yang berbeda. putaran (rpm) tanpa beban beban 27 W beban 47 W ,5 1 1,5 2 2,5 kecepatan angin (m/s) Gambar 4.12 Data pengukuran putaran Analisis Pengujian Pengujian dilakukan dengan menggunakan sudut pitch 20. Ketika menggunakan sudut pitch 5, rotor tidak berputar. Hal ini karena dengan menggunakan sudut pitch yang rendah, starting torque yang didapatkan terlalu kecil dan tidak mampu memberi torsi awal untuk melawan momen inersia rotor. Dari data hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh bahwa tegangan yang terjadi pada percobaan tanpa beban menunjukkan nilai 22,65 volt. Nilai daya yang diperoleh pada kondisi beban 27 W dan 47 menunjukkan nilai yang lebih kecil daripada nilai yang diperoleh dari perhitungan maupun simulasi dengan fluent. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: 1. putaran yang terjadi terlalu kecil untuk menghasilkan daya output 2. beban yang diberikan besar sehingga nilai arus yang mengalir kecil Pengujian yang telah dilakukan tidak memberikan data yang lengkap karena kecepatan angin yang rendah, sulit untuk mendapatkan kondisi angin yang cenderung konstan dan berkecepatan tinggi. Hal ini disebabkan beberapa kekurangan pada pengujian ini diantaranya: 77
18 1. pemasangan turbin angin pada menara yang rendah 2. turbin angin dipasang pada posisi dimana gangguan turbulensi aliran angin sangat mungkin terjadi 3. kondisi angin sangat fluktuatif, tidak pernah mencapai kecepatan angin diatas 5 m/s dalam waktu yang relatif lama kondisi-kondisi tersebut membuat data pengujian tidak benar-benar menunjukkan nilai yang sebenarnya. Pemasangan menara yang rendah menjadi satu diantara kendala pengujian karena pemasangan demikian menyebabkan kondisi angin yang tidak konstan. Semakin dekat dengan permukaan, maka kecepatan angin semakin menurun. Pemasangan turbin angin sebaiknya lebih tinggi dari 10 m, itu jika tidak ada bangunan yang mengganggu aliran angin menuju turbin angin. Pada saat pengujian, turbin angin dipasang di atas gedung 5 lantai dengan menggunakan menara setinggi 2,5 m. Turbin angin diletakkan dekat dengan sudut gedung sehingga besar kemungkinan aliran udara yang menerpa turbin angin tidak pada arah yang benar-benar horizontal. Kondisi angin yang fluktuatif jelas menjadi kendala pengujian. Pengujian yang ideal dilakukan pada kondisi angin yang cenderung konstan baik kecepatan maupun arahnya. Kecepatan angin yang berubah-ubah menyebabkan putaran yang terjadi pada saat pengambilan data bukan putaran yang seharusnya terjadi pada kecepatan angin tersebut, namun sangat mungkin bahwa putaran rotor masih terlalu rendah atau masih terlalu tinggi bergantung pada kondisi angin sebelumnya. Arah angin yang berubah-ubah juga menjadi kendala baik bagi kinerja turbin angin itu sendiri maupun dalam pengukuran. Ketika angin berubah arah dan menyebabkan turbin angin berubah arah mengikuti arah angin, maka putaran rotor yang terjadi cenderng menurun. Meskipun pada kecepatan angin yang tinggi, namun jika arah angin berubah-ubah, nilai kecepatan sudut dan daya output yang dihasikan turbin angin relatif kecil. Penurunan kecepatan rotasi rotor ketika perubahan arah orientasi rotor diperkirakan karena adanya efek giroskopik yang terjadi pada rotor. 78
19 Efek giroskop menyebabkan terjadinya momen presisi yang arahnya tegak lurus dengan arah yaw. Tabel 4.9 Sumber kesalahan pengujian Kesalahan Penyebab Data angin tidak 1. Kecepatan angin yang terjadi rendah lengkap (dibawah 5 m/s) 2. Ketinggian menara (2,5 m di atas gedung 4 lantai) kurang sehingga kecepatan angin rendah Daya output rendah 1. Putaran rotor yang terjadi rendah (maksimal 80 rpm pada kecepatan angin 2,3 m/s). Pada putaran tersebut daya output turbin angin juga rendah (sekitar 20 Watt) Sebaran data tegangan tidak teratur terhadap kecepatan angin 1. Kecepatan angin berubah pada waktu yang singkat sehingga tegangan yang terukur sangat bergantung pada kecepatan angin sebelum pengukuran. 2. Arah angin berubah-ubah. Ketika angin berubah arah, putaran rotor cenderung rendah. 3. Tidak dilakukan kalibrasi pada alat ukur. Sebaran data putaran 1. Respon putaran rotor terhadap kecepatan angin rotor tidak teratur lebih lambat daripada respon anemometer terhadap terhadap kecepatan kecepatan angin. angin 2. Terjadi fluktuasi kecepatan angin dan perubahan arah angin. Pengukuran yang baik dilakukan pada kondisi angin yang cenderung konstan. 3. Perubahan arah angin terkadang menjadikan anemometer berada di belakang turbin angin, pada kondisi ini kecepatan angin yang terukur anemometer sudah berkurang. Sudut pitch pada 1. sudut pitch optimal dari hasil simulasi (5 ) tidak pengujian berbeda memberikan starting torque yang cukup untuk dengan sudut pitch memutar rotor sehingga sudut pitch diperbesar optimal pada simulasi hingga
20 Selama pengujian, cut in speed turbin angin yang teramati berada pada nilai 1,9 m/s. Nilai ini relatif rendah jika dibandingkan dengan turbin angin yang sudah ada. Cut in speed yang rendah adalah keuntungan untuk turbin angin. 80
BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS
BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan
Lebih terperinciDesain Turbin Angin Sumbu Horizontal
Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Adi Andriyanto 13102131
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air
Lebih terperinciStudi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius
Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Lebih terperinciBab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1)
Bab Dasar Teori.1. Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan E = 1 mv (.1) dimana: m : massa udara yang bergerak (kg) v : adalah kecepatan angin (m/s).
Lebih terperinciSKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM
UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Konsumsi tenaga listrik Indonesia... 1 Gambar 2.1 Klasifikasi aliran fluida... 6 Gambar 2.2 Daerah aliran inviscid dan aliran viscous... 7 Gambar 2.3 Roda air kuno... 10 Gambar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi
Lebih terperinciGambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional
BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse
Lebih terperinciPENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo
PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciSTART STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi
START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi PENGGAMBARAN MODEL Pemilihan Pitch Propeller (0,2 ; 0,4 ; 0,6) SIMULASI CFD -Variasi
Lebih terperinciBab 3 Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin
Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin 3.1 Perhitungan Daya pada Berbagai Kecepatan Angin 3.1.1 Menentukan Kecepatan Angin Nominal Turbin angin yang akan dibuat dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi
Lebih terperinciBab III Perancangan Turbin Angin 3 Sudu
Bab III Perancangan Turbin Angin 3 Sudu 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada pengerjaan tugas akhir ini adalah gabungan antara perancangan dan eksperimental. Metode analitik digunakan untuk
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin
BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUKURAN
BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator
Lebih terperinciPERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI
PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALVI SYUKRI 090421064 PROGRAM PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin
Lebih terperinciBAB IV DESIGN DAN ANALISA
BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2
Lebih terperinciE =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin
BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.
Lebih terperinciAnalisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar
Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TORI
BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H
LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H DISUSUN OLEH : Yos Hefianto Agung Prastyo 41311010005 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu
Lebih terperinciJurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN
UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH Farel H. Napitupulu 1, Ekawira K. Napitupulu
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).
BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.
Lebih terperinciSIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN
SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi"', Ahmad Jamaludin Fitroh**' ipenellti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan. LAPAN ">Peneliti Teknik Penerbangan ITB ABSTRACT Identification
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan energi angin di Indonesia masih sangat kecil, baik yang dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik ataupun untuk menggerakkan peralatan mekanis seperti
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS
BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS Berdasarkan pemodelan aliran, telah diketahui bahwa penutupan LCV sebesar 3% mengakibatkan perubahan kondisi aliran. Kondisi yang paling penting untuk dicermati adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis
Lebih terperinciPelatihan Ulangan Semester Gasal
Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka.1 Energi Angin Atmosfer yang menyelimuti bumi mengandung berbagai macam molekul gas dan tersusun atas beberapa lapisan. Lapisan atmosfer yang paling rendah adalah troposfer yang
Lebih terperinci5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O
1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem
Lebih terperinciANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT
ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin Energi angin berasal dari matahari melalui reaksi fusi nuklir hidrogen (H) menjadi helium (He) pada inti matahari. Reaksi ini menimbulkan panas dan radiasi elektromagnetik
Lebih terperinciBAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin
BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan
Lebih terperinci= x 125% = 200 x 125 % = 250 Watt
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan 4.1.1. Dasar Pemilihan Jenis Kincir Angin Kincir angin merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang ramah lingkungan yang dapat dipakai untuk memasok
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Strata I pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas
Lebih terperinciBab VI Hasil dan Analisis
Bab VI Hasil dan Analisis Dalam bab ini akan disampaikan data-data hasil eksperimen yang telah dilakukan di dalam laboratorium termodinamika PRI ITB, dan juga hasil pengolahan data-data tersebut yang diberikan
Lebih terperinciANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 8 No. Desember :8-5 ANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN Sulistyo Atmadi, Ahmad Jamaludin Fitroh Peneliti Aerodinamika, LAPAN e-mail: sulistyoa@aerospaceitb.org
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN USTAKA 2.1. engertian Dasar Tentang Turbin Air Kata turbin ditemukan oleh seorang insinyur yang bernama Claude Bourdin pada awal abad 19, yang diambil dari terjemahan bahasa latin dari
Lebih terperinciMaximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator
Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen
Lebih terperinciPEMBUATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H
Pembuatan Kode Desain dan Analisis.. (Agus Muhamad Arsad et al) PEMBATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TRBIN ANGIN SMB VERTIKAL DARRIES TIPE-H Agus Muhamad Arsad*), dan Firman Hartono**) *)niversitas Nurtanio
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Dasar Teori Pompa Sentrifugal... Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan gaya sentrifugal.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Potensi Energi Air Potensi energi air pada umumnya berbeda dengaan pemanfaatan energi lainnya. Energi air merupakan salah satu bentuk energi yang mampu diperbaharui karena sumber
Lebih terperinciUji Kompetensi Semester 1
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MODEL TURBIN ANGIN UNTWISTED BLADE DENGAN MENGGUNAKAN TIPE AIRFOIL NREL S833 PADA KECEPATAN ANGIN RENDAH
KARAKTERISTIK MODEL TURBIN ANGIN UNTWISTED BLADE DENGAN MENGGUNAKAN TIPE AIRFOIL NREL S833 PADA KECEPATAN ANGIN RENDAH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh
Lebih terperinciBAB IV TURBIN UAP. Secara umum, sebuah turbin uap secara prinsip terdiri dari dua komponen berikut:
BAB IV TURBIN UAP Turbin uap adalah penggerak mula dimana gerak putar diperoleh dengan perubahan gradual dari momentum uap. Pada turbin uap, gaya dibangkitkan pada sudu (blade) karena kecepatan uap. Ini
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN
PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi Ahmad Jamaludln Fltroh Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN ABSTRACT A method for determining
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... TAKARIR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISIS
BAB V HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas berbagai macam hasil dan analisis dari simulasi yang telah dilakukan. Simulasi dibagi dalam beberapa bagian yaitu : A. Studi numerik : 1. Simulasi dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Pengambilan data Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Desember 212 di Laboratorium Proses Produksi dengan data sebagai berikut : 1. Kecepatan angin (v) = 3
Lebih terperinci2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah elemen utama dari sebuah pembangkit listrik tenaga angin dan digunakan untuk memproduksi energi listrik yang merupakan hasil konversi dari energi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Chen, dkk (2013) meneliti tentang Vertical Axis Water Turbine (VAWT) yang diaplikasikan untuk menggerakkan power generation untuk aliran air dalam pipa. Tujuannya
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT
PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas
Lebih terperinciDinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA
Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Energi Angin Adanya perbedaan suhu antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dipermukaan bumi ini menyebabkan timbulnya angin. Wilayah yang mempunyai suhu tinggi (daerah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.
BAB IV ANALISA DATA 4.1 Umum Pada bab ini menguraikan langkah-langkah dalam pengolahan data-data yang telah didapatkan sebelumnya. Data yang didapatkan, mewakili keseluruhan data sistem yang digunakan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT SERANG TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN SUMBU HORISONTAL NACA 4415
NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT SERANG TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN SUMBU HORISONTAL NACA 4415 Naskah publikasi ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Tugas Akhir pada Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt
Dinamika Teknik Mesin, Volume 4 No. 2 Juli 2014 jumlah Blade Sayoga, Wiratama, Mara, Agus Dwi Catur: Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR
Lebih terperinciRancang Bangun Turbin Angin Vertikal Jenis Savonius Dengan Integrasi Obstacle Untuk Memperoleh Daya Maksimum
JURAL TEKIK POMITS Vol. 1, 1, (2013) 1-7 1 Rancang Bangun Turbin Angin Vertikal Jenis Savonius Dengan Integrasi Obstacle Untuk Memperoleh Daya Maksimum Andi Royhan Alby, Dr. Gunawan ugroho, ST. MT. dan
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR
UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA 0012-34 SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR ZEVO PRIORY SIBERO L2E 006 096 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciPenelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani
Lebih terperinciANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002
ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI 03 1729 2002 ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Maulana Rizki Suryadi NRP : 9921027 Pembimbing : Ginardy Husada
Lebih terperinciANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP SKRIPSI Skripsi ini Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH
Lebih terperinciRANCANGAN SISTEM ORIENTASI EKOR TURBIN ANGIN 50 kw
RANCANGAN SISTEM ORIENTASI EKOR TURBIN ANGIN 50 kw ' Suiistyo Atmadi, Ahmad Jamaludln Fitroh Penelltl Pusat Teknologi Terapan, LAPAN ABSTRACT A fin orientation system for wind turbine with a maximum capacity
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN TURBIN ANGIN
BAB 3 PERANCANGAN TURBIN ANGIN 3.1 Pendahuluan Dalam pembuatan suatu mesin pada umumnya, terutama mesin turbin, aspek desain memegang peranan yang sangat penting. Sebelum suatu alat dibuat dan diujikan,
Lebih terperinciBANCANGAN DAN ANALISIS AERODINAMIKA SUDU TURBIN ANGIN KAPASITAS 300 KW
BANCANGAN DAN ANALISIS AERODINAMIKA SUDU TURBIN ANGIN KAPASITAS 300 KW Sullstyo Atmadl, Ahmad Jamaludln Fltroh Penelltl PusatTeknoIogi DlrgantaraTerapan, LAPAN ABSTRACT This particular research is the
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Pembangunan sebuah PLTMH harus memenuhi beberapa kriteria seperti, kapasitas air yang cukup baik dan tempat yang memadai untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat
Lebih terperinciPERANCANGAN TURBIN GAS PENGGERAK GENERATOR PADA INSTALASI PLTG DENGAN PUTARAN 3000 RPM DAN DAYA TERPASANG GENERATOR 130 MW SKRIPSI
PERANCANGAN TURBIN GAS PENGGERAK GENERATOR PADA INSTALASI PLTG DENGAN PUTARAN 3000 RPM DAN DAYA TERPASANG GENERATOR 130 MW SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciPENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS
5 PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS Muhammad Irsyad Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung Keywords : Turbin Angin Savonius Sudu Elliptik
Lebih terperinciPrestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle
Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Halim Widya Kusuma 1,*, Rengga Dwi Cahya Hidayat 1, Muh Hamdani 1, 1 1 Teknik Mesin S1, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinciStudi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 Dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0 º, 10 º, 15 º
TUGAS AKHIR Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 Dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0 º, 10 º, 15 º Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS
BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembang teknologi yang semakin maju, banyak diciptakan peralatan peralatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Denhas (2014) melakukan penelitian mengenai peningkatan unjuk kerja turbin angin vertikal axis savonius dengan cara menambahkan sudu pengarah
Lebih terperinciPERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,
PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, hendradarmawan11@gmail.com Ibnu Kahfi Bachtiar ST, M.Sc Dosen Pembimbing, Program
Lebih terperinciMEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN
Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah
Lebih terperinciBab III Aliran Putar
Bab III Aliran Putar Ada banyak jenis aliran fluida dalam dunia teknik, dimana komponen rotasi dari nilai rata-rata deformasi memberikan kontribusi lebih besar terhadap pola aliran yang terjadi. Memperhatikan
Lebih terperinciPETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA
PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.
29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.
Lebih terperinciANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto
ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari
Lebih terperinciFISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.
1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA
STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA OLEH : NAMA : WISWANATHEN NIM : 030402072 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 STUDI PEMBANGKIT
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Desember 2012 Januari 2013 di Laboratorium Proses Produksi dengan data sebagai berikut : 1. Kecepatan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang
Lebih terperinci