BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dalam melakukan penelitian ini dan akan mempermudah dalam hal pembahasan hasil utama pada bab berikutnya. Teori tersebut mencakup pengertian dari digraph, contoh digraph, dan aplikasi digraph pada analisis siklus kehidupan. 2.1 Graph Berarah (Digraph) Suatu graph berarah (digraph) D adalah himpunan berhingga tak kosong V bersama suatu himpunan A yang terdiri dari pasangan berurut dengan unsur di V. Sehingga berdasarkan uraian di atas suatu digraph D terdiri dari dua himpunan yaitu: 1. Himpunan berhingga tak kosong V. Unsur dari V disebut verteks dari D. 2. Himpunan A yang merupakan himpunan bagian dari pasangan tak berurut dari unsur-unsur di V. Unsur dari A disebut arc dari D (Chartrand dan Lesniak, 1986 ). Digraph D dengan himpunan verteks V dan himpunan arc A dinotasikan dengan D(V,A). Andaikan v i dan v j adalah dua verteks di D. Suatu arc v i,v j atau juga dapat dinotasikan dengan v i v j adalah suatu arc di D yang menghubungkan v i dan v j. Contoh 1 : Himpunan verteks V = {v 1,v 2,v 3,v 4 } bersama dengan himpunan arc A = {v 1 v 2,v 1 v 4,v 2 v 3,v 3 v 4,v 3 v 1,v 4 v 2 } adalah suatu digraph dengan 4 verteks dan 6 arc, dinotasikan dengan D(4, 6).

2 9 Suatu digraph biasanya direpresentasikan secara grafis dengan cara setiap verteks pada digraph tersebut direpresentasikan sebagai suatu titik atau lingkaran kecil dan setiap arc (v i v j ) yang terdapat dalam digraph itu direpresentasikan sebagai suatu garis berarah dari v i ke v j. Representasi grafis digraph pada contoh 1 diperlihatkan seperti gambar (2.1) dibawah ini. v 1 v 4 v 2 v 3 Gambar 2.1 : Graph D(4, 6) Suatu representasi lain dari suatu digraph D dapat dituliskan dalam bentuk matriks adjacency sebagai berikut: a ij = { 1, jika terdapat arc dari verteks j ke i 0 jika sebaliknya maka untuk digraph pada gambar (2.1) di atas memiliki representasi matriks sebagai berikut: Suatu digraph berbobot adalah suatu pasangan (V,w) dimana V adalah suatu himpunan berhingga verteks-verteks dan w adalah suatu fungsi yang memetakan setiap pasangan verteks (x, y) ke nilai integer positif atau tak berhingga ( ). Fungsi w disebut fungsi bobot dan nilainya dapat diinterpretasikan sebagai suatu harga, jarak, atau waktu, dan lain sebagainya dalam bentuk fungsi sebagai berikut w : V (D) R. Digraph berbobot memiliki representasi matriks sebagai berikut:

3 10 ke verteks dari verteks w 11 w w 1n w 21 w w 2n w n1 w n2... w nn Andaikan u, v V. Suatu walk dari u ke v dinotasikan dengan (u, v). Suatu walk dari u ke v disingkat sebagai uv-walk atau l uv (untuk selanjutnya dipakai notasi (l uv )). Suatu walk dari u ke v yang panjangnya m adalah suatu barisan arc dalam bentuk (u = v 0,v 1 ), (v 1,v 2 ),..., (v m 2,v m 1 ), (v m 1,v m = v) (Chartrand dan Lesniak, 1986 ). Walk di atas juga dapat direpsentasikan sebagai berikut u = v 0 v 1 v 2 v m 1 v m = v (Chartrand dan Lesniak, 1986). Suatu path p uv adalah suatu l uv tanpa ada perulangan verteks kecuali mungkin verteks awal dan verteks akhir dan panjangnya dinotasikan dengan l(p uv ). Suatu cycle adalah path dengan verteks awal sama dengan verteks akhir atau dengan perkataan lain cycle adalah path tertutup. Selain beberapa istilah yang telah ditunjukkan di atas, masih ada beberapa istilah lain yang berkaitan dengan digraph yang akan dijelaskan pada bagian-bagian berikut Nilai Eigen (Eigenvalue). Misalkan A adalah suatu matriks n n. Suatu skalar λ disebut sebagai suatu nilai eigen atau nilai karakteristik dari A jika terdapat suatu vektor tak nol x sehingga Ax = λx Persamaan Ax = λx dapat dituliskan dalam bentuk (A λi)x =0. (2.1) Jadi λ adalah nilai eigen dari A jika dan hanya jika persamaan (2.1) memiliki suatu penyelesaian nontrivial. Himpunan penyelesaian terhadap Universitas persamaan Sumatera (2.1) Utara

4 11 adalah N(A λi)x yang merupakan ruang bagian dari R n. Jadi, jika λ adalah nilai eigen dari A, maka N(A λi) {0} dan sembarang vektor tak nol dalam N(A λi) adalah vektor eigen milik λ. Ruang bagian N(A λi) dinamakan ruang eigen yang berhubungan dengan nilai eigen λ. Persamaan (2.1) akan mempunyai penyelesaian nontrivial jika dan hanya jika A λi singular, atau secara ekuivalen det(a λi) =0. (2.2) Jika determinan pada persamaan (2.2) diuraikan, akan kita dapatkan suatu polinom berderajat n dalam peubah λ. p(λ) =det(a λi). (2.3) Polinom ini disebut polinom karakteristik (characteristic polynomial) dan persamaan (2.3) disebut persamaan karakteristik (characteristic equation) untuk matriks A. Akar dari polinom karakteristik adalah nilai eigen dari A (Horn dan Johnson, 1985 ) Pohon (Tree). Definisi. Pohon adalah suatu graph terhubung yang tidak memiliki sirkuit. Proposisi. Anggap G adalah suatu graph. Pernyataan berikut ekuivalen. (1). G adalah tree. (2). G terhubung dan tak memuat cycle. (3). Diantara dua verteks sebarang di G pasti ada suatu path. Bukti: (1) (2): Karena suatu cycle adalah suatu sirkuit, pernyataan (1) berakibat ke pernyataan (2). (2) (3): Jika ada dua path berbeda P 1, P 2 dari beberapa verteks v ke verteks lain, w, kemudian walk tertutup v ke v diperoleh dengan mengikuti Universitas verteks-verteks Sumatera Utara

5 12 dari P 1 dan kemudian P 2 pada order yang berlawanan akan memuat sebuah cycle, kontradiksi dengan (2). (3) (1): Karena ada suatu path antara dua verteks sebarang di G, pastilah G terhubung. Selanjutnya, G tidak memuat sirkuit. Sebaliknya, itu akan memuat sebuah cycle dan sebuah cycle akan menentukan dua path antara dua verteks sebarang pada graph tersebut. Implikasi-implikasi yang terbentuk adalah (1) (2) (3) (1) memberikan keekuivalenan antara (1), (2), dan (3), (Goodaire dan Parmenter, 1998). Pohon yang terdiri atas satu verteks disebut pohon yang menyusut atau pohon yang mengalami degenerasi atau pohon yang trivial Pohon Perentang (Spanning Tree). Definisi. Suatu edge e E G adalah suatu bridge dari graph G jika G e memiliki komponen terhubung yang lebih banyak dari G, yaitu jika c(g e) > c(g). Definisi. Suatu (spanning tree) dari suatu graph G terhubung adalah suatu subgraph yang merupakan suatu tree dan memuat semua verteks di G (Goodaire dan Parmenter, 1998). Teorema 2.1 Setiap graph terhubung memiliki suatu spanning tree, oleh karena itu suatu spanning graph adalah tree. Bukti: Anggap H G adalah suatu spanning subgraph terhubung minimal, ada suatu spanning subgraph terhubung dari G sedemikian hingga H e tidak terhubung untuk setiap e E H. Subgraph yang demikian diperoleh dari G dengan menghapus nonbridges seperti pada langkah berikut: (a.) Anggap H 0 = G.

6 13 (b.) Untuk i 0 anggap H i+1 = H i e i, dimana e i bukanlah suatu bridge, H i+1 adalah suatu spanning subgraph dari H i dan sekaligus dari G. (c.) H = H k jika hanya bridges yang tetap ada. Berdasarkan pernyataan yang menyatakan bahwa suatu graph terhubung adalah tree jika dan hanya jika semua edges adalah bridges, maka H adalah suatu tree (Harju, 2007). Suatu edge dalam suatu spanning tree disebut cabang (branch) sedangkan edge yang tidak terdapat pada spanning tree tersebut tapi terdapat pada graph semula disebut tali hubung (chord). Graph yang tidak terdapat pada pohon perentang disebut cotree. Pada graph terhubung dengan m buah sisi dan n buah verteks terdapat n 1 buah cabang dan m n+1 buah tali. Himpunan tali hubung dengan verteks yang bersisian dengannya disebut komplemen pohon. Untuk graph terhubung G dengan n buah verteks dan m buah sisi, kita dapat menghitung jumlah cabang dan tali hubungnya (chord) dengan rumus sebagai berikut: jumlah cabang = n 1 jumlah tali hubung (chord) =m n +1 Jumlah cabang pada pohon perentang dari sebuah graph G disebut rank graph G, dan jumlah tali hubung (chord) pada graph G disebut nullity graph G. Dapat dilihat bahwa rank + nullity = jumlah sisi graph G (Goodaire dan Parmenter, 1998) Gabungan Graph (Union) dan Join Graph. Ada banyak cara untuk mengkombinasikan graph-graph hingga menghasilkan suatu graph baru. Berikut akan diberikan beberapa operasi biner yang didefinisikan pada graph, sebelumnya asumsikan G 1 dan G 2 adalah dua graph yang himpunan verteksnya disjoint.

7 14 Gabungan (Union) G = G 1 G 2 memiliki V (G) = V (G 1 ) V (G 2 ) dan E(G) =E(G 1 ) E(G 2 ), jika suatu graph G terdiri dari n 2. Join G = G 1 + G 2 memiliki V (G) = V (G 1 ) V (G 2 ) dan E(G) = E(G 1 ) E(G 2 ) {uv u V (G 1 ) dan v V (G 2 )} (Chartrand dan Lesniak, 1986). 2.2 Digraph Terhubung Suatu digraph dikatakan terhubung jika untuk setiap sebarang dua verteksnya terhubung oleh suatu arc. Dalam tulisan ini yang dibicarakan adalah digraph terhubung kuat mengingat matriks proyeksi populasi adalah suatu matriks nonnegatif dan diasumsikan bahwa matriks proyeksi populasi tersebut irreducible (Adams, 2008). Definisi Suatu digraph D dikatakan terhubung kuat (strongly connected) jika untuk setiap pasangan verteks u dan v di D terdapat suatu uv walk dan vu walk. Berikut akan diberikan contoh digraph terhubung kuat dan digraph tidak terhubung kuat beserta matriks adjacency-nya. v 1 v 2 v 7 v 3 v 6 v 4.. v 5 (a) Gambar 2.2 : (a) Digraph terhubung kuat v 1 v 2 v 7 v 3 v 6 v 4 v 5 (b) (b) Digraph tidak terhubung kuat A = B =

8 15 A adalah matriks untuk digraph terhubung kuat sedangkan B adalah matriks untuk digraph tidak terhubung kuat. Definisi Matriks A berorder n disebut reducible jika dengan permutasi yang simultan pada barisnya kita memperoleh suatu matriks berbentuk ( ) A1 O A 21 A 2 dimana A 1 dan A 2 adalah matriks bujur sangkar berorder paling tidak 1. Jika A tidak reducible maka A disebut irreducible. Matriks berorder satu adalah matriks irreducible. Teorema 2.2 Diketahui A suatu matriks berorder n. A disebut irreducible jika dan hanya jika digraph D tersebut terhubung kuat. Bukti : Pertama asumsikan bahwa A reducible. Selanjutnya himpunan verteks V dari D dapat dibagi menjadi dua himpunan tak kosong V 1 dan V 2 sedemikian hingga tidak ada arc dari suatu verteks di V 1 ke suatu verteks di V 2. Jika a adalah suatu verteks di V 1 dan b adalah suatu verteks di V 2 tidak ada walk yang menghubungkan dari a ke b. Oleh karena itu D bukanlah suatu digraph terhubung kuat. Sekarang asumsikan bahwa D tidak terhubung kuat. Kemudian ada verteksverteks berbeda a dan b di D dimana tidak ada walk yang menghubungkan dari a ke b. Anggap W 1 terdiri dari b dan semua verteks D yang darinya terdapat walk yang menghubungkan ke b, dan anggap W 2 terdiri dari a dan semua verteks yang menujunya terdapat walk yang menghubungkan dari a. Himpunan W 1 dan W 2 tak kosong dan disjoint. Anggap W 3 adalah himpunan yang setiap verteksnya tidak berada di W 1 maupun di W 2. Secara simultan permutasikan baris-baris A sedemikian hingga baris-baris tersebut berhubungan ke verteks-verteks di W 2

9 16 pertama kali diikuti oleh hubungan lainnya ke verteks-verteks di W 3 : W 2 W 3 W 1 W 2 X 11 X 12 X 13 W 3 X 21 X 22 X 23 W 1 X 31 X 32 X 33 Karena tidak ada walk yang menghubungkan dari a ke b maka tak ada arc dari suatu verteks di W 2 ke suatu verteks di W 1. Juga tak ada arc dari suatu verteks c di W 3 ke suatu verteks di W 1, karena arc yang demikian berimplikasi bahwa c berada di W 1. Oleh karena itu X 13 = O dan X 23 = O, dan A reducible (Brualdy dan Ryser, 1991). 2.3 Digraph Siklus Kehidupan Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh individu-individu dalam populasi berkaitan dengan perubahan-perubahan tahaptahap dalam kehidupan. Verteks-verteks pada digraph menggambarkan tahaptahap pada kehidupan, garis penghubung (disebut arc) dari verteks j ke verteks i mengindikasikan bahwa suatu individu pada tahap j diwaktu t dapat mengkontribusi individu ke tahap i pada waktu t +1. Dalam suatu siklus kehidupan pasti ditemukan beberapa hal yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan suatu populasi. Pengaruh-pengaruh itu antara lain berkenaan dengan masalah kelahiran, kematian, kemampuan bertahan hidup hingga kepunahan. Pengaruh-pengaruh yang telah diuraikan di atas merupakan suatu bentuk bagian dari demografi yang dapat digunakan untuk menghitung kontribusi terpisah dari tipe-tipe sejarah kehidupan yang berbeda dari pertumbuhan populasi. Secara matematis, semua hal di atas dapat digambarkan dalam suatu representasi grafis berupa graph berarah (digraph) dan berbobot, w : V (D) R. Suatu siklus kehidupan merupakan objek yang diskrit, sehingga siklus kehidupan dapat direpresentasikan dalam suatu bentuk digraph yaitu digraph siklus kehidupan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar (2.3) berikut Universitas ini: Sumatera Utara

10 17 S F R Gambar 2.3 : Gambar digraph siklus kehidupan Campanula americana. Ada tiga tahap yang dilewati yaitu S = biji-biji yang dormant, R = pembungaan, F = individu yang sudah berbunga. Digraph siklus kehidupan akan memiliki suatu representasi matriks. Matriksmatriks tersebut selanjutnya akan disebut dengan matriks proyeksi populasi, matriks sensitivitas dan matriks elastisitas. Matriks-matriks ini selanjutnya akan dipartisi hingga akhirnya apabila diubah kembali ke dalam representasi digraph menghasilkan cycle-cycle yang bermakna. 2.4 Matriks Model Populasi Matriks model populasi dapat mengklasifikasikan siklus kehidupan baik menggunakan usia atau tahap-tahap dalam kehidupan yang dilaluinya. Model pengklasifikasian berdasarkan usia menyatakan dinamika populasi dengan membagi variabel usia yang kontinu menjadi stadium-stadium usia yang diskrit, masing-masing dalam rentang yang sama. Model pengklasifikasian berdasarkan tahapan yang dilaluinya biasanya lebih fleksibel, dan memungkinkan analisis untuk pola siklus kehidupan yang lebih kompleks. Tahap-tahap tersebut mungkin menggambarkan status sosial (seperti keturunan dengan kemapanan), tahapan-tahapan yang terus berkembang atau lokasi-lokasi yang renggang (seperti daerah dengan kualitas tinggi dengan daerah kualitas rendah). Transisi-transisi antar tahap-tahap tersebut dikembangkan oleh laju vital yang menggambarkan proses-proses seperti pertumbuhan, fertilitas, kemampuan bertahan hidup bahkan peluang menjadi suatu yang menghasilkan keturunan atau memperoleh suatu daerah dengan kualitas tinggi. Berikut diberikan matriks-matriks yang berkaitan dengan gambar 1.1 yang menggambarkan posisi setiap arc-nya yang merupakan matriks model populasi.

11 Matriks Transisi Matriks Elastisitas Pada model matriks yang didasarkan pada tahap yang dilaluinya (stage based matrix model), ukuran suatu populasi dihitung dari waktu t ke waktu t + 1 dengan mengalikan suatu matriks A dengan suatu vektor n (dalam hal ini n adalah populasi mula-mula) dengan persamaan n(t +1)=A n(t). (2.4) Matriks model populasi adalah suatu tipe matriks transisi untuk proses Markov. Eigenvalue λ pada matriks proyeksi populasi merupakan istilah untuk laju pertumbuhan dalam populasi, yaitu eigenvalue yang diperoleh setelah tahapan-tahapan yang dilalui mencapai kestabilan dimana nilai λ tetap dari satu waktu ke waktu berikutnya setelah sebelumnya dilakukan proses menghitung λ secara berulangulang. Setiap entri pada matriks transisi berkaitan dengan matriks Leslie yang biasanya menggunakan parameter usia untuk mengklasifikasikan individu serta berdasarkan kelamin untuk model demografiknya sedangkan matriks elastisitas biasanya dinyatakan dalam persentasi. Pada analisis siklus kehidupan, matriks elastisitas dapat dianggap sebagai suatu jumlah konservatif yang alurnya melewati digraph siklus kehidupan (bobot pada setiap arc-nya). [ F1 F 2 ] F 3 P P 2 P 3 Matriks Leslie F x = kesuburan spesifik berdasarkan usia pada tahap x

12 19 P x = peluang bertahan hidup spesifik berdasarkan usia pada tahap x Matriks Sensitivitas dan Matriks Elastisitas. Matriks elastisitas merupakan matriks yang tersusun dari elemen-elemen yang menggambarkan sensitivitas proporsional dari λ yang berkaitan dengan elemenelemen pada matriks proyeksi populasi. Matriks transisi menyatakan peluang perpindahan tahap-tahap dalam siklus kehidupan dari satu tahap ke tahap berikutnya atau menyatakan parameter-parameter siklus kehidupan seperti tingkat kemampuan untuk bertahan hidup, laju pertumbuhan dan laju kelahiran individuindividu. Perubahan-perubahan kecil yang terjadi pada elemen-elemen matriks transisi tersebut akan berpengaruh terhadap λ. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan-perubahan itu berpengaruh dilakukan analisis sensitivitas (dalam hal ini matriks diubah ke dalam matriks sensitivitas) dengan persamaan: s ij = v iw j <wv> (2.5) dimana, s ij = entri pada matriks sensitivitas. w = right eigenvector (vektor dimana tahap yang dilalui telah stabil). v = left eigenvector (vektor nilsi reproduktif). v i = elemen ke i dari vektor nilai reproduktif. w j = elemen ke j dari vektor dimana tahap yang dilalui telah stabil. <wv>= vektor produk w dan v. Sensitivitas proporsional disebut sebagai nilai elastisitas. Analisis elastisitas mengestimasi pengaruh dari suatu perubahan proporsional pada laju vital pertumbuhan populasi. Hubungan antara s dan e adalah (Caswell, 2001): dimana, e ij = entri pada matriks elastisitas. e ij = a ij λ s ij. (2.6) a ij = entri pada matriks model populasi.

13 20 Elastisitas total (jumlah elemen-elemen di matriks elastisitas) adalah 1, atau 100% (Sun dan Wang, 2007). Sebagai tambahan, elastisitas diamati pada setiap tahap adalah: n e ij = j=1 n e ji i...n. (2.7) j=1 Dengan perkataan lain, matriks elastisitas memenuhi sifat flow conservation (Sun dan Wang, 2007). Dalam analisis siklus kehidupan, elastisitas dapat dipandang sebagai suatu jumlah konservatif yang mengalir melalui digraph siklus kehidupan. Ketika populasi yang digambarkan oleh digraph siklus kehidupan itu didekomposisi menjadi siklus-siklus yang menggambarkan alur kehidupan yang diikuti oleh organismeorganisme individu yang berbeda, elastisitas total dari setiap siklus kehidupan menggambarkan sensitivitas proporsional dari laju pertumbuhan populasi λ ke alur kehidupan partikular. Dengan perkataan lain, elastisitas dapat digunakan untuk menggambarkan kontribusi relatif dari alur hidup alternatif ke variasi-variasi dalam laju pertumbuhan populasi (Sun dan Wang, 2007). 2.5 Loop Analysis Suatu model demografik terdiri dari tahapan-tahapan dan transisi-transisi antar tahap-tahap tersebut yang menggambarkan nasib suatu individu dalam istilahistilah yang biasa disebut dengan pertumbuhan, kemampuan bertahan hidup, reproduksi dalam suatu interval waktu yang berturut-turut. Tahap-tahap dan transisi-transisi masing-masing digambarkan dalam verteks dan arc pada digraph siklus kehidupan. Suatu demografik digraph siklus kehidupan menyatakan bahwa transisi-transisi adalah peluang suatu individu berpindah secara tak langsung dari satu tahap ke tahap berikutnya (Wardle, 1998). Analisis loop mengkombinasikan antara elemen-elemen matriks dan analisis graph. Loop diturunkan langsung dari struktur atau hubungan-hubungan antar verteks dalam digraph. Suatu interpretasi secara biologi mengenai Universitas loop Sumatera menya- Utara

14 21 takan bahwa loop-loop tersebut menahan arah yang sama sebagai aliran individuindvidu dari satu tahap ke tahap berikutnya melalui siklus kehidupan. Analisis loop merupakan suatu tipe analisis sensitivitas untuk suatu model demografik (Wardle, 1998). Elastisitas atau sensitivitas proporsional (de Kroon et.al, 1986) dihitung dari matriks elemen transisi dan nilai-nilai elastisitas tersebut nantinya akan menjadi bobot pada arc suatu digraph siklus kehidupan. Jumlah elastisitas untuk suatu transisi yang masuk ke suatu verteks sama dengan jumlah elastisitas suatu transisi yang meninggalkan suatu verteks. Kekekalan elastisitas pada suatu verteks ini berimplikasi bahwa elastisitas-elastisitas menggambarkan aliran dalam suatu jumlah yang tetap pada suatu digraph. Akan tetapi, pada kenyataannya individu-individu dalam suatu siklus kehidupan tidak kekal, beberapa dari individu-individu tersebut mungkin mati dan meninggalkan sistem tersebut. Oleh karena itu, karena elastisitas-elastisitas menggambarkan kontribusi elemen-elemen matriks yang terpisah untuk menigkatkan laju pertumbuhan populasi, elastisitas-elastisitas tersebut harus melakukan hal yang demikian sehingga melalui efek-efek individu akhirnya melengkapi siklus kehidupan (Wardle, 1998). Sebagai akibat dari kekekalan elastisitas pada suatu verteks, setiap loop memiliki suatu elastisitas karakteristik yang didefinisikan sebagai elastisitas-elastisitas elemen-elemen transisi yang tunggal ke loop tersebut. Selanjutnya, setiap elemen matriks elastisitas adalah jumlah elastisitas-elastisitas karakteristik yang terdiri dari elemen-elemen tersebut. Terakhir, elastisitas loop adalah jumlah elastisitas-elastisitas karakteristik pada setiap langkah dalam loop (ekuivalen dengan elastisitas karakteristik dikali dengan jumlah langkah dalam loop). Untuk proses ini, elastisitas loop dijumlahkan dan berjumlah 100% (van Groenendael et.al, 1994). Oleh karena itu, elastisitas total dapat didekomposisi menjadi sekumpulan elastisitas-elastisitas loop yang menggambarkan path-path yang diikuti oleh individu-individu pada populasi (Wardle, 1998).

15 22 Metode umum dari analisis loop demografik ditemukan oleh van Groenendael et.al (1994) yang melibatkan empat langkah sebagai berikut: 1. Bentuk suatu digraph siklus kehidupan dan matriks proyeksi populasi. 2. Hitung nilai elastisitas dari matriks berdasarkan persamaan (2.6). 3. Dekomposisi digraph siklus kehidupan menjadi loop-loop yang tak bercabang sedemikian hingga semua transisi termasuk setidaknya satu kali ke beberapa loop (van Groenendael et.al, 1994). Elastisitas karakteristik loop sama dengan elastisitas elemen-elemen yang tunggal ke loop tersebut. 4. Elastisitas loop diperoleh dengan mengalikan elastisitas karakteristiknya dengan jumlah elemen-elemen transisi yang terdapat di loop. Jumlah total elastisitas loop sama dengan 1 (Wardle, 1998) Menentukan Banyaknya Loop. Jumlah loop pada suatu digraph siklus kehidupan ekuivalen dengan nulitas L, L = b n + c b = Jumlah arc pada digraph; n = Jumlah verteks; c = Komponen (suatu subset digraph terhubung yang memuat jumlah maksimal arc). Untuk demografik digraph siklus kehidupan nilai c selalu 1 karena setiap tahap suatu siklus kehidupan dapat dicapai dari setidaknya i tahap lainnya Menentukan Sekumpulan Loop-Loop Independen dalam Suatu Digraph Siklus Kehidupan. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi suatu tree dari digraph. Karena ada suatu path tunggal antara sebarang dua verteks pada suatu tree, panambahan suatu chord (edge pada cotree) ke tree menghasilkan suatu loop yang termuat dalam digraph yang dihasilkan. Oleh karena itu, suatu loop adalah hasil dari tree ditambah dengan sebuah chord dari cotree yang bersesuaian. Selanjutnya, setiap chord pada cotree mendefinisikan sebuah loop Universitas dengansumatera suatu cara Utara

16 23 yang tunggal. Jumlah loop akan berhubungan dengan jumlah chord pada cotree (Wardle, 1998) Menghitung Elastisitas Loop. Nilai elastisitas adalah bobot-bobot di arc dalam digraph, dan elastisitas pada chord mendefinisikan elastisitas karakteristik dari loop. Karena sifat kekekalan elastisitas pada suatu verteks menyatakan bahwa peluang yang memasuki suatu verteks sama dengan elastisitas yang meninggalkan verteks tersebut. Oleh karena itu, elastisitas karakteristik juga mendefinisikan elastisitas semua arc dalam loop (Wardle, 1998). 2.6 Dekomposisi Loop Anggap A adalah suatu matriks proyeksi populasi berorder n. Untuk menghindari terjadinya kasus trivial atau kasus terdegenerasi, asumsikan n 2. Matriks tersebut merupakan matriks nonnegatif dan akan diasumsikan juga bahwa matriks tersebut tidak tereduksi, meskipun tidak selalu primitif. Laju pertumbuhan populasi berhingga λ adalah eigenvalue real dominan dari A. Eigenvalue real dominan adalah nilai eigen λ 1 yang memenuhi λ 1 > λ i untuk i =2, 3,.., n. Suatu benda yang berhubungan dengan A adalah suatu digraph siklus kehidupan berorder n, yang setiap verteksnya berhubungan dengan kelas-kelas usia atau tahapan dalam suatu kehidupan populasi dan arc nya berhubungan dengan transisi dari satu kelas ke kelas berikutnya. Anggap 1, 2, 3,..., n sebagai verteks-verteks di D, ada suatu arc (i, j) yang berarah dari verteks i ke verteks j jika dan hanya jika a j,i > 0. Anggap E(D) sebagai himpunan arc dengan m = E(D). Karena A tak tereduksi, maka A terhubung kuat (Adams, 2008). Suatu loop di D dengan panjang k adalah suatu barisan tak kosong (i 1,i 2 ), (i 2,i 3 ),..., (i k,i l ) dari arc-arc dimana verteks-verteks i 1,i 2,...i k berbeda. Anggap L(D) ={L 1,L 2,..., L l } sebagai himpunan semua loop di D dengan l = L(D) dan anggap l i sebagai panjang dari loop L i dengan i =1, 2,..., l. Definisikan suatu dekomposisi loop di D sebagai suatu fungsi g : L(D) R yang Universitas memberi Sumatera tanda ke Utara

17 24 setiap loop L k suatu bilangan nonnegatif g(l k ) yang memenuhi e j,i = g(l k ) L k (i,j) untuk setiap (i, j) E(D). Bilangan g(l k ) adalah karakteristik elastisitas dari L k yaitu l k g(l k ). Oleh karena itu elastisitas karakteristik tersebut bisa saja bernilai 0 (Adams, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh individu-individu dalam populasi berkaitan dengan perubahan tahap-tahap dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf didefinisikan sebagai pasangan terurut himpunan dimana: 1. adalah sebuah himpunan tidak kosong yang berhingga yang anggotaanggotanya

Lebih terperinci

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian ini dan akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAPH. Representasi dari sebuah digraph D dapat dilihat pada contoh berikut. Contoh 2.1. Representasi dari digraph dengan 5 buah verteks.

BAB 2 DIGRAPH. Representasi dari sebuah digraph D dapat dilihat pada contoh berikut. Contoh 2.1. Representasi dari digraph dengan 5 buah verteks. BAB 2 DIGRAPH Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori dasar tentang digraph yang meliputi definisi dua cycle, primitifitas dari digraph, eksponen, dan lokal eksponen. Dengan demikian, akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Suatu graf G adalah suatu himpunan berhingga tak kosong dari objek-objek yang disebut verteks (titik/simpul) dengan suatu himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Teori Graph 2.1.1 Graph Tak Berarah dan Digraph Suatu Graph Tak Berarah (Undirected Graph) merupakan kumpulan dari titik yang disebut verteks dan segmen garis yang

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF

BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF Pada bagian ini akan diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan definisi sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf (Graph) Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) yang dinotasikan dalam bentuk G = {V(G), E(G)}, dimana V(G) adalah himpunan vertex (simpul) yang tidak kosong

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada Bagian ini akan dijelaskan beberapa definisi dan teorema terkait graf, matriks adjency, terhubung, primitifitas, dan scrambling index sebagai landasan teori yang menjadi acuan

Lebih terperinci

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Matriks Tujuan Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Pengertian Matriks Adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. Gambar 2.1. Contoh Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. Gambar 2.1. Contoh Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi graf, istilah-istilah dalam graf, matriks ketetanggaan, graf terhubung, primitivitas graf, dan scrambling index. 2.1 Definisi Graf

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF Pada bab ini akan dibahas teorema, definisi dan landasan teori pada penelitian ini. Berikut akan dibahas mengenai digraf, digraf dwiwarna dan hubungan keduanya dengan primitifitas,

Lebih terperinci

VERTEX EXPONENT OF A TWO-COLOURED DIGRAPH WITH 2 LOOPS ABSTRACT

VERTEX EXPONENT OF A TWO-COLOURED DIGRAPH WITH 2 LOOPS ABSTRACT vi VERTEX EXPONENT OF A TWO-COLOURED DIGRAPH WITH 2 LOOPS ABSTRACT A digraph D in which each of its arcs is coloured by either red or blue is called two-coloured digraph. A strongly connected of two-coloured

Lebih terperinci

merupakan himpunan sisi-sisi tidak berarah pada. (Yaoyuenyong et al. 2002)

merupakan himpunan sisi-sisi tidak berarah pada. (Yaoyuenyong et al. 2002) dari elemen graf yang disebut verteks (node, point), sedangkan, atau biasa disebut (), adalah himpunan pasangan tak terurut yang menghubungkan dua elemen subset dari yang disebut sisi (edge, line). Setiap

Lebih terperinci

Kode, GSR, dan Operasi Pada

Kode, GSR, dan Operasi Pada BAB 2 Kode, GSR, dan Operasi Pada Graf 2.1 Ruang Vektor Atas F 2 Ruang vektor V atas lapangan hingga F 2 = {0, 1} adalah suatu himpunan V yang berisi vektor-vektor, termasuk vektor nol, bersama dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan beberapa materi yang akan diperlukan di dalam pembahasan, seperti: matriks secara umum; matriks yang dipartisi; matriks tereduksi dan taktereduksi; matriks

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A = NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN >> DEFINISI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor taknol x pada R n disebut vektor eigen (vektor karakteristik) dari A jika Ax adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Definisi Graf Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK Faktor Exacta 10 (2): 154-161, 2017 SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK NONI SELVIA noni.selvia@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik,Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAF TERBOBOTI DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN DIPSACUS SYLVESTRIS DESI DWI WIRAYANTI

ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAF TERBOBOTI DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN DIPSACUS SYLVESTRIS DESI DWI WIRAYANTI ALORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIRAF TERBOBOTI DENAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN DIPSACUS SYLVESTRIS DESI DWI WIRAYANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H G R A P H Graf adalah : Himpunan V (Vertex) yang elemennya disebut simpul (atau point atau node atau titik) Himpunan E (Edge) yang merupakan pasangan tak urut dari simpul, anggotanya disebut ruas (rusuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 2.1.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat variabel bebas, variabel tak bebas dan derivative-derivatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini.. Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

Bagaimana merepresentasikan struktur berikut? A E

Bagaimana merepresentasikan struktur berikut? A E Bagaimana merepresentasikan struktur berikut? B D A E F C G Bagaimana merepresentasikan struktur berikut? Contoh-contoh aplikasi graf Peta (jaringan jalan dan hubungan antar kota) Jaringan komputer Jaringan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf, graf pohon dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 2.1 KONSEP DASAR GRAF Konsep

Lebih terperinci

5. Representasi Matrix

5. Representasi Matrix 5. Representasi Matrix Oleh : Ade Nurhopipah Pokok Bahasan : 1. Matrix Ketetanggaan 2. Walk Pada Graph dan Digraph 3. Matrix Insidensi Sumber : Aldous, Joan M.,Wilson, Robin J. 2004. Graph and Applications.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graf Definisi Graf Suatu graf G terdiri atas himpunan yang tidak kosong dari elemen elemen yang disebut titik atau simpul (vertex), dan suatu daftar pasangan vertex

Lebih terperinci

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut:

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: Bagian 5. RUANG VEKTOR 5.1 Lapangan (Field) Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: 1. dan 2., 3.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Teori Graf Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Universitas Sumatera Utara iv ABSTRAK Untuk menemukan matching maksimum pada graph tak berarah dapat diformulasikan sebagai masalah rank matriks. Matriks Tutte dipopulerkan oleh Tutte sebagai gambaran sebuah graph tak berarah, yang

Lebih terperinci

2. Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan berurut V V yang tak harus berbeda dari semua titik, elemen dari E disebut arc dari digraf D.

2. Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan berurut V V yang tak harus berbeda dari semua titik, elemen dari E disebut arc dari digraf D. BAB 2 DIGRAF DWI-WARNA PRIMITIF Pada Bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. konsep dasar yang dimaksud adalah yang berkaitan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin hasma_ba@yahoo.com Abstract Graf yang memuat semua siklus dari yang terkecil sampai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum memulai pembahasan lebih lanjut, pertama-tama haruslah dijelaskan apa yang dimaksud dengan traveling salesman problem atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai persoalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

PAM 453 KS MATEMATIKA TERAPAN I MATEMATIKA DEMOGRAFI Topik: Model Matriks. Mahdhivan Syafwan

PAM 453 KS MATEMATIKA TERAPAN I MATEMATIKA DEMOGRAFI Topik: Model Matriks. Mahdhivan Syafwan PAM 453 KS MATEMATIKA TERAPAN I MATEMATIKA DEMOGRAFI Topik: Model Matriks Mahdhivan Syafwan Life Table vs Model Matriks? Life Table Dikotomi antara hidup dan mati Hanya memuat peluang mati Model Matriks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas

Lebih terperinci

SPECTRUM DETOUR GRAF n-partisi KOMPLIT

SPECTRUM DETOUR GRAF n-partisi KOMPLIT SPECTRUM DETOUR GRAF n-partisi KOMPLIT Desy Norma Puspita Dewi Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail:phyta_3@yahoo.co.id ABSTRAK Matriks detour dari graf G adalah matriks yang elemen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR GAMBAR BAB 1. PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR GAMBAR BAB 1. PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v vi viii BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 1.2. Perumusan Masalah 3 1.3.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan permasalahan, seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. 2.1 Graf Graf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas penelitian-penelitian tentang aljabar maks-plus yang telah dilakukan dan teori-teori yang menunjang penelitian masalah nilai eigen dan vektor eigen yang diperumum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori graph merupakan cabang ilmu yang memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu matematika dan aplikasi. Teori graph saat ini mendapat banyak perhatian karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Beberapa konsep dasar

Lebih terperinci

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Wahidah Sanusi 1, Sukarna 1 dan Nur Ridiawati 1, a) 1 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Graph seperti dimaksud diatas, ditulis sebagai G(E,V).

Graph seperti dimaksud diatas, ditulis sebagai G(E,V). GRAPH, MATRIK PENYAJIAN GRAPH Suatu Graph mengandung 2 himpunan, yaitu : 1. Himpunan V yang elemennya disebut simpul (Vertex atau Point atau Node atau Titik) 2. Himpunan E yang merupakan pasangan tak urut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Secara garis besar ilmu statistik dibagi menjadi dua bagian yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Secara garis besar ilmu statistik dibagi menjadi dua bagian yaitu: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembagian Ilmu Statistik Secara garis besar ilmu statistik dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Statistik Parametrik Statistik parametrik adalah ilmu statistik yang digunakan untuk

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 6 II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada sub bab ini akan diberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dipaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para peneliti sebelumnya, pengertian dasar graf, operasi-operasi pada graf, kelas-kelas graf dan dimensi partisi

Lebih terperinci

Graf. Matematika Diskrit. Materi ke-5

Graf. Matematika Diskrit. Materi ke-5 Graf Materi ke-5 Pendahuluan Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Gambar di bawah ini sebuah graf yang menyatakan peta jaringan jalan raya

Lebih terperinci

x 6 x 5 x 3 x 2 x 4 V 3 x 1 V 1

x 6 x 5 x 3 x 2 x 4 V 3 x 1 V 1 . PENGANTAR TEORI GRAF Definisi : Secara umum merupakan kumpulan titik dan garis. NET terdiri atas : 1. Himpunan titik (tidak boleh kosong) 2. Himpunan garis (directed line) 3. Setiap directed line menentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, istilah istilah yang berhubungan dengan materi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, istilah istilah yang berhubungan dengan materi II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, istilah istilah yang berhubungan dengan materi yang akan dihasilkan pada penelitian ini. 2.1 Beberapa Definisi dan Istilah 1. Graf (

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Konvek Definisi 2.1.1. Suatu himpunan C di R n dikatakan konvek jika untuk setiap x, y C dan setiap bilangan real α, 0 < α < 1, titik αx + (1 - α)y C atau garis penghubung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori untuk menunjang penulisan skripsi ini. Uraian ini terdiri dari beberapa bagian yang akan dipaparkan secara terperinci

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelum sampai pada pendefenisian masalah lintasan terpendek, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan mengenai konsep-konsep dasar dari model graph dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dipaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para peneliti sebelumnya, pengertian dasar graf, operasi-operasi pada graf, kelas-kelas graf dan dimensi partisi

Lebih terperinci

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS Maria Ulfa Subiono 2 dan Mahmud Yunus 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 23 e-mail: ulfawsrejo@yahoo.com subiono28@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matriks merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan jajaran persegi panjang dari bilangan-bilangan dan setiap matriks akan mempunyai baris dan kolom. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3.

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3. MATRIKS Pokok Bahasan Matriks definisi Notasi matriks Matriks yang sama Panambahan dan pengurangan matriks Perkalian matriks Transpos suatu matriks Matriks khusus Determinan suatu matriks bujursangkar

Lebih terperinci

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah BAB II KAJIAN TEORI II.1 Teori-teori Dasar Graf II.1.1 Definisi Graf Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah himpunan tak kosong dari titik graf G, dan E, himpunan sisi

Lebih terperinci

Graf. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP

Graf. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP Graf Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP Pendahuluan Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Gambar di bawah ini sebuah graf yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan himpunan dan beberapa definisi yang berkaitan dengan himpunan, serta konsep dasar dan teori graf yang akan digunakan pada bab selanjutnya. 2.1 Himpunan

Lebih terperinci

LOGIKA DAN ALGORITMA

LOGIKA DAN ALGORITMA LOGIKA DAN ALGORITMA DASAR DASAR TEORI GRAF Kelahiran Teori Graf Sejarah Graf : masalah jembatan Königsberg (tahun 736) C A D B Gbr. Masalah Jembatan Königsberg Graf yang merepresentasikan jembatan Königsberg

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf G adalah pasangan (V,E) dengan V adalah himpunan yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Nur Fajriah Rachmah - 0609 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan

Lebih terperinci

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER TEORI GRAF ILHAM SAIFUDIN Selasa, 13 Desember 2016 Universitas Muhammadiyah Jember Pendahuluan 1 OUTLINE 2 Definisi Graf

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori dan terminologi graph, yaitu bentukbentuk khusus suatu graph dan juga akan diuraikan penjelasan mengenai shortest path. 2.1 Konsep Dasar

Lebih terperinci

INF-104 Matematika Diskrit

INF-104 Matematika Diskrit Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah February 13, 2012 Apakah Matematika Diskrit Itu? Matematika diskrit: cabang matematika yang mengkaji objek-objek diskrit. Apa yang dimaksud dengan kata diskrit (discrete)?

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

MENJAWAB TEKA-TEKI LANGKAH KUDA PADA BEBERAPA UKURAN PAPAN CATUR DENGAN TEORI GRAPH. Oleh Abdussakir

MENJAWAB TEKA-TEKI LANGKAH KUDA PADA BEBERAPA UKURAN PAPAN CATUR DENGAN TEORI GRAPH. Oleh Abdussakir MENJAWAB TEKA-TEKI LANGKAH KUDA PADA BEBERAPA UKURAN PAPAN CATUR DENGAN TEORI GRAPH Oleh Abdussakir Abstrak Teka-teki langkah kuda yang dimaksud dalam tulisan ini adalah menentukan langkah kuda agar dapat

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF

PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF 1 Sejarah Singkat dan Beberapa Pengertian Dasar Teori Graf Teori graf lahir pada tahun 1736 melalui makalah tulisan Leonard Euler seorang ahli matematika dari Swiss. Euler

Lebih terperinci

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS Arif Prodi Matematika, FST- UINAM Wahyuni Prodi Matematika, FST-UINAM Try Azisah Prodi Matematika, FST-UINAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. himpunan bagian bilangan cacah yang disebut label. Pertama kali diperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. himpunan bagian bilangan cacah yang disebut label. Pertama kali diperkenalkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabelan graf merupakan suatu topik dalam teori graf. Objek kajiannya berupa graf yang secara umum direpresentasikan oleh titik dan sisi serta himpunan bagian bilangan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf yang diambil dari buku Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: Suatu Graf G adalah suatu pasangan himpunan

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun MA3051 Pengantar Teori Graf Semester 1 2013/2014 Pengajar: Hilda Assiyatun Bab 1: Graf dan subgraf Graf G : tripel terurut VG, E G, ψ G ) V G himpunan titik (vertex) E G himpunan sisi (edge) ψ G fungsi

Lebih terperinci

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal 7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal Nilai Eigen, Vektor Eigen Diketahui A matriks nxn dan x adalah suatu vektor pada R n, maka biasanya tdk ada

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Ide Leonard Euler di tahun 1736 untuk menyelesaikan masalah jembatan

II. LANDASAN TEORI. Ide Leonard Euler di tahun 1736 untuk menyelesaikan masalah jembatan 4 II. LANDASAN TEORI Ide Leonard Euler di tahun 1736 untuk menyelesaikan masalah jembatan Konisberg yang kemudian menghasilkan konsep graf Eulerian merupakan awal dari lahirnya teori graf. Euler mengilustrasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sepasang titik. Himpunan titik di G dinotasikan dengan V(G) dan himpunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sepasang titik. Himpunan titik di G dinotasikan dengan V(G) dan himpunan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Graf 1. Dasar-dasar Graf Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) ditulis dengan notasi G = (V, E), dimana V adalah himpunan titik yang tidak kosong (vertex)

Lebih terperinci

Kode MK/ Matematika Diskrit

Kode MK/ Matematika Diskrit Kode MK/ Matematika Diskrit TEORI GRAF 1 8/29/2014 Cakupan Himpunan, Relasi dan fungsi Kombinatorial Teori graf Pohon (Tree) dan pewarnaan graf 2 8/29/2014 1 TEORI GRAF Tujuan Mahasiswa memahami konsep

Lebih terperinci

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 1(A) 14103 Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Yuli Andriani Jurusan Matematika FMIPA,

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berhubungan dengan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Pertemuan 11 GRAPH, MATRIK PENYAJIAN GRAPH

Pertemuan 11 GRAPH, MATRIK PENYAJIAN GRAPH Pertemuan 11 GRAPH, MATRIK PENYAJIAN GRAPH GRAPH Suatu Graph mengandung 2 himpunan, yaitu : 1. Himpunan V yang elemennya disebut simpul (Vertex atau Point atau Node atau Titik) 2. Himpunan E yang merupakan

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf Rahadian Dimas Prayudha - 13509009 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan dengan baik pada aplikasi pengenalan suara, pengolahan citra (Willsky, 2002 dan Choi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari tiga subbab. Subbab pertama adalah tinjauan pustaka yang memuat hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam bidang dimensi metrik. Subbab kedua

Lebih terperinci

BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS

BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS oleh PUNDRA ANDRIYANTO M0109057 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 BEBERAPA ISTILAH DARI GRAPH

BAB 2 BEBERAPA ISTILAH DARI GRAPH BAB 2 BEBERAPA ISTILAH DARI GRAPH Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dan terminologi dalam graph yang akan dipergunakan sebagai landasan berpikir dalam melakukan penelitian ini. Juga akan dibahas

Lebih terperinci

TEOREMA POHON MATRIKS UNTUK MENENTUKAN BANYAKNYA POHON RENTANGAN GRAF WHEELS W n

TEOREMA POHON MATRIKS UNTUK MENENTUKAN BANYAKNYA POHON RENTANGAN GRAF WHEELS W n Info Artikel UJM 3 (2 (2014 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm TEOREMA POHON MATRIKS UNTUK MENENTUKAN BANYAKNYA POHON RENTANGAN GRAF WHEELS W n DAN KIPAS F n Firdha

Lebih terperinci

untuk setiap x sehingga f g

untuk setiap x sehingga f g Jadi ( f ( f ) bernilai nol untuk setiap x, sehingga ( f ( f ) fungsi nol atau ( f ( f ) Aksioma 5 Ambil f, g F, R, ( f g )( f g ( g( g( ( f g)( Karena ( f g )( ( f g)( untuk setiap x sehingga f g Aksioma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

RUANG VEKTOR UMUM AKSIOMA RUANG VEKTOR

RUANG VEKTOR UMUM AKSIOMA RUANG VEKTOR 7//5 RUANG VEKTOR UMUM Yang dibahas.. Ruang vektor umum. Subruang. Hubungan dependensi linier 4. Basis dan dimensi 5. Ruang baris, ruang kolom, ruang nul, rank dan nulitas AKSIOMA RUANG VEKTOR V disebut

Lebih terperinci

Eigen value & Eigen vektor

Eigen value & Eigen vektor Eigen value & Eigen vektor Hubungan antara vektor x (bukan nol) dengan vektor Ax yang berada di R n pada proses transformasi dapat terjadi dua kemungkinan : 1) 2) Tidak mudah untuk dibayangkan hubungan

Lebih terperinci

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi graf sebagai landasan teori dari penelitian ini... Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan diberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi 2.1 Graf (Deo,1989) Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan tak kosong dengan elemen-elemennya disebut vertex, sedangkan E(G)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori penelitian ini. 2. Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf

Lebih terperinci

Representasi Graph Isomorfisme. sub-bab 8.3

Representasi Graph Isomorfisme. sub-bab 8.3 Representasi Graph Isomorfisme sub-bab 8.3 Representasi graph:. Adjacency list. Adjacency matrix 3. Incidence matrix Contoh: undirected graph Adjacency list : tiap vertex v :, 3, di-link dengan 3:,, 5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korelasi adalah studi yang membahas tentang derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Korelasi merupakan salah satu teknik analisis statistika yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci