PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI"

Transkripsi

1 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI Zanu Rachad Wahyudi Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber Kapus ITS, Surabaya 60 e-ail: Abstrak Makalah ini ebahas tentang ipleentasi etode DTC. Salah satu etode penyulutan inverter untuk pengaturan kecepatan otor induksi yang dikebangkan selain kontrol vektor yaitu etode Direct Torque Control (DTC). Teknik kontrol DTC eungkikan pengaturan fluks dan torsi secara langsung dan terpisah serta dapat dilakukan tanpa enggunakan sensor kecepatan. Rangkaian inverter 3 fasa pada DTC dikendalikan secara langsung dengan Pulse Width Modulation yang telah diodifikasi. Pulse Width Modulation yang telah diodifikasi akan diatur frekuensi dan duty cycle nya. Frekuensi diatur dari 0Hz sapai 60Hz sedangkan duty cycle diatur dari 0% sapai 00%. Dala pengukuran inverter 3 fasa dengan beban otor didapatkan hubungan duty cycle, arus, dan torsi adalah berbanding lurus. Seakin besar duty cycle aka arus dan torsi akan seakin besar. Hubungan arus, frekuensi, dan torsi. Ketika frekuensi diturunkan aka arus akan naik begitu juga torsi pun akan terus naik sebanding dengan arus. Kata Kunci: Inverter 3 fasa, Direct Torque Control, Motor induksi 3 fasa. PENDAHULUAN Banyaknya industri yang eakai otor induksi dikarenakan harganya urah dan tangguh enjadikan otor induksi sangat populer. Naun dikarenakan karakteristik otor induksi yang sulit diatur sehingga eerlukan pengaturan kecepatan. Motor induksi uunya dioperasikan untuk kecepatan tetap. Berdasarkan survei bila otor dioperasikan dengan kecepatan variabel, aka otor akan engkonsusi daya listrik yang kecil. Karena itu otor ini banyak dipakai dengan kecepatan variabel. Untuk engatur kecepatan otor induksi pada kecepatan tetap dan kecepatan variabel diperlukan frekuensi atau torka. Konverter daya difungsikan untuk engatur paraeter-paraeter otor induksi, sehingga dengan engatur paraeter otor induksi akan dapat epengaruhi kecepatan putar otor induksi. Hal ini ebuktikan bahwa pengaturan terhadap otor induksi sangat sulit. Salah satu paraeter otor induksi adalah torsi otor. Untuk engatasi hal tersebut telah dikebangkan suatu etode kontrol yaitu Direct Toque Control. DTC erupakan etode pengaturan penyulutan pada inverter. Inverter tiga fasa adalah konverter DC ke AC tiga fasa dengan frekuensi keluaran dapat diatur sehingga otor induksi dapat dikendalikan dengan fleksibel. Kecepatan pada otor induksi tiga fasa ini akan dikendalikan torsi dan fluks nya secara langsung oleh ikrokontroler AVR. Mikrokontroler akan engendalikan torsi dengan cara ebangkitkan pulsa PWM dengan frekuensi tertentu dan peneria upan balik dari otor induksi untuk disesuaikan dengan torsi yang diinginkan elalui sebuah penyulutan dengan frekuensi tertentu. Direct Torque Control adalah suatu etode kontrol yang dapat engendalikan torsi dan fluks secara langsung. Selain itu DTC juga epunyai struktur yang sipel dan respon yang dihasilkan juga optial. Rangkaian inverter pada DTC dikendalikan secara langsung dengan Pulse Width Modulation. Keunggulan dari DTC adalah tidak adanya transforasi koordinat pada otor, dan tidak epunyai blok diagra odulasi tegangan. Metode DTC bertujuan untuk engendalikan secara langsung torsi dan fluks yang akan dibangkitkan oleh otor. DTC pertaa dikenalkan oleh iluwan berkebangsaan Jepang (Takahashi, 984) dan iluwan Jeran (Depenbrock, 985). Blok diagra dari teknik kontrol DTC ditunjukkan oleh Gabar.. [] Gabar. Blok diagra DTC pada otor induksi Skea dari DTC lebih sederhana dibandingkan dengan kontrol vektor karena konfigurasi dasarnya hanya terdiri dari kontroller histeresis fluks dan torsi, fluks dan torsi estiator, switching table, dan inverter. Selisih antara fluks dan torsi acuan dengan fluks dan torsi hasil estiasi erupakan kesalahan fluks dan torsi yang enjadi asukan pada fluks dan torsi koparator. Pada tugas akhir ini akan dibuat ipleentasi langsung dari DTC. Akan dibuat suatu hardware DTC untuk dapat engatur kecepatan otor induksi dengan cara

2 engubah frekuensi dan arus pada inverter. Pada hardware ini fluks dianggap konstan sehingga sebanding dengan torsi. Torsi otor yang dibangkitkan sebanding dengan arus pada inverter.. TEORI PENUNJANG. Direct Torque Control (DTC) Direct Torque Control (DTC) erupakan suatu etode penyulutan inverter yang lebih engarah pada pengaturan dengan torsi yang berubah ubah sesuai kebutuhan beban pada otor khususnya otor induksi. Ada beberapa keunggulan bila enggunakan DTC dala engontrol torsi, yaitu perforansi yang baik dan bisa dilakukan pengaturan otor tanpa enggunakan sensor kecepatan. Dasar peikiran dan prinsip kerja etode Direct Torque Control (DTC) pertaa kali dikebangkan oleh Takahasi dan Noguchi pada tahun 986, dapat diforulasikan seperti berikut ini [] :. Nilai dari fluks stator erupakan perubahan atau penabahan nilai tegangan ef stator. Oleh karena itu nilai agnitude dari fluks stator sangat bergantung dari tegangan statornya.. Nilai torsi elektroagnetik berbanding lurus dengan nilai sinus dari sudut antara vektor fluks stator dan fluks rotor. 3. Perubahan nilai fluks rotor sangatlah kecil jika dibandingkan fluks stator. Berdasarkan konsep dasar DTC diatas, nilai agnitude dari fluks stator dan torsi dapat dikontrol secara langsung dengan elakukan peilihan vektor tegangan secara tepat, yaitu peilihan state inverter secara berurutan dengan spesifikasi berikut :. Vektor tegangan bukan nol yang sudut fluks statornya tidak elebihi ±90 0 enyebabkan fluks naik.. Vektor tegangan bukan nol yang sudut fluks statornya elebihi ±90 0 enyebabkan fluks turun. 3. Vektor tegangan nol (V0 dan V7, Vektor tegangan saat short - circuit) tidak berpengaruh pada vektor fluks stator yang berarti otor berhenti bergeak. 4. Torsi dapat dikontrol dengan peilihan state inverter yang tepat diana fluks stator eningkat atau enurun... Switching Table Sinyal asukan pada switching table didapat berdasarkan nilai dari fluks dan torsi histeresis, serta nilai dari fluks stator yang dinyatakan dengan α. Algorita DTC eilih vektor tegangan inverter untuk diterapkan pada otor induksi sebagai suber tegangan. Adapun aturan peilihan tegangan pada switching table seperti ditunjukkan pada table.. Keluaran dari switching table engatur perangkat switching yang aktif pada inverter. Gabar. enunjukkan hubungan antara vektor tegangan inverter dengan dari fluks stator. Adapun nilai fluks stator didapat dari persaaan (-) dan lihat gabar. []. ψ qs α ψ s tan ψ ds (-) Gabar. Vektor tegangan inverter dan fluks stator pada DTC konvensional dan DTC odifikasi Vektor tegangan aktif atau bernilai bukan nol terdiri dari (00); (0); 3 (00); 4 (0); 5 (00); 6 (0). Sedangkan vektor tegangan bernilai nol adadalah 0 (000); 7 (). Tabel. Switching Table dari vektor tegangan inverter dψ dte α() α() α(3) 3 α(4) 4 α() 5 α() Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi 3 fasa banyak digunakan dala industri dan dala penerapan koersial yang ebutuhkan kesetibangan beban dala suatu siste. Keuntungan otor induksi ini adalah kecepatannya yang konstan pada saat tidak berbeban, turun sedikit (beberapa persen) dari beban nol pada saat dioperasikan dala keadaan beban noinal dan dapat elakukan start secara andiri atau self-starting tanpa enggunakan kapasitor, belitan start, saklar sentrifugal atau peralatan untuk starting lainnya. Oleh karenanya, otor induksi ini banyak digunakan pada gerinda, esin bubut, esin bor, popa, kopresor, ban berjalan (conveyor), peralatan percetakan, peralatan perkebunan, pendingin elektronik, dan alat ekanik lainnya. Tetapi otor induksi 3 fasa ini juga eiliki beberapa kerugian, seperti ebutuhkan pengeudian elektronik untuk engatur kecepatan, faktor daya tertinggal atau lagging yang rendah

3 untuk operasi beban kecil, dan arus ula atau strating current yang besar (5-7 kali arus beban penuh)... Prinsip Kerja Apabila suber tegangan tiga fasa dipasang pada kuparan stator, tibulah edan putar dengan kecepatan 0 f n s p diana : n s kecepatan edan dari stator dala rp f frekuensi listrik siste dala Hz p julah kutub Medan putar stator tersebut akan eotong batang konduktor pada rotor Akibatnya pada kuparan rotor tibul dengan induksi (ggl) sebesar E s 4,44 f N (untuk fasa satu). E s adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar. Karena kuparan rotor erupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E) akan enghasilkan arus (I). Adanya arus (I) didala edan agnet enibulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel ula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk eikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan edan putar stator. Seperti yang telah dijelaskan sebelunya tegangan induksi tibul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh edan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan edan putar stator (n s ) dengan kecepatan berputar rotor (n r ). Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (S) dinyatakan ns nr S 00% ns Bila n r n s, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak engalir pada kuparan jangkar rotor, dengan deikian tidak dihasilkan kopel. Kopel otor akan ditibulkan apabila n r lebih kecil dari n s. Dilihat dari cara kerjanya, otor induksi disebut jugasebagai otor tak serepak atau asinkron... Pengaturan Putaran Motor Induksi Motor induksi pada uunya berputar dengan kecepatan konstan yang endekati kecepatan sinkronnya. Pengaturan kecepatan otor induksi eerlukan biaya yang agak tinggi. Biasanya pengaturan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara : Biasanya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron dengan engubah julah kutub dari enjadi 4.. Mengubah Frekuensi Jala-jala Pengaturan putaran otor induksi dapat dilakukan dengan engubah harga frekuensi jala. Hanya untuk enjaga keseibangan kerapatan fluks, pengubahan tegangan harus dilakukan bersaaan dengan pengubahan frekuensi. Cara pengaturan frekuensi dengan enggunakan solid state freuency converter. 3. Mengatur Tegangan Jala-jala Dari persaaan kopel otor diatas dapat diketahui bahwa kopel sebanding dengan pangkat dua tegangan yang diberikan. Untuk karakteristik beban terlihat pada gabar dibawah. Kecepatan akan berubah dari n ke n untuk tegangan asuk setengah tegangan seula. 3 T V ω ( a R S a R ) + S ( a 4. Pengaturan Tahanan Luar Tahanan luar otor induksi rotor belitan dapat diatur, dengan deikian akan dihasilkan karakteristik kopel kecepatan yang berbeda-beda seperti gabar dibawah. Putaran akan berubah dari n ke n ke n 3 dengan bertabahnya tahanan luar yang dihubungkan ke rotor..3 Inverter Inverter adalah suatu rangkaian elektronika yang berfungsi untuk erubah arus searah (DC) enjadi arus bolak-balik (AC) dengan besar agnitude dan frekuensi tertentu. Inverter banyak sekali digunakan untuk berbagai aca keperluan industri, seperti : Drive kecepatan, Induction heating, Power supply pesawat udara, UPS pada coputer..3. Inverter 3 Fasa Inverter 3 fasa adalah inverter yang keluarannya berupa tegangan atau arus bolak-balik 3 fasa. Inverter 3 fasa dapat dibuat dengan enggunakan koponen transistor, thyristor, osfet, IGBT dan lain-lain. Pada Tugas Akhir ini digunakan MOSFET dala pebuatan inverter 3 fasa. Sebuah inverter 3 fasa koponennya bila terdiri dari 6 buah gerbang MOSFET lihat gabar.. X ). Mengubah Julah Kutub Motor pn s Karena 0 f n s atau f, perubahan p 0 julah kutub (p) atau frekuensi (f) akan epengaruhi putaran. Julah kutub dapat diubah dengan erencanakan kuparan stator sedeikian rupa sehingga dapat eneria tegangan asuk pada posisi kuparan yang berbeda-beda. Gabar. Inverter 3 fasa 3

4 Inverter 3 fasa dibagi berdasarkan tipenya, yaitu :. Inverter tipe six step square wave 80. Inverter tipe six step square wave 0 Inverter tipe six step square wave 80 Tiap transistor akan enghantarkan 80, 3 buah transistor dala keadaan ON setipa ½ siklus. Ketika transistor Q ON aka terinal A akan terhubung dengan terinal positif tegangan input. Ketika transistor Q4 ON aka terinal a akan terhubung dengan terinal negatif dari suber tegangan bolak-balik. Jadi, ada 6 buah ode operasi untuk penyalaannya dala siklus dan dengan durasi tiap pengoperasiannya 60. Bentuk gelobang output penyalaan transistor dengan six step square wave 80 terlihat pada Gabar.3 dibawah ini. Sedangkan beban biasanya terhubung delta / star sebagaiana tapak pada Gabar.4. Setiap siklus diperoleh tiga buah ode operasi dan pada Gabar.5 tapak rangkaian ekuivalen beban yang terhubung bintang (star). π π π π Gabar.3 Bentuk gelobang penyalaan 80 Gabar.4 Beban terhubung delta-star Gabar.5 Rangkaian ekuivalen untuk beban Z terhubung bintang Pada penyalaan gerbang MOSFET terdapat 3 ode yaitu : Untuk ode : 0 π/3 Zeq Z + Z/ 3Z/ I Vs / Req Vs / 3Z Van Vcn I Z/ Vs/3 Vbn -I Z - Vs / 3 Untuk ode : π/3 π/3 Zeq Z + Z/ 3Z/ I Vs / Req Vs / 3Z Vbn Vcn -I Z/ -Vs / 3 Van I Z Vs / 3 Untuk ode 3 : π/3 π Req Z + Z/ 3Z/ I3 Vs / Req Vs / 3Z Van Vbn I3 Z/ Vs /3 Vcn -I3 R - Vs / 3 Untuk beban yang terhubung bintang, arus line Ia untuk beban RL besarnya adalah : 4Vs nπ Io cos sin( n θn) n,3,5,.. 3nπ R + nωl 6 ( ) Diana : Io Arus output (Apere) Vs Tegangan suber (Volt) R Habatan (oh) L Beban induktif (Henry) n angka yang dituju θn arc tan (nωl/r) 3. PERANCANGAN SISTEM Motor Motor induksi yang digunakan dala perancangan ini adalah otor induksi tiga fasa ini hubungan bintang, Y. Diana dari otor induksi ini dapat kita ketahui besar tegangan atau arus tiap fasanya. Berikut ini adalah paraeter otor induksi tiga fasa yang digunakan dala ipleentasi DTC ini :. Jenis otor ( ) : 3 phasa. Putaran edan putar ( ω (t)) : 500 Rp 3. Frekwensi ( f ) : 50 Hz 4. Julah alur ( G ) : 4 lobang ( alur ) 5. Diaeter dala stator (D ) : 48 4,8 c 6. Diaeter luar stator (D ) : 90 9 c 7. Panjang stator (L) : 5 5, c 8. Tebal gandar stator (Dy) :, c 9. Lebar gigi terkecil (W ts ) : 4 0,4 c 0. Jenis gulungan : spiral / rata. Arus (I) : 0,485 Apere tiap Phasa. Daya (P) : 77,0736 Watt (0,407 PK) 4

5 3. Perancangan Hardware DTC Dala perancangan hardware ini akan dibuat suatu inverter tiga fasa berserta rangkaian pendukung lainnya yang apu encatu tegangan tiga fasa untuk enggerakkan otor induksi ini. Gabar 3. enunjukkan rangkaian secara keseluruhan Inverter 3 Fasa. Gabar 3.3 Rangkaian driver inverter 3 fasa (IR30) Gabar 3. Rangkaian perencanaan inverter 3 fasa 3.. Inverter 3 Fasa Inverter 3 Fasa adalah suatu rangkaian elektronika yang berfungsi untuk erubah arus searah (DC) enjadi arus bolak-balik (AC) 3 fasa dengan besar agnitude dan frekuensi tertentu. Terdapat beberapa aturan untuk penyulutan MOSFET salah satunya adalah antara MOSFET yang atas dengan MOSFET yang bawah tidak boleh saasaa ON, ketika MOSFET atas enyala aka MOSFET bawah harus ati. Lihat Gabar 3. ketika gerbang MOSFET a ON aka gerbang MOSFET d harus OFF. Keudian aturan yang lain adalah laa pensaklaran tidak boleh elebihi batas aksial pensaklaran MOSFET. Jika MOSFET dinyalakan terlalu laa aka MOSFET tersebut akan rusak dan dapat engakibatkan koponen yang lain ikut rusak juga Mikrokontroler ATega3 Pada tugas akhir ini yang berjudul Perancangan Dan Ipleentasi DTC Pada Motor Induksi yang digunakan sebagai kontroler utaa adalah koponen ikrokontroler Atega3. Mikrokontroler Atega3 digunakan untuk ebuat sinyal penyulutan sesuai diagra vektor tegangan pada DTC dan ebangkitkan PWM ikro dengan frekuensi tinggi. Berikut adalah skeatik ikrokontroler Atega3 lihat gabar 3.4. Gabar 3.4 Skeatik ikrokontroler Atega3 Gabar 3. Konfigurasi rangkaian inverter 3.. Driver Inverter 3 Fasa (IR30) Adanya arus bocor dari MOSFET akan erusak rangkaian ikro sehingga diperlukan suatu driver yang dapat engatasi terjadinya arus bocor yang berasal dari penyulutan MOSFET yang bekerja pada tegangan besar. Pada perancangan alat ditugas akhir ini digunakan IR30 sebagai driver inverter 3 fasa. Diver ini apu bekerja pada penyulutan nano seconds (ns) dan enjain rangkaian penyulutan yang eberi asukan pada driver ini terhindar dari arus bocor yang ditibulkan oleh rangkaian inverter. Berikut adalah typical connection driver IR30 lihat gabar 3.3. Mikrokontroler juga digunakan untuk ebaca asukan tegangan yaitu pada ADC ikro. Data tegangan pada ADC akan digunakan untuk engatur frekuensi dan duty cycle. Untuk engatur frekuensi digunakan ADC (0) sedangkan untuk engatur duty cycle pada ADC (). Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3. yang enunjukkan perancangan penggunaan port pada ikro. Tabel 3. Perencanaan penggunaan port Naa Port I/O Keterangan ADC (frekuensi) Port A Input Bit 0 ADC (duty cycle) Port A Input Bit Tier Port C Output Bit Enable Port C Output Bit 3 Penyulutan R Port C Output Bit 4 Penyulutan S Port C Output Bit 5 Penyulutan T Port C Output Bit 6 PWM (4000Hz) Port D Output Bit 5 LCD 6 karakter Port B Output - 5

6 3. Pengaturan Kecepatan Tanpa Sensor Kecepatan Untuk endapatkan kecepatan otor induksi biasanya eerlukan sensor kecepatan. Pada perancangan siste ini akan dibuat suatu siste yang dapat engatur kecepatan otor induksi. Misalnya kecepatan otor induksi yang diinginkan seperti pada gabar 3.5. Gabar 3.5 Respon kecepatan yang diinginkan Sehingga kecepatan otor induksi yang diinginkan dapat ditulis sebagai berikut : t τ ω ( t) ω ( e ),dala rp ss Untuk endapatkan kecepatan dala rps adalah ω *( t) ω( t) 60 Percepatan adalah perubahan akselerasi kecepatan terhadap waktu. Percepatan terjadi akibat gaya putar dari otor ataupun dari beban. sedangkan τ α*j Diana, τ torsi J oen inersia otor Sehingga didapatkan hubungan kecepatan otor dengan torsi yang diperlukan lihat gabar 3.6. ω ss ω ( t) ω ( e ss t τ ) ω 60 ω * d dt α J T τ Gabar 3.7 Eksperien untuk encari nilai KT Untuk dapat engatur kecepatan pada otor induksi diperlukan pengaturan frekuensi pada penyulutan inverter 3 fasa. Frekuensi suber yang dibutuhkan untuk enghasilkan kecepatan otor adalah : ω p 60 n f s Diana, ωp fs n Kecepatan edan putar Frekuensi suber Julah kutub pada otor Pada spesifikasi otor kecepatan edan putar adalah 500rp naun pada otor pasti terjadi slip sehingga kecepatan otor berkurang enurut besarnya slip. Slip yang diijinkan adalah antara 5% sapai 8%. Jika slip yang diinginkan adalah 5%, aka ω ( s)* ω p ( s)60 f n nω fs 60( s) nω f s 60( 0.05) Untuk endapatkan arus yang diinginkan diperlukan pengaturan duty cycle. Karena arus yang diukur dengan sensor arus yaitu trafo arus (I a0 ) pada tugas akhir ini, sedangkan arus yang dibutuhkan adalah pada inverter (I ar ). Dapat dibuat kontroler PI yang enghubungkan arus dengan persentase duty cycle. Hubungan antara arus, kontroler PI dan persentase duty cycle yang harus diberikan dapat dilihat pada gabar 3.8. s Gabar 3.6 Hubungan kecepatan otor dengan torsi yang diperlukan Iar % DutyCycle Pada perancangan yang akan dibuat torsi yang akan dibangkitkan adalah sebagai fungsi arus edan. Dala bentuk linier dapat dinyatakan sebagai berikut : Diana τ K * I T Sehingga didapatkan T a I a K T * τ K diukur elalui eksperien pada otor induksi, lihat gabar 3.7. I a0 Gabar 3.8 Hubungan antara arus, kontroler PI dan persentase duty cycle k % DutyCycle ( k) Kp. k) + Ki. i) Σ i % DutyCycl k ) Kp. k ) + Ki. Σ % DutyCycle ( k) % DutyCycle ( k ) Kp. k) Kp. k ) + Ki. k) ) k i i 6

7 Jadi didapatkan, % DutyCycle ( k) % DutyCycl k ) + ( Kp + Ki) k) Kp. k ) Dengan deikian pengaturan kecepatan tanpa sensor kecepatan (dengan DTC) adalah sebagai berikut, lihat gabar 3.9. n 60 ( s ) fs 3.3. Perancangan PWM Dengan Frekuensi Tinggi PWM berfrekuensi tinggi akan digunakan untuk ebuat PWM odifikasi. PWM odifikasi erupakan perkalian antara sinyal berfrekuensi 0Hz-60Hz (sinyal penyulutan) dengan PWM berfrekuensi tinggi (4000Hz). PWM odifikasi digunakan untuk engatur tegangan pada inverter. Pada ikrokontroler terdapat fungsi khusus untuk ebangkitkan sinyal PWM dan dapat diatur duty cyclenya. Duty cycle adalah perbandingan antara waktu gelobang high dibandingkan dengan gelobang high ditabah gelobang waktu low. t ω ω τ ss ω( t) ωss ( e ) 60 ω * d dt α J T τ K T Iar % DutyCycle D T ON T ON + T OFF x00% Gabar 3.9 Blok diagra pengaturan kecepatan tanpa sensor kecepatan (DTC) 3.3 Perancangan Software DTC Dala perancangan software ini akan dibuat suatu progra DTC dengan engunakan bahasa C yang ana akan diasukkan ke ikrokontroler. Progra DTC yang akan dibuat eliputi penentuan sudut fluks, penyulutan berdasarkan switching table DTC dan PWM dengan frekuensi tinggi Perancangan Sudut Fluks DTC Dala penentuan sudut fluks pada DTC dibagi enjadi dua yaitu DTC konvensional dan DTC odifikasi. Perbedaan antara DTC konvensional dengan DTC odifikasi terletak pada sudut awal dan sudut aksiu. Pada DTC konvensional sudut awal diulai dari dengan sudut aksiu Sedangkan pada DTC odifikasi sudut awal diulai dari 0 0 dengan sudut aksiu 80 0 lihat gabar 3.4. Naun range pada asing-asing eiliki sudut sebesar Sehingga didapatkan suatu algorita progra yang dapat ebuat suatu penyulutan dengan perbedaan sudut sebesar 60 0 tiap siklus gelobang. Dikarenakan penyulutan pada ikro hanya berupa high () dan low (0) sehingga didapatkan bahwa satu gelobang dengan sudut 360 o adalah satu kali high dan satu kali low. Untuk endapatkan sudut 60 o dapat disipulkan bahwa awal ulai penyulutan kedua /6 lebih labat dari penyulutan pertaa. Begitu pun pada penyulutan ketiga /6 lebih labat dari penyulutan kedua lihat gabar 3.0. I a0 Keterangan : D : Duty Cycle T ON : Sinyal keluaran dala posisi high () T OFF : Sinyal keluaran dala posisi low (0) 4. HASIL IMPLEMENTASI DAN ANALISIS Pengujiaan ini dilakukan untuk engetahui apakah kinerja siste benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan. Peralatan yang dipakai untuk pengukuran dan pengujiaan :. Multieter digital. Power supply 3. Kabel penghubung 4. Osciloscope 4. Pengujian Mikrokontroler Mikrokontroler digunakan sebagai pebangkit sinyal penyulutan pada inverter 3 fasa. Pengujian pada ikro eliputi ADC, sinyal penyulutan frekuensi 0Hz-60Hz dengan beda sudut 60 o, PWM dengan frekuensi 4000Hz yang dapat diatur duty cycle nya, dan sinyal PWM odifikasi. Dala ikrokontroler terdapat rangkaian ADC (analog to digital converter) yang digunakan untuk ebaca input tegangan pada perancangan siste. Tabel 4. dan tabel 4. adalah tabel pebacaan ADC. Tabel 4. Data frekuensi pada ADC (0) Frekuensi Bit ADC (desial) Tegangan () Tegangan () 0Hz 3 0,30 volt 0,3 volt 0Hz 6 0,46 volt 0,46 volt 30Hz 43 0,57 volt 0,57 volt 40Hz 3 0,76 volt 0,76 volt 50Hz 6,5 volt,8 volt 60Hz,36 volt,36 volt Gabar 3.0 Penyulutan dengan beda sudut 60 o 7

8 Tabel 4. Data duty cycle pada ADC () Duty Cycle (%) Bit ADC (desial) Tegangan () Tegangan () 0% 0 0 volt 0 volt 0% 6 0,53 volt 0,5 volt 0% 5 0,99 volt,00 volt 30% 77,50 volt,49 volt 40% 0,97 volt,96 volt 50% 8,46 volt,46 volt 60% 53,96 volt,95 volt 70% 79 3,46 volt 3,45 volt 80% 04 3,95 volt 3,93 volt 90% 0 4,4 volt 4,39 volt 00% volt 4.86 volt Untuk endapatkan keluaran sinus yang frekuensinya bervariasi digunakan sebuah penyulutan dengan frekuensi ulai dari 0Hz sapai 60Hz lihat gabar 4. dan gabar 4.. Gabar-gabar tersebut didapat dengan enggunakan oscilocope pada volt/div V dan pada tie/div 50s. Gabar 4. Sinyal penyulutan pada frekuensi 0Hz. Gabar 4.3 Sinyal PWM pada duty cycle 0% Gabar 4.3 adalah gabar sinyal PWM pada duty cycle 0% dapat dilihat bahwa sinyal epunyai aplitudo 4, volt dan gelobang yang high hapir tidak ada (0%). Gabar 4.4 Sinyal PWM pada duty cycle 75% Gabar 4.4 adalah gabar sinyal PWM pada duty cycle 5% dapat dilihat bahwa sinyal epunyai aplitudo 4, volt dan gelobang yang high 75%. Dikarenakan dala perancangan tugas akhir ini, inverter dapat diatur keluaran frekuensi dan arusnya sehingga dibutuhkan PWM odifikasi. Pada gabar 4. sapai gabar 4.6 adalah gabar PWM odifikasi pada frekuensi 60Hz dengan diatur duty cycle nya. Digunakan oscilocope sebagai alat ukur pada volt/div V dan pada tie/div s. Pada gabar 4. dapat dilihat bahwa sinyal epunyai aplitudo 4, volt dan periode 00 s.. Gabar 4.5 Sinyal PWM odifikasi pada duty cycle 5% Gabar 4. Sinyal penyulutan pada frekuensi 60Hz Pada gabar 4. dapat dilihat bahwa sinyal epunyai aplitudo 4, volt dan periode 6,66 s. Mikrokontroler juga apu ebuat PWM dengan frekuensi tinggi. Dala perancangan siste dibuat PWM dengan frekuensi 4000Hz naun duty cycle nya dapat diatur. Pada gabar 4.3 dan gabar 4.4 adalah gabar pengujian sinyal PWM ikro dengan frekuensi 4000Hz yang dapat diatur duty cycle nya dengan enggunakan oscilocope pada volt/div V dan pada tie/div 00us. Gabar 4.5 adalah gabar sinyal PWM odifikasi yang erupakan perkalian antara sinyal penyulutan pada frekuensi 60 Hz dengan sinyal PWM dengan frekuensi 4000 Hz. Sinyal odifikasi tersebut diatur duty cycle-nya pada keadaan 5%. Dapat dilihat bahwa sinyal epunyai aplitudo 4, volt dan gelobang yang high 5%. Gabar 4.6 Sinyal PWM odifikasi pada duty cycle 00% 8

9 Gabar 4.6 adalah gabar sinyal PWM odifikasi yang erupakan perkalian antara sinyal penyulutan pada frekuensi 60 Hz dengan sinyal PWM dengan frekuensi 4000 Hz. Sinyal odifikasi tersebut diatur duty cycle-nya pada keadaan 00%. Dapat dilihat bahwa sinyal epunyai aplitudo 4, volt dan gelobang yang high 00% (tidak ada gelobang low). 4. Pengujian Siste Secara Keseluruhan Pada pengujian secara keseluruhan ini otor induksi akan dihubungkan seri dengan otor DC yang digunakan untuk endapatkan nilai kecepatan dan juga dapat eberikan torsi beban pada otor induksi. Untuk endapatkan nilai kecepatan pada otor induksi harus engkonversi tegangan yang keluar dari otor DC diana spesifikasi otor DC 30 V/rp. Pada gabar 4.7 enunjukkan gabar secara keseluruhan. Gabar 4.7 Pengukuran secara keseluruhan Dengan deikian didapatkan pengukuran dengan engubah frekuensi, duty cycle dan torsi beban. Lihat tabel 4.3 yang erupakan hasil pengukuran secara keseluruhan. Dikarenakan otor induksi yang digunakan adalah otor induksi ini sehingga tidak apu enahan beben otor DC (belu diberi pebebanan) sehingga didapatkan batas inial otor pada frekuensi 40 Hz. Sibol enunjukkan bahwa pengukuran naik terus keudian tidak stabil, sedangkan sibol enunjukkan bahwa pengukuran turun terus keudian otor berhenti. Tabel 4.3 Data pengukuran kecepatan dan torsi beban Frekuensi Duty Cycle Torsi Beban Tegangan Trafo Arus Kecepatan 60 Hz 00 % 0 N 4,73 V 40 rp 60 Hz 75 % 0 N 3,3 V 383 rp 60 Hz 50 % 0 N,0 V 37 rp 60 Hz 5 % 0 N, V 77 rp 40 Hz 00 % 0 N 6,4 V 970 rp 40 Hz 75 % 0 N 3,7 V 930 rp 40 Hz 50 % 0 N, V 90 rp 40 Hz 5 % 0 N,03 V 853 rp 60 Hz 00 % 0,5 N 4,85 V 373 rp 60 Hz 75 % 0,5 N 3,46 V 30 rp 60 Hz 50 % 0,5 N,3 V 3 rp 60 Hz 5 % 0,5 N 40 Hz 00 % 0,5 N 6,36 V 936 rp 40 Hz 75 % 0,5 N 4,0 V 93 rp 40 Hz 50 % 0,5 N,6 V 96 rp 40 Hz 5 % 0,5 N 60 Hz 00 % 0,5 N 5,6 V 359 rp 60 Hz 75 % 0,5 N 3,54 V 335 rp 60 Hz 50 % 0,5 N,4 V 6 rp 60 Hz 5 % 0,5 N 40 Hz 00 % 0,5 N 6,8 V 938 rp 40 Hz 75 % 0,5 N 4,38 V 909 rp 40 Hz 50 % 0,5 N,5 V 893 rp 40 Hz 5 % 0,5 N 60 Hz 00 % 0,75 N 4,95 V 33 rp 60 Hz 75 % 0,75 N 4,63 V 47 rp 60 Hz 50 % 0,75 N 60 Hz 5 % 0,75 N 40 Hz 00 % 0,75 N 6,88 V 850 rp 40 Hz 75 % 0,75 N 40 Hz 50 % 0,75 N 40 Hz 5 % 0,75 N 60 Hz 00 % N 5,65 V 93 rp 60 Hz 75 % N 4,63 V 07 rp 60 Hz 50 % N 60 Hz 5 % N 40 Hz 00 % N 40 Hz 75 % N 40 Hz 50 % N 40 Hz 5 % N 5. KESIMPULAN Penyulutan pada ikro untuk enghasilkan tegangan AC pada inverter harus sesuai diagra hexagon vektor tegangan DTC dengan perbedaan sudut fluks 60 o. Vektor tegangan yang digunakan harus berurutan ulai dari vektor sapai vektor6 untuk vektor0 dan vektor7 tidak dipakai. Pada pengukuran inverter 3 fasa tanpa beban diperlukan suber tegangan DC sebesar 00 volt dengan penyulutan ikro sebesar 60Hz pada duty cycle 00%. Untuk endapatkan daya keluaran aksial pada Three Phase Inverter bisa didapat dari peilihan koponen switching yang tepat, dala hal ini adalah tipe transistor. Dala pengukuran inverter 3 fasa dengan beban otor didapatkan hubungan duty cycle, arus, dan torsi adalah berbanding lurus. Seakin besar duty cycle aka arus dan torsi akan seakin besar. Hubungan arus, frekuensi, dan torsi. Ketika frekuensi diturunkan aka arus akan naik begitu juga torsi pun akan terus naik sebanding dengan arus. 9

10 DAFTAR PUSTAKA [] Panji Kurniawan, Perancangan Dan Siulasi Metode Direct Torque Control (DTC) Untuk Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa, Tugas Akhir ELEKTRO-ITS 00. [] Dias Pungky Pradana, Rancang Bangun Rangkaian Full Bridge Converter Dan Three Phase Inverter Sebagai Penggerak Mobil Listrik Berbasis Mikrokontroller, Proyek Akhir PENS-ITS 00. [3] Wiranata Surya, Maya Sholihati MS, Desain Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa Mini Berdaya ź pk, Tugas Akhir D3 ELEKTRO-ITS 009. [4] Andrianto, Heri Perograan Mikrokontroler AVR ATMEGA6, Menggunakan Bahasa C (CodeVision AVR). Inforatika : Bandung. [5] Bejo, Agus C & AVR, Rahasia Keudahan Bahasa C dala Mikrokontroler ATMEGA8535. Graha Ilu : Yogyakarta. [6] Muhaad H. Rashid Ph.D, Power Electronics, Fellow IEE Professor of Electrical Engineering Purdue University. DAFTAR RIWAYAT HIDUP zanoe_rw@yahoo.co Zanu Rachad Wahyudi dilahirkan di kota Sidoarjo Jawa Tiur pada tanggal 6 Januari 987. Bertepat tinggal di krian Jl.HM.Mawardi no 70,Sidoarjo dan Pantai Mentari Blok N5 Kenjeran,Surabaya. Hobi penulis adalah Sepakbola, Bilyard, Volly, Browsing internet, dan coba-coba ebuat hardware. Penulis dapat dihubungi elalui eail 0

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

Perancangan Dan Implementasi Direct Torque Control 2 Level Inverter Pada Motor Induksi

Perancangan Dan Implementasi Direct Torque Control 2 Level Inverter Pada Motor Induksi JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (202) -6 Perancangan Dan Implementasi Direct Torque Control 2 Level Inverter Pada Motor Induksi Widyanika Prastiwi, Eka Iskandar dan Rusdhianto Effendie A.K. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin Rifdian I.S Program Studi Diploma III Teknik Listrik Bandar Udara Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM Fandy Hartono 1 2203 100 067 Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT. 2-1970 02 12 1995 12 1001 1 Penulis, Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Pengaturan Kecepatan Motor Induksi untuk Membuat Simulasi Gelombang Air pada Lab. Pengujian Miniatur Kapal Ir.Hendik Eko H.S, MT. 1, Suhariningsih, S.ST, MT.,Risky Ardianto 3, 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK Bentuk tegangan dan arus bolak balik Bentuk tegangan dan arus bolak balik Ruus dan Keterangannya ; v v : tegangan sesaat (volt) : tegangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan tentang simulasi dan hasil penelitian serta analisa Motor Switched Reluctance. Pengujian alat ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pembuatan Modul Inverter sebagai Kendali Kecepatan Putaran Motor Induksi

Pembuatan Modul Inverter sebagai Kendali Kecepatan Putaran Motor Induksi Pembuatan Modul Inverter sebagai Kendali Kecepatan Putaran Motor Induksi Heri Haryanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sultan Agung Tirtoyoso Jl. Jend. Sudirman Km. 3, Cilegon Telpon 0254395502 E-mail:

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Materi Presentasi: Pendahuluan Tinjauan Pustaka Perancangan Hasil Simulasi Kesimpulan

Materi Presentasi: Pendahuluan Tinjauan Pustaka Perancangan Hasil Simulasi Kesimpulan Judul Tugas Akhir Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Moch. Rameli Ir. Rusdhianto Effendi A.K, M.T Perancangan dan Simulasi Direct Torque Control (DTC) pada Motor Induksi Menggunakan Teknik Space Vector Pulse Width

Lebih terperinci

Analisa dan Desain Maximum Power Point Tracking Untuk Generator Induksi Pada Aplikasi Sepeda Listrik

Analisa dan Desain Maximum Power Point Tracking Untuk Generator Induksi Pada Aplikasi Sepeda Listrik Analisa dan Desain Maxiu Power Point Tracking Untuk Generator Induksi Pada Aplikasi Sepeda Listrik Anshari Hasan*, Air Hazah** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau**

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI FAKUTAS TEKNIK UNP PENYEAAH SATU FASA TIDAK TEKENDAI JOBSHEET/ABSHEET JUUSAN : TEKNIK EEKTO NOMO : II POGAM STUDI : DI WAKTU : x 5 MENIT MATA KUIAH /KODE : EEKTONIKA DAYA / TEI5 TOPIK : PENYEAAH SATU FASA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR M. Helmi F. A. P. 1, Epyk Sunarno 2, Endro Wahjono 2 Mahasiswa Teknik Elektro Industri 1, Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Panel Inverter adalah peralatan untuk mengubah frekuensi dan tegangan untuk dapat mengontrol motor AC sangat diperlukan terutama oleh perusahaan yang banyak mempergunakan

Lebih terperinci

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3ø dengan Kontrol PID melalui Metode Field Oriented Control (FOC) ( Rectifier, Inverter, Sensor arus dan Sensor tegangan) Denny Septa Ferdiansyah 1, Gigih Prabowo 2,

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir OPTIMASI KONTROLER PID BERBASIS ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE Oleh: Suhartono (2209 105 008) Pembimbing: Ir. Ali Fatoni,

Lebih terperinci

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto Putra Agus S, Putranto, Desain Sensorless (Minimum Sensor) Kontrol Motor Induksi 1 Fasa Pada DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI Toni Putra Agus Setiawan,

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA EEKTONKA ANAOG Perteuan PEMOTONGAN PADA DUA HAGA TEGANGAN BEBEDA Disebut juga rangkaian pengiris atau slicer. angkaian utk peotongan pada dua harga tegangan yg berbeda ditunjukkan pd gabar (a) berikut.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1 TOPIK 13 MOTOR INDUKSI MOTOR induksi merupakan motor arus bolak-balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu,

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG PEMODELAN DAN SIMULASI DIRECT TORQUE CONTROL (DTC) UNTUK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA Proposal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Oleh : NUR EKO

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Self Tuning LQR Adaptif untuk Pengaturan Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa

Desain dan Implementasi Self Tuning LQR Adaptif untuk Pengaturan Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa Desain dan Implementasi Self Tuning LQR Adaptif untuk Pengaturan Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa Oleh : Arif Hermawan (05-176) Dosen Pembimbing : 1. Dr.Ir.Mochammad Rameli 2. Ir. Rusdhianto Effendie

Lebih terperinci

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya RANCANG BANGUN INVERTER 3 FASA SEBAGAI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA 1/2HP 0.37KW MENGGUNAKAN METODE SPWM BERBASIS ARM MIKROKONTROLER (STM32F4) Achmad Efendi Setiawan 1, Tjahya Odinanto 2,

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Indah Pratiwi Surya #1, Hafidh Hasan *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata-1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang perancangan dua buah inverter satu fasa untuk menggerakan motor listrik jenis hysteresis motor yang berbasis dspic33fj16gs502.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

Pemasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier) Sebagai Pengendali Motor DC

Pemasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier) Sebagai Pengendali Motor DC SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 15 ISSN: 47 7534 Peasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier Sebagai Pengendali Motor DC Babang Prio Hartono, Choirul Saleh, Taufik Hidayat Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya 1 Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya Dimas Setiyo Wibowo, Mochamad Ashari dan Heri Suryoatmojo Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy Ainur Rofiq N ¹, Irianto ², Cahyo Fahma S 3 1 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

Seminar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, Juli 2011

Seminar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, Juli 2011 Seinar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, 19-22 Juli 2011 UNIT SENTRAL DATA SEBAGAI MEDIA PENGONTROL PERALATAN LISTRIK BERBASIS ATMEGA8515 DAN POWER LINE CARRIER Ferry Trivianto ferry@student.eepis-its.edu

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

Perencanaan dan Pembuatan Modul Inverter 3 Phase Sebagai Suplai Motor Induksi Pada Pengembangan Modul Praktikum Pengemudi Listrik (Sub Judul Hardware)

Perencanaan dan Pembuatan Modul Inverter 3 Phase Sebagai Suplai Motor Induksi Pada Pengembangan Modul Praktikum Pengemudi Listrik (Sub Judul Hardware) Perencanaan dan Pembuatan Modul Inverter 3 Phase Sebagai Suplai Motor Induksi Pada Pengembangan Modul Praktikum Pengemudi Listrik (Sub Judul Hardware) Mokhamad asrul afrizal 1, Ainur Rofiq 2, Gigih Prabowo

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL Sutedjo ¹, Rusiana², Zuan Mariana Wulan Sari 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melalui beberapa tahap dalam pembuatan alat pengatur kecepatan motor induksi satu fasa melalui pengaturan frekuensi Menggunakan Multivibrator Astable, yaitu dimulai dari

Lebih terperinci

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor Elektronika Daya dan Electrical Drives AC & DC Driver Motor Driver Motor AC Tujuan : Dapat melakukan pengontrolan dan pengendalian pad motor AC : Motor induksi atau motor asinkron adalah motor arus bolak-balik

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Sutedjo ¹, Zaenal Efendi ², Dina Mursyida 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa D4 Jurusan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START DAN ARUS START,DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGASUTAN AUTOTRAFO, STAR DELTA DAN DOL (DIRECT ON LINE) PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi

Lebih terperinci

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG 20 BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan akan motor yang memiliki efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan rendah semakin meningkat.

Lebih terperinci

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM 79 Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM Lalu Riza Aliyan, Rini Nur Hasanah, M. Aziz Muslim Abstrak- Salah satu elemen penting dalam proses konversi

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON OURCE 3.1 Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian penguat coon source sinyal kecil. 2) Investigasi pengaruh dari penguatan tegangan.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. A. ARUS BOLAK-BALIK a. Persamaan Arus dan Tegangan AC

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. A. ARUS BOLAK-BALIK a. Persamaan Arus dan Tegangan AC FISIKA KEAS II IPA - KUIKUUM GABUNGAN 09 Sesi NGAN ANGKAIAN AUS BOAK-BAIK A. AUS BOAK-BAIK a. Persaaan Arus dan Tegangan A Arus bolak-balik adalah arus listrik yang arah dan besarnya senantiasa berubah

Lebih terperinci

KONTROLLER MOTOR BLDC MENGGUNAKAN MICROCHIP Yohan Averian Bethaputra Loe 1

KONTROLLER MOTOR BLDC MENGGUNAKAN MICROCHIP Yohan Averian Bethaputra Loe 1 KONTROLLER MOTOR BLDC MENGGUNAKAN MICROCHIP Yohan Averian Bethaputra Loe 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : MOSES EDUARD LUBIS 12.50.0003 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN 5 BAB PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN Kebutuhan akan penabahan pebangkit listrik saat ini sangat diperlukan engingat Indonesia diprediksi dala keadaan krisis energi listrik diasa endatang. Saat

Lebih terperinci

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil istrik A. M. Husni, M. Ashari Prof,

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA INVERTER

BAB III CARA KERJA INVERTER BAB III CARA KERJA INVERTER 4.1. Umum Inverter adalah sebuah peralatan pengubah frekuensi yang digunakan untuk merubah arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak-balik (AC) dengan teknik switching

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN VSI UNTUK SISTEM TIGA FASA EMPAT KAWAT

PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN VSI UNTUK SISTEM TIGA FASA EMPAT KAWAT 1 PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN VSI UNTUK SISTEM TIGA FASA EMPAT KAWAT Adisolech Noor Akbar, Mochamad Ashari, dan Dedet Candra Riawan. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER

DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER Ainur Rofiq N 1, Irianto 2, Setyo Suka Wahyu 3 1 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB. INDUKSI EEKTROMAGNETIK.... Huku Faraday dan enz.... Generator istrik...6.3 Transforator...7.4 Indukstansi...9.5 Energi dala Medan Magnet....6 Rangkaian istrik AC...4.7 Osilator....8

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER Cahya Firman AP 1, Endro Wahjono 2, Era Purwanto 3. 1. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri 2. Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PERCOBAAN 1... 2 1.Squirrel Cage Induction Motor (Motor Induksi dengan rotor sangkar)... 2 2.Double Fed Induction Generator (DFIG)... 6 PROSEDUR PERCOBAAN... 10 PERCOBAAN 2...

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Oleh Hari Arbiantara Basuki, ST., MT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi 3 fasa merupakan salah satu cabang dari jenis motor listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak berupa putaran yang mempunyai

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER 48 250 VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 *Ali Safarudin **Baisrum, Drs.,SST.,M.Eng **Kartono Wijayanto, Drs.,ST.,MT. * Mahasiswa Teknik Listrik Politeknik

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA Wendy Tambun, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter

Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter Ainur Rofiq N 1, Irianto 2, Setyo Suka Wahyu 3 1 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control Denny Prisandi, Heri Suryoatmojo, Mochamad Ashari Jurusan

Lebih terperinci