STUDI UNJUK KERJA MESIN PENGGILINGAN PADI DI KANDANGHAUR, INDRAMAYU, JAWA BARAT NURUL RIZQIYYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI UNJUK KERJA MESIN PENGGILINGAN PADI DI KANDANGHAUR, INDRAMAYU, JAWA BARAT NURUL RIZQIYYAH"

Transkripsi

1 STUDI UNJUK KERJA MESIN PENGGILINGAN PADI DI KANDANGHAUR, INDRAMAYU, JAWA BARAT NURUL RIZQIYYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Unjuk Kerja Mesin Penggilingan Padi di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Nurul Rizqiyyah NIM F

4 ABSTRAK NURUL RIZQIYYAH. Studi Unjuk Kerja Mesin Penggilingan Padi di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh GATOT PRAMUHADI. Beras merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting sebagai makanan pokok rakyat Indonesia. Kebutuhan beras nasional meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, sehingga perlu upaya peningkatan produksi dan kualitas beras nasional melalui perbaikan penanganan pascapanen padi. Metode penelitian yang digunakan yaitu mengukur unjuk kerja mesin penggilingan padi dan menghitung parameter penelitian, yaitu rendemen pengeringan, kapasitas pengeringan, kapasitas pengupasan kulit gabah, kapasitas penyosohan, efisiensi pengupasan, rendemen giling dan kapasitas pengemasan pada proses pengeringan, penggilingan, dan pengemasan di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen pengeringan 89.10%, kapasitas pengeringan 0.8 kgm -2 /jam, kapasitas pengupasan kulit gabah 9.98 kg/menit, kapasitas penyosohan kg/menit, efisiensi pengupasan 93.12%, rendemen giling 56.53, dan kapasitas pengemasan 28 karung/jam (1400 kg beras/jam). Kata kunci: beras, pengemasan, pengeringan, penggilingan, rendemen. ABSTRACT NURUL RIZQIYYAH. Study on Performance of Rice Milling Machine in Kandanghaur, Indramayu, West Java. Supervised by GATOT PRAMUHADI. Rice is one of commodity which has an important role as a staple food for Indonesian people. National rice requirement increases by increasing of Indonesian population, so that it is important for increasing national rice production and quality by improving post-harvest handling. Methodology in this research was measurement of rice milling machine performances. The observed parameter were yield drying, drying capacity, husking capacity, polishing capacity, husking efficiency, milling yield and packaging capacities in the process of drying, milling, and packaging. Result of research showed that drying yield of 89.10%, the drying capacity of 0.8 kgm -2 /jam, husking capasity of 9.98 kg/min, polishing capacity of kg/min, husking efficiency of 93.12%, milling yield of 56.53%, and packaging capacity of 28 sacks/h or 1400 kg/h. Keywords: drying, milling, packaging, rice, yield

5 STUDI UNJUK KERJA MESIN PENGGILINGAN PADI DI KANDANGHAUR, INDRAMAYU, JAWA BARAT NURUL RIZQIYYAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

6

7 Judul Skripsi : Studi Unjuk Kerja Mesin Penggilingan Padi di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat Nama : Nurul Rizqiyyah NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul Studi Unjuk Kerja Mesin Penggilingan Padi di Desa Karangsinom, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Juni 2013 Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi. sebagai dosen pembimbing utama yang selalu memberikan saran, motivasi, dan arahan selama penelitian dan penyelesaian skripsi. Dr Ir I Wayan Astika, MSi dan Ir Agus Sutejo, MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahannya. Terima kasih kepada Bapak Prayogo, Bapak Nono, Bapak Yuda, Bapak Fajar, Bapak Evan, dan seluruh pihak PT. Bina Pertiwi. Terima kasih kepada Bapak Wariadi dari pihak penggilingan padi Asal Sukses yang telah bersedia mengijinkan penelitian di tempat penggilingan padi. Moch. Zaenuri dan Katemi selaku orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungannya. Teman-teman ORION 46 yang banyak memberikan semangat dan membantu pelaksanaan penelitian ini khususnya teman satu bimbingan Ledyta, Rina, Rouf, dan Arnod serta sahabatsahabatku semua yang telah membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi di bidang pertanian. Bogor, September 2013 Nurul Rizqiyyah

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Beras 2 Proses Penggilingan Padi 2 Alat dan Mesin Penggilingan Padi 3 Analisis Biaya Penggilingan Padi 5 METODE 6 Lokasi dan Waktu Penelitian 6 Bahan 6 Alat dan Mesin 6 Prosedur Analisis Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Proses Pengeringan Gabah 10 Proses Pengupasan Kulit Gabah 12 Pemisahan Beras Pecah Kulit dengan Gabah 14 Proses Penyosohan Beras Pecah Kulit 15 Proses Pemutuan Beras (Grading) 16 Proses Pengemasan 18 Analisis Biaya Proses Penggilingan Padi 18 SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 32

10 DAFTAR TABEL 1 Komponen fisik beras sesuai SNI No Hasil kegiatan pengeringan gabah kering panen 12 3 Hasil kegiatan pengupasan kulit dan penyosohan 14 4 Mutu hasil gilingan 16 5 Rendemen hasil 17 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram skematik pengambilan data 7 2 Diagram analisis data hasil penanganan pascapanen padi 10 3 Proses pengeringan gabah 11 4 Pengupasan kulit gabah 13 5 Alat pemisah beras pecah kulit dengan gabah 14 6 Hasil proses penanganan pascapanen 15 7 Proses penanganan pascapanen 16 8 Kegiatan pengemasan 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data hasil kegiatan pengeringan 21 2 Data hasil kegiatan pengupasan kulit gabah 22 3 Data hasil kegiatan pemisahan beras pecah kulit dengan gabah yang masih utuh 23 4 Data hasil kegiatan penyosohan pertama 24 5 Data hasil kegiatan penyosohan kedua 25 6 Data hasil kegiatan penyortiran beras kepala dengan menir 26 7 Analisis biaya mesin pengupas kulit gabah 27 8 Analisis biaya mesin penyosohan 28 9 Analisis biaya pengayakan Analisis biaya pengemasan Data hasil perhitungan losses pada kegiatan pengeringan Spesifikasi mesin husker dan mesin polisher 31

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Beras memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga mayoritas rakyat Indonesia menjadikan hasil olahan beras yang berupa nasi sebagai makanan pokok. Kebutuhan beras Indonesia semakin hari semakin meningkat karena meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia. Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 241 juta jiwa. Pada tahun 2011, data BPS menujukkan bahwa tingkat konsumsi beras mencapai 139 kg/kapita. Tingkat konsumsi beras penduduk Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang hanya berkisar kg perkapita pertahun, sehingga diperlukan upaya peningkatan produksi beras untuk dapat memenuhi kebutuhan beras nasional. Pada tahun 2012, impor beras Indonesia mencapai 700 ribu ton (Sutarto 2012). Banyaknya penduduk Indonesia memaksa pemerintah melakukan impor beras untuk mempertahankan ketahanan pangan, pemerintah perlu melakukan impor beras. Perlu upaya dalam memperbaiki produktivitas beras di Indonesia agar diperoleh hasil beras yang sesuai dengan kebutuhan penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk memperbaiki produktivitas beras yaitu melalui penanganan pascapanen. Proses penanganan pascapanen menjadi salah satu proses yang sangat penting karena hasil dari penanganan pascapanen akan menentukan kualitas dan peningkatan nilai tambah suatu komoditas. BPS (1996) menyebutkan bahwa kehilangan hasil panen dan pascapanen akibat ketidaksempurnaan proses penanganan pascapanen mencapai 20.51%, dimana kehilangan saat pemanenan 9.52%, perontokan 4.78%, pengeringan 2.13%, dan penggilingan 2.19%. Jika dikonversikan terhadap produksi padi nasional yang mencapai juta ton, kehilangan hasil tersebut setara dengan Rp 15 triliun (Purwanto 2011). Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pascapanen adalah proses penggilingan. Desa Karangsinom, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu memiliki banyak tempat penggilingan padi. Salah satu tempat penggilingan padi yang memiliki banyak pelanggan yaitu penggilingan padi Asal Sukses. Umumnya pelanggan tempat penggilingan padi tersebut adalah para pengusaha beras yang hanya menyerahkan hasil panennya ke tempat penggilingan untuk digiling menjadi beras putih. Pelanggan tidak mengetahui proses penanganan pascapanen gabah dan rincian hasil selama proses penggilingan. Selain itu, tempat penggilingan padi tersebut tidak memiliki data-data secara rinci mengenai hasil kegiatan penggilingan padi, mulai dari kegiatan pengeringan sampai kegiatan pengemasan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi unjuk kerja mesin penggilingan padi di tempat penggilingan padi Asal Sukses di Desa Karangsinom, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Hal yang diamati dan diteliti di tempat penggilingan tersebut yaitu proses pengeringan dari gabah kering panen (GKP) menjadi gabah kering giling (GKG), proses pengupasan kulit dari GKG

12 2 menjadi beras pecah kulit (BPK), proses penyortiran BPK dengan gabah utuh, proses penyosohan BPK hingga menjadi beras putih, proses grading, dan proses pengemasan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah melakukan studi unjuk kerja mesin penggilingan padi di penggilingan padi Asal Sukses, di Desa Karangsinom, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Adapun hal yang perlu diukur dalam penelitian yaitu: (1) rendemen pengeringan, (2) kapasitas pengeringan, (3) kapasitas pengupasan kulit gabah, (4) kapasitas penyosohan, (5) efisiensi pengupasan, (6) rendemen giling, dan (7) kapasitas pengemasan. TINJAUAN PUSTAKA Beras Beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia. Selain lebih dari 90% penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokoknya, beras juga menjadi industri yang strategis bagi perekonomian nasional (Firdaus et al. 2008). Beras merupakan salah satu tanaman padipadian paling penting untuk dikonsumsi manusia. Beras mengandung pati yang terasa enak untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Produksi beras mendapatkan prioritas dibandingkan produk pangan bukan beras, karena potensi produksinya yang besar dalam jangka pendek dan karena pentingnya beras dalam perekonomian Indonesia (Haryadi 2008). Proses Penggilingan Padi Padi merupakan komoditas yang dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia. Sebelum menjadi beras yang dapat dikonsumsi, padi yang baru dipanen harus melalui proses penggilingan terlebih dahulu. Proses penggilingan padi dimulai dari proses pengeringan, pengupasan kulit gabah, pemisahan beras pecah kulit dan gabah, penyosohan, pemutuan beras (grading), dan proses pengemasan. Pengeringan Pengeringan merupakan proses perpindahan air dari dalam gabah ke permukaan gabah, dan kemudian air yang berada di permukaan gabah tersebut akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai (Kuswanto 2003). Gabah yang dapat dimasukkan pada proses penggilingan padi adalah

13 gabah kering giling, yaitu gabah yang memiliki kadar air 13-14% (Wahyuddin dan Zein 1976 ). Pengupasan Padi Proses ini bertujuan untuk melepaskan kulit gabah (sekam) dari bijinya dengan kerusakan biji sekecil mungkin pada butiran beras (Patiwiri 2006). Proses penggilingan gabah mengunakan prinsip yang memanfaatkan gaya gesek pada biji sehingga kulit biji terkelupas dari dagingnya (Purwadaria 1980). Pemisahan Beras Pecah Kulit dan Gabah Pada proses pengupasan kulit tidak semua gabah yang dimasukkan ke dalam mesin pengupas terkupas seluruhnya melainkan ada beberapa persen gabah yang tidak terkupas. Beras yang sudah pecah kulit dengan gabah yang masih utuh harus dipisahkan karena penanganannya berbeda. Beras pecah kulit akan diteruskan ke mesin penyosoh, sedangkan gabah yang masih utuh akan dikirim kembali ke mesin pemecah kulit (Patiwiri 2006). Penyosohan Penyosohan dilakukan dengan tujuan membuang lapisan bekatul dari butiran beras yang membuat beras berwarna gelap kecokletan dan tidak bercahaya. Hasil dari proses ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dengan hasil samping berupa dedak dan bekatul (Wahyuddin dan Zein 1976 ). Pemutuan Beras Beras hasil penyosohan berupa campuran butiran beras yang memiliki berbagai ukuran. Adanya berbagai ukuran disebabkan oleh adanya butiranbutiran beras yang patah selama pemecahan kulit dan penyosohan. Untuk itu perlu dilakukan pemisahan beras berdasarkan ukuran beras. Proses ini disebut juga grading (Patiwiri 2006). Pengemasan Pengemasan bertujuan untuk memudahkan transportasi komoditas untuk pemasaran, penyimpanan komoditas dengan kondisi yang memadai, mempertahankan kadar air komoditas. Pengemas perlu di-seal untuk mencegah kemungkinan uap air dan udara masuk ke bahan pengemas (Kuswanto 2003). 3 Alat dan Mesin Penggilingan Padi Pada kegiatan proses penggilingan padi dari gabah kering panen menjadi beras putih diperlukan alat dan mesin untuk mempermudah proses tersebut. Berikut ini adalah alat dan mesin yang digunakan selama proses penggilingan padi: Mesin Husker Mesin husker merupakan mesin yang digunakan untuk melepaskan kulit gabah dengan kerusakan yang sekecil mungkin pada butiran beras. Struktur butiran gabah terdiri dari palea, lemma, dan glume. Jenis-jenis mesin husker

14 4 yaitu Engelberg Husker, Under-Runner Disc Husker, Rubber Roll Husker, Impact Husker, Impeller Husker, dan Vacuum Husker (Wahyuddin dan Zein 1976 ). Jenis mesin husker yang digunakan di tempat penelitian yaitu jenis mesin husker tipe Rubber Roll. Mesin husker tipe Rubber Roll yang dilengkapi dengan aspirator terdiri dari dua buah rol karet yang dipasang berdekatan. Kedua rol karet diputar dengan kecepatan yang berbeda dan arah yang berlawanan. Cara kerja mesin ini adalah sebagai berikut: (1) gabah dimasukkan di dalam bak penampungan, (2) selanjutnya klep pengumpan mengatur laju aliran gabah menuju rol karet. Pada waktu gabah dimasukkan di antara kedua rol, gabah tersebut akan ditekan oleh lapisan karet yang elastis. Butir gabah akan memiliki kontak lebih panjang pada rol yang berkecepatan tinggi dan memiliki kontak lebih pendek pada rol yang berkecepatan rendah. Adanya tekanan dan perbedaan kecepatan menyebabkan gabah akan terpuntir sehingga kulit gabah menjadi robek. (3) Hasil kupasan tersebut akan jatuh ke dalam aspirator yang terdiri dari blower. Sekam dan debu yang merupakan butiran paling ringan, terisap oleh blower dan dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. (4) Gabah dan beras pecah kulit akan jatuh ke bawah karena gaya beratnya, dan keluar melalui saluran pengeluaran. Hasil pengupasan berupa beras pecah kulit, sekam, dan gabah utuh yang belum terkupas (Wahyuddin dan Zein 1976). Alat Pengayakan Gabah Alat ini digunakan untuk memisahkan beras pecah kulit dengan gabah yang masih belum terkupas. Beras pecah kulit dan gabah utuh harus dipisahkan karena memerlukan penanganan yang berbeda. Umumnya persentase gabah yang terkupas pada proses pemecahan kulit bervariasi antara 80-95% bergantung pada keseragaman gabah, varietas gabah, kondisi gabah, tipe dan kondisi mesin pemecah kulit, kondisi pengupas dan keahlian operator mesin pemecah kulit (Patiwiri 2006). Cara kerja alat pengayakan gabah yaitu dengan memanfaatkan perbedaan karakteristik antara gabah yang masih utuh dengan beras pecah kulit. Perbedaan karakteristik tersebut diantaranya: (1) berat rata-rata butir gabah persatuan volume lebih ringan daripada butir beras pecah kulit, (2) butir gabah lebih mudah terapung daripada butir beras pecah kulit, (3) butir gabah lebih panjang dari pada butir beras pecah kulit, (4) butir gabah lebih lebar dan tebal daripada butir beras pecah kulit dan (5) permukaan kulit gabah lebih kasar daripada permukaan beras pecah kulit. Patiwiri (2006) menyatakan bahwa adanya perbedaan karakteristik tersebut mendasari penemuan mekanisme pemisahan gabah dari beras pecah kulit yaitu dengan menampi. Karakter gabah yang lebih ringan, lebih mudah mengapung, dan lebih kasar permukannya daripada butiran beras pecah kulit akan terpisah dan terkumpul pada tempat yang berbeda. Mesin Polisher Mesin ini digunakan untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras. Beras pecah kulit yang dihasilkan dari mesin husker masih mengandung lapisan bekatul atau lapisan aleuron yang mengandung lemak sehingga apabila tidak dipisahkan maka akan menyebabkan beras menjadi tengik dan tidak tahan

15 lama, berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan kegiatan penyosohan. Hasil dari proses ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dan hasil samping berupa dedak serta bekatul. Cara kerja mesin polisher yaitu dengan menggosok beras. Terdapat dua cara menggosok yang diterapkan pada mesin-mesin penyosoh yaitu menggerinda dengan suatu permukaan kasar dan menekan serta menggesek dengan permukaan rata. Bagian luar butiran beras perlu dikikis untuk membuang lapisan bekatul. Pengikisan lapisan bekatul pada beras menggunakan permukaan kasar pada ruang penyosohan. Butiran beras pecah kulit dijepit pada ruang penyosohan. Permukaan kasar digerakkan dengan kecepatan tinggi sehingga permukaan kasar tersebut berfungsi sebagai gerinda yang mengikis permukaan beras. Di samping itu, butiran beras yang terjepit di dalam ruang penyosohan juga cenderung ikut bergerak sehingga terjadi gesekan antara sesama butiran beras dan antara butiran beras dengan permukaan yang lainnya. Gesekan-gesekan tersebut mengakibatkan lapisan bekatul terlepas dari butiran beras (Patiwiri 2006). Alat Pengayakan Menir Alat ini digunakan untuk pemutuan beras dengan memisahkan beras sesuai ukuran. Beras yang dihasilkan akibat proses penyosohan tidak semuanya terdiri dari beras putih yang utuh namun ada beras yang patah Diperlukan kegiatan pengayakan untuk beras yang patah atau menir, sehingga beras yang dijual memiliki mutu yang bagus. Hasil pemisahan dengan alat ini adalah dua kelompok ukuran beras yaitu beras berukuran panjang dan berukuran pendek. Umumnya tempat penggilingan padi menggunakan pengayakan secara manual dan berbentuk miring. Ayakan ini terdiri dari beberapa lapisan anyaman kawat yang disusun secara bersilang. Menurut Patiwiri (2006) lubang dibuat berbentuk memanjang dengan lebar celah antara mm. Butiran beras yang memiliki ketebalan lebih kecil daripada lebar celah akan masuk ke dalam lubang dengan posisi membujur searah dengan bagian panjang lubang. Sehingga beras menir akan jatuh ke tempat penampungan dan beras kepala akan tetap tertahan di atas ayakan karena ukuran partikelnya lebih besar daripada menir. 5 Analisis Biaya Penggilingan Padi Setiap kegiatan penggilingan yang dilakukan oleh suatu mesin memerlukan biaya. Biaya yang diperlukan oleh suatu mesin untuk melaksanakan suatu kegiatan perlu dianalisis. Analisis biaya alat dan mesin pertanian terdapat dua komponen yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap biasanya dinyatakan dengan jumlah biaya per tahun. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal, asuransi dan pajak, serta biaya bangunan. Adapun biaya tidak tetap dinyatakan dengan jumlah biaya per jam. Biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar dan pelumas, pemeliharaan dan perbaikan, biaya operator (Daywin et al. 1992).

16 6 Standar Mutu Beras Persyaratan standar mutu beras berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No terdiri dari komponen umum dan komponen fisik. Komponen fisik beras ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Komponen fisik beras sesuai SNI No No Komponen Mutu Satuan Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV Mutu V 1 Derajat sosoh (minimal) % Kadar air (maksimal) % Beras kepala (minimal) % Butir patah (minimal) % Butir menir (maksimal) % Butir kuning (maksimal) % Butir mengapur 7 (maksimal) % Butir asing (maksimal) % Butir gabah (maksimal) % METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di tempat penggilingan padi Asal Sukses di Desa Karangsinom, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada bulan April - Juni Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ±300 kg (6 karung) gabah kering panen (GKP) varietas Ciherang. Pengambilan data dilakukan sebanyak enam kali. Alat dan Mesin Alat dan mesin yang digunakan dalam penelitian yaitu: mesin husker, alat pengayakan gabah, mesin polisher, alat pengayakan menir, karung pengemas, mesin pengemas, grain moisture tester, serta stopwatch. Spesifikasi mesin-mesin dilampirkan pada Lampiran 12.

17 7 Prosedur Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan perhitungan matematis. Prosedur penelitian disajikan dalam bentuk diagram skematik yang terdapat pada Gambar 1. Gambar 1 Diagram skematik pengambilan data 1. Rendemen Pengeringan Rendemen pengeringan adalah perbandingan berat gabah kering giling (output) dan berat gabah kering panen (input) dari suatu proses pengeringan yang dinyatakan dalam persen. Besarnya angka rendemen dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

18 8 R1= GKG GKP x 100%... (1) Keterangan : R1 = rendemen pengeringan (%) GKG = bobot gabah kering giling (kg) GKP = bobot gabah kering panen (kg) 2. Kapasitas Pengeringan Kapasitas pengeringan merupakan bobot GKP dibagi dengan luas lantai jemur per lama waktu pengeringan. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas pengeringan: K1= ( GKP ) : t... (2) A Keterangan: K1 = kapasitas pengeringan (kgm -2 /jam) GKP = bobot gabah kering panen (kg) A = luas lantai jemur (m 2 ) t = lama pengeringan (jam) 3. Kapasitas Pengupasan Kulit Gabah Kapasitas pengupasan kulit gabah merupakan bobot gabah kering giling dibagi dengan lama waktu pengupasan. Untuk mengetahui berapa kapasitas pengupasan kulit gabah dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: K2= GKG... (3) t Keterangan: K2 = kapasitas pengupasan kulit gabah (kg/jam) GKG = bobot gabah kering giling (kg) t = waktu pengupasan kulit gabah (jam) 4. Efisiensi pengupasan Tinggi rendahnya tingkat pengupasan ditunjukkan oleh efisiensi pengupasan yang merupakan persentase bobot butiran yang terkupas terhadap bobot butiran awal (Patiwiri, 2006). Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi pengupasan: E = (GKG GTK) x 100%... (4) t Keterangan: E = efisiensi pengupasan (%) GKG = bobot gabah kering giling (kg) GTK = gabah tak kupas kulit (kg) 5. Kapasitas Penyosohan Kapasitas penyosohan merupakan bobot beras sosoh dibagi lama waktu penyosohan. Untuk dapat mengetahui kapasitas penyosohan mesin penyosoh dapat dilihat pada rumus berikut: K3= BS t... (5)

19 9 Keterangan: K3 = kapasitas penyosohan (kg/jam) BS = bobot beras sosoh (kg) t = waktu penyosohan (jam) 6. Rendemen Hasil Pada masing-masing proses di atas terjadi penyusutan bobot. Akibat proses pengupasan kulit terjadi penyusutan bobot dari GKG menjadi BPK. Pada proses penyosohan terjadi penyusutan bobot dari BPK menjadi beras putih. Penyusutan pada masing-masing proses atau disebut juga rendemen hasil dapat dilihat pada persamaan berikut: R BPK terhadap GKG= BPK GKG R BS terhadap GKG= BS GKG R BS terhadap BPK= BS x 100%... (6) x 100%... (7) x 100%... (8) BPK Keterangan: R = rendemen (%) BPK = bobot beras pecah kulit (kg) GKG = bobot gabah kering giling (kg) BS = bobot beras sosoh (kg) HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penanganan pascapanen merupakan kegiatan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan kegiatan budidaya, karena kegiatan pascapanen akan meningkatkan nilai suatu komoditas. Keberhasilan penanganan pascapanen sangat menentukan nilai jual dari suatu komoditas. Apabila penanganan pascapanen tidak berjalan dengan baik maka akan berpengaruh pada hasil penanganan yang kurang baik juga, sehingga nilai suatu komoditas dianggap kurang dan dapat mengakibatkan kerugian. Penanganan pascapanen harus dilakukan dengan baik agar didapatkan hasil komoditas yang baik pula. Berbagai hal dapat mempengaruhi hasil penanganan pascapanen di antaranya yaitu kinerja mesin, umur mesin, keahlian operator, serta jenis varietas gabah yang akan digiling. Kegiatan penanganan pascapanen meliputi: pengeringan, pengupasan kulit gabah, pemisahan beras pecah kulit dengan gabah yang masih utuh, penyosohan, pemisahan beras sesuai ukuran (grading), dan pengemasan. Urutan kegiatan penanganan pascapanen dapat dilihat pada Gambar 2.

20 10 Gambar 2 Diagram analisis data hasil penanganan pascapanen padi Proses Pengeringan Gabah Kegiatan penanganan pascapanen setelah padi dipanen ialah pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan kadar air gabah yang sesuai agar tidak terjadi kerusakan saat kegiatan pengupasan kulit. Pengeringan biasanya dilakukan dalam dua tahap yaitu pengeringan tahap pertama dari kadar air gabah di atas 20% sampai kadar air 18%, dan pengeringan tahap kedua dari kadar air 18% menjadi kadar air 14%. Pengeringan yang dilakukan pada penelitian yaitu pengeringan tahap kedua. Pengeringan tahap kedua yaitu pengeringan gabah kering panen menjadi gabah kering giling dengan kadar air mula-mula yaitu sebesar 19.65% akan diturunkan menjadi kadar air 14%. Kegiatan pengeringan dilakukan pada pagi hari hingga sore hari dalam keadaan cuaca panas agar dapat menguapkan air yang terkandung pada gabah kering panen. Gabah kering panen memiliki kadar air yang tinggi dan kondisi lembab sehingga mengalami respirasi yang cepat (Nugraha 2008). Berdasarkan data pada Tabel 2 gabah kering panen yang akan dikeringkan memiliki bobot ratarata kg.

21 Kegiatan pengeringan dilakukan di lantai jemur seperti yang terlihat pada Gambar 3. Ada dua cara pengeringan yang umumnya digunakan oleh petani yaitu pengeringan dengan menggunakan alat pengering buatan dan pengering dengan cara penjemuran langsung dengan sinar matahari. Pengeringan dengan sinar matahari harus memperhatikan intensitas sinar, suhu pengeringan yang selalu berubah, ketebalan penjemuran serta frekuensi pembalikan. Penjemuran yang dilakukan tanpa memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat menyebabkan penurunan kualitas beras. Kegiatan pengeringan pada penelitian kali ini yaitu pengeringan secara manual yaitu menggunakan lantai jemur. Lama waktu untuk mengeringkan gabah kering panen menjadi gabah kering giling (GKG) yaitu 6.4 jam dengan ketebalan penjemuran 2 cm dan suhu lingkungan saat itu sebesar 32 0 C. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa suhu udara paling baik untuk pengeringan adalah berkisar antara C. 11 Gambar 3 Proses pengeringan gabah Gabah yang baru dipanen umumnya memiliki kadar air %. Sebelum gabah digiling perlu dilakukan penurunan kadar air dengan tujuan agar gabahgabah tersebut tidak ditumbuhi mikroorganisme yang dapat mengakibatkan gabah busuk dan berjamur. Untuk itu gabah yang akan disimpan sebelum digiling harus memiliki kadar air sekitar 18% (Patiwiri 2006). Berdasarkan data penelitian kadar air gabah kering panen sebesar 19.65%. Kadar air tersebut terlalu tinggi, sehingga diperlukan penurunan kadar air hingga 18% agar dapat disimpan. Akan tetapi jika gabah tersebut akan dilakukan penggilingan, maka perlu dilakukan penurunan kadar air yang sesuai untuk kegiatan penggilingan. Pada Tabel 2 dapat dilihat kadar air gabah setelah pengeringan yaitu sebesar 14.1%. Berdasarkan informasi dari Wahyuddin dan Zein (1976) gabah yang dapat dimasukkan pada proses penggilingan padi adalah gabah kering giling, yaitu gabah yang memiliki kadar air 13-14%, oleh karena itu hasil pengeringan pada penelitian ini dapat dikatakan cukup baik karena gabah memiliki kadar air yang sesuai dengan standar proses penggilingan.

22 12 Tabel 2 Hasil kegiatan pengeringan gabah kering panen Parameter Satuan Pengukuran ke- Ratarata Bobot GKP kg ,33 Kadar air GKP % Bobot GKG kg Kadar air GKG % Rendemen pengeringan % Lama pengeringan jam Kapasitas Pengeringan kgm -2 /jam Losses* % *Data berdasarkan penurunan kadar air; GKP: gabah kering panen; GKG: gabah kering giling. Bobot akhir gabah kering giling yang mulanya sebesar kg setelah dikeringkan menjadi kg. Berdasarkan data tersebut maka dapat ditentukan rendemen pengeringan yaitu dengan membandingkan bobot gabah kering giling dan bobot gabah kering panen dari proses pengeringan dalam satuan persen. Rendemen pengeringan yang dihasilkan sebesar 89.10%. Luas lantai jemur di tempat penggilingan yaitu m 2 dan dapat mengeringkan gabah kering panen sebanyak 50 ton/hari dalam keadaan cuaca yang panas, sehingga berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kapasitas lantai jemur di tempat penggilingan tersebut yaitu 0.8 kgm -2 /jam. Berdasarkan informasi dari BPS (1996), kehilangan hasil saat proses pengeringan umumnya sebesar 2.13% namun pada penelitian ini didapatkan kehilangan dari hasil pengeringan sebesar 4.72%. Kehilangan dari proses ini dikatakan cukup tinggi, hal ini disebabkan banyak gabah yang masih tertinggal di lantai jemur dan tercecer di tanah. Proses Pengupasan Kulit Gabah Setelah gabah dikeringkan sampai pada kadar air 14.1% gabah akan diproses kembali pada kegiatan pengupasan kulit. Kadar air gabah 14.1% ini sudah sesuai dengan standar sebelum kegiatan penggilingan. Pada kadar air yang lebih tinggi gabah sulit untuk dikupas, sedangkan pada kadar air yag lebih rendah butiran gabah menjadi mudah patah (Patiwiri 2006). Kegiatan pengupasan kulit dilakukan dengan tujuan untuk melepaskan kulit gabah agar didapatkan beras pecah kulit dan membuang sekam keluar. GKP yang telah dikeringkan dimasukkan kedalam mesin husker. Berat rata-rata GKG yang akan dikupas kulitnya sebesar kg. Pengupasan kulit gabah dilakukan sebanyak tiga kali. Mesin yang digunakan yaitu Rice Milling

23 Unit (RMU) dengan tipe Rubber Roll Husker yang dilengkapi dengan aspirator yang digunakan untuk pemisah sekam. Terdapat 3 RMU yang digunakan pada proses pengupasan kulit gabah yaitu mesin 1, mesin 2, dan mesin 3. Ketiga mesin ini memiliki fungsi yang sama yaitu mengupas kulit gabah agar didapatkan beras pecah kulit. Pengupasan sebanyak tiga kali ini bertujuan agar seluruh gabah yang digiling terkupas dengan sempurna. 13 A A. Beras pecah kulit B. Mesin pengupas kulit gabah Gambar 4 Pengupasan kulit gabah B Berdasarkan data penelitian dapat dijelaskan bahwa pengupasan pertama dilakukan pada gabah kering giling dengan berat rata-rata kg dimasukkan ke dalam mesin pengupasan yang pertama dengan lama pengupasan 2.39 menit dan dihasilkan beras pecah kulit sebesar kg. Hasil pengupasan pada mesin 1 akan dimasukkan lagi ke mesin 2 dengan lama pengupasan 1.5 menit. Hasil pengupasan menyusut menjadi kg, kemudian hasil yang terakhir dimasukkan ke mesin 3 dengan lama pengupasan 1 menit dan hasil pengupasan meyusut menjadi kg (Lampiran 2). Waktu pengupasan dari masing-masing mesin berbeda-beda, hal ini dikarenakan pada mesin 1 gabah yang dimasukkan seluruhnya masih berupa gabah utuh sehingga perlu waktu yang lama untuk dapat mengupas gabah tersebut. Namun hasil pengupasan pada mesin 1 tidak seluruhnya terkupas semua menjadi beras pecah kulit (BPK), akan tetapi masih banyak gabah yang masih utuh. Hasil pengupasan mesin pertama tersebut akan dimasukkan kembali ke mesin kedua. Waktu pengupasan pada mesin kedua lebih sedikit daripada di mesin pertama, karena hasil pengupasan di mesin pertama sebagian gabah sudah terkupas sehingga proses pengupasan selanjutnya lebih memerlukan sedikit waktu. Begitu juga halnya dengan mesin 3, hasil pengupasan pada mesin 2 masih tidak sempurna sehingga perlu pengupasan yang ketiga kalinya agar GKG yang masuk ke mesin pengupas dapat terkupas secara sempurna. Bobot akhir dari ketiga proses pengupasan tersebut yaitu kg. Kapasitas pengupasan sebesar 9.98 kg/menit apabila dikonversikan menjadi kg/jam. Kapasitas yang diperoleh tergolong kecil dibandingkan dengan kapasitas yang harusnya didapatkan oleh mesin husker. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur mesin yang sudah lama sehingga mempengaruhi cara kerja mesin, serta kurangnya ketangkasan pekerja dalam menuangkan gabah ke hopper pada mesin husker juga dapat mempengaruhi nilai kapasitas pengupasan kulit gabah tersebut (Tabel 3).

24 14 Tabel 3 Hasil kegiatan pengupasan kulit dan penyosohan Parameter Satuan Pengukuran ke- Ratarata Kadar air GKG % Bobot GKG kg Bobot BPK kg Bobot gabah tak terkupas kg Lama pengupasan menit Efisiensi pengupasan % Kapasitas pengupasan kg/menit Jumlah lintasan kali Bobot BPK kg Bobot beras putih kg Lama penyosohan menit Jumlah lintasan kali Kapasitas penyosohan kg/menit Derajat sosoh % GKG: gabah kering giling; BPK: beras pecah kulit. Pemisahan Beras Pecah Kulit dengan Gabah Proses selanjutnya yaitu pemisahan beras pecah kulit dengan gabah yang masih utuh. Setelah didapatkan hasil pengupasan pada mesin ketiga hasil pengupasan tidak semuanya terkupas namun masih ada gabah yang masih utuh. Oleh karena itu perlu dilakukan pemisahan antara beras pecah kulit dan gabah yang masuh utuh karena perbedaan penanganan. Beras pecah kulit akan diteruskan ke mesin penyosoh, sedangkan gabah yang masih utuh akan dikirim kembali ke mesin pengupas kulit. Gambar 5 Alat pemisah beras pecah kulit dengan gabah

25 Pemisahan BPK dengan gabah yang masih utuh ini menggunakan ayakan yang terbuat dari kayu dan terdapat 9 lapis anyaman kawat dengan ukuran 5 mm dan berbentuk miring. Tujuan dibentuk miring adalah untuk memisahkan beras sesuai dengan ukurannya. Ukuran beras pecah kulit lebih kecil daripada gabah yang masuh utuh, sehingga gabah yang masih utuh akan akan tertahan di lapisan kawat teratas dan jatuh ke depan. Adapun beras pecah kulit akan lolos dari lapisan kawat. Alat yang digunakan untuk memisahkan beras pecah kulit dengan gabah yang masih utuh dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil dari kegiatan pemisahan dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan data tersebut didapatkan beras pecah kulit sebanyak kg, gabah yang masih utuh sebesar 3.43 kg dan sekam sebesar 12 kg, sehingga dapat ditentukan efisiensi pengupasan kulit gabah yang dilakukan sebanyak tiga kali ulasan yaitu sebesar 93.12%. Umumnya persentase gabah yang terkupas pada proses pemecahan kulit bervariasi antara 80-95% bergantung pada keseragaman gabah, varietas gabah, kondisi gabah, tipe dan kondisi mesin pengupas kulit, kondisi pengupas dan keahlian operator mesin pengupas kulit (Patiwiri, 2006). 15 Proses Penyosohan Beras Pecah Kulit Setelah dilakukan pemisahan antara beras pecah kulit dan gabah yang utuh, proses selanjutnya yaitu kegiatan penyosohan. Beras pecah kulit yang dihasilkan masih mengandung lapisan bekatul yang membuat beras berwarna gelap kecoklatan dan tidak mengkilap, untuk itu perlu dilakukan penyosohan agar beras yang dihasilkan berwarna putih. Penyosohan dilakukan dua kali agar didapatkan beras yang putih dan bersih. Hasil dari proses penyosohan dapat dilihat pada Gambar 6. (a) Beras sosoh (b) Beras pecah kulit (c) Butir kepala, (d) Butir patah, dan (e) Menir Gambar 6 Hasil proses penanganan pascapanen Berdasarkan data pada Tabel 3 berat beras pecah kulit setelah dipisahkan yaitu kg yang akan diproses lebih lanjut ke dalam mesin penyosohan sehingga didapatkan beras yang bersih dan putih. Selama 2.2 menit beras dengan bobot kg disosoh dan mengalami penyusutan bobot menjadi 28 kg. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui kapasitas penyosohan sebesar kg/menit jika dikonversikan menjadi kg/jam. Berdasarkan sampel yang diambil sebesar 100 g beras sosoh didapatkan nilai derajat sosoh sebesar

26 16 100% (Tabel 4) karena seluruh beras tersosoh secara sempurna dan beras terpisah dengan bekatul sehingga beras berwarna putih mengkilap. Tabel 4 Mutu hasil gilingan Komponen No Satuan Mutu Ratarata 1 Derajat sosoh % Kadar air % Beras kepala % Butir patah % Butir menir % Butir kuning % Butir mengapur % Butir asing % Butir gabah % Proses Pemutuan Beras (Grading) Setelah dilakukan penyosohan pada beras pecah kulit, selanjutnya akan dilakukan grading atau pemisahan beras berdasarkan ukuran. Hal ini dilakukan agar kualitas beras semakin tinggi dan harga jualnya pun tinggi. Grading dilakukan pada alat seperti pada pemisahan BPK dengan gabah. Cara kerjanya yaitu beras utuh akan jatuh ke belakang dan menir akan jatuh ke depan. Berdasarkan data dari 28 kg beras sosoh didapatkan 26,67 kg beras utuh dan 1,33 kg menir. Sebelum dilakukan kegiatan grading, terlebih dahulu diambil sample 100 g pada beras sosoh untuk dianalisis mutu hasil pengilingan gabah. Mutu hasil giling akan ditunjukkan pada Tabel 4. A. Kegiatan penyosohan B. Kegiatan grading Gambar 7 Proses penanganan pascapanen

27 Proses pemutuan dilakukan dengan menggunakan alat seperti pada Gambar 7. Cara kerja alat tersebut sama seperti alat pemisahan gabah dengan beras pecah kulit hanya saja pada alat pemutuan beras ini anyaman kawat dipasang bersilangan sehingga dapat meloloskan menir dan menahan butiran beras yang lebih besar ukurannya dengan menir. Anyaman kawat yang digunakan berukuran 5 mm namun karena dipasang saling silang sehingga anyaman kawat tersebut memiliki ukuran 2 mm yang dapat meloloskan menir. Mutu hasil gilingan pada Tabel 4 jika dibandingkan dengan acuan nilai pada SNI No maka hasil gilingan belum memenuhi standar karena presentase beras menir yang dihasilkan jauh lebih besar yaitu 9.92% sedangkan untuk mencapai mutu I sesuai standar SNI presentase beras menir harus 0%. Jumlah menir yang dihasilkan dikarenakan umur mesin dan cara kerja mesin yang sudah tidak bagus lagi. Syarief dan Halid (1993) menyatakan bahwa tingginya persentase beras pecah disebabkan karena peningkatan ketebalan lapisan gabah saat pengeringan. Hal ini karena biji yang berada pada kondisi tersebut mempunyai kadar air yang tinggi akibat berkurangnya aliran udara dalam lingkungan dan dengan bertambahnya waktu, jaringan biji akan semakin rusak, serta berkurangnya oksigen akan terjadi proses fermentasi yang mengakibatkan biji mudah patah atau rusak. Berdasarkan parameter-parameter yang lainnya beras yang dihasilkan di tempat penggilingan Asal Sukses memiliki kualitas yang baik karena beras yang dikemas adalah beras dengan derajat sosoh 100% dan tidak terdapat campuran lain seperti butir merah, butir kuning, butir mengapur, dan butir asing. Tabel 5 Rendemen hasil Rendemen Pengukuran ke- Ratarata Satuan hasil giling BPK terhadap gabah % Beras putih terhadap gabah % Beras putih terhadap BPK % Data keseluruhan kegiatan penanganan pascapanen padi dapat dilihat pada Tabel 5 yaitu besar rendemen giling rata-rata yaitu 56.53%. Menurut Budiharti (2012) rendemen giling secara nasional sebesar 62.78%, sedangkan pada data di atas rendemen giling yang didapat sebesar 56.53%. Rendemen yang dihasilkan berbeda dari rendemen giling secara nasional. Rendahnya rendemen giling di tempat penelitian disebabkan oleh tingginya losses yang diakibatkan dari proses pengeringan dan banyaknya gabah hampa sehingga saat proses pengupasan kulit gabah hampa tersebut ikut terbuang dengan sekam. 17

28 18 Proses Pengemasan Gambar 8 Kegiatan pengemasan Proses terakhir dari penanganan pascapanen padi yaitu kegiatan pengemasan. Pengemasan beras di penggilingan padi Asal sukses ini menggunakan karung plastik dengan kapasitas 50 kg/karung. Beras yang sudah di-grading akan langsung dimasukkan ke dalam karung yang langsung diletakkan di atas timbangan duduk. Timbangan akan menunjukkan angka 50 kg dan selanjutnya karung yang sudah berisi beras putih akan dijahit untuk menutup karung. Analisis Biaya Proses Penggilingan Padi Biaya yang digunakan selama proses pengeringan sampai pengemasan beras dapat dirinci sebagai berikut biaya pengeringan Rp30/kg, biaya pengupasan kulit gabah Rp107.50/kg, biaya penyosohan beserta grading Rp66.81/kg sehingga total biaya penggilingan padi sebesar Rp174.31/kg beras putih. Akan tetapi informasi yang diperoleh dari pengelolah penggilingan padi Asal Sukses sebesar Rp150/kg beras putih. Perbedaan biaya dikarenakan oleh berbedanya komponen-komponen biaya yang dihitung selama proses penanganan pascapanen. Umumnya pemilik tempat penggilingan tidak memperhitungkan komponen-komponen biaya yang dikeluarkan seperti biaya penyusutan dan bunga modal, sehingga biaya yang ditarifkan kepada para pelanggan cukup rendah. Namun hal ini tidak mengakibatkan kerugian yang begitu besar dikarenakan hasil dari setiap proses dapat dijual kembali seperti penjualan dedak, bekatul dan sekam. Proses pengemasan menggunakan karung plastik dengan kapasitas 50 kg/karung dan harga per karung plastik sebesar Rp2000, sehingga untuk mengarungi 50 kg beras dibutuhkan biaya sebesar Rp Total biaya penanganan pascapanen dari pengeringan gabah kering panen menjadi gabah kering giling sampai pada proses pengemasan beras putih sebesar Rp /karung, dengan berat rata-rata 50 kg/karung.

29 19 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Proses penggilingan padi di Desa Karangsinom, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu memiliki rendemen pengeringan 89.10%, kapasitas pengeringan 0.8 kgm -2 /jam, kapasitas mesin pengupasan kulit gabah 9.98 kg/menit, kapasitas mesin penyosohan kg/menit, efisiensi pengupasan kulit gabah yang dilakukan sebanyak tiga kali yaitu sebesar 93.12%, rendemen giling 56.53%, dan kapasitas pengemasan 28 karung/jam (1400 kg beras/jam). Saran Diperlukan penyetelan mesin husker dalam rangka untuk mendapatkan kapasitas yang maksimal dan diperlukan perbaikan mesin khususnya pada mesin polishing agar dapat mengurangi persentase beras patah. DAFTAR PUSTAKA [BKKBN] Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Jumlah Penduduk Indonesia. Jakarta (ID): Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional. [BPS] Badan Pusat Statistik Kehilangan Hasil Panen. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. [BSN] Badan Standarisasi Nasional Komponen Fisik Beras (SNI ). Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. Budiharti U, Harsono, Juliana R Perbaikan Konfigurasi Mesin pada Penggilingan Padi Kecil untuk Meningkatkan Rendemen Giling Padi [Internet]; [diunduh 2013 Jul 8]. Tersedia pada: Budiharti U, Rudy T, Harsono, Juliana R, Rofik S Pendekatan Sistem Dinamik untuk Mempelajari Model Mekanisasi Penggilingan Padi untuk Memperkirakan Produksi Beras [Internet]; [diunduh 2013 Jul 8]. Tersedia pada: Ciptadi W, Nasution Z Padi dan Pengolahannya [catatan penelitian]. Bogor (ID): Departemen Teknologi Hasil Pertanian FATEMETA, IPB. Firdaus M, Baga LM, Pratiwi P Swasembada Beras dari Masa ke Masa. Bogor (ID): IPB Press. Haryadi Teknologi Pengolahan Beras.Yogyakarta (ID): UGM Press. Iswari K Kesiapan Teknologi Panen dan Pascapanen Padi dalam Menekan Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras. Jurnal Litbang Pertanian. 31(2): Kuswanto, H Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

30 20 Patiwiri AW Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Prastowo B, Ananto EE, Thahir R, Handaka Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian dalam Meningkatkan Efisiensi Usahatani. Di dalam: Mahyuddin S, Hernanto, Husul K, Sunihardi, editor. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III; 1993 Agustus 23-25; Jakarta/Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. hlm Purwadaria HK Teknologi Panen dan Pascapanen Padi. Di dalam: Hasbullah R, Sutrisno, Bantacut T, Patiwiri A W, Halid H, editor. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi. Prosiding Lokakarya Nasional; 2004 Juli 20-21; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): Perum Bulog dan FATETA IPB. hlm Purwanto AY Kehilangan pascapanen padi kita masih tinggi [Internet]; [diunduh 2013 Jul 8]. Tersedia pada: Sutarto Impor beras Indonesia [Internet]; [diunduh 2013 Jul 8]. Tersedia pada: Winarno FG Padi dan Beras. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan. Winarno FG GMP dalam Industri Penggilingan Padi. Di dalam: Hasbullah R, Sutrisno, Bantacut T, Patiwiri A W, Halid H, editor. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi. Prosiding Lokakarya Nasional; 2004 Juli 20-21; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): Perum Bulog dan FATETA IPB. hlm

31 21 Sample Lampiran 1 Data hasil kegiatan pengeringan GKP (kg) KA GKP (%wb) GKG (kg) KA GKG (%wb) Rendemen (%) Waktu Pengeringan (jam) Kapasitas Pengeringan (kgm -2 /jam) Biaya pengeringan ( Rp) Ratarata Keterangan : GKP : Gabah kering panen KA : Kadar air GKG : Gabah kering giling Contoh perhitungan bobot GKG 49.3 Rendemen pengeringan = x 100% = x 100% = 89.10% bobot GKP Kapasitas pengeringan = ( bobot GKP luas lantai jemur Biaya Pengeringan = Rp30/kg = Rp30 x = Rp1 651 kg ) : lama pengeringan = (55.33 ) : 6.4 jam = m 2 kgm 2 /jam

32 Sample Ratarata GKG (kg) 22 Lampiran 2 Data hasil kegiatan pengupasan kulit gabah Rendemen pengupasan Kapasitas Pengupasan BPK (kg) Waktu Pengupasan (detik) Mutu Hasil Kupasan (kg) (%) Efisiensi (kg/detik) (%) M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3 BPK GTK Sekam M1 M2 M Keterangan : M1 : mesin husker 1 M2 : mesin husker 2 M3 : mesin husker 3 Contoh perhitungan: bobot BPK M1 Rendemen pengupasan M1 = Rendemen pengupasan M2= BPK : Beras pecah kulit GTK : Gabah tak terkupas bobot GKG bobot BPK M2 bobot GKG 36 kg x 100% = x 100% = 85.71% 42 kg 32 kg x 100% = x 100% = 88.89% 42 kg Rendemen pengupasan M3 (Rendmen total pengupasan) = Efisiensi pengupasan = Kapasitas pengupasan = bobot BPK M3 bobot GKG bobot GKG bobot GTK 42 kg 2.1 kg x 100% = x 100% = 95% bobot GKG 42 kg bobot GKG lama pengupasan = 42 kg = 0.34 kg/detik 123 detik 29kg x 100% = x 100% = 90.63% 42 kg

33 23 Lampiran 3 Data hasil kegiatan pemisahan beras pecah kulit dengan gabah yang masih utuh Sample Berat BPK 3 (kg) BPK (kg) GTKK (kg) Waktu (detik) Kapasitas Penyortiran (kg/detik) Rata-rata Keterangan : Berat BPK 3 : Berat beras pecah kulit dari mesin husker 3 Contoh perhitungan: Kapasitas penyortiran = bobot BPK M3 lama pemisahan = 29 kg = 0.4 kg/detik 72 detik

34 24 Lampiran 4 Data hasil kegiatan penyosohan pertama Sample BPK (kg) Beras sosoh (kg) Waktu (detik) Kadar Air (%) Kapasitas Penyosohan(kg/detik) Contoh perhitungan: bobot BPK 26.9 kg Kapasitas penyosohan = = = 0.46 kg/detik lama penyosohan 58 detik

35 25 Lampiran 5 Data hasil kegiatan penyosohan kedua Sample GKG (kg) Beras sosoh1 (kg) Beras Sosoh 2 (kg) waktu (detik) Kapasitas Penyosohan (kg/detik) Keterangan : Beras sosoh 1 : berat beras sosoh dari mesin polisher 1 Beras sosoh 2 : berat beras sosoh dari mesin polisher 2 Contoh perhitungan penyosohan = bobot Beras sosoh lama penyosohan = 24kg 48 detik = 0.44 kg/detik

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Terminologi Pascapanen Padi Pengertian pascapanen padi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh petani dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, setelah padi dipanen sampai

Lebih terperinci

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Yeni E Maryana 1*), Budi Raharjo 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3 Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 7-12 ANALISIS MUTU BERAS PADA MESIN PENGGILINGAN PADI BERJALAN DI KABUPATEN PRINGSEWU THE ANALYSIS OF RICE QUALITY PRODUCED BY COMMUTING RICE MILLING MACHINE IN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT JRPB, Vol. 6, No. 1, Maret 2018, Hal. 53-59 DOI: https://doi.org/10.29303/jrpb.v6i1.72 ISSN 2301-8119, e-issn 2443-1354 Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/ KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA Oleh : SALIX FINI MARIS F14104091 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI UNJUK

Lebih terperinci

Keywords : Paddy, postharvest, steps postharvest, loss

Keywords : Paddy, postharvest, steps postharvest, loss KAJIAN PENANGANAN PASCAPANEN PADI UNTUK MENGURANGI SUSUT MUTU BERAS (Paddy Postharvest Handling to Decrease Rice Quality Loss) Desy Nofriati Dan Yenni Yusriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penanganan Awal Kacang Tanah Proses pengupasan kulit merupakan salah satu proses penting dalam dalam rangkaian proses penanganan kacang tanah dan dilakukan dengan maksud untuk

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

ISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009

ISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009 ISSN No. 0216-3365 Vol.23, No.2, OKtober 2009 Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) yang didirikan 10 Agustus 1968 di Bogor, berkiprah dalam

Lebih terperinci

Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling

Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling A R T I K E L Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling Rokhani Hasbullah a dan Anggitha Ratri Dewi b a Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 Sigit Nugraha Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ABSTRAK Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Lebih terperinci

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Gudang BULOG 206 Rembang. Gudang ini berada di Desa Kedungrejo Kabupaten Rembang. Tepatnya adalah di Jalan Raya Rembang- Blora

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI

KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI OLEH: ANGGITHA RATRI DEWI F14051034 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan

Lebih terperinci

Dalam rangka pengamanan pengadaan beras

Dalam rangka pengamanan pengadaan beras INDRASARI ET AL.: KUALITAS BERAS GILING DAN NILAI DUGA DERAJAT SOSOH GABAH Kualitas Beras Giling dan Nilai Duga Derajat Sosoh Gabah Beberapa Varietas Padi Siti Dewi Indrasari, Jumali, dan Aan A. Daradjat

Lebih terperinci

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Beras aromatik adalah beras yang popular saat ini baik di dalam dan luar negeri karena mutu yang baik dan aroma yang wangi. Banyak

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PENGGILINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA 1

OPTIMASI PROSES PENGGILINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA 1 OPTIMASI PROSES PENGGILINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA 1 Suroso 2 dan Gunawan Kiswoyo 3 ABSTRAK Keberhasilan proses penggilingan gabah dapat dilihat nilai efisiensi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ADHITYA YUDHA PRADHANA F14063458 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

1 PENGGUNAAN SISTEM PEMANAS DALAM PENGEMBANGAN ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH Renny Eka Putri *), Andasuryani, Santosa, dan Riki Ricardo Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MESIN PENYOSOH SORGUM Oleh : Ana Nurhasanah, Novi Sulistyosari, Mardison dan Abi Prabowo Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

PENGEMBANGAN MESIN PENYOSOH SORGUM Oleh : Ana Nurhasanah, Novi Sulistyosari, Mardison dan Abi Prabowo Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian PENGEMBANGAN MESIN PENYOSOH SORGUM Oleh : Ana Nurhasanah, Novi Sulistyosari, Mardison dan Abi Prabowo Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Permasalahan umum yang dihadapi dalam pemanfaatan biji

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan bahan pangan terutama beras, banyak ditemui problematika yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn ISSN

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn ISSN Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn 89-96 ISSN 2302 4178 STUDI LAMA PENYIMPANAN GABAH ORGANIK TERHADAP MUTU BERAS ORGANIK DI PPLH SELOLIMAN MOJOKERTO STUDY THE INFLUENCE OF LONG STORAGE OF GRAIN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari sepuluh juta tenaga kerja, menangani

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK DAN KECEPATAN ROL PADA PENGGILINGAN PADI (RICE MILLING UNIT) MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA.

OPTIMASI JARAK DAN KECEPATAN ROL PADA PENGGILINGAN PADI (RICE MILLING UNIT) MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA. OPTIMASI JARAK DAN KECEPATAN ROL PADA PENGGILINGAN PADI (RICE MILLING UNIT) MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA Oleh : GUNAWAN KISWOYO F14104104 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG II. TUJUAN Kegiatan penyimpanan gabah kering merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah kering

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asal Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang meliputi kurang lebih 25 species yang tersebar di seluruh daerah tropik dan subtropik

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan

Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan Yogi P Rahardjo 1, Sukarjo 2 dan Sumarni 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2 Balai Penelitian Lingkungan

Lebih terperinci

An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. Tempat Pengilingan Ibu Ita Tempat Pengilingan Bapak Hamzah Lokasi Kantor Kelurahan Pedoman Wawancara I. Topik : Upah Pekerja Pengilingan Padi II. Tujuan : Mengetahui Sistem Pengupahan Pekerja Pengilingan

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.)

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.) SKRIPSI MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.) Oleh: KINDI KALABADI F14103008 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.: INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS Informasi Praktis Balitkabi No.:2015-12 Disajikan pada: Workshop Optimalisasi Pengembangan Mekanisasi Usahatani Kedelai Serpong,

Lebih terperinci

PENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar dari biji padi agar diperoleh beras yang dapat dikonsumsi II. TUJUAN Setelah

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB) FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI JUWAWUT (Setaria italica (L.) P. Beauvois) TIPE ABRASIVE ROLL. Oleh: RATNA NURYATI F

UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI JUWAWUT (Setaria italica (L.) P. Beauvois) TIPE ABRASIVE ROLL. Oleh: RATNA NURYATI F UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI JUWAWUT (Setaria italica (L.) P. Beauvois) TIPE ABRASIVE ROLL Oleh: RATNA NURYATI F14103024 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT PEMANENAN RICE COMBINE HARVESTER DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT LEDYTA HINDIANI

STUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT PEMANENAN RICE COMBINE HARVESTER DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT LEDYTA HINDIANI STUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT PEMANENAN RICE COMBINE HARVESTER DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT LEDYTA HINDIANI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan komoditas strategis yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh

Lebih terperinci

KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI, STUDI KASUS PADA TIGA USAHA PENGGILINGAN PADI DI CIANJUR, JAWA BARAT

KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI, STUDI KASUS PADA TIGA USAHA PENGGILINGAN PADI DI CIANJUR, JAWA BARAT Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 143-154 143 KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI, STUDI KASUS PADA TIGA USAHA PENGGILINGAN PADI DI CIANJUR, JAWA BARAT Tursina Andita Putri 1,

Lebih terperinci

Tabel 1. Standar Mutu Beras Berdasarkan SNI

Tabel 1. Standar Mutu Beras Berdasarkan SNI Model Penggilingan Padi Terpadu untuk Meningkatkan Nilai Tambah Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong terbesar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUBANG 2011 PROSES

Lebih terperinci

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon PENGARUH UMUR PANEN DAN KULTIVAR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh interaksi umur panen

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob]

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 1 1-16 UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Oleh : Octa rahmadian 1, Sugeng

Lebih terperinci

Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan. pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat

Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan. pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat I. PENANGANAN PANEN A. Kriteria Panen Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Tim Koordinasi

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MEMPRODUKSI BERAS SEHAT MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS PRATANAK PADA PENGGILINGAN PADI KECIL

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MEMPRODUKSI BERAS SEHAT MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS PRATANAK PADA PENGGILINGAN PADI KECIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MEMPRODUKSI BERAS SEHAT MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS PRATANAK PADA PENGGILINGAN PADI KECIL BIDANG KEGIATAN PKM-GT Diusulkan oleh : Ketua Pelaksana

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGI OPERASIONAL PADA PABRIK PENGGILINGAN PADI (KAPASITAS KECIL, MENENGAH DAN BESAR)

ANALISIS ENERGI OPERASIONAL PADA PABRIK PENGGILINGAN PADI (KAPASITAS KECIL, MENENGAH DAN BESAR) ANALISIS ENERGI OPERASIONAL PADA PABRIK PENGGILINGAN PADI (KAPASITAS KECIL, MENENGAH DAN BESAR) (Analysis of Operational Energy at Rice Milling Pabric (Small, Medium and Big Capacity)) Indriyani 1, Tamrin

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS FAUZIAH AR, NOORTASIAH DAN TAZRIN NOR Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, ii Kebun Karet, Loktabat, Banjarbaru 70712 RINGKASAN Mutu gabah dan beras yang

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PENGOLAHAN PADI (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Timur, NTB)

ANALISIS MODEL PENGOLAHAN PADI (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Timur, NTB) Jurnal Enjiniring Pertanian ANALISIS MODEL PENGOLAHAN PADI (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Timur, NTB) (Analysis of Rice Processing Models) (Case Study in Est. Lombok, West Nusa Tenggara) Sigit Nugraha

Lebih terperinci

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil 1) Muammar Tawaruddin Akbar, 1) Sam Herodian 1) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB. E-mail:

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks. Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN Indriani, Satia Negara Lubis dan Sinar Indra Kusuma Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KELURAHAN SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT SKRIPSI ABDUL HAFIZH INDRAJAYA F

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KELURAHAN SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT SKRIPSI ABDUL HAFIZH INDRAJAYA F ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KELURAHAN SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT SKRIPSI ABDUL HAFIZH INDRAJAYA F14061953 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011-1

Lebih terperinci