IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Tiga belas Desa tersebut yaitu Desa Ciampea Udik, Desa Cinangka, Desa Cibuntu, Desa Cicadas, Desa Tegal Waru, Desa Bojong Jengkol, Desa Cihideung Udik, Desa Cihideung Ilir, Desa Cibanteng, Desa Bojong Rangkas, Desa Cibadak, Desa Benteng, dan Desa Ciampea. Desa Cihideung Ilir memiliki luas wilayah sekitar ha dengan lahan sawah seluas 165 ha. Jumlah penduduk Cihideung Ilir pada tahun 2009 adalah 9,425 jiwa, yang terdiri atas 4,486 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4,539 jiwa berjenis kelamin perempuan. Desa Cihideung Ilir terletak di kawasan dataran rendah ( m dpl), dan memiliki suhu rata-rata C. Batas-batas wilayah Desa Cihideung Ilir adalah sebagai berikut (i) sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibanteng, (ii) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, (iii) sebelah timur berbatasan dengan Desa Babakan, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cihideung Udik dan Desa Cibanteng. Jarak Desa Cihideung Ilir dari ibu kota kecamatan adalah 1 km, dari ibu kota kabupaten adalah 35 km, dan dari ibu kota popinsi adalah 132 km. Pada tahun 2009, jumlah panen padi di Desa Cihideung Ilir dengan luas lahan panen ± 283 ha mencapai 1, ton GKP atau 10.6% dari total panen keseluruhan di Kecamatan Ciampea, dengan produktivitas rata-rata lahan 5.99 ton GKP/ha. Gambar 6. Fasilitas bangunan giling dan lantai jemur Di desa Cihedeung Ilir, hanya terdapat 1 (satu) unit penggilingan padi, yaitu unit penggilingan padi yang di miliki Bapak H. Sulaiman. Sistem penggilingan padi di Desa Cihideung Ilir tergolong sistem penggilingan padi kecil (PPK) sederhana. Tempat berdirinya penggilingan termasuk strategis, karena dekat dengan sawah sehingga mempermudah dalam hal transportasinya pada saat panen, dan letak penggilingan juga dekat dengan perumahan penduduk, sehingga memudahkan para konsumen datang ke penggilingan untuk menggiling gabahnya. Unit penggilingan padi yang dimiliki Bapak H. Sulaiman tergolong tua. Fasilitas yang dimiliki terdiri dari bangunan, lantai jemur/ lamporan, mesin penggilingan, timbangan duduk, dan alat pengangkut karung beras. Bangunan dibangun pada tahun 1984, dengan luas bangunan penggilingan 6x5 m 2. Lantai jemur juga dibangun bersamaan dengan bangunan penggilingan. Untuk biaya awal pembangunan bangunan dan lantai jemur menghabiskan biaya Rp 5,000,000,-. Lantai jemur/ lamporan berukuran 10x7 m 2 yang dapat 27

2 menampung sekitar kg GKP untuk dijemur. Untuk menjemur biasanya tidak dikenai biaya karena petani yang menjemur di penjemuran ini akan menggiling padinya di penggilingan ini. Selama penggilingan beroperasi pada awal berdirinya tahun 1984, telah berganti mesin penggilingan (huller, polisher, dan 1 motor penggerak) sebanyak 1 kali. Mesin penggilingan (huller, polisher, dan 1 motor penggerak) di beli pada tahun 2000 seluruhnya senilai Rp 14,700,000,- dan telah beroperasi selama 10 tahun. Unit penggilingan terdiri dari 1 unit huller, 1 unit polisher, dan 1 motor penggerak yaitu motor diesel KUBOTA 22 PK untuk menggerakkan huller (merk RM tipe LM24-2C(H)) dan polisher (merk ICHI tipe N-70). Untuk menjemur biasanya tidak dikenai biaya karena petani yang menjemur padinya di penjemuran ini akan menggiling padinya di penggilingan ini juga. Namun ada juga petani yang membawa gabah yang sudah siap untuk digiling menjadi beras. Namun tidak terlalu banyak dibandingkan dengan petani yang menjemurkan padi terlebih dahulu di penggilingan ini. (a) (b) (c) Huller Polisher Motor diesel (merk RM tipe LM24-2C(H)) (merk ICHI tipe N-70) KUBOTA 22 PK Gambar 7. Fasilitas mesin penggilingan padi Proses pemecahan kulit sekam pada penggilingan padi ini menggunakan mesin pemecah kulit kelompok friksional, tipe rubber roll husker karena memecahkan sekam dengan dua buah rol karet yang dipasang berdekatan. Kedua rol karet tersebut diputar dengan kecepatan yang berbeda dan arah yang berlawanan. Agar lebih ekonomis setelah rol utama mengalami keausan, maka akan ditukar posisinya dengan rol pembantu. Setelah kedua rol itu mengalami keausan, maka baru dibeli rol yang baru. Di penggilingan ini penggantian rol dilakukan setelah kira-kira melakukan giling padi sebanyak 35 ton GKG. Setelah gabah mengalami proses pecah kulit, maka beras yang keluar masih belum bersih, belum mengkilap, dan cenderung masih berwarna kecoklatan. Untuk menghasilkan beras yang putih dan mengkilap, maka setelah digiling, beras di sosoh di polisher. Prinsip pemisahan sekam sangat sederhana, yaitu memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Pada umumnya mesin pemisah sekam dilengkapi dengan kipas untuk menghisap sekam dan debu. Beras pecah kulit dan gabah akan tetap mengalir ke bawah karena tidak terisap oleh kipas akibat daya beratnya. Polisher juga dilengkapi ayakan untuk memisahkan beras pecah kulit dan dedak kasar sebelum proses pemisahan sekam. Hal ini perlu dilakukan karena beras patah dan dedak kasar memiliki nilai ekonomis. Ayakan polisher merupakan bagian dari polisher yang sering diganti 28

3 agar kualitas hasil ayakan menjadi semakin baik. Di penggilingan padi ini ayakan polisher diganti pada saat telah menggiling sekitar 30 ton GKG. Hasil limbah sisa dari penggilingan yaitu sekam dan dedak/ bekatul. Sekam boleh diambil secara gratis oleh masyarakat sekitar dan dimanfaatkan sendiri oleh pemilik penggilingan, biasanya dipakai untuk media tanam, abu gosok, dan sebagainya. Jika tertumpuk sekam dibuang dan dibakar. Proses dihasilkannya dedak/ bekatul yaitu, dimulai dari beras pecah kulit yang dimasukkan ke dalam mesin penyosoh/ polisher untuk diputihkan, kemudian menghasilkan beras sosoh dan dedak. Dedak tersebut diambil oleh pemilik untuk pakan ternak, dan sisanya jika ada yang menginginkan biasanya diambil secara gratis di penggilingan, dan jika dijual dihargai Rp 1500,-/kg, tetapi itupun tidak tentu, tergantung dari musim ternak, atau ada tidaknya peternak ayam yang ingin membelinya. Di penggilingan padi juga selain mempunyai fasilitas seperti bangunan giling, lantai jemur, mesin giling (huller), mesin sosoh (polisher), dan motor penggerak. Penggilingan juga mempunyai fasilitas penunjang lainnya, diantaranya timbangan duduk (merk : Nam Wo Batavia) dan alat penangkut karung beras. Timbangan duduk ini berguna sekali untuk mengetahui berat gabah yang akan digiling dan berat beras yang dihasilkan. Alat pengangkut karung beras berfungsi untuk mengangkut karung dengan prinsip mendorong alat tersebut, agar mempermudah dalam memindahkan karung beras tanpa menggunakan banyak tenaga. (a) Timbangan duduk Merk : Nam Wo Batavia (b) Alat pengangkut karung beras Gambar 8. Fasilitas penunjang penggilingan Musim tanam di Desa Cihideung Ilir tidak tentu, umumnya petani menanam padi 2-3 musim dalam setahun dan digilir dengan menanam tanaman palawija. Biasanya padi yang dijemur tidak semuanya digiling, karena sebagian disimpan dan digiling jika perlu. Penggilingan beroperasi selama 6 (enam) bulan selama 1 (tahun) dengan perkiraan hari kerja 26 hari dalam satu bulan. Pada saat penelitian, jumlah panen yang tinggi biasanya pada musim panen diantaranya bulan Juli, Agustus, dan mendekati lebaran karena masyarakat sekitar membutuhkan beras untuk zakat dan persiapan lebaran karena harga kebutuhan bahan pokok, khususnya beras meningkat harganya menjelang lebaran. Jadi masyarakat mempersiapkan gabah yang telah disimpan sebelumnya untuk digiling menjelang lebaran karena harganya lebih terjangkau masyarakat. Jenis padi yang biasanya digiling di penggilingan ini yaitu Ciherang dan IR

4 B. Performansi Teknis Mesin Penggilingan Padi Performansi teknis mesin penggilingan padi yang diukur pada penelitian ini adalah rendemen penggilingan, kapasitas giling, dan pemakaian bahan bakar. Pengamatan dilakukan untuk huller dan polisher yang digerakkan oleh 1 (satu) motor diesel. Kapasitas huller dilihat dari jumlah gabah yang dapat digiling per jamnya dan kapasitas polisher dilihat dari jumlah beras yang dihasilkan per jamnya Nilai Tabel 6. Performansi teknis mesin penggilingan padi Kapasitas Huller (kg GKG/jam) Kapasitas Polisher (kg Beras/jam) Pemakaian Bahan Bakar Huller+Polisher (liter/jam) Rendemen Giling % Maksimum Rata-Rata Minimum Dari pengamatan di penggilingan dapat diketahui faktor-faktor yang menentukan besarnya kapasitas yaitu kondisi gabah yang digiling, kondisi mesin, dan keterampilan operator. Kondisi gabah yang digiling berpengaruh pada kapasitas penggilingan karena apabila gabah yang digiling kadar airnya belum optimal, maka proses penggilingan akan dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan beras pecah kulit dan beras sosoh yang baik. Pengulangan proses tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih banyak dan otomatis membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak pula. Kondisi mesin juga menyebabkan rendahnya kapasitas giling pada usaha penggilingan padi ini, makin tua kondisi mesin, maka akan menyebabkan semakin rendah kapasitas penggilingannya. Keterampilan operator juga berpengaruh dalam menentukan besar kecilnya kapasitas karena semakin terampil operator, maka semakin besar kapasitas penggilingan, dan sebaliknya, jika operator kurang terampil maka akan menyebabkan menurunnya kapasitas penggilingan. Dari Tabel 6 di atas dan data giling harian (Lampiran 1), nilai konsumsi bahan bakar juga dapat dianalisis. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan berulang-ulang, konsumsi bahan bakar tersebut termasuk boros, karena pemakaian bahan bakar maksimum tidak terjadi saat kapasitas huller dan kapasitas polisher mempunyai nilai maksimum. Dari Tabel 6 di atas juga dapat dilihat, rendemen giling rata-rata yang dihasilkan pada unit penggilingan tersebut adalah 59.44%, dimana nilai rendemen maksimum adalah 67.04% dan nilai rendemen minimum adalah 52.29%. Nilai rendemen maksimum tersebut sangat jarang terjadi. Nilai rendemen tersebut terdiri dari beras kepala, beras patah, dan menir. Jika menir tidak dimasukkan dalam perhitungan rendemen, maka nilai rendemen giling yang dihasilkan akan lebih rendah lagi. Rendahnya rendemen giling tersebut dipengaruhi oleh keadaan mesin-mesin yang tidak dapat lagi bekerja secara maksimal, varietas padi yang digiling, dan berpengaruhnya kondisi gabah yang akan digiling (kadar air, kemurnian gabah, dan sebagainya). Susut (losses) penggilingan terjadi pada huller dan polisher. Pada huller, banyak gabah yang belum terkupas kulitnya ikut terbuang bersama sekam dan gabah muda yang disebabkan kerja blower dan rubber roll husker yang tidak maksimal. Pada polisher, sistem one pass yang diterapkan menyebabkan beras pecah kulit yang disosoh dipaksa untuk mejadi beras putih (beras slyp), sehingga beras yang dihasilkan banyak mengandung beras patah dan menir. Dari Tabel 6, mesin huller mampu menggiling gabah dengan kapasitas giling rata-rata gabah sebesar kg gabah/jam dan kapasitas giling rata-rata polisher sebesar kg beras/jam, sehingga menurut sistem penggilingan padi, penggilingan ini tergolong dalam penggilingan padi kecil 30

5 (PPK) sederhana karena mempunyai kapasitas giling lebih kecil dari 2 (dua) ton per jam, selain itu disebut tipe sederhana karena hanya melalui proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit secara sederhana, dan proses pemutihan beras pecah kulit. C. Performansi Ekonomi Mesin Penggilingan Padi Berdasarkan data teknis dari pengamatan harian yang dilakukan dan survey di Kecamatan Ciampea, maka analisis ekonomi dari sistem penggilingan padi dapat di bahas sebagai berikut : 1. Biaya Penggilingan Suatu usaha bertujuan untuk memperoleh suatu keuntungan. Keuntungan diperoleh dari selisih pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Agar dapat memperoleh biaya produksi, maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi, sehingga didapat biaya pokok, yaitu biaya produksi persatuan output produksi. Biaya pokok diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap dengan biaya tidak tetap. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost) yaitu biaya yang selama satu periode kerja, jumlah biayanya tetap dan tidak tergantung dari produk yang dihasilkan. Unsur biaya tetap di penggilingan padi ini yaitu penyusutan, bunga modal, dan pajak. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar dan kecilnya tergantung dari produk yang dihasilkan untuk pemakaian alat atau mesin produksi. Untuk mesin penggilingan padi, biaya tidak tetap diantaranya biaya perbaikan dan penggantian suku cadang untuk huller, polisher dan motor penggerak, biaya bahan bakar (solar), biaya perbaikan dan perawatan motor penggerak, biaya pelumas, upah montir, upah tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Mesin penggilingan (huller, polisher, dan 1 motor penggerak) di beli seharga Rp 14,700,000,-. Unit penggilingan terdiri dari 1 unit huller, 1 unit polisher, dan 1 motor penggerak yaitu motor diesel KUBOTA 22 PK untuk menggerakkan huller (merk RM tipe LM24-2C(H)) dan polisher (merk ICHI tipe N-70). Motor penggerak menggunakan bahan bakar solar yang pada saat penelitian harga solar Rp 4500,-/liter. Untuk menjaga mesin agar tidak slip, maka diperlukan pelumas. Total pemakaian pelumas per bulan untuk huller, polisher, dan motor penggerak sekitar 8.5 liter/bulan, harga pelumas yang dipakai Rp 20,000,-/liter. Rubber roll pada huller perlu diganti untuk menjaga hasil, efektivitas dalam proses pemecahan kulit, sistem penggantian rol yaitu pada saat rol utama aus sehingga posisi rol utama ditukar dengan rol pembantu, dan pada saat sudah aus semua, maka rubber roll diganti dengan yang baru. Rubber rol diganti satu kali per 35 ton gabah yang digiling, dengan harga satu set rubber roll sebesar Rp 180,000,-/set. Sedangkan pada polisher, komponen yang secara periodik perlu diganti yaitu ayakan polisher karena sangat berpengaruh untuk kualitas ayakan. Polisher diganti satu kali per 30 ton gabah yang digiling, dengan harga ayakan polisher yaitu Rp 80,000,- /set. Penggantian untuk suku cadang yang lain, misal as besi dan puli penggerak diperkirakan diganti setiap 35 ton gabah yang digiling, dimana sekali penggantian membutuhkan biaya Rp 250,000,-. Untuk perbaikan dan perawatan motor penggerak dilakukan setiap dua kali dalam setahun dengan perkiraan biaya Rp 250,000,-/perbaikan, dan membutuhkan montir untuk memperbaiki bagian mesin yang sulit dan rumit untuk diperbaiki sendiri, maka dalam setahun membutuhkan dua kali perbaikan oleh montir dengan upah montir Rp 50,000,-/perbaikan. Dalam 31

6 melaksanakan penggilingan pada hari kerja, dalam mempertimbangkan aspek efektivitas dan dapat mempercepat dalam operasional penggilingan, maka pemilik usaha penggilingan padi ini menggunakan dua operator, dengan upah harian Rp 25,000,-/orang/hari kerja atau Rp 650,000,- /orang/26 hari kerja untuk 1 (satu) bulan. Sebenarnya jika mengunakan standar upah minimum regional (UMR) masih kurang layak, karena upah minimum kabupaten bogor pada tahun 2010 sebesar Rp ,- untuk tahun 2011 UMR meningkat menjadi Rp ,-, sehingga perlu dilakukan kenaikan upah bagi operator penggilingan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Perkiraan jumlah gabah yang digiling, diperkirakan berdasarkan jumlah panen dan petani yang menggiling padinya ke penggilingan ini selama satu tahun. Dari data teknis rata-rata menggiling padi per hari kg/hari kerja, dengan rata-rata hari kerja 26 hari, penggilihan hanya beroperasi selama 5 (lima) bulan atau 130 hari kerja selama 1 (satu) tahun yaitu pada waktu musim panen padi dan menjelang hari raya lebaran, maka dalam 1 (satu) tahun penggilingan mampu menggiling sebanyak 46,378 kg GKG/tahun atau ton GKG/tahun atau dengan rata-rata giling sebesar 9.27 ton GKG/bulan. a. Biaya pokok penggilingan Biaya pokok penggilingan (Rp/kg gabah) dapat dianalisis dari komponen biaya tetap (Rp/tahun) dan biaya tidak tetap (Rp/jam), kapasitas perontokan (kg/jam) dan jam kerja ratarata per tahun (jam/tahun). Dari hasil perhitungan diperoleh biaya pokok untuk setiap kilogram GKG yang digiling adalah sebesar Rp 189,-/kg GKG atau Rp 318,-/kg beras yang dihasilkan. Untuk biaya pokok penggilingan Rp 318,-/kg beras dicari dengan menggunakan patokan rendemen giling rata-rata sebesar 59.44% atau 100 kg GKG menghasilkan kg beras. Dalam penentuan biaya pokok sebaiknya disesuaikan dengan rendemen giling yang ada supaya petani yang mempunyai rendemen giling yang rendah tidak dirugikan dalam hal pemberian upah jasa giling. (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4). Semakin tinggi jumlah giling, maka semakin rendah biaya pokok penggilingan padi. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, biaya pokok harus diusahakan serendah mungkin (Pramudya dan Dewi, 1992). Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengusahakan volume giling untuk mesin penggilingan padi semaksimal mungkin dalam setahun, sehingga mesin tersebut mencapai jam kerja yang tinggi. b. Upah jasa giling Upah jasa giling yang diterapkan di penggilingan ini dibayar dengan menggunakan perbandingan 10 : 1. Maksudnya adalah untuk 10 kilogram beras yang dihasilkan, maka upah jasa giling adalah 1 kilogram beras. Jika diuangkan dengan harga beras Rp 6000,-/kg, maka diperoleh harga giling per kilogram beras yaitu Rp 600,-/kg beras. Jika harga giling dikonversi ke satuan gabah dengan rendemen giling rata-rata adalah 59.44% maka 10 kg beras dihasilkan dari kg gabah. Jika diuangkan dengan harga minimum gabah kering giling (GKG) Rp 2800,-/kg GKG maka upah jasa giling adalah Rp 357,-/ kg GKG (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3). Ditinjau dari biaya pokok yang diperoleh, maka usaha penggilingan ini telah dijalankan dengan tepat, karena upah penggilingan yang dikenakan pada setiap gabah yang digiling lebih tinggi dari pada biaya pokok. 32

7 2. Analisis Titik Impas (Break Event Point) Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui hari kerja dan jumlah giling minimum setiap tahun agar usaha penggilingan padi ini tidak mengalami kerugian. Komponen-komponen analisis titik impas dalam usaha penggilingan padi ini adalah biaya tetap (Rp/tahun), biaya tidak tetap (Rp/jam) dan upah penggilingan. Setelah dilakukan perhitungan (Lampiran 4), dengan jumlah giling tahunan ton GKG/tahun, maka diperoleh volume giling pada titik impas untuk usaha penggilingan padi, yaitu sebesar 38, kg GKG/tahun atau ton GKG/tahun atau dengan jam kerja jam/tahun pada titik impas. Jika dilihat dari jumlah giling dari penggilingan ini yaitu sebesar ton GKG/tahun, maka usaha penggilingan padi ini layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan karena volume giling per tahun pada usaha penggilingan padi ini lebih besar dari volume giling yang ada pada titik impas. Jadi dapat dikatakan, usaha penggilingan padi tersebut harus menggiling padi dengan volume giling minimal pada titik impas yaitu ton GKG/tahun agar usaha penggilingan tidak mengalami kerugian. 3. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Perhitungan analisis finansial dilakukan dengan tiga macam analisis, yaitu : 1. Net Present Value (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. B/C Ratio Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan pada analisis biaya, upah untuk penggilingan, jam kerja per tahun dan jumlah gabah yang digiling per tahun pada tingkat bunga sebesar 15%/tahun. Setelah dilakukan perhitungan (lampiran 19), maka diperoleh nilai NPV sebesar Rp14,447,356,-, nilai IRR sebesar % dan B/C ratio Jadi dapat diketahui bahwa usaha penggilingan padi ini dari segi finansial layak dengan jumlah giling ton GKG/tahun. Hal ini disebabkan karena nilai NPV, IRR, dan B/C ratio memenuhi syarat kelayakan, yaitu nilai NPV lebih besar dari 0 (nol), nilai IRR lebih besar dari discount rate yang berlaku (15%), dan B/C ratio yang lebih besar dari 1 (satu). 4. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas pada usaha penggilingan padi dilakukan untuk mempelajari kemungkinan bila terjadi perubahan pada salah satu atau lebih komponen biaya. Sebelum dilakukan analisis sensitivitas, perlu ditentukan terlebih dahulu variabel kritis yang diperkirakan dapat dengan cepat berubah karena pengaruh dari keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat itu dan dapat mengakibatkan perubahan biaya serta timbulnya resiko pada usaha. Untuk penelitian ini, variabel kritis yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan analisis sensitivitas adalah harga solar, upah tenaga kerja, dan jumlah giling tahunan. Dari situasi yang terjadi selama ini, harga bahan bakar minyak (BBM) selalu saja mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan berkurangnya cadangan minyak di dunia karena minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dan keberadaannya semakin hari semakin berkurang, sehingga mempengaruhi harga minyak di pasaran internasional. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor minyak, sehingga perubahan harga minyak dunia juga 33

8 sengat mempengaruhi sektor perekonomian. Kenaikan harga BBM di pasaran juga menyebabkan naiknya harga-harga kebutuhan sehari-hari, termasuk upah tenaga kerja. Perubahan harga kedua komponen tersebut dapat berpengaruh terhadap biaya operasional penggilingan. Karena itu dilakukan analisis sensitivitas untuk memperkirakan perubahan biaya dan resiko apa saja yang terjadi. Selain harga bahan bakar dan kenaikan upah tenaga kerja, jumlah giling tahunan juga dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha penggilingan. Jumlah giling tahunan yang tinggi akan memperkecil biaya pokok, sehingga keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, dan begitu juga sebaliknya. Tabel 7. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan NPV NPV (Rp) ,909, ,471, , ,894,058 Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa apabila terjadi kenaikan harga solar sebesar 10% (dari harga normal solar yang berlaku Rp 4,500,-) dan diikuti dengan kenaikan upah hingga 40% (dari upah normal yang berlaku Rp 25,000,-/orang/hari kerja), maka akan mempengaruhi usaha penggilingan tersebut. Pada saat kenaikan harga solar 10% dan diikuti dengan kenaikan upah dari 10%, 20%, dan 30%, maka NPV yang dihasilkan masih positif dan bila kenaikan upah mencapai 40%, maka usaha penggilingan padi ini menjadi tidak layak karena NPV bernilai negatif. Tabel 8. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan IRR IRR Pada Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa kenaikan harga solar 10% dapat mempengaruhi nilai IRR. Pada saat kenaikan upah dari 10% hingga 30% maka didapat nilai IRR yang menunjukkan usaha layak untuk dijalankan karena nilai IRR tidak kurang dari suku bunga yang berlaku, yaitu 15%. Sedangkan pada saat kenaikan harga solar 10% dengan kenaikan upah 40%, maka didapatkan IRR sebesar 11.88% yang kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku (15%), dengan demikian usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. 34

9 Tabel 9. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio B/C Ratio Pada Tabel 9 dapat diketahui pada saat kenaikan harga solar sebesar 10% dengan kenaikan upah 10%, 20%, dan 30% dapat diketahui usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan. Sedangkan pada saat kenaikan upah mencapai 40% didapat B/C Ratio yang nilainya kurang dari 1 (satu), sehingga pada saat kenaikan upah mencapai 40% usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengannpv, IRR, dan B/C Ratio. NPV (Rp) IRR B/C Ratio ,909, ,471, , ,894, Tabel 10 di atas merupakan gabungan dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap kenaikan bahan bakar solar sebesar 10% dari harga yang berlaku (harga solar yang dipakai Rp 4,500/liter) dengan kenaikan upah giling 10%, 20%, 30%, dan 40%, dari upah normal (upah Rp 25,000/orang/hari) dan dihasilkan nilai NPV, IRR, dan B/C Ratio seperti pada Tabel 10, hasil perhitungannya dapat juga dilihat pada Lampiran Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan NPV KenaikanHarga Solar NPV (Rp) ,639, ,371, , ,163,925 Selanjutnya kita lakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga solar 20% (dari harga normal solar yang berlaku Rp 4,500,-) dengan kenaikan upah 10%, 20%, 30%, 40% (dari upah normal yang berlaku Rp 25,000,-/orang/hari kerja). Dari Tabel 11 di atas, dapat kita lihat bahwa jika terjadi kenaikan harga solar 20% dari harga normal, dengan diikuti kenaikan upah 10% dan 20%, maka NPV masih positif atau usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan, tetapi pada saat kenaikan upah 30% dan 40% didapatkan NPV negatif sehingga usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan. 35

10 Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan IRR IRR Pada Tabel 12, dapat dilihat nilai IRR pada saat kenaikan harga solar 20% dengan diikuti kenaikan upah 10% dan 20%, nilai IRR masih diatas nilai suku bunga yang berlaku (15%), sehingga usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan. Pada saat kenaikan upah mencapai 30% dan 40% yang mengakibatkan nilai IRR di bawah nilai suku bunga, maka usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 13. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio B/C Ratio Dari tabel di atas dengan kenaikan harga solar 20%, usaha penggilingan padi masih layak jika mengalami kenaikan upah dari 10% dan 20%, karena nilai B/C Ratio > 1, sedangkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak jika mengalami kenaikan upah sebesar 30% dan 40%. Tabel 14. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio NPV (Rp) IRR B/C Ratio ,639, ,371, , ,163, Tabel 14 di atas merupakan gabungan dari Tabel 11,12, dan 13. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 20% dengan harga yang berlaku Rp 4,500/liter, dengan kenaikan upah giling 10%, 20%, 30%, dan 40% dari upah normal Rp 25,000/orang/hari. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan 20% harga bahan bakar solar dapat dilihat pada Lampiran

11 Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan NPV Kenaikan Upah NPV (Rp) ,369, ,134, ,165, ,433,792 Pada Tabel 15 di atas perubahan variabel kritis yaitu kenaikan harga solar dan kenaikan upah bisa dilihat bahwa dengan kenaikan solar 30% (dari harga normal solar yang berlaku Rp 4,500,-) dan diikuti dengan kenaikan upah 30% dan 40% (dari upah normal yang berlaku Rp 25,000,-/orang/hari kerja) dapat mempengaruhi kelayakan pada usaha penggilingan padi ini. Pada saat kenaikan upah 10% dan 20%, usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan karena NPV masih positif, sedangkan pada saat mengalami kenaikan upah sebesar 30% dan 40% usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan karena NPV negatif. Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan IRR IRR Pada Tabel 16, dengan kenaikan harga solar 30% mengakibatkan pada saat kenaikan upah 10% dan 20% menghasilkan nilai IRR yang lebih besar dari pada suku bunga yang ditetapkan (15%) sehingga usaha penggilingan padi layak untuk dijalankan. Hal ini berbeda pada saat kenaikan upah mencapai 30% dan 40% yang menyebabkan nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang ditetapkan (15%) yang mengakibatkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 17. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio B/C Ratio Pada tabel 17, menunjukkan nilai B/C Ratio yang dihasilkan. Dengan kenaikan harga solar 30% dengan kenaikan upah 10% dan 20% akan menyebabkan usaha penggilingan padi 37

12 menjadi layak untuk dijalankan karena B/C Ratio > 1, sedangkan kenaikan upah 30% dan 40% menyebabkan usaha penggilingan padi tidak layak untuk dijalankan karena B/C Ratio < 1. Tabel 18. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio Kenaikan Harga Solar NPV (Rp) IRR B/C Ratio ,369, ,134, ,165, ,433, Tabel 18 merupakan gabungan dari Tabel 15, 16, dan 17. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran Jadi, kenaikan harga solar dengan diikuti kenaikan upah tenaga kerja dapat menaikkan biaya operasional usaha penggilingan padi, sehingga keuntungan yang didapat juga berkurang. Kenaikan harga yang tinggi juga dapat menyebabkan usaha penggilingan padi tersebut menjadi tidak layak NPV (Juta Rp) % 20% 30% -10 Gambar 9. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan NPV 38

13 25 20 IRR % 20% 30% Gambar 10. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan IRR B/C Ratio % 20% 30% Gambar 11. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan B/C Ratio Dari grafik pada Gambar 9, 10, dan 11 terlihat grafik linier untuk berbagai perubahan variabel kritis yaitu kenaikan harga solar 10%, 20%, dan 30% dengan diikuti nilai masing-masing untuk NPV, IRR, dan B/C Ratio. Dari ketiga grafik dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai variabel kritis yang berubah yaitu bahan bakar solar dan upah tenaga kerja, akan mengakibatkan semakin kecil nilai NPV, IRR, dan B/C Ratio yang didapatkan. Selain analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar dan upah juga dilakukan analisis sensitivitas untuk perubahan jumlah giling tahunan. Penurunan jumlah giling tahunan mungkin dapat disebabkan karena gagal panen, warga lebih memilih bertanam palawija, tumbuhnya usaha penggilingan lain, dan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk. Untuk analisis sensitivitas, dilakukan untuk penurunan jumlah giling tahunan sebesar 10% dan 20%. 39

14 Tabel 19. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV Penurunan Jumlah Giling Tahunan NPV (Rp) 0 14,447, ,576, ,294,927 Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa penurunan jumlah giling tahunan mempengaruhi nilai NPV yang dihasilkan. Dengan penurunan jumlah giling tahunan 10% (dari jumlah giling tahunan sebesar 46,378 kg GKG/tahun atau (ton GKG/tahun) usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan karena NPV positif, sedangkan jika penurunan jumlah giling tahunan menjadi 20% terlihat bahwa NPV negatif, sehingga pada saat penurunan jumlah giling tahunan sebesar 20% akan menyebabkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 20. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan IRR Penurunan Jumlah Giling Tahunan IRR Pada Tabel 20, menunjukkan bahwa pada saat penurunan jumlah giling tahunan usaha penggilingan padi sebesar 10% (dari jumlah giling tahunan sebesar 46,378 kg GKG/tahun atau ton GKG/tahun) menujukkan usaha penggilihan padi masih layak untuk dijalankan karena nilai IRR masih lebih besar dari nilai suku bunga yang ditetapkan yaitu (15%), sedangkan pada saat penurunan jumlah giling tahunan mencapai 20% mengakibatkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan karena nilai IRR lebih kecil dari nilai suku bunga yang ditetapkan. Tabel 21. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan B/C Ratio Penurunan Jumlah Giling Tahunan B/C Ratio Untuk Tabel 21 menjelaskan pada saat penurunan jumlah giling tahunan 0% dan 10% usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan karena nilai B/C Ratio > 1. Sedangkan pada saat penurunan jumlah giling tahunan 20% membuat usaha penggilingan padi menjadi tidak layak karena tidak memenuhi syarat kelayakan. 40

15 Tabel 22. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio Penurunan Jumlah Giling Tahunan NPV (Rp) IRR B/C Ratio 0 14,447, ,576, ,294, Pada Tabel 22 merupakan gabungan dari Tabel 19, 20, dan 21. Dapat kita lihat bahwa penurunan jumlah giling tahunan akan mempengaruhi kelayakan dari usaha penggilingan padi. Pada saat penurunan jumlah giling mencapai 10 % usaha penggilingan padi masih layak karena NPV > 0, IRR > discount rate (15%), B/C Ratio > 1, tetapi pada saat penurunan jumlah giling tahunan mencapai 20%, maka usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. Hal ini dapat dilihat dari NPV, IRR, dan B/C ratio yang tidak memenuhi syarat kelayakan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran NPV (Juta Rp) Penurunan Jumlah Giling Tahunan Gambar 12. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV IRR Penurunan Jumlah Giling Tahunan Gambar 13. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan IRR 41

16 B/C Ratio Penurunan Jumlah Giling Tahunan Gambar 14. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan B/C Ratio Grafik pada Gambar 12, 13, dan 14 terlihat grafik linier untuk perubahan variabel kritis yaitu penurunan jumlah giling tahunan 0%, 10%, dan 20% dengan diikuti nilai masing-masing untuk NPV, IRR, dan B/C Ratio. Dari ketiga grafik dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai variabel kritis yang berubah yaitu penurunan jumlah giling tahunan akan mengakibatkan semakin kecil nilai NPV, IRR, dan B/C Ratio yang didapatkan. Dengan jumlah giling tahunan yang tinggi memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap perubahan-perubahan faktor kristis. Hal tersebut dikarenakan dengan jumlah giling yang tinggi, biaya pokok akan rendah dan pemasukan yang diperoleh tinggi, sehingga dapat menutupi biaya operasional yang tinggi. 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB) FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Terminologi Pascapanen Padi Pengertian pascapanen padi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh petani dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, setelah padi dipanen sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KELURAHAN SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT SKRIPSI ABDUL HAFIZH INDRAJAYA F

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KELURAHAN SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT SKRIPSI ABDUL HAFIZH INDRAJAYA F ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KELURAHAN SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT SKRIPSI ABDUL HAFIZH INDRAJAYA F14061953 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011-1

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ADHITYA YUDHA PRADHANA F14063458 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari sepuluh juta tenaga kerja, menangani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. Tempat Pengilingan Ibu Ita Tempat Pengilingan Bapak Hamzah Lokasi Kantor Kelurahan Pedoman Wawancara I. Topik : Upah Pekerja Pengilingan Padi II. Tujuan : Mengetahui Sistem Pengupahan Pekerja Pengilingan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Sejak tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 38 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN SUMATERA BARAT

ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN SUMATERA BARAT ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT oleh : ZULFALDI F 26.0127 1995 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN SUMATERA BARAT

ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN SUMATERA BARAT ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT oleh : ZULFALDI F 26.0127 1995 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar 39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang 50 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 43 Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN TRAKTOR DALAM PENGOLAHAN TANAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN MAKALAH Oleh: TAUFIK RIZALDI, STP, MP. DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah studi kelayakan, karena pasar berperan penting untuk menentukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 40 Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang akan dirangkai Merangkai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP III. METODOLOGI 5.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010. 5.2 ALAT DAN BAHAN Alat-alat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI (Kasus Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan dan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur) Pantjar

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai 47 b a Pengujian alat tidak Uji kelayakan ya Pengukuran parameter Analisis data selesai 48 Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas

Lebih terperinci

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat.

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat. 42 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Dirancang bentuk alat Digambar dan ditentukan ukuran alat Dipilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah ditentukan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 39 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Desa Konda Maloba adalah salah satu dari 12 Desa yang berada di Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, dengan luas wilayah desa yaitu

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Alat Tipe Tampah, Engkol Semi Mekanis, dan Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat pengupas dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG), provinsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Potensi UMKM di Kecamatan Ciampea Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam daerah pengembangan Kabupaten Bogor wilayah Barat, yang mempunyai

Lebih terperinci

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan.

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan. 43 Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian Mulai iii Menimbang Biji Kedelai Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan Digunakan Dihidupkan Alat Pembuat Sari Kedelai Dimasukkan Bahan Kedalam Alat Kondisi

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat strategis dalam tatanan kehidupan dan ketahanan pangan nasional. Kekurangan beras dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini bersifat studi kasus dimana objek yang diteliti adalah peluang usaha produksi alat pemerah susu sapi SOTE di Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Masalah...

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Masalah... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGAJUAN...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...xiii ABSTRAK...xiv

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk Alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Persiapan bahan dan alat. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk Alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Persiapan bahan dan alat. Mengukur bahan yang akan digunakan 41 Lampiran 1. flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk Alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Persiapan bahan dan alat Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija sebagai tanaman produksi. Di Indonesia kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki sumber protein nabati yang cukup penting

Lebih terperinci