CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS
|
|
- Inge Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS FAUZIAH AR, NOORTASIAH DAN TAZRIN NOR Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, ii Kebun Karet, Loktabat, Banjarbaru RINGKASAN Mutu gabah dan beras yang baik akan mementukan nilai tambah yang lebih banyak, karena selain harganya lebih baik juga pemasarannya akan lebih cepat Lahan pasang surut mempunyai tipologi lahan yang berbeda-beda dari satu wilayah ke wilayah lain, sehingga akan mempengaruhi mutu hasil jika tidak diterapkan teknik budidaya yang baik sesuai tipologi lahannya Untuk mengetahui mutu gabah dan beras varietas unggul yang dibudidayakan di lahan pasang surut, perlu dilakukan pengujian Pengujian dilakukan terhadap gabah varietas unggul IR66, Martapura dan Cisokan dari pertanaman petani di lahan pasang surut potensial, lokasi Kampung Baru, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kahmatan Selatan Hasil pengujian menunjukkan bahwa varietas unggul IR 66, Martapura dan Cisokan yang ditanam petani di lahan pasang surut masih dapat mencapai persyaratan mutu beras walaupun ada beberapa variabel yang kurang memenuhi persyaratan standar mutu beras PENDAHULUAN Harga gabah dan beras umumnya sangat ditentukan oleh mutu atau kualitasnya, selain itu juga ditentukan selera masyarakat setempat Mutu gabah dan beras yang baik akan mementukan nilai tambah yang lebih banyak, karena selain harganya lebih baik juga pemasarannya akan lebih cepat Lahan pasang surut mempunyai tipologi lahan yang berbeda-beda dari satu wilayah ke wilayah lain, sehingga akan mempengaruhi mutu hasil jika tidak diterapkan teknik budidaya yang baik sesuai tipologi lahannya Untuk memperoleh mutu hasil yang lebih baik petani perlu didorong untuk menerapkan budidaya pertanaman yang sehat Bercocok tanam yang baik menjamin keseragaman pertumbuhan tanaman, pembungaan dan pematangan gabah di lapang, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil yang diperoleh Teknik budidaya itu meliputi penggarapan tanah yang semprurna, pemilihan varietas yang cocok, penggunaan benih bermutu, persemaian yang baik, bertanam dengan jarak tanam dan umur bibit yang tepat, pemupukan yang sempurna, pengelolaan air, serta pengendalian hama-penyakit-gulma 184
2 Keserasian pertumbuhan tanaman sebelum dan sesudah berbunga menentukan kesempurnaan proses pematangan gabah Selama proses pematangan biji terjadi perubahan struktur, sifat dan kandungan komponen-komponen penyusunnya sampai maksimum yaitu pada masak (PARTOHARDJONO, at al, 1982) Untuk menjamin kelangsungan peningkatan produksi yang sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, kita dituntut untuk menangani masalah pasca panen ini dengan lebih baik Penanganan pascapanen yang dimulai dari tingkat petani merupakan awal yang sangat penting Kegagalan penanganan pascapanen di tingkat petani ini dapat mengakibatkan rendahnya mutu hasil dan tingginya tingkat susut dan kerusakan (SETJANATA, at al, 1982) Menurut EFFERSON (1985) konsumen menentukan harga dan mutu beras dari penampilan fisiknya, tanpa beras tersebut diproses atau dimasak Konsumen mempunyai aturan tersendiri tentang mutu beras tersebut Konsumen menginginkan butir patah yang sedikit, tidak ada campuran benda asing, gulma dan gabah yang tak tergiling, bentuk biji relatif seragam, tidak ada campuran varietas lain, penyosohan sempuma dan warna beras bening, serta aroma yang menarik Secara ringkas terlihat bahwa ukuran, bentuk dan penampilan beras menentukan tingkat penerimaan pasar terhadap beras (KHusH, at al, 1979) Komponen mutu gabah yang penting adalah kadar air, butir hampa/kotoran, butir mengapur, butir hijau, butir kuning, butir rusak dan butir merah (MUJISIHONO, 1980) BULOG (1987) menentukan mutu beras berdasarkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif Persyaratan kualitatif adalah bebas hama dan penyakit hidup ; bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya; bebas dari campuran dedak dan katul ; serta bebas dari tanpa-tanda adanya bahan kimia yang berbahaya Persyaratan kuantitatif terdiri dari kadar air, derajat sosoh, butir utuh, butir patah, menir, butir kapur/hijau, butir kuning/rusak, butir merah dan butir gabah Untuk mengetahui mutu gabah dan beras varietas unggul yang dibudidayakan di lahan pasang surut, perlu dilakukan pengujian BAHAN DAN CARA Bahan gabah dan beras yang diuji adalah varietas unggul IR66, Martapura dan Cisokan dari pertanaman petani di lahan pasang surut potensial, lokasi Kampung Baru, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kahmatan Selatan 18 5
3 CARA PENGAMBILAN CONTOH Untuk mendapatkan contoh analisa yang dapat mewakili gabah atau beras yang akan dianalisa dilakukan pengambilan contoh sebagai berikut : Contoh primer diambil dari partai barang yang berasal dari alat angkut maupun tumpukan dengan cara sebagai berikut : (a) Karung contoh diambil secara acak dari partai minimal 10% dari jumlah karung (b) Setiap karung contoh, isinya dicurahkan dari isi bagian atas, tengah dan bawah kemudian dicampur merata (c) Setelah itu, diambil ± 1 kg contoh untuk dicampur clan diaduk merata dengan contoh karung lain untuk membentuk contoh primer Contoh kerja diperoleh dari contoh primer dengan memakai alat Sample Mixer Devider sehingga diperoleh contoh kerja sebanyak 1 kg Contoh analisa diperoleh dengan cara membagi contoh kerja memakai alat Sample Mixer Devider sampai mendapatkan contoh analisa sebanyak 125 g Cara Penentuan Mutu Gabah 1 Kadar Air Gabah Kadar air adalah jumlah kandungan air di dalam butir gabah yang dinyatakan dalam persen basis basah Kadar air dapat diukur dengan metode oven dan cara elektronik 1 1 Cara oven Alat yang digunakan adal-ah oven, cawan aluminium, desikator, timbangan analitik clan penjepit Pelaksanaan dilakukan sebagai berikut : (a) Timbang 5 g gabah dan haluskan dalam lumpang porselin (b) Masukkan gabah ke dalam kaleng aluminium yang telah diketahui beratnya (c) Panaskan dalam oven pada suhu 105 C selama 16 jam (d) Masukkan kaleng aluminium dan gabahnya ke dalam desikator hingga dingin (e) Timbang sampai beratnya konstan (t) Kadar air gabah dihitung berdasarkan basis basah Kadar Air = ba~abb Keterangan : ba = berat gabah awal ; bb = berat gabah setelah di oven 1 2 Cara elektronik Alat pengukur kadar air elektronik yang dapat digunakan antara lain merk Iseki, Cera dan Kett 186
4 Pelaksanaan dilakukan sebagai berikut : (a) Sebelum diukur, gabah hares dibersihkan (b) Jumlah berat contoh gabah yang diperiksa sesuai dengan ketentuan masing-masing alat 2 Cara Penentuan Butir Hampa/Kotoran Butir hampa adalah butir gabah yang tidak mengalami proses pengisian Yang dimaksud dengan kotoran adalah segala benda asing selain gabah Selain dengan alat, pemilihan dapat dilakukan langsung dengan tangan Alat yang diperlukan adalah timbangan analitik dan ayakan ukuran 1,70 mm (untuk varietas gemuk) dan ukuran 1,60 mm untuk varietas ramping Pelaksanaan dilakukan sebagai berikut : (a) Timbang 100 g contoh gabah(b) Masukkan gabah ke dalam ayakan dan lakukan pengayakan searah dengan panjang ayakan selama lebih kurang 2 menit (c) Gabah setengah hampa, potongan batang, batu, pasir yang lolos disatukan dan dipilih kembali (d) Lakukan penimbangan dan persentasekan terhadap berat contoh analisa Kadar hampa kotoran = Berat hampa + kotoran (g) Berat contoh (125 g) 3 Cara Penentuan Butir Hijau/Mengapur, Butir Kuning/Rusak dan Butir Merah Butir hijau adalah butir beras pecah kulit (BPK) yang berwarna kehijauan dan bertekstur lunak Butir mengapur adalah BPK yang berwarna putih (chalky) dan bertekstur lunak Butir kuning adalah BPK yang berwarna kuning coklat atau coklat kekuningan atau kuning suram akibat terlambat pengeringan Butir rusak adalah beras yang berbintik coklat atau berwarna merah dengan bintik warna lain Alat yang diperlukan dalam menganalisa adalah alat pengupas rubber roll husker atau hand husker, timbangan analitik dan pinset Pelaksanaannya adalah : (a) Ambil contoh analisa sebanyak 125 g gabah (b) Gabah dipecah kulitkan dengan menggunakan rubber rool husker (c) Timbang contoh analisa beras pecah kulit hasil dari pengupasan tersebut (d) Lakukan pemilihan/ pemisahan butir mengapur/hijau, butir kuning/rusak dan butir merah dengan pinset atau tangan (e) Timbang masing-masing kreteria mutu dan persentasekan terhadap berat contoh pecah kulit Persentase butir kapur/hijau = Berat butir mengapur/hijau (g) Berat contoh beras pecah Wit (g) }C 100% Berat butir kuning/rusak (g) Persentase butir kuning/rusak = }C 100% Berat contoh beras pecah kulit (g) Persentase butir kapur/hijau = Berat butir merah (g) Berat contoh beras pecah Wit (g) 187
5 Cara Penentuan Mutu Beras 1 Kadar Air Beras Kadar air beras adalah kanclungan air di dalam butir beras yang dinyatakan dalam persen basis basah Bahan yang diperiksa adalah contoh primer Pengukuran kadar air beras dapat dilakukan dengan cara oven atau cara elektronik seperti pada pengukuran kadar air gabah 2 Derajat Sosoh Derajat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan katul clan lembaga dari butir beras Bahan yang diperiksa adalah contoh kerja lebih kurang 800 g Alat yang digunakan adalah kaca pembesar clan contoh pembanding Butir beras yang diperiksaan dibandingkan dengan contoh pembanding clan dilakukan secara visual dengan bantuan kaca pembesar 2 Butir Gabah clan Benda Asing Bahan yang diperiksa adalah contoh analisa Alat yang digunakan adalah baki analisa, pinset clan kaca pembesar Butir gabah clan benda asing dipisahkan dari beras contoh analisa 4 Butir Menir, Patah, Butir Kuning/Rusak, Butir Kapur/Hijau clan Butir Merah Butir patah adalah butir beras yang >2/10 bagian panjang butir beras utuh Menir adalah butir yang <2/10 bagian panjang butir beras utuh Bahan yang diperiksa adalah 100 g contoh analisa Alat yang digunakan adalah baki analisa, pinset, clan ayakan menir diameter 1,70 mm Pelaksanaan dilakukan sebagai berikut : (a) Lakukan gerakan mendatar terhadap ayakan secara teratur scjauh lebih kurang 25 cm (b) Ulangi gerakan hingga hitungan 20 kali (c) Butir-butir yang tersangkut pada lobang ayakan dikembalikan ke contoh beras yang tidak lolos (d) Bila ada butir utuh atau butir patah yang lolos ayakan agar dikembalikan ke contoh beras yang tidak lolos (e) Menir yang jatuh, ditimbang clan dipersentasekan terhadap berat asal contoh analis Persentase menir = Berat menir(g) Untuk penentuan butir patah clan butir kepala dilakukan sebagai berikut : (a) Dari sisa analisa yang tidak lolos dari ayakan, pisahkan butir patah clan butir kepala dengan bantuan alat idented plate ukuran 4,2 mm (b) Butir butir yang lolos diperiksa kembali secara manual, agar ticlak ada lagi yang tercampur antara beras pecah clan bergs kepala (c) Beras pecah ditimbang clan dipersentasekan terhadap 100 g beras contoh analisa Persentase butir patch = Berat butir patah (g) 18 8
6 Selanjutnya dari seluruh contoh analisa, perlu dipisahkan lagi butir kuning/rusak, butir kapur/hijau, butir merah clan kemudian ditimbang clan dihitung banyaknya masing-masing butir Persentase butir mengapur = Persentase butir mengapur = Persentase butir mengapur = Berat butir mengapur (g) Berat butir kuning/rusak (g) Berat butir merah (g) HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian terhadap gabah varietas unggul IR66, Martapura clan Cisokan dari pertanaman petani di lahan pasang surut potensial, lokasi Kampung Baru, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimatan Selatan ditampilkan pada Tabel 1 Dari Tabel 1 terlihat bahwa ada perbedaan mutu gabah varietas IR 66 dari hasil dua petani yang diuji baik dari variabel kadar air, kotoran /hampa,butir biji terserang clan berat 1000 biji Hal ini menunjukan kemungkinan adanya perbedaan cara budidaya clan pemeliharaan serta penanganan pasca panennya Sedangkan untuk variabel butir hijau/mengapur, butir kuning/rusak tidak terlihat Hal ini diduga karena pada umumnya petani selalu memanen pada saat gabah yang sudah matang semua Tabel 1 Mutu gabah varietas IR 66, Martapura clan Cisokan di lahan pasang surut, Kalimantan Selatan 2001 Mum Gabah Kotoran/ Both HijaW Butir No Varietas Nama Petani Kadar Kuning/ 000 Hampa mengapur( air (%) Rusak terse-rang Biji M %) (%) M (g) 1 R 66 Bush 13,7 1, ,7 23,4 2 1IR 66 Faluni 12,7 0, ,4 19,6 3 Martapura Fahmi 115 0, ,1 19,8 4 Martapura Busli 11,5 0, ,8 19,6 5 Cisokan Abdul Sani 11,8 0, ,5 21,2 6 Cisokan Ruslan 12,9 1, ,8 23,1 Untuk varietas Martapura terlihat tidak ada perbedaan yang menyolok Hal ini diduga cara budidaya clan penanganaan pascapanen yang sama, atau tingkat adaptasinya yang lebih baik di lahan pasang surut, karena varietas ini dihasilkan dari perkawinan antara padi varietas lokal lahan pasang surut dengan varietas unggul Terlihat bahwa ada perbedaan mutu gabah varietas Cisokan dari hasil dua petani yang diuji baik dari variabel kadar air, kotoran/hampa, butir biji terserang clan berat 1000 biji Hal ini menunjukan kemungkinan adanya 189
7 perbedaan cars budidaya dan pemeliharaan serta penanganan pascapanennya Sedangkan untuk variabel butir hijau/mengapur, butir kuning/rasak tidak terlihat perbedaan Diduga pada umumnya petani selalu memanen pada waktu panen dengan gabah yang sudah matang penuh Ketiga varietas tersebut, terlihat sudah memenuhi persyaratan mutu gabah Bulog yaitu kadar airnya <14 %, butir hampa/kotoran <1 % clan serangan penyakit <1 % Pada Tabel 2 terlihat bahwa ada perbedaan mutu beras varietas IR66 dari hasil dua petani yang diuji baik dari variabel kadar air, beras kepala, menir Hal ini diduga akibat adanya perbedaan dalam cara penanganan budidaya, pemeliharaan dan pasca panennya Sedangkan untuk variabel butir hijau/mengapur, butir kuning/rusak tidak berbeda Hal ini diduga karena pada waktu panen, padinya sudah matang semua Untuk varietas Martapura terlihat bahwa komponen kadar air tidak ada perbedaan dari hasil dua petani tersebut, tetapi pada komponen butir patah dan menir terlihat perbedaan yang menyolok, hal ini diduga karena perbedaan cara penanganan pascapanen atau alat yang digunakan Untuk varietas Cisokan tidak terlihat perbedaan yang menyolok Hal ini kemungkinan tingkat penanganan budidaya, pascapanen dan penggunaan alat pascapanen yang tidak jauh berbeda Mutu beras varietas IR 66, Martapura clan Cisokan di lahan pasang Tabel 2 surut, Kalimantan Selatan 2001 Mutu Beras No Varietas Nama Petani Kadar Butir Butir Butir Butir Kapur Menir air() Kepala Patah kuning/rus (%) (%) (%) ak (%) 1 IR 66 Busli 13,7 74,8 24, ,8 2 IR 66 Fahmi 12,7 82,6 16, ,4 3 Martapura Fahmi 11,5 68,4 24, ,2 4 Martapura Bush 11,5 70,8 17, ,6 5 Cisokan Abdul Sani 11,8 67,8 15, ,8 6 Cisokan Ruslan 11,9 67,7 15, ,7 Ditinjau dari persyaratan mutu beras dari Bulog (Tabel 3) terlihat bahwa mutu beras varietas IR66, Martapura dan Cisokan sudah memenuhi persyaratan yaitu komponen kadar airnya <14 %, beras kepala butir hijau/mengapur, butir kuning tidak ada, namum untuk komponen menirnya agak lebih tinggi yaitu mencapai 16,8 % Tabel 3 Persyaratan kualitas pengadaan beras Bulog (1999) Nomor Komponen Kriteria Syarat kualitas ( % ) 1 Kadar air Maksimum 14 2 Derajat sosoh Minimum 95 3 Butir utuh Minimum 35 4 Butir patah Maksimum 25 5 Butir menir Maksimum 2 6 Butir hijau/mengapur Maksimum 3 7 Butir kuning/rusak Maksimum 3 8 Benda asing Maksimum 0,05 9 Butir merah Maksimum 3 10 Butir gabah Maksimum 2 butir/100 g 190
8 Rendahnya kadar air, kurangnya kotoran/hampa, butir kapur dan kuning ini disebabkan cukup baiknya pengeringan ditingkat petani dan cara pembersihan gabah yaitu dengan menggunakan gumbaan (winnower) yang banyak digunakan petani di lahan Kalimantan Selatan Tingginya butir menir dan butir patah diduga disebabkan oleh proses penggilingan yang kurang tepat KESIMPULAN DAN SARAN Varietas unggul IR 66, Martapura dan Cisokan yang ditanam petani di lahan pasang surut masih dapat mencapai persyaratan mutu beras walaupun ada beberapa variabel yang kurang memenuhi persyaratan standar mutu beras Untuk meningkatkan mutu beras agar lebih baik maka perlu diperhatikan penanganan pascapanennya DAFTAR BACAAN BULOG, 1987 Tata cara teknis pemeriksaan kualitas pangan BULOG, 1999 Persyaratan kualitas beras hasil panen tahun 1999 untuk pengadaan dalam negeri EFFERSON, JN 1985 Rice quality in word markets P1-14 in Rice Grain Quality and Marketing Internasional Rice Riseaarch Institute Manila Philippinnes KHUSH, G S, CM PAULE AND NM DE LA CRUZ 1979 Rice grain quality evaluation and improvement P21-31 in Proceedings of the Workshop on Chemical Aspect of Rice Grain Quality Internasional Rice Research Institute MUDJISIHONO, R 1980 Petunjuk pengujian mutu gabah dan beras di Laboratorium Departemen Pertanian Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Cabang Sukamandi PARTOHARDJONO, S, R DAMANHURI DAN AMUNANDAR 1982 Beberapa Usaha Agronomis Prapanen Untuk Meningkatkan Mutu Hasil Padi Risalah Lokakarya Pasca Panen Tanaman Pangan Cibogo, Bogor 5-6 April 1982 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor SETJANATA, S, EKOWARSO DAN RUSWANDL 1982 Dukungan Teknologi Pasca panen di Tingkat Petani untuk Pengamanan Produksi Beras Risalah Lokakarya Pasca Panen Tanaman Pangan, Cibogo, Bogor 5-6 April 1982 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor
ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN
Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri
Lebih terperinciYang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Gudang BULOG 206 Rembang. Gudang ini berada di Desa Kedungrejo Kabupaten Rembang. Tepatnya adalah di Jalan Raya Rembang- Blora
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan
Lebih terperinciBEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH
BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada
Lebih terperinciDukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon
PENGARUH UMUR PANEN DAN KULTIVAR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh interaksi umur panen
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan
Lebih terperinciKARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH
KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT
JRPB, Vol. 6, No. 1, Maret 2018, Hal. 53-59 DOI: https://doi.org/10.29303/jrpb.v6i1.72 ISSN 2301-8119, e-issn 2443-1354 Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/ KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan
Lebih terperinciUNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1
UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman
Lebih terperinciPerhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP
Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP
Lebih terperinciPengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik
Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Beras aromatik adalah beras yang popular saat ini baik di dalam dan luar negeri karena mutu yang baik dan aroma yang wangi. Banyak
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3
LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)
Lebih terperinciPENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA
PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,
Lebih terperinciBeras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan
Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN. Oleh :
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN Oleh : Nama : Wendi Irawan Dediarta NPM : 150310080137 Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 20 April
Lebih terperinciJember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak
Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air
Lebih terperinciSNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Klasifikasi...4
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. pembanding dalam penelitian yang akan penulis lakukan. Pustaka yang digunakan
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa sumber pustaka. Sumber pustaka yang dimasudkan untuk digunakan sebagai pedoman dan pembanding
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara
Lebih terperinciUji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)
Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan
Lebih terperinciMutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan
TEKNIK PENGUJIAN TAMPILAN BERAS UNTUK PADI SAWAH, PADI GOGO, DAN PADI PASANG SURUT Ade Santika 1 dan Gusnimar Aliawati 2 Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan varietas unggul padi. Perbaikan
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSTATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH
ht tp :// yo gy ak ar ta.b ps.g o.id Katalog BPS : 7103005.34 STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .id ps.g o ta.b ar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Konsumen. nilai-nilai perusahaan. Menurut Kuswadi (2004), Kepuasan pelanggan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Konsumen Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatam, penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan.
Lebih terperinciTeknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling
A R T I K E L Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling Rokhani Hasbullah a dan Anggitha Ratri Dewi b a Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
23 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air
Lebih terperinciBenih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)
SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS
SNI 01-0005-1995 Standar Nasional Indonesia Lada hitam ICS Badan Standardisasi Nasional i SNI 01 0005-1995 Daftar Isi 1. Ruang lingkup... 2 2. Acuan Normatif... 2 3. Istilah dan definisi... 2 4. Klasifikasi/penggolongan...
Lebih terperinciBenih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)
Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi
Lebih terperinciMahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3
Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 7-12 ANALISIS MUTU BERAS PADA MESIN PENGGILINGAN PADI BERJALAN DI KABUPATEN PRINGSEWU THE ANALYSIS OF RICE QUALITY PRODUCED BY COMMUTING RICE MILLING MACHINE IN
Lebih terperinciIPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA
IPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA Ir. Endang Suhesti, MP 1), Drs. Ali Uraidy, MH 2) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Abdurachman
Lebih terperinciLampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai
Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda
Lebih terperinciDalam rangka pengamanan pengadaan beras
INDRASARI ET AL.: KUALITAS BERAS GILING DAN NILAI DUGA DERAJAT SOSOH GABAH Kualitas Beras Giling dan Nilai Duga Derajat Sosoh Gabah Beberapa Varietas Padi Siti Dewi Indrasari, Jumali, dan Aan A. Daradjat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca
Lebih terperinciSumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.
PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi
Standar Nasional Indonesia Biji kopi ICS 67.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Penggolongan...
Lebih terperinciO4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+
012345673758984313872894048 728483 83 3 0!"#!$%&$ 8" '()*+,-. '()+01+.+) 2+34-5(,0()4+67 8(9+3 '+97 9()*+) :+;+)* 7*(, 4(,.+9+; :+)9-)*+)?7)(,+= :+=67-0@ 5(,-0 9+)?+*)(67-0 A$BCD 9 1E& D$E
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR
KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR Ahmad MH Winata (L2C605113) dan Rachmat Prasetiyo (L2C605167) Jurusan Teknik Kimia, Fak.
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS
TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian
Lebih terperinciPENGUJIAN MUTU BERAS
PENGUJIAN MUTU BERAS RINI YULIANINGSIH Good Equipment Good Paddy Rice Skilled Miller Jika Anda memilik padi berkualitas tinggi dengan unit penggiling yang bagus dan dioperasikan oleh tenaga yang ahli Jika
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,
Lebih terperinciMeningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi
Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian pembuatan berondong beras dan berondong ketan dilakukan di Industri Rumah Tangga Berondong Beras, Sumedang. Penelitian selanjutnya, yaitu pembuatan
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciIr. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber
Lebih terperinciJl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.
Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan
1717 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag
LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.
26 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Sampel daun nenas diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciPersyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang
PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun
Lebih terperinciBAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan
Lebih terperinciKAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR Retna Qomariah, Agus Hasbianto, Susi Lesmayati, dan Hikmah Hasan Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga
Lebih terperinciIII. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,
III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu
Lebih terperinciPREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL
PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL Rina D.Ningsih dan Khairatun Nafisah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat
Lebih terperinciISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009
ISSN No. 0216-3365 Vol.23, No.2, OKtober 2009 Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) yang didirikan 10 Agustus 1968 di Bogor, berkiprah dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium
14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.
III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium
Lebih terperinci