KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR
|
|
- Sonny Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR Retna Qomariah, Agus Hasbianto, Susi Lesmayati, dan Hikmah Hasan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan) merupakan salah satu jenis jeruk yang banyak dikembangkan di Indonesia karena produksinya tinggi dan disukai konsumen. Pengembangan jeruk siam di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan dalam lima tahun terakhir ini semakin pesat karena permintaan pasar terhadap komoditas ini cukup baik. Tetapi karena pengelolaannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan penanganan pasca panen masih dilakukan secara ekstensif dan sederhana, menyebabkan buah jeruk siam produksi Kalimantan Selatan sulit dapat memenuhi persyaratan standar mutu untuk buah ekspor. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pra panen (umur petik, tingkat kematangan, dan cara petik) jeruk siam yang memenuhi standar kualitas ekspor. Metodenya dengan cara pengamatan terhadap buah jeruk siam umur ke-24, 26, 28, 30, dan 32 minggu setelah berbunga (MSB). Parameter yang diamati adalah umur petik, tingkat kematangan, dan cara petik. Data-data yang terkumpul dianalisa dengan analisa sidik ragam dengan tingkat kepercayaan 95% serta dilanjutkan dengan uji beda Duncan. Hasil kajian menunjukkan paket teknologi pra panen jeruk siam yang bisa memenuhi standar kualitas ekspor adalah: waktu petiknya mulai pada umur buah 28 MSB karena diameter buah sudah lebih dari 6 cm dan kandungan TPT-nya sudah lebih dari 10 Brix, pada tingkat kematangan I (hijau) dan II (hijau kekuningan) karena rasanya manis segar, dan cara petiknya dengan menggunakan alat (gunting pangkas) dan menyisakan sedikit tangkai untuk memperlambat penurunan kualitas buah secara fisik dan kimia. Kata kunci: pra panen, jeruk siam, ekspor. PENDAHULUAN Jeruk merupakan salah satu dari sepuluh komoditas hortikultura terpilih untuk dikembangkan. Jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan) merupakan salah satu jenis jeruk keprok yang sangat digemari dan disenangi hampir semua orang (Balitbu 1996), dan secara ekonomi menguntungkan untuk diusahakan (Sunarmani dan Soedibyo 1992). Jenis jeruk ini paling banyak dibudidayakan di lahan rawa dibandingkan jenis-jenis jeruk lainnya, dan budidaya tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh petani (Balittra 2006). Prospek pengembangan buah jeruk siam di Indonesia memang sangat bagus, baik untuk pasar lokal maupun untuk pasar luar negeri. Secara nasional, produksi jeruk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, meskipun 417
2 Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam. dalam segi luas panen masih mengalami fluktuasi. Produktivitas usahatani jeruk cukup tinggi yaitu berkisar ton/ha dari potensi ton/ha. Pada tahun 2004, sebanyak 62 kabupaten di 18 provinsi di Indonesia mempunyai program pengembangan agribisnis jeruk (Badan Litbang Pertanian, 2005), salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan provinsi sentra jeruk siam Banjar. Akan tetapi ternyata produktivitas buah jeruk siam Banjar masih relatif rendah dibanding potensi produktivitasnya, yakni hanya sekitar 6,8 ton/ha (BPS Kalsel 2005). Rendahnya produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya kegiatan pemeliharaan tanaman oleh petani-pekebun jeruk. Padahal, kegiatan pemeliharaan tanaman dalam kebun yang meliputi pemupukan, penyiraman, pemangkasan, penjarangan buah dan pengendalian hama penyakit lainnya jika dilakukan secara optimal akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Arry S. 2007). Terbatasnya kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk terutama setelah tanaman menghasilkan merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan mutu buah jeruk yang dihasilkan. Pemahaman yang baik mengenai jaminan mutu diperlukan agar para petani agribisnis jeruk dapat meningkatkan mutu produknya (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004). Jeruk bermutu diperoleh dari kebun yang terpelihara dengan baik. Di Kalimantan Selatan, kebun-kebun jeruk yang ditanam secara monokultur maupun tumpang sari dengan padi umumnya tidak dipelihara dengan baik oleh petani. Kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk cenderung kurang diperhatikan dengan baik oleh petani-pekebun jeruk. Tanaman dibiarkan tumbuh seadanya, tidak dilakukan pemangkasan meskipun mereka mengetahui manfaat dari pemangkasan tersebut. Akibatnya kualitas buah yang dihasilkan juga tidak optimal, ukuran kecil dan tidak seragam. Pada tahun 2012, pemerintah mulai menerapkan wajib SNI bagi semua produk hortikultura, maka mau tidak mau petani jeruk siam di Kalimantan Selatan juga harus mulai berbenah untuk meningkatkan mutunya. Namun demikian, hingga tahun 2009 ini Badan Standardisasi Nasional (BSN) belum memiliki SNI untuk jeruk siam. Sehingga pengklasifikasian jeruk siam hingga saat ini masih mengacu pada SNI Jeruk keprok (SNI ). Berdasarkan SNI ini, pengklasifikasian buah jeruk keprok didasarkan pada berat tiap buah. Berdasarkan pengklasifikasian ini, buah jeruk keprok digolongkan menjadi 4 kelas/grade, yaitu grade A, B, C, dan D. Spesifikasi untuk masing-masing grade ditampilkan pada Tabel 1. Untuk selanjutnya, pada masingmasing kelas ini, digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II. 418
3 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Tabel 1. Klasifikasi jeruk siam Kelas Diameter (cm) Berat (gram) A B C D Sumber: BSN (2009). Kualitas buah jeruk, selain ditentukan oleh ukuran buah (grade) juga ditentukan oleh kandungan komponen kimia buah (kadar gula/tpt). Perbedaan kandungan komponen kimia tersebut juga dipengaruhi oleh umur buah dan tingkat kematangan buah, selain faktor lingkungan tumbuhnya. Buah yang dipanen terlalu cepat, akan memiliki kandungan TPT yang rendah dan tidak memenuhi kadar TPT yang dipersyaratkan. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi peningkatan produksi jeruk siam akibat perluasan areal tanam di Kalimantan Selatan, dan terkait dengan perluasan pasar jeruk siam dari Kalimantan Selatan terutama untuk ekspor, maka kualitas jeruk yang dihasilkan harus yang bermutu atau memenuhi standar sehingga disukai konsumen dan mudah dipasarkan. Sebab dari hasil karakterisasi buah jeruk siam yang ditanam di beberapa lokasi lahan pasang surut Kalimantan Selatan oleh Antarlina et al. (2006a), menunjukkan karakteristik fisik buah dan rasa yang berbeda. Untuk mendapatkan buah jeruk berkualitas sesuai persyaratan ekspor dan mengantisipasi perluasan pasar, serta dan anjloknya harga jeruk siam segar karena kualitasnya rendah di Kalimantan Selatan, maka dilakukan kajian pra panen jeruk siam untuk memenuhi standar kualitas ekspor. METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan pada bulan Pebruari Oktober 2011, di kebun jeruk milik petani Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling, sebab Desa Sungai Kambat merupakan wilayah pertama/rintisan usahatani jeruk siam Banjar dan menjadi salah satu wilayah pengembangan jeruk siam Banjar di Kabupaten Barito Kuala, sedangkan Kabupaten Barito Kuala sendiri merupakan sentra penghasil buah jeruk siam terbesar di Kalimantan Selatan. Selain itu pengkajian ini juga dilakukan di Laboratorium Pasca Panen BPTP Kalimantan Selatan (Banjarbaru). 419
4 Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam. Sebelum dilakukan pengamatan terhadap buah jeruk siam, tanaman jeruk yang buahnya menjadi objek penelitian dipelihara/dibudidayakan berdasarkan SPO jeruk siam Banjar Kabupaten Barito Kuala, yang meliputi pembersihan gulma, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian HPT (hama penyakit tanaman). Pengamatan dilakukan terhadap buah jeruk siam yang masak optimum pada umur buah ke-24, 26, 28, 30, dan 32 minggu setelah berbunga (MSB). Parameter yang diamati adalah umur petik, tingkat kematangan, dan cara petik. Buah jeruk siam yang dipanen berdasarkan umur petik tersebut dianalisa untuk mengukur kadar TPT-nya dengan alat hand refractometer, dilakukan pengukuran diameter buah dan sari buah, penimbangan berat buah, serta uji preferensi konsumen terhadap rasa dan fisik buah. Sebab salah satu persyaratan kualitas ekspor buah jeruk adalah kandungan atau kadar TPT (total padatan terlarut/kadar gula) minimal 10 0 Brix (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2004). Kriteria atau tingkat kematangan buah jeruk yang dipanen oleh petani di Kalimantan Selatan bervariasi. Menurut Hidayat Djumhara Noor et al. (2006), buah jeruk ada yang dipanen setelah matang fisiologi (kulit buah masih hijau mengkilat) sampai benar-benar matang (kulit buah seluruhnya kuning). Jika kulit buah jeruk siam berwarna hijau seluruhnya/matang muda termasuk dalam kreteria tingkat kematangan I, jika warna kulit buah kuning kehijauan/matang termasuk dalam kreteria tingkat kematangan II, dan jika warna kulit buah kuning seluruhnya/benar-benar matang termasuk dalam kreteria tingkat kematangan III. selanjutnya buah jeruk siam tersebut dilakukan uji TPT dan uji preferensi konsumen untuk menentukan tingkat kematangan buah yang disukai konsumen. Perlakuan cara petik buah jeruk siam yang diamati adalah (1) cara petik secara manual/langsung dengan tangan, (2) cara petik menggunakan alat/gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai. Data yang dikumpulkan adalah waktu yang diperlukan oleh pekerja/petani menggunakan kedua cara petik buah tersebut dan perubahan fisik dan kimia buah jeruk yang dipetik dengan kedua cara tersebut (tingkat kematangan/warna kulit, berat buah, diameter dan kadar TPT). Selain itu juga dilengkapi dengan data kecenderungan petani setempat dalam memetik jeruk. Data-data yang terkumpul dianalisa dengan analisa sidik ragam tingkat kepercayaan 95% serta dilanjutkan dengan uji beda Duncan. 420
5 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Umur Petik Buah Hasil pengamatan terhadap kualitas buah jeruk siam Banjar berdasarkan umur petik pada umur buah 24, 26, 28, 30, dab 32 minggu setelah berbunga (MSB) disajikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil pengamatan berat buah, diameter dan TPT buah jeruk siam Banjar pada beberapa perlakuan umur buah Perlakuan (minggu setelah berbunga/msb) Berat buah (gr) Parameter Diameter (cm) TPT ( 0 Brix) 24 99,23 b 5,80 d 10,09 b ,17 a 5,91 c 10,28 ab ,68 a 6,02 b 10,34 ab ,13 a 6,06 ab 10,58 a ,85 ab 6,06 a 10,48 a Ket.: Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf kepercayaan 95% Umur petik buah jeruk berdasarkan berat buah Tabel 2 menunjukkan bahwa berat buah jeruk (gram) yang di petik pada umur 26, 28 dan 30 MSB berbeda nyata dengan berat buah umur 24 MSB. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa berat buah sejak umur 24 MSB terus meningkat hingga buah berumur 28 MSB, selanjutnya menurun. Komposisi buah menentukan berat buah jeruk. Berdasarkan data dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan dalam Anonim (2006), kandungan terbesar dalam buah jeruk adalah air yaitu antara % pada beberapa jenis buah jeruk. Hasil pengamatan yang menunjukkan menurunnya buah jeruk setelah dipanen melewati umur 28 MSB (yaitu umur 30 dan 32 MSB) diduga diakibatkan oleh menurunnya kandungan air dalam buah. Umur petik buah jeruk berdasarkan diameter Pada Tabel 2 di atas diameter buah jeruk yang dipetik pada umur 32 MSB berbeda nyata dengan diameter buah umur 24, 26 dan 28 MSB. Diameter buah terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah. Namun demikian, buah jeruk yang dipanen di lokasi pengkajian berada pada klasifikasi buah klas C (diameter antara 421
6 Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam. 5,1 6,0 cm) sehingga belum memungkinkan untuk dijual ke pasar ekspor. Kecilnya diameter buah jeruk antara lain disebabkan karena petani tidak melakukan penjarangan buah atau mempertahankan semua buah yang ada di pohon. Sebab menurut petani jeruk, pasar tetap menyerap buah yang berukuran kecil dan tidak seragam seperti pada Gambar 1. Selain itu alasannya karena petani jeruk tidak ada waktu untuk mengerjakannya atau tenaga kerja terbatas, dan jika mereka mengupahkan untuk melakukan penjarangan buah maka akan mengeluarkan biaya lagi. Gambar 1. Buah jeruk siam Banjar yang dipanen di Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala Umur petik buah jeruk berdasarkan kandungan total padatan terlarut (TPT) Hasil pengamatan terhadap kadar TPT jeruk siam dengan menggunakan hand refraktometer menunjukkan bahwa kadar TPT buah jeruk siam yang dipetik pada umur 32 MSB tidak berbeda nyata dengan umur buah 30, 28 dan 26 MSB, namun berbeda sangat nyata dengan jeruk yang dipetik umur 24 MSB. Kadar TPT jeruk sejak umur 24 MSB telah melebihi kadar minimum yang dipersyaratkan untuk buah jeruk ekspor, yaitu 10 0 Brix. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa kadar TPT berbanding lurus dengan umur buah dan mencapai kadar tertinggi pada umur 32 MSB. Berdasarkan pengamatan di tingkat petani, panen telah dilakukan sejak umur buah 24 MSB, pada saat buah masih hijau untuk memenuhi permintaan pasar. Namun demikian, rasa buah jeruk dari Sungai Kambat sudah dikenal manis meskipun kulit buah masih hijau seperti pada Gambar 2. Grafik hubungan kadar TPT dengan umur buah seperti terlihat pada Gambar
7 Kandungan Padatan Terlarut, TPT (% Brix) Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Gambar 2. Warna buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada umur 24 MSB terlihat berwarna orange cerah dengan rasa yang manis. 11,20 10,80 10,58 10,55 10,40 10,00 10,08 10,28 10,34 9,60 9,20 8,80 8,40 8, Minggu Setelah Berbunga (MSG) BPTP Kalimantan Selatan - Kajian Pra Panen Jeruk Siam, 2010 Gambar 3. Grafik hubungan kadar TPT buah jeruk siam Banjar dengan umur buah Umur petik buah jeruk berdasarkan kandungan sari buah Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar sari buah jeruk siam Banjar semakin menurun seiring semakin tuanya umur buah jeruk di pohon, dan kandungan sari buah yang paling tinggi pada umur buah 24 MSB, seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase sari buah jeruk siam Banjar pada beberapa umur buah Parameter Kandungan sari buah (%) Umur Buah (MSB) ,01 53,69 49,27 45,70 46,24 Sumber: data primer 423
8 Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam. Pada Tabel 3 menunjukkan kandungan sari buah jeruk siam Banjar yang dipanen pada umur buah 24 MSB yang paling tinggi dibanding dengan waktu panen lainnya, yaitu 54,01%, sedangkan yang terendah pada buah jeruk yang dipanen pada umur 30 MSB, yaitu 45,70%. Menurut Antarlina dan Noor (2006a), bahwa kandungan sari buah jeruk siam Banjar siap panen sekitar 40-50%. Hal ini berarti buah jeruk siam Banjar pada umur panen 24 MSB memang sudah siap dipanen untuk dikonsumsi segar atau dijadikan produk olahan. Karena larutannya tinggi, maka jika jeruk siam Banjar yang ingin dijadikan, sebaiknya buah dipetik pada umur buah 24 MSB. Sebab menurut Antarlina dan Noor (2006b), kadar sari buah jeruk dapat menunjukkan jumlah larutan, sangat cocok apabila akan digunakan sebagai produk olahan seperti minuman segar. Uji preferensi konsumen terhadap rasa buah jeruk siam Hasil uji preferensi konsumen terhadap rasa buah jeruk yang dipetik pada beberapa umur buah setelah berbunga disajikan pada Tabel 4, memperlihatkan bahwa buah jeruk di Desa Sungai Kambat memang telah terasa manis meskipun masih berumur 24 MSB dan warna kulit masih hijau. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian kadar TPT jeruk yang dipanen pada umur buah 24 MSB telah melebihi kadar minimum yang dipersyaratkan untuk ekspor, yaitu 10 0 Brix. Tabel 4. Persentase panelis dalam uji organoleptik (rasa) buah jeruk siam Banjar yang dipanen pada beberapa umur buah Kriteria rasa buah jeruk Panelis (%) siam Banjar 24 MSB 26 MSB 28 MSB 30 MSB 32 MSB manis sekali manis agak manis asam manis agak asam asam asam sekali hambar Sumber: data primer Buah jeruk yang dipanen pada umur buah 24 dan 26 MSB, sebanyak 15 panelis (75%) menilai rasa buah jeruk manis. Pada umur buah 30 MSB, sebanyak 18 panelis (90%) menilai buah jeruk manis, 1 panelis (5%) menilai manis sekali dan 1 panelis (5%) hambar. Data ini menunjukkan bahwa pada umur tersebut buah jeruk 424
9 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 mencapai tingkat rasa atau kemanisan yang optimal berdasarkan selera konsumen, namun pada umur tersebut juga mulai terjadi penurunan rasa buah (1 panelis menilai hambar atau terasa kapau ). Karena buah diambil secara acak dari semua pohon contoh, maka sebaiknya petani jeruk telah menghabiskan panen buah jeruknya pada umur buah 30 MSB, untuk menghindari buah jeruk siam Banjar yang bermutu rendah karena sudah ada penurunan kadar gulanya, meskipun rasa buah jeruk pada umur 32 MSB dinyatakan oleh 3 orang panelis (15%) manis sekali dan 12 orang panelis (60%) menyatakan manis. Hal ini juga sesuai dengan hasil pengujian kadar TPT jeruk yang dipanen mulai umur 24 MSB sampai 32 MSB, kadar kadar TPT-nya berbanding lurus dengan umur buah dan mencapai kadar tertinggi pada umur 32 MSB. 2. Tingkat Kematangan Buah Kriteria atau tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipanen oleh petani di Kalimantan Selatan bervariasi. Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada beberapa umur buah (MSB) berdasarkan kematangan fisiologinya (warna kulit) disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar berdasarkan warna kulit buah yang dipanen pada beberapa umur buah Tingkat kematangan Jumlah buah berdasarkan tingkat kematangan buah 24 MSB 26 MSB 28 MSB 30 MSB 32 MSB Hijau / I Hijau kekuningan/ii Kuning kehijauan/iii Sumber: data primer Pada Tabel 5, jumlah buah pengamatan dikelompokkan berdasarkan warna kulit buah sebagai indikator tingkat kematangan buah jeruk yang dipanen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna kulit buah jeruk yang dipanen tidak memperlihatkan adanya hubungan dan saling terkait dengan umur buah yang dipetik. Karena pada tingkat kematangan III, kadar TPTnya lebih rendah dari tingkat kematangan I dan II, serta beratnya ringan. Hal ini sesuai dengan hasil uji preferensi konsumen yang menyatakan tingkat kematangan buah yang dipetik pada setiap umur buah 24 MSB sampai 32 MSB adalah berwarna hijau dan hijau kekuningan terasa manis atau manis sekali, sedang yang berwarna kuning ada yang menyatakan terasa kurang manis. Tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar berdasarkan tingkat kematangan fisiologinya seperti terlihat pada Gambar
10 Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam. (a) (b) (c) Gambar 4. Tingkat kematangan fisiologi buah jeruk siam Banjar (a) Tingkat kematangan I, (b) Tingkat kematangan II, (c) Tingkat kematangan III Uji Preferensi Terhadap Tingkat Kematangan Buah Jeruk Siam Hasil uji preferensi konsumen terhadap tingkat kematangan buah jeruk yang diindikasikan oleh warna kulit buah, disajikan pada Tabel 6. Hasil uji preferensi konsumen terhadap tingkat kematangan buah jeruk menunjukkan bahwa data tingkat kematangan dari hasil penilaian panelis berhubungan dengan umur buah, dimana buah jeruk yang dipanen pada umur 24 dan 26 MSB dinilai 50% - 65% berada pada tingkat kematangan I (hijau), dan buah yang dipanen umur 28, 30 serta 32 MSB berada pada tingkat kematangan II (hijau kekuningan). Menurut penilaian panelis, jeruk siam Banjar yang seluruh kulitnya kuning (tingkat kematangan III) dan diameternya besar terasa hambar dan beratnya ringan. Orang Banjar menyebut jeruknya terasa kapau. Tabel 6. Hasil uji preferensi terhadap tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada beberapa umur buah Tingkat Kematangan Panelis (%) 24 MSB 26 MSB 28 MSB 30 MSB 32 MSB Hijau/ I Hijau kekuningan/ii Kuning kehijauan/iii Sumber: data primer Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa panen buah jeruk siam Banjar untuk dipasarkan ke luar daerah atau ekspor selambatnya dilakukan pada umur buah 28 MSB, sehingga ketika sampai ke konsumen buah tetap memperlihatkan tampilan fisik yang menarik dengan rasa manis yang menyegarkan. Sebab pada umur buah 30 MSB rasa manisnya sudah berkurang atau terasa hambar. 426
11 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, Cara Petik Buah Hasil Uji Fisik Jeruk Siam Berdasarkan Cara Petik Buah Buah jeruk siam yang dipetik dengan kedua cara tersebut (menggunakan gunting pangkas dan secara manual) setelah disimpan beberapa hari menyebabkan perubahan berat buah, kandungan padatan terlarut (kadar TPT), dan warna kulit buah jeruk, sedangkan diameter buah cenderung tetap sampai pengamatan hari kesembilan Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil pengamatan perubahan diameter, berat buah, TPT dan warna kulit buah jeruk siam Banjar yang dipetik dengan dua cara (alat/gunting pangkas dan langsung/tangan) Parameter Dipanen dengan gunting Dipanen dengan tangan H1 H3 H6 H9 H1 H3 H6 H9 Diameter (cm) 5,97 5,97 5,97 5,97 6,04 6,04 6,04 6,04 Berat buah (gr) 108,70 107,19 104,04 100,69 103,10 101,86 98,25 88,92 TPT ( 0 Brix) 10,80 10,80 12,00 11,60 10,2 10,40 11,4 11,2 Warna kulit hijau hijau kekuningan hijau kekuningan hijau kekuningan hijau hijau kekuningan hijau kekuningan Keterangan: H1, 1 hari setelah buah dipetik, H3 : 3 hari setelah buah dipetik, H6 : 6 hari setelah buah dipetik, H9 : 9 hari setelah buah dipetik Sumber: data primer hijau kekuningan Dari hasil analisa statistik, ternyata tidak ada korelasi antara cara petik buah dengan umur buah jeruk pada setiap waktu pengamatan atau umur buah 24, 26, 28, 30, dan 32 MSB, tetapi cara petik buah jeruk berdasarkan hasil uji fisik buah berpengaruh terhadap perubahan fisik dan kimia buah. Pada Tabel 7 di atas diketahui bahwa diameter buah tidak mengalami perubahan selama sembilan hari pengamatan untuk kedua cara petik. Parameter pengamatan yang memperlihatkan perubahan adalah berat buah dan kandungan total padatan terlarut (TPT). Buah jeruk siam yang dipetik menggunakan tangan mengalami penurunan berat yang lebih besar setelah hari keenam pengamatan, dibandingkan buah yang dipetik menggunakan gunting pangkas. Sedangkan total kandungan padatan terlarut untuk buah dengan dua cara petik mengalami peningkatan pada hari keenam dan turun lagi pada hari ke sembilan. Dengan demikian buah jeruk siam Banjar yang dipetik secara manual/langsung menggunakan tangan menyebabkan perubahan fisik dan kimia atau penurunan kualitas buah pada hari ke-6 setelah dipetik, sedangkan buah yang dipetik 427
12 Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam. menggunakan alat gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai baru terjadi pada hari ke-9 setelah dipetik. Hasil Simulasi Efektifitas Cara Panen Buah Jeruk Hasil simulasi kecepatan memetik buah jeruk siam Banjar oleh tenaga kerja upahan yang biasa bekerja memetik buah jeruk dengan menggunakan alat/gunting pangkas dan secara manual/langsung dengan tangan seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil simulasi cara petil buah jeruk siam Banjar waktu yang diperlukan untuk memetik buah jeruk Petani sesuai cara petik Gunting (detik) Tangan (detik) Petani 1 0,69 0,46 Petani 2 0,96 0,46 Petani 3 0,49 0,33 Petani 4 0,52 0,35 Rata-rata 0,67 0,40 Ket.: Setiap petani memetik sebanyak 10 buah jeruk yang masak optimal (hijau kekuningan) dan dimasukkan ke dalam kantong penampung kemudian diletakkan ditempat penampungan diantara dua pohon jeruk. Sumber: Data primer Hasil simulasi cara petik buah jeruk siam menunjukkan bahwa untuk memilih 10 biji jeruk masak optimum sekaligus memetik, waktunya lebih cepat dilakukan dengan cara memetik langsung menggunakan tangan yaitu 0,40 detik dibandingkan menggunakan gunting yang memerlukan waktu rata-rata 0,67 detik. Jika memetik jeruk siam menggunakan gunting memerlukan waktu dua kali lebih lama dibandingkan menggunakan tangan, sehingga penggunaan gunting menjadi tidak efektif untuk memetik dalam jumlah besar karena memerlukan waktu yang lama seperti terlihat pada Gambar
13 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 (a) (b) Gambar 6. Cara petik buah jeruk siam Banjar (a) langsung/tangan (b) menggunakan alat/gunting pangkas Berdasarkan informasi dari petani dan pedagang pengumpul setempat tidak ada perbedaan harga antara jeruk yang dipanen menggunakan gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai dengan yang dipetik secara manual/langsung dengan tangan (tanpa tangkai). Sehingga cara petik yang paling banyak dilakukan oleh petani jeruk di lokasi penelitian adalah dengan memetik buah jeruk siam secara manual/langsung menggunakan tangan meskipun mereka tahu bahwa buah akan lebih cepat menurun kualitasnya dibanding yang dipetik dengan alat/gunting pangkas. Cara ini dilakukan karena dinilai lebih cepat (hemat waktu) dengan hasil pemetikan lebih banyak. Dari 10 petani jeruk setempat yang ditanya, semuanya menjawab selalu panen menggunakan tangan. Tetapi meskipun demikian, cara petik yang terbaik adalah cara petik buah jeruk siam dengan menggunakan alat/gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai agar kualitas buah tidak cepat menurun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Untuk mendapatkan buah jeruk siam Banjar yang memenuhi standar kualitas ekspor, maka teknologi pra panen yang harus dilakukan adalah : - Waktu petiknya pada umur buah 28 minggu setelah berbunga (MSB) dengan diameter buah lebih dari 6 cm, dan kandungan TPT-nya sudah melebihi 10 0 Brix. - Tingkat kematangan fisiologinya (warna kulit) pada tingkat kematangan I (hijau) dan II (hijau kekuningan), sebab rasanya manis segar. - Cara petiknya dengan menggunakan alat (gunting pangkas) dan menyisakan tangkai sedikit untuk memperlambat penurunan kualitas buah secara fisik maupun kimia. Saran 429
14 Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam. Untuk mendapatkan buah jeruk siam berkualitas ekspor, selain memperhatikan teknik pra panen yang benar, faktor penting yang perlu diperhatikan adalah teknik budidaya yang baik dan benar selama masa pemeliharaan. DAFTAR PUSTAKA Antarlina, SS. dan Noor I. 2006a. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Buah Jeruk Siam dalam Monograf Jeruk Siam di Lahan Pasang Surut Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Balittra. Banjarbaru. Antarlina, SS. dan Noor I. 2006b. Kualitas Jeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut dalam Monograf Jeruk Siam di Lahan Pasang Surut Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Balittra. Banjarbaru. Arry Supriyanto dan Anang Triwiratno, 2007, Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, makalah pada Lokakarya peningkatan hub penelioti - penyuluh tangal 29 Nopember 2007 Barabai). Balai Besar Dumber Daya Lahan dan Penelitian, Balai Penelitian Buah Peningkatan Efisiensi Teknologi Usahatani. Monografi Jeruk. Balitbu. Solok. Sumbar. Balittra Jeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut, Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai Penelitian Buah Peningkatan Efisiensi Teknologi Usahatani. Monograf Jeruk. Balitbu, Solok-Sumbar. Badan Pusat Statistik Kalsel. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Panduan Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Jeruk. Jakarta. 42 hal. Noor, Hidayat Dj Penataan Lahan untuk Tanaman Jeruk dalam Laporan Akhir Penelitian TA Banjarbaru Pantastico, Er.B., Faktor-faktor Prapanen yang Mempengaruhi Mutu dan Fisiologi Pascapanen dalam Fisiologi Pascapanen. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sunarmani dan Soedibyo Pembuatan Konsentrat Sari Buah Jeruk Dengan Evaporator Vakum. Jurnal Hortikultura 2(3): Puslitbang Hortikultura. Jakarta. 430
Jeruk Siam (Citrus suhuiensis) Produk Unggulan di Lahan Rawa Pasang Surut Kalimantan Selatan
Jeruk Siam (Citrus suhuiensis) Produk Unggulan di Lahan Rawa Pasang Surut Kalimantan Selatan Retna Qomariah 1), Agus Hasbianto 1), Susi Lemayati 1), Z.Hikmah Hasan 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN
Lebih terperinciEVALUASI MUTU DAN PENANGANAN PASCA PANEN JERUK DI SENTRA PRODUKSI 1. Sudirman Umar 2 dan S.S Antarlina 2
EVALUASI MUTU DAN PENANGANAN PASCA PANEN JERUK DI SENTRA PRODUKSI 1 Sudirman Umar 2 dan S.S Antarlina 2 ABSTRAK Kalimantan Selatan merupakan salah satu penghasil jeruk siam (Citrus suhuensis) yang potensial.
Lebih terperinciJeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut
Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut Muhammad Noor dan Dedi Nursyamsi Jeruk siam (Citrus suhuensis) merupakan jenis jeruk yang berkembang pesat dalam sepuluh tahun
Lebih terperinciFORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :
FORM D A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: 1. Pemanenan jeruk kisar yang dilakukan petani di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) masih tradisional, diantaranya tingkat kematangan,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun
Lebih terperinciIII. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,
III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu
Lebih terperinciEfektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering
Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN
ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN Nenny Wahyuni, SP. 1 (nennywahyuni@ymail.com) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang
I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah
Lebih terperinciNoveria Sjafrina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta ABSTRACT
UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU JERUK SIAM BANJAR( Citrus nobilis var microcarpa ) DI LAHAN PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENYIMPANAN DINGIN Noveria Sjafrina Balai Pengkajian
Lebih terperinciKERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciPENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN
PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN
RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN NOMOR : 1. JUDUL RPTP : Pengkajian Teknologi Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga Lebong di Provinsi Bengkulu 2. SUMBER DANA : DIPA BPTP Bengkulu TA.2012 3. PROGRAM
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis
Lebih terperinciJERUK SIAM PONTIANAK DAN KEPROK TERIGAS UNTUK MENINGKATKAN. E.M.Rachmat S., Titik Purbiati, John David H, Tomy Purba dan Melia Puspitasari
TEKNOLOGI PEMETIKAN, PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN JERUK SIAM PONTIANAK DAN KEPROK TERIGAS UNTUK MENINGKATKAN UMUR DAYA SIMPAN >15 HARI O l e h : E.M.Rachmat S., Titik Purbiati, John David H, Tomy Purba dan
Lebih terperinciPENINGKATAN DAYA SAING JERUK SIAM GIANYAR MELALUI PERBAIKAN TEKNIK BUDIDAYA DAN APLIKASI SERUM DARAH HEWAN
Peningkatan Daya Saing Jeruk Siam Gianyar Melalui Perbaikan Teknik Budidaya dan Aplikasi Serum Darah Hewan (Kadarwati Budihardjo, dkk.) PENINGKATAN DAYA SAING JERUK SIAM GIANYAR MELALUI PERBAIKAN TEKNIK
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas
Lebih terperinciSEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN
SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.
Lebih terperinciVarietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan
Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan Pendahuluan Ellina Mansyah Balai penelitian Tanaman Buah Tropika. Jl. Raya Solok-Aripan Km. 8 PO Box 5. Solok. Sumatera Barat E-mail: ellina_mansyah@yahoo.co.id
Lebih terperinciKACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK
KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN (Studi kasus Desa Panggang Marak, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah) Rosita Galib Balai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciPengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik
TUGAS AKHIR - SB09 1358 Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik Oleh : Shinta Wardhani 1509 100 008 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil
Lebih terperinciBenih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)
SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinciPELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN
PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK
WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lebih terperinciV. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM
V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM A. Strategi Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pengembangan agribisnis jeruk pada lima tahun mendatang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN
Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan
Lebih terperinciBenih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)
Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciPERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN
PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun
Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan
Lebih terperinciPROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK. Edisi Kedua
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan
Lebih terperinciA. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L) ORGANIK DALAM POLYBAG DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
ANALISIS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L) ORGANIK DALAM POLYBAG DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Retna Qomariah dan Lelya Pramudyani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN
PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN Susi Lesmayati dan Eni Siti Rohaeni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No 4 Banjarbaru,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciIbM Kelompok Tani Buah Naga
IbM Kelompok Tani Buah Naga Wiwik Siti Windrati, Sukatiningsih, Tamtarini dan Nurud Diniyah Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember ABSTRAK Tujuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting dalam menyediakan pangan bagi seluruh
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciProspek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara
Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Mutu Mentimun Jepang Mentimun jepang yang akan dipasarkan harus memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh konsumen. Parameter mutu untuk mentimun jepang meliputi
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciMANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA
Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah
I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa
Lebih terperinciGambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciDINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani
Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN SAYURAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari
Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang
Lebih terperinciKEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN
KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN Retna Qomariah, Yanuar Pribadi, Abdul Sabur, dan Susi Lesmayati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN
LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa
Lebih terperinciKajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah
Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat
20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan yang sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini mampu beradaptasi dengan
Lebih terperinciKAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK
KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK Sunyoto *, R. Murtopo, dan M. Kamal Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan
24 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan Stroberi mulai berbuah pada umur 4 5 bulan setelah tanam. Buah stroberi yang bisa dipanen ditandai dengan kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan, hingga kuning
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani
Lebih terperinciPENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17
PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru,
Lebih terperinciPENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA
PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciPOTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT
POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT Meity A. Tulalo, Hengky Novarianto dan Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado Jalan Raya Mapanget, PO Box 1004 Manado 95001 ABSTRAK
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi
Lebih terperinci