III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Transkripsi

1 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas kebun salak tersebut sebesar ± 3000 m 2. Umur tanaman yang digunakan sekitar 20 tahun. Jenis salak yang digunakan dalam penelitan ini adalah salak Pondoh yang telah banyak ditanam di daerah tersebut. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sabit, tali senar, papan nama, gelas ukur, spuit, kertas, gunting, penggaris, plastik, jangka sorong, timbangan, hand refractometer, dan kamera. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bunga betina salak yang belum diserbuki, larutan EMS konsentrasi 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%, serta aquadest. Bunga betina yang digunakan dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan kriteria yang sama antara sampel satu dengan yang lain sehingga dapat dikatakan seragam. C. Perancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan (Gambar 21 dalam Lampiran). Perlakuan yang diberikan yaitu perbedaan konsentrasi (K) EMS yang terdiri dari 5 taraf yaitu konsentrasi 0% (K0); 0,5%(K1); 1%(K2); 1,5%(K3); dan 2%(K4). Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Perlakuan diberikan pada bunga betina yang belum diserbuki dengan cara ditetes menggunakan spuit, memutar dari ujung bunga betina hingga ke pangkal sampai mengenai seluruh permukaan bunga sebanyak 5 ml pada setiap perlakuan. 11

2 12 D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan Larutan EMS Persiapan alat dan bahan penting dilakukan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan penelitian. Pembuatan larutan EMS dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengenceran EMS dilakukan dengan rumus pengenceran pada umumnya yaitu M 1 V 1 =M 2 V 2. Larutan yang telah jadi dimasukkan ke dalam botol gelap untuk menghindari paparan sinar matahari langsung yang akan menurunkan kualitas dari larutan EMS itu sendiri. Larutan yang dibutuhkan pada setiap konsentrasi untuk diaplikasikan pada bunga betina salak sebelum penyerbukan adalah 30 ml. Terdapat 6 bunga betina sebelum penyerbukan pada setiap konsentrasi, sehingga setiap bunga diberikan larutan EMS sebanyak 5ml. 2. Persiapan Bahan Tanaman Bunga betina salak dipilih pada kebun tersebut dengan berbagai kriteria diantaranya bunga betina sehat dan tidak berjamur, belum dilakukan penyerbukan, seludang bunga masih tertutup rapat (Gambar 22 dalam Lampiran) dan warna bunga masih putih kehijauan (Gambar 24 dalam Lampiran). Bu nga yang memenuhi kriteria di beri tanda dan digunakan sebagai sampel perlakuan. Total bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 bunga. 3. Penetesan EMS pada Bunga Betina Penetesan EMS pada bunga betina dilakukan pada pagi hari untuk menghindari evaporasi yang tinggi. Penetesan EMS pada bunga betina dimulai dengan membuka sedikit kelopak bunga dengan cara memotong ujung kelopak bunga dan segera menetesinya dengan EMS sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan. Penetesan bunga betina dengan 5 ml larutan EMS menggunakan spuit sesuai dengan perlakuan konsentrasi dilakukan sebelum proses penyerbukan (Gambar 26 dalam Lampiran). Setelah penetesan dilakukan, bunga betina yang

3 13 telah di beri perlakuan disungkup menggunakan daun untuk menghindari evaporasi larutan akibat angin atau dari kontaminasi air hujan. 4. Penyerbukan Kriteria bunga yang siap untuk diserbuki yaitu seludang bunga yang telah membuka atau mekar dan terlihat warna bunga betina yang merah cerah dan harum wanginya. Penyerbukan dilakukan memotong bunga jantan kurang lebih sebesar seruas jari tangan, setelah itu meletakkannya pada bunga betina pada masing-masing perlakuan (Gambar 25 dalam Lampiran). Selanjutnya membiarkan bunga menyerbuk secara alami. Penyerbukan dilakukan pada siang hari karena pada siang hari masih terdapat banyak angina dan serangga yang aktif dalam membantu proses penyerbukan. 5. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman di lahan dalam penelitian ini adalah dengan irigasi seminggu sekali pada pagi hari. Sistem pengaliran yang digunakan adalah dengan cara disalurkan pada selokan yang terdapat diantara sela tanaman salak. Penyiraman hanya dilakukan pada musim kemarau, sedngkan apabila musim hujan tidak dilakukan penyiraman karena tanaman salak tidak membutuhkan banyak air dalam perkembangannya. b. Penyiangan Penyiangan hanya dilakukan ketika gulma dirasa mengganggu pertanaman dan dapat merugikan produktivitas tanaman salak itu sendiri. c. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan pada saat kanopi tanaman salak sudah terlalu rimbun. Pemangkasan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam setahun tergantung keadaan pelepah tanaman salak yang tumbuh. d. Pengendalian OPT Organisme pengganggu tanaman yang biasa menyerang pada kebun salak ini adalah hama berupa tikus, yang dikendalikan dengan melindungi buah salak

4 14 yang sudah tua dengan menyungkupnya dengan daun. Selain itu juga terdapat serangan penggerek batang, dapat dikendalikan dengan memangkas tanaman salak yang terkena penggerek batang agar penyakit tidak menyebar ke tanaman lain. 6. Pemanenan Proses pemanenan dilaksanakan pada tanaman yang telah memenuhi kriteria panen yang telah ditentukan. Kematangan buah ditandai dengan kriteria (Gambar 32 dalam Lampiran) seperti sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman, duri halus pada kulit hilang, warna kulit mengkilap, mudah lepas dari tandan dan harum. Pemanenan dilakukan pada siang hari agar salak yang dipanen kering dari embun karena apabila dipanen dalam keadaan basah atau terdapat embun pada permukaan buah dapat menimbulkan kebusukan pada saat pengangkutan. Hasil panen dikelompokkan berdasarkan perlakuan yang ada. Setelah dipanen dilanjutkan dengan pengamatan variabel penelitian. E. Pengamatan Peubah Variabel pengamatan pada penelitian ini adalah : 1. Berat buah per tandan Berat buah per tandan dihitung menggunakan timbangan dengan menimbang seluruh buah per satu tandan tanpa melepaskan buah dari tandannya. Apabila dalam satu seludang bunga betina salak terdapat lebih dari satu tandan maka dihitung rata-rata dari jumlah tandan yang tumbuh dalam satu seludang bunga betina salak di setiap perlakuan. 2. Jumlah buah per tandan Perhitungan jumlah buah per tandan dilakukan setelah proses pemanenan selesai. Jumlah buah per tandan dihitung dengan cara melepaskan buah salak dari tandannya dan menghitung ada berapa jumlah buah yang jadi dalam satu tandan. 3. Berat Satu buah Berat per buah diukur dengan timbangan analitik setelah dilakukan pemanenan. Cara perhitungan dengan mengambil 3 sampel buah dari 3 bagian

5 15 tandan yaitu pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan sehingga didapatkan 9 sampel dari setiap tandan. 4. Jumlah biji per buah Perhitungan jumlah biji perbuah dilakukan dengan mengupas kulit buah dan menghilangkan daging buah kemudian menghitung jumlah biji yang ada dalam buah dengan memperhatikan bagian tandan yaitu buah pada pangkal, tengah, maupun ujung tandan. Disetiap bagian tandan diambil 3 sampel sehingga terdapat 9 sampel dalam tandan setiap perlakuan. 5. Berat biji per buah Berat biji per buah diukur dengan menggunakan timbangan analitik yang sebelumnya dikupas dahulu kulit dan menghilangkan daging buah salaknya dengan membandingkan antara buah dengan biji 3, 2, dan Tebal daging buah Pengukuran tebal daging buah dapat menggunakan alat jangka sorong tanpa menyertakan kulit salaknya dengan cara memotong vertikal buah dan memisahkan daging dengan kulit serta bijinya serta membandingkan antara buah dengan biji 3, 2, dan Banyaknya buah tanpa biji dalam satu tandan Perhitungan banyaknya buah tanpa biji dapat diperoleh setelah buah salak dikupas seluruhnya pada setiap perlakuan. Apabila dalam satu buah masih terdapat 1 biji walaupun kecil maka tetap dihitung berbiji. Apabila terdapat lebih dari 1 tandan dalam 1 bunga maka dihitung rata-rata pada tandan jadi. 8. Kadar Gula Pengujian kadar gula dilakukan pada daging buah dengan menggunakan alat hand refractometer setelah pengamatan variabel lainnya telah selesai. Daging buah dipotong sedikit kemudian dihaluskan dengan mortal dan alu dengan sedikit aquadest. Buah yang telah dihaluskan tadi dioleskan pada alat hand refractometer lalu diamati nilai kadar gulanya dalam satuan brix.

6 16 F. Analisis Data Hasil pengamatan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5 %. Apabila perlakuan berpengaruh signifikan dilanjutkan dengan analisis uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5 %.