Wisnu Wicaksono. Binus University Jakarta ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Wisnu Wicaksono. Binus University Jakarta ABSTRAK"

Transkripsi

1 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CORRUGATED CARDBOARD DISPLAY DENGAN METODE DMAIC BESERTA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DI PD IMPRESSA MULIA Wisnu Wicaksono Binus University Jakarta ABSTRAK PD Impressa Mulia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang offset printing dan corrugated cardboard engineering yang berupaya dalam meningkatkan nilai kualitas terhadap produk corrugated cardboard display yang diproduksinya. PD Impressa Mulia sering kali mendapati produk yang dihasilkannya berada dalam kondisi yang cacat sehingga tidak layak untuk diberikan kepada pelanggannya. Oleh karena itu, penulis mengusulkan kepada perusahaan tersebut untuk menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, and Improve) dari Six Sigma untuk membantu meningkatkan kualitas dari output yang dihasilkan oleh PD Impressa Mulia. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, saat ini PD Impressa Mulia memiliki nilai sigma 3,71 dan memiliki kapabilitas proses sebesar 0,587 yang berarti masih memerlukan perbaikan untuk menekan jumlah produk reject. Dari hasil analisa yang dilakukan ditemukan bahwa cacat potong merupakan jenis cacat tertinggi disusul oleh cacat finishing. Dan berdasarkan hasil perhitungan AHP didapati, penyebab cacat tertinggi disebabkan oleh faktor manusia. Dalam upaya mendukung pengendalian kualitas, maka perusahaan membutuhkan suatu perancangan sistem informasi yang akan dikembangkan berdasarkan keada konsep analisa dan perancangan berbasis objek. Kata Kunci: Pengendalian Kualitas, DMAIC, Sistem informasi, Six Sigma, Reject

2 1. PENDAHULUAN Kemajuan ilmu dan teknologi telah membawa dunia industri pada perkembangan yang kian pesat dan tak pernah berhenti berkembang. Dengan adanya kemajuan tersebut telah memperketat persaingan dalam dunia industri, baik industri di bidang manufaktur maupun industri di bidang jasa, dimana perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam era globalisasi. Dengan demikian perusahaan harus dapat berupaya sebaik mungkin dalam mendayagunakan segala potensi yang dimiliki untuk mendapatkan kualitas yang terbaik dari output (hasil) industrinya dengan cara yang efektif dan efisien, sehingga perusahaan dapat mencapai keunggulan dalam persaingan usaha. Pada awal mula perkembangan industri, para pelaku industri pada umumnya hanya berupaya bagaimana caranya agar produk yang dibuat hanya membutuhkan biaya produksi yang serendah mungkin sehingga perusahaan dapat mendapat keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi dan produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang realtif terjangkau oleh konsumen sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan. Namun dengan hanya mengutamakan rendahnya harga produksi tidaklah cukup, karena pada akhirnya dari hasil produksi yang dilakukan tanpa adanya suatu control (kendali) akan membuat pelanggan merasa kecewa karena kualitas produk yang mereka beli tidak sesuai dengan harapan konsumen. Karena dengan tanpa adanya suatu pengendalian serta pengawasan terhadap produksi dapat mengakibatkan konsumen ibarat membeli kucing dalam karung, karena akan ditemukan produk yang memiliki kualitas yang sesuai standar dan ada juga produk yang memiliki defect (cacat). Sehingga dalam pencapaian kualitas yang baik diperlukan suatu control terhadap barang yang diproduksi agar memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan diinginkan oleh konsumen. Berikut ini adalah fase-fase yang terdapat pada siklus DMAIC Fase Define Hal-hal penting yang dapat didefinisikan pada fase Define yaitu suara pelanggan (Voice of Costumer) yang ditransformasikan kedalam karakteristik penting kualitas, ruang lingkup proyek, prioritas sebab akibat serta perencanaan proyek. Sebuah permasalahan harus bersumber dari data yang ada, dapat diukur, dan lepas dari asumsi tentang penyebab atau penyelesaian masalah yang diperkirakan. Oleh karena itu, permasalahan yang akan ditanggulangi harus spesifik dan tujuannya dapat dicapai. Fase Measure Fase kedua dilakukan pada saat memulai mengumpulkan data tentang kinerja saat ini. Pada saat fase measure berlangsung, pengolahan data harus sesuai dengan tipe data yang dimiliki, dengan demikian, pengukuran yang valid akan menjamin akurasi dan konsistensi, kecukupan data untuk analisis, dan sebuah gambaran analisis awal untuk mengarahkan proyek. Inti dari fase measure ini yaitu mengembangkan perencanaan pengumpulan data, mengidentifikasi variabel inti masukan proses, menampilkan variasi dengan tools yang tepat. Berikut ini pengukuran data yang dibedakan menjadi: Data Atribut Merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan produk,kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk. Data

3 atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformasi atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang telah ditetapkan. Data Variabel Adalah data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variable karakteristik kualitas adalah :diameter pipa, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas tiap rim,dll. Ukuran-ukuran seperti volume, berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, adalah merupakan data variable. Pada tingkatan proyek six sigma, indikator kualitas produk / jasa biasanya berfokus pada output dari proses manufaktur atau jasa. Salah satu indicator kualitas manufaktur yang umum ditemui adalah jumlah Defect Per Unit ( DPU). Berdasarkan nilai dari DPU kemudian dapat ditentukan nilai dari Defect Per Million Opportunities (DPMO) untuk dapat menentukan tingkatan sigma dari proses yang ada saat ini. Penentuan nilai sigma dapat dilakukan melalui rumus-rumus berikut : Total Defect Defect per Unit (DPU) = JumlahOutput DPU 1,000, 000 Defect Per Million Opportunity (DPMO) = TotalKriteria CTQ Fase Analyze Pada fase analyze, fokus terhadap permasalahan sudah harus jelas. Dengan demikian, pada fase ini sudah dapat dilakukan analisis perbaikan dengan melihat data yang telah diolah. Sehingga fase analisis ini dapat digunakan untuk mencari penyebab munculnya masalah dan kemungkinan perbaikan yang akan diambil. Fase Improve Fase improve merupakan fase yang berguna untuk menghasilkan desain, ide, dan implementasi perbaikan serta validasi perbaikan. Hal terpenting dalam fase improve adalah proses brainstorming, menganalisis Failure Mode and Effect Analysis, analisis awal cost/benefit, dan rekomendasi perbaikan informasi yang berhubungan serta siapa yang bertanggung jawab dalam memantau dan mengendalikan proses perbaikan kualitas ini. Fase Control Fase control adalah fase terakhir dari metode DMAIC, dalam fase ini dilakukan pengaturan proses atau perbaikan produk serta pemantauan kinerja yang sedang berjalan. Selain itu, pada fase control juga memastkan bahwa perbaikan yang baru dapat dilakukan. Rencana pengendalian dapat berjalan baik ketika perusahaan mendokumentasikan semua. Dari hal diatas diperlukan analisis dan perancangan sistem yang agar didapatkan sistem yang dapat digunakan sesuai dengan tujuannya dalam hal ini membantu karyawan dalam melakukan pengendalian kualitas. Menurut McLeod, 2001 Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem yang ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaat oleh pengguna. Menurut McLeod, 2001 perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Perancangan sistem merupakan tindak lanjut dari analisis sistem, jika analisis sistem dilakukan dengan baik maka pelaksanaan perancangan sistem

4 yang diusulkan akan menghasilkan sistem yang baik dan mampu mengatasi masalahmasalah yang dihadapi sistem lama tanpa menimbulkan suatu masalah baru. Perancangan sistem berguna dalam memenuhi kebutuhan pemakai sistem serta dapat memberikan gambaran yang jelas dan rancangan yang lengkap. 2. Pembahasan Fase Define Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan produk yang akan diteliti, mendefinisikan secara umum proses produksi yang sedang berjalan serta pemilihan masalah yang akan diatasi. Spesifikasi Produk Produk yang diproduksi oleh PD IMP terdiri dari banyak variasi bentuk dikarenakan pesanan dilakukan sesuai dengan order, namun pada umumnya produk yang dipesan memiliki kesamaan karakter serta proses yang diproduksi oleh PD IMP, dan produk jenis Corrugated Cardboard Display tipe standar inilah yang selanjutnya akan kita bahas. Corrugated Cardboard Display merupakan produk yang paling umum yang diproduksi oleh PD IMP, dimana bahan mentah (raw material) yang digunakan oleh perusahaan dalam membuat Corrugated Cardboard Display adalah sebagai berikut : - Corrugated cardboard - Kertas duplex - Tinta Cetak CYMK (Cyan, Yellow, Magenta, Black) Jenis : duplex board. GSM: 250, 300, 350, 400, 450, 500. Grade: A, AB, B, dll. - Lem. - Double tape. - Dan pelengkap lain sesuai order design. Diagram SIPOC Diagram SIPOC (Supplier Input Process Output Customer) merupakan diagram peta proses tingkat tinggi yang juga merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi proses dari supplier hingga ke customer. Berikut ini adalah diagram SIPOC untuk proses produksi pada produk Corrugated cardboard Display di PD IMP. Proses produksi Standard Single Wall Corrugated Cardboard Display: a. Press Proses ini merupakan proses yang pertama kali dilakukan, press atau proses pencetakan ini memerlukan mesin cetak serta film untuk 4 warna dasar yang kemudian dilakukan proses expose pada plate-maker yang kemudian digunakan pada mesin printing untuk dicetak pada media duplex. Desain yang akan dicetak pada kertas duplex merupakan desain yang berasal dari konsumen yang sudah merupakan bagian dari desain yang telah didisksikan dan diterima oleh pihak PD IMP. b. Coating Setelah proses printing selesai pada kertas duplex selanjutnya kertas duplex yang telah dicetak kemudian akan dilakukan pelapisan (coating) dengan menggunakan teknik UV atau menggunakan bahan plastik untuk melapisi kertas duplex dengan menggunakan plastik laminating dan menggunakan mesin khusus untuk melapisi. Pelapisan ini bertujuan agar, kertas duplex menjadi lebih tahan lama,

5 kuat, lebih tahan kotor, dan mengkilap agar hasil cetakan pada kertas duplex terlihat lebih menarik. Proses coating tidak dilakukan oleh PD IMP sendiri melainkan melalui jalur subkontrak, dikarenakan perusahaan belum memiliki mesin coating untuk melapisi dan melindungi kertas duplex. c. Glueing Proses selanjutnya yaitu proses pengeleman (glueing). Proses ini bertujuan untuk menempelkan antara kertas corrugated cardboard dengan duplex yang telah dicetak dan dilapisi sebelumnya. Proses pengeleman ini menggunakan lem khusus untuk melekatkan kedua bahan tersebut dan sebuah mesin lem untuk mengerjakan proses pengeleman tersebut. d. Die Cutting and creasing Setelah proses pengeleman antara kertas duplex dan kertas corrugated cardboard selesai dilakukan dan lem telah selesai mengering, maka proses selanjutnya adalah proses pemotongan (die cutting) dan pemberian garis lipatan (creasing) dengan menggunakan mesin die punch, Proses pemotongan dilakukan dengan tujuan, produk yang dibuat dapat memiliki dimensi sesuai dengan desain yang sudah didesain sebelumnya, dan creasing dilakukan dengan tujuan agar produk yang didesain akan mudah untuk dilipat sesuai dengan pola desain yang telah didesain sebelumnya. Dalam prosesnya mesin die punch tersebut sebelumnya harus dipasangkan pisau pemotong untuk memotong dan pisau yang tumpul dan lebih pendek untuk proses creasing, pisau-pisau yang dipakai dalam proses ini sebelumnya dipesan khusus oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan dari desain produk. e. Finishing Proses selanjutnya adalah proses finishing, dimana proses ini, merupakan proses akhir dalam proses produksi yang dilakukan dalam membuat produk Corrugated Cardboard Display. Kegiatan finishing diantaranya melakukan penggabungan dengan menggunakan double tape untuk menyatukan produk secara manual, kemudian memasang double tape pada bagian-bagian yang memerlukan perekat doube tape terutama pada daerah lipatan yang memerlukan perekat, selanjutnya melakukan pelipatan pada bagian tertentu dari produk, kemudian setelah semua selesai, produk-produk yang telah selesai dikemas secara ringkas kedalam box atau diikat saja dengan pengikat untuk kemudian produk tersebut diantarkan kepada customer. f. Packing Setelah semua proses produksi selesai dilakukan, tahap terakhir sebelum produk dikirimkan yaitu proses pengepakan (packing). Pengepakan dilakukan dengan cara memasukkan produk-produk yang telah selesai kedalam kardus, namun apabila produk memiliki dimensi terlalu besar, maka produk hanya diikat saja dengan strap pengikat. Output Hasil atau output dari proses produksi yang dilakukan yaitu Standard Corrugated Cardboard Display yang sesuai dengan spesifikasi desain yang telah ditentukan oleh customer dan disanggupi oleh PD IMP sebelumnya.

6 Jumlah Produksi dan Jumlah Reject Corrugated Cardboard Display Periode Agustus 2011 hingga Oktober 2011 Bulan Jumlah Produksi Jumlah Reject Agustus September Oktober Total Perhitungan Peta kendali P Berikut ini merupakan contoh dari perhitungan proporsi cacat Standard Corrugated Cardboard Display: Central Limit (CL) cacat p = produksi = = ,040 C CL = i i N i 17 Cl 1 = 408 = 0,041 Upper Central Limit (UCL) UCL = p + 3 p (1 p) n i = 0, ,040 (1 0,040) 408 = 0, = 0,040+ 0,029

7 = 0,069 Lower Central Limit (LCL) UCL = p 3 p (1 p) n i = 0, ,040 (1 0,040) 408 = 0, = 0,040 0,029 =0,011 Dari hasil data yang diperoleh dapat dibuat grafik peta kendali sebagai berikut: Dengan hasil revisi terhadap data yang berada pada lampiran, kemudian selanjutnya adalah melakukan kembali langkah-langkah dalam menentukan diagram P chart seperti sebelumnya. Maka hasil yang akan diperoleh adalah sebagai berikut. Grafik Hasil Perhitungan Revisi Peta Kendali P Seperti yang terlihat pada grafik peta kendali yang telah dihasilkan, sudah tidak ada lagi yang node yang keluar dari batas atas maupun batas bawah pada diagram peta kendali P. hal ini dapat diartikan bahwa data berada dalam batas normal.

8 Kapabilitas Proses Hal selanjutnya yaitu adalah menghitung kapabilitas proses (Cp), hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari sebuah proses dalam kondisi secara statistik. Kapabilitas proses ditentukan dari total variasi yang ada karena penyebab umum dalam sistem. Berikut ini adalah perhitungan dari kapabilitas proses: jumlah reject 783 Presentase cacat = = = 0,039 = 3,9% jumlah produksi Persentase Cacat Kapabilitas proses = a = = 1 0,039 = 0, Berdasarkan dari tabel distribusi normal didapatkan nilai z sebagai berikut: 0,9616 0,9610 1,77 - z = 0,9610 0,9608 z -1,76 0,0006 1,77 - z = 0,0002 z -1,76 0,0006z - 0, = 0, ,0002z 0,0008z = 0,00141 z = 1,762 z 1,762 Cpk = = = 0, Dari hasil perhitungan kapabilitas proses, menunjukan bahwa proses produksi masih memerlukan perbaikan sehingga jumlah produk gagal dapat ditekan. Fase Analyze Hal selanjutnya adalah menentukan persentase dari masing-masing jenis cacat pada produk corrugated cardboard display dan sekaligus menentukan jenis cacat mana yang paling banyak ditemukan dari tiga jenis cacat produk yaitu cacat lem, cacat potong, dan cacat finishing dengan menggunakan diagram pareto. Berikut ini adalah tabel dari jumlah cacat produk corrugated cardboard display selama bulan Agustus 2011 hingga Oktober Tabel Jumlah Cacat Produk Bulan Jumlah Produksi Cacat Lem Cacat Potong Cacat Finishing Jumlah Reject Agustus September Oktober

9 Total Diagram Pareto Dari diagram tersebut dapat terlihat bahwa jenis cacat potong memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 44,3% yang kemudian diikuti oleh jenis cacat finishing sebesar 29,5% dan cacat lem pada peringkat cacat terakhir yaitu sebesar 26,2%. Dari hasil yang didapat maka fokus utama dalam penanganan cacat diprioritaskan pada jenis cacat potong pada proses cut and crease. Penanganan pada jenis cacat finishing dan cacat lem juga perlu diperhatikan karena memiliki persentase yang cukup besar dalam menyumbang jumlah produk reject yang terjadi. Cause & Effect Diagram (Ishikawa/Fishbone) Selanjutnya adalah menganalisis penyebab dari terjadinya cacat produk yang terdapat pada produk reject. dari analisis tersebut akan didapat faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan hasil produksi tidak lolos pemeriksaan oleh staff quality control. Analisis yang akan dilakukan menggunakan diagram cause & effect atau juga biasa disebut sebagai diagram fishbone yang terdiri dari 5 kategori yaitu Man, Material, Method, Machine, dan Environment. Dari masing-masing kategori tersebut akan dijelaskan apa sebab dari suatu produk berakhir dengan penolakan dan apa akibat yang terjadi jika faktor penyebab tersebut ditemukan. Glueing Cause and Effect Diagram

10 Diagram Cause and Effect Pada Cacat Lem Man Terjadinya cacat lem dalam faktor Man diketahui diakibatkan karena kelalaian manusia yang terjadi karena tidak fokusnya operator pengeleman. Hal ini terjadi disebakan oleh kejenuhan operator dalam mengerjakan pekerjaannya. Operator juga seringkali berada dalam keadaan mengantuk dan kelelahan sehingga kinerja dari operator menjadi kurang maksimal. Material Material yang menyebabkan terjadinya cacat lem yaitu disebabkan oleh kondisi material pra pengeleman yang kurang baik. Kondisi material yang terlipat, melengkung, dan terdapat sisa potongan yang kurang rapi menyebabkan material yang akan diproses pada pengeleman menjadi terlipat yang menjadikan benda kerja menjadi defect. Selain itu lembabnya corrugated cardboard menyebabkan benda kerja menjadi mudah sobek dan menyebabkan lem kurang merekat dengan sempurna. Enviroment Lingkungan yang lembab akibat atap bocor sehingga membasahi sebagian cardboard menjadi sebab dari material yang juga menjadi basah dan lembab. Selain hal itu, intensitas cahaya yang redup juga menjadi sebab suasana kerja menjadi kurang kondusif sehingga operator menjadi mengantuk dan kurang baik penglihatannya dalam mengerjakan pengeleman. Method Pengeleman corrugated cardboard dengan kertas duplex menggunakan mesin dengan metoda manual feeding, dan memerlukan setidaknya dua operator untuk memasukkan corrugated cardboard ke dalam mesin lem dan mengambil corrugated cardboard yang selesai dilem kemudian direkatkan kepada kertas duplex. Kemudian setiap corrugated cardboard dan kertas duplex yang telah direkatkan ditumpuk menjadi satu sehingga terkadang menyebabkan corrugated cardboard dan kertas duplex yang telah direkatkan akan menempel satu sama lain. Machine Proses glueing menggunakan mesin lem tanpa feeder otomatis sehingga pekerjaan menjadi lebih lambat dan terkadang menyebabkan corrugated cardboard dan kertas duplex yang dilem tidak tepat saat memasukkannya kedalam mesin lem. Cutting & Creasing Cause and Effect Diagram

11 Diagram Cause and Effect Pada Cacat Potong Man Kegagalan produk yang diakibatkan oleh pekerja terjadi dikarenakan operator tidak fokus dalam melaksanakan tugasnya sebagai operator pada mesin punch. Umumnya kesalahan yang terjadi akibat tidak fokusnya operator adalah posisi karton tidak tepat sehingga hasil potong dan crease menjadi tidak sesuai pola. Mengantuk adalah salah satu faktornya, hal ini terjadi bisa terjadi karena banyak hal, umumnya terjadi karena karyawan melakukan lembur pada hari sebelumnya sehingga keesokan hari karyawan akan merasakan mengantuk dan letih. Selain itu mengobrol juga salah satu hal yang menjadikan karyawan tidak fokus, padahal penggunaan mesin punch memerlukan konsentrasi karena bila tidak, bisa menyebabkan kecelakaan kerja seperti jari ikut terpotong seperti yang pernah terjadi pada perusahaan ini. Namun hal itu dapat dimengerti karena karyawan secara psikologis pekerja merupakan makhluk sosial yang memerlukan hubungan antar manusia seperti mengobrol. Maka dari itu kita memerlukan solusi agar pekerjaan dapat selesai dengan baik dan segera namun tanpa melupakan aspek kesehatan psikologis dari karyawan, karena bila karyawan itu sendiri mengalami depresi, bukan tidak mungkin kinerja dari karyawan tersebut akan menurun. Material Penggunaan material bahan corrugated cardboard pada proses cut & crease bermasalah pada lem yang masih basah pada corrugated cardboard dan duplex yang dilem sehingga benda kerja seringkali sulit atau tersangkut pada saat dikeluarkan dari mesin punch akibatnya adalah benda kerja akan menjadi rusak akibat terpotong lagi dengan posisi yang salah. Environment Lingkungan kerja yang kurang terang menyebabkan fatigue pada penglihatan operator mesin punch, karena dalam proses cut and crease ini memerlukan ketepatan dalam menaruh benda kerja kedalam mesin punch. Selain kurangnya pencahayaan, ruangan produksi terasa lembab dan kurang sejuk sehingga operator mudah merasa lelah dan kegerahan bila berada di ruang produksi terlalu lama. Hal ini dapat berakibat kinerja operator tidak maksimal. Method Metoda yang menyebabkan masalah utama dari ditolaknya produk ini yaitu masih menggunakannya metoda manual pada feeding mesin. Dengan masih digunakannya metoda manual ini berakibat pada proses produksi menjadi lebih lambat

12 karena operator harus berhati-hati menggunakan mesin punch sehingga mesin diatur pada putaran yang lambat, dengan perputaran mesin yang lambat tersebut operator diharapkan dapat memiliki waktu yang cukup untuk menaruh secara tepat benda kerja pada mesin punch dan juga mengambil benda kerja yang telah dipotong pada mesin punch. Machine Pada mesin potong, hal umum dari penyebab terjadinya cacat potong adalah desain dari mata pisau potong yang digunakan pada mesin punch. Desain berupa bentuk, ukuran ketinggian dan ketebalan perlu disesuaikan. Bila mata pisau potong terlalu tebal, maka hasil potong akan kurang rapi namun bila pisau terlalu tipis maka umur pakai pisau akan menurun. Dalam kegiatan cut & crease biasanya memerlukan lebih dari satu mata pisau potong yang sama setiap beberapa siklus yang berfungsi sebagai cadangan. Finishing Cause and Effect Diagram Diagram Cause and Effect Pada Cacat Finishing Man Proses finishing merupakan tahap yang memerlukan lebih banyak tenaga kerja, karena proses finishing membutuhkan keterampilan tangan manusia dan satu benda kerja dapat memerlukan berbagai tambahan aksesori yang perlu dipasangkan dan memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Karena kelalaian pekerja pada tahap finishing menyebabkan benda kerja bisa tersobek disaat pekerja salah meletakan perekat double tape sehingga harus dilepas kembali maka benda kerja berakhir pada reject produk karena sudah tidak layak lagi untuk diberikan kepada konsumen. Material Pada tahap finishing material yang digunakan umumnya adalah double tape. Double tape yang digunakan terdiri dari berbagai ukuran yang akan digunakana sesuai dengan ukuran dari corrugated cardboard display yang akan di bentuk. Double tape akan bermasalah jika double tape yang digunakan sudah lama sehinga lapuk dan terkadang bila kualitas yang digunakan rendah akan tidak merekat dengan sempurna. Selain dari double tape material pendukung lain yang digunakan umumnya adalah stapler. Untuk corrugated cardboard display yang akan diberikan beban yang cukup

13 besar maka stapler akan digunakan. Permasalahan akan terjadi bila stapler yang akan digunakan berkarat, akibatnya stapler akan mudah patah. Environment Meskipun proses finishing dilakukan diruangan yang tertutup dan terhalang matahari ruangan masih terasa panas dan lembab sehingga pekerja yang melakukan proses finishing merasa kurang nyaman dan mudah lelah. Selain itu penerangan juga dirasakan masih kurang sehingga pekerja memerlukan usaha lebih untuk menyelesaikan hal detil pada produk corrugated cardboard display yang sedang mereka kerjakan. Method Metoda yang diterapkan pada proses finishing dilakukan oleh para pekerja dengan tempat seadanya yang masih memiliki ruang untuk melakukan proses finishing. Pekerjaan dilakukan tanpa alas dan meja khusus untuk perakitan sehingga posisi kerja dirasakan kurang ergonomis dan sering kali menyebabkan sakit pinggang dikarenakan duduk di lantai terlalu lama. Machine Mesin yang digunakan dalam mengerjakan corrugated cardboard display pada tahap finishing adalah berupa alat potong manual yang digunakan untuk memotong sisa atau kelebihan dari corrugated cardboard display. Cacat dapat terjadi akibat mesin ini ketika mata pisau potong sudah kurang tajam dan sambungan pivot alat potong sudah mengendur. Akibatnya potongan akan tidak rata, tidak rapih, bahkan akan membuat benda kerja hanya tertekuk tanpa terpotong bila pengguna alat potong tersebut tidak terbiasa menggunakan alat potong yang dimaksud. Tabel Hasil Akhir Analisis AHP Ratarata Faktor Staff Manager Man Material Method Machine Environment Dari hasil analisis diatas didapat bahwa urutan penyebab terjadinya produk reject pada produk corrugated cardboard display adalah sebagai berikut: 1. Man 2. Method 3. Environment 4. Machine 5. Material Perhitungan Tingkat Sigma

14 Total Cacat 822 Defect Per Unit (DPU) = = = 0, 040 Jumlah produksi Total Cacat Defect Per Opportunities = = = = 0, 0134 Jumlah produksi CTQ Defect Per Million Opportunity (DPMO) = DPO = 0, = Berdasarkan Tabel Konversi Sigma, maka DPMO berada pada kisaran 3,7σ. Berdasarkan pada hasil perhitungan manual, nilai sigma diperoleh sebagai berikut: ,70 - x = x - 3, ,70 x = x - 3,80 503x -1911,4 = x 3.179x = ,6 x = 3,71σ Dari hasil perhitungan sigma yang didapatkan yaitu sebesar 3,71σ. Maka peningkatan kualitas sangat diperlukan karena nilai sigma yang diketahui tersebut termasuk nilai sigma yang relatif rendah. Fase Improvement Salah satu yang diharapkan dari awal penelitian ini adalah untuk mendapatkan solusi serta cara dalam hal peningkatan kualitas yang lebih baik (improvement) pada proses produksi corrugated cardboard display di PD Impressa Mulia yang sebelumnya yang telah dilakukan pengukuran dan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA adalah suatu alat yang secara sistematis mengidentifikasi akibat atau konsekuensi dari kegagalan sistem atau proses, serta mengurangi atau mengeliminasi peluang terjadinya kegagalan. Proses FMEA akan menguji kemampuan proses yang akan digunakan untuk membuat komponen, sub sistem dan sistem. Modus pontensialnya dapat berupa kesalahan operator dalam perakitan, adanya variasi proses yang terlalu besar sehingga produk diluar batas spesifikasi yang telah ditetapkan serta faktor yang lainnya. Beberapa alasan menggunakan FMEA diantaranya adalah lebih baik mencegah terjadinya kegagalan daripada memperbaiki kerusakan atau kesalahan, meningkatkan peluang kita untuk dapat mendeteksi terjadinya suatu kegagalan, mengindentifikasi penyebab

15 kegagalan terbesar dan mengeliminasinya, mengurangi peluang terjadinya kegagalan dan membangun kualitas dari produk dan proses. FMEA untuk produksi corrugated cardboard display di PD Impressa Mulia dilakukan dengan mewawancara staff quality control serta dengan pemberian nilai pada severity, occurance, dan detection, yang kemudian digunakan untuk mengetahi nilai (Risk Priority Number) RPN yang berguna untuk menentukan prioritas terhadap mode kegagalan yang memerlukan perhatian lebih. Usulan solusi pencegahan cacat potong: Untuk cacat potong disarankan agar menggunakan mesin feeder pada mesin potong sehingga pekerjaan dapat lebih cepat selesai dan juga dapat meningkatkan presisi dari peletakan material kedalam mesin potong. Penggunaan mesin feeder otomatis juga akan mengurangi resiko kecelakaan kerja bagi operator mesin akibat terjepit mesin die punch seperti yang pernah terjadi, karena proses die punch tidak lagi dikerjakan oleh manusia namun dengan tenaga mesin, dan tenaga kerja yang berasal dari proses die punch dapat dialokasikan untuk mengerjakan proses finishing. Usulan solusi pencegahan cacat finishing: Pada cacat finishing, solusi yang ditawarkan yaitu diperlukan penambahan jumlah tenaga kerja pada proses finishing sehingga pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu serta persentase cacat produk pada proses finishing dapat berkurang yang disebabkan para pekerja terlalu terburu-buru sehingga mengakibatkan hasil finishing menjadi tidak rapi. Usulan solusi pencegahan cacat lem: Kemudian upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan terjadinya cacat lem, perusahaan memerlukan feeder otomatis dan perlakuan terhadap material yang akan diproses pada mesin lem, agar material yang akan diproses pada mesin lem berbentuk rata dan tidak melengkung sehingga dapat mengurangi terjadinya resiko cacat produksi pada proses pengeleman yang berakhir pada rusak atau terlipatnya karton corrugated. Tahap Control Pengendalian (control) merupakan fase mengendalikan kinerja proses dari produksi dan menjamin cacat tidak muncul kembali. Selain ketegasan pihak manajemen dalam melakukan kontrol terhadap proses produksi kepada karyawannya diperlukan juga alat (tool) yang dapat menunjang fase kontrol yang dilakukan. Pihak manajemen disarankan untuk secara konsisten menjalankan FMEA dan melakukan pengembangan terhadap FMEA bila diperlukan. Selain itu diperlukan diagram kendali untuk memantau pergerakan kualitas produksi, diagram kendali yang dapat digunakan adalah peta kendali. Fungsi umum diagram kontrol adalah, sebagai berikut : Membantu mengurangi variabilitas dari hasil produksi. Memonitor kinerja dari proses produksi setiap saat. Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah reject. Diagram kontrol yang dapat digunakan adalah peta kontrol P, peta kendali tersebut merupakan salah satu alat untuk memonitoring proses dan mengendalikan kualitas. Perancangan Sistem Informasi Berikut ini adalah class diagram dari perancangan sistem informasi untuk pengendalian kualitas produk corrugated cardboard display.

16 Class Diagram Overview Berikutnya adalah Navigation Diagram yang merupakan gambaran dari diagram tampilan antar muka secara keseluruhan yang dilengkapi dengan alur navigasi sistem tersebut.

17 Navigation Diagram

18 Examples Berikut ini merupakan beberapa tampilan yang terdapat pada aplikasi untuk pengendalian kualitas produk corrugated cardboard display Tampilan Diagram Peta Kendali Tampilan Diagram Peta Kendali Berikut ini merupakan tampilan dari diagram peta kendali atau control chart. Pada tampilan ini ditampilkan grid yang berisi tanggal inspeksi, total produksi, dan total cacat. Dan pada window ini menampilkan grafik dari diagram peta kendali. Dan apabila terdapat data yang keluar dari batas kendali, maka sistem akan memberikan signal berupa highlight berwarnaa merah pada field data. User dapat menentukan periode waktu untuk menampilkan diagram peta kendali ini. Selain itu, windoww ini juga menampilkan secara otomatis kalkulasi dari nilaii Defect per Opportunities (DPO), juga nilaii sigma. Defect per Million Opportunities (DPMO), dan Tampilan Input Check Sheet

19 Tampilan Input Check Sheet Pada tampilan Input Check Sheet inii menggambarkan form window untuk melakukan input dari data hasil inspeksi yang dilakukan oleh Staff QC. Tampilan Diagram Pareto untuk jenis cacat Tampilan Diagram Pareto Selanjutnya adalah window Pareto Chart yang berisi informasi berupa data angka serta grafik dari hasil perhitungan jumlah defect dan persentase jenis cacat yang terjadi selama kurun waktu tertentu. User dapat memilih rentang waktu untuk ditampilkan pada window pareto ini. Hasilnya berupa grafik dan detil jumlah dan persentase dari total terjadinya cacat.

20 Berikut ini merupakan salah satu contoh dari sequence diagram dari tampilan produksi yang terdapat pada apliaksi. Manager QC create() Window_Data_Produksi Produksi create() Grid_Produksi Get_data_produksi() opt Click_Find Find_data_by_keywords return Get_staff_data() return Click_next Go_to_next_last_in_grid Click_last Go_to_last_last_in_grid Click_previous Go_to_last_last_in_grid Click_First Go_to_first_last_in_ grid Alt [add] Click_Add Input_Customer s_name Input_Date Input_Product_Name Hide Add, Edit, Delete buttons then Show Save & Cancel buttons Production ID Input_Others Input_Quantity Alt Click_Save Save() Show Add, Edit, Delete buttons Get_producion_data() return Click_cancel Show Add, Edit, Delete buttons Click_edit Select_grid_line_to_edit [edit] Hide Add, Edit, Delete buttons Alt Click_Save Show Save & Cancel buttons update() Get_producion_data() return Click_cancel Show Add, Edit, Delete buttons Alt [delete] Click_delete delete() Show Save & Cancel buttons Get_producion_data() return Click_cancel Show Add, Edit, Delete buttons Gambar Sequence Produksi

21 3. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam hal pengendalian kualitas pada PD Impressa Mulia dalam meneliti produk corrugated cardboard display, maka kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan observasi, wawancara serta olah data yang telah dilakukan yaitu: Dari produk corrugated cardboard display yang diproduksi jenis cacat yang terjadi diantaranya yaitu cacat potong, cacat lem, dan cacat finishing. dari jenis cacat tersebut berdasarkan diagram pareto yang dibuat dapat diketahui bahwa jenis cacat yang paling banyak terjadi yaitu cacat potong. Dalam kurun waktu 3 bulan didapat jenis cacat potong memiliki persentase sebesar 44,3% disusul oleh cacat finishing sebesar 29,5% dan terakhir yaitu cacat lem sebesar 26,5%. Dari hasil perhitungan didapati level sigma dari produk corrugated cardboard display di PD Impressa Mulia ini berada pada nilai 3,7σ. Faktor-faktor dari penyebab cacat produk dapat diketahui dari hasil analisis yaitu yang disebabkan oleh karyawan diantaranya feeding tidak pas ke mesin lem yang untuk cacat lem, kemudian feeding tidak pas ke mesin die punch untuk cacat potong, sedangkan pada cacat finishing disebabkan oleh karyawan yang tergesa-gesa karena terkejar deadline unutk menyelesaikan pekerjaan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah cacat yang terjadi diantaranya yaitu, memberikan teguran kepada karyawan bila karyawan tidak fokus dalam bekerja. Selain itu perusahaan juga dapat menggunakan mesin feeder agar proses produksi dalam membuat corrugated cardboard display dapat selesai lebih cepat, mengurangi resiko kecelakaan kerja, dan membuat proses pemotongan dan pengeleman lebih presisi. Kemudian tenaga kerja yang telah diambil alih oleh mesin, dapat dialokasikan

22 ke bagian finishing agar proses finishing dapat lebih cepat dan tidak tergesa-gesa karena kekurangan tenaga kerja. Sistem informasi yang diperlukan oleh perusahaan dalam mendukung pengendalian kualitas produknya yaitu dirancang dengan konsep object oriented analysis and design, menggunakan bahasa pemograman microsoft visual studio 8. Dengan dukungan crystal report untuk membuat laporan, dan menggunakan microsoft access 2007 untuk database yang dipakai. Sistem yang dirancang akan menghasilkan aplikasi yang dapat membantu staff QC dan manager QC untuk melakukan input data serta mengolah data yang dimasukan ke dalam sistem sehingga departemen Quality Control dapat membuat kebijakan untuk menanggulangi permasalahan kualitas pada produk corrugated cardboard display.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu dan teknologi telah membawa dunia industri pada perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu dan teknologi telah membawa dunia industri pada perkembangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi telah membawa dunia industri pada perkembangan yang kian pesat dan tak pernah berhenti berkembang. Dengan adanya kemajuan tersebut telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan berikut : Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1 Mulai Studi Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan 3.1.1. Studi Lapangan Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah pengamatan langsung terhadap perusahaan dan juga untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Percetakan merupakan proses industri untuk memproduksi salinan dari kata-kata dan gambar secara massal dengan menggunakan mesin cetak dengan berbagai ukuran untuk memenuhi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Kualitas Pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA Jurnal Ilmiah Teknik Industri (203), Vol. No. 2, 9 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PROSES PRODUKSI ROLLER CONVEYOR MBC DI PT

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN SKRIPSI Oleh : YONATHAN KURNIAWAN 0532015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Angga Adhytiawan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 77 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Hasil Pengumpulan Data Bagian ini merupakan tahapan dimana semua data-data hasil observasi lapangan di CV. Panca Karya Utama, dengan demikian dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1- semester genap 2006/2007 USULAN PERBAIKAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI WALL PANEL STANDART (118X315)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : SOLYKHUL ANWAR 0532015018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 45 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk menunjang pengolahan data yang dilakukan. Data yang digunakan adalah data jumlah cacat untuk setiap karakteristik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GIFT BOX MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS PT. SOLO MURNI) Pratiwi Putri, Susatyo N.W.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GIFT BOX MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS PT. SOLO MURNI) Pratiwi Putri, Susatyo N.W. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GIFT BOX MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS PT. SOLO MURNI) Pratiwi Putri, Susatyo N.W.P *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Hasil Pengumpulan Data Untuk dapat menganalisa kualitas yang ada di PT. UNITED Kingland, peneliti memerlukan data-data yang akurat dari pihak perusahaan. Berikut datadata

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tedy Chandra 0600657693

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGENDALIAN KUALITAS PANEL STRAHL TYPE 600x400 PADA BAGIAN PAINTING DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Andi Diani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiah Jakarta HP. 08161852358

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC PROCESS QUALITY IMPROVEMENT EFFORTS TO REDUCE THE

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC Cyrilla Indri Parwati 1) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci