BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bank Dunia menyatakan bahwa pada awal tahun 2015, 50% penduduk dunia tinggal di perkotaan dan diperkirakan pada tahun 2050 akan meningkat mencapai 70%. Jika didefinisikan, kota merupakan pusat kegiatan dan perekonomian dari suatu wilayah, dengan fungsi utama sebagai penyedia hunian bagi masyarakat. Kota menurut Bintarto (1977) adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Kota menjadi magnet bagi daerah di sekitarnya karena dianggap menyediakan kehidupan yang lebih sejahtera dibandingkan dengan kehidupan di desa. Akibatnya banyak masyarakat rural melakukan urbanisasi ke kota sehingga jumlah penduduk di kota semakin tahun semakin bertambah. Meningkatnya jumlah penduduk maupun kegiatan penduduk menyebabkan kebutuhan ruang kota yang semakin besar. Ketersediaan ruang kota yang tetap dan terbatas sedangkan aktivitas yang semakin meningkat mengakibatkan crowdedness di kota tersebut dan tidak menutup kemungkinan terjadi urban sprawl di daerah sekitar kota. Neuman (2005) mendefinisikan fenomena urban sprawl sebagai hasil dari pertumbuhan populasi dan ekspansi area geografis, yang dapat mengubah ukuran maupun bentuk kota. Kepadatan penduduk yang meningkat, kemudian memicu munculnya beberapa permasalahan kota. Kemacetan, polusi, permukiman kumuh, infrastruktur yang buruk, kejahatan dan kemiskinan merupakan permasalahanpermasalahan yang kerap kali muncul di perkotaan (Jenks dan Burgess, 1996). Salah satu aspek kehidupan yang rentan terhadap permasalahan kota yaitu aspek kesehatan. Aspek kesehatan erat kaitannya dengan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan munculnya beberapa permasalahan kota, maka tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan penurunan kesehatan masyarakat. 1

2 Dampak dari perkembangan kota yang menyebabkan beberapa permasalahan kota, membuat pemangku kepentingan (stakeholders) kota, utamanya pemerintah, harus mencari solusi bagi permasalahan tersebut. Dari sini, muncul lah konsep-konsep pengembangan kota sebagai alternatif jawaban permasalahan tata kota. Selain menjadi jawaban atas permasalahan kota, konsepkonsep yang muncul juga bertujuan membuat suatu kota tetap sustainable. Beberapa konsep pengembangan kota yang diterapkan di era modern adalah smart city, green city, creative city, dan compact city. Indonesia yang merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahun dan tingkat urbanisasi tinggi, mulai menerapkan beberapa konsep pengembangan kota. Sebut saja Kota Surabaya yang berhasil dengan perencanaan kota cerdas (smart city), dan Kota Bandung yang mendapatkan label sebagai kota kreatif (creative city) (United Nation, 2015). Konsep-konsep tersebut lahir dari pengembangan konsep kota berkelanjutan yang dianggap mampu meningkatkan kualitas hidup kota tanpa mengabaikan kepentingan dimasa yang akan datang. Dalam impelementasinya, konsep pengembangan kota berkelanjutan (sustainable city) muncul dalam bentuk konsep kota kompak (compact city) yang banyak diadopsi kota-kota karena dianggap mampu menciptakan pertumbuhan kota yang efisien. Kota kompak atau compact city menurut Burton (1996) ialah desain perancangan kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, penggunaan fungsi campuran pada kota yang didasarkan pada sistem transportasi publik yang efisien, dan mendorong masyarakat untuk berjalan kaki dan bersepeda. Jenks dan Burges (1996) dalam Compact Cities: Sustainable Urban Forms for Developing Countries, memperkenalkan compact city sebagai bentukan kota paling sustainable. Dengan konsep compact city, diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi pertumbuhan kota yang cenderung menyebar atau sprawl. Dalam perkembangannya, tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap ruang kota tidak hanya sebatas pada rekayasa ruang yang efisien. Kota dan masyarakatnya membutuhkan konsep pengembangan yang lebih kompleks dan tepat sasaran dalam menyelesaikan permasalahan kota, sehingga muncullah konsep baru yaitu kota sehat, yang dicanangkan pertama kali oleh WHO (World 2

3 Health Organisation) dan juga diyakini dapat menciptakan kota yang berkelanjutan. WHO (2012) dalam Rio+20 UN Conference on Sustainable Development mendefinisikan pentingnya tingkat kesehatan kota (urban health) dalam upaya mencapai keberlanjutan kota sebagai berikut: So while cities concentrate opportunities, jobs, and services, they also concentrate health hazards and risks. Healthy is an important benchmark of sustainability of urban policies. Health indicators proposed here also reflect progress on social equity, environment, and development dimensions of sustainable cities Kota sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter pada tahun 1980-an. Kota sehat menurut Barton, dkk, (2003) adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas lingkungan, fisik, dan sosial sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Dalam menentukan kota sehat, faktor yang paling utama adalah performa kesehatan individu dan komunitas (fisik, sosial, dan mental) itu sendiri (WHO, 1946). Inisiasi kota sehat di Indonesia dimulai sejak tahun 1996 bersamaan dengan pencanangan hari kesehatan sedunia dengan tema Healthy Cities for Better Life. Indonesia melalui pencanangan tersebut melakukan kegiatan seminar dan pertemuan yang kemudian ditindaklanjuti dengan peluncuran Pilot Proyek Kota Sehat di 6 kota. Di negara maju, telah muncul konsep kota kompak dan kota sehat terlebih dahulu. Namun kedua konsep tersebut seolah berjalan sendiri-sendiri dan belum dijabarkan lebih lanjut apakah sejauh ini konsep kota kompak dapat mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di suatu kota. Konsep kota kompak memiliki beberapa manfaat penting, seperti: mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, mengurangi emisi karbon, mendukung penggunaan transportasi publik, memberikan akses yang baik pada layanan publik, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan infrastruktur, dan mampu merevitalisasi pusat kota. Kekompakan kota berkontribusi pada penciptaan pergerakan manusia yang efisien, sehingga berimplikasi dalam pembentukan kota sehat (Roychansyah, dkk, 2013). 3

4 Permasalahan akibat perkembangan kota tidak hanya terjadi di negara maju, namun juga di negara berkembang. Di negara berkembang, tingkat urbanisasi cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara maju, salah satunya terjadi di negara Indonesia. Pada tahun 2011, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan bahwa tingkat urbanisasi di kota-kota besar di Indonesia mencapai angka 54%. PBB juga memperkirakan bahwa pada tahun 2050, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di kota mencapai 67%. Kota-kota besar dengan tingkat kepadatan tinggi mayoritas berada di Pulau Jawa yang dikategorikan sebagai pulau paling maju di Indonesia. Beberapa kota besar di Indonesia sedang mengembangkan konsep compact city untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan. Sebut saja Kota yang pada tahun 2010, 64,3% penduduk Daerah Istimewa tinggal di kota. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati pada tahun 2015 menemukan fakta bahwa Kota tergolong dalam kota kompak. Kota kompak memiliki 5 atribut yang menjadi syarat terbentuknya kota kompak, yaitu densifikasi penduduk, pengkonsentrasian aktivitas, intensifikasi transport publik, pertimbangan ukuran kota, dan target kesejahteraan masyarakat (Roychansyah, dkk, 2005). Kota telah memenuhi 2 atribut kota kompak yang disyaratkan, yaitu densifikasi penduduk serta pengkonsentrasian aktivitas. Hal tersebut terlihat dari kepadatan penduduk di 14 Kecamatan di Kota rata-rata sekitar 120 jiwa/ha. Kepadatan tersebut masih lebih tinggi dari Tokyo (70 jiwa/ha) ataupun Singapura (90 jiwa/ha). Kepadatan penduduk tersebut merupakan kepadatan ideal dalam efisiensi bahan bakar (Newman dan Kenworthy, 1999). Apabila diamati lebih lanjut, densifikasi tinggi dan pengkonsentrasian aktivitas tidak hanya terjadi di Kota, namun menyebar ke sekitar wilayah administrasi Kota. Persebaran kepadatan dan pengkonsentrasian aktivitas di luar batas administrasi Kota menyebabkan terbentuknya kawasan Aglomerasi Perkotaan (APY). Intensifikasi transportasi umum di Kota yang tergolong sebagai salah satu atribut kota kompak, kondisinya masih memprihatinkan dan 4

5 jauh dari kata ideal. Jumlah kepemilikan motor dan mobil pribadi mencapai 1/3 dari jumlah penduduk Kota. Jumlah ini tentunya akan semakin membengkak 2 3 kali lipat, dikarenakan setiap harinya Kota dipadati oleh kendaraan dari Kota dan kabupaten di sekitarnya (Roychansyah, dkk, 2013). Selanjutnya, dari atribut ukuran dan akses optimal kota, Kota mempunyai jarak yang mudah untuk dicapai, bahkan dari wilayah aglomerasinya. Atribut kota kompak yang terakhir, yaitu kondisi kesejahteraan masyarakat di Kota, memiliki kecenderungan peningkatan kesejahteraan pada tahun 2006 (Roychansyah, dkk, 2013). Kawasan Aglomerasi Perkotaan atau secara fungsional bernama Kawasan Perkotaan (KPY) yang terbentuk akibat persebaran kepadatan dan pengkonsentrasian aktivitas di luar batas adminsitrasi Kota, kemudian menjadi core dan point development dalam konsep tata ruang wilayah Provinsi Daerah Istimewa (Kementerian Pekerjaan Umum, 2008). Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DI No. 2 Tahun 2010 Pasal 10 ayat 3a, KPY mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang mencakup wilayah Kota, serta beberapa kecamatan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Selain itu, pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DI (RTRW DIY) Tahun disebutkan bahwa KPY merupakan kawasan strategis Provinsi DIY. Dari atribut aspek konsentrasi kegiatan, bagian-bagian spasial di KPY telah mengadopsi prinsip-prinsip kegiatan beragam atau mixed use. Dengan kedua konsep, tingkat kekompakan kota (urban compactness) dan tingkat kesehatan kota (urban health), diharapkan Kawasan Perkotaan (KPY) mampu mewujudkan keberlanjutan kota. Kota yang tidak hanya nyaman, tetapi juga sehat, akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk. Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana kecenderungan hubungan antar keduanya di KPY. 5

6 I.2. Pertanyaan Penelitian Gambar. 1.1 Diagram Latar Belakang (Sumber: Penulis, 2015) Berdasarkan latar belakang tersebut, arah penelitian yang dilakukan akan memaparkan jawaban dari beberapa pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana tingkat kekompakan kota (urban compactness) di Kawasan Perkotaan? 2. Bagaimana tingkat kesehatan kota (urban health) di Kawasan Perkotaan? 3. Bagaimana hubungan antara tingkat kekompakan kota (urban compactness) dan tingkat kesehatan kota (urban health) di Kawasan Perkotaan? 6

7 I.3. Tujuan Penelitian Dari pertanyaan penelitian yang melatarbelakangi dilaksanakan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengukur tingkat kekompakan kota (urban compactness) di Kawasan Perkotaan 2. Mengukur tingkat kesehatan kota (urban health) di Kawasan Perkotaan 3. Menguji hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) dan tingkat kesehatan kota (urban health) di Kawasan Perkotaan, apakah kota yang kompak merupakan kota yang sehat. I.4. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, selain memberikan manfaat kepada peneliti, diharapkan penelitian ini nantinya akan menghasilkan beberapa manfaat kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya, manfaat yang dimaksud adalah: 1. Menjadi salah satu masukan untuk dilakukannya pengembangan penelitian-penelitian yang memiliki keseragaman tema. 2. Menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya bagi Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten Sleman, Pemerintah Kabupaten Bantul, dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa dalam melakukan perencanaan pembangunan Kawasan Perkotaan. 3. Menjadi salah satu alat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan beberapa ilmu lain yang memiliki keterkaitan. I.5. Batasan Penelitian Peneliti menetapkan batasan-batasan khusus supaya penelitian yang dilakukan memiliki cakupan yang lebih fokus dengan arah penelitian yang lebih jelas. Batasan-batasan yang dimaksud adalah: 7

8 1.5.1 Substansial Substansi dalam penelitian ini mengkaji tingkat kekompakan kota dan tingkat kesehatan kota di Kawasan Perkotaan serta menghubungkan apakah kota yang kompak merupakan kota yang sehat Areal Lokasi dilakukannya penelitian menjadi batasan ruang dari penelitian tersebut, yaitu Kawasan Perkotaan (KPY). Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DI No. 2 Tahun 2010 Pasal 10 ayat 3a KPY meliputi 14 kecamatan di Kota, sebagian desa dari 6 kecamatan di Kabupaten Sleman, dan sebagian desa dari 3 kecamatan di Kabupaten Bantul. Namun, mengingat kelengkapan data untuk unit analisis di Kota dan sekitarnya hanya sampai tingkat kecamatan (bukan sampai tingkat desa), sehingga pemilihan lokasi penelitian mencakup semua desa di 23 kecamatan di KPY. Gambar. 1.2 Batasan Areal Penelitian (Sumber: Penulis, 2015) 8

9 1.5.3 Waktu Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2013 dan Data untuk mengukur tingkat kekompakan kota adalah data pada tahun 2013, yang didapat melalui analisis data sekunder. Sedangkan data untuk mengukur tingkat kesehatan kota adalah data pada tahun 2013 dan Data untuk mengukur tingkat kesehatan kota pada tahun 2013 didapat melalui analisis data sekunder, sedangkan data untuk mengukur tingkat kesehatan kota pada tahun 2016 didapat melalui survei primer. I.6. Keaslian Penelitian Sama dengan penelitian-penelitian yang lain, penelitian ini memiliki fokus dan lokus yang kemudian menjadi unsur terpenting dalam penyusunannya terkait keaslian dan originalitas. Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif-kuantitatif-rasionalistik, penelitian bertajuk Hubungan Kekompakan Kota Urban Compactness dan Kesehatan Kota Urban Health di Kawasan Perkotaan, ini mengkaji tema-tema kontemporer yang sedang berkembang dalam dunia perencanaan. Sebelumnya, masih sedikit penelitian dan jurnal yang menggunakan tema urban compactness dan urban health pada dinamika perkembangan kota sebagai dasar penelitian, yaitu: 1. Pengembangan Model Kota Sehat Berbasis Pendekatan Kota Kompak melalui Pengukuran Performa Kesehatan Individu di Lingkungan Padat Kampung Kota (Sani Roychansyah, Arta Farmawati, dan Lutfan Lazuardi Hibah Penelitian Multidisiplin UGM 2013) Penelitian yang dilakukan oleh Roychansyah, dkk (2013) memiliki fokus untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat performa kesehatan individu masyarakat dengan implementasi atribut kota kompak. Kemudian memodelkan kota sehat dengan mentipologikan 5 kasus kampung padat penduduk Kota yang diangkat. Sedangkan lokus dari penelitian ini berada di Kampung Terban, Sosrowijayan, Sanggrahan, Cokrodirjan, dan Ratmakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif. 9

10 2. Pembangunan Infrastruktur Hijau Berorientasi Kampung (KOGID): Karakteristik, Model, Aplikasi dan Strategi Implementasi Atribut Kota Kompak di Permukiman Kampung Kota (Sani Roychansyah, Lutfan Lazuardi, dan Widyasari Her Nugrahandika Hibah Penelitian Multidisiplin UGM 2013) Penelitian yang dilakukan oleh Roychansyah, dkk (2013) memiliki fokus untuk memodelkan dan mentipologikan konsep pembangunan kota kompak di 5 kampung amatan di Kota dengan pertimbangan menyeluruh terhadap sektor-sektor yang ada di dalamnya. Sedangkan lokus dari penelitian ini berada di Kampung Terban, Sosrowijayan, Sanggrahan, Cokrodirjan, dan Ratmakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rasionalistik kualitatif. 3. Pengembangan Model Kota Kompak yang Sehat (Healthy Compact City) Berbasis Performa Kesehatan Individu di Wilayah Aglomerasi Perkotaan (Sani Roychansyah, Arta Farmawati, dan Lutfan Lazuardi Hibah Penelitian Multidisiplin UGM 2014) Penelitian yang dilakukan oleh Roychansyah, dkk (2014) memiliki fokus untuk memodelkan konsep kota kompak berkelanjutan yang komprehensif melalui integrasi model konsep kota kompak dan kota sehat (healthy compact city index). Terdapat perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dan penelitian yang telah dilakukan oleh Roychansyah, dkk, yaitu adanya pengkayaan indikator urban health yang ditinjau dari aspek spasial skala meso hingga makro. Sedangkan lokus dari penelitian ini berada di Wilayah Aglomerasi Perkotaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif kuantitatif. 4. Penyelenggaraan Program Kota Sehat Kategori Tatanan Permukiman Sehat di Kampung Duri Kosambi (Gayatri Priyamitra Widitya Thesis Universitas Gadjah Mada 2014) Penelitian yang dilakukan oleh Widitya (2014) memiliki fokus untuk membuktikan penyelenggaraan program kota sehat (urban health). Sedangkan lokus dari penelitian ini berada di Kampung Duri Kosambi, 10

11 Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif kualitatif. 5. Pengaruh Urban Compactness Terhadap Pola Pergerakan Penduduk Kota (Lanthika Atianta Skripsi Universitas Gadjah Mada 2014) Penelitian yang dilakukan oleh Atianta (2014) memiliki fokus untuk menemukan keterkaitan antara urban compactness dan pola pergerakan penduduk di Kota, dan mengidentifikasi faktor yang berpengaruh dalam mereduksi pergerakan penduduk Kota. Sedangkan lokus dari penelitian ini berada di Kecamatan Umbulharjo dan Danurejan, Kota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif kuantitatif. 6. Pengaruh Urban Compactness Terhadap Transformasi Spasial di Wilayah Peri Urban Kota (Indah Tiara Kusumawati Skripsi Universitas Gadjah Mada 2015) Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2015) memiliki fokus untuk membuktikan adanya pengaruh urban compactness terhadap transformasi spasial di Wilayah Peri Urban Kota. Dengan metode yang sama, data urban compactness Kota yang telah diteliti oleh Kusumawati akan digunakan, dengan memperluas cakupan pengukuran urban compactness di Kawasan Perkotaan. Sedangkan lokus dari penelitian ini berada di 14 Kecamatan Kota dan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman yang termasuk dalam bagian Kawasan Perkotaan yang meliputi kecamatan: Kasihan, Sewon, Banguntapan, Depok, Ngemplak, Ngaglik, Mlati, Godean, dan Gamping. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif kuantitatif. 11

12 No Nama (Tahun) Indah Tiara Kusumawati (2015) Lanthika Atianta (2014) Gayatri Priyamitra (2014) Sani Roychansyah, dkk (2014) Jenis Penelitian Skripsi UGM Skripsi UGM Thesis UGM Hibah Penelitian Multidisip lin Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terkait Judul Fokus Lokus Pengaruh Urban Compactness terhadap Transformasi Spasial di Wilayah Peri Urban Kota Pengaruh Urban Compactness Terhadap Pola Pergerakan Penduduk Kota Penyelenggaraan Program Kota Sehat Kategori Tatanan Permukiman Sehat di Kampung Duri Kosambi Pengembangan Model Kota Kompak yang Sehat (Healthy Compact City) Berbasis Performa Kesehatan Individu di Wilayah Aglomerasi Perkotaan Membuktikan adanya pengaruh urban compactness terhadap transformasi spasial di Wilayah Peri Urban Kota Mengetahui pengaruh urban compactness terhadap pola pergerakan (jarak tempuh pergerakan keluar kecamatan, dan penggunaan moda transportasi) penduduk Kota Pembuktian penyelenggaraan program kota sehat (urban health) di Kampung Duri Kosambi, Jakarta Memodelkan konsep kota berkelanjutan yang komprehensif melalui integrasi model konsep kota kompak dan kota sehat (healthy compact city index) 14 Kecamatan di Kota, 3 Kecamatan di Kab. Bantul, dan 9 Kecamatan di Kab. Sleman Kecamatan Danurejan. dan Umbulharjo, Kota Kampung Duri Kosambi, Jakarta 23 Kecamatan di Wilayah Aglomerasi Perkotaan Metode Penelitian Deduktif - Kuantitatif Deduktif - Kuantitatif Induktif - Kualitatif Deduktif - Kuantitatif bersambung 12

13 lanjutan Tabel 1.1 No Nama (Tahun) Sani Roychansyah, dkk (2013) Sani Roychansyah, dkk (2013) Jenis Penelitian Hibah Penelitian Multidisip lin Hibah Penelitian Multidisip lin Judul Fokus Lokus Pembangunan Infrastruktur Hijau Berorientasi Kampung (KOGID): Karakteristik, Model, Aplikasi dan Strategi Implementasi Atribut Kota Kompak di Permukiman Kampung Kota Pengembangan Model Kota Sehat Berbasis Pendekatan Kota Kompak melalui Pengukuran Performa Kesehatan Individu di Lingkungan Padat Kampung Kota Memodelkan konsep dan tipologi pembangunan kota kompak pada 5 kampung di Kota. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat performa kesehatan individu masyarakat dengan implementasi atribut kota kompak di kampung kota, dan memodelkan kota sehat dengan mentipologikan 5 kasus kampung yang diangkat. (Sumber : Penulis, 2015) 5 Kampung di Kota 5 kampung di Kota Metode Penelitian Rasionalistik - Kualitatif Deduktif 13

14 I.7. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian untuk menjelaskan bagaimana tingkat urban compactness dan urban health di Kawasan Perkotaan, digunakan alur penulisan sebagai berikut: 1. Bab 1, Pendahuluan, berisi tentang rasionalisasi pemilihan tema hubungan urban compactness dan urban health sebagai obyek penelitian, dan alasan yang melatarbelakangi penelitian menjadi layak dan pantas untuk dilakukan. 2. Bab 2, Tinjauan Pustaka, berisi teori-teori pendukung yang memiliki keterkaitan dengan topik seperti teori mengenai definisi kota, urban compactness, urban health, yang kemudian dikerangkakan dan dijadikan basis atau pedoman untuk melihat kondisi ideal di lapangan. 3. Bab 3, Metode Penelitian, berisi tentang jabaran metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian. Di dalamnya terdapat instrumen serta indikator urban compactness dan urban health. 4. Bab 4, Gambaran Wilayah, berisi mengenai deskripsi wilayah studi kasus penelitian dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan topik seperti kondisi fisik wilayah, demografi sosial masyarakat, dan ekonomi. 5. Bab 5, Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi mengenai eksplorasi topik dan temuan-temuan yang didapatkan di lapangan yang kemudian menjawab poin-poin penting dari pertanyaan penelitian. 6. Bab 6, Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai rekomendasi dan penyelesaian masalah dari hasil penelitian yang didapatkan, sehingga esensi dari dilakukannya penelitian ini dapat digambarkan secara jelas. 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota merupakan perubahan kota yang terjadi dari waktu ke waktu. Indonesia seperti halnya negara-negara lainnya, sedang mengalami pertumbuhan perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi maupun spasial. Transformasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota-kota besar di Indonesia secara umum memiliki ciri-ciri yaitu tingginya intensitas aktivitas dan kegiatan di dalamnya, hal ini dapat terlihat pula dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat kota masih menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Pusat kota menjadi pusat aktivitas penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan titik awal perubahan atau perkembangan sebuah kota yang ditandai dengan laju pertumbuhan kawasan urban. Laju pertumbuhan ini merupakan tolok ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyandang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG : MEREDUKSI MOBILITAS PERKOTAAN

PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG : MEREDUKSI MOBILITAS PERKOTAAN Oleh : Linda Tondobala (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi, lindtmt@yahoo.com ) Abstrak Pertumbuhan perkotaan yang berlangsung sangat pesat telah berdampak meluas/menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang

BAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Urbanisasi yang terjadi di kota-kota mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang No.1 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stearns dan Montag (1974) dalam Irwan (2005) menjelaskan bahwa kota merupakan suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

Makalah Kunci. Peningkatan Kesetaraan Pembangunan Antara Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Melalui Pembangunan Kota-Kota Sekunder.

Makalah Kunci. Peningkatan Kesetaraan Pembangunan Antara Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Melalui Pembangunan Kota-Kota Sekunder. Makalah Kunci Peningkatan Kesetaraan Pembangunan Antara Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Melalui Pembangunan Kota-Kota Sekunder Disampaikan oleh: Soenarno Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus

Lebih terperinci

KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA

KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA Ardy Maulidy Navastara 1*, Muhd. Zia Mahriyar 2, Cihe Aprilia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aksesibilitas merupakan hubungan kedekatan suatu tempat dengan tempat lain yang diindikasikan dengan kemudahan dalam mencapai tujuan dari lokasi asal (Simmonds, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota dan ketersediaan fasilitas menarik terjadinya pergerakan dari daerah pinggiran (hinterland) ke pusat kota. Ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan tentang sampah saat ini telah menjadi isu serius yang berkembang menjadi permasalahan publik. Penumpukan sampah dapat mengakibatkan aroma tidak sedap dan

Lebih terperinci

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada Research Development Roadmap 2016-2020 Pusat Studi Regional Universitas Gadjah Mada Isu-Isu Isu Internasional Isu Nasional Sustainable cities and communities Wilayah dan Kota Wilayah Infrastruktur Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan permasalahan bagi perencana maupun pengelola kota, dan akan menjadi lebih semakin berkembang karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota berasal dari kata urban yang berarti mengandung makna kekotaan dan perkotaan. Kekotaan berarti sifat-sifat yang melekat pada kota dalam arti fisik, ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Beralihnya piramida penduduk dunia dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk tua dan urbanisasi merupakan dua tren global yang menjadi fokus utama di abad

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA J. Dwijoko Ansusanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta dwiyoko@mail.uajy.ac.id Sigit Priyanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota secara terus menerus mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan dan pertumbuhan kota memiliki dampak positif dan negatif. Dampak postif yang dapat dirasakan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014 PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG SARANA DAN PRASARANA ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban Compactness di Kota Denpasar, Bali

Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban Compactness di Kota Denpasar, Bali C6 Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban Compactness di Kota Denpasar, Bali I Putu Praditya Adi Pratama dan Putu Gde Ariastita Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota selalu menunjukkan suatu keadaan yang dinamis. Kotakota di Indonesia berkembang dengan cepat seiring perkembangan zaman dan teknologi. Namun, beberapa

Lebih terperinci

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: TITI RATA L2D 004 357 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian utama di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta pertahun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial, ekonomi, budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota

Lebih terperinci

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada Research Development Roadmap 2016-2020 Pusat Studi Regional Universitas Gadjah Mada Isu-Isu Isu Internasional Isu Nasional Sustainable cities and communities Wilayah dan Kota Wilayah Infrastruktur Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu isu yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah menyangkut fenomena daerah pinggiran kota dan proses perubahan spasial, serta sosial di daerah ini. Berawal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari masa ke masa, permintaan kebutuhan hidup manusianya pun melonjak. Pada era globalisasi saat ini, penduduk

Lebih terperinci

yang bervariasi. Dengan demikian penduduk cenderung menggunakan transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi. 2. Pemerintah selayaknya

yang bervariasi. Dengan demikian penduduk cenderung menggunakan transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi. 2. Pemerintah selayaknya yang bervariasi. Dengan demikian penduduk cenderung menggunakan transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi. 2. Pemerintah selayaknya menerapkan kebijakan rayonisasi untuk pendaftaran sekolah baik

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : YUSUP SETIADI L2D 002 447 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran tangki timbun di SPBU. Survey Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran tangki timbun di SPBU. Survey Pendahuluan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Alir penelitian akan ditampilkan dalam bentuk flowchart pada gambar 3.1. Mulai Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Udara di perkotaan tak pernah terbebas dari pencemaran asap beracun yang dimuntahkan oleh jutaan knalpot kendaraan bermotor. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai dengan saat ini masalah kemiskinan masih menjadi persoalan yang belum tertuntaskan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masyarakat yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org) Bab 1 Pendahuluan - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Masyarakat perkotaan sebagai pelaku utama kegiatan di dalam sebuah kota, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

URBAN SPATIAL RESTRUCTURING: MODEL PERKAMPUNGAN TERINTEGRASI KAWASAN BALIREJO, YOGYAKARTA DENGAN PRINSIP SMART GROWTH (AMERIKA SERIKAT)

URBAN SPATIAL RESTRUCTURING: MODEL PERKAMPUNGAN TERINTEGRASI KAWASAN BALIREJO, YOGYAKARTA DENGAN PRINSIP SMART GROWTH (AMERIKA SERIKAT) URBAN SPATIAL RESTRUCTURING: MODEL PERKAMPUNGAN TERINTEGRASI KAWASAN BALIREJO, YOGYAKARTA DENGAN PRINSIP SMART GROWTH (AMERIKA SERIKAT) Oleh: Naufal Mohamad Firdausyan SMA Negeri 8 Yogyakarta nmmuhfi@gmail.com

Lebih terperinci

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN Pemerintah Daerah DIY Disampaikan dalam Lokakarya Nasional Diseminasi Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah susun adalah sebuah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam

Lebih terperinci

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan secara fisik, soasial, ekonomi, dan aktivitas di dalamnya. Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan kota dari tahun ke tahun turut memengaruhi suhu perkotaan. Laporan United Nation tahun 2005 menyebutkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia tinggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN URBAN COMPACTNESS DENGAN POLA PERGERAKAN PENDUDUK KAWASAN KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN URBAN COMPACTNESS DENGAN POLA PERGERAKAN PENDUDUK KAWASAN KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR HUBUNGAN URBAN COMPACTNESS DENGAN POLA PERGERAKAN PENDUDUK KAWASAN KOTA SURAKARTA Oleh: TENDRA ISTANABI I0611024 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata-1 Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan spasial kota yang tidak terkendali diyakini akan menjadi pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural, ekonomi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu tentang permasalahan lingkungan di perkotaan semakin merebak. Oleh karena itu salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan dibutuhkan pembangunan kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Pekerjaan Umum ( PU ) memiliki inisiatif untuk menerapkan konsep Kota Hijau (Green Cities) di berbagai kota. Beberapa faktor yang melatar belakangi penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sesuai dengan uraian pemerintah Kabupaten Sleman mengenai luas wilayah, Sleman merupakan satu dari lima kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI MENUJU KOTA TOMOHON SEBAGAI COMPACT CITY ABSTRAK

EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI MENUJU KOTA TOMOHON SEBAGAI COMPACT CITY ABSTRAK EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI MENUJU KOTA TOMOHON SEBAGAI COMPACT CITY Kindly A. I. Pangauw 1, Sonny Tilaar, 2 & Amanda S. Sembel,c 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena dalam aktivitas perkotaan yang terjadi secara terus menerus. Urbanisasi akan membawa pembangunan perkotaan sebagai tanggapan dari bertambahnya

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN Tiar Pandapotan Purba 1), Topan Himawan 2), Ernamaiyanti 3), Nur Irfan Asyari 4) 1 2) Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu mengalami perkembangan fisik seiring dengan perubahan waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan berubah. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi yang terus terjadi di kota menyebabkan menurunnya performa kota. Berbagai permasalahan kota muncul seiring dengan pesatnya urbanisasi. Urbanisasi yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap dan tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di dalamnya, di mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja, M. Phil., dalam bukunya berjudul Perencanaan Tata Guna Lahan Dalam Pengembangan Wilayah mengatakan bahwa lahan merupakan suatu

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang banyak dan berkualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klaten merupakan Kabupaten yang terletak di antara dua kota besar,yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini menjadikan Klaten menjadi persimpangan jalur transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori Neighborhood unit muncul pertama kalinya pada tahun 1929 dari pemikiran Clarence Arthur Perry. Gagasan tersebut membuat dunia seolah sepakat bahwa Neighborhood

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Studi Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Ideal Di Kampus Perguruan Tinggi Untuk Perencanaan Kampus Hijau Kasus Amatan Wilayah Aglomerasi Kota Yogyakarta Utara Deni Hermawan, Diananta Pramitasari, Slamet Sudibyo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang dari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan, serta sistematika pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perkembangan arus transportasi pada beberapa daerah yang ada di Indonesia. Salah satu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim meningkat pesat akhir-akhir ini. Berbagai gerakan hijau dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan jumlah penduduk mungkin bukan sebuah fenomena yang asing di telinga untuk saat ini. Fenomena ledakan jumlah penduduk hampir terjadi di seluruh belahan dunia

Lebih terperinci

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI PENGERTIAN Kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang (Brundtland,1987) suatu interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap waktunya menuntut sarana dan prasarana yang semakin memadahi pula, pembangunan adalah suatu bentuk pemenuh kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

RENTAL OFFICE DI DEPOK

RENTAL OFFICE DI DEPOK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RENTAL OFFICE DI DEPOK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Devy Renita Aninda L2B

Lebih terperinci

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 6 BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN 2.1. Latar Belakang Kemacetan lalu lintas adalah salah satu gambaran kondisi transportasi Jakarta yang hingga kini masih belum bisa dipecahkan secara tuntas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1996, United Nations Centre for Human Programme (UNCHS/UN-HABITAT) untuk pertama kalinya mengembangkan Global Urban Indicator Program (GUIP). GUIP merupakan

Lebih terperinci

Pembangunan Kota Berkelanjutan

Pembangunan Kota Berkelanjutan Pembangunan Kota Berkelanjutan Uke M Hussein Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Mei 2017 1 Outline Urbanisasi di Indonesia Peluang, tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anak adalah generasi yang akan meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam suatu negara. Dalam Keputusan Presiden RI no 36 tahun 1990 tentang Pengesahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil merupakan salah satu jenis industri yang potensial karena memiliki kontribusi besar dalam pembangunan. Industri kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja,

Lebih terperinci