BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah
|
|
- Hamdani Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyandang berbagai predikat seperti kota pariwisata, kota pelajar, kota historis dan kota budaya. Kota ini terkenal sebagai kota pelajar dan budaya karena mempunyai banyak institusi pendidikan dan merupakan tempat dimana salah satu universitas negeri terbesar, tertua dan terkenal di Indonesia berada. Sehingga tidak mengherankan apabila kota ini menjadi tujuan utama para pelajar dari berbagai kota bahkan dari berbagai pulau di Indonesia yang ingin melanjutkan studi. Pertumbuhan di kota Yogya digerakkan oleh bermacam- macam jenis perdagangan (terutama sektor retail), pariwisata dan pendidikan. Perkembangan Kota Yogyakarta yang sangat pesat mau tidak mau mengakibatkan bergesernya batas-batas pembangunan yang terjadi menjangkau wilayah Kabupaten Sleman maupun Kabupaten Bantul (aglomerasi). Pembangunan pusat perto koan, kampus perguruan tinggi, maupun perumahan semakin lama bergeser ke wilayah pinggiran kota, bahkan berada di luar kota. Kota Yogyakarta telah tumbuh dan berkembang ke wilayah sekitar yang kemudian beraglomerasi membentuk apa yang disebut sebagai Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) ataupun Greater Yogya. Bersama dengan pembangunan infrastruktur berupa koridor yang 1
2 menghubungkan pusat-pusat kegiatan, Kawasan Perkotaan Yogyakarta ( KPY) menjadi core dan point development dalam konsep tata ruang wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) sebagai bentuk aglomerasi Kota Yogyakarta yang menjangkau Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul merupakan wilayah administratif daerah berbatasan dengan wilayah daerah lain yang memiliki saling ketergantungan. Ketika sebuah kota berukuran cukup kecil area terbangunnya dan hanya mencakup bagian kecil batas administratif, maka pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan menjadi isu yang sederhana dibandingkan pengelolaan yang rumit yang muncul dari pembangunan suatu kota yang areanya melebihi batas administratif. Ketergantungan antar daerah harus dikelola dengan kerja sama antar daerah. Kerja sama antar daerah memungkinkan pembangunan yang terjadi dikelola dan dikoordinasi dalam kerangka sistem dan kegiatan yang dijalankan harus berdasarkan pada efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. Munculnya kerja sama antar daerah KARTAMANTUL yang dibentuk tahun 2001 sebagai skema kerja sama 3 (tiga) daerah yang dibentuk berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan ( sustainable development) serta merupakan salah satu wujud dari pengembangan prinsip Good Governance. Bentuk kerja sama yang diharapkan dapat memberikan efisiensi pelayanan kepada publik dalam upaya untuk mewujudkan harmonisasi pembangunan ketiga wilayah dalam bentuk kerja sama antar wilayah kebijakan pembangunan pada sektorsektor terkait. 2
3 Kerja sama Kartamantul dianggap merupakan salah satu contoh kerja sama antar daerah yang berhasil di Indonesia. Hal ini terbukti dengan penghargaan yang diraihnya pada IMP Award Tahun 2003 dari Departemen Dalam Negeri-Worldd Bank. Selain itu Sekretariat Bersama Kartamantul juga menerima banyak kunjungan dari berbagai kabupaten/kota yang ada di Indonesia yang melakukan studi banding tentang bagaimana kerja sama antar daerah Kartamantul ini terbentuk dan berjalan dengan baik hingga sampai saat ini. Gambar 1.1. Penghargaan dan Trophy Kenang-kenangan yang diterima Sekretariat Bersama Kartamantul Sumber: Sekretariat Bersama Kartamantul Ruang lingkup kerja sama antar daerah Kartamantul meliputi 6 (enam) sektor yaitu: a. Sektor Transportasi b. Sektor Drainase c. Sektor Jalan d. Sektor Persampahan e. Sektor Air Limbah f. Sektor Air Bersih 3
4 Yogyakarta memiliki kondisi yang khas, yaitu lahannya yang terbatas, tetapi pertumbuhan pembangunan berlangsung terus, baik sebagai kota pelajar, budaya dan pariwisata. Pertumbuhan Kota Yogyakarta yang pesat tentunya berimplikasi pada banyak sektor, salah satunya sektor transportasi termasuk tentang prasarana jalan. Jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai peranan penting, dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya, keberadaan jalan membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun toleransi, dan mencairkan seka budaya. Dari aspek lingkungan, keberadaan jalan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Jalan mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan. Dalam kerangka tersebut, infrastruktur jalan mempunyai peranan untuk mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Pembangunan jalan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna benar-benar akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Permasalahan jalan di perkotaan pada umumnya terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan jalan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor di sisi lain. Pertumbuhan jalan cenderung lebih kecil dibanding pertumbuhan 4
5 kendaraan bermotor. Beban yang berlebihan pada jalan akan menyebabkan kemacetan lalu lintas, mengurangi kenyamanan perjalanan, lelah dan bosan dalam perjalanan, juga menghabiskan energi, waktu dan materi. Saat ini jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sementara di sisi lain jumlah jalan relatif konstan Gambar 1.2. Grafik Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Yogyakarta Tahun Sumber: Kota Yogyakarta dalam Angka 2014, diolah Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IIIA Kelas IIIB Kelas IIIC Kelas Tidak Dirinci Gambar 1.3. Grafik Panjang jalan menurut kelas jalan dan status jalan di Kota Yogyakarta (km) Sumber: Kota Yogyakarta dalam Angka 2014, diolah 5
6 Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwa lambat laun daya dukung jalan akan tidak mencukupi untuk mendukung dan menampung mobilitas kendaraan di Kota Yogyakarta. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya kemacetan lalu lintas (Traffic jam/bottleneck) yang terjadi hampir setiap pagi, siang, sore, dan malam di ruas-ruas jalan besar di Kota Yogyakarta, seperti terlihat di perempatan Mirota Kampus, perempatan Tugu, perempatan Jalan Magelang, dan tempat-tempat lain. Gambar 1.4. Kondisi Lalu lintas di perempatan Tugu Jogja dan perempatan Mirota Kampus Sumber: Dokumentasi Penulis, Survei Lapangan 2014 Menurut Suryokusumo (2008), ada hal-hal yang sering menimbulkan permasalahan terkait dengan terjadinya perbedaan persepsi tentang infrastruktur jalan di wilayah perbatasan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: a. Siapa yang bertanggung jawab pembangunan, pemeliharaan dan peningkatan jalan. Apakah menjadi beban pemerintah yang berbatasan (Kabupaten/Kota) ataukah menjadi beban Pemerintah Provinsi karena kasusnya sudah lintas wilayah. b. Perbedaan status ruas jalan. Seringkali pembangunan pemeliharaan dan peningkatan jalan menjadi terhambat karena status ruas jalan yang berbeda. Sebagai contoh pada ruas yang dimiliki Kabupaten/Kota ditetapkan sebagai 6
7 ruas jalan Kabupaten/Kota, tetapi pada ruas yang berbatasan ditetapkan sebagai jalan lingkungan. c. Perbedaan lebar jalan. d. Dimensi Jalan. e. Kualitas dan konstruksi teknis jalan. f. Utilitas pendukung (PJU,APILL) Dalam konteks kerja sama pengelolaan prasarana jalan yang dilakukan di wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta, pengelolaan jalan di wilayah tersebut tidak terlepas dari status yang melekat pada ruas jalan yang keberadaannya ditetapkan berdasarkan kewenangan yang dimiliki Kabupaten/Kota dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya sinergitas antar Kabupaten/Kota dengan Provinsi dalam proses perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaannya agar masyarakat bisa mendapatkan hak yang sama dalam menggunakan fasilitas jalan yang memadai meskipun berada di wilayah perbatasan. Sinergitas dalam kerja sama antar daerah Kartamantul yang sudah berlangsung sejak tahun 2003 menjadi alasan peneliti untuk mengkaji lebih dalam lagi bentuk kerja sama pengelolaan prasarana jalan yang dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan jalan di wilayah perbatasan yang selalu berkembang dari waktu ke waktu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 7
8 1.2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dengan demikian, pertanyaan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana bentuk kerja sama pengelolaan prasarana jalan pada kerja sama antar daerah Kartamantul? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberlanjutan kerja sama pengelolaan prasarana jalan tersebut? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kerja sama yang dilakukan dalam pengelolaan prasarana jalan di Kartamantul dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kerja sama pengelolaan prasarana jalan tersebut Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya penyempurnaan konsepkonsep tentang pengelolaan prasarana jalan dalam suatu kerja sama antar pemerintah daerah dan penerapannya yang sesuai dengan kondisi masingmasing daerah. 2. Memberikan masukan dan rekomendasi yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah setempat maupun kalangan praktisi terutama dalam 8
9 mencanangkan program pembangunan terkait dengan penyediaan infrastruktur dalam wadah kerja sama antar pemerintah daerah. 3. Sebagai bahan acuan atau pembanding bagi studi atau penelitian lain yang berkaitan dengan skema kerja sama antar pemerintah daerah dan juga untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa sebagai bahan bacaan dan referensi dari suatu karya ilmiah Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup substansial dan wilayah atau spasial. Ruang lingkup spasial berguna untuk membatasi isi-isi dan pembahasan dari penelitian ini. Ruang lingkup wilayah atau spasial berguna untuk membatasi lokasi yang diambil dalam penelitian ini. Ruang lingkup substansial dan wilayah/spasial akan dijelaskan sebagai berikut: Ruang Lingkup Substansial Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasan mengenai kerja sama antar daerah yang difasilitasi oleh Sekretariat Bersama Kartamantul. Kajian dalam penelitian ini menekankan pada kerja sama antar daerah Kartamantul dalam pengelolaan sektor jalan saja. Sektor jalan yang dibahas adalah jaringan jalan yang menghubungkan seluruh wilayah perbatasan perkotaan meliputi jaringan jalan kolektor dan jaringan jalan lokal. 9
10 1.5.2 Ruang Lingkup Waktu Dalam mendeskripsikan bentuk kerja sama pengelolaan jalan Kartamantul, diuraikan dalam bentuk kegiatan kerja sama sektor jalan yang terjadi dalam kurun waktu antara tahun 2004 sampai dengan tahun Ruang Lingkup Wilayah atau Spasial Ruang Lingkup Wilayah atau Spasial berguna untuk membatasi wilayah penelitian yang dikaji. Penelitian dilaksanakan di Kantor Sekretariat Bersama Kartamantul, Kantor Pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan instansi lain yang terkait. Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Antar Pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tentang Pengelolaan Prasarana dan Sarana Sistem Jalan di Wilayah Perkotaan Yogyakarta Nomor 10/PK/2003, 17/PK.KDH/A/2003, 22A/Perj/BT/2003, pengelolaan prasarana jalan di wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) meliputi jalan yang ad a di 4 (empat) kecamatan di wilayah Bantul (Kecamatan Kasihan, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, Kecamatan Piyungan), 8 (delapan) kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta (Kecamatan Mantrijeron, Kecamatan Kota Gede, Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan Wirobrajan, Kecamatan Mergangsan, Kecamatan Jetis, Kecamatan Gondokusuman, Kecamatan Tegalrejo) dan 5 (lima) kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman (Kecamatan Gamping, Kecamatan Mlati, Kecamatan Berbah, Kecamatan Depok, Kecamatan Godean). 10
11 Gambar 1.5. Peta ruang lingkup wilayah jalan yang dikerja samakan Sumber: Analisa Penulis, Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kerja sama antar daerah pernah diteliti oleh Muhammad Ridwan Somad pada tahun 2006 dengan judul Model Konseptual Pengelolaan Air Kotor (Sewage) di Pemukiman Padat Wilayah Perkotaan Kartamantul Dari Aspek Kelestarian Lingkungan : Studi Kasus di Kelurahan Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut dibahas mengenai model-model kerja sama pengelolaan Air Kotor di Permukiman Padat Wilayah Kartamantul. Selain itu, pada tahun 2010 penelitian mengenai kerja sama antar daerah oleh R.Budhi Harso Suwarno dengan judul Kerja sama Antar Daerah Melalui Skema Kartamantul dalam Penanganan dan Pengelolaan Air Limbah. Dalam 11
12 penelitian tersebut dibahas mengenai faktor yang mempengaruhi keberlangsungan kerja sama antar daerah dalam penanganan dan pengelolaan air limbah dan peran Sekretariat Bersama yang ditinjau dari tingkat kemanfaatan dan dukungan dari lembaga teknis daerah yang terlibat. Oleh karena itu, inti penelitian dari R.Budhi Harso Suwarno adalah kerja samanya hanya menekankan pada bidang air limbah dalam hal penanganan dan pengelolaannya di Kartamantul. Pada tahun 2011, penelitian mengenai kerja sama antar daerah juga dilakukan oleh Marcel Yan Alfredo Souhoka dengan judul Kerja sama Pengelolaan Sarana Prasarana Drainase Kartamantul (Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul). Dalam penelitian tersebut dibahas mengenai bentuk kerja sama yang dilaksanakan oleh ketiga pemerintah daerah dalam kerja sama pengelolaan infrastruktur drainase perkotaan wilayah KPY, dan faktor-faktor yang mendukung berhasilnya kerja sama dalam pengelolaan drainase Kartamantul. Penelitian dari Marcel Yan Alfredo Souhoka ini menekankan kebijakan-kebijakan atau dengan dukungan-dukungan Pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul dalam mendukung kerja sama pengelolaan sarana dan prasarana drainase. Pada tahun 2014, penelitian mengenai kerja sama antar daerah dilakukan oleh Yulia Pratiwi dengan judul Proses Perencanaan Kolaboratif dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus Badan Kerja sama Antar Daerah Subosukowonosraten). Tetapi inti dari penelitian ini bukan tentang kerja sama antar daerah yang dilakukan, melainkan penelitian ini menekankan tentang proses perencanaan kolaboratif dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perencanaan kolaboratif 12
13 pada kasus kerja sama pelayanan publik yang sepadan (polysentris) dan kerja sama pelayanan publik yang tidak sepadan (monosentris) di 8 wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang dikenal dengan kerja sama Subosukowonosraten. Penelitian sebelumnya memiliki fokus yang berbeda dengan penelitian ini yaitu kajian tentang kerja sama antar daerah dalam pengelolaan prasarana dan sarana sektor air kotor, air limbah dan drainase di Kartamantul. Sementara penelitian ini berfokus pada pengelolaan sektor jalan. Setiap sektor memiliki permasalahan yang berbeda-beda, penanganan yang berbeda dan juga melibatkan pihak-pihak yang berbeda pula. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian lain yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga penelitian ini masih layak dilakukan Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari enam bab yang terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Gambaran Umum Wilayah Penelitian, Temuan dan Pembahasan, Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan. 13
14 Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang kerja sama antar daerah dalam pengelolaan prasarana jalan. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini berisi pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisa data. Bab IV Gambaran Umum Wilayah Penelitian Bab ini menjelaskan tentang kondisi geografis Kartamantul (Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul), Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY), Sekretariat Bersama Kartamantul, dan Kondisi Prasarana Jalan Kartamantul (Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul). Bab V Temuan dan Pembahasan Di dalam bab ini membahas tentang Pengelolaan Prasarana Jalan Pada Kerja sama Antar Daerah Kartamantul. Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi Bab yang terakhir ini memuat tentang hasil akhir dan juga penjelasan dari seluruh penelitian ini serta rekomendasi tentang studi selanjutnya. 14
BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan tentang sampah saat ini telah menjadi isu serius yang berkembang menjadi permasalahan publik. Penumpukan sampah dapat mengakibatkan aroma tidak sedap dan
Lebih terperinciSTRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN
STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN Pemerintah Daerah DIY Disampaikan dalam Lokakarya Nasional Diseminasi Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjelaskan urgensi permasalahan penelitian yang diuraikan dengan sistematika (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk biasanya diikuti pula dengan bertambahnya kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah satu
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran tangki timbun di SPBU. Survey Pendahuluan
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Alir penelitian akan ditampilkan dalam bentuk flowchart pada gambar 3.1. Mulai Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta
BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA III.1 TINJAUAN UMUM KOTA YOGYAKARTA III.1.1 Kondisi Geografis Yogyakarta Yogyakarta terletak antara 110 o 24'19"-110 o 28'53" Bujur Timur dan antara 07 o 49'26"-07
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sesuai dengan uraian pemerintah Kabupaten Sleman mengenai luas wilayah, Sleman merupakan satu dari lima kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (1.4) Kegunaan penelitian; (1.5) Keaslian penelitian dan (1.6) Batasan istilah;
BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab Pendahuluan ini diuraikan hal-hal pokok yang menjelaskan tentang: (1.1) Latar belakang; (1.2) Rumusan masalah; (1.3) Tujuan penelitian; (1.4) Kegunaan penelitian; (1.5) Keaslian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep desentralisasi dan otonomi daerah di Republik Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep desentralisasi dan otonomi daerah di Republik Indonesia sudah berlangsung lama bahkan sebelum tahun 1945. Era reformasi menjadi titik puncak dari konsep desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi maupun spasial. Transformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat kota masih menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Pusat kota menjadi pusat aktivitas penduduk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan
Lebih terperinciSejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu wilayah, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah yang akan membawa manfaat ekonomi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang dicapai selama ini telah menimbulkan berbagai tuntutan baru diantaranya sektor angkutan. Diperlukan tingkat pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan permasalahan bagi perencana maupun pengelola kota, dan akan menjadi lebih semakin berkembang karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas dari peran dan upaya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan itu sendiri. Menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam tingkat pertumbuhan suatu wilayah. Wilayah yang mampu menata sarana dan prasarana dengan baik maka daerah
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA
BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Kota Yogyakarta 3.1.1 Luas Wilayah Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana dalam sistem transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan
Lebih terperinciUKDW. Pengertian Rusunawa Apartemen sejahtera Bentuk bangunan rusunawa Rusunawa Juminahan Konstruksi bangunan Rusunawa Sanitasi bangunan rusunawa
KERANGKA BERPIKIR Banyak pendatang yang melakukan migrasi dan tingkat kelahiran yang tinggi di kecamatan Mlati. Merancang hunian yang layak dan ramah lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan akomodasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota menjadi salah satu kawasan yang memiliki tingkat pergerakan yang tinggi, karena kawasan ini berkembang dengan cepat dan seiring dengan berkembangnya suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Definisi evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Wakhinuddin
Lebih terperinciRUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS (direncanakan tahun 2020) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Namun sebagian wilayah yang ada di Indonesia rakyatnya tergolong miskin.
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia untuk melangsungkan hidup. Kebutuhan akan rumah tinggal terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu bagian penting di dalam kehidupan manusia dimana terjadi pergerakan untuk menjangkau berbagai keperluan dan kebutuhan hidup manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Urbanisasi yang terjadi di kota-kota mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang No.1 Tahun 2011 tentang
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara
Lebih terperinciCadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Sepanjang sejarah peradaban
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai kawasan Kota Industri, wilayah Kabupaten Tangerang khususnya wilayah Balaraja Barat juga tidak lepas dari masalah kemacetan yang merupakan masalah umum yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada dibawah kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan,
Lebih terperinci2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA
BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA 2.1 Profil Kota Yogyakarta 2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan
Lebih terperinciPROFIL IPAL YOGYAKARTA
PROFIL IPAL YOGYAKARTA Pengembangan SPAL-T Yogyakarta Sejak Tahun 1994 Direktorat Jenderal Cipta Karya telah membangun Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPALT) di wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor pergerakan manusia
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari tingginya aktivitas perekonomian, aktivitas perkotaan tersebut perlu didukung dengan adanya transportasi. Konsep transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada masa saat sekarang ini semakin pesat, bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka bangsa ini akan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota merupakan perubahan kota yang terjadi dari waktu ke waktu. Indonesia seperti halnya negara-negara lainnya, sedang mengalami pertumbuhan perkotaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.
54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi pola ruang, kebiasaan bahkan aktifitas masyarakat setempat. Pengaruh ini tidak terlepas dari
Lebih terperinciFENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN
FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN (Studi Kasus: Pengelolaan Persampahan di Perumnas Pucang Gading, Perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak) TUGAS AKHIR Oleh: L. VENARIO AGIASTO L2D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung. Infrastruktur yang sering disebut sebagai prasarana dan sarana fisik dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup dan benda mati dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS ISU STRATEGIS
BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI PELAYANAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv MOTTO... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv BAB I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi baik oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2029 telah tertuang rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku di Negara Republik Indonesia yang semakin berkembang, dikarenakan pertumbuhan penduduk di kota Ambon semakin hari semakin
Lebih terperinciBAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN
BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Isu Perkembangan Properti di DIY Jogjakarta semakin istimewa. Kekuatan brand Jogja di industri properti merupakan salah satu kota atau daerah paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia
Lebih terperinciRUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak kota Palembang adalah antara 101º-105º Bujur Timur dan antara 1,5º-2º Lintang Selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatera Selatan, dipinggir kanan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang relatif padat. Jakarta juga dikenal sebagai kota dengan perlalulintasan tinggi karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan (movement).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Kota Yogyakarta 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.250 Ha atau 32,50 Km2 (1,2% dari luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semakin meningkat. Banyak pelajar, mahasiswa bahkan wisatawan (mancanegara maupun lokal) yang datang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1 Tinjauan Geografis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperincioperasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Purworejo merupakan suatu kota di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah. Pertumbuhan tingkat kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kebutuhan transportasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti
BAB V KESIMPULAN V.1 Kesimpulan 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti berikut : Tipe akuifer pada Cekungan Airtanah Yogyakarta Sleman adalah akuifer bebas, yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Lebih terperinci