KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA"

Transkripsi

1 KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA Ardy Maulidy Navastara 1*, Muhd. Zia Mahriyar 2, Cihe Aprilia Bintang 3 Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya 1* ardy.navastara@urplan.its.ac.id Asisten Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya 2 Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya 3 Abstrak Fenomena urban sprawl sebenarnya merupakan suatu proses alami yang terjadi akibat pertumbuhan penduduk di suatu kota itu sendiri. Hal ini berarti direncanakan atau tidak, penduduk kota akan terus bertambah dan fenomena urban sprawl akan terjadi dengan sendirinya. Pentingnya hal ini untuk diperhatikan adalah karena fenomena urban sprawl dapat membawa berbagai dampak negatif bagi perkembangan suatu kota, mulai dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan perkotaan. Sehingga sejatinya diperlukan suatu konsep penataan ruang yang inovatif yang dapat diterapkan dalam proses perencanaan kota dalam mereduksi perkembangan kota yang semakin meluas. Salah satu konsep perencanaan tata ruang yang inovatif yang dapat diterapkan dalam mereduksi permasalahan urban sprawl ini adalah konsep compact city. Konsep ini telah berhasil diterapkan di beberapa kota di negara maju. Contohnya di Kota Tokyo dan Kobe di Jepang. Di kota-kota tersebut telah dibuktikan bahwa untuk satu node compact city dapat direduksi sekitar 30 persen dampak dari permasalahan urban sprawl. Konsep seperti ini seharusnya dapat diadopsi dalam proses perencanaan kota-kota di Indonesia. Makalah ini membahas bagaimana potensi penerapan konsep compact city ini di Kota Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang telah mengalami permasalahan urban sprawl. Katakunci: compact city, urban sprawl, tata ruang 1. Pendahuluan Tingginya angka pertumbuhan penduduk dikawasan perkotaan merupakan suatu hal yang secara umum terjadi. Direncanakan atau tidak, pada umumnya jumlah penduduk akan terus meningkat baik dari kelahiran maupun tingkat in-migrasi ke kawasan perkotaan. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat mengakibatkan kebutuhan akan pemukiman, tempat bekerja, tempat berbelanja, rekreasi, serta sarana dan prasarana lainnya ikut meningkat. Pembangunan yang dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan penduduk ini jika tidak dikendalikan akan membuat perkembangan suatu kota menjadi semakin meluas sampai kedaerah sub-urbannya. Perkembangan kota yang semakin meluas dan tumbuh secara acak ini sering dikenal dengan istilah urban sprawl. Pengendalian tingkat urban sprawl ini menjadi peran perencanaan kota yang sangat penting, mengingat fenomena urban sprawl di kawasan perkotaan telah mengakibatkan tingginya mobilisasi penduduk dengan jarak yang jauh dari kawasan sub-urban menuju ke pusat kegiatan penduduk yang seringkali terdapat pada kawasan pusat kota. Tingginya angka mobilisasi inilah yang akhirnya dapat menyebabkan semakin besarnya penggunaan energi, peningkatan jumlah emisi polutan, dan berbagai permasalahan lainnya yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor sebagai alat transportasi. Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka perlu diidentifikasi solusi permasalahan urban sprawl yang berbasis perencanaan tata ruang. Dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai fenomena urban sprawl sebagai permasalahan umum perkotaan, dan kasus studinya di Kota Surabaya. Kemudian sebagai solusi, akan direkomendasikan konsep compact 1

2 city yang akan dibahas mengenai bagaimana potensi penerapannya di Kota Surabaya sebagai representasi kota yang telah mengalami fenomena urban sprawl di Negara berkembang. 2. Fenomena Urban Sprawl Sebagai Permasalahan Umum Kawasan Perkotaan Pertumbuhan penduduk merupakan suatu fenomena klasik dan umum terjadi pada kota-kota baik di Negara maju maupun di Negara berkembang di seluruh dunia. Begitu pula di Kota Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah ibu kota Jakarta. Pertumbuhan penduduk Kota Surabaya termasuk tingkat yang tinggi di Indonesia. Pertumbuhan penduduk secara keseluruhan terlihat linier di Kota Surabaya, dimana berdasarkan RTRW Kota Surabaya , pada tahun 2000 penduduk kota sudah mencapai jiwa. Gambaran pertumbuhan penduduk di Kota Surabaya yang terus meningkat dapat dilihat pada Gambar 1. Total Pendudu Tahun Sumber : RTRW Surabaya Series1 Series2 Gambar 1.Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 1992/2000 Berdasarkan grafik tersebut, secara keseluruhan pertumbuhan penduduk bertambah secara linier. Hal ini pada umumnya terjadi pada tahap-tahap awal pertumbuhan kota. Jika dilihat secara lebih rinci pertumbuhan penduduk di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1: Pertumbuhan penduduk Kota Surabaya dalam persen (%) WILAYAH Surabaya pusat Surabaya utara Surabaya timur Surabaya selatan Surabaya barat SURABAYA Sumber: RTRW Surabaya Dari data yang terdapat pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa ternyata memang terjadi pertumbuhan penduduk pada periode Namun, pada tahap selanjutnya penduduk di pusat kota Surabaya mengalami penurunan sebesar 0,0129%. Penurunan ini terus meningkat menjadi 0,036% pada periode berikutnya. Begitu pula dengan daerah Surabaya utara yang mengalami penurunan sebesar 0,64%. Jumlah penduduk yang meningkat adalah daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan sub-urban, sedangkan jumlah penduduk yang mengalami penurunan adalah daerah-daerah yang berada di pusat Kota Surabaya. hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan Surabaya akan semakin menyebar. Tahap pertumbuhan seperti ini dapat terjadi karena semakin terbatasnya lahan, sedangkan permintaan akan lahan tersebut semakin meningkat. Di Kota Surabaya sendiri 90% lebih lahan sudah merupakan lingkungan terbangun dengan persentase 50% permukiman, 20% industri, 20% fasilitas umum dan hanya 10% sisanya yang merupakan kawasan belum terbangun (RTRW Surabaya, 2000). Hal tersebut mengakibatkan semakin meningkatnya harga lahan, dan penduduk mulai merubah preferensinya untuk tinggal di kawasan sub-urban. Tahap-tahap ini terjadi di banyak kota di seluruh dunia, baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Setelah tahap mulai berpindahnya penduduk ke kawasan sub-urban ini terjadi, maka dapat dikatakan fenomena urban sprawl telah terlihat di kota tersebut. Tingkat urban sprawl secara sederhana menurut Staley (1999) dapat diindikasikan melalui sprawl index. Apabila nilai sprawl index suatu wilayah lebih besar daripada wilayah yang lainnya, maka hal tersebut 2

3 merupakan indikasi bahwa perkembangan lahan di wilayah tersebut lebih cepat dibandingkan pertumbuhan penduduknya. Kondisi Kota Surabaya sendiri pada saat ini, 90% lebih lahan yang ada sudah merupakan kawasan terbangun (Dewi, 2006), sedangkan kepadatan penduduk rata-rata tergolong dalam kategori rendah dengan jumlah 72,79 jiwa/ha. Kepadatan penduduk yang rendah terdapat pada hampir seluruh bagian Kota Surabaya, yaitu Unit Pengembangan (UP) I, II, III, VIII, IX, X, XI, dan XII (Sadikin, 2009). Fakta empiris tersebut mengindikasikan bahwa fenomena urban sprawl telah terjadi pada hampir seluruh bagian Kota Surabaya. Ekspansi kegiatan terus terjadi dari Kota Surabaya sebagai inti menuju Kabupaten Sidoarjo, Bangkalan, dan Gresik sebagai wilayah pinggirannya (LPPM ITS, 2007). Dampak dari fenomena urban sprawl yang telah terjadi di Kota Surabaya dapat dilihat melalui tingginya volume transportasi dari kawasan sub-urban menuju pusat Kota Surabaya maupun sebaliknya. Pada saat ini jumlah pergerakan dari kawasan sub-urban sendiri sudah melebihi jumlah pergerakan yang terjadi di dalam Kota Surabaya (Rachmadita, 2009). Jumlah pergerakan dari daerah pinggiran yang masuk ke Kota Surabaya melalui Jalan Ahmad Yani mencapai satuan mobil penumpang (smp) setiap harinya. Pergerakan ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan koridor-koridor jalan dalam kota, seperti Jalan Pemuda yang hanya dilalui smp setiap harinya (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, 2005). Tingginya volume transportasi ini membawa berbagai dampak turunan yang buruk bagi sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan perkotaan. Salah satu contoh dampak turunannya adalah meningkatnya angka pencemaran udara. Berdasarkan Laporan Hasil Monitoring Hutan Kota Surabaya, transportasi menyumbang ton per tahun emisi Karbon Monoksida (CO) atau sekitar 96% dari total emisi udara di Kota Surabaya (Rismanda, 2001). Dampak negative tersebut mengindikasikan fenomena urban sprawl telah menjadikan pembangunan Kota Surabaya menjadi tidak berkelanjutan. 3. Konsep Compact City Sebagai Solusi Inovatif Permasalahan Pembangunan Berbasis Penataan Ruang Ketika fenomena urban sprawl yang berdampak negative terhadap kawasan perkotaan terjadi, peran perencanaan tata ruang menjadi sangat krusial dalam mengendalikan pertumbuhan kawasan perkotaan tersebut. Kawasan yang mengalami urban sprawl seharusnya direncanakan untuk dikendalikan perluasan kawasannya, bukan dibiarkan tumbuh mengikuti kekuatan pasar (market force) seperti yang terjadi di banyak kota baik di Negara maju maupun berkembang di seluruh dunia. Salah satu contohnya, untuk saat ini, konsep inovatif yang dicetuskan sebagai solusi dari fenomena pembangunan kota acak ( urban sprawl development) adalah konsep compact city (Roychansyah, 2006). compact city telah dicoba untuk diterapkan dalam konsep operasional yang sangat beragam di berbagai kota. Strategi compact city juga telah dipandang sebagai alternatif utama ide pengimplementasian pembangunan berkelanjutan dalam sebuah kota (Roychansyah, 2006). Bentuk kota yang kompak akan mampu mereduksi jarak tempuh perjalanan sehingga dapat menurunkan tingkat mobilisasi penduduk. Tingkat kepadatan yang tinggi dari compact city juga akan memberikan keuntungan dalam penyediaan pelayanan, transportasi umum, pengelolaan sampah, pelayanan kesehatan dan pendidikan (Jenks, 2000). Barret (1996) dalam Jenks (2000) menyatakan melalui surveynya mengenai tingkat kepadatan sebagai salah satu dimensi dari konsep compact city terhadap transportasi di Inggris, semakin tinggi tingkat kepadatan, maka akan semakin kecil jumlah pergerakan dan semakin banyak penggunaan kendaraan umum atau berjalan kaki. Berdasarkan hasil penelitiannya, didapatkan bahwa kawasankawasan yang paling padat memiliki jumlah pergerakan yang mencapai 19,05% lebih sedikit dari jumlah pergerakan keseluruhan, dengan jumlah total pergerakan pada kawasan tersebut adalah 129,2 Km per-orang perminggu. Tingkat efektivitas urban compactness yang akan diterapkan pada kota-kota di Negara berkembang seperti Surabaya, diharapkan dapat memiliki nilai yang sama, sehingga dapat mereduksi permasalahan transportasi yang terjadi akibat fenomena urban sprawl. Untuk mengetahui potensi penerapan konsep compact city di Kota Surabaya dapat dilihat dari tingkat urban compactness masing- 3

4 masing kawasannya. Semakin tinggi tingkat urban compactness, maka akan semakin potensial kawasan menjadi suatu node compact city, dengan artian semakin banyak tingkat perjalanan yang dapat direduksinya. Tingkat urban compactness ini dapat dilihat dari 12 variabel utama yaitu: kepadatan penduduk, kepadatan terbangun, kepadatan permukiman, persentase ketesediaan fasilitas SD, persentase ketersediaan SMP, persentase ketersediaan SMA, persentase ketersediaan Puskesmas, jumlah ketersediaan dokter umum, gigi, bidan, perawat, dan tenaga medis lainnya, persentase penggunaan lahan perkantoran, persentase penggunaan lahan rekreasi atau ruang terbuka hijau, persentase in-migrasi, dan persentase pertumbuhan penduduk. Secara keseluruhan, tingkat urban compactness yang didapat di Kota Surabaya berdasarkan variabel-variabel tersebut, yang dianalisis dengan analisis cluster dan multi-dimensional scalling, dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2: Tingkat Urban Compactness di Kota Surabaya ANGGOTA CLUSTER EUCLID (ANALISIS CLUSTER) Compact NILAI POINT URBAN COMPACTNESS (OVERLAY POINT ARC-GIS) Compact Genteng 33 Simokerto 33 Sawahan 33 Bubutan 30 Semampir 29 Wonokromo 28 Tegalsari 27 Tambaksari 27 Gubeng 27 Sukomanunggal 27 Kenjeran 25 Krembangan 24 Pabean Cantikan 22 Sedang Sedang Tandes 29 Sprawl Sprawl Lakarsantri 31 Pakal 30 Asemrowo 29 Bulak 28 ANGGOTA CLUSTER EUCLID (ANALISIS CLUSTER) NILAI POINT URBAN COMPACTNESS (OVERLAY POINT ARC-GIS) Sukolilo 28 Sambikerep 28 Jambangan 27 Benowo 27 Tenggilis Mejoyo 26 Gunung Anyar 26 Wonocolo 26 Gayungan 26 Rungkut 25 Karangpilang 24 Mulyorejo 23 Wiyung 22 Dukuh Pakis 21 Sumber: Mahriyar, 2010 Dari hasil analisis yang terdapat pada tabel 2, didapatkan 13 kecamatan di Kota Surabaya sudah merepresentasikan kondisi yang compact, dimana kawasan yang paling compact adalah Kecamatan Simokerto, kemudian terdapat 1 kecamatan dengan tingkat urban compactness sedang yaitu Kecamatan Tandes, dan 17 kecamatan dengan pola sprawl. Dimana kawasan yang merepresentasikan kondisi sprawl ini adalah Dukuh Pakis. Berdasarkan hasil analisis didapatkan jarak perjalanan rata-rata masyarakat di kawasan yang compact di Kota Surabaya ini adalah 37,37% lebih sedikit dari jarak perjalanan rata-rata masyarakat di kawasan yang sprawl. Hal ini menunjukkan bahwa konsep compact city sangat efektif untuk diterapkan di kota-kota di Negara berkembang, khususnya Kota Surabaya (Mahriyar, 2010). Kondisi terdapatnya 13 kecamatan dengan pola yang compact ini juga menunjukkan bahwa penerapan konsep compact city secara keseluruhan sangat potensial di Kota Surabaya. Pada 13 kecamatan ini hanya perlu ditingkatkan beberapa bagian dari variabel urban compactness, karena secara keseluruhan ratarata sudah memiliki nilai yang tinggi. Pada kawasan yang compact di Kota Surabaya direkomendasikan pengendalian kepadatan agar bernilai tetap serta peningkatan pada sisi tata guna lahan yang mixed use. Sedangkan untuk 1 kecamatan yang berpola sedang dan 17 kecamatan yang berpola sprawl, dapat diterapkan peningkatan pada tiga indikator utama compact city, yaitu intensitifikasi, mixed- 4

5 use, dan peningkatan kepadatan karena penduduknya masih memungkinkan untuk ditambah. Hal yang kemudian perlu diperhatikan adalah penyebaran kepadatan yang ada untuk tujuan utama efisiensi. Sehingga, diutamakan mereka yang tinggal pada suatu kawasan, juga melakukan aktivitas-nya sebagian besar pada kawasan tersebut. Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung efektivitas urban compactness di Kota Surabaya ini adalah transit oriented development, public transport priority, dan cordon-line (Mahriyar, 2010). Pada akhirnya dengan diimplementasikannya konsep compact city ini di Kota Surabaya, diharapkan permasalahan pencemaran udara, peningkatan penggunaan BBM, serta permasalahan lainnya yang timbul akibat fenomena urban sprawl, dapat terselesaikan dan pembangunan Kota Surabaya yang berkelanjutan dapat terwujud. 4. Kesimpulan Urban sprawl merupakan fenomena alami yang terjadi di perkotaan. Adanya dampak urban sprawl terhadap perkembangan kota dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan perkotaan mendorong menerapkan konsep compact city sebagai salah satu solusi yang inovatif dalam perencanaan tata ruang kota. Berdasarkan studi ini, konsep compact city sangat efektif untuk diterapkan pada kotakota di negara berkembang, seperti Surabaya. Hasil studi menunjukkan tiga kondisi tingkat urban compactness, yaitu compact, sedang dan sprawl. Walaupun kondisi kota Surabaya cenderung sprawl, namun tingkat urban compactness-nya sangat tinggi, sehingga sangat potensial diterapkannya konsep tersebut. Untuk mendukung efektivitas urban compactness di Kota Surabaya diperlukan strategi pengembangan yang tepat. Jenks, Mike dan Rod Burgess Compact Cities: Sustainable Urban Forms for Developing Countries. Spon Press, London. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyrakat (LPPM -ITS) Proposal Peneltian Fenomena Urban sprawl di Surabaya Metropolitan Area. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Mahriyar, Muhammad Perumusan Konsep Peningkatan Efektivitas Urban Compactness di Kota Surabaya. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota- ITS, Surabaya. Rachmadita, S.O Arahan Kebijakan Modal Shift Kendaraan Pribadi Ke Bus Kota Untuk Pekerja Ulang-Alik Sidoarjo- Surabaya di Kecamatan Waru. Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota-ITS. Rismanda, Erik Hasil Laporan Monitoring Hutan Kota Surabaya. Program Divisi Kampanye ECOTON. Roychansyah, M, S, 2006, Paradigma Kota kompak: Solusi Masa Depan Tata Ruang Kota?. INOVASI, Vol.7/XVIII/Juni Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang Staley, Samuel R The Sprawling of America: In Defence of the Dynamic City. Reason Public Policy Institute. Los Angeles, California. Sadikin, Alie Konsep Penataan Spasial Pelayanan Pendidikan Untuk Jenjang SMP di Surabaya Berdasarkan Indikator Kota kompak. Surabaya: Thesis Program Magister Manajemen Pembangunan Kota- ITS 5. Referensi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya Surabaya Dewi, Myrna Penataan ruang berbasis ekologi: konsep roof garden dan urban farming dalam memperbaiki kualitas udara di surabaya. Planologi ITS. 5

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup BAD V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan basil analisa data dan pembahasan, serta melihat tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 Tabel DE-1. Luas Wilayah, Jumlah, Pertumbuhan dan menurut Kecamatan No. KECAMATAN Luas (Km2) Jumlah Tahun 2012 Pertumbuhan 2012 2012 1 SUKOMANUNGGAL 9.23 104,564 6.42 11,329 2 TANDES 11.07 97,124 3.36

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN PERWAKILAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SURABAYA DI PROVINSI

Lebih terperinci

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya E47 Identifikasi Panjang Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya Ayu Tarviana Dewi, Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Maksud, Tujuan, Dan Sasaran... 1-1 1.3. Lokasi Pekerjaan... 1-2 1.4. Lingkup Pekerjaan... 1-2 1.5. Peraturan Perundangan... 1-2 1.6. Sistematika Pembahasan...

Lebih terperinci

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7. vi PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINGKASAN ANGGARAN DAN MENURUT DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN II NOMOR TANGGAL : PERATURAN : 8 : 28 Oktober 2013 TIDAK LANGSUNG LANGSUNG JUMLAH TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah Kenyataan saat ini masyarakat sudah mempunyai kepedulian yang cukup tinggi terhadap upaya peningkatan sumber daya manusia. Variabel-variabel pendidikan yang digunakan antara lain : 1. Persentase guru Taman

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA Oleh: Ummi Fadlilah Kurniawati 3608100027 Dosen Pembimbing: Rulli Pratiwi Setiawan,S.T.,M.Sc. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Surabaya

Lebih terperinci

PENGARUH URBAN COMPACTNESS TERHADAP TINGKAT EMISI KARBON PADA SEKTOR TRANSPORTASI BERBASIS RUMAH TANGGA DI KOTA SURABAYA

PENGARUH URBAN COMPACTNESS TERHADAP TINGKAT EMISI KARBON PADA SEKTOR TRANSPORTASI BERBASIS RUMAH TANGGA DI KOTA SURABAYA PENGARUH URBAN COMPACTNESS TERHADAP TINGKAT EMISI KARBON PADA SEKTOR TRANSPORTASI BERBASIS RUMAH TANGGA DI KOTA SURABAYA K.D.M. Erli Handayeni, Eko Budi Santoso Abstrak Sektor transportasi di Kota Surabaya

Lebih terperinci

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes Tabel : 04.01.16 4. SOSIAL BUDAYA / CULTURE SOCIAL Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid, Ruang Belajar dan Guru pada Madrasah Tsanawiyah*) Number of School, Classes, Pupils, Classrooms and Teachers on Madrasah

Lebih terperinci

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN Achmad Miftahur Rozak 3609 100 052 Pembimbing Putu Gde Ariastita ST. MT Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

TENTANG WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMADAM KEBAKARAN SURABAYA I, SURABAYA II, SURABAYA III, SURABAYA IV DAN SURABAYA

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 Tabel DS-1. Penduduk Laki-laki Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status No. Umur Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma Universitas 1 5-6 - 67,293-2 7-12 - 146,464-3 13-15 - - 70,214 4 16-18 70,170

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/104/436.1.2/2014 TENTANG SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA (SATLAK PB) DAN SATUAN TUGAS SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA (SATGAS SATLAK PB)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMADAM KEBAKARAN SURABAYA I, SURABAYA II, SURABAYA III, SURABAYA IV DAN SURABAYA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6) Tabel : 04.01.01 4. SOSIAL BUDAYA / CULTURE SOCIAL Banyaknya Sekolah, Ruang Belajar, Kelas, Guru dan Murid menurut Jenis dan Status Sekolah Number of Schools, Classrooms, Classes, Teachers and Pupils by

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6) Tabel : 04.01.01 4. SOSIAL BUDAYA / CULTURE SOCIAL Banyaknya Sekolah, Ruang Belajar, Kelas, Guru dan Murid menurut Jenis dan Status Sekolah Number of Schools, Classrooms, Classes, Teachers and Pupils by

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat kota masih menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Pusat kota menjadi pusat aktivitas penduduk di

Lebih terperinci

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors Tabel : 06.01.01 Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of and Workers by Sub Sectors 2005-2011 Industri Kimia Agro Industri Logam Mesin dan Hasil Hutan/ Elektronika dan Aneka/ Tahun/

Lebih terperinci

STUDI DEMAND AND SUPPLY BUS SEKOLAH RUTE DUKUH MENANGGAL - SMA KOMPLEKS SURABAYA

STUDI DEMAND AND SUPPLY BUS SEKOLAH RUTE DUKUH MENANGGAL - SMA KOMPLEKS SURABAYA Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III 2015 STUDI DEMAND AND SUPPLY BUS SEKOLAH RUTE DUKUH MENANGGAL - SMA KOMPLEKS SURABAYA Ratih Sekartadji 1, Hera Widyastuti 2, Wahju Herijanto 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PENGGANTIAN PEMBAYARAN REKENING TELEPON BAGI UNIT SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006 1 WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENGGANTIAN PEMBAYARAN REKENING TELEPON BAGI UNIT SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324 Arrowiyah 1307 100 070 Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si Seminar Tugas Akhir SS091324 1 Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Seminar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 91 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya mempunyai kedudukan

Lebih terperinci

1,526 1, ,024 Sumber : Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Surabaya Source : Scout Associations, Branch of Surabaya City

1,526 1, ,024 Sumber : Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Surabaya Source : Scout Associations, Branch of Surabaya City Tabel : 04.01.31 Banyaknya Gugus Depan dan Anggota Pramuka per Kecamatan Number of Local Scout Organization and Scout Members by Sub District 2011 Gugus Kecamatan/ Depan/ Sumber - Didik/Source of Trainer

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PENGGANTIAN PEMBAYARAN REKENING TELEPON BAGI UNIT KERJA/SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

Jenis Industri/Type of Industries Sub-District

Jenis Industri/Type of Industries Sub-District Tabel : 06.01.09 Banyaknya Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri per Kecamatan Number of Large and Medium Scale Industries by Industrial Categories by Sub District 2011 Sub-District 10 12

Lebih terperinci

Tabel : Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors (1) (2) (3)

Tabel : Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors (1) (2) (3) Tabel : 06.01.01Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of and Workers by Sub Sectors 2004-2010 Tahun/ Year Industri Kimia Agro Industri Logam Mesin dan Hasil Hutan/ Elektronika dan Aneka

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KOTA SURABAYA WALIKOTA

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA

PENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA Ummi Fadlilah Kurniawati, Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Banyaknya Gugus Depan dan Anggota Pramuka per Kecamatan Number of Local Scout Organization and Scout Members by Sub District ###

Banyaknya Gugus Depan dan Anggota Pramuka per Kecamatan Number of Local Scout Organization and Scout Members by Sub District ### Tabel : 04.01.31 Banyaknya Gugus Depan dan Anggota Pramuka per Kecamatan Number of Local Scout Organization and Scout Members by Sub District ### Gugus Kecamatan/ Depan/ Sumber - Didik/Source of Trainer

Lebih terperinci

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 0 Anggaran 6 = ++ 0 = ++ = 0-6 URUSAN WAJIB 0

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PELAYANAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Penelitian tentang Motif Pemirsa Surabaya dalam Menonton Serial Komedi OK-JEK di NET TV, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa motif yang mendorong sebagian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 188.45/130/436.2/2016 TENTANG TIM PENYUSUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PERANGKAT DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN 2016-2021 WALIKOTA

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya)

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya) PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Herry Purnama Sandy ( )

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Herry Purnama Sandy ( ) SIDANG TUGAS AKHIR Oleh : Herry Purnama Sandy (2507 100 110) Dosen Pembimbing 1 : Dr. Maria Anityasari, ST.,ME. Dosen Pembimbing 2 : Dr. Ir. Sri Gunani Partiwi, MT. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 1845/184/432/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1845/48/432/2017 TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8%

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8% Kota yang baik adalah kota yang dapat mengakomodir kebutuhan penghuninya termasuk kebutuhan masyarakat lansia, dalam hal taman bagi lansia. Taman lansia sangat diperlukan dalam sebuah perkotaan karena

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA

Lebih terperinci

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D Analisis Korespondensi Pengguna Jenis Alat Kontrasepsi Peserta KB Aktif dan KB Baru Terhadap Kecamatan di Kota Surabaya Oleh : Fanial Farida 1311030064 Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II GAMBARAN UMUM. merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. II-1

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II GAMBARAN UMUM. merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. II-1 BAB II GAMBARAN UMUM 7. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 7.1. Batas Wilayah Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterangan Tinggal Sementara dengan menggunakan model End User Computing. 1. Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

BAB III METODE PENELITIAN. Keterangan Tinggal Sementara dengan menggunakan model End User Computing. 1. Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 188.45/262 /436.1.2/2014 TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-135 Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial Defi Mustika Sari, Dwi Endah Kusrini,

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang :

Lebih terperinci

8, ,403 Sumber : Kantor BAPEMAS dan KB Kota Surabaya Source : National Family Planning Coordinating Board Office of Surabaya City

8, ,403 Sumber : Kantor BAPEMAS dan KB Kota Surabaya Source : National Family Planning Coordinating Board Office of Surabaya City Tabel : 03.03.01 Banyaknya Paguyuban dan Petugas Keluarga Berencana per Kecamatan Number of Family Planning Association and Workers per Sub District Paguyuban KB Pengawas PLKB/ PLKB/KK Kecamatan/ Family

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Surabaya Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Surabaya Tahun 2013 sebanyak rumah tangga .3578 Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Surabaya Tahun 2013 sebanyak 8.002 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kota Surabaya Tahun 2013 sebanyak 6 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono 1 PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Rendra Suprobo aji

Rendra Suprobo aji Rendra Suprobo aji 3605100009 Kota Surabaya merupakan kota Metropolis dengan jumlah penduduk 2.830.466 jiwa serta memiliki luas wilayah sebesar 32.637,75 Ha (BPS-Surabaya Dalam Angka, 2008) Pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN KEBUTUHAN TRANSFORMATOR dan PROTEKSINYA di GARDU INDUK 150 kv/120 MVA BUDURAN II/SEDATI. Arif Kurniadhi ( )

STUDI PERENCANAAN KEBUTUHAN TRANSFORMATOR dan PROTEKSINYA di GARDU INDUK 150 kv/120 MVA BUDURAN II/SEDATI. Arif Kurniadhi ( ) STUDI PERENCANAAN KEBUTUHAN TRANSFORMATOR dan PROTEKSINYA di GARDU INDUK 150 kv/120 MVA BUDURAN II/SEDATI Arif Kurniadhi (2209 105 025) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono

Lebih terperinci

Gambaran umum Surabaya Barat

Gambaran umum Surabaya Barat Gambaran umum Surabaya Barat Terbagi atas 3 unit pengembangan, 7 Kecamatan. Kecamatan yang terdapat di Surabaya Barat meliputi : UP 10 : Kecamatan Lakarsantri UP 11 : KecamatanTandes, Asemrowo, dan Benowo

Lebih terperinci

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN NO KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH 1 SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 2 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU 1 / 60 6,661 3 KENJERAN SIDOTOPO WETAN 5,683 4 TAMBAK SARI PLOSO 5,205 5 GUBENG 2 / 60 MOJO 5,195 6 SUKOMANUNGGAL

Lebih terperinci

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI NO INSTANSI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL TEMPAT PEMOTRETAN KETERANGAN BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK 1 DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Daftar Alamat & Nama SMPN dan SMAN se Surabaya

Daftar Alamat & Nama SMPN dan SMAN se Surabaya Daftar Alamat & Nama SMPN dan SMAN se Surabaya Berikut dibawah ini adalah daftar nama, alamat dan no telpon SMP dan SMA Negeri yang ada di surabaya. SMP Negeri 1 Surabaya o Alamat : Jl Pacar No 4-6 Surabaya

Lebih terperinci

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes Localized Mucikari/ Wanita Tunasusila

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes Localized Mucikari/ Wanita Tunasusila Tabel : 04.04.01 Banyaknya Lokalisasi, Mucikari dan Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes 1999 Lokalisasi/ T a h u n/ Localized Mucikari/ Wanita Tunasusila Y

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 1845/48/432/2017 TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PESERTA PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH MANDIRI JENJANG SD THN 2016 ( Guru kelas I, IV dan Agama )

PESERTA PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH MANDIRI JENJANG SD THN 2016 ( Guru kelas I, IV dan Agama ) Lampiran Undangan Pelatihan Implementasi K - 13 Sekolah Mandiri Jenjang SD Nomor : 005/9157/436.6.4/2016 Tanggal : 4 Oktober 2016 PESERTA PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH MANDIRI 1 SD YPPI

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI MENUJU KOTA TOMOHON SEBAGAI COMPACT CITY ABSTRAK

EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI MENUJU KOTA TOMOHON SEBAGAI COMPACT CITY ABSTRAK EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI MENUJU KOTA TOMOHON SEBAGAI COMPACT CITY Kindly A. I. Pangauw 1, Sonny Tilaar, 2 & Amanda S. Sembel,c 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

Banyaknya Pasar, Pedagang dan Luas Pasar Menurut Jenisnya *) Number of Markets, Merchants and Marked Areas by Type of Markets *)

Banyaknya Pasar, Pedagang dan Luas Pasar Menurut Jenisnya *) Number of Markets, Merchants and Marked Areas by Type of Markets *) Tabel : 07.01.01 Banyaknya Pasar, Pedagang dan Luas Pasar Menurut Jenisnya *) Number of Markets, Merchants and Marked Areas by Type of Markets *) 2006 - Rincian/Discriptions 2006 2007 2008 2009 **) 1.

Lebih terperinci

BAB III SETTING PENELITIAN

BAB III SETTING PENELITIAN BAB III SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Surabaya merupakan kota besar sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Timur. Akan tetapi perlu diperhatikan mengenai pelayanan publik khususnya

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu LAMPIRAN Nomor : 005/ /436.6.4/2012 Tanggal : 04 Mei 2012 NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu 1 1 SDN AIRLANGGA I/198 2 2 SDN AIRLANGGA III/200 3 3 SDN AIRLANGGA V/573 (Digabung menjadi SDN AIRLANGGA

Lebih terperinci

Tabel 2.4 Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2017 sampai dengan Triwulan II. Realisasi Kinerja Pada Triwulan. Target Kinerja dan Anggaran RKPD Tahun 2017

Tabel 2.4 Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2017 sampai dengan Triwulan II. Realisasi Kinerja Pada Triwulan. Target Kinerja dan Anggaran RKPD Tahun 2017 Tabel 2.4 Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun sampai dengan Triwulan No Sasaran Kode Tahun 1 Urusan Pemerintahan 1:01 Wajib Urusan ndikator Kinerja 1:01:01 Pelayanan Dasar Target RPJMD tahun 20 Kinerja dengan

Lebih terperinci

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes Tabel : 04.04.01 Banyaknya Lokalisasi, Mucikari dan Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes 2000 - Lokalisasi/ T a h u n/ Localized Mucikari/ Wanita Tunasusila

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN DAERAH RAWAN PETIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DI WILAYAH SURABAYA

ANALISIS PEMETAAN DAERAH RAWAN PETIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DI WILAYAH SURABAYA Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI) Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, hal 25-32 ANALISIS PEMETAAN DAERAH RAWAN PETIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DI WILAYAH SURABAYA Umaya,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI SUBYEK DAN LOKASI PENELITIAN

BAB III HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI SUBYEK DAN LOKASI PENELITIAN BAB III HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI SUBYEK DAN LOKASI PENELITIAN 1. Deskripsi Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, yang akan menjadi sampel penelitian adalah seorang remaja yang berdomisili di lima

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/3/436.1.2/2017 TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal :

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal : Lampiran Surat Nomor : 005/ /436.6.4/2014 Tanggal : NO SEKOLAH JADWAL & TEMPAT PELAKSANAAN 1 SDN Kedung Baruk II No. 591 2 SDN Mojo VIII/227 3 SDN Kemayoran I / 24 4 SDN Kedung Cowek II No.254 5 SDN Kertajaya

Lebih terperinci

BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. KEPENDUDUKAN Pada tahun 2004 penduduk Kota Surabaya mencapai 2.692.488 jiwa dan terus meningkat hingga mencapai angka 2.932.318 jiwa pada tahun 2009 (grafik 2.1).

Lebih terperinci

Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya

Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya Volume 14, Nomor 1, Pebruari 16 Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya S. Kamilia Aziz, Ismail Sa ud Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS Email: kamiliaharis@gmail.com Abstract Surabaya city experienced

Lebih terperinci

FINAL PROJECT RESEARCH

FINAL PROJECT RESEARCH FINAL PROJECT RESEARCH PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI LPG 3KG DI KOTA SURABAYA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERTUMBUHAN DEMAND Oleh : Muchlis 2508.100.162 Dosen Pembimbing : Stefanus Eko Wiratno,ST.MT INDUSTRIAL

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45 / 357 / 436.1.2 / 2008 TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA SURABAYA TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN

Lebih terperinci

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM 1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Surabaya adalah 33.048 Ha dan luas wilayah laut yang dikelolah oleh Pemerintah Kota Surabaya sebesar 19.039 Ha.Kota Surabaya berbatasan

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kendaraan Siswa SMA Negeri 5 Surabaya Ke Sekolah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kendaraan Siswa SMA Negeri 5 Surabaya Ke Sekolah FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN JENIS KENDARAAN SISWA SMA NEGERI 5 SURABAYA KE SEKOLAH Anik Afriyanti Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, aprilanique@gmail.com Drs. H. Daryono, M.Si Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya

Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya Oleh Putri Ayu Sekar Karimah : (1313 030 004) Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota merupakan perubahan kota yang terjadi dari waktu ke waktu. Indonesia seperti halnya negara-negara lainnya, sedang mengalami pertumbuhan perkotaan

Lebih terperinci

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013 DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 /436.7.6/2013 Tanggal : 2 JULI 2013 PUKUL/WAKTU SDN AIRLANGGA I/198 HARI : Kamis SDN AIRLANGGA III/200 TANGGAL : 04 Juli

Lebih terperinci

Pemodelan Jumlah Kasus Hiv dan Aids di Kota Surabaya Menggunakan Bivariate Generalized Poisson Regression

Pemodelan Jumlah Kasus Hiv dan Aids di Kota Surabaya Menggunakan Bivariate Generalized Poisson Regression JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (7) ISSN: 337-3 (3-98X Print) D-98 Pemodelan Jumlah Kasus Hiv dan Aids di Kota Surabaya Menggunakan Bivariate Generalized Poisson Regression Suprianto Simanuntak,

Lebih terperinci

Simokerto Surabaya Utara Krembangan

Simokerto Surabaya Utara Krembangan Tabel : 03.03.01Banyaknya Paguyuban dan Petugas Keluarga Berencana per Kecamatan Number of Family Planning Association and Workers per Sub District Paguyuban KBPengawas PLKB PLKB/KK Kecamatan/ Family Supervisor

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban Compactness di Kota Denpasar, Bali

Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban Compactness di Kota Denpasar, Bali C6 Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban Compactness di Kota Denpasar, Bali I Putu Praditya Adi Pratama dan Putu Gde Ariastita Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya

Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya Arrowiyah 1, Sutikno 2 Mahasiswa S1 Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya 1 Dosen

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Permadi dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA.

TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA. SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/334/436.1.2/2014 TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA.

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK JUAL BELI ROTI SEMI KEDALUWARSA DI CV. SURYA GLOBAL SURABAYA. berikut akan dipaparkan profil CV. Surya Global sebagai berikut:

BAB III PRAKTIK JUAL BELI ROTI SEMI KEDALUWARSA DI CV. SURYA GLOBAL SURABAYA. berikut akan dipaparkan profil CV. Surya Global sebagai berikut: BAB III PRAKTIK JUAL BELI ROTI SEMI KEDALUWARSA DI CV. SURYA GLOBAL SURABAYA A. Deskripsi Lokasi Penelitian Untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran umum objek penelitian, berikut akan dipaparkan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1 PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1 PADA KAWASAN SEMPADAN SUNGAI DAN REL KERETA API 1.2 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA SURABAYA TAHUN 2014 WALIKOTA SURABAYA

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA SURABAYA TAHUN 2014 WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA SURABAYA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN 3.1. KEPENDUDUKAN Penduduk merupakan aspek penting dalam perkembangan suatu wilayah, karena selain sebagai obyek, penduduk juga berperan sebagai subyek dalam pembangunan.

Lebih terperinci