HASIL DAN PEMBAHASAN. Riwayat Contoh Sebagai Pekerja Buruh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Riwayat Contoh Sebagai Pekerja Buruh"

Transkripsi

1 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Tempat Bekerja Contoh Riwayat Contoh Sebagai Pekerja Buruh Pada periode jumlah angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan sebesar 4,2 juta orang (Survei Angkatan Kerja Nasional 2008). Peningkatan tenaga kerja perempuan digambarkan dari terserapnya perempuan ke sektor-sektor tradisional seperti industri. Kehadiran industri/pabrik memberikan kesempatan kerja bagi perempuan karena biasanya bekerja di pabrik membutuhkan ketelitian dan ketekunan, sifat tersebut sudah menjadi stereotipe bagi perempuan. Pekerjaan perempuan sebagai buruh pabrik merupakan suatu usaha untuk membantu ekonomi keuangan keluarga demi tercapainya suatu kesejahteraan keluarga. Setiap keluarga memiliki status kesejahteraan yang berbeda dan hal ini diduga dapat dipengaruhi oleh riwayat contoh sebagai pekerja (buruh). Riwayat contoh sebagai pekerja buruh dilihat berdasarkan tempat bekerja contoh. Lingkungan pabrik sebagai tempat bekerja contoh seharusnya memiliki Standar Operasional Prosedur dan bebas dari berbagai bentuk diskriminasi, khususnya bagi buruh perempuan. Pada penelitian ini, tempat bekerja contoh tersebar pada PT PMG, PT. SB, CV. ARI dan lainnya (Db, PT. SUI, PT. T dan CV. A). Hampir separuh (46,7%) contoh bekerja di PT. PMG, sebanyak 36,7 persen contoh bekerja di PT. SB, sisanya di CV. ARI dan lainnya dengan proporsi masing-masing 10,0 dan 6,6 persen. Sebaran contoh berdasarkan tempat bekerja contoh dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tempat bekerja contoh No. Tempat bekerja Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. PT. PMG 28 46,7 2. PT. SB 22 36,7 3. CV. ARI 6 10,0 4. Lainnya (DB, PT. SUI, PT. T dan CV. A) 4 6,6 Lama Bekerja Kurang dari separuh (40,0%) contoh memiliki lama bekerja kurang dari satu tahun pada pabrik yang sama, pada penelitian ini lama bekerja dilihat dari waktu dimana contoh bekerja saat ini. Sebanyak 28,3 persen contoh memiliki lama bekerja lebih dari lima tahun (Tabel 4). Lamanya waktu bekerja akan menambah pengalaman contoh untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Jika

2 30 contoh dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga maka tujuan keluarga yang sejahtera akan tercapai. Menurut Puspitawati (1992) manajemen sumberdaya keluarga terutama berkaitan dengan manajemen waktu dan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan keluarga. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan lama bekerja No. Lama bekerja (tahun) Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. < , , ,0 4. > ,3 Pekerjaan Contoh Sebelumnya Jika dilihat dari pekerjaan contoh sebelumnya, terdapat contoh yang bekerja sebagai ibu rumahtangga, memiliki usaha, buruh dan lainnya (penjaga counter dan buruh cuci). Hampir setengah (48,4%) contoh sebelumnya tidak bekerja dan kurang dari separuh (45,0%) contoh bekerja sebagai buruh di pabrik yang berbeda dari tempat bekerjanya saat ini, kemudian sisanya tersebar merata pada memiliki usaha dan lainnya (penjaga counter dan buruh cuci) yang masingmasing terdapat dua contoh dengan persentase 3,3 persen (Tabel 5). Perubahan peran istri di sektor publik terlihat signifikan, contoh yang sebelumnya hanya memiliki peran domestik sebagai ibu rumahtangga (tidak bekerja) kemudian bekerja di luar rumah. Hal ini dapat menggeser struktur fungsional dan terjadinya penghapusan budaya patriarkhi di lingkungan masyarakat secara perlahan. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan sebelumnya No. Pekerjaan sebelumnya Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Tidak bekerja 29 48,4 2. Buruh 27 45,0 3. Memiliki usaha 2 3,3 4. Lainnya (penjaga counter dan buruh cuci) 2 3,3 Jam Kerja Contoh Pada bagian jam kerja contoh, dikategorikan dengan jam kerja normal dan shift. Bagian jam kerja normal adalah jam kerja biasa yaitu berangkat pagi dan pulang kerja di sore hari (dari pukul ) dengan rata-rata 10,4 jam per hari. Bagian jam kerja shift adalah jam kerja tertentu yang terdiri dari tiga shift, yaitu shift pagi pukul , shift sore pukul , dan shift malam pukul Pergantian shift dilakukan setiap satu minggu sekali.

3 31 Namun, ada pula pabrik yang memberlakukan jam lembur sampai melebihi kapasitas fisik. Lebih dari tiga per empat (86,7%) contoh yaitu sebanyak lima puluh dua orang memiliki bagian jam kerja normal dan sisanya sebanyak delapan orang memiliki bagian jam kerja shift, yaitu sebanyak 13,3 persen. Jadi jika dilihat secara umum, contoh hanya memiliki waktu di rumah bersama keluarga pada sore dan malam hari (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jam kerja contoh No. Bagian jam kerja Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Normal (Berangkat pagi pulang sore) 52 86,7 2. Shift (Masuk dan pulang kerja dengan jam tertentu sesuai bagiannya pada waktu berkala) 8 13,3 Lama Bekerja (Jam/Hari) Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56,7%) contoh memiliki lama bekerja antara 9,0 sampai 10,6 jam per hari dengan rata-rata 10,4 jam per hari yaitu sebanyak tiga puluh empat orang (Tabel 7). Semakin banyak waktu yang digunakan perempuan untuk bekerja di luar rumah maka semakin sedikit waktu yang tersisa untuk melakukan aktivitas di rumah. Sumberdaya materi mencakup barang/benda, jasa, waktu, dan energi (Deacon dan Firebaugh 1988). Waktu sifatnya tetap, tidak bisa ditambah, dikurangi atau diakumulasi. Penggunaan waktu yang efektif berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan psikologis. Hal ini berarti perempuan sebagai istri sekaligus sebagai pekerja harus dapat melakukan manajemen waktu yang dimiliki dengan baik, kuantitas dan kualitas komunikasi serta interaksi dengan keluarga harus dapat terjaga dengan baik agar tujuan keluarga yang sejahtera baik secara objektif maupun subjektif dapat tercapai. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pekerja yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam per hari. Hal ini berarti rata-rata jam kerja contoh tidak sesuai dengan Undang- Undang tersebut. Posisi pekerja sebagai penjahit, pembuang benang, kebersihan, gudang, penyelesaian akhir, pengontrol kualitas, pengawas, dan kantin memiliki lama bekerja 9,0-10,6 jam per hari. Posisi pekerja pada bagian pengemasan, pembantu, pemotong, dan pembuat pola bekerja dengan lama 10,7-12,3 jam per hari. Bagian umum memiliki lama bekerja 12,4-14,0 jam per hari.

4 32 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan lama bekerja/hari No. Lama bekerja setiap hari (jam) Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. 9,0-10, , ,7-12, , ,4-14,0 3 5,0 Minimum Maksimum 9,0 14,0 Rata-rata ± Std. Deviasi 10,4 ± 1,3 Hari Kerja/Minggu Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (65,0%) contoh memiliki enam hari kerja dalam satu minggu dan sisanya sebanyak dua puluh satu orang memiliki lima hari kerja yaitu sebanyak 35,0 persen. Hal ini berarti contoh ada yang memiliki satu dan dua hari libur. Berdasarkan Pasal 79 Undang- Undang tentang Ketenagakerjaan, waktu libur wajib diberikan pabrik kepada buruhnya. Biasanya dalam satu minggu diharuskan memiliki waktu libur minimal satu kali. Hal ini berarti hari libur contoh sudah sesuai dengan Undang-Undang. tersebut. Hari libur memungkinkan contoh melakukan aktivitas domestik dan berinteraksi dengan keluarga. Kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian dalam pengelolaan waktu merupakan aspek penting dalam melakukan manajemen waktu (Nickell dan Dorsey 1960). Pengelolaan waktu yang baik akan mempermudah untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. Sebaran contoh berdasarkan hari kerja/minggu dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan hari kerja/minggu No. Hari kerja Jumlah (n=60) Persentase(%) 1. 5 hari dalam seminggu 21 35, hari dalam seminggu 39 65,0 Rata-rata ± Std. Deviasi 5,7 ± 0,5 Posisi Sebagai Pekerja Posisi pekerjaan biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang mendapatkan posisi yang lebih baik. Rata-rata lama pendidikan contoh adalah 9,1 tahun yaitu pada tingkat SMP. Selain tingkat pendidikan, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah keterampilan yang dimiliki sesuai dengan barang yang diproduksi oleh pabrik. Jika dilihat dari sebaran contoh berdasarkan posisi contoh sebagai pekerja pada Tabel 9, terdapat sembilan kategori yaitu bagian umum, penjahit, bagian penyelesaian akhir, pengontrol kualitas, pengawas, pembuang benang, pembantu, pengemasan, lainnya (bagian pola, kantin, kebersihan, pemotong,

5 33 bagian gudang). Pada penelitian ini hampir seluruhnya pabrik merupakan pabrik yang menghasilkan konveksi sehingga lebih dari separuh (60,0%) contoh memiliki posisi sebagai penjahit. Meski tingkat pendidikan tidak terlalu tinggi, keterampilan menjahit dapat diandalkan contoh untuk turut berkontribusi ekonomi terhadap pendapatan keluarga. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan posisi sebagai pekerja No. Posisi sebagai pekerja Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Bagian umum 3 5,0 2. Penjahit 36 60,0 3. Bagian penyelesaian akhir 2 3,3 4. Pengontrol kualitas 4 6,7 5. Pengawas 4 6,7 6. Pembuang benang 2 3,3 7. Pembantu 2 3,3 8. Pengemasan 2 3,3 9. Lainnya (pola, kantin, kebersihan, pemotong,pergudangan) 5 8,3 Kendaraan yang Digunakan ke Tempat Kerja Sebaran contoh berdasarkan kendaraan yang digunakan contoh ke tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 10. Pada penelitian terlihat bahwa kendaraan yang digunakan contoh untuk pergi ke tempat kerja adalah kendaraan milik pribadi berupa motor, kendaraan umum (angkutan umum atau ojek) dan lainnya (keduanya, kadang diantar suami dengan kendaraan milik pribadi dan kadang menggunakan kendaraan umum). Sebagian besar (80,0%) contoh menggunakan kendaraan umum menuju tempat kerjanya yaitu sebanyak empat puluh delapan orang. Sisanya sepuluh orang dengan menggunakan kendaraan milik pribadi (16,7%) dan lainnya sebanyak dua orang dengan presentase 3,3 persen. Kendaraan yang digunakan ke tempat bekerja akan mempengaruhi waktu yang digunakan contoh untuk melakukan pekerjaan domestik. Jika contoh menggunakan kendaraan milik pribadi maka semakin kecil peluang perjalanan lebih lama dan waktu contoh untuk memasak dan membersihkan rumah akan lebih banyak, peluang terlambat untuk tiba di pabrik akan lebih kecil. Sebaliknya, jika contoh menggunakan kendaraan umum maka semakin besar peluang perjalanan lebih lama dan waktu contoh untuk memasak dan membersihkan rumah akan lebih sedikit, peluang terlambat untuk tiba di pabrik akan lebih besar. Jika menggunakan angkot, hal yang menyebabkan lama di perjalanan adalah kebiasaan angkot yang tidak akan jalan ketika kapasitas angkot belum terpenuhi

6 34 seluruhnya. Jika menggunakan ojek, hal yang menyebabkan lama di perjalanan adalah jarak tempuh antara rumah contoh dengan pangkalan ojek yang cukup jauh sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk berjalan kaki menuju pangkalan ojek. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kendaraan yang digunakan contoh ke tempat bekerja No. Kendaraan yang digunakan Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Milik pribadi (Motor) 10 16,7 2. Umum (Angkot dan ojek) 48 80,0 3. Lainnya (Kadang milik pribadi, kadang umum) 2 3,3 Upah Kerja Contoh Sumarwan (2004) mendefinisikan pendapatan sebagai imbalan yang diterima keluarga sebagai konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafakah. Pendapatan pada umumnya diterima dalam bentuk uang. Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 menyatakan bahwa penentuan upah minimum diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan kehidupan yang layak. Kebijakan komponen gaji/upah ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Gaji yang dibayarkan oleh perusahaan tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah. Upah kerja yang diterima contoh pada penelitian ini diberikan pabrik melalui tiga cara, yaitu beberapa satuan waktu tertentu: mingguan, dua minggu atau setiap bulan. Adapun cara pembayaran upah oleh pabrik dilakukan melalui dua cara pembayaran yaitu uang tunai atau pembayaran via ATM yang di transfer pihak pabrik ke rekening buruh. Lebih dari separuh (58,1%) contoh memiliki upah kurang dari Rp ,00. UMR Kabupaten Bogor 2011 adalah Rp ,00, dapat disimpulkan bahwa upah yang diterima lebih dari separuh (58,1%) contoh adalah di bawah UMR (Tabel 11). Contoh dengan upah di bawah UMR adalah contoh dengan posisi bagian umum, pemotong, dan pengemasan di PT. PMG. Posisi penjahit, penyelesaian akhir, penolong di CV. ARI, posisi penjahit di CV. T dan di Db juga memperoleh upah di bawah nilai UMR.

7 35 Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan upah kerja contoh No. Kategori (Rp/bulan) Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. < Rp , ,1 2. Rp , ,9 Minimum Maksimum , ,00 Rata-rata ± Std. Deviasi ,00 ± ,27 Karakteristik Contoh dan Keluarga Setiap keluarga pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik ini dapat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Karakteristik contoh dan keluarga pada penelitian ini meliputi umur istri dan suami, lama pendidikan suami dan istri, jenis pekerjan suami, besar keluarga, pendapatan dan pengeluaran keluarga per bulan, pendapatan dan pengeluaran keluarga per kapita per bulan, rata-rata pengeluaran keluarga untuk pangan dan nonpangan per bulan, dan kepemilikan aset. Umur Contoh dan Suami Kurang dari separuh (45,0%) contoh dan kurang dari separuh (38,3%) suami contoh memiliki umur yang berada pada kategori tahun dengan rata-rata untuk masing-masing 33,4 tahun dan 36,6 tahun. Berdasarkan Papalia dan Old (2009) dewasa awal adalah umur yang berada pada rentang tahun, dewasa madya (41-60 tahun) dan dewasa akhir (61 tahun ke atas). Hal ini berarti kurang dari separuh (45,0% dan 38,3%) contoh dan suami contoh berada pada kategori dewasa awal. Penelitian Rambe (2004) menyebutkan bahwa faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah umur kepala keluarga. Umur suami contoh yang berada pada kategori dewasa awal dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif, menurut Hurlock (1980) salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga dan mengelola rumahtangga. Semakin suami dapat mengelola rumahtangga maka pembagian pekerjaan domestik akan semakin baik dan istri akan semakin puas dengan keadaan keluarga yang responsif gender. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 12.

8 36 Tabel 12 Sebaran contoh dan suami berdasarkan umur No. Umur (tahun) Istri Suami n % n % , , , , , , ,7 2 3, ,0 0 0,0 6. >65 0 0,0 0 0,0 Minimum - Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi 33,4 ± 7,1 36,6 ± 7,6 Lama Pendidikan Contoh dan Suami Lama pendidikan atau tingkat pendidikan kepala keluarga yang telah dijalani akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga (Rambe 2004). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang mendapatkan pekerjaan dan semakin tinggi pula peluang keluarga untuk sejahtera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar lama pendidikan contoh adalah SMA (10-12 tahun) yaitu sebesar 36,7 persen dengan rata-rata 9,1 tahun dan kurang dari setengahnya (41,7%) lama pendidikan suami contoh berada pada jenjang SMA (10-12 tahun) dengan rata-rata 9,2 tahun. Sumarwan (2004) mengemukakan bahwa pendidikan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi keluarga. Pola konsumsi tersebut diduga akan mempengaruhi pengeluaran dan kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak kebutuhan hidup dan akan semakin tinggi perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif ini akan mempengaruhi kesejahteraan terkait pengeluaran keluarga. Semakin besar pengeluaran keluarga maka peluang perilaku konsumtif akan semakin besar. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan lama pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh dan suami berdasarkan lama pendidikan Istri Suami No. Lama pendidikan (tahun) n % n % , , ,3 9 15, , , ,0 2 3,3 Minimum - Maksimum 6,0 12,0 6,0 15,0 Rata-rata ± Std. Deviasi 9,1 ± 2,6 9,2 ± 2,9

9 37 Jenis Pekerjaan Suami Jenis pekerjaan suami dapat mempengaruhi pendapatan keluarga. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat menentukan jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka peluang mendapatkan jenis pekerjaan yang lebih baik akan semakin besar. Deacon dan Firebaugh (1988) mengungkapkan bahwa jenis pekerjaan yang profesional menyediakan pendapatan yang lebih tetap dibandingkan pekerjaan swasta. Namun pekerjaan sebagai swasta cenderung untuk memiliki kesempatan lebih dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Rata-rata lama pendidikan suami contoh adalah 9,2 tahun atau pada tingkat SMP sehingga kurang dari separuh (31,7%) suami contoh bekerja sebagai buruh/kuli yaitu sebanyak dua puluh dua orang bahkan sebanyak tiga orang suami contoh tidak bekerja (5,0%). Pada penelitian ini pengkategorian jenis pekerjaan suami contoh terdiri dari buruh/kuli, pedagang, wiraswasta, supir, karyawan, petani, PNS, koki, ojek tukang parkir, dan tidak bekerja. Sebanyak 21,7 persen suami contoh bekerja sebagai karyawan, 16,7 persen sebagai supir, 8,3 persen sebagai wiraswasta, sebagai PNS dan koki dengan persentase sebesar 5,0 persen dan sebagai pedagang, petani, ojek dan tukang parkir masing-masing sebanyak satu orang dengan presentase sebesar 1,7 persen. Terdapat suami contoh yang tidak bekerja, hal ini menunjukkan bahwa contoh sebagai istri telah mengambil alih fungsi ekonomi secara signifikan. Padahal rata-rata lama pendidikan contoh dan suami contoh sama yaitu 9 tahun atau pada tingkat SMP. Sebaran suami contoh berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran suami contoh berdasarkan jenis pekerjaan No. Jenis pekerjaan Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Buruh/kuli 19 31,7 2. Pedagang 1 1,7 3. Wiraswasta 5 8,3 4. Supir 10 16,7 5. Karyawan 13 21,7 6. Petani 1 1,7 7. PNS 3 5,0 8. Koki 3 5,0 9. Ojek 1 1,7 10. Tukang parkir 1 1,7 11. Tidak bekerja 3 5,0

10 38 Besar Keluarga Besar keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah. Besar keluarga menurut BKKBN (1998), dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu kecil ( 4 orang), sedang (5-7 orang) dan besar (> 7 orang). Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa lebih dari separuh (71,7%) contoh memiliki ukuran keluarga yang kecil dan sisanya merupakan keluarga sedang yaitu sebanyak tujuh belas orang dengan persentase sebesar 28,3 persen. Besar keluarga contoh memiliki rata-rata 3,9 orang, berdasarkan BKKBN (1998) keluarga contoh termasuk kecil. Pada penelitian ini jumlah anggota keluarga paling sedikit dua orang (belum memiliki anak) dan paling banyak tujuh orang. Menurut Lewin dan Maurin (2005) besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga. Semakin kecil ukuran keluarga maka semakin kecil alokasi untuk pengeluaran keluarga sehingga semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga No. Besar keluarga Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Kecil ( 4 orang) 43 71,7 2. Sedang (5-7 orang) 17 28,3 3. Besar (>7 orang) 0 0,0 Minimum - Maksimum 2,0 7,0 Rata-rata ± Std. Deviasi 3,9 ± 1,2 Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Pendapatan merupakan imbalan, gaji, upah yang diterima seseorang dengan bekerja. Pendapatan keluarga bukan hanya pendapatan yang berasal dari suami, namun merupakan kesatuan dari pendapatan istri dan anggota keluarga lain (misal anak yang sudah bekerja namun masih tinggal dengan orang tua) dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga. Deacon dan Firebaugh (1988) menyatakan bahwa sumberdaya keuangan keluarga yang utama didapatkan adalah berasal dari pendapatan keluarga. Pendapatan adalah imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya untuk mencari nafkah (Sumarwan 2004). Pendapatan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera.

11 39 Kurang dari separuh (48,3%) contoh memiliki pendapatan dengan selang Rp ,00 - Rp ,00 dan rata-rata sebesar Rp ,00. Pendapatan keluarga didapatkan dari pekerjaan utama dan sampingan. Hampir seluruh (95%) contoh mendapatkan pendapatan dengan sumber dari pekerjaan utama saja. Sebanyak tiga orang (5%) memiliki sumber pendapatan baik dari pekerjaan utama maupun sampingan. Jenis pekerjaan sampingan dari ketiga contoh adalah menjual barang dengan cara kredit. Hanya terdapat satu keluarga yang memiliki pendapatan per bulan kurang dari Rp ,00 hal ini terjadi karena suami contoh tidak bekerja. Sebanyak tujuh keluarga memiliki pendapatan per bulan lebih besar sama dengan dari Rp ,00. Ketujuh contoh tersebut adalah penjahit dari PT. PMG dengan upah sesuai UMR dan memiliki pekerjaan sampingan, pengontrol kualitas di PT. PMG dengan upah sesuai UMR dan memiliki suami dengan pekerjaan swasta, penjahit dari PT. SB dengan upah sesuai UMR dan memiliki suami dengan pekerjaan swasta. Deacon dan Firebaugh (1988) mengungkapkan bahwa jenis pekerjaan yang profesional menyediakan pendapatan yang lebih tetap dibandingkan pekerjaan swasta. Namun pekerjaan sebagai swasta cenderung untuk memiliki kesempatan lebih dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Contoh dengan pendapatan per bulan di atas sama dengan Rp ,00 lainnya adalah penjahit dari PT. PMG dengan upah sesuai UMR dan memiliki suami dengan pekerjaan sebagai PNS, pengawas dari PT. SB dengan upah sesuai UMR dan memilki pekerjaan sampingan, penjahit dan pengawas dari PT. SB dengan upah sesuai UMR. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendapatan keluarga per bulan No. Kategori (Rp/bulan) Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. < ,00 1 1, , , , , , , , ,7 Minimum Maksimum , ,00 Rata-rata ± Std. Deviasi ,00 ± ,18 Pengeluaran dapat digunakan sebagai indikator pendapatan keluarga yang dapat menggambarkan kondisi keuangan keluarga (Sumarwan 2002). Pengeluaran keluarga terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan. Kondisi pengeluaran keluarga lebih besar daripada pendapatan adalah hal yang wajar karena pendapatan bukan satu-satunya sumberdaya keluarga yang dapat

12 40 digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya dengan cara meminjam atau berhutang. Lebih dari separuh (63,3%) contoh memiliki pengeluaran dengan selang Rp ,00 - Rp ,00 dan rata-rata sebesar Rp ,00. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 17. Jika dibandingkan antara rata-rata pendapatan dan pengeluaran keluarga per bulan maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan keluarga per bulan lebih besar daripada rata-rata pengeluaran keluarga per bulan. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengeluaran keluarga per bulan No. Kategori (Rp/bulan) Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. < , , , , , , , ,0 4. > ,00 4 6,7 Minimum Maksimum , ,00 Rata-rata ± Std. Deviasi ,00 ± ,33 Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Per Kapita Pendapatan keluarga per kapita per bulan adalah pendapatan total keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang layak untuk mencukupi kebutuhan minimal. Pendapatan per kapita dijadikan indikator pembangunan suatu negara. Pendapatan per kapita dihitung untuk mengetahui golongan keluarga miskin atau tidak. Menurut Lewin dan Maurin (2005) besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak alokasi pengeluaran keluarga sehingga semakin kecil peluang keluarga untuk sejahtera. Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa kurang dari separuh (43,3%) pendapatan keluarga per kapita per bulan lebih besar dari Rp ,00 dengan rataan sebesar Rp ,80. Terdapat satu keluarga yang memiliki pendapatan per kapita per bulan di bawah angka garis kemiskinan, hal ini terjadi karena suami contoh tidak bekerja dan contoh memiliki lima anak dengan anak terkecil masih bersekolah pada tingkat SD.

13 41 Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan No. Kategori (Rp/kapita/bulan) Jumlah (n=60) Persentase (%) * 1 1, , ,0 4. > ,3 Minimum Maksimum , ,00 Rata-rata ± Std. Deviasi ,80 ± ,80 Ket :* Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS 2010 Kurang dari setengahnya (41,7%) pengeluaran per kapita per bulan keluarga contoh berkisar pada Rp ,00-Rp ,00 dengan rataan sebesar Rp ,30. Pengkategorian untuk sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan pengeluaran keluarga per kapita per bulan adalah berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS Terdapat tiga keluarga dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah angka garis kemiskinan. Contoh dari keluarga tersebut masing-masing memiliki upah di bawah standar nilai UMR dan memiliki anak sebanyak lima, tiga, dan empat anak untuk setiap masing-masing keluarga (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan No. Kategori (Rp/kapita/bulan) Jumlah (n=60) Persentase (%) * 3 5, , ,7 4. > ,0 Minimum Maksimum , ,00 Rata-rata ± Std. Deviasi ,30 ± ,70 Ket :* Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS 2010 Dapat disimpulkan bahwa baik rata-rata pendapatan maupun rata-rata pengeluaran keluarga per kapita per bulan berada di atas garis kemiskinan Kabupaten Bogor Rata-rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rata-rata pengeluaran keluarga dapat dilihat dari pengeluaran pangan dan non pangan. Pengeluaran pangan adalah pengeluaran yang dialokasikan untuk makanan pokok, sumber protein yang terdiri dari telur ayam, susu, dan daging, sayur-sayuran, buah-buahan, dan jajanan lainnya. Pengeluaran non pangan adalah pengeluaran yang dialokasikan untuk pendidikan, perumahan dan bahan bakar, transportasi, pakaian, dan kesehatan. Pada pengeluaran pendidikan, uang dialokasikan untuk bayaran uang sekolah (formal/non formal), seragam sekolah, buku pelajaran, foto kopi bahan pelajaran, dan uang jajan. Pada

14 42 pengeluaran perumahan dan bahan bakar, uang dialokasikan untuk pembayaran listrik, air, telepon (rekening telepon rumah dan pulsa HP), bahan bakar (LPG, gas kota, minyak tanah/bahan bakar lainnya). Pada pengeluaran transportasi, uang dialokasikan untuk bensin kendaraan bermotor atau ongkos untuk kendaraan umum. Pada pengeluaran untuk pakaian, uang dialokasikan untuk biaya pembelian baju/celana dan sepatu/alas kaki. Pada pengeluaran untuk kesehatan, uang dialoksikan untuk pembayaran untuk pembelian perlengkapan mandi dan cuci, obat/dokter/bidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 48,6 persen rata-rata pengeluaran keluarga contoh digunakan untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar Rp ,70. Pada pengeluaran non pangan memiliki presentase sebesar 51,5 persen dengan rata-rata Rp ,00. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga contoh memiliki alokasi pengeluaran non pangan lebih besar daripada pengeluaran untuk pangan (Tabel 20). Engel (1993) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumahtangga maka semakin rendah presentase pengeluaran untuk pangan. Dapat disimpulkan bahwa keluarga contoh terkategori sejahtera. Pengeluaran non pangan banyak dialokasikan contoh untuk biaya pendidikan anak. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pengeluaran keluarga pangan dan non pangan per bulan Pengeluaran Rp Persentase (%) Pangan Minimum Maksimum , ,00 Rata-rata ± Standar Deviasi ,70 ± ,50 48,5 Non pangan Minimum Maksimum , ,00 51,5 Rata-rata ± Standar Deviasi ,00 ± ,10 Total Pengeluaran Minimum Maksimum , ,00 100,0 Rata-rata ± Standar Deviasi ,00 ± ,30 Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Keluarga Kontribusi ekonomi perempuan adalah peran perempuan dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga sebagai usaha untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dan merupakan proporsi antara pendapatan istri dengan total pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari separuh (33,3%) contoh memiliki kontribusi ekonomi dengan selang 41,0-50,0 persen. Pendapatan istri paling kecil adalah sebesar Rp ,00 dan paling besar sebesar Rp ,00 (Tabel 21). Ukoha (2003) menyatakan bahwa

15 43 kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen. Sebanyak 5,0 persen contoh memiliki kontribusi ekonomi 100,0 persen terhadap pendapatan keluarga, hal ini terjadi karena adanya suami contoh yang tidak bekerja, yaitu sebanyak tiga orang. Hal ini menunjukkan bahwa istri telah mengambil alih fungsi ekonomi secara signifikan di dalam keluarga. Kontribusi ekonomi istri yang lebih besar daripada suami menimbulkan pro dan kontra. Bekerjanya perempuan di luar rumah dapat menggeser struktur fungsional dalam masyarakat. Pada masyarakat yang kontra dan masih sangat memegang budaya patriarki menganggap suami memiliki peran dominan dalam keluarga termasuk dalam hal mencari nafkah. Menurut Poesposoetjipto (1996) seorang perempuan dalam budaya timur akan terpandang dan disegani bila ia mampu membina keluarga yang sejahtera. Istri dianggap baik jika dapat merawat rumah dan mengasuh anak. Namun ketika suami tidak sanggup memberi nafkah kepada istri karena fisik yang tidak kuat (karena sakit, tidak bekerja, dan lain-lain) maka yang membiayai kebutuhan keluarga adalah istrinya. Pada kasus ini peran istri tidak menjadi sumber konflik keluarga bahkan menjadi strategi koping bagi keluarga untuk bertahan. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga No. Kontribusi (%) Jumlah (n=60) Persentase (%) , , , , , , , , , ,0 Minimum Maksimum , ,00 Rata-rata ± Std. Deviasi ,00 ± ,27 Rata-rata kontribusi ekonomi perempuan adalah proporsi antara rata-rata pendapatan istri dengan rata-rata total pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap keluarga adalah sebesar 51,0 persen dengan rata-rata pendapatan istri sebesar Rp ,00. Angka tersebut cukup signifikan bagi pendapatan keluarga, karena fungsi ekonomi keluarga telah diambil alih oleh perempuan sebagai istri yang telah melebihi keseimbangan (50/50) dengan fungsi ekonomi suami. Hal ini

16 44 didukung oleh penelitian Fadah et al. (2004) yang menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga yang dilihat dari proporsi rata-rata upah buruh perempuan terhadap rata-rata pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3 persen. Urgensi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga tidak dapat diabaikan, meski memiliki lama pendidikan rata-rata 9,1 tahun dengan rata-rata berada pada tingkat SMP dan upah rata-rata di bawah standar contoh tetap dapat menjalankan fungsi ekonomi dalam keluarga. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga No. Kontribusi (Rp/bulan) Rata-rata pendapatan (Rp) Persentase (%) 1. Suami ,00 46,0 2. Istri ,00 51,0 3. Anak ,33 1,0 4. Anggota keluarga lainnya ,33 2,0 Total pendapatan keluarga ,70 100,0 Kepemilikan Aset Material aset merupakan sumber aset keluarga yang memiliki nilai ekonomi dan dapat digunakan untuk melindungi, merubah, mengkonsumsi, atau memproduksi/investasi (Deacon dan Firebaugh 1988). Ketersediaan aset dapat memudahkan manajemen keuangan dari hal-hal yang tidak dapat diprediksi. Penelitian ini ingin membandingkan kepemilikan aset berdasarkan gender, apakah statusnya hanya milik suami, hanya milik istri, atau bersama (suami dan istri). Status kepemilikan untuk rumah, motor, perhiasan, tabungan dan lahan pertanian adalah status milik berdasarkan surat/akta yang memiliki kekuatan di mata hukum. Status kepemilikan untuk barang elektronik seperti televisi, radio/tape, kulkas, mesin cuci, handphone dan peralatan berharga lainnya seperti sofa dan kompor gas adalah status milik berdasarkan kontribusi keuangan pada saat pembelian barang-barang tersebut. Dikatakan milik bersama ketika pembelian barang-barang tersebut, sumber keuangan untuk membeli adalah berasal dari keduanya, baik istri maupun suami. Pada kategori lainnya, berarti kontribusi keuangan pada saat pembelian barang-barang tersebut adalah berasal dari orangtua atau keluarga besar atau sengaja membuat pernyataan di akta/surat berkekuatan hukum atas nama anak. Pada keluarga contoh yang menempati rumah dengan cara mengontrak, berarti status kepemilikan rumah adalah tidak punya.

17 45 Pada hasil penelitian, jika ditinjau dari kepemilikan aset terlihat bahwa sebesar 10,0 persen status kepemilikan rumah adalah milik suami. Sebanyak lima contoh dengan persentase sebesar 8,3 persen menempati rumah milik istri dan bersama (suami dan istri). Kepemilikan kendaraan motor yang dimiliki contoh sebanyak sembilan belas orang (31,7%) adalah milik suami, sebanyak 8,3 persen milik istri, dan 20,0 persen milik bersama (suami dan istri). Pada kepemilikan barang elektronik, hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (63,3%) contoh memiliki televisi dengan status milik bersama (suami dan istri), sebesar 31,7 persen memiliki radio/tape hak bersama, kurang dari separuh (31,7%) contoh memiliki kulkas dengan hak milik bersama, sebagian kecil (13,3%) contoh dengan kepemilikan mesin cuci adalah hak milik bersama dan lebih dari separuh (61,7%) contoh memiliki handphone dengan status milik bersama (suami dan istri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperempat (25,0%) contoh memiliki perhiasan emas dengan status milik istri dan sebagian kecil (13,3%) contoh memiliki tabungan milik bersama. Pada kepemilikan pertanian, perikanan dan ternak, sebagian kecil (6,6%) contoh memiliki sawah dengan status milik istri dan hampir sebagian kecil (1,7%) pula contoh memiliki ladang dan tambak dengan status hak milik suami. Jenis aset Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Suami Istri Bersama (Suami dan Istri) Status Kepemilikan (%) Punya Lainnya (Orangtua, Keluarga besar, atau anak) Tidak Punya 1.Rumah 10,0 8,3 8,3 65,1 8,3 2.Motor 31,7 8,3 20,0 3,3 36,7 3.TV 5,0 20,0 63,3 6,7 5,0 4.Radio/tape 3,3 11,7 31,7 5,0 48,3 5.Kulkas 1,7 8,3 35,0 5,0 50,0 6.Mesin cuci 0,0 0,0 13,3 3,4 83,3 7.Handphone 5,0 16,7 61,7 0,0 16,7 8.Perhiasan/emas 3,3 25,0 6,7 0,0 65,0 9.Tabungan 3,3 11,7 13,3 1,7 70,0 10.Sawah 0,0 6,6 1,7 1,7 90,0 11.Ladang/kebun 1,7 0,0 0,0 0,0 98,3 12.Tambak 1,7 0,0 0,0 0,0 98,3 13.Sofa 1,7 3,3 45,0 8,3 41,7 14.Kompor gas 1,7 13,3 78,3 5,0 1,7 Pada kepemilikan barang berharga lainnya, hampir separuh contoh memiliki sofa dengan status bersama (suami dan istri) dengan persentase sebesar 45,0 persen dan lebih dari separuh (78,3%) contoh menggunakan

18 46 kompor gas milik bersama. Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 23. Jadi, sebagian besar status kepemilikan aset adalah milik bersama (suami dan istri), meski istri telah mengambil alih fungsi ekonomi secara signifikan namun tidak terjadi pendominasian terhadap kepemilikan aset dari istri maupun suami. Peran Ganda Peran ganda adalah jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (Chen 2010). Kontribusi ekonomi yang didapatkan perempuan dengan cara bekerja di luar rumah (pabrik) sebagai buruh sangat mendesak urgensinya dan hal tersebut menyebabkan konsekuensi peran ganda bagi perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80,0%) contoh memiliki alasan berperan ganda sebagai pekerja buruh adalah karena ekonomi (Tabel 24). Hal ini sejalan dengan Herawati (2000) yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Uang merupakan alasan terbesar bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Sebanyak tiga contoh memiliki alasan ekonomi dan pengembangan diri dalam bekerja, ketiga contoh tersebut memiliki pendapatan total pada rentang Rp , ,00. Umur anak terkecil mereka masing-masing adalah 6 tahun, belum memiliki anak, dan 7,5 tahun. Ketiga contoh merasa pendapatan yang didapatkan dari suami kurang cukup menutupi kebutuhan sehari-hari, anak terkecil dirasa sudah bisa mandiri bahkan satu contoh diantara ketiga contoh tersebut belum memiliki anak, selain itu mereka merasa bosan jika berada di rumah sepanjang hari. Hal ini mendorong mereka untuk mengembangkan diri dengan bekerja di samping alasan ekonomi. Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan alasan berperan ganda sebagai pekerja No. Alasan berperan ganda sebagai pekerja Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Ekonomi 48 80,0 2. Pengembangan diri 9 15,0 3. Ekonomi+Pengembangan diri 3 5,0

19 47 Jumlah Peran Istri dalam Sektor Publik dan Domestik Peran ganda adalah total jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (frekuensi kontak face to face dengan orang lain selama satu tahun). Hasil penelitian Chen (2010) menyatakan bahwa klasifikasi peran ganda istri terdiri dari 12 aspek: sebagai anak, istri, orangtua, nenek, saudara kandung, teman, bagian dari keluarga besar, tetangga, pekerja, anggota grup, aktivis keagamaan, dan sukarelawan. Peran yang tidak menunut banyak waktu adalah peran sebagai anak, istri, orangtua, nenek, dan saudara kandung. Lain halnya dengan peran sebagai pekerja buruh. Semakin banyak jumlah peran ganda yang sedang dijalani, maka semakin tinggi peran ganda. Berdasarkan Tabel 25, lebih dari tiga per empat (86,7%) contoh memiliki peran sebagai anak, artinya mereka masih memiliki orangtua, sebagian besar (96,7%) contoh memiliki peran sebagai istri dan seluruh (100,0%) contoh adalah pekerja buruh, namun sebagian besar (96,7% dan 95,0%) contoh tidak memiliki peran sebagai anggota organisasi buruh dan anggota pengajian karena waktu yang dimiliki contoh sudah dicurahkan seluruhnya untuk bekerja dan melakukan tugas domestik sebagai istri. Menurut hasil wawancara contoh merasa tidak memiliki waktu lagi untuk melakukan kegiatan tersebut. Jumlah peran minimal dan maksimal dari keseluruhan contoh adalah sebanyak 4 dan 11 peran dengan rata-rata 6 hingga 7 peran. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan jumlah peran di sektor domestik dan publik No Pernyataan Ya Tidak Jumlah (n=60) Persentase (%) Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Sebagai anak 52 86,7 8 13,3 2. Sebagai istri 58 96,7 2 3,3 3. Sebagai orangtua 55 91,7 5 8,3 4. Sebagai nenek 5 8, ,7 5. Sebagai saudara kandung 51 85,0 9 15,0 6. Sebagai teman 52 86,7 8 13,3 7. Sebagai panutan keluarga 32 53, ,7 besar 8. Sebagai tokoh masyarakat 18 30, ,0 9. Sebagai pekerja/buruh , ,0 10. Sebagai sukarelawan 12 20, ,0 11. Sebagai anggota organisasi 2 3, ,7 buruh 12. Sebagai anggota pengajian 9 15, ,0 Minimum Maksimum 4-11 Rata-rata ± Std. Deviasi 6,9 ± 1,5

20 48 Peran ganda lebih menguntungkan untuk kesejahteraan psikologi laki-laki daripada perempuan di Jepang dan Barat (Sugihara 2008). Artinya istri yang bekerja memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih rendah dibandingkan suami yang bekerja karena perempuan yang memiliki peran sebagai istri sekaligus sebagai pekerja akan memiliki beban ganda terkait pekerjaan domestik karena menurut Puspitawati (2009), sistem patriarkhi menganggap suami sebagai pencari nafkah utama (main-breadwinner) dan istri hanya berperan dalam sektor domestik yaitu mengurus rumah tangga (homemaker) dan sebatas menjadi secondary breadwinner. Frekuensi Peran Frekuensi peran adalah intensitas/seberapa sering contoh menjalankan peran-peran yang sedang dijalani saat ini. Sering jika contoh melakukan tugas dan fungsi terkait perannya minimal satu kali dilakukan dalam waktu sebulan, jarang jika dilakukan satu kali dalam satu tahun dan tidak pernah jika sama sekali dilakukan. Jika contoh memiliki peran sebagai anak maka frekuensi peran yang diukur adalah seberapa sering interaksi contoh dengan orangtua, peran sebagai istri maka yang dilihat adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan suami, peran sebagai orangtua dan nenek berarti peran yang diukur adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan anak dan cucu. Jika contoh memiliki peran sebagai saudara kandung maka frekuensi peran yang diukur adalah seberapa sering interaksi contoh dengan saudara kandung, peran sebagai teman maka yang dilihat adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan teman, peran sebagai panutan keluarga besar dilihat berdasarkan seberapa sering contoh berinteraksi dengan keluarga besar. Jika contoh memiliki peran sebagai tokoh masyarakat maka frekuensi peran yang diukur adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pengukuran frekuensi peran contoh sebagai pekerja, sukarelawan, anggota koperasi/organisasi buruh, anggota pengajian/keagamaan diukur berdasarkan seberapa sering contoh berinteraksi dengan berbagai elemen di lingkungan pabrik, masyarakat sekitar terkait program dari pabrik, dengan berbagai elemen di dalam organisasi buruh dan dengan anggota pengajian/keagamaan lainnya.

21 49 Herzog et al. (1998) menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti aktivitas grup akan meningkatkan kesejahteraan subjektifnya. Semakin sering perempuan berinteraksi dengan aktivitas grup maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan subjektif. Sebagian besar (91,7% dan 98,3%) contoh sering berinteraksi dengan suami dan lingkungan pabrik terkait perannya sebagai istri dan pekerja buruh pabrik. Lebih dari tiga per empat (86,7%; 88,3%; 83,4%; 81,7%) contoh sering berinteraksi dengan orangtua, anak, teman, masyarakat (Tabel 26). Artinya contoh sering berinteraksi dalam sektor domestik dengan peran sebagai istri, anak, orangtua dan sering berinteraksi dalam sektor publik dengan peran sebagai pekerja buruh dan tokoh masyarakat. Frekuensi peran sebagai pekerja buruh dan tokoh masyarakat memungkinkan dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan contoh. Hasil penelitian Chen (2010) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Semakin banyak frekuensi peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup maka semakin tinggi rata-rata kesejahteraan perempuan. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi peran No Pernyataan Tidak Pernah Jarang Sering n % n % n % 1. Dengan orangtua 5 8,3 3 5, ,7 2. Dengan suami 3 5,0 2 3, ,7 3. Dengan anak 6 10,0 1 1, ,3 4. Dengan cucu 48 80,0 3 5,0 9 15,0 5. Dengan saudara 5 8, , ,0 Kandung 6. Dengan teman 5 8,3 5 8, ,4 7. Dengan keluarga 3 5, , ,7 Besar 8. Dengan masyarakat 0 0, , ,7 9. Dengan lingkungan 0 0,0 1 1, ,3 Pabrik 10. Dengan anggota 50 83,3 3 5,0 7 11,7 Sukarelawan 11. Dengan anggota 58 96,7 1 1,7 1 1,7 organisasi buruh 12. Dengan anggota pengajian 42 70, ,3 4 6,7

22 50 Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural yakni adanya konsep lingkungan domestik dan publik. Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Peran ganda adalah konsekuensi perempuan sebagai istri sekaligus sebagai pekerja. Pada variabel peran ganda terdapat dua aspek, yaitu jumlah peran dan frekuensi peran, kemudian kedua aspek tersebut disatukan. Kurang dari tiga per empat (70,0%) contoh memiliki peran ganda dengan kategori sedang dengan rata-rata skor sebesar 60,6 yang juga terkategori sedang (Tabel 27). Semakin tinggi peran ganda berarti semakin banyak jumlah peran yang sedang dijalani contoh dan semakin sering contoh berinteraksi menjalani peran-peran tersebut. Rata-rata peran ganda contoh terkaegori sedang, hal ini terjadi karena contoh sering berinteraksi dalam sektor domestik dengan peran sebagai istri, anak, orangtua dan sering berinteraksi dalam sektor publik hanya sebatas sebagai pekerja buruh dan tokoh masyarakat. Artinya jumlah peran dalam sektor domestik lebih banyak daripada di sektor publik. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran ganda No. Kategori peran ganda Jumlah (n=60) Persentase (%) 1. Rendah (0-33,3%) 0 0,0 2. Sedang (33,4-66,6%) 42 70,0 3. Tinggi (66,7-100%) 18 30,0 Minimum Maksimum 41,7 85,4 Rata-rata ± Std. Deviasi 60,6 ± 10,6 Secara umum contoh hanya memiliki waktu rata-rata sekitar 13 jam di rumah per harinya. Waktu ini digunakan contoh untuk melakukan kegiatan domestik dan istirahat sehingga tidak ada waktu lagi untuk melakukan kegiatan publik lainnya. Kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian dalam pengelolaan waktu merupakan aspek penting dalam melakukan manajemen waktu (Nickell dan Dorsey 1960). Menurut Puspitawati (1992) manajemen sumberdaya keluarga terutama berkaitan dengan manajemen waktu dan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan keluarga. Waktu yang banyak dialokasikan untuk bekerja sebagai buruh pabrik dan sebagai istri yang menjalani tugas domestik menyebabkan kurangnya peran lain di sektor publik.

23 51 Strategi Penyeimbangan Antara Keluarga dan Pekerjaan Pada penelitian ini terdapat dua aspek dalam strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, yaitu persepsi dan tindakan. Pada setiap aspek terdapat tiga kategori, yaitu prioritas ke keluarga, prioritas ke pekerjaan, dan seimbang. Pada aspek persepsi dengan kategori prioritas ke keluarga, sebagian kecil (1,7%) contoh tidak setuju, lebih dari separuh (65,0%) contoh setuju, kurang dari separuh (33,3%) contoh sangat setuju bahwa keluarga merupakan prioritas utama dibandingkan dengan pekerjaan. Lebih dari tiga per empat (88,3%) tidak setuju, kurang dari separuh (10,0%) contoh setuju, dan sebagian kecil (1,7%) contoh sangat setuju membawa anak ke tempat kerja. Kurang dari separuh (43,3%) contoh tidak setuju, lebih dari separuh (51,7%) contoh setuju, dan sebagian kecil (5,0%) contoh sangat setuju untuk menelepon ke rumah. Pada kategori prioritas ke pekerjaan tiga per empat (75,0%) contoh tidak setuju, kurang dari separuh (23,3%) contoh setuju, dan sebagian kecil (1,7%) contoh sangat setuju bahwa kepentingan anak dan suami dapat dikorbankan. Pada kategori seimbang, sebagian kecil (5,0%) contoh tidak setuju, tiga per empat (75,0%) contoh setuju, kurang dari separuh (20,0%) contoh sangat setuju bahwa masalah keluarga dan pekerjaan tidak dapat dicampuradukkan (Tabel 28). Tabel 28 Sebaran contoh berdasarakan persepsi dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga No. Pernyataan Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju n % n % n % 1 Prioritas ke keluarga : a. Keluarga prioritas utama 1 1, , ,3 dibandingkan dengan pekerjaan b. Membawa anak ke 53 88,3 6 10,0 1 1,7 tempat kerja c. Hal wajar bagi ibu yang bekerja di luar rumah untuk menelepon ke rumah 26 43, ,7 3 5,0 2. Prioritas ke pekerjaan : Kepentingan anak dan suami dapat dikorbankan dibandingkan dengan tugas di tempat kerja 45 75, ,3 1 1,7 3. Seimbang : Masalah pekerjaan tidak dapat dicampuradukkan dengan masalah rumah 3 5, , ,0

24 52 Pada aspek tindakan dengan kategori prioritas ke keluarga, sebagian kecil (3,3%) contoh tidak pernah, lebih dari setengah (70,0%) contoh kadang-kadang, dan kurang dari separuh (26,7%) contoh sering tidak masuk kerja karena anak atau suami sakit. Sebagian kecil (8,3%) contoh tidak pernah, tiga per empat (75,0%) contoh kadang-kadang, dan kurang dari separuh (16,7%) contoh sering menunda pekerjaan untuk kepentingan anak. Lebih dari tiga per empat (86,7%) contoh kadang-kadang, kurang dari setengah (13,3%) contoh sering membersihkan rumah terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Hampir separuh (48,3%) contoh tidak pernah, kurang dari separuh (45%) contoh kadang-kadang, dan sebagian kecil (6,7%) contoh sering tidak mematuhi perintah atasan dengan alasan kepentingan keluarga. Sebagian kecil (15,0%) contoh tidak pernah, lebih dari setengah (80,0%) contoh kadang-kadang, dan sebagian kecil (5,0%) contoh sering pulang lebih awal karena urusan keluarga. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarakan tindakan dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga No. Pernyataan Tidak Pernah Kadang- Kadang Sering n % n % n % 1. Prioritas ke keluarga : a. Tidak masuk kerja karena anak atau 2 3, , ,7 suami sakit b. Menunda pekerjaan untuk kepentingan 5 8, , ,7 anak c. Membersihkan rumah terlebih dahulu 0 0, ,7 8 13,3 sebelum berangkat kerja d. Tidak mematuhi perintah atasan 29 48, ,0 4 6,7 dengan alasan kepentingan keluarga e. Pulang dari tempat kerja lebih awal karena urusan keluarga 9 15, ,0 3 5,0 2. Prioritas ke pekerjaan : Melakukan resiko apapun untuk kemajuan karir 47 78, ,7 0 0,0 3. Seimbang : Bersepakat dengan suami untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga 1 1, , ,0

25 53 Pada kategori prioritas ke pekerjaan, lebih dari tiga per empat (78,3%) contoh tidak pernah, kurang dari separuh (21,7%) contoh kadang-kadang melakukan resiko apapun demi kemajuan karir. Pada kategori seimbang sebagian kecil (1,7%) contoh tidak pernah, lebih dari tiga per empat (78,3%) contoh kadang-kadang, dan kurang dari separuh (20,0%) contoh sering bersepakat dengan suami untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga (Tabel 29). Sumberdaya materi mencakup barang/benda, jasa, waktu, dan energi (Deacon dan Firebaugh 1988). Waktu sifatnya tetap, tidak bisa ditambah, dikurangi atau diakumulasi. Penggunaan waktu yang efektif berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan psikologis. Manajemen waktu yang baik adalah salah satu strategi menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, sejalan dengan Poesposoetjipto (1996) seorang perempuan dalam budaya Timur akan terpandang dan disegani bila ia mampu membina keluarga yang sejahtera. Hal tersebut dapat terwujud jika perempuan dapat menjaga keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Ketika perempuan lebih memprioritaskan pekerjaan daripada keluarga, maka akan memicu konflik dalam keluarga, begitu juga ketika perempuan lebih memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan maka akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada penelitian ini terdapat dua aspek dalam strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, yaitu persepsi dan tindakan. Jika kedua aspek disatukan maka terlihat bahwa sebagian besar (80,0%) contoh melakukan keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Hal ini terjadi karena status kepemilikan aset rumah milik orang tua dan hak milik keluarga besar memiliki proporsi yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan contoh mudah mendapatkan dukungan sosial dari orang tua dan keluarga besar lainnya untuk melakukan kegiatan domestik seperti mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah dan kegiatan domestik lainnya dalam rangka menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Menurut Puspitawati (2008), adanya dukungan sosial dari keluarga maupun dari lingkungan selain keluarga terhadap perempuan bekerja sangat membantu perempuan sebagai istri sekaligus sebagai pekerja. Jika perempuan sukses menyeimbangkan peran-perannya dalam keluarga dan pekerjaan maka akan mempermudah mewujudkan kesejahteraan keluarga. Sebesar 16,7 persen contoh lebih memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan

Lampiran 1 Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian

Lampiran 1 Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian LAMPIRAN 79 80 81 Lampiran 1 Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian Variabel No. Pengkategorian/Pengukuran Riwayat Contoh Sebagai Pekerja 1. Lama bekerja (tahun) 1. < 1 tahun 2. 1-2 tahun 3. 2-5 tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian LAMPIRAN 83 84 85 Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian V. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X1 1 X2-1.406 ** X3 -.133 -.171

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi LAMPIRAN 97 Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi 95 96 Lampiran 2 Indepth Interview KASUS 1 Suami di-phk, Istri pun Menjadi TKW Dulu hidup kami serba berkecukupan Neng, kenang Bapak A (43 tahun) di

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kertamaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan, Provinsi Jawa Barat. Luas Kelurahan Kertamaya ialah 360 ha/m 2. Secara

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam pukul 1.-16. dan sore hari dilakukan pada pukul 16.-19.. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan

Lebih terperinci

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data pengeluaran

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 702 Ha, ketinggian diatas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga 7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian 8 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional study. Disain ini dipilih karena ingin mendapatkan data pada saat yang

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 33/05/35/Th. XII, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN 1 2014 ITK Triwulan 1 2014 Jawa Timur sebesar 111,84 dan Perkiraan ITK Triwulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa

Lebih terperinci

Fadilah et al., Pendapatan Wanita...

Fadilah et al., Pendapatan Wanita... 1 Pendapatan Wanita yang Berprofesi Sebagai Guru Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga (Studi Kasus Pada Guru PNS Wanita di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember Tahun 2013) Fike Hikmatul

Lebih terperinci

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA Sensus kemiskinan rumahtangga di wilayah desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat atas dasar kebutuhan dan desakan

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Gelang termasuk dalam wilayah Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Luas Desa Gelang adalah 187.800

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai dibudidayakan secara komersial dalam bentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 234 TH 2003

KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.234 /MEN/2003 TENTANG WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT PADA SEKTOR USAHA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PADA

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

KUESIONER BEASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KUESIONER BEASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NAMA BEASISWA : 1. Nama Lengkap : 2. NIM (Nomor Induk Mahasiswa) : 3. Fakultas : 4. Departemen : 5. Semester : 6. IPK : 7. Beasiswa yang pernah diterima : 8. Beasiswa yang saat ini diterima : 9. Email

Lebih terperinci

NO RESPONDEN : PEWAWANCARA :

NO RESPONDEN : PEWAWANCARA : KUISIONER KULIAH LAPANGAN SOSIOLOGI PEDESAAN TAHUN 2011/2012 Kata Pengantar NO RESPONDEN : PEWAWANCARA : Kami adalah mahasiswa jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

PERAN GANDA, CURAHAN WAKTU KERJA, DAN KONTRIBUSI EKONOMI ISTRI PADA KELUARGA PETANI NOOR ASPASIA

PERAN GANDA, CURAHAN WAKTU KERJA, DAN KONTRIBUSI EKONOMI ISTRI PADA KELUARGA PETANI NOOR ASPASIA PERAN GANDA, CURAHAN WAKTU KERJA, DAN KONTRIBUSI EKONOMI ISTRI PADA KELUARGA PETANI NOOR ASPASIA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis dan Kependudukan Kelurahan Batang Arau termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I TAHUN 2011

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I TAHUN 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011 INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I TAHUN 2011 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini terdiri dari data sekunder. Sumber data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012 No. 13/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.10/02/Th VI, 5 Februari 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN IV-2012 DAN PERKIRAAN ITK TRIWULAN I-2013 Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program 22 KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan sejak tahun 2007 telah mengubah pola perilaku keluarga dari menggunakan minyak tanah menjadi menggunakan LPG. Sebagai suatu kebijakan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis Wilayah Kecamatan Dramaga berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut dan merupakan kawasan yang berbukit dengan suhu rata-rata

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam 57 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitiannya penulis menggunakan data analisis dan interprestasi dari arti

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 14/02/35/Th. XIII, 5 Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN 4 ITK Triwulan 4 Jawa Timur sebesar 110,23 dan Perkiraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kemang yang di survei

Lebih terperinci

tempat sebelumnya anda bekerja? Apabila ada apa saja?

tempat sebelumnya anda bekerja? Apabila ada apa saja? PANDUAN WAWANCARA 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Alamat Rumah : 6. Agama : 7. Suku : 8. Jabatan : 9. Jumlah Anggota Keluarga : A. Data Dasar 1. Sebelum anda di PHK,

Lebih terperinci