|
|
- Siska Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73 R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = R Sq Linear = 0.027
74 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu dan tekanan ekonomi. Sementara itu, variabel yang berhubungan positif nyata dengan pola asuh belajar anak hanya pada pra-pkh adalah persepsi gender, sedangkan pada saat-pkh adalah pengeluaran non pangan, penerimaan total keluarga (Rp/kapita/bulan), alokasi dana PKH untuk pendidikan, sebaliknya berhubungan negatif nyata saat PKH adalah alokasi dana PKH untuk non-pendidikan, strategi koping, dan koping mengurangi pengeluaran (Lampiran 19 dan 20). Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka pola asuh belajar yang diterapkan dalam keluarga juga akan semakin baik. Ibu yang berpendidikan akan mampu mengajar anak di rumah. Pendidikan formal orangtua dapat mempengaruhi kesejahteraan anak dengan membentuk interaksi orangtua-anak. Jika dibandingkan dengan orangtua yang berpendidikan rendah, orangtua yang berpendidikan formal lebih tinggi cenderung memberikan stimulasi lingkungan pembelajaran di rumah secara kognitif dan mempunyai gaya pengajaran yang lebih verbal dan mendukung. Perbedaan tersebut dianggap sangat penting dalam menerangkan mengapa anak dengan orangtua yang kurang berpendidikan menunjukkan kinerja kurang baik terhadap perkembangan kognitif anak dibandingkan orangtua yang lebih berpendidikan lebih tinggi (Harris, Terrel & Allen 1999 dalam Resendez et 2000). Semakin responsif relasi gender antara ayah dan ibu, maka pola asuh belajar akan juga akan semakin baik. Semakin baik manajemen keuangan keluarga, maka akan berimplikasi terhadap semakin baiknya pola asuh belajar anak. Selanjutnya semakin tinggi kesejahteraan keluarga subjektif akan berdampak terhadap semakin baiknya pola asuh belajar anak. Hal ini disebabkan ibu yang bahagia atau puas terhadap keluarga akan lebih baik dalam menjalankan praktek pengasuhan anak khususnya membantu anak belajar. Usia ibu yang semakin tua berkorelasi negatif dengan pola asuh belajar anak. Hal ini dapat dimengerti karena data penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang semakin tua memiliki tingkat pendidikan yang semakin rendah sehingga ibu tidak dapat membantu anak dalam proses belajar di rumah. Hal yang sama ditemukan pula pada hubungan negatif antara pola asuh belajar dengan tekanan ekonomi, artinya semakin tinggi tekanan ekonomi yang dihadapi oleh keluarga maka pola asuh belajar yang diterapkan orangtua juga akan semakin kurang baik. Orangtua akan lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari
75 151 dibandingkan meluangkan waktunya untuk membantu anak belajar. Tekanan ekonomi juga mengurangi gairah orangtua untuk mendampingi anak belajar karena fokus perhatian lebih pada pemenuhan kebutuhan keuangan sehingga mengabaikan aktivitas lain yang diinginkan. Hal ini tergambar pada hasil dengan salah seorang contoh yang jarang menemani anaknya belajar karena biasanya sibuk bekerja dan baru pulang sore hari. Sementara itu, pola asuh belajar anak berhubungan positif nyata pada pra-pkh dengan persepsi gender, artinya semakin perspektif persepsi ibu tentang peran gender maka ibu akan lebih baik melakukan pengasuhan belajar anak. Sejalan dengan persepsi gender, pada saat-pkh, pola asuh belajar anak juga berhubungan positif nyata dengan pengeluaran non pangan, penerimaan total keluarga, alokasi dana PKH untuk pendidikan. Data ini menunjukkan bahwa indikator-indikator kesejahteraan objektif yang dapat dicerminkan oleh pengeluaran maupun penerimaan total keluarga yang semakin meningkat. Alokasi dana PKH untuk pendidikan yang semakin besar berhubungan positif nyata dengan pola asuh belajar mengindikasikan bahwa semakin tercukupinya perlengkapan sekolah seperti buku-buku, seragam maupun peralatan tulis membuat pengasuhan belajar anak semakin baik. Sebaliknya, saat PKH, pola asuh belajar anak berhubungan negatif nyata dengan alokasi dana PKH untuk non-pendidikan, strategi koping, dan koping mengurangi pengeluaran. Artinya semakin banyak dana PKH yang digunakan untuk pengeluaran non-pendidikan akan berimplikasi pada semakin kurangnya pola asuh belajar yang diterapkan orangtua. Hal ini dimungkinkan semakin kurang tercukupinya fasilitas yang mendukung pendidikan anak. Upaya strategi koping yang semakin banyak dilakukan keluarga akan menurunkan pola asuh belajar anak, hal ini dimungkinkan oleh waktu yang digunakan oleh orangtua untuk mencari tambahan pendapatan akan mengurangi waktu orangtua untuk membantu belajar anak. Demikian pula dengan strategi mengurangi pengeluaran keluarga, akan memaksa orangtua melakukan penghematan sehingga berkorelasi nyata dengan semakin kurangnya pola asuh belajar orangtua. Hasil analisis korelasi menunjukkan variabel yang berhubungan negatif nyata dengan tingkat kehadiran anak di sekolah pra-pkh adalah usia ayah dan usia ibu. Sementara itu, saat-pkh hasil korelasi yang diperoleh adalah tingkat kehadiran berhubungan positif nyata dengan jenis kelamin anak, sebaliknya
76 152 berhubungan negatif nyata dengan pengeluaran total, tingkat stres, dan pola asuh belajar anak (Lampiran 19 dan 20). Usia ayah dan ibu yang semakin tua berhubungan dengan semakin rendahnya tingkat kehadiran anak. Hal ini juga diperkuat dengan hasil korelasi negatif yang nyata antara usia dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu, artinya usia ayah dan ibu yang semakin tua juga mengindikasikan tingkat pendidikan yang semakin rendah. Selanjutnya data penelitian juga menunjukkan usia ayah dan ibu yang semakin tua berkorelasi negatif dengan pendapatan yang semakin rendah. Rendahnya tingkat kehadiran anak di sekolah dimungkinkan oleh kurangnya perhatian ayah dan ibu terhadap pentingnya anak harus sekolah atau anak yang harus membantu orangtuanya. Tingkat kehadiran anak berhubungan positif dengan jenis kelamin, maknanya anak perempuan mempunyai tingkat kehadiran yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal ini dimungkinkan karena anak laki-laki mempunyai kecenderungan lebih besar karena lebih berani untuk bolos dibandingkan anak perempuan. Hasil analisis korelasi juga mengindikasikan bahwa semakin tinggi pengeluaran total, maka tingkat kehadiran akan semakin rendah. Hal ini dimungkinkan karena pengeluaran keluarga sangat kecil proporsinya untuk pendidikan anak misalnya untuk uang saku anak sehingga kemungkinan anak menjadi sering tidak masuk sekolah. Tingkat stres ibu yang semakin rendah akan meningkatkan tingkat kehadiran anak, hal ini dapat dipahami karena ibu yang tidak atau rendah tingkat stresnya akan lebih dapat memotivasi anak untuk masuk sekolah. Di lain pihak, pola asuh belajar anak yang semakin baik justru berhubungan nyata dengan semakin rendahnya tingkat kehadiran anak. Hal ini dimungkinkan karena pola asuh belajar disini adalah pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua di rumah. Meskipun pengasuhan belajar anak di rumah sudah baik, namun banyak faktor internal maupun eksternal seperti lingkungan pembelajaran di sekolah yang juga berhubungan dengan tingkat kehadiran anak di sekolah. Seperti terlihat pada Tabel 68, hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa ketidakhadiran anak di sekolah menentukan capaian prestasi belajarnya. Hasil analisis ternyata menunjukkan bahwa yang berhubungan secara nyata dengan nilai rata-rata atau prestasi belajar anak
77 153 adalah ketidakhadiran tanpa alasan (alpa), baik pra maupun saat-pkh. Arah korelasi kedua variabel ini adalah negatif, maknanya semakin sering anak absen atau bolos bukan karena alasan yang dapat diterima, maka prestasi anak juga akan semakin rendah. Sebaliknya semakin tinggi tingkat kehadiran anak di sekolah, maka prestasi belajar anak juga akan semakin baik. Artinya faktor penentu prestasi anak sebenarnya lebih kepada kehadiran anak di sekolah. Hasil ini sejalan dengan temuan Asmin (2000) yang menyatakan kehadiran contoh di sekolah berkorelasi positif (p<0,01) dengan prestasi belajar. Tabel 68 Hubungan antara absensi dengan prestasi belajar pra dan saat PKH No. Absensi Indikator Nilai Rata-Rata Pra-PKH (n=125) Saat-PKH (n=125) 1. Jumlah Sakit Pra-PKH -0,021 Saat-PKH -0, Jumlah Ijin Pra-PKH -0,125 Saat-PKH 0, Jumlah alpa Pra-PKH -0, 476** Saat-PKH -0,366** 4. Tingkat Kehadiran Pra-PKH 0,465** Saat-PKH 0,338** Ket : ** nyata pada p< 0,01 Penyebab yang diutarakan oleh ibu yang anaknya seringkali absen adalah karena rumah yang jauh atau anak tidak mendapat uang jajan. Anak yang tidak hadir di sekolah akan ketinggalan pelajaran dibandingkan teman-temannya. Jarang terjadi anak yang pintar sering absen, justru sebaliknya anak yang tidak pintar justru adalah anak yang sering absen. Pada Gambar 9 terlihat bahwa semakin meningkat persentase pengeluaran untuk pendidikan anak akan meningkatkan prestasi belajar anak. Jika dilihat berdasarkan kategori pola asuh belajar, anak yang pola asuh belajarnya di atas rata-rata, maka pengeluaran pendidikannya juga akan semakin tinggi, sebaliknya ada kecenderungan pola asuh balajar anak di bawah rata-rata maka pengeluaran untuk pendidikannya juga lebih rendah. Semakin tinggi pengeluaran untuk pendidikan anak dan pola asuh yang semakin baik akan meningkatkan prestasi belajar anak, meskipun dengan slope yang relatif tidak miring.
78 154 Kategori Pola Asuh Belajar 8 Di bawah Rata-Rata Di Atas Rata-Rata Di bawah Rata-Rata Di Atas Rata-Rata Fit line for Total 7 6 R Sq Linear = 2.64E-4 R Sq Linear = 2.49E-4 R Sq Linear = Gambar 9 Hubungan antara pengeluaran pendidikan untuk anak dan prestasi belajar berdasarkan kategori pola asuh belajar Kesejahteraan secara subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupannya, yang mencakup kebahagiaan, kondisi emosi yang gembira, kepuasan hidup dan relatif tidak adanya semangat dan emosi yang tidak menyenangkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah Analisis (SEM) terdiri dari variabel laten karakteristik keluarga dengan indikator pendidikan ayah dan pendidikan ibu, variabel laten ekonomi keluarga dengan indikator penerimaan total keluarga dan tekanan ekonomi, variabel relasi gender, strategi koping, dan tingkat stres yang dilihat pengaruhnya terhadap kesejahteraan keluarga subjektif. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai GFI ( ), dan RMSEA berturut-turut adalah 121,14 (p= 0,00); 0,86; dan 0,19, maka dikatakan cocok atau dengan data yang dikumpulkan. Kondisi ekonomi keluarga yang semakin baik akan berpengaruh secara langsung terhadap semakin responsifnya relasi gender dalam keluarga. Sebaliknya ekonomi keluarga yang semakin kurang, akan berpengaruh secara langsung terhadap semakin banyaknya upaya strategi koping yang dilakukan
79 155 keluarga untuk keluar dari permasalahan finansial. Semakin banyak strategi koping keluarga, akan berpengaruh secara langsung terhadap tingkat stres ibu. Hal ini dimungkinkan karena upaya koping yang dilakukan keluarga lebih banyak dalam bentuk penghematan, sehingga ini justru membuat ibu menjadi lebih stres (Tabel 69 dan Gambar 10). Tabel 69 Dekomposisi efek faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif (n= 150). 1. Karakteristik Keluarga ( 1) -0,11-0,11 0,00 Ekonomi Keluarga ( 2) 0,00 2. Karakteristik Keluarga ( 1) -0,05-0,05 0,00 Ekonomi Keluarga ( 2) 0,00 Relasi Gender ( 3) -0,02-0,02 0,00 3. Karakteristik Keluarga ( 1) -0,03 0,00-0,03 Ekonomi Keluarga ( 2) -0,08 0,00-0,08 Relasi Gender ( 3) 0,05 0,05 0,00 Strategi Koping ( 4) 0,00 4. Karakteristik Keluarga ( 1) -0,01 0,00-0,01 Ekonomi Keluarga ( 2) 0,00 Relasi Gender ( 3) -0,02 Strategi Koping ( 4) -0,14 Tingkat Stres ( 5) 0,00 Ket : TE = Efek Total; DE= Efek Langsung ; IE= Efek Tidak Langsung; * = p< 0,05 Hasil yang diperoleh mengindikasikan relasi gender dan tingkat stres ibu memberikan pengaruh yang langsung terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, sedangkan ekonomi keluarga dan strategi koping memberikan pengaruh tidak langsung. Semakin responsif relasi gender antara ayah dan ibu dalam transparansi pengambilan keputusan tugas keluarga dan semakin rendah tingkat stres ibu akan berpengaruh pada meningkatnya kesejahteraan keluarga subjektif. Selanjutnya ekonomi keluarga yang semakin baik dan strategi koping untuk mengatasi masalah ekonomi semakin sedikit dilakukan oleh keluarga akan berdampak pada semakin tingginya kesejahteraan keluarga subjektif. Sebaliknya
80 156 variabel laten karakteristik keluarga dengan indikator pendidikan ayah dan ibu tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, karena tingkat pendidikan contoh relatif rendah dan cenderung homogen (tidak ada variasi) (Tabel 69 dan Gambar 10). Relasi gender secara langsung memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, dimana semakin baik relasi gender, maka ibu akan merasakan semakin sejahtera atau puas terhadap kehidupan keluarganya. Adanya program PKH yang penerimanya harus ibu atau wanita dewasa dapat menciptakan relasi gender yang seimbang antara ayah dan ibu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Klein dan White (1996) dalam Puspitawati dan Fahmi (2008) bahwa pembagian peran gender dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Suami dan istri bersepakat dalam membagi peran dan tugas seharihari, bertanggung jawab terhadap peran dan tugasnya masing-masing, dan saling menjaga komitmen bersama. Hal ini sesuai dengan pendekatan teori struktural-fungsional yang menekankan keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Levy dalam Megawangi (1999) juga menguatkan bahwa harmoni dalam pembagian dan penyelenggaraan fungsi-peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban, dan nilai-nilai bersama adalah kondisi utama berfungsinya keluarga. Berfungsinya keluarga akan memberikan kepuasan bagi anggotanya. Menurut Megawangi (1999) pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya differensiasi peran gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti. Eshleman (1991), Gelles (1995) dan Newman dan Grauerholz (2002) dalam Puspitawati dan Fahmi (2008) juga menyatakan bahwa pendekatan teori struktural fungsional dapat digunakan dalam menganalisis pembagian peran keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat. Artinya semakin ada kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam pembagian tugas keluarga dan semakin sejahtera suatu keluarga secara ekonomi, maka kepuasan seorang ibu terhadap kesejahteraan keluarga secara subjektif akan semakin meningkat. Rice dan Tucker (1976) memaparkan bahwa umumnya pasangan yang menganut prinsip kesetaraan dalam pola pengambilan keputusannya lebih bahagia dengan kehidupan perkawinannya.
81 157 Tingkat stres ibu memberikan pengaruh negatif yang langsung terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, artinya semakin turun stres ibu maka ibu akan merasa semakin sejahtera. Hal ini sejalan dengan temuan Dewi (2003) bahwa kesulitan ekonomi akan menimbulkan ketegangan dan stres yang selanjutnya berpengaruh pada tingkat kesejahteraan seseorang. Coyne dan Downey (1991), juga mengatakan bahwa kesulitan secara finansial merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya ketegangan dan stres yang sekaligus memberi pengaruh terbesar pada tingkat kesejahteraan seseorang. Studi Puspitawati, Herawati dan Sarma (2006) menunjukkan bahwa dengan adanya dana SLT akan membuat stres keluarga terkurangi dan perempuan merasa beban beratnya berkurang. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh secara tidak langsung melalui meningkatnya relasinya gender, yang kemudian berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga subjektif. Hal ini dapat dipahami karena dengan semakin membaiknya ekonomi keluarga dengan indikator penerimaan dan pengeluaran keluarga, ibu akan semakin merasa tenang dengan teratasinya permasalahan finansial untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari keluarga. Temuan ini sejalan dengan laporan Puspitawati dan Fahmi (2008) yang menyatakan bahwa keluarga dengan tingkat sosial ekonomi dan demografi yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat relasi gender yang berkaitan dengan diferensiasi peran. Guhardja et (1992) juga mendukung bahwa tingkat sosial ekonomi keluarga yang semakin tinggi memerlukan manajemen sumberdaya keluarga yang semakin kompleks yang sekaligus menuntut adanya pembagian peran dalam keluarga yang semakin baik. Pembagian peran antara ayah dan ibu yang semakin setara akan membuat ibu lebih merasa puas terhadap kehidupannya. Strategi koping memberikan pengaruh tidak langsung melalui peningkatan tingkat stres ibu, untuk selanjutnya tingkat stres akan berpengaruh terhadap menurunnya kesejahteraan keluarga subjektif. Hal ini dapat dipahami sesuai dengan pernyataan Mistry et (2008) bahwa perbedaan yang bermakna dalam pengalaman tekanan ekonomi dari ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan pengeluaran tambahan akan berimplikasi pada kesejahteraan psikologi ibu.
82 Gambar 10 Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif
83 159 Analisis (SEM) terdiri dari variabel nilai anak, pengeluaran pendidikan anak, pola asuh belajar, dan tingkat kepuasan terhadap anak yang dilihat pengaruhnya terhadap output pendidikan anak yang merupakan variabel laten dengan indikator tingkat kehadiran anak di sekolah dan prestasi belajar anak. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai GFI ( ), serta RMSEA berturut-turut adalah 5,64 (p=0,48), 0,86, dan 0,00, maka dikatakan cocok atau dengan data yang dikumpulkan (Tabel 70 dan Gambar 11). Pola asuh belajar yang semakin baik dipengaruhi secara langsung dan positif oleh semakin besarnya pengeluaran pendidikan untuk anak. Pola asuh belajar mencakup penyediaan perlengkapan untuk belajar di rumah, sehingga ketersediaan fasilitas belajar akan mendukung pada terciptanya pola pembelajaran yang optimal dari orangtua. Tingkat kepuasan terhadap anak yang semakin tinggi dipengaruhi secara langsung dan positif oleh semakin besarnya pengeluaran pendidikan untuk anak dan pola asuh belajar anak. Sementara itu, output pendidikan anak yang mencakup dua indikator, yakni tingkat kehadiran dan prestasi belajar anak tidak dipengaruhi oleh satupun variabel independen. Output pendidikan anak dari keluarga penerima PKH dalam penelitian ini adalah cenderung sama atau homogen, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya dana PKH belum dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Hartoyo dan Hastuti (2004) yang menunjukkan bahwa nilai rapor anak tidak ditentukan oleh kualitas lingkungan asuh anak. Kemungkinan banyak variabel lain yang menentukan prestasi belajar anak tetapi tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya faktor motivasi belajar anak, kuantitas waktu belajar anak, suasana di dalam kelas dan faktor guru di sekolah. Banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar, terutama faktor genetik, motif, dan suasana belajar di rumah. Studi Andriani (2003) mendukung pula hasil penelitian ini yang melaporkan bahwa pola belajar tidak memiliki hubungan yang nyata dengan prestasi belajar.
84 160 Tabel 70 Dekomposisi efek faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak (n= 125) 1. Nilai Anak ( 1) -0,02-0,02 0,00 Pengeluaran untuk Pendidikan Anak ( 2) 0,00 2. Nilai Anak ( 1) -0,03-0,03 0,00 Pengeluaran untuk Pendidikan Anak ( 2) 0,04 Pola Asuh Belajar Anak ( 3) 0,00 3. Nilai Anak ( 1) 0,00 0,00 0,00 Pengeluaran untuk Pendidikan Anak ( 2) -0,05 0,00-0,05 Pola Asuh Belajar Anak ( 3) -0,11-0,08-0,03 Tingkat Kepuasan terhadap Anak ( 4) -0,10-0,10 0,00 Ket : TE = Efek Total; DE= Efek Langsung ; IE= Efek Tidak Langsung; * = p< 0,05 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wandini (2008) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara gaya pengasuhan orangtua dengan prestasi belajar dan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar. Faktor yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah potensi akademik. Jika dikaitkan dengan program PKH, pendapat yang dikemukakan oleh Hastuti (2009) akan sejalan dengan penelitian ini, untuk memperoleh seluruh kompetensi tersebut pada seorang anak memang bukan pekerjaan mudah, tetapi memerlukan waktu, proses, dinamika dan tantangan yang cukup beragam, dan dengan berbagai kendala yang harus dihadapi tergantung karakteristik anak, dan orangtua itu sendiri. Orangtua dengan sumberdaya yang memadai, dengan lingkungan subsistem keluarga yang mendukung, serta dengan karakteristik dasar anak yang baik, maka peluang untuk seorang anak mencapai kompetensi di atas menjadi relatif tinggi. Sebaliknya pada orangtua dengan sumberdaya terbatas, dengan dukungan lingkungan tidak memadai, serta karakteristik anak yang sulit, maka peluang untuk menumbuhkan kompetensi pada anak menjadi rendah.
85 ,02 -,08,21* 1,00 -,12,18*,03 -,10 1,00,34*,16* 1.00 Gambar 11 Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap output pendidikan anak
86
87
88
89
90
91
92
93
TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga
7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
Lebih terperinciHASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi
43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan
Lebih terperinciKarakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan
46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperincigolongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai
PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan
Lebih terperinciMenurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia
57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga
TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciStrategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output
34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel
15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional
5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani
TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga
7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,
Lebih terperinciGambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi
KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga
BAB 6 PEMBAHASAN Setelah data dianalisis, maka akan dibahas mengenai karakteristik responden dengan hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan sosial dan emosional ABK; tunarungu. 6.1 Dukungan
Lebih terperinci8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...
Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Teori Struktural Fungsional
7 TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran karyawannya. Maju mundurnya perusahaan juga ditentukan oleh kinerja para karyawannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pimpinan perusahaan untuk menjaga eksistensi dan kelangsungan perusahaannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan di era globalisasi semakin hari dirasakan semakin ketat, manajemen sumber daya manusia sangat penting dan harus diperhatikan oleh pimpinan perusahaan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN
Lebih terperinciKarakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta
44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia yang penuh dinamika dan mengalami perubahan secara terus menerus dari waktu ke waktu, begitu pula dengan kehidupan personal orang-orang
Lebih terperinciKONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR
KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciANALISIS PEMBAGIAN PERAN GENDER PADA KELUARGA PETANI. Herien Puspitawati 1 dan Sri Andriyani Fahmi 2
ANALISIS PEMBAGIAN PERAN GENDER PADA KELUARGA PETANI Gender Role Analysis on Farmer Families Herien Puspitawati 1 dan Sri Andriyani Fahmi 2 ABSTRACT.The aims of this study were to analyze the gender roles
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kondisi psikologis yang berhubungan dengan istilah kesenangan dan kedamaian, juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan kondisi psikologis yang berhubungan dengan istilah kesenangan dan kedamaian, juga
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. HARMONI MITRA UTAMA DI SURABAYA Oleh : FELICIA DWI R.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. HARMONI MITRA UTAMA DI SURABAYA Oleh : FELICIA DWI R.F ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari motivasi kerja,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan anggota
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Berbagai isu aktual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan kedudukan dan peranan pegawai negeri sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena pegawai negeri merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden. Mahasiswa 34,7% 65,3%
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Univariat 4.1.1. Karakteristik responden Gambar 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden Mahasiswa 65,3% 34,7% Laki-laki Perempuan Jumlah responden mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan menjadi orang tua tentunya mengharapkan mendapatkan buah hatinya dalam keadaan sehat secara lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah berstandar internasional dan menjadi contoh bagi sekolah dasar negeri lainnya, guru lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, masyarakat mengganggap bahwa keluarga tersusun atas ayah, ibu dengan anak-anak. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan pada struktur
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
59 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Self-efficacy yang dimiliki sebagian besar mahasiswa jurusan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan
Lebih terperinciHASIL. Karakteristik Remaja
HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
231 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan
Lebih terperinci#### Selamat Mengerjakan ####
Pekerjaan Istri = Bekerja / Tidak Bekerja Apa pekerjaan Istri Anda? = Berapa jam perhari Istri bekerja = Usia Anak =...Tahun Pembantu Rumah Tangga = Punya / Tidak Punya (Lingkari Salah Satu) Dengan hormat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. Selain dampaknya terhadap penggunaan alat-alat produksi dan strategi pemasaran. Modernisasi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Teori Keluarga Teori Struktural Fungsional
TINJAUAN PUSTAKA Teori Keluarga Menurut Soekanto (1990), keluarga kecil (nuclear family) merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, isteri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Sedangkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Pertama berada pada masa remaja. Pada masa remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis motivasi
Lebih terperinciKONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia adalah rendahnya kinerja karyawan. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam ruang lingkup manajemen sumber daya manusia adalah rendahnya kinerja karyawan. Salah satu sumber keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.
1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi. Pada pelaksanaan pekerjaan, hubungan antara pimpinan dengan bawahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Orang Tua sebagai pendidik dalam rumah tangga sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah orang tua kandung.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Pengertian keluarga menurut BKKBN adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.A. Komitmen Organisasi II.A.1. Definisi Komitmen Organisasi Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Unsur sumber daya manusia memegang peranan sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Unsur sumber daya manusia memegang peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan di dalam suatu organisasi sesuai dengan tujuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi anak dalam meraih prestasi di sekolah sangat penting, sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih prestasinya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif
TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (Fatimah 2006). Apabila diperlukan, pengetahuan yang dimiliki dapat dipergunakan. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual
Lebih terperinci